Perilaku komunikasi narapidana anak : (studi fenomenologi tentang perilaku komunikasi narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung)

(1)

(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Johan Iskandarsyah Nama Panggilan : Johan, Jo

Tempat / Tanggal Lahir : Kewarganegaraan :

Jakarta, 4 Juli 1991 Indonesia

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : H. Erwin Mahmudsyah (alm)


(5)

218

Alamat : Jl Keselamatan No 5 B. RT 015 / 003. Kel : Manggarai Selatan. Kec : Tebet. Jakarta selatan

Telepon/HP : 089679733872

E-maiI : Johaniskandarsyah24@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2009-2014 Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung

-

2. 2006-2009 SMA 17 AGUSTUS 1945 Berijazah

3. 2003-2006 SMP Negeri 3 Manggarai Selatan Berijazah 4. 1997-2003 SD Negeri 01 Manggarai Selatan Berijazah

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

2. 2000 Pelatihan Karate BKC (Bandung Karate Club)

-

1. 2008 Pelatihan ilmu bela diri Muay Thai, Jakarta Selatan

-

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2007-2009 Klub sepak bola Pratama Jakarta Divisi I DKI Jakarta


(6)

V. PELATIHAN DAN SEMINAR

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2009 Peserta Seminar Ceramah Umum Dekan FISIP UNIKOM “Peningkatan Kualitas Keilmuan, Keterampilan ICT dan Kewirausahaan Sebagai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unggulan”

Bersertifikat

2. 2010 Peserta Mentoring Agama Islam Program Studi Ilmu Komunikasi & PR UNIKOM

Bersertifikat

3. 2010 Peserta Seminar Fotografi, Lomba Foto Essay dan Apresiasi Seni “Teknik dan Bahasa Foto”

Bersertifikat

4. 2010 Peserta Table Manner Course Banana – Inn Hotel & Spa Bandung

Bersertifikat

5. 2010 Peserta Seminar Budaya Preneurship “Mengangkat Budaya Bangsa Melalui Jiwa Entrepreneurship” Pusat Inkubator Bisnis (PIB) Mahasiswa UNIKOM

Bersertifikat

6. 2011 Peserta Study Tour Media Massa 2011 oleh Prodi Ilmu Komunikasi & Public

Relations UNIKOM

Bersertifikat

7. 2012 Peserta Seminar “Peran POLRI dalam Mengawal Pesta Demokrasi” SESPIMTI, Lembang

Bersertifikat

8. 2012 Peserta Seminar “Master Of Ceremony” Dalam Kegiatan One Day Workshop Great Managing Event

Bersertifikat

9. 2012 Peserta Seminar “Event Management” Dalam Kegiatan One Day Workshop Great Managing Event


(7)

220

10. 2013 Peserta “Extra Large Workshop“ dalam rangka Pemecahan Rekor MURI dengan Peserta Terbanyak dan Waktu Terlama Merakit dan Instalasi PC

Bersertifikat

11. 2013 Peserta “Pelatihan Membuat Toko Online” dalam rangka Pemecahan Rekor MURI dengan Peserta Terbanyak

Bersertifikat

12. 2014 English Proficiency Test at English Department Indonesian University of Computer. Total Score 400-

Bersertifikat

VI. PENGALAMAN KERJA

1. 2011 Staff Usher di Restoran TESATE, Pacific Place, Jakarta Selatan

-

2. 2012 Praktek Kerja Lapangan di Oz Radio Bandung

-

VII. KEAHLIAN

1. Lengguage Bahasa Inggris (Pasif)

2. Programme Microsoft Office (Word, Excel, Publisher, Acces, Power

Point, Adobe Pagemaker)

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Maret 2014 Hormat Saya


(8)

Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)pada Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Humas

Oleh :

JOHAN ISKANDARSYAH NIM. 41809079

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(9)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang

senantiasa memberikan rakhmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagaimana mestinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Adapun pembuatan karya ilmiah yang berjudul PERILAKU KOUNIKASI NARAPIDANA ANAK (Studi Fenomenologi Tentang Perilaku Komunikasi Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung).

Peneliti sangat menyadari bahwa adanya peran berharga dari orang-orang bernpengaruh di sisi penelitian yang bersedia membagi hidupnya untuk bersama-sama merasakan apa yang peneliti alami, hadapi, dan rasakan. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang tua peneliti, H. Erwin Mahmudsyah (Alm) dan Tina Soedarsa, terimakasih atas doa dan semua dukungan serta kasih sayang yang tiada ternilai yang telah diberikan kepada peneliti, sampai pada akhirnya peneliti dapat menyelsaikan karya ilmiah ini.

Peneliti sadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dukungan, dorongan, dan bimbingan serta bantuan dari beberapa pihak dalam proses penyusunan karya ilmiah, peneliti tidaklah mampu untuk bisa menyelesaikan karya ilmiah ini. Untuk itu pada


(10)

vii

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik periode 2010-sekarang.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., Selaku Ketua Program Studi ILmu Komunikasi periode 2010-sekarang, yang telah memberikan pengesahan pada karya ilmiahni sehingga dapat disidangkan.

3. Yth. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si Selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu baik saat peneliti melakukan kegiatan perkuliahan.

4. Yth. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., Selaku Dosen Wali IK-2 2009 yang telah banyak memberikan nasihat, semangat serta arahan kepada peneliti selama menempuh studi di Universitas Komputer Indonesia.

5. Yth. Bapak Adiyana Slamet, S.IP., M.Si Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, kebijaksanaan dan telah meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti serta memberikan motivasi untuk membantu kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah.

6. Yth. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis dari awal sampai akhir perkuliahan.


(11)

viii

7. Yth. Astri Ikawati. A.Md. Kom Selaku Sekertariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu yang berkaitan dengan perkuliahan, serta Proposal Usulan Penelitian yang peneliti laksanakan. 8. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Jawa

Barat yang telah memberikan jalan kemudahan kepada peneliti untuk bisa melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung.

9. Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung beserta seluruh staff yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan baru kepada peneliti, juga memberikan kemudahan kepada peneliti untuk bisa melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung.

10.Seluruh Keluarga Besar Peneliti : A Hendrik, Teh Evi, Teh Ika, Teh Mella, A Dadan (alm) serta yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu telah memberikan dukungan moril dan materil, serta semangat dan doa yang sangat luar biasa kepada peneliti.

11.Eka Herliana yang selalu ada ketika peneliti membutuhkan semangat, perhatian, kasih sayang, nasihat, kritik, saran, dan dukungan. Terima kasih untuk segala kesabaran dan kesetiaannya.


(12)

ix

sangat luar bisa kepada peneliti, sehingga peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini.

13.Supriadi As yang telah meluangkan banyak waktunya untuk berdiskusi memberikan saran, kritik, dan masukan kepada peneliti.

14.Teman-teman Kostan: Onyu, Kiki, Opik, Regi, Agung, Ebi, Reza, Mujeng, Isal, Danu, Kil yang telah memberikan banyak saran dan kritik kepada peneliti dan dukungan serta kebersamaan keluarga dalam suasana apapun.

