Komunikasi Antarpribadi Dan Perubahan Sikap Narapidana (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Komunikasi Antarpribadi Petugas Lembaga Pemasyarakatan Dalam Merubah Sikap Narapidana Di Cabang RUTAN Aceh Singkil)

(1)

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN PERUBAHAN SIKAP

NARAPIDANA

(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Komunikasi Antarpribadi Petugas Lembaga Pemasyarakatan Dalam Merubah Sikap Narapidana Di Cabang RUTAN Aceh Singkil)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

Universitas Sumatera Utara BUDI PRASETIYO

080904019

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : NAMA : Budi Prasetiyo

NIM : 080904019

DEPARTEMEN : ILMU KOMUNIKASI

JUDUL : Komunikasi Antarprribadi Dan Perubahan Sikap Narapidana (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Komunikasi Antarpribadi Petugas Lembaga Pemasyarakatan Dalam Merubah Sikap

Narapidana Di Cabang RUTAN Aceh Singkil).

Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Dayana, M.Si

Nip. 196007281987032002 Nip. 196208281987012001 Dra. Fatma Wardi Lubis, MA

Dekan FISIP

Nip. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diajukan oleh :

Nama : Budi Prasetiyo

Nim : 080904019

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Komunikasi Antarpribadi dan Perubahan Sikap Narapidana (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Komunikasi Antarpribadi Petugas Lembaga Pemasyarakatan Dalam Merubah Sikap

Narapidana Di Cabang RUTAN Aceh Singkil) Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua : ( )

Penguji I : ( )

Penguji II : ( )

Ditetapkan di : ... Tanggal :...


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.wr.wb.

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya karena hanya izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita diberikan syafaatnya diyaumil mashar kelak.

Ucapan hormat dan terima kasih yang terdalam penulis persembahkan kepada kedua orang tua, ibundaku tersayang Juliyani dan ayahanda tercinta Sopiyanto yang telah banyak memberikan dukungan baik materi, moral dan doa. Dan juga kepada saudara dan kerabat dekat ku atas perhatian dan doanya serta yang menguatkan penulis.

Skripsi ini berjudul Komunikasi Antarpribadi dan Perubahan Sikap Narapidana, dibuat sebagai salah satu pemenuh syarat kelulusan dan perolehan gelar sarjana penulis dari Fakultas ilmu sosial dan Politik, Departemen Ilmu Komunikasi, Umiversitas Sumatera Utara. Dalam pelakasanaan, penelitian dan penyusunnan Skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, nasehat, serta dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Zakaria, M.SP selaku pembantu dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardi Lubis, MA selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sampai penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh dosen/ staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu Komunikasi. Terimakasih yang tulus penelitian sampaikan atas jasa-jasa yang telah diberikan selama perkuliahan.


(5)

5. Kak Cut dan Kak Maya yang telah membantu pada setiap urusan administrasi yang diperlukan peneliti.

6. Bapak Miswar, SH selaku wakil kepala cabang RUTAN Aceh Singkil, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di cabang RUTAN Aceh Singkil.

7. Staf dan seluruh pegawai di cabang RUTAN Aceh Singkil yang telah banyak membantu penulis sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya.

8. Buat keluarga besar Pramuka USU dan SAKA BHAYANGKARA POLRESTA Medan atas dukungan dan motivasi untuk penulis.

9. Buat teman-teman Kom’08 yang masih berjuang dalam penyelesaian skripsi, “Tetap Semangat”.

Akhirnya kata peneliti mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, semoga Tuhan yang Maha ESA akan membalasnya dengan limpahan rahmat kepada kita semua. AMIN.

Medan, Febuari 2013 Peneliti,

Budi Prasetiyo


(6)

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

________________________________________________________

Sebagai civitas akademi Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Budi Prasetiyo NIM : 080904019 Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non Exclusive Royalty – Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Komunikasi Antarprribadi dan Perubahan Sikap Narapidana (Studi

Deskriptif Kualitatif Mengenai Komunikasi Antarpribadi Petugas Lembaga Pemasyarakatan Dalam Merubah Narapidana Di Cabang RUTAN Aceh Singkil)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalti non ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (Database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.


(7)

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di:... Pada Tanggal:... Yang Menyatakan,


(8)

Halaman Pernyataan Orisionalitas

Skripsi ini adalah karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku

Nama : Budi Prasetiyo NIM : 080904019

Tanda Tangan : Tanggal :


(9)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Komunikasi Antarpribadi dan Perubahan Sikap Narapidana (Studi Diskriptif Kualitatif Mengenai Komunikasi Antarpribadi Petugas Lembaga Pemasyarakatan Dalam Merubah Sikap Narapidana Di Cabang RUTAN Aceh Singkil). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan peranan komunikasi antarpribadi yang dilakukan petugas dalam merubah sikap narapidana di cabang Rutan Aceh Singkil. Objek penelitian ini adalah petugas dan narapidana yang terdapat di cabang Rutan Aceh Singkl. Sedangkan Subjek penelitian ini adalah terdapat dua orang petugas dan dua narapidana, dalam penelitian ini menggunakan Teori komunikasi, komunikasi antarpribadi, self disclosure, sikap dan narapidana. Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Teknik analisis data menggunakan metode interaktif dengan menggunakan empat tahapan seperti : koleksi, penyederhanaan data, penyajian data, dan pengambilan serta verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi antarpribadi dalam merubah sikap narapidana sangat berpengaruh dalam proses pembinaan yang dilakukan oleh petugas, bentuk komunikasi yang terdapat dalam pembinaan seperti komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok sesama petugas dan narapidana. Komunikasi menjadi sebuah kebutuhan yang diperlukan oleh para narapidana dalam menjalani masa hukuman, dimana sangat penting dalam bentuk komunikasi itu sendiri.


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... LEMBARAN PENGESAHAN ... KATA PENGANTAR ... LEMBARAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I. PENDAHULUAN………..1

1.1. Konteks Masalah ... 1

1.2.Fokus Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. PERSPEKTIF/PARADIGMA PENELITIAN ... 7

2.1.Paradigma Penelitian ... 7

2.2.Kajian Pustaka ... 11

2.2.1. Komunikasi ... 11

2.2.1.1.Pengertian Komunikasi ... 12

2.2.2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 13

2.2.3. Self Disclousure ... 16

2.2.3.1.Teori Penetrasi Sosial ... 18

2.2.4. Sikap ... 21

2.2.4.1.Teori Tiga Proses Perubahan ... 25

2.2.5. Narapidana ... 28

2.2.6. Model Teori ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1. Metode Penelitian ... 33

3.2. Objek Penelitian ... 34

3.3.Subjek Penelitian ... 34

3.4. Kerangka Analisis ... 36

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5.1. Data Primer ... 38

3.5.2. Data Skunder ... 40

3.5.3. Waktu Penelitian ... 41


(11)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. HASIL Penelitian ... 44

4.1.1. Proses Penelitian ... 44

4.1.2. Profil Subjek Penelitian ... 60

4.1.3. Komunikasi Antarpribadi Antara Petugas Dengan Masing-Masing Narapidana ... 41

4.2.Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 76

5.1.1 Saran Dalam Kaitannya Bidang Akademis ... 76

5.1.2 Saran Dalam Kaitan Praktis ... 76

5.1.3 Saran Peneliti ... 77

DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA

TEKS/DOKUMEN YANG DI TELITI SURAT KETERANGAN PENELITI BIODATA PENELITI


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Komunikasi Antarpribadi dan Perubahan Sikap Narapidana (Studi Diskriptif Kualitatif Mengenai Komunikasi Antarpribadi Petugas Lembaga Pemasyarakatan Dalam Merubah Sikap Narapidana Di Cabang RUTAN Aceh Singkil). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan peranan komunikasi antarpribadi yang dilakukan petugas dalam merubah sikap narapidana di cabang Rutan Aceh Singkil. Objek penelitian ini adalah petugas dan narapidana yang terdapat di cabang Rutan Aceh Singkl. Sedangkan Subjek penelitian ini adalah terdapat dua orang petugas dan dua narapidana, dalam penelitian ini menggunakan Teori komunikasi, komunikasi antarpribadi, self disclosure, sikap dan narapidana. Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Teknik analisis data menggunakan metode interaktif dengan menggunakan empat tahapan seperti : koleksi, penyederhanaan data, penyajian data, dan pengambilan serta verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi antarpribadi dalam merubah sikap narapidana sangat berpengaruh dalam proses pembinaan yang dilakukan oleh petugas, bentuk komunikasi yang terdapat dalam pembinaan seperti komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok sesama petugas dan narapidana. Komunikasi menjadi sebuah kebutuhan yang diperlukan oleh para narapidana dalam menjalani masa hukuman, dimana sangat penting dalam bentuk komunikasi itu sendiri.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Di dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat berdiri sendiri dan selalu saling berhubungan serta berkerjasama satu dengan yang lainnya. Salah satu aktivitas terpenting dalam berhubungan dan berkerjasama dengan sesama manusia adalah dengan cara berkomunikasi. Komunikasi merupakan salah satu aktivitas penting bagi seseorang dalam hal kontak sosial, dalam menyampaikan informasi dan pesan dari seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, komunikasi sangat penting seperti halnya kita bernapas. Tanpa komunikasi tidak akan ada hubungan dan kesepian dalam menjalankan akivitas sehari-hari.

Kita ketahui bahwa komunikasi merupakan salah satu yang sangat penting dalam mempelajari dan merubah pendapat, sikap, dan prilaku orang lain. Dalam perannya kita mengetahui beberapa bentuk komunikasi itu sendiri seperti komunikasi massa, komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi. Hal ini tergantung pada situasi kondisi suatu tujuan dari komunikasi itu sendiri.

