Lembaga Pemasyarakatan Kelas 2A Subang .1 Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Kelas 2A Subang

menjadi Rumah Tahanan Rutan Negara, dengan kapasitas ± 250 orang. Seiring dengan perkembangan zaman dan lajunya pembangunan, Lembaga Pemasyarakatan Subang pun mengalami peningkatan sarana fisik, diantaranya rehabilitasi blok-blok hunian dari kapasitas 250 orang menjadi 400 orang. Dengan meningkatnya sarana fisik dan kapasitas hunian, 31 Desember 2003 berdasarkan SK. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I. Nomor : M.16.PR.07.03 Tahun 2003 Klasifikasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Subang berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Subang dan berdasarkan luas tempat tidur sesuai dengan petunjuk Dirjenpas No. E.PS.01.06-16 Tanggal 23 Oktober 1996 Kapasitas Lapas Subang 364 orang. Adapun Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Subang beralamat di Jalan Veteran No. 3 Subang.

3.1.1.2 VISI, MISI, dan TUJUAN

1. Visi : Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat, dan mahluk Tuhan YME. 2. Misi : Melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan dalam kerangka penegakkan hukum, pencegahan, dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia. 3. Tujuan : a Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh masyarakat dan berperan aktif dalam pembangunan. b Memberi jaminan perlindungan Hak Asasi Tahanan dalam rangka memperlancar proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan.

3.1.1.3 SEPULUH PRINSIP PEMASYARAKATAN

1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapatmenjalankan peranan sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna. 2. Penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam oleh negara 3. Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat. 4. Negara tidakberhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau lebih jahat daripada sebelum dijatuhi pidana. 5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, para narapidan dan anak didik harus dikenalkan dengan dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat 6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik tidak boleh bersifat sekedar mengisi waktu. 7. Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik harus berdasarkan Pancasila. 8. Narapidana dan anak didik sebagai orang-orang yang tersesat adalah manusia, dan mereka harus diperlakukan sebagai manusia. 9. Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan sebagai satu-satunya derita yang dapat dialaminya. 10. Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapat mendukung fungsi rehabilitatif, kolektif dan edukatif dalam sistem Pemasyarakatan. Drs. Hartono M, Bc.IP.MH. KEPALA Adang Subino, Sm.Hk. KA.SUB.BAG TATA USAHA Heri Kusrita,A.Md.IP.SH.MH. KA. KPLP Supono KA URUSAN UMUM Drs. Isman KA URUSAN KEPEGAWAIAN STAFF KPLP SATGAS P2U Koswara Ruspendi KOM. REGU PENGAMAN Didi Sugandi KOM. REGU PENGAMAN II Suhendra KOM. REGU PENGAMAN III Jajang Suhendar KOM. REGU PENGAMAN IV Iwa Bachtiar, SH. KASI. BIMBINGAN NAPI Agus Suryaman,A.Md.IP.S.PD.MH, KASI. KEGIATAN KERJA Oltis H, A.Md.IP.S.Pd KA SUBSI BIMBINGAN KEMASYARAKATAN Arjiunna, A.Md.IP, SH. KA SUBSI REGISTRASI Tejabrata KA SUBSI SARANA KERJA Yudhi K, A.Md.IP, SH.MH. KA SUBSI BIMBINGAN KERJA DAN HASIL KERJA Irfan Ibrahim S, S.Sos. KASI. ADMIN KEAMANAN DAN TATA TERTIB Harist Firdaus S, S.Pd KA SUBSI PELAPOR DAN TATA TERTIB Jaja Wiharja, S.Pd. KA SUBSI KEAMANAN

3.1.1.4 Struktur Organisasi

3.1.2 Narapidana Wanita

Sistem pemasyarakatan adalah suatu proses pembinaan terpidana yang didasarkan atas asas Pancasila yaitu memandang terpidana sebagai makhluk Tuhan, individu, dan sekaligus sebagai anggota masyarakat dan sistem pemasyarakaat ini tetap mengedepankan hak-hak narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Sehubungan dengan pengertian pembinaan Sahardjo yang dikutip oleh Petrus dan Pandapotan melontarkan pendapatnya sebagai berikut : Narapidana bukan orang hukuman melainkan orang tersesat yang mempunyai waktu dan kesempatan untuk bertobat. Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan melainkan dengan bimbingan. Sistem Pemasyarakatan narapidana itu sendiri dilaksanakan berdasarkan asas: 1. pengayoman 2. persamaan perlakuan dan pelayanan 3. pendidikan 4. pembimbingan 5. penghormatan harkat dan martabat manusia 6. kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan 7. terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu. Pembinaan narapidana menurut sistem pemasyarakatan terdiri dari pembinaan didalam lembaga, yang meliputi pendidikan agama, pendidikan umum, kursus ketrampilan, rekreasi, olah raga, kesenian, kepramukaan, latihan kerja asimilasi, sedangkan pembinaan diluar lembaga antara lain bimbingan selama terpidana, mendapat bebas bersyarat, cuti menjelang bebas. Ketujuh asas pembinaan tersebut pada prinsipnya mencakup tiga pokok pikiran pemasyarakatan, yaitu sebagai tujuan, proses dan metode. Sebagai tujuan dimaksudkan bahwa, dengan pembinaan dan bimbingan pemasyarakatan diharapkan narapidana dapat menyadari perbuatannya dan kembali menjadi warga yang patuh dan taat pada hukum yang berlaku. Sebagai proses adalah berbagai kegiatan yang harus dilakukan selama pembinaan dan bimbingan berlangsung, dan sebagai metode merupakan cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan pembinaan dan bimbingan dengan sistem pemasyarakatan. Menurut R. Apik Noto Subroto, pengertian pemasyarakatan adalah sebagai proses pembinaan terhadap terpidana dengan cara menjalani pidananya dalam Lembaga Pemasyarakatan. Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa, pemasyarakatan merupakan suatu proses pembinaan dan bimbingan terhadap Narapidana, dan proses itu harus dilakukan di lembaga pemasyarakatan. Hal itu menunjukkan bahwa, perhatian dan pemikiran terhadap masalah pembinaan dan bimbingan Narapidana di lembaga pemasyarakatan sangat besar karena, hal itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses penegakan hukum dan keadilan.