15.Teman-teman seperjuangan Yogi, Reza, Irsan, Gilang, Aldi, Gugah, Disti, Lani, Evfri, Manda, Ogi, Rizki, Yanis, Topan, Awis, Rendra, IK-2009, IK-Humas 1, dan semua rekan-rekan yang tidak bisa peneliti sebutkan namanya satu persatu, teria kasi untuk kebersamaan dan kekeluargaan kalian.

16.Semua Pihak, yang telah membantu peneliti dalam segala hal yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan.


(13)

x

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penulisan karya ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam melakukan penulisan karya ilmiah ini dan semoga penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang lebih segalanya dari Allah SWT.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Februari 2014


(14)

xi

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PEERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ...iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB IPENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... …. 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.2.1 Pertanyaan Makro ... 9

1.2.2 Pertanyaan Mikro………. 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 11


(15)

xii

BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

2.1 Tinjauan Pustaka ... 13

2.1.1 Studi Penelitian Terdahulu ... 13

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 16

2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 16

2.1.2.2 Komponen Komunikasi ... 18

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi ... 19

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi ... 20

2.1.2.5 Proses Komunikasi ... 22

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi ... 23

2.1.3.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi ... 23

2.1.3.2 Jenis Komunikasi Antarpribadi ... 24

2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 25

2.1.3.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ... 27

2.1.4 Tinjauan Tentang PerilakuKomunikasi ... 29

2.1.4.1 Pengertian Tentang Perilaku Komunikasi ... 29

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal ... 31

2.1.5.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 31

2.1.5.2 Jenis-jenis Bahasa Verbal ... 32

2.1.5.3 Fungsi Bahasa ... 33

2.1.5.4 Keterbatasan Bahasa ... 35


(16)

xiii

2.1.6.3 Klasifikasi Pesan Non Verbal ... 39

2.1.6.4 Fungsi Komunikasi Non Verbal ... 42

2.1.6.5 Tujuan Komunikasi Non Verbal ... 44

2.1.6.6 Jenis-jenis Komunikasi Non Verbal ... 45

2.1.7 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik ... 46

2.1.8 Tinjauan Tentang Anak ... 51

2.1.9 Tinjauan Tentang Narapidana ... 55

2.2 Kerangka Pemikiran ... 57

BAB IIIOBJEK DAN METODE PENELITIAN.………..…62

3.1 Objek Penelitian ... 62

3.1.1 Narapidana Anak ... 62

3.1.2 Hak-hak dan Kewajiban Anak ... 64

3.1.2.1 Hak-hak Anak ... 64

3.1.2.2 Kewajiban Anak ... 67

3.1.3 Anak yang Berkonflik dengan Hukum ... 69

3.1.4 Peradilan Pidana Anak ... 72

3.1.5 Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung .. 73

3.2 Metode Penelitian ... 76

3.2.1 Desain Penelitian ... 76


(17)

xiv

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 80

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 80

3.2.2.3 Internet Searching ... 82

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 82

3.2.4 Proses Pendekatan (Gaining Acces and Making Report) ... 84

3.2.5 Teknik Analis Data ... 87

3.2.6 Uji Keabsahan Data ... 89

3.2.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 91

3.2.7.1 Lokasi Penelitian ... 91

3.2.7.2 Waktu Penelitian ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.………...93

4.1 Profil Informan Penelitian ... 96

4.2 Profil InformanPendukung ... 107

4.3 Hasil Penelitian ... 112

4.3.1 Penggunaan Komunikasi Verbal Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung………....114 4.3.2 Penggunaan Komunikasi Non Verbal Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung………...122

4.4 Pembahasan Penelitian ... …133 4.4.1 Penggunaan Komunikasi Verbal Narapidana Anak di Lembaga

Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung………....135 4.4.2 Penggunaan Komunikasi Non Verbal Narapidana Anak di Lembaga


(18)

xv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.………....162

5.1 Kesimpulan ... 162

5.2 Saran ... 164

5.2.1 Saran untuk Narapidana... 164

5.2.2 Saran untuk Peneliti Selanjutnya ... 165

DAFTAR PUSTAKA ... 166

DATAR LAMPIRAN………......169


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 14

Tabel 2.2 Fungsi Komunikasi ... 21

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 83

Tabel 3.2 Informan Pendukung ... 83

Tabel 3.3 Time Schedule Penelitian ... 92


(20)

xvii

Gambar 2.1 Prinsip Perlindungan Anak ... 55

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran ... 61

Gambar 3.2 Susunan Kepengurusan Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III SUkamiskin Bandung………75

Gambar 3.3 Komponen-komponen Analis Data ... 89

Gambar 4.1 Informan Penelitian (Ali alias Bang alias Dedew) ... 97

Gambar 4.2 Informan Penelitian (Aldi Ramdani) ... 100

Gambar 4.3 Informan Penelitian (Fikri alias Unyil)... 103

Gambar 4.4 Informan Pendukung (Ibu Tere) ... 107

Gambar 4.5 Informan Pendukung (Ibu Novi) ... 110

Gambar 4.6 Model Penggunaan Komunikasi Verbal Narapidana Anak dengan Sesama Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung………143

Gambar 4.7 Model Penggunaan Komunikasi Verbal Narapidana Anak dengan Petugas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung………144

Gambar 4.8 Model Penggunaan Komunikasi Verbal Narapidana Anak dengan Orang Tua di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung………145

Gambar 4.9 Model Penggunaan Komunikasi Non Verbal Narapidana Anak dengan Sesama Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung………155


(21)

xviii

Gambar 4.10 Model Penggunaan Komunikasi Non Verbal Narapidana Anak dengan Sesama Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung………...156 Gambar 4.11 Model Penggunaan Komunikasi Non Verbal Narapidana Anak dengan Sesama Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung………...157 Gambar 4.9 Model Perilaku Komunikasi Narapidana Anak di Lembaga


(22)

xix

Lampiran 1 : Surat Perohonan Ijin Penelitian………...169 Lampiran 2 : Surat Balasan Ijin Penelitian ... 170 Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelititan ... 171 Lampiran 4 : Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 172 Lampiran 6 : Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang Sarjana... 173 Lampiran 7 : Surat Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ... 174 Lampiran 8 : Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 175 Lampiran 9 : Berita Acara Bimbingan ... 176 Lampiran 10: Lembar Revisi Skripsi ... 177 Lampiran 11: Pedoman Wawancara ... 178 Lampiran 12: Transkrip Wawancara ... 184 Lampiran 13: Pedoman Observasi ... 208 Lampiran 11: Dokumentasi ... 211


(23)

(24)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Cangara. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Rajawali Pers.

Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia (Edisi 5). Kharisma Publishing. Djamali, R Abdul. 1984. Psikologi Hukum. Bandung: Armico.

Djamil, M Nasir. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Hikmat, Mahi M. 2010. Komunikai Politik Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kuswarno, Engkus. 2013. Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Moeleong, Lexy J. 1980. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mufid, Muhamad.2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(25)

167

Sobur, Alex. 2013. Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suranto, Aw. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu.