Apabila kita berkomunikasi dengan sejumlah orang yang tersebar di beberapa tempat maka bentuk komunikasi yang kita gunakan komunikasi massa, apabila kita berkomunikasi dengan sejumlah orang yang berada pada suatu tempat maka bentuk komunikasi yang kita gunakan adalah komunikasi kelompok, demikian pula apabila kita berkomunikasi dengan seseorang atau dua orang maka bentuk komunikasi yang kita gunakan adalah komunikasi antarpribadi.


(14)

Dari ketiga bentuk komunikasi di atas salah satunya komunikasi antarpribadi Effendy (2002:09) mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling efektif dalam hal upaya merubah sikap, pendapat, serta prilaku seseorang. Demikian halnya dengan setiap orang pasti sudah pernah dan bahkan masih melakukan komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi dapat terjadi di lingkungan keluarga, pertemanan, masyarakat, organisasi dan sebagainya. Hampir di setiap sisi kehidupan manusia yang selalu berkenaan dengan nama komunikasi antarpribadi.

Komunikasi antarpribadi yang paling sederhana dapat kita amati di dalam keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem yaitu suatu kesatuan yang dibentuk oleh bagian-bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi seperti ayah, ibu dan anak-anaknya. Komunikasi antarpribadi di dalam keluarga menjadi hal yang sangat penting dan sering di gunakan untuk memberikan pembinaan dasar terhadap seseorang tentang aturan-aturan dan norma-norma yang ada di dalam lingkungan masyarakatnya. Pembinaan yang dilakukan di dalam keluarga memberikan kesempatan seseorang agar dapat diterima dilingkungannya.

Komunikasi antarpribadi juga merupakan salah satu unsur kecil di dalam masyarakat sebagai contoh kecil, jika dalam sebuah masyarakat terdapat komunikasi antarpribadi maka secara tidak langsung akan tercipta sebuah masyarakat yang akan mempunyai iklim di dalam linkungannya. Masyarakat itu sendiri adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Norma-norma yang mereka miliki yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan


(15)

mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang sangat khas

Dan apabila terjadi pertikaian dan pertentangan di tengah masyarakat maka pembinaan yang di lakukan di dalam keluarga tidak berhasil dan berjalan, karena komunikasi antarpribadi yang di bina di dalam keluarga tidak dapat merubah seseorang yang dapat diterima di dalam lingkungannya. Sehingga terjadi penolakan di dalam diri seseorang yang tidak dapat bergabungan dengan lingkungan sosial sekitarnya. Hal ini bisa di sebabkan karena pengaruh komunikasi antarpribadi di lingkungan keluarga dan pertemannya tidak berpengaruh terhadap diri seseorang, sehingga seseorang tersebut melakukan hal yang bisa bertentangan dengan lingkungan sosialnya atau sebaliknya yang tidak bertentangan dengan lingkungan sosialnya.

Pembinaan seseorang yang bertentangan dengan lingkungan sosial akan di bina oleh Lembaga Pemerintahan, Lembaga Pemerintahan yang melakukan pembinaan ini ada beberapa macam seperti Lembaga Pemasyarakatan, Kepolisian, Polisi Militer, Satuan Polisi Pamong Praja dan lain-lain. Kegiatan yang di lakukan oleh Lembaga dan Pemerintah ini bertujuan untuk merubah sikap, prilaku, pendapat serta tingkah laku seseorang yang tidak bertentang dengan aturan dan norma-norma yang berlaku di lingkungan sosialnya.

Lembaga Pemasyarakatan (disingkat LP atau LAPAS) adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhada di dengan istila


(16)

Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman). Penghuni Lembaga Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang statusnya masi berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh

Petugas yang menangangi pembinaan kepada narapidana dan tahanan di LP di sebut denga

istila

Kehakima kepenjaraan bukan hanya melaksanakan hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat (http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Pemasyarakatan

Proses pembinaan juga di lakukan disalah satu Lembaga Pemasyarakatan Cabang RUTAN Aceh Singkil, dan para petugas tersebut mempunyai beberapa program dalam melakukan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Cabang RUTAN Aceh Singkil seperti bimbingan yang dilakukan petugas saat melaksanakan tugasnya dengan fungsi masing-masing petugas berupa pembimbingan moral, agama, dan hubungan sosial. Bimbingan tersebut berupa bimbingan moral yaitu pembentukan etika dan hubungan sesama dengan narapidana. Bimbingan agama yaitu pembinaan dalam bidang kerohanian. Sedangkan bimbingan dalam bidang hubungan sosial yang diberikan pada narapidana dapat berupa kunjungan keluarga dan para sahabat dan kerabat narapidana, serta bimbingan jasmani seperti olah raga bermain voli dan tenis meja. Semua program pembinaan yang di buat dan di jalankan oleh para petugas


(17)

Lembaga Pemasyarakatan Cabang RUTAN Aceh Singkil ini dengan cara berkomunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi.

Lembaga Pemasyarakatan cabang RUTAN Aceh Singkil ini baru saja di bangun didalam daerah kabupaten Aceh Singkil, yang terletak di jalan kabupaten Singkil-Rimo. Pembangunan Lembaga ini sangat strategis, Lembaga Pemasyarakatan ini terlihat masih dalam proses pembangunan untuk memenuhi fasilitas pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan ini.

Oleh karena itulah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, Selain kasus yang mereka hadapi, komunikasi sangat berperan peting dalam hal merubah sikap seseorang khusus dalam komunikasi antarpribadi sangat berperan dalam hal melakukan pembinaan yang di lakukan baik secara berkelompok maupun secara pribadi.

1.2 Fokus Masalah

Fokus masalah merupakan permasalahan yang sentral yang menjadi perhatian penelitian dan dicari jawabannya dalam penelitian. Tujuan dari fokus masalah adalah untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian. Adapun fokus masalah yang akan diteliti sebagai berikut,

“Bagaimana Komunikasi Antarpribadi Antara Para Petugas Lembaga Pemasyarakatan Dalam Merubah Sikap Narapidana Di Cabang RUTAN Aceh Singkil?“


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi yang di lakukan petugas dalam merubah sikap narapidana di Cabang RUTAN Aceh Singkil.

2. Untuk mengetahui peranan komunikasi antarpribadi para petugas dalam merubah sikap narapidana di Cabang RUTAN Aceh Singkil.

3. Untuk melihat perkembangan sikap para narapidana yang dilakukan dengan cara komunikasi antarpribadi sesama para petugas dalam merubah sikap para narapidana.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya mengenai komunikasi antarpribadi.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan peneliti mengenai ilmu komunikasi khususnya bidang komunikasi antarpribadi.

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan pikiran dan masukan kepada RUTAN di cabang Aceh Singkil atau


(19)

mahasiswa yang menberikan perhatiannya terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan bidang komunikasi antarpribadi.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/Paradigma kajian

Setiap penelitian memerlukan paradigma teori dan model teori sebagai dasar dalam menyusun kerangka penelitian. Menurut Sandjaya (2007:5) “Paradigma adalah pandangan dalam kepercayaan yang telah diterima dan disepakati bersama oleh masyarakat ilmuwan berkaitan dengan suatu keilmuan”.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

Menurut pandangan Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.


(21)

Pada umumnya tujuan utama menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangannya, akhir-akhir ini metode penelitian deskriptif banyak digunakan oleh peneliti karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.

Di samping kedua alasan tersebut di atas, penelitian deskriptif pada umumnya menarik bagi para peneliti, karena bentuknya sangat sederhana dengan mudah dipahami tanpa perlu memerlukan teknik statiska yang kompleks. Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya. Karena penelitian ini sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok anak, maupun perkembangan individual.

Penelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penelitian deskriptif kualitatif yang mengarah pada pendekatan humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subjek utama dalam peristiwa sosial dan budaya. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial yang di alami.

Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian deskriptif kualitatif, seperti Fenomenologi, Interaksionisme simbolik, dan Etnometodologi. Harus diakui bahwa aliran-aliran tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, namun demikian ada satu benang merah yang mempertemukan mereka, yaitu pandangan


(22)

yang sama tentang hakikat manusia sebagai subjek yang mempunyai kebebasan menentukan pilihan atas dasar sistem makna yang membudaya dalam diri masing-masing pelaku.

Bertolak dari proposisi di atas, secara ontologis, penelitian kualitatif berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya. Sebab tingkah laku (sebagai fakta) tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan begitu saja dari setiap konteks yang melatarbelakanginya. Berikut aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif dalam paradigmanya.

Fenomologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal serta suatu studi tentang kesadaran dari perpektif pokok dari seseorang. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Para pakar fenomenologi berasumsi bahwa kesadaran bukanlah dibentuk karena kebutulan.

Dalam Interaksionisme simbolis, sebagai salah satu rujukan penelitian kualitatif, lebih dipertegas lagi tentang batasan tingkah laku manusia sebagai objek studi. Disini di tekankan perspektif pandangan sosio-psikologis, yang sasaran utamanya adalah pada individu ‘dengan kepribadian diri pribadi’ dan pada interaksi antara pendapat intern dan emosi seseorang dengan tingkah laku sosialnya.

Penelitian kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan. Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti


(23)

adalah menemukan keteraturan itu, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan teori yang ada.

Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah–bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya, secara Epistemologis, paradigma kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan verifikasi.

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara secara terbuka untuk menelaah dan pandangan, perasaan dan prilaku individu atau sekelompok orang. Penelitian ini menafsirkan dan melihat serta menggambarkan fenomena yang terjadi disekitar lingkungan sosial dalam individu.

Dalam penelitian ini melihat dari salah satu filsafat penelitian kualitatif yaitu Interaksionisme simbolis, dan Interaksionisme simbolis adalah salah satu model penelitian tindakan yang berusaha mengungkap realitas perilaku dan tingkah laku manusia dan sekarang telah berhubungan dengan aspek masyarakat dan kelompok.

