Balance Of Power Kerangka Teori

11

1.4.2 Kerangka Teori

1.4.2.1 Balance Of Power

Setiap Aktor dalam Hubungan Internasional selalu melakukan interaksi dalam mewujudkan tujuan sehingga terbentuk struktur dalam sistem Internasional. Interaksi dilakukan antar aktor Negara ditujukan untuk memenuhi kepentingan nasional yang mewujudkan dalam suatu kebijakan luar negeri. 10 Neorealis mengatakan faktor distribusi kapabilitas di dalam struktur internasional akan mempengaruhi perilaku atau aktor-aktor politik luar negeri PLN. Dimana neorealist percaya bahwa bukan sifat manusia yang mendorong perilaku, tetapi sistem internasional yang anarkis yang menimbulkan kecemburuan, ketakutan, kecurigaan dan ketidaknyamanan. Konflik dapat terjadi bila suatu Negara mempunyai maksud baik dan terhadap Negara lain. Struktur sistem internasional memaksa Negara- negara untuk mengejar kekuasaan, tidak peduli sistem pemerintahan dan budaya Negara tersebut. Struktur telah menciptakan intensif dasar yang sama untuk semua Negara. Dilemma keamanan adalah situasi yang abadi dalam politik internasional. Neorealisme beranggapan bahwa masih ada ruang untuk mengupayakan kerjasama internasional guna mencapai kepentingan keamanan internasional. Dalam hal ini, Charles L.Glaser menyatakan 10 Hadi soesastro dan A.R,Sutopo,ed, Strategi dan Hubungan Internasional : Indonesia di Kawasan Asia Pasifik, Jakarta : CSIS, 1981. Hal 3 12 kerjasama merujuk pada koordinasi kebijakan dari berbagai Negara untuk mencapai stabilitas dan perdamaian internasional. 11 Dalam beberapa kasus, Negara-negara besar mengadakan aliansi untuk mempertahankan keseimbangan. Dalam proses penyeimbangan sruktur politik internasional yaitu adanya peranan Negara-negara besar yang mempunyai kapabilitas yang kuat. Bagi neorealis, balance of power akan muncul secara alamiah melalui aliansi. Konsep balance of power erat kaitannya dengan aliansi yang merupakan konsep awal dari neorealist. Bagi kalangan neorealist, pembentukan aliansi adalah sulit karena Negara memperhitungkan untung dan rugi, kekhawatiran keuntungan akan diperoleh dari rekan aliansi, termasuk kehilangan otonomi sebagai Negara yang berdaulat. Menurut Stephen Walt, Negara membentuk aliansi bukan untuk tujuan menyeimbangkan kekuatan saja namun juga menyeimbangkan untuk melawan ancaman-ancaman eksternal. 12 Walt juga berpendapat bahwa bila Negara dihadapkan dengan ancaman dari luar, mereka memiliki dua pilihan, yaitu mereka bisa malakukan balancing melawan ancaman yang ada, atau mereka melakukan politik bandwagon yaitu melakukan politik pengalihan kekuatan dengan beraliansi dengan sumber bahaya. 13 Dinamika kebijakan luar negeri Australia tidak terlepas dari kekuatan nasional yang dimiliki seperti letak geografis, sumber daya alam, 11 Yulius P. Hermawan. ed. 2007, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi, Bandung. Hlm. 44 12 Abubakar Eby Hara, Ph.D 2011, Pengantar; Analisis Politik Luar Negeri dari Realisme sampai Konstruktivisme, Bandung : Nuansa. Hlm 44 13 Ibid 13 kemampuan industry, kepemimpinan dan penduduk. Letak geografi Australia berguna bagi kepentingan militer untuk melakukan kerjasama militer atau kerjasama pertahanan antara Australia dan Amerika. Kemudian Negara membangun dan memperbaharui militernya dengan menciptakan dan memelihara aliansi untuk memperkuat pertahanannya.

1.4.2.2 Foreign Policy Analisis