B. INTERNET

http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/03/teori-pelayanan-narapidana.html di akses pada tanggal 18 November 2013 pukul 22. 12

http://magdalenasitorus.blogspot.com/2008/09/anak-bekas-narapidana.html di akses pada tanggal 20 November 2013 pukul 19.44

http://panzqueen.blogspot.com/2010/11/komponen-dan-proses-komunikasi.html di akses pada tanggal 26 November 2013 pukul 20.15

http://dittanisa.blogspot.com/2012/07/ciri-dan-tujuan-komunikasi-antar-pribadi.html

di akses pada tanggal 26 November 2013 pukul 00.15

http://indraperdanashmkn.blogspot.com/2009/06/perlindungan-narapidana-anak.html

di akses pada tanggal 27 November 2013

http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-narapidana.html di akses pada tanggal 1 Desember 2013 pukul 21.56

http://www.lapassukamiskin.com/ di akses pada tanggal 4 Desember pukul 2013 00.42

http://lapas1sukamiskin.blogspot.com/ di akses pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 02.36


(26)

C. SUMBER LAIN


(27)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan narapidana umum lainnya, yang menajdi pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana anak. Narapidana anak yang telah divonis pidana akan menjalani masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan. Permasalahan baru timbul ketika seorang narapidana anak menjalani hari demi harinya di Lembaga Pemasyarakatan, dalam menjalani hari-hari di Lembaga Pemasyarakatan seorang narapidana anak memerlukan komunikasi yang efektif untuk menunjang kelangsungan hidup di tempatnya yang baru. Kondisi dari lembaga pemasyarakatan yang berbeda dengan kondisi tempat tinggal narapidana anak sebelumnya dan arus komunikasi yang terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan menjadi permasalahan bagi perubahan perilaku dan komunikasi seorang narapidana anak.

Melalui proses komunikasi yang terjalin antara narapidana anak yang satu dengan narapidana anak yang lainnya, dengan petugas Lembaga Pemasyarakatan, serta kerabat yang datang untuk sekedar menjenguk dan orang tua yang ingin mengetahui perkembangan kepribadian anaknya berindikasi terhadap segala bentuk


(28)

proses perubahan perilaku komunikasi seorang narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan.

Dalam perilaku komunikasi tidak terlepas dari peran komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. komunikasi verbal adalah semua jenis interaksi yang menggunakan satu kata atu lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal atau tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi non verbal ternyata jauh lebih dipakai daripada komunikasi verbal dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi non verbal ikut terpakai. Karena itu komunikasi non verbal bersifat tetap dan selalu ada (Hardjana,2003:26). Dalam hal ini perilaku komunikasi seorang narapidana anak di Lembaga Pemsayarakatan diklasifikasikan melalui komunikasi verbal dan non verbal yang saling mengungkapkan perasaan emosi, pendapat, dan tujuan, sehingga terjalin komunikasi yang efektif di dalamnya.

Peneliti ingin meneliti bagaimana komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan oleh narapidana anak ketika berinteraksi dengan lingkungan, baik itu dengan narapidana anak yang satu dengan narapidana anak yang lainnya, dengan petugas Lembaga Pemasyarakatan, dan orang tua yang sedang kunjungan dan ingin mengetahui perkembangan kepribadian anaknya. Maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana perilaku komunikasi narapidana anak yang mereka jalani


(29)

3

setiap harinya, dan yang paling utama adalah untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal dalam perilaku komunikasinya.

Peneliti tertarik berdasarkan asumsi peneliti bahwa stiap individu memiliki perilaku yang berbeda dengan individu lainnya. Seperti bagaimana perilaku seorang narapidana anak yang sedang berinteraksi dengan lingkungannya, tata cara berbahasanya, dan gestur tubuhnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan terfokus kepada bagaimana perilaku komunikasi narapidana anak dan bagaimana proses komunikasi yang terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung.

Pada dasarnya anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Orang tua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara hak asasi anak sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional.

Anak merupakan suatu bagian terpenting yang tidak dapat terpisahkan dari keberlangsungan sebuah Negara. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah diamanatkan kepada bangsa Indonesia Berdasarkan dengan Pasal 28 B ayat (2) UUD 1945 hasil amandemen berbunyi: Melindungi segenap bangsa Indonesia,


(30)

mencerdaskan kehidupan bangsa serta menjamin setiap anak atas kelangsungan hidupnya, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Perkembangan bagi setiap individu melalui tahapan usia dengan tugas-tugasnya yang harus dipenuhi pada salah satu perioda kehidupannya.

Tahap perkembangan itu terdiri dari:

1. Masa anak-anak

1) Pranatal: saat pembuahan sampai lahir. 2) Infancy: lahir sampai akhir minggu kedua. 3) Babyhood: akhir minggu kedua sampai 2 tahun. 4) Masa anak awal: 2 – 6 tahun.

5) Masa anak akhir: 6 – 12 tahun. 2. Masa remaja

1) Pra pubertas: 12 – 14 Tahun. 2) Remaja: 14 – 18 tahun. 3. Masa dewasa:

1) Masa dewasa awal: 18 – 40 tahun. 2) Masa dewasa madia: 40 – 60 tahun.

3) Masa dewasa akhir: 60 tahun sampai meninggal dunia. (Djamali,1984:32)


(31)

5

Pengertian anak berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:

Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah. Jadi dalam hal ini pengertian anak dibatasi dengan syarat sebagai berikut: pertama, anak dibatasi dengan umur antara 8 (delapan) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun. Sedangkan syarat kedua si anak belum pernah kawin. Maksudnya tidak sedang terikat dalam perkawinan ataupun pernah kawin dan kemudian cerai. Apabila si anak sedang terikat dalam perkawinan atau perkawinanya putus karena perceraian, maka si anak dianggap sudah dewasa walaupun umurnya belum genap 18 (delapan belas) tahun.

Dalam sistem pemasyarakatan berpandangan bahwa lembaga pemasyarakatan tidak lagi semata-mata sebagai tujuan dari penjara, melainkan juga merupakan suatu sistem serta cara pembinaan terhadap narapidana dengan cara pendekatan dan pengembangan potensi yang ada dalam masyarakat, individu narapidana sehingga nantinya narapidana memiliki keterampilan. Aturan mengenai sistem pemasyarakatan yang berlaku saat ini adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang diundangkan pada tanggal 30 Desember 1995. Dalam Pasal 1 angka 2 menyatakan sebagai berikut :

“Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan


(32)

dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab”.

Saat ini ada Lembaga Pemasyarakatan untuk anak, yaitu Lembaga Pemasyarakatan yang dikhususkan bagi anak-anak yang melakukan pelanggaran terhadap hukum dan salah satunya adalah Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung. Keberadaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung ini menjadi satu-satunya Lembaga Pemasyarakatan anak yang ada di Bandung. Setiap anak yang memiliki masalah dengan hukum dan telah divonis pidana khususnya di daerah Bandung akan menjalani masa tahanannya di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung ini. Hal tersebut yang menjadi alasan kenapa peneliti melaksanakan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung.

Berdasarkan hal tersebut peneliti beranggapan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung sesuai untuk dijadikan tempat penelitian mengenai perilaku komunikasi narapidana anak yang terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung.

Dari hal yang telah dipaparkan diatas, maka perlu diketahui bagaimana sikap optimisme masa depan narapidana anak yang masih menjalani masa hukman di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung dalam menghadapi masa kebebasan atau setelah menjalani hukuman. Pada hakikatnya manusia tidak hidup sendirian atau tidak bisa hidup sendirian untuk memenuhi kebutuha hidupnya. Manusia pasti akan


(33)

7

membutuhkan orang lain untuk bisa berkembang, saling berkebutuhan, dan berkomunikasi.

Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin “communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama; sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. (Effendy,2003:30)

Sementara itu menurut Stephen R. Covey komunikasi merupakan keterampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar jam di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi.kita menghabiskan sebagian besar jam disaat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan pernapasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif. (Mufid,2009:129)

Fenomena perilaku komunikasi narapidana anak dapat dilihat dari pandangan interaksi simbolik. Diakui bahwa teori interaksi simbolik yang dicetuskan Goerge Herbert Mead (1863-1931) di Amerika mirip dengan tradisi sosiologi Eropa yang dipelopori oleh Weber (1864-1920).


(34)

“Perspektif interaksi simbolik mengandung dasar pemikiran yang sama dengan teori tindakan sosial tentang “makna subjektif” (subjective meaning) dari perilaku manusia, proses sosial dan pragmatismenya. Meskipun terdapat beberapa versi interaksionisme simbolik, dalam pemaparan yang bersumber dari pemikiran fenomenologisnya, dikenal Herbert Blumer, seorang mahasiswa Mead yang mengumpulkan bahan kuliah Mead dan dialah yang mengukuhkan teori interaksi simbolik sebagai satu kajian ilmiah tentang berbagai aspek subjektif manusia dalam kehidupan sosial”. (Kuswarno,2013:113)

Interaksi simbolik memandang bagaimana cara kita menginterpretasikan dan memberi makna pada lingkungan di sekita kita melalui cara kita berinteraksi dengan orang lain. Teori interaksi simbolik berfokus pada cara orang berinteraksi melalui simbol yang berupa kata, gerak tubuh, peraturan, dan peran. Perspektif interaksi simbolik mendasarkan pandangannya pada asumsi bahwa manusia mengembangkan satu set simbol yang kompleks untuk memberi makna terhadap dunia. Karenanya maka muncul melalui interaksi manusia dengan lingkungannya.

Inti dari penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara narapidana anak menggunakan simbol-simbol yang menginterpretasikan apa yang mereka sampaikan dalam proses komunikasi yaitu pada saat berkomunikasi dengan orang lain yang ada lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. Sehingga tercapainya suatu pemahaman diantara pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Untuk mengkaji lebih dalam mengenai perilaku komunikasi narapidana anak, peneliti berasumsi pada metode fenomenologi dan dengan pandangan teori interaksi simbolik. Peneliti beranggapan dengan metode fenomenologi peneliti berharap untuk memperoleh pemahaman


(35)

9

tentang kebenaran yang esensial dari pengalaman hidup seorang narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil rumusan masalah pada dua bentuk pertanyaan yaitu pertanyaan Makro dan pertanyaan Mikro. Pengertian dari pertanyaan makro adalah inti dari permasalahan yang peneliti ingin teliti, lalu pertanyaan mikro merupakan pertanyaan permasalahan yang berdasarkan teori sebagai landasan penelitian ini.

1.2.1 Pertanyaan Makro

Peneliti merumuskan pertanyaan makro yaitu “Bagaimana Perilaku Komunikasi Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung?”

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti merumuskan pertanyaan mikro guna membatasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana komunikasi verbal narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung?

2. Bagaimana komunikasi non verbal narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung?


(36)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang peneliti bagi menjadi dua pertanyaan yaitu makro dan mikro, maka penelitipun mendapati maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu:

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mendeskripsikan bagaimana perilaku komunikasi narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui komunikasi verbal narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung? 2. Untuk mengetahui komunikasi non verbal narapidana anak di


(37)

11

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan masukan dan dapat memperdalam pengetahuan juga teori yang berhubungan dengan studi ilmu komunikasi secara umum. Penelitian ini juga lebih membuka wawasan dan pengetahuan baru bagi peneliti terhadap fenomena atau realitas sosial yang ada di masyarakat yang menarik untuk diteliti.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Untuk Peneliti

Kegunaan penelitian ini untuk peneliti adalah untuk memberikan pengetahuan lebih mendalam tentang fenomena narapidana anak dan perilaku komunikasi narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung.

2. Untuk Universitas

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum, program Ilmu Komunikasi secara khusus sebagai literatur atau untuk sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.


(38)

3. Untuk Masyarakat

Penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat untuk bisa lebih memahami permasalahan kondisi yang ada di Lembaga Pemasyarakatan khususnya Lembaga Pemasyarakatan anak. Agar masyarakat memahami permasalahan yang terjadi pada narapidana anak, sehingga setelah anak kembali ke lingkungan masyarakat bisa melanjutkan kehidupannya dengan lebih baik lagi. Semoga dengan karya ilmiah ini dapat menambah wawasan baru bagi masyarakat mengenai fenomena narapidana anak.


(39)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk menjelaskan teori yang relevan dengan masalah yang diteliti, tinjauan pustaka berisikan tentang data-data sekunder yang peneliti peroleh dari jurnal-jurnal ilmiah atau hasil penelitian pihak lain yang dapat dijadikan asumsi-asumsi yang memungkinkan terjadinya penalaran untuk menjawab masalah yang diajukan peneliti.

2.1.1 Studi Penelitian Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding yang memadai sehingga penulisan skripsi ini lebih memadai. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai subjek-subjek tertentu, sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah hal yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.


(40)

Peneliti terdahulu yang diangap relevan oleh peneliti dan dijadikan sebagai bahan acuan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Nama Peneliti Metode Yang Digunakan Hasil Penelitian Perbedaan Dengan Penelitian Skripsi ini 1 Perilaku komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata Ria Dwi Mutiara Pendekatan kualitatif, dengan desain studi kasus Perilaku komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata dibagi kedalam dua bagian besar, yaitu perilaku komunikasi yang menggunakan komunikasi verbal dan perilaku komunikasi yang menggunakan komunikasi non verbal ketika sedang

memberikan pelayanan terhadap konsumen. Selain itu, adanya motif yang melatari perilaku komunikasi dari seorang Sales Promotion Girl tersebut. Penelitian Ria untuk mengetahui perilaku komunikasi sales promotion girl provider XL Axiat di Dukomsel kota Bandung. 2 Perilaku Komunikasi Komunitas Penggemar Grup Musik Shera Mutia Metode penelitian kualitatif dengan desain studi kasus.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa simbol komunikasi yang mereka gunakan menjadi ciri khas bagi mereka sendiri. Motif dari penggunaan tersebut diantaranya karena Penelitian Shera untuk mengetahui apa saja simbol komunikasi yang digunakan oleh komunitas Dorks, mengapa mereka menggunakan


(41)

15 mereka memang menyukai, membutuhkan, serta digunakan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, tindakan komunikasi pada Komunitas Dorks ini dapat terbagi menjadi dua, yakni Dorks lama dan Dorks baru. Perbedaan dalam gaya berpakaian, yang mana Dorks baru selalu beratribut lengkap, gaya sapaan dimana Dorks lama hanya memanggil dengan nama, dan gaya bicara Dorks baru yang gugup, terbata-bata, volume suara rendah, dan nada yang rendah.

simbol-simbol komunikasi tersebut, serta bagaimana tindakan komunikasi yang terjadi ketika komunitas Dorks sedang bersama dan ketika bersama dengan Pee Wee Gaskins. 3 Perilaku Komunikasi Suami Istri Pelayar Dalam Membina Keharmonis an Rumah Tangga di Kec.Suli Kab Luwu

Ismawati Metode penelitian deskriptif kualitatif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, dalam hubungan rumah tangga seperti yang terjadi pada suami istri pelayar, komunikasi adalah salah satu hal yang paling utama untuk dapat

mempertahankan suatu hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku komunikasi suami istri pelayar dalam membina keharmonisan rumah tangga di Kec. Suli Kab Luwu


(42)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sangat perlu untuk melakukan komunikasi. Tanpa adanya komunikasi dalam kehidupan manusia, maka kelangsungan hidup manusia tidak akan bisa berlangsung. Komunikasi yang dilakukan oleh manusia bertujuan untuk faktor kepentingan dengan orang lain, menyampaikan informasi, dan mempengaruhi orang lain. Komunikasi ada dalam setiap aspek kehidupan manusia, “ketika manusia ada maka terciptalah komunikasi”.