Penelitian ini menggunakan Interaksionisme simbolis dalam melihat sebuah perubahan sikap yang dasari dari prilaku seseorang. Didalam pandangan presfektif Interaksionisme simbolisnya berusaha memahami tindakan lewat perilaku manusia yang terpantul dan tercermin dalam komunikasi yang sering terjadi.

Di dalam penelitian ini Interaksionisme simbolis digunakan untuk melihat interaksi komunikasinya dalam memahami dan mempelajari tindakan seseorang,


(24)

seseorang tersebut adalah para narapidana. Interaksi komunikasi yang dilakukan oleh para petugas sesuai dengan aturan-aturan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan terhadap warga binaannya agar mencapai hasil yang diinginkan seperti dapat merubah sikap dan kembali di lingkungan masyarakat.

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal paper, artikel disertai, tesis, skripsi hand outs, laboratory manual, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip didalam penulisan proposal. Semua referensi yang tertulis dalam kajian pustaka harus dirujuk didalam skripsi.

Dengan adanya kajian teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah : Komunikasi, Komunikasi Antar Pribadi, Self Disclosure, Sikap, dan Narapidana.

2.2.1 Komunikasi

Setiap manusia memiliki kemampuan berinteraksi, kemampuan berinteraksi tersebut diwujudkan dalam komunikasi. Komunikasi adalah sarana yang dibutuhkan manusia akan adanya hubungan sosial. Menurut Effendi (1995:3) secara umum pengertian komunikasi dapat dilihat secara etimologis, bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, yang asal katanya communis, artinya “sama”, atau sama makna, jadi komunikasi dapat berlangsung apabila terdapat adanya orang–orang yang terlibat didalamnya memiliki sama makna akan suatu hal. Sederhananya, apabila seseorang mengerti akan sesuatu


(25)

yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan kata lain, hubungan mereka tersebut memiliki sifat komunikatif. Sebaliknya, jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung, maka hubungan antar orang tersebut tidak bersifat komunikatif walaupun adanya komunikasi.

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi

Secara terminologis, bahwa komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut, jelas bahwa proses komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi yang terlibat dalam komunikasi tersebut adalah manusia, karena komunikasi disini adalah komunikasi manusia. Komunikasi manusia sebagai bentuk singkat dari komunikasi antar manusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi.

Komunikasi secara paradigmatis, bahwa komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, tertulis, tatap muka, atau melalui media. Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional, mengandung tujuan, karena itu harus dilakukan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu tergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan.

Pengertian komunikasi secara paradigmatis yaitu proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu sesuatu mengubah sikap, pendapat ataupun perilaku, baik secara lisan maupun tidak langsung dengan menggunakan media.


(26)

Definisi komunikasi sangat banyak dibuat oleh para ahli, diantaranya menurut Shanon dan Weaver, bahwa komunikasi mencakup semua prosedur, melalui mana pikiran seseorang dapat dipengaruhi orang lain. (Fisher, 1986:10). Sedangkan menurut Hovland (dalam Effendi, 1995:10), ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas – azas penyampaian informasi serta pembentukan atau perubahan pendapat dan sikap.

2.2.2 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi ini dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang lain apabila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang di komunikasikan. Kekhasan yang ada pada komunikasi antarpribadi ini adalah arus timbal balik yang langsung yang bisa ditangkap baik secara verbal maupun non verbal melalui gerak–gerik bahasa tubuh dan perubahan posisi yang signifikan antara komunikan dan komunikator.

Menurut Effendi (dalam Liliweri, 1991:12) komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap efektif dalam merubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. Sementara Barnlud (1968) (dalam Liliweri, 1991:12) menyatakan komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua atau tiga orang atau empat orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur. Jadi menurut Barnlund, proses pelaksanaan komunikasi antar pribadi tidak perlu adanya perencanaan (terjadi secara spontan) dan dapat mudah terjadi diantara orang–orang yang bertemu. Oleh Devito (dalam Liliweri, 1991:12) menyatakan komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima orang lain dengan efek


(27)

dan umpan balik langsung. Sedangkan menurut Tan (dalam Liliweri, 1991:12) mengemukakan komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua atau lebih orang.

Berdasarkan definisi diatas yang dibuat para ahli tersebut komunikasi antar pribadi terjadi secara spontan, tatap muka dan dialogis memungkinkan terjadinya kontak langsung. Oleh sebab itulah bentuk komunikasi ini dianggap ampuh untuk mengubah sikap, pandangan dan perilaku orang lain.

Dengan situasi tatap muka dan terjadi kontak langsung memungkinkan komunikator untuk menguasai situasi komunikasi yang sedang berlangsung. Komunikan juga mengetahui dengan pasti apakah pesan–pesan yang disampaikannya itu diterima dengan baik ataupun di tolak, berdampak positif maupun negatif. Jika tidak diterima maka komunikator bisa mendapatkan respon pertanyaan balik dari komunikan.

Sehubungan dengan penelitian yang dimaksud berkenaan dengan komunikasi tatap muka, maka keistimewaan komunikasi tatap muka adalah efek dan umpan balik antara komunikator dan komunikan. Aksi dan reaksi verbal dan non verbal kelihatan karena jarak fisik komunikator dan komunikan dekat. Komunikasi tatap muka tersebut berlangsung secara terus menerus hingga pada akhirnya mengembangkan komunikasi antar pribadi yang dapat memuaskan kedua belah pihak.

Oleh sebab itu komunikasi antar pribadi yang efektif adalah komunikasi yang dilakukan secara tatap muka dan berkomunikasi secara langsung sehingga bisa meminimalisir rintangan yang ada antara komunikator dan komunikan. Dan komunikasi antarpribadi terus tetap dikembangkan oleh komunikan pada saat


(28)

komunikasi berlangsung, sehingga tercipta suatu ketertarikan secara psikologis antara komunikator dan komunikan, menumbuhkan kesamaan dan mungkin sama–sama dalam bertindak.

Ada tujuh karakteristik yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua individu merupakan komunikasi antar pribadi. Tujuh karakteristik komunikasi antar pribadi itu adalah (Hardjana, 2003:86-90) sebagai berikut :

1. Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal. 2. Melibatkan perilaku spontan, tepat, dan rasional.

3. Komunikasi antarpribadi tidaklah statis, melainkan dinamis.

4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dua orang atau lebih, dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).

5. Komunikasi antarpribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

6. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan.

7. Melibatkan di dalamnya bidang persuasif.

2.2.3 Self Disclosure

Berbeda sedikit dengan Liliweri (1991:49), mengemukakan bahwa Teori Self Disclosure ini adalah teori yang dikembangkan atas hubungan manusia dan memandangnya dari sisi psikologi. Sehingga alter-teori Self Disclosure ini disebut sebagai Teori Jendela Johari (Johari’s Window). Para pakar psikologi mengemukakan bahwa model teoritis yang dia ciptakan ini merupakan dasar untuk memahami dan menjelaskan interaksi antar pribadi secara manusiawi. Johari mengemukakan bentuk kuadran sebagai berikut :


(29)

Gambar 1. Teori Johari Window

Di ketahui oleh orang lain Di ketahui oleh orang lain

Gambar 1

Sumber : Sasa Djuarsa senjaya dkk, Teori Komunikasi (Jakarta:universitas Terbuka, 2007, p2.45)

Jendela Johari Window terdiri dari 4 kotak. Masing-masing kotak berfungi menjelaskan dan memahami diri sendiri dalam kaitanya dengan orang lain. Asumsi Johari Window setiap individu dapat memahami diri sendiri maka dia dapat mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan dengan orang lain.

Pada bingkai 1, menunjukkan orang yang terbuka kepada orang lain. Hal tersebut terjadi karena dua pihak (saya dan orang lain) sama–sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan lain–lain. Johari menyebutnya sebagai bidang terbuka, bidang yang ideal untuk komunikasi antar pribadi. Kemudian bingkai 2, adalah bidang buta, merupakan bidang yang menjelaskan bahwa orang yang tidak mengetahui dirinya sendiri tetapi orang lain banyak tahu tentang dia. Lalu di bingkai 3, dimana seseorang menyembunyikan banyak hal tentang dirinya dan tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Pada bingkai terakhir atau keempat, yang menunjukkan berbagai keadaan diri sendiri yang tidak diketahui oleh diri sendiri dan orang lain.

Jika salah satu bingkai diperbesar maka akan terjadi ketimpangan. Kecuali hal tersebut terjadi pada bingkai yang pertama. Karena telah ada dua pihak (saya

Terbuka Buta


(30)

dan orang lain) yang sama–sama mengakui dan mengetahui, sehingga pantas disebut orang yang open minded person. Apabila bingkai kedua diperbesar maka, manusia tersebut sering disebut sebagai orang yang suka menonjolkan diri terhadap orang lain, tetapi tidak mengetahui dirinya sendiri. Pada bingkai ke 3 diperbesar, maka orang itu tipikal introvert, dia selalu menyendiri tanpa ada teman. Kemudian di bingkai keempat adalah tipikal orang yang mengetahui banyak hal tentang orang lain, tetapi dia juga tidak mau terbuka untuk orang lain.

Berdasarkan pemikiran yang diciptakan Sidney Jourard, membuat Altmen dan Taylor mengembangkan teori tersebut menjadi teori Penetrasi Sosial. Dimana melihat dari sisi lain bahwa orang lain mencoba masuk kedalam diri sosial orang lain tanpa merasa terganggu dengan kehadirannya.

Dasar dari pemikiran teori ini adalah jika keterbukaan semakin tinggi maka hubungan akan semakin membaik. Dalam teori ini, manusia selaku petugas dan narapidana akan mempertimbangkan untung ruginya dirinya ketika membuka suatu hubungan dengan manusia lainnya. Pengertian teori ini secara umum adalah semakin sering kita berhubungan dengan orang lain, maka semakin sering pua kita membuka diri untuk mendapatkan hubungan yang lebih baik.

Altmen dan Taylor mendapatkan ide teori ini dengan perumpamaan sebuah bawang. Menurut mereka hubungan manusia itu seperti bawang. Pada awalnya kulitnya terpisah–pisah, sehingga masih sulit untuk menemukan kesamaan sifat dan pengalaman (frame of reference & experience). Namun, ketika keduanya telah membuka kulitnya satu persatu dan makin kedalam, maka akan kelihatan kesamaan diantara mereka. Kulit bagian luar adalah perumpamaan dari apa yang bisa terlihat dan diketahui sebelum hubungan meningkat. Ketika sampai


(31)

pada bagian inti, informasi, perasaan, kehidupan pribadi dan lain sebagainya akan terungkap. Altmen dan Taylor mengatakan bahwa ketika mereka merasa nyaman dan untung, mereka akan semakin terbuka. Jika mereka merasa dirugikan dari hubungan tersebut, maka mereka tidak akan ragu–ragu menutup dirinya. Hal ini sangat sesuai dengan pernyataan ciri–ciri komunikasi antar pribadi yang bisa menghasilkan suatu hal yang tidak terduga.

2.2.3.1 Teori Penetrasi Sosial Altmen dan Taylor

Teori–teori lain yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: Teori Penetrasi Sosial, teori ini dicetuskan oleh Irwin Altman dan Darwis Taylor pada tahun 1973. Teori ini berintisarikan tentang hubungan yang berkembang dari tahap perkenalan ke tahap yang lebih dalam. Teori Penetrasi Sosial ini merupakan pengembangan dari Teori Self Disclosure.

Self Disclosure adalah salah satu teori dalam komunikasi antar pribadi yang dikemukakan oleh Sidney Jourard pada tahun 1958. Teori ini menyatakan bahwa manusia memerlukan pembagian informasi tentang dirinya kepada orang lain. Teori Self Disclosure lebih banyak berisikan kejujuran, kenyataan dan perasaan. Teori ini memerlukan rasa percaya kepada petugas yang tinggi, karena menyangkut informasi yang akan diberikan kepada para narapidana.

Teori Self Disclosure diperlukan oleh setiap manusia, karena bisa meredam rasa gelisah dan stress dengan berbagi informasi dengan orang lain. Dengan berbagai informasi orang lain kita bisa mencegah hal–hal yang buruk terjadi pada diri kita. Efek negatif dari Teori Self Disclosure ini adalah narapidana


(32)

mengalami penurunan keawasan diri mereka sendiri, karena adanya informasi pribadi yang dibagikan oleh para petugas.

Aspek–aspek yang berada dalam teori ini adalah : 1. Nilai Penghargaan

Dilihat upaya narapidana menyelesaikan sesuatu pekerjaan yang di berikan oleh petugas lapas serta berkelakuan baik berupa pujian dan sanjungan serta potongan hukuman.

2. Kesediaan Informasi

Jumlah informasi yang diberikan dalam bentuk kedekatan pribadi. Berapa besar informasi pribadi yang dibagikan kepada petugas dengan kejujuran narapidana.

3. Aksesibilitas

Kemudahan mendapat informasi para narapidana dari petugas atau orang lain serta pihak keluarga narapidana dan tahanan. Seperti pembinaan dan kunjungan keluarga.

4. Kejujuran

Interaksi antar pihak keluarga narapidana dengan petugas menciptakan suatu pesan yang sangat membantu tugas para petugas, dalam mengetahui kepribadian para narapidana dari pihak keluarga sehingga nantinya dapat proses pembinaan dapat terlaksana dengan lancar.

5. Kesukarelaan

Kegiatan yang dilakukan oleh para narapidana berdasarkan niat sukarela dan tanpa ada paksaan.


(33)

Pengambilan keputusan para narapidana berdasarkan informasi norma sosial yang berlaku di RUTAN.

7. Efektifitas

Hubungan yang dibangun atas dasar keakraban petugas dan para narapidana dapat menimbulkan motivasi dalam diri para narapidana untuk merubah sikap menjadi lebih baik.

Manusia sering sekali menyatakan mereka tidak akan membagi informasi pribadi mereka, namun tanpa disadari mereka membuat puisi, lagu, catatan diari ataupun catatan kecil tentang perasaan mereka. Karena kedekatan emosional, manusia bisa melakukan Self Disclosure kepada orang lain melalui komunikasi antar pribadi.

Tidak sedikit dari orang yang berpikir dan berpendapat bahwa dalam Lapas tidak adanya pembinaan dan komunikasi yang terjadi antar petugas dan para tahanannya tetapi hal itu dapat dilihat dari seseorang yang telah selesai menjalankan hukuman dari RUTAN dan terjun di lingkungan masyarakat terbukti tidak ada kecanggungan dalam melakukan komunikasi dengan masyarakat sekitarnya.

2.2.4 Sikap

Sikap dalam definisinya telah di definisikan dalam berbagai versi oleh para ahli, salah satunya Chave, dkk (1928) (di dalam Azwar, 2011:5), menyatakan sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan


(34)

kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya responnya. Di dalam pengertian dan definisi sikap terdapat juga struktur sikap dan komponen-komponennya.

Definisi Sikap berdasarkan uraian Martin Fishbein (1963), sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Dalam pemakaian kata, objek mempunyai makna sebuah stimulus yang akan ditujukan.

Struktur sikap mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang di percayai oleh individu pemilik sikap.

2. komponen akfetif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

3. komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang di miliki seseorang.

Sikap pada umumnya dimiliki oleh setiap individu, sikap juga dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya sebuah reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap timbul karena proses evaluasi dalam bentuk diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus yang didalamnya berbentuk nilai baik-buruk,


(35)

positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.

Sikap juga merupakan semacam kesiapan, untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu dan dapat dikatakan bahwa macam kesiapan yang dimaksudkan ini merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila seorang individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menekan dan menghendaki adanya respon dari stimulus terhadap sikap.

Dilihat dari pandangan luas, sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objeknya. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap, berarti memiliki sikap yang arahnya positif. Sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan memiliki sikap yang arahnya negatif.

Sikap memiliki intensitas, maksudnya jika dilihat dari kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang memiliki ketidaksukaan yang sama, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu sikap negatif tersebut sama-sama intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju. Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda kedalamnya bagi setiap orang, mulai dari agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim.

Sikap yang dilihat dari keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada


(36)

pada objek sikap. Seseorang dapat mempunyai sikap favorabel terhadap program Keluarga Berencana (KB) secara menyeluruh, yaitu pada semua aspek dan kegiatan keluarga berencana sedangkan orang lain mungkin mempunyai sikap positif yang lebih terbatas (sempit) dengan hanya setuju pada aspek-aspek tertentu saja kegiatan program Keluarga Berencana tersebut.

Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian dengan waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu dalam waktu yang sangat lama. Sikap yang sangat cepat berubah, tidak dapat bertahan lama, dikatakan sebagai sikap yang inkonsisten.

Konsisten juga dapat diperlihatkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. Konsistensi dalam bersikap tidak sama tingkatannya pada setiap diri individual dan setiap objek sikap. Sikap yang tidak konsisten, yang tidak menujukkan kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya, atau yang mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu akan sulit diinterpretasikan dan tidak banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilaku individu yang bersangkutan, harus ada pembedaan antara pengertian sikap yang tidak konsisten dan pengertian sikap yang tidak memihak. Sikap yang tidak memihak atau netral tetap disebut juga sikap, walaupun arahnya tidak positif dan tidak negatif. Orang dapat saja bersikap netral secara konsisten.

Karakteristik sikap spontanitas dapat dilihat menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Seseorang dikatakan memiliki sikap spontanitas yang tinggi apabila dapat menyatakan sikap


(37)

secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya. Hal ini tampak dari pengamatan terhadap indikator sikap atau perilaku sewaktu individu berkesempatan untuk mengemukakan sikapnya.

Banyak diantara skala yang yang digunakan dalam pengukuran sikap hanya mengungkapkan dimensi arah dan dimensi intensitas sikap saja, yaitu dengan hanya menunjukkan kecenderungan sikap positif atau negatif dan memberikan tafsiran mengenai derajat kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap respons individu. Berbagai teknik dan metode telah dikembangkan oleh para ahli guna mengungkap sikap manusia dan memberikan interprestasi yang valid.

Itulah fenomena sikap yang timbulnya tidak saja di tentukan oleh keadaan objek atau respon yang sedang hadapi oleh masing-masing individu tetapi juga adanya kaitan dengan pengalaman-pengalaman masa lalu yang berbekas serta berkaitannya terhadap respon di masa depan. Di dalam selang waktu sikap tidaklah mudah di rubah dan tidaklah nampak dengan jelas secara langsung stimulus yang ditimbulkannya dari luar.

2.2.4.1 Teori Tiga Proses Perubahan KELMAN

Kelman (1958) (di dalam Azwar, 2011:55) mengemukakan teorinya mengenai organisasi sikap dengan menekankan konsepsi mengenai berbagai cara atau proses yang sangat berguna dalam memahami fungsi pengaruh sosial terhadap perubahan sikap. Lebih jauh, teori Kelman sangat relavan dengan permasalahan pengubahan sikap manusia.


(38)

Secara khusus Kelman menyebutkan adanya tiga proses sosial yang berperan dalam proses perubahan sikap, yaitu kesediaan (compliance), identifikasi (identification), dan internalisasi (internalization).

1. Kesediaan

Terjadinya proses yang disebut kesediaan adalah ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari sekelompok lain dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi atau tanggapan positif dari pihak lain tersebut. Kesediaan menerima pengaruh pihak lain itu biasanya tidak berasal dari hati kecil seseorang akan tetapi lebih merupakan cara untuk sekedar memperoleh reaksi positif seperti pujian, dukungan, simpati dan semacamnya sambil menghindari hal-hal yang dianggap negatif. Tentu saja perubahan prilaku yang terjadi dengan cara seperti itu tidak akan dapat bertahan lama dan biasanya hanya tampak selama pihak lain diperkirakan masih menyadari akan perubahan sikap yang akan di tunjukan.