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Pengertian komunikasi secara epistimologi berasal dari perkataan latin “communication”. Istilah ini bersumber dari perkataan

communis” yang berarti sama; sama disini maksudnya sama makna

atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terjadi kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. (Effendy,2003:30)

Para ahli mendefinisikan istilah komunikasi dengan paradigma yang berbeda-beda. Dimana definisi komunikasi yang berbeda-beda diberikan berdasarkan paradigma dan sudut pandang setiap ahli.


(43)

17

“Komunikasi adalah proses hal mana suatu ide dalihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud merubah perilaku”, demikian dikatakan Everett M. Rogers. Definisi ini menekankan bahwa dalam komunikasi adalah sebuah proses pengoperan (pemrosesan) ide, gagasan, lambang, dan didalam proses itu melibatkan orang lain. (Nurudin,2008:26)

Menurut Carl I.Hovland yang dikutip oleh Hikmat dalam buku

Komunikasi Politik Teori dan Praktik menyatakan bahwa komunikasi

adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals).

Menurut Bernard Berelson dan Barry A. Stainer komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan bahasa, gambar-gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. (Effendy, 1992:48) Sedangkan definisi komunikasi juga diungkapkan oleh Berelson dan Steiner memfokuskan pada unsur penyampaian. Shanon dan Weaver juga menerina unsur penyampaian ini, tetapi mereka menambahkan unsur inheren lainnya pada waktu mereka mendefinisikan komunikasi, mencakup semua prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lainnya. (Hikmat,2010:5)


(44)

Dari banyaknya definisi komunikasi tersebut, untuk lebih memahami komunikasi, para peminat komunikasi seringkali mengutip paradigma komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya The Stucture and Function of Communication in

Society. Menurutnya pendekatan yang tepat untuk memahami

komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Dalam paradigma Lasswell, dijelaskan bahwa dalam upaya memahami komunikasi harus dapat menjawab lima unsur komunikasi, yakni komunikator (communicator, sender, source), pesan (message), media (chaneel), komunikan (communicant, communicate, reciver, recipient) dan efek (effect, impact, influence). Berdasarkan lima unsur tersebut persepsi komunikasi menurut Lasswell adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang akan menimbulkan efek tertentu. (Hikmat,2010:6)

2.1.2.2 Komponen Komunikasi

Komponen komunikasi adalah hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik, menurut Lasswell komponen-komponen komunikasi adalah:


(45)

19

1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.

2. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh suatu pihak kepada pihak lain.

3. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. Dalam komunikasi antar pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.

4. Penerimaan atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.

5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya. 6. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang

bagaimana komunikasi itu akan dijalankan (protokol).1

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi

Adapun Tujuan dari komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy yang dikutip dalam buku Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi adalah:

1

http://panzqueen.blogspot.com/2010/11/komponen-dan-proses-komunikasi.html di akses pada tanggal 26 November 2013 pukul 20.15


(46)

1. Mengubah sikap (to change the attitude) 2. Mengubah perilaku (to change behavior) 3. Mengubah masyarakat (to change the society)

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi

Dalam kajian ilmu komunikasi banyak ahli mengemukakan pendapatnya tentang fungsi-fungsi komunikasi. Secara lebih terperinci fungsi-fungsi komunikasi yang dikemukakan Harold D. Lasswell adalah sebagai berikut:

1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment)

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk melengkapi lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the environment)

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya (transmission of the social heritage)

Charles R. Wright menambahkan satu fungsi, yakni entertainment (hiburan) yang menunjukan pada tindakan-tindakan komunikatif yang terutama sekali dimaksudkan untuk menghibur


(47)

21

dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya. (Nurudin,2004;16)

Tabel 2.2 Fungsi Komunikasi

Fungsi Aktor Tujuan

Penjajakan Lingkungan Korelasi Pewarisan Hiburan

Diplomat, atase, Pemimpin opini Wartawan, juru bicara, jupen Pendidik Semua sumber informasi

Mencari tahu, pertimbangan keputusan

Memberi pengertian,

mempengaruhi, menafsirkan Menjaga kontinuitas

keseimbangan Menghibur


(48)

2.1.2.5 Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada dasarnya merupakan proses pertukaran informasi atau penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.

Menurut Onong Uchjana Effendi dikutip dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi proses komunikasi terbagi dalam dua sisi, yaitu proses komunikasi secara primer dan sekunder.

1. Proses komunikasi secara primer (primary process) adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (simbols) sebagai media atau saluran. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture), yakni gerak anggota tubuh, gambar, warna, dan lain sebagainya.

2. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua ini karena


(49)

23

komunikan yang dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya, jauh dan banyak. Komunikasi dalam, proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan efisien karena didiukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang pula oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi-teknologi komunikasi. (Effendy,2003:33,38)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi

2.1.3.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi (Interpersonal communication) merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dan berlangsung secara tatap muka.

Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam buku nya “The Interpersonal Communication Book”. Adalah sebagai berikut:

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika “. (The process of sending and receiving messages between two person, or among a small group persons, with some effect and some immediate feedback).(Effendy,2003:59)


(50)

2.1.3.2 Jenis Komunikasi antarpribadi

Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yaitu:

1. Komunikasi Diadik (dyadic communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antar pribadi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan seorang itu.

2. Komunikasi Triadik (triadic communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Jika misalnya A yang menjadi komunikator, maka ia pertama-tama menyampaikan kepada komunikan B, kemudian kalau dijawab atau ditanggapi beralih kepada komunikan C, juga secara berdialogis.


(51)

25

Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.

2.1.3.3 Tujuan Komunkasi Antarpribadi

Sebagai sebuah komunikasi tatap muka, tujuan dari komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut:

1. Menemukan diri sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita adalah sangat menarik dan mengasyikan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan


(52)

orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.

2. Menemukan dunia luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal. Meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu sering kali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.

3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

4. Beruban sikap dan tingkah laku

Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh mengizinkan mereka memilih cara tertentu,


(53)

27

misalnya membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu, dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah.

5. Untuk bermain dan kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Hal ini bisa member suasana yang lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan lainnya.

6. Untuk membantu pengarahan

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari2.