Namun demikian kesedian mengubah sikap yang bertujuan untuk memperoleh reaksi positif tidak selalu berarti jelek kadang-kandang hal tersebut justru di perlukan dalam pergaulan sosial. Misalnya, seringkali kita berada dalam suatu situasi dimana kita tidak dimungkinkan oleh etika untuk memperlihatkan sikap kita yang sebenarnya secara terbuka, kadang-kadang kita harus ikut tertawa (forced compliance) sewaktu seseorang selesai tidak mencerikan cerita lucu dalam suatu pertemuan sekalipun kita tidak merasakan adanya kelucuan sama sekali. Oleh karena itu, lebih tepat kalau dikatakan bahwa proses kesediaan lebih merupakan perubahan perilaku, bukan perubahan sikap yang mendasarinya.


(39)

2. Identifikasi

Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku atau sikap seseorang atau sikap kelompok lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan antara dia dengan pihak lain termasuk. Pada dasarnya proses indentifikasi merupakan sarana atau untuk memelihara hubungan yang diinginkan dengan orang atau kelompok lain dan cara untuk menopang pengertiannya sendiri mengenai hubungan tersebut.

Pada anak-anak dan orang berusia muda prosess identifikasi sikap dan perilaku ini tampak lebih jelas. Dengan mudah kita dapat mengamati adanya peniruan sikap dari model yang diidolakan. Indentifikasi tidak selalu dalam arti meniru sikap yang serupa akan tetapi juga berupa pengambilan sikap yang diperkirakan akan disetujui oleh pihak lain. Misalnya, seorang narapidana bersikap dan bertingkah laku sebagaimana diharapakan oleh petugasnya dan memjalankan tugas serta petugas tersebut dengan maksud untuk memelihara hubungan pembinaan antar petugas dan narapidana.

Bentuk identifikasi yang lain adalah identifikasi dalam usaha memelihara hubungan individu dengan kelompok yang mengharapkannya agar bersikap sama. Dalam ini indivindu bersikap sesuai dengan harapan kelompok dan sesuai dengan peranannya dalam hubungan sosial dengan kelompok tersebut. Misalkan seorang petugas akan bersikap sebagaimana layaknya sikap petugas lainnya yang di Lembaga Pemasyarakatan.

Jelas bahwa identifikasi dapat terjadi sekalipun sikap yang ditiru itu belum tentu sesuai dan memuaskan bagi individu yang bersangkutan akan tetapi dikarenakan sikap itu membawa kepada kepuasan hubungan dengan orang lain.


(40)

Kepuasan hubungan ini berkaitan dengan situasi tertentu tempat individu berada dan peran apa yang harus dibawakannya. Misalnya, seorang narapidana akan menjalankan perannya seorang yang menjalani hukuman di RUTAN dan akan kembali sebagai bagian baik sebagai ayah, di dalam keluarganya.

3. Internalisasi

Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem nilai yang di anut. Dalam hal ini, maka isi dan hakikatnya sikap yang diterima itu sendiri dianggap oleh indivindu sebagai memuaskan. Sikap sedemikian itulah yang biasanya tidak mudah untuk berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri individu yang bersangkutan masih bertahan.

Demikianlah tiga proses yang merupakan mekanisme perubahan sikap sebagaimana konsepsi Kelman. Lebih lanjut, dalam teori ini kelman menerangkan bahwa proses mana yang akan terjadi banyak bergantung pada sumber kekuatan pihak yang mempengaruhi, berbagai kondisi yang mengendalikan masing-masing proses terjadi pengaruh, dan implikasinya terhadap permanensi perubahan sikap.

2.2.5 Narapidana

Pengertian narapidana berasal dari dua suku kata yaitu Nara = orang dan Pidana = hukuman dan kejahatan (pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, narkoba, korupsi dan sebagainya). Narapidana menjelaskan tentang seseorang yang dinyatakan melakukan tindakan yang membuat masyarakat tidak nyaman


(41)

merupakan orang-orang yang mengalami kegagalan dalam menjalani hidup bermasyarakat. Mereka gagal memenuhi norma-norma yang ada dalam masyarakatnya, sehingga pada akhirnya gagal menaati aturan-aturan dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Kegagalan seseorang dalam bidang hukum disebabkan oleh banyak hal, antara lain karena tidak terpenuhinya kebutuhan biologis atau sosial psikologinya. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut dapat mengakibatkan seseorang menjadi nekad lalu melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Narapidana merupakan istilah yang diberikan kepada orang-orang yang telah terbukti bersalah secara hukum, dan sudah dijatuhi vonis hukuman berupa kurungan penjara atau hukuman lainnya sesuai dengan pasal dalam undang-undang hukum pidana yang telah dilanggarnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:612).

Dalam mendukung teori-teori yang ada dalam penelitian ini, maka penulis menambahkan artikel dari media internat mengenai perubahan sikap narapidana dalam pembinaan dalam lembaga pemasyarakatan dan penulis cukup kesulitan untuk menemukannya didalam bentuk hardcopy. Namun dikarenakan dalam kajian pustaka diperbolehkan mengambil refensi dari internet maka peneliti memilih artikel dari salah satu situs dari internet yaitu :

dan ringkasan isi artikel tersebut berisikan seperti di bawah ini :

Memasuki abad ke-18, konsep lembaga pemasyarakatan di Amerika Serikat dan Eropa banyak di pengaruhi oleh pemikiran kaum rasionalis. Narapidana akhirnya banyak dilibatkan didalam berbagai aktifitas, sekaligus menjadi ukuran perubahan sikap mereka. Narapidana juga diberikan keterampilan sebagai bekal mereka. Pemikiran kaum rasionalis


(42)

juga meyakini bahwa dalam kesendirian dan kesunyian, narapidana akan menyadari kesalahannya dan bertobat.

Dapat dilihat dari dalam ringkasan artikel diatas, bahwa lembaga pemasyarakatan ternyata telah lama ada keberadaannya yang mana mengalami banyak perubahan yang dibuat oleh kaum rasionalis melihat jauh lebih dalam lagi perkembangan yang dialami oleh seseorang yang dijatuhi hukuman. Mulai dari seseorang dijatuhi hukuman mati hingga hukuman kurung pada saat pertama kali hukuman yang buat didaratan Eropa dan Amerika.

Dalam tulisan itu pun mencerita seolah-olah bagaimana sebenarnya perjalanan hukum yang banyak berubah dari zaman dahulu hingga sekarang melihat dari proses perubahan sikap yang dialami oleh orang yang telah menjalani hukuman dan setelah itu dilepas di lingkungan sosialnya dan juga melihat perubahan sikap orang yang menjalani hukuman seumur hidup dikurung. Oleh karena itu perubahan sikap banyak timbul dari kesendirian dalam menyadari kesalahannya. Dalam artikel berikutnya di ambil dari media internet juga tepatnya di situs http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=perubahan%20sikap%20%20 narapidana

Tentang Pemasyarakatan dinyatakan bahwa sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana, sehingga dapat diterima oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

dan ringkasan isi artikel tersebut berisikan seperti di bawah ini :

Di dalam tulisan artikel ini terlihat bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman oleh pihak kejaksaan terlihat belum dapat menjadi manusia seutuhnya yang dapat menjalani kehidupan sosial dilingkungannya sehingga melanggar aturan didalam sosialnya. Lembaga Pemasyarakatan dalam artikel ini menjelaskan


(43)

tujuannya menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang, tidak hanya hukuman kurungan yang diberikan begitu saja tetapi juga memiliki tujuan sehingga dapat diterima oleh lingkungan masyarakat.

Tulisan artikel berikut ini diambil dari media internet juga yang terdapat di salah satu statiun televisi swasta yaitu SCTV, menuliskan artikel online yang berjudul Kreativitas dari Balik Jeruji Lapas, yang memperingati hari anak nasional diposting pada http://news.liputan6.com/read/

Tak hanya melukis, berbagai kreasi lain ditampilkan anak-anak di Lapas ini, seperti menyanyi, membaca puisi, atau adu kecepatan bermain rubik. Ajang kreasi anak Lapas ini sengaja digelar untuk memberikan motivasi pada mereka agar tidak minder menghadapi masa depan. Demi masa depan yang baik, tentu saja perubahan sikap dan perilaku harus mereka lakukan. Selain demi perkembangan jiwa para napi anak acara ini juga dilakukan untuk menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa kreativitas mereka tidak mati, meski hidup dalam jeruji besi.

dan ringkasan isi artikel tersebut berisikan seperti di bawah ini :

Ringkasan artikel ini menjelaskan Lapas sebuah tempat di mana kumpulan orang-orang baik muda maupun tua yang yang dikarantina dari lingkungan sosialnya. Sehingga menjalini hukuman yang sangat panjang waktunya dan Lapas disini menpersiapkan keterampilan bagi para narapidana yang menjalani hukuman yang jangka waktu sangat lama agar memberikan mereka motivasi untuk menghibur diri mereka dan mempersiap metal bagi para tahanan agar tidak minder pada saat memasuki lingkungan sosialnya.


(44)

2.2.6 Model Teoritis

Model teoritis berguna untuk menggambarkan rencana atau strategi penelitian yang akan dilakukan. Adapun model teoritik dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2

Komunikasi antar pribadi petugas dan narapidana

Karakteristik Komunikasi antarpribadi memiliki :

- Hubungan timbal balik - Hubungan interaksi - Memiliki sifat persuasif - Terlibat dua orang atau lebih

Perubahan Sikap meliputi : - Kesediaan

- Intrenalisasi - Identifikasi Penetrasi Sosial :

- Nilai penghargaan - Kesediaan Informasi - Aksesibilitas

- Kejujuran - Kesukarelaan - Norma Sosial - Efektifitas Self Disclosure :

- Terbuka - Tersembunyi - Buta


(45)

Model teoritik ini dibangun agar membantu proses identifikasi, penggambaran atau kategorisasi komponen-komponen yang relevan dari suatu proses. Sebuah model teritik ini dapat dikatakan struktur gambar yang sempurna dari beberapa teori yang terjabarkan, dan model ini biasanya mampu memperlihatkan semua aspek yang mendukung terjadinya suatu proses. Misalnya, dapat menunjukkan keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam suatu proses, dan keberadaannya dapat ditunjukkan secara nyata.

Didalam bagan ini terlihat dan disorot dengan jelas permasalahan komunikasi antarpribadi petugas dengan narapidana dalam merubah sikap. Dalam hal ini, proses komunikasi antarpribadi tidak akan terjadi tanpa adanya proses awal dari perkenalan seseorang kepada orang lain melalui tatap muka yang seperti dijelaskan dalam teori penetrasi sosial yang penjabaran dari teori Self Disclosure dalam prosesnya komunikasi lebih dalam lagi hingga mengenal dekat lawan komunikasinya. Seperti yang dilakukan petugas terhadap warga binaannya yang awalnya proses perkenal terlebih dahulu yang terjadi antar petugas dan narapidana setelah itu menjalin komunikasi yang lebih dekat dan berlanjut dalam komunikasi pembinaan sehingga dapat melakukan bimbingan terhadap narapidana tersebut dengan tujuan merubah sikap kepada para warga binaan.


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau menyeluruh untuk menentukan atau memperoleh data yang diperlukan (Soehartono, 2008:9). Menurut (Sugioyono, 2007:1) metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, dalam kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis, rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara masuk akal, empiris berarti dilakukan dengan cara mengamati cara-cara yang digunakan dan sistematis berarti menggunakan langkah-langkah yang logis.

Adapun, penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi, dan makna. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (1975) dalam (Moleong, 2007:3) yang menyatakan ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak menggunakan perhitungan.

Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi kualitatif itu sendiri. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan (Djajasudarma, 2006:11). Lebih lanjutnya lagi dijelaskan, bahwa pendekatan kualitatif yang menggunakan data lisan dari suatu bahasa memerlukan informan. Pendekatan yang melibatkan bahasa


(47)

informan ini diarahkan pada latar dan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini jumlah informan tidak ditentukan jumlahnya. Dengan kata lain, jumlah informannya ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian.

3.2 Objek Penelitian

Didalam Objek penelitian ini, peneliti ingin melihat seluruh komunikasi antarpribadi yang terjadi didalam Lembaga Pemasyarakatan cabang RUTAN Aceh Singkil yang beralamatkan jalan kabupaten Singkil-Rimo, yang dilakukan oleh para petugas guna merubah sikap para narapidana.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian kualitatif disebut dengan informan atau subjek riset, yaitu orang-orang yang dipilih untuk diwawancara sesuai dengan tujuan riset (Kriyantono, 2006:163).

Informan penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti. Di antara sekian banyak informan, ada yang disebut informan kunci (key informan) seorang ataupun beberapa orang, yaitu orang-orang yang paling banyak menguasai informasi (paling banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti tersebut (Arikunto, 2006:161).

Dalam penelitian ini peneliti telah memilih beberapa orang narapidana dan petugas, sebagai informan yaitu para narapidana yang baru menjalani hukuman dan beberapa petugas yang melakukan pembinaan. Informan merupakan subjek yang akan diteliti, serta ketika memilih informan itu peneliti terlebih dahulu telah melihat kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk memilih informan yang sesuai


(48)

dengan pemilihan informan dalam penelitian kualitatif. Kriteria-kriterianya antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informan sebagai sumber subjek penelitian dan bersifat alamiah (naturalistic),

2. Informan sebagai subjek penelitian yang berupa kata-kata dan gambar yang diperoleh dari melalui wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, dokumen resmi, memo, dan dokumen-dokumen lainnya. 3. Bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian yang mungkin

membutuhkan waktu.

4. Memberikan kesediaannya secara tertulis untuk menjadi informan sebagai subjek penelitian dalam penelitian ini. Jika di perlukan. (Kuswarno, 2009:60).


(49)

3.4 Kerangka Analisis

Adapun kerangka analisis dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2

Dalam penelitian ini, penelitian memperoleh data dari informan sebagai subjek penelitian yang memliki kriteria sesuai dengan yang ditetapkan oleh peneliti, kemudian penelitian menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan triangulasi data dan teori, dan proses pengumpulan data tersebut dilakukan terus-menerus hingga datanya jenuh. Kemudian dengan menggunakan teknik analisis data selama dilapangan model Miles and Huberman, peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(Informan)

Sebagai subjek penelitian

(Reduksi data)

Hasil wawancara penelitian

(Penyajian data)

Penelaahan hasil wawancara penelitian

Penarikan kesimpulan dari penyajian data dan verifikasi penelitian

Pengumpulan data dari informan selaku subjek penelitian dengan teknik wawancara mendalam


(50)

1. Peneliti melakukan reduksi data. Data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian data yang telah di reduksi menberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2005:92).

2. Melakukan penyajian data. Dalam melakukan penyajian data , selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matriks, network (jaringan kerja) dan chart (Sugiyono, 2005:95).

3. Penarikan kesimpulan dan verikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah yang kridibel (Sugiyono, 2005:99).

4. Menghubungkan kesimpulan dengan pokok permasalahan yang di teliti dalam penelitian ini agar tidak terjadi kesalahan dalam penelitian ini untuk mencapai tujuan didalam penelitian ini sehingga mendapatkan hasil yang yang di inginkan oleh peneliti.


(51)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan sebagai suatu upaya untuk memperoleh data primer. Selain itu diperlukan juga penelitian dari berbagai sumber kepustakaan sebagai upaya untuk memperoleh data sekunder tersebut. Dalam penelitian kualitatif, untuk memperoleh data primer tersebut, metode yang digunakan adalah metode observasi atau pengamatan dan wawancara.

3.5.1 Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini adalah dengan cara tanyak-jawab langsung dari informan selaku sumber-sumber asli. Dan data primer yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari para informan. Teknik pengumpulan data primer ini terdiri dari beberapa cara, yaitu Wawancara, dan Observasi.

3.5.1.1. Metode wawancara

Metode wawancara yaitu proses memperoleh data untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya-jawab, sambil tatap muka dengan si penanya atau pewawancara dengan sipenjawab atau informan dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara (Nasir, 2003:193).

Sedangkan menurut Arikunto (2006:155) Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian ini, dengan cara Tanya-jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan. Adapun wawancara tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara khusus,


(52)

dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial informan. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan sebagai subjek yang diamati.

Dalam teknik ini wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (depth interview) kepada beberapa informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Informan disini adalah petugas dan narapidana yang berada Lembaga Pemasyarakatan di cabang RUTAN Aceh Singkil.

Informan disini selaku subjek yang diteliti adalah orang yang akan di wawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang di perkirakan yang menguasi dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. (Bungin, 2010:108).

3.5.1.2. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan guna mengetahui situasi dalam konteks ruang dan waktu pada daerah penelitian. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan terlibat (participant observation) yakni merupakan studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan dimana pengamat atau peneliti terlihat langsung dalam kehidupan sehari-hari, dari subjek atau kelompokan yang diteliti.

Pengamatan tersebut menyebabkan terjadinya hubungan sosial dan emosional antara peneliti dengan subjek yang diteliti. Dampaknya si peneliti mampu menghayati perasaan, sikap, pola pikir yang mendasari perilaku subjek yang diteliti terhadap masalah yang dihadapi.


(53)

Dalam penelitian ini, peneliti harus mengetahui pokok permasalahan yang akan diamati. Pengamatan yang dilakukan harus mencakup permasalahan yang terdiri dari, proses komunikasi antarpribadi dalam rangka pembinaan terhadap narapidana, dan perubahan sikap yang terjadi dengan para narapidana.

Komunikasi antarpribadi itu sendiri meliputi : 1. Hubungan timbal balik

2. Hubungan interaksi 3. Memiliki sifat persuasif 4. Terlibat dua orang atau lebih

Sedangkan perubahan sikap para narapidana yang didasari dari prilaku itu terlihat dari :

1. Kesediaan (Menerima) 2. Internalisasi (Mengikuti) 3. Identifikasi (Meniru)

Selain itu, pangamatan terhadap tempat penelitian perlu juga dilakukan guna untuk mempermudah ruang gerak peneliti untuk memperoleh data. Oleh karena itu, teknik observasi ini sangat diperlukan untuk memperoleh dan mengumpulkan data dari hasil pengamatan seluruh aktivitas yang dilakukan oleh subjek.

3.5.2. Data Skunder

Data sekunder adalah data yang bersifat langsung, akan tetapi memiliki keterkaitan fungsi dan salah satu aspek pendukung bagi keabsahan suatu penelitian. Data sekunder juga didukung dari data-data yang di peroleh dari tempat penelitian selama penelitian ini berlangsung yaitu bisa berupa


(54)

dokumen-dokumen dan grafik. Data skunder ini juga biasanya bersifat memberikan dukungan kepada penelitian ini. untuk melengkapi data yang di berikan dari informan kepada pewawancara. Studi literatur yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan mengumpulkan berbagai macam data dari data perpustakaan dan literatur, yakni data yang hanya menjelaskan penelitian ini.