2.1.3.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Menurut Kumar efektivitas komunikasi antarpribadi mempunyai lima ciri, sebagai berikut:

2

http://dittanisa.blogspot.com/2012/07/ciri-dan-tujuan-komunikasi-antar-pribadi.html di akses pada tanggal 26 November 2013 pukul 00.15


(54)

1. Keterbukaan (openness)

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. 2. Empati (empathy)

Merasakan apa yang diarsakan orang lain. 3. Dukungan (supportiveness)

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

4. Rasa positif (positiveness).

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

5. Kesetaraan (equality)

Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan3.

3


(55)

29

2.1.4 Tinjauana Tentang Perilaku Komunikasi

2.1.4.1 Pengertian Tentang Perilaku Komunikasi

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan, dengan kata lain perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu. Tujuan spesifik tidak selamanya diketahui dengan sadar oleh yang bersangkutan. Dorongan yang memotivasi pola perilaku individu yang nyata dalam kadar tertentu berada dalam alam bawah sadar(Hersey& Blanch, 2004:68).

Rogers menyatakan bahwa perilaku komunikasi merupakan suatu kebiasaan dari individu atau kelompok di dalam menerima dan mencari informasi yang diindikasikan dengan adanya pertisipasi hubungan dengan sistem sosial, kekosmopolitan, hubungan dengan agen perubahan, keterdedahan dengan media, keaktifan dalam mencari informasi, pengetahuan mengenai hal-hal yang baru dalam inovasi.

Rogers (1993) mengungkapkan ada tiga perubahan perilaku komunikasi yang sudah teruji secara empiris signifikan yaitu pencarian informasi, kontak dengan penyuluh, dan keterdedahan pada media massa. Peubah pertama yaitu pencarian informasi masih perlu didampingi dengan penyampaian informasi, sesuai dengan model


(56)

transaksional yang bersifat saling menerima dan memberi informasi cara bergantian.

Gould dan Kolb yang dikutip oleh Ichwanudin (1998),

“perilaku komunikasi adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dan untuk menyebarluaskan informasi kepada pihak manapun yang memerlukan. Perilaku komunikasi pada dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku seseorang pada umumnya dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu”.

Berdasarkan definisi perilaku yang telah diungkapkan sebelumnya,

“perilaku komunikasi diartikan sebagai tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, atau dengan kata lain perilaku komunikasi adalah cara berfikir, berpengetahuan, berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyampaikan informasi melalui berbagai saluran yang ada di dalam jaringan komunikasi masyarakat setempat” (Hapsari 2007:36).

Di dalam mencari dan menyampaikan informasi, seyogyanya juga mengukur kualitas (level) dari komunikasi. Berlo (1960:40) mendeskripsikan level komunikasi adalah mengukur derajat kedalaman mencari dan menyampaikan informasi yang meliputi (1), sekadar bicara ringan, (2), saling ketergantungan (independen), (3), tenggang rasa (empaty), (4), saling interaksi (interaktif). Kebutuhan seseorang akan informasi mampu menggerakannya secara aktif melakukan pencarian informasi.


(57)

31

Lebih lanjut Berlo (1960:45), mengungkapkan bahwa perilaku komunikasi seseorang dapat dilihat dari kebiasaan berkomunikasi. Berdasarkan definisi perilaku komunikasi, maka hal-hal yang sebaiknya perlu dipertimbangkan adalah bahwa seseorang akan melakukan komunikasi sesuai dengan kebutuhannya.

Halim (1992:39) mengungkapkan bahwa komunikasi, kognisi, sikap, dan perilaku dapat dijelaskan secara lebih baik melalui pendekatan situasional, khususnya mengenai kapan dan bagaimana orang berkomunikasi tentang masalah tertentu. 4

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal

2.1.5.1 Definisi Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

4

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51571/Tinjauan%20Teori%20201


(58)

Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Devito, 2011:51)

2.1.5.2 Jenis-jenis Bahasa Verbal

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan sebagai aspek realitas individual kita. Adapun macam bahasa verbal yang digunakan adalah :


(59)

33

1. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia yang dipakai untuk memperlancar hubungan komunikasi dan merupakan lambang kebangsaan bangsa Indonesia (Buku Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan & Kebudayaan).

2. Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan pada suatu daerah tertentu dan memiliki ciri khas tertentu di bidang kosa kata, peristilahan, struktur kalimat dan ejaannya. Bahasa daerah merupakan lambang kebanggaan daerah yang bersangkutan (Buku Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan & Kebudayaan).

Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.

2.1.5.3 Fungsi Bahasa

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana, 2005) bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.


(60)

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. 2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang

dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui


(61)

35

bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.

3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

2.1.5.4 Keterbatasan Bahasa

Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.

Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.

1. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula.


(62)

2. Kata-kata mengandung bias budaya

Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan sub budaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.


(63)

37

3. Percampur adukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.

Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.

2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal

2.1.6.1 Definisi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan non verbal. Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi non verbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis


(64)

komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

Sebagaimana yang diungkapkan Arni Muhammad memberikan definisi komunikasi non verbal sebagai berikut :

“Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan bahasa isyarat seperti gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan berupa kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak, sentuhan, dan sebagainya”. (Suranto, 2010:146)

Sedangkan menurut Edward T.Hall mengartikan komunikasi non verbal sebagai berikut :

“Komunikasi non verbal adalah sebuah bahasa diam (silent language) dan dimensi tersembunyi (hidden dimension) karena pesan non verbal yang tertanam dalam konteks komunikasi”. (Mulyana, 2010:344).

2.1.6.2 Ciri-ciri Umum Pesan Non Verbal

Devito (2011:54) mengemukakan bahwa pesan-pesan non verbal mempunyai ciri-ciri umum, yaitu :

1. Perilaku komunikasi bersifat komunikatif, yaitu dalam situasi interaksi, perilaku demikian selalu mengkomunikasikan sesuatu. 2. Komunikasi non verbal terjadi dalam suatu konteks yang


(65)

39

3. Pesan non verbal biasanya berbentuk paket, pesan-pesan non verbal saling memperkuat, adakalanya pesan-pesan ini saling bertentangan.

4. Pesan non verbal sangat di percaya, umumnya bila pesan verbal saling bertentangan, kita mempercayai pesan non verbal.

5. Komunikasi non verbal di kendalikan oleh aturan.

6. Komunikasi non verbal seringkali bersifat metakomunikasi, pesan non verbal seringkali berfungsi untuk mengkomentari pesan-pesan lain baik verbal maupun non verbal.

2.1.6.3 Klasifikasi Pesan Non Verbal

Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan non verbal sebagai berikut:

1. Pesan kinesik. Pesan non verbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

1) Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan


(66)

tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

a) Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tak senang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk

b) Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan

c) Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi-situasi

d) Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

2) Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

3) Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah:

a) Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan


(67)

41

yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif

b) Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah

c) Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

2. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

3. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

4. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan


(68)

verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda.

5. Pesan sentuhan dan bau-bauan.

1) Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.

2) Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis

2.1.6.4 Fungsi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal bisa dikatakan hanya menggunakan isyarat atau tidak menggunakan kata-kata yang lisan, tapi tetap saja memiliki fungsi dalam penggunaannya. Menurut Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaannya komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk :


(69)

43

1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repletion)

2. Menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)

3. Menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)

4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempat. (Cangara, 2011:106)

Fungsi dari komunikasi non verbal dapat menjelaskan maksud dari penyampain pesan itu sendiri. Menurut Mark L. Knapp fungsi-fungsi tersebut yaitu:

1. Repetisi

Mengulang kembali gagasan yang sebelumnya sudah disajikan secara verbal.

2. Subtitusi

Menggantikan lambang-lambang verbal. 3. Kontradiski

Menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.

4. Komplemen

Melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal. 5. Aksentuasi

6. Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya (Suranto, 2010:173)


(70)

2.1.6.5 Tujuan Komunikasi Non Verbal

Ketika kita melakukan komunikasi, baik itu melakukan komunikasi verbal terlebih dahulu yang kemudian diiringi dengan komunikasi non verbal atau sebaliknya. Bahkan keduanya seringkali berbarengan dalam melakukannya ataupun penyampaiannya. Setiap penyampaian pesannya baik secara verbal ataupun non verbal sebenarnya memiliki tujuan-tujuan tertentu didalam pesan tersebut.

Adapun tujuan dari komunikasi non verbal diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan atau memberikan informasi. 2. Mengatur alur suara percakapan.

3. Mengekspresikan emosi.

4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan dari komunikasi verbal.

5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.

6. Mempermudah tugas-tugas khusus yang memerlukan komunikasi non verbal.


(71)

45

2.1.6.6 Jenis-jenis Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal yang kita anggap cukup penting ternyata dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis pesan yang digunakannya. Dari jenis komunikasi non verbal yang pernah diberikan oleh para ahli sangat beragam. Adapun jenis-jenis komunikasi non verbal yaitu sebagai berikut :

1. Bahasa tubuh : a. Isyarat tangan b. Gerakan tangan

c. Postur tubuh dan posisi kaki d. Ekspresi wajah dan tatapan mata 2. Sentuhan

3. Parabahasa 4. Penampilan fisik :

a. Busana

b. Karakteristik fisik 5. Bau-bauan

6. Orientasi ruang dan jarak pribadi : a. Ruang pribadi dan ruang publik b. Posisi duduk dan pengatutan ruangan 7. Konsep waktu

8. Diam 9. Warna


(72)

2.1.7 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. (Mulyana,2006:68). Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. (Mulyana,2006:70)

Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan suatu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting.

Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide dan hubungannya dengan msyarakat. Karena ide ini dapat diinterpretasikan secara luas, akan dijelaskan secara detail tema-tema teori ini. Ralph LaRoss dan Donald C Reitez dalam West-Turner telah mempelajari Teori Interaksi simbolik yang berhubungan dengan kajian mengenai Keluarga. Mereka mengatakan bahwa tujuh asumsi mendasari interaksi simbolik dan bahwa asumsi-asumsi ini memperlihatkan tiga tema besar, yaitu:


(73)

47

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia

Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya dikonstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama dimana asumsi-asumsi itu adalah manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, makna diciptakan dalam interaksi antar manusia dan makna dimodifikasi melalui interpretif.

2. Pentingnya konsep mengenai diri

Tema ini berfokus pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lain dengan cara antara lain individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku. Mead sering kali menyatakan hal ini sebagai “The particular kind of role thinking imagining how welook to another person

or ability to see ourselves in the reflection of another glass”. 3. Hubungan antada individu dengan masyarakat

Tema ini berfokus pada dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana norma-norma sosial membatasi perilaku tiap


(74)

individualnya, tapi pada akhirnya tiap individu sendiri yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatan. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keturunan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.5

Menurut Ralph Larossa dan Donal C. Reitzes dalam West-Turner (2008:96), Interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia bersama dengan orang lain mencipakan dunia simbolik dan bagaimana cara membentuk perilaku manusia.

Penganut interaksionsime simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia di sekeliling mereka, jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan, sebagaimana dianut teori behavioristik atau teori structural. Alih-alih perilaku dipilih sebagai hal yang layak dilakukan berdasarkan cara individu mendefinisikan situasi yang ada.

5

http://nurdewisetyowati.blogspot.com/2012/03/teori-interaksi-simbolik.html di akses pada tanggal 14 Januari 2014 pukul 02.21


(75)

49

Joel M. Charon dalam bukunya “Simbolic interactionism” mendefinisikan interaksi sebagai “aksi sosial bersama; individu-individu berkomunikasi satu sama lain mengenai apa yang mereka lakukan dengan mengorientasikan kegiatannya kepada diri masing-masing.

Interaksionisme merupakan pandangan-pandangan terhadap realitas sosial yang muncil pada akhir dekade 1960-an dan awal dekade 1970, tetapi para pakar beranggapan bahwa pandangan tersebut tidak bisa dikatakan baru. Stephen W. Littlejhon dalam bukunya yang berjudul “Theories of Human

Communication” mengatakan bahwa, yang memberikan dasar adalah George

Herbert Mead yang diteruskan oleh George Herbert Blumer. (Mufid,2010:152).

Mead dianggap sebagai bapak interaksionisme simbolis, karena pemikirannya yang luar biasa. Pemikiran Mead terangkum dalam konsep pokok mengenai “mind”,”self” dan“society”sebagaimana dijelaskan berikut ini. Dia mengatakan bahwa pikiran manusia mengartikan dan menafsirkan benda-benda dan peristiwa yang dialaminya, menerangkan benda-benda dan peristiwa yang dialaminya, menerangkan asal muasalnya dan meramalkannya. Pikiran manusia merebos dunia luar, seolah-olah mengenalnya dari balik penampilannya. Ia juga menerobos dirinya sendiri dan membuat hidupnya sendiri menjadi objek pengenalannya yang disebut self yang dapat kita


(1)

Ketiga, Istilah-istilah yang mereka bentuk untuk memberikan identitas terhadap setiap masing-masing individu berupa nama alias. Dalam penggunaan nama-nama alias terdapat perbedaan ketika narapidana anak sedang berkomunikasi dengan sesama narapidana, dengan petugas, dan dengan orang tua yang sedang kunjungan. Peneliti mengklasifikasikan berdasarkan perbedaannya sebagai berikut:

1. Ketika narapidana anak berkomunikasi dengan sesama narapidana anak mereka terbiasa mengubah nama asli menjadi nama alias yang mereka ciptakan sendiri, seperti Dedew, Unyil, Gas, Domba, Pe’ed, Alfa.

2. Ketika narapidana anak berkomunikasi dengan petugas mereka jarang menggunakan nama-nama alias sebagai identitas, walaupun terkadang ada narapidana anak yang berkomunikasi dengan petugas menggunakan nama alias.

3. Ketika narapidana anak berkomunikasi dengan orang tua yang kunjungan mereka tidak sama sekali menggunakan nama alias, bahkan orang tua juga tidak tahu mengenai nama alias.

3.2 Penggunaan Komunikasi Non Verbal Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung

Dalam pembahasan ini peneliti memfokuskan pada penggunaan komunikasi non verbal narapidana anak dengan sesama narapidana anak, dengan petugas dan dengan orang tua yang berkunjung. Adanya perbedaan perilaku komunikasi non verbal yang ditunjukan oleh narapidana anak ketika sedang berinteraksi, perbedaan tersebut berhubungan dengan penggunaan simbol-simbol non verbal dalam komunikasi memiliki makna dan tujuan tertentu dalam penggunaannya.