3.5.3 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2012. Dikarenakan peneliti harus menyiapkan terlebih dahulu segala keperluan dan hal-hal yang dibutuhkan sebelum melakukan penelitian kelapangan. Agar peneliti mendapatkan hasil penelitian yang maksimal dan terbaik.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara seksama, selama dilapangan maupun setelah dari lapangan. Dalam menganalisis penelitian ini harus melihat dari dalam penelitian ini meliputi tiga komponen menurut Spradly (Sugiyono, 2007:68) yaitu:

1. Place tempat dimana interaksi dalam penelitian berlangsung. Dalam hal

ini, maka place-nya adalah sebuah tempat di mana sebuah pembinaan yakni di Lembaga Pemasyarakatan cabang RUTAN Aceh Singkil.

2. Actor, pelaku atau orang yang sesuai dengan objek penelitian tersebut. Dalam hal ini, adalah petugas dan narapidana yang berada di Lembaga


(55)

Pemasyarakatan cabang RUTAN Aceh Singkil, ketika dilaksanakannya penelitian.

3. Activity, kegiatan yang dilakukan actor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung. Dalam hal ini, ialah setiap seluruh kegiatan yang dilakukan oleh para petugas dan narapidana dalam melaksanakan pembinaan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan cabang RUTAN Aceh Singkil.

4. Melihat seluruh kegiatan maupun aktivitas yang dilakukan sehari-hari yang menunjukkan adanya tindakan perubahan sikap dari para narapidana yang akan diteliti dalam penelitian ini di Lembaga Pemasyarakatan cabang RUTAN Aceh Singkil.

Dalam teknik analisis data didalam penelitian kualitatif ini menggunakan model interaktif. Didalam model ini disusun langkah-langkah yang dirumuskan oleh Nasution, S. (1993:129) meliputi :

1. Koleksi data (data colletion)

2. Penyederhanaan data (data reductional) 3. Penyajian data (data display)

4. Pengambilan serta verifikasi (conclusion; drawing verivying)

Berdasarkan pendapat tentang model analisis data dalam penelitian kualitatif diatas, maka peneliti menganalisis data hasil lapangan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Koleksi data (data colletion) yaitu data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan peneliti dari subjek penelitian dan sumber informasi, merupakan langkah awal dalam pengelolahan data. Dalam mengoleksi data, peneliti melakukan observasi dengan


(56)

subjek penelitian dan sumber informasi serta mencari dokumentasi hasil pembinaan. Hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan segera di tuangkan peneliti dalam bentuk tulisan dan analisis.

b. Penyederhanaan data (data reductional) yaitu penelaahan kembali seluruh catatan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan demikian tahapan ini akan di peroleh hal-hal pokok berkaitan dengan fokus penelitian.

c. Penyajian data (data display) yaitu merupakan kegiatan penyusunan hal-hal pokok dan pola yang sudah di rangkum secara sistematis, sehingga diperoleh tema dan pola secara jelas tentang permasalahan penelitian agar mudah diambil kesimpulan.

d. Pengambilan serta verifikasi (conclusion; drawing verivying) yaitu merupakan upaya untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan dan memantapkan kesimpulan dengan member check atau tringulasi yang dilakukan selama dan sesudah data yang dikumpulkan. Dengan demikian proses verifikasi merupakan mencari makna dari data yang telah dikumpulkan seperti mencari pola, tema, hubungan persamaan, perbedaan-perbedaan, hal yang sering ditimbulkan dan sebagainya.


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

IV.1.1 Proses Pengumpulan Data

Penelitian inimengenai proses komunikasi antarpribadi para petugas dalam merubah sikap para narapidana ini, membutuhkan 2 narapidana dan 2 orang petugas yang berada di cabang RUTAN Aceh Singkil. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara secara mendalam kepada masing-masing informan secara berkala sehingga mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.

Pertama peneliti melakukan pra penelitian untuk mendapatkan informan dan informasi tentang cabang RUTAN Aceh Singkil, Penelitian awal yang dilakukan bertujuan untuk observarsional keadaan yang akan diteliti. Pada tanggal 09 Desember 2012 pada pukul 11.40 wib, bertempat di cabang RUTAN Aceh Singkil yang beralamatkan jalan Kabupaten Singkil-Rimo, peneliti berjumpa dengan salah seorang petugas yang berbadan tegap, yaitu bernama Pak Sopiyanto dan peneliti bercerita maksud dan tujuan peneliti datang. Setelah tahu maksud dan tujuan penelitidatang, peneliti meminta bantuan seorang petugas yang bernama Pak Sopiyanto, untuk melihat-lihat sekilas aktivitas dan keadaan sekitar lingkungan Rutan tersebut. Di dalam kondisi pembangunan serta fasilitas belum sepenuhnya memadai di cabang RUTAN ini, terlihat komunikasi antarpribadi itu sendiri sangat penting dalam melakukan pembinaan yang merupakan bagian dari


(58)

tanggung jawabpara petugas dalam merubah sikap para narapidana. Setelah berkeliling-keliling dan melihat-lihat bersama petugas yang mendampingi peneliti sampai pukul 15.00 wib, didalam observasional ini, dan peneliti belum mendapat banyak informasi yang akurat karena petugas tersebut belum diberikan izin oleh atasannya dalam memberikan penjelasan kepada peneliti yang ingin peneliti ketahui terkait dalam penelitian ini.

Dihari kedua pada tanggal 10 Desember 2012 pagi hari jam 07.50 wib, peneliti sudah tiba di cabang RUTAN Aceh Singkil untuk melihat kembali seluruh kegiatan yang dimulai di pagi hari,dengan cuaca hujan lebat, dan disambut oleh seorang petugas yang berbadan besar dan tegap serta berambut sedikit pendek dan berkulit sedikit gelap menyambut peneliti dengan penuh senyuman dan ramah tamah, yaitu bapak Harahap, petugas tersebut menyuruh peneliti masuk kedalam dan berjumpa lagi denganbapak Sopiyanto. Pada saatpeneliti masuk,terlihat bapak Sopiyanto sedang melakukan apel pagi dengan para warga binaannya, bapak Sopiyanto tersebut memberikan sedikit arahan terhadap warga binaan dan tahanan (“Tahanan” belum berstatus narapidana dan masih bersatus tahanan titipan dari Kejaksaan dan Kepolisian setempat), yang berjumlah 61 orang.

Dalam melaksanakan kegiatan rutin setiap pagi, yakni apel pagi, peneliti melihat komunikasi dan kegiatan yang di lakukan oleh petugas, merupakan bentuk karakteristik komunikasi antarpribadi, yakni salah satunyakomunikasi antarpribadi yang dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik, serta komunikasi antarpribadimerupakan suatu kegiatan dan tindakan dalam sehari-hari.


(59)

Sembari peneliti melihat Pak Sopiyanto melaksanakan kegiatan apel pagi, peneliti pun berdiri dibelakang Pak Sopiyanto di pos penjagaan bersama petugas yang mempersilahkan peneliti masuk, sampaikegiatan apel pagi kira-kira sekitar+ 30 menit selesai. Setelah melaksanakan apel pagi, petugas lalu memberikan perintah kepada seluruh warga binaan dan tahanan untuk melakukan kegiatan pribadi seperti mandi dan membersihkan kamar sel masing-masing. Petugas pun mempersilahkan peneliti untuk duduk di pos jaga petugas, sembari menunggu staf cabang RUTAN datang. Setelah duduk di pos penjagaan, peneliti pun melihat narapidana yang datang dan mendekati Pak Sopiyanto dan duduk berdua di ruang jenguk narapidana dan tahanan. Ternyata, narapidana tersebut bernama Pak Kuswadi, yaknisalah satu narapidana yang terjerat kasus hukuman korupsi di dinas Pekerjaan Umum Aceh Singkil, dan sudah berusia sekitar + 50 tahun. Setelah keduanya selesai bercerita sekitar setengah jam lamanya, narapidana tersebut kembali ke selnya dan peneliti merasa penasaran dan mendekati petugas tersebut dan bertanya,”apa tujuan narapidana tersebut tadi menjumpai bapak ?” dan dijawab oleh petugas “oh itu, hanya konsultasi para narapidana aja”. Disini peneliti melihat lagi proses komunikasi dan interaksi yang terjadi, yakni sangat mudahnya dilakukan oleh para warga binaannya yang telah dekat dengan petugas. Termasuk dalam salah satu karakteristik komunikasi antarpribadi, yakni melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dua orang atau lebih, dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).

Sementara pada pukul 08.48 wib, peneliti belum dapat melakukan pendekatan dan wawancara terhadap para narapidana. Dikarenakan, peneliti belum mendapatkan izin dari staf, mengingat staf tersebut belum hadir


(60)

dikarenakan masih dalam perjalanan menuju kekantor saat di hubungi melalui via telpon oleh salah satu petugasnya.

Staf yang di tunggu-tunggu oleh peneliti akhirnya tiba sekitar pukul 08.55 wib dan peneliti langsung menjumpai bapak tersebut, yaitu bapak Miswar dan memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud dan tujuan peneliti datang. Setelah berbincang-bincang lamanya sekitar+ 30 menit diruangan bapak Miswar, peneliti pun langsung diperbolehkan melakukan pengamatan dan wawancara secara mendalam, untuk menperoleh data maupun informasi dari petugas dan narapidana.

Setelah itu, peneliti disuruh langsung menuju ke pos penjagaan untuk menjumpai bapak Sopiyanto dan bapak Harahap di pos penjagaan, setelah menjumpai petugas. Peneliti langsung di perkenalkan oleh salah satu narapidana yang hukumannya hampir selesai, yang sedang berbincang dengan para petugas di pos penjagaan.

Salah satu petugas yang bernama bapak Harahap menyuruh salah satu narapidana untuk mengantar peneliti langsung ke blok sel narapidana yang sedang berbincang dengan petugas. Pada saat itu, seluruh para narapidana sedang melakukan aktivitas pribadi masing-masing. Sesampainya di salah satu sel yang berukuran kira-kira 3meter x 5meter dengan kamar mandi didalam, yang berisikan sekitar 4 atau 5 orang narapidana, peneliti pun melihat salah satu narapidana didalam kamar sel tersebut, yang sedang duduk sendirian.