Berdasarkan hal tersebut peneliti menemukan adanya dua poin penting yang menjadi perilaku komunikasi narapidana anak dalam penggunaan komunikasi verbal, yaitu:


(2)

1. Bahasa tubuh berupa ekspresi wajah, tatap muka, dan gerakan tangan. 2. Penampilan fisik berupa peraturan pakaian yang dikenakan

Pertama, dalam suatu interaksi ekspresi wajah merupakan salah satu komunikasi non verbal yang ditunjukan oleh narapidana anak, ekspresi wajah dalam perilaku komunikasi narapidana anak selain sebagai penunjang dalam berkomunikasi juga digunakan untuk menyampaikan perasaan pada saat berkomunikasi. Peneliti mengklasifikasikan berdasarkan perbedaannya sebagai berikut:

1. Ketika narapidana anak sedang berkomuniksi dengan sesama narapidana ekspresi yang ditimbulkan cenderung biasa-biasa saja.

2. Ketika narapidana anak sedang berkomuniksi dengan petugas lebih kepada ekspresi yang baik dan sopan.

3. Ketika narapidana anak sedang berkomuniksi dengan orang tua ada narapidana anak yang sedih, ada yang menunjukan ekspresi bahagia, dan ada yang mengekspresikan senang.

Selain ekspresi wajah, yang tidak kalah pentingnya lagi mengenai komunikasi non verbal yang ditunjukan narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung adalah tatap mata. Peneliti mengklasifikasikan berdasarkan perbedaannya sebagai berikut:

1. Ketika narapidana anak sedang berkomuniksi dengan sesama narapidana sudah terbiasa untuk menatap mata lawan bicaranya.

2. Ketika narapidana anak sedang berkomuniksi dengan petugas menatap mata petugas, tetapi juga tergantung kondisi dari narapidana anaknya 3. Ketika narapidana anak sedang berkomuniksi dengan orang tua yang


(3)

Selanjutnya dalam komunikasi non verbal peneliti juga akan membahas mengenai gerakan-gerakan atau isyarat tangan. Peneliti mengklasifikasikan berdasarkan perbedaannya sebagai berikut:

1. Ketika narapidana anak sedang berkomuniksi dengan sesama narapidana gerakan tangan terjadi begitu saja secara reflek dan terkesan sebagai pelengkap saja.

2. Ketika narapidana anak sedang berkomuniksi dengan petugas gerakan tangan lebih kepada mengungkapkan ekspresi yang sedang dialami

3. Ketika narapidana anak sedang berkomuniksi dengan orang tua cenderung diam terkadang melakukan gerakan yang memproteksi diri seperti mengangguk dan mengangkat bahu.

Kedua, penggunaan simbol-simbol non verbal yang peneliti bahas mengani penampilan fisik berupa pakaian yang digunakan oleh narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung. Peneliti mengklasifikasikan berdasarkan perbedaan dalam pengunaan pakaian sebagai berikut:

1. Ketika narapidana anak sedang berkomuniksi dengan sesama narapidana penggunaan pakaian terkesan lebih santai bahkan tidak menggunakan pakaian hanya celana saja, berbeda ketika sedang mengikuti acara tertentu.

2. Ketika narapidana anak sedang berkomunikasi dengan petugas yang berada di luar blok menggunakan pakaian khusus dari Lembaga Pemasyarakatan dan cenderung lebih sopan serta jarang terlihat menggunakan celana pendek.

3. Ketika narapidana anak sedang berkomuniksi dengan orang tua menggunakan pakaian khusus narapidana anak sebagai identitas diri dan terkadang menggunakan aksesoris berupa peci


(4)

3.3 Perilaku Komunikasi Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung

Asumsi dasar dari perilaku komunikasi narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung terbagi kedalam dua bagian, yaitu perilaku komunikasi yang tergolong kepada komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Dalam prosesnya perilaku komunikasi narapidana anak terjadi ketika sedang berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu meliputi interaksi dengan sesama narapidana anak, dengan petugas, dan dengan orang tua yang sedang kunjungan. Perilaku komunikasi narapidana anak merupakan interaksi simbol-simbol yang terbentuk berdasarkan dari tujuan yang ingin dicapai oleh narapidana anak baik terhadap dirinya sendiri atau terhadap lingkungan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung. Berdasarkan dari tujuan yang ingin dicapai narapidana anak berinteraksi menggunakan simbol-simbol komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bagaimana perilaku komunikasi narapidana anak yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung. Bagaimana narapidana anak ketika berkomunikasi dengan sesama narapiadana anak menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa utamanya, terlihat bagaimana narapidana anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk bisa berkomunikasi dengan baik. Narapidana anak juga menggunakan bahasa Indonesia dan terkadang bahasa campuran Indonesia dengan sunda ketika berkomunikasi dengan petugas dan orang tua, hal tersebut terjadi ketika narapidana anak juga menyesuaikan diri ketika berkomunikasi dengan subjek yang berbeda. Kemudian ada bahasa sehari-hari yang digunakan narapidana anak, yaitu bahasa yang kasar seperti bahasa kebun binatang dan bahasa prokem, dan itu sudah menjadi kebiasaan bagi beberapa narapidana yang ada di sini berbicara dengan bahasa yang seperti itu.


(5)

Kemudian narapidana anak membentuk suatu istilah-istilah atau alias tertentu berdasarkan kesepakatan mereka, sehingga ketika sesama narapidana anak berkomunikasi dapat terjalin tingkat emosional berbeda dibanding ketika narapidana anak berkomunikasi dengan petugas atau orang tua. Selain itu ketika narapidana anak sedang berinteraksi juga menggunakan komunikasi non verbal seperti ekspresi wajah, kontak mata, gerakan-gerakan tangan untuk mendukung komunikasi verbal yang sedang berlangsung, Selain itu juga penggunaan pakaian khusus dari lembaga pemasyarakatan sebagai identitas diri seorang narapidana anak.

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU

Cangara. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Rajawali Pers.

Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia (Edisi 5). Kharisma Publishing. Djamali, R Abdul. 1984. Psikologi Hukum. Bandung: Armico.

Djamil, M Nasir. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Hikmat, Mahi M. 2010. Komunikai Politik Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kuswarno, Engkus. 2013. Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Moeleong, Lexy J. 1980. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mufid, Muhamad.2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Rakhmat, Jalaludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Sobur, Alex. 2013. Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suranto, Aw. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu.

B. INTERNET

http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/03/teori-pelayanan-narapidana.html di akses pada tanggal 18 November 2013 pukul 22. 12

http://magdalenasitorus.blogspot.com/2008/09/anak-bekas-narapidana.html di akses pada tanggal 20 November 2013 pukul 19.44

http://panzqueen.blogspot.com/2010/11/komponen-dan-proses-komunikasi.html di

akses pada tanggal 26 November 2013 pukul 20.15

http://dittanisa.blogspot.com/2012/07/ciri-dan-tujuan-komunikasi-antar-pribadi.html

di akses pada tanggal 26 November 2013 pukul 00.15

http://indraperdanashmkn.blogspot.com/2009/06/perlindungan-narapidana-anak.html

di akses pada tanggal 27 November 2013

http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-narapidana.html di akses pada tanggal 1 Desember 2013 pukul 21.56

http://www.lapassukamiskin.com/ di akses pada tanggal 4 Desember pukul 2013 00.42

http://lapas1sukamiskin.blogspot.com/ di akses pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 02.36

C. SUMBER LAIN