Setibanya berada didepan pintu kamar sel tersebut, peneliti pun kembali memperkenalkan diri dan mengajak duduk didepan kamar sel sembari membawa


(61)

narapidana ini ke perbincangan yang sederhanadan santai, agar narapidana tersebut tidak merasa canggung dan menutup diri.Setelah perbincangan yang terbuka, Peneliti pun menyampaikan maksud dan tujuan peneliti, untuk mengamati dan mewawancarai salah satu narapidana tentang komunikasi antarpribadi petugas dalam merubah sikap para narapidana di cabang RUTAN ini.

Narapidana tersebut yaitu bernama bapak Darwis yang berkulit hitam kecoklatan, dan berpostur tegap, yang tidak terlalu tinggi, serta berewokan diseluruh wajahnya. Bapak Darwis yang merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), yangterpidana dengan kasus kesalahan administrasi proyek Pemerintah Dinas Pekerja Umum Aceh Singkil, didukung pembawaannya yang riang dan proaktif langsung tersenyum senang dan mengangguk mengerti apa yang disampaikan oleh peneliti. Dengan rasa senang bapak tersebut menjawab satu demi satu pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, bahkan menjawabnya seperti bercerita, sehingga membuat suasana begitu santai.

Sampai pada pukul 14.00 wib, peneliti pun mengikuti bapak Darwis mengambil jatah makan siang dikantin samping kanan blok narapidana yang berjarak sekitar+ 5 meter dari blok narapidana. Setelah berada dikantin dan mengantri mengambil makanan bersama bapak Darwis, peneliti lalu melihat salah satu narapidana yang didampingi petugas membagikan jatah makan siang untuk seluruh warga binaan dan tahanan. Setelah jatah makanan dibagikan, bapak Darwis kembali kekamar selnya dan menyantap makanannya didalam kamar selnya, sementara peneliti duduk dan melihat dari depan pos penjagaan kira-kira berjarak dari blok sel sekitar + 4 meter.


(62)

Tepat pukul 15.00 wib, datanglah seorang narapidana yang membagikan makanan tadi, mengumpulkan seluruh peralatan makanan yang didampingi oleh petugas. Setelah itu, peneliti mengunjungi lagi kamar sel bapak Darwis dan mengamati bapak Darwis sedang duduk-duduk didalam kamar selnya, setelah makan siang, peneliti pun mulai mengajak bercerita dengan suasana santai di depan kamar selnya.

Hingga pada pukul 17.30 wib, terdengar suara teriakan dari luar kamar sel bapak Darwis, tempat peneliti sedang melakukan wawancara, dimana salah satu narapidana yang diberikan kepercayaan oleh petugas mengintruksikan menghentikan aktivitas serta mengumpulkan seluruh narapidana didepan pos penjagaan, peneliti pun bergegas menghentikan wawancara menuju kepos penjagaan dan melihat proses pelaksanaan apel sore.

Setelah melaksanakan apel sore, petugas menempatkan para narapidana ke lain kamar sel satu-persatu. Disini terlihat dengan sangat jelas oleh peneliti, yakni petugas telah menerapkan salah satu bentuk karakteristik Komunikasi Antarpribadi, yakni suatu kegiatan dan tindakan yang dilakukan dalam rutinitas sehari-hari yang terlihat di cabang RUTAN Aceh Singkil pada saat melaksanakan apel pagi dan sore.

Setelah itu petugas menyuruh seluruh narapidana menuju kekamar sel masing-masing, peneliti pun hanya mengamati kegiatan narapidana memasuk kekamarnya masing-masing. Dalam proses pelaksanaan apel sore, peneliti puningin mengetahui lebih dalam dan berinisiatif untuk bertanya langsung kepada salah satu petugas pada saat itu “kenapa hal ini dilakukan pak ?” dan dijawab


(63)

oleh salah satu petugas “agar dapat berbaur para narapidana satu dengan lainnya”.

Untuk mendapatkan data dan informasi lagi dalam penelitian ini. Peneliti pun memutuskan untuk menginap bersama para petugas untuk melihat dan mengamati lagi komunikasi antarpribadi antara para petugas dan narapidana yang terjadi dimalam hari. Peneliti pun hanya mengamati informan yang sudah diwawancarai, yakni bapak Darwis.

Tepat pada pukul 18.00 wib, peneliti meminta izin kepada petugas pos penjagaan untuk melakukan pengamatan dimalam harinya, dan peneliti pun di beri izin. Peneliti langsung kembali mengamati informan yang sedang melakukan persiapan sholat maghrib dari luar blok sel yakni di pos penjagaan, dan peneliti pun melakukan persiapan sholat maghrib juga dan melaksanakan sholat maghrib secara bersama-sama. Pada saat itu sholat maghrib yang di pimpin oleh salah satu narapidana yang sudah tua, setelah selesai melaksanakan sholat magrib informan bersama warga binaan lainnya kembali kamar sel masing-masing yang telah dibagi oleh petugas, peneliti pun bersama petugas menuju kepos penjagaan dan mengamati dari pos penjagaan.

Pada pukul 19.30 wib, peneliti mendengar suara dari luar pos penjagaan, suara teriakan untuk berkumpul mengambil makan malam seperti siang harinya mengambil jatah makan, peneliti lalu melihat dan ikut berbaris bersama Pak Darwis untuk mengambil makanan, dan kemudian Pak Darwis duduk di ruangan jenguk narapidana dan tahanan bersama warga binaan dan tahanan untuk makan malam bersama. Disini pun peneliti melihat proses interaksi sesama narapidana


(64)

yang tergambar dalam karakteristik komunikasi antarpribadi seperti hubungan interaksi dua orang atau lebih yang dilakukan oleh informan dan warga binaan lainnya untuk menjalin hubungan keakraban dan kedekatansesama narapidana.

Adzan isya pun berkumandang menandakan seluruh warga binaan dan para tahanan makan malam dan kembali kekamar sel masing-masing, dan melakukan persiapan sholat isya, dalam hal ini peneliti juga ikut dalam melaksanakan sholat isya, setelah melaksanakan sholat isya, peneliti melihat seluruh warga binaan yang muslim melakukan pembinaan dimalam hari, yang dilakukan dalam bentuk bimbingan kerohanian.

Pembinaan atau bimbingan kerohanian tersebut, dikemas dalam bentuk pengajian bersama para petugas dan warga binaan yang muslim, yang memimpin secara berguliran antara petugas dan warga binaan didalam mushola cabang RUTAN Aceh Singkil, pada saat itu pengajian dipimpin oleh bapak Darwis, bimbingan yang dikemas oleh petugasyakni termasuk dalam salah satu bentuk karakteristik komunikasi antarpribadi, yakni merupakan suatu kegiatan dan tindakan yang melibatkan di dalamnya bersifat persuasif yang dilakukan pada saat bimbingan kerohanian.

Tepat pada pukul 20.35 wib, pengajian pun selesai dan seluruh wargabinaanya memasuki kamar sel masing-masing dan peneliti menuju kepos penjagaan, serta petugas pun mengecek dan mengunci seluruh kamar sel. Peneliti pun disini diberikan fasilitas kamar tidur di kantor staf bersama petugas lainya, dan peneliti langsung tidur pada pukul 21.00 wib karena melihat tidak ada aktivitas lagi yang dilakukan dalam komunikasi antarpribadi.


(1)

e. Informan Kelima (Petugas)

Nama : Sopiyanto

Tempat Tanggal Lahir : Puwordadi / 17 Agustus 1964

Nip : 196408171988031002

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Ds. Gunung Lagan Kec. Gunung Meriah

Kabupaten Aceh Singkil. No. KARPEG

Pangkat

- Golongan : Pengatur Muda Tk-II/b

- TMT : 01 Oktoberl 2008

- No. SK : W1.49.KP.04.04. Th 2008 Tanggal 13 11-2009.

- Jabatan : Anggota Satuan Pengamanan Massa Kerja

- Tahun : 14 Tahun

- Bulan : 07 Bulan.

Latihan Jabatan dan Penataran

- Nama : Prajabatan Tk-1

- Tahun : 1989

- Jumlah Jam : 72 Jam

- Nama : Kesemaptaan

- Tahun : 2005

- Jumlah Jam : 300 Jam.

Pendidikan Terakhir


(2)

- Tingkat Ijajah : SMA Setara

- Tahun Lulus : 2009

- TMT CPNS : 1988


(3)

LAMPIRAN FOTO

Pembinaan Pertanian


(4)

(5)

BIODATA PENELTI

I. DATA PRIBADI

Nama : Budi Prasetiyo

Tempat / Tanggal Lahir : Meulaboh/ 16 September 1989

Alamat : Jl. Simpang Klasir Gunung Lagan Kec, Gunung Meriah Kab. Aceh Singkil

Telp/Hp : 087768670216 Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam

Status : BelumMenikah

Umur : 23 Tahun

Tinggi / Berat Badan : 169 cm / 58 kg Orang tua

Ayah : Sopiyanto

Ibu : Juliyani

Anak ke : 1 Dari 3 Bersaudara

II. PENDIDIKAN FORMAL

1996 – 2002 : SD Negeri Blok IV Baru Aceh Singkil 2002 – 2005 : SLTP Negeri1 Rimo Aceh Singkil 2005 – 2008 : SLTA Negeri 1 GunungMeriah

2008 : Fakultas FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara

III. PENGALAMAN ORGANISASI

2009 – sekarang : Pramuka USU


(6)

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita Di Kampus Universitas Sumatera Utara)

0 52 117

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pembentukan Perilaku Narapidana (Studi Korelasional Mengenai Efektivitas Komunikasi AntarPribadi Terhadap Pembentukan Perilaku Narapida di LP Kelas II A Kotamadya Binjai)

2 41 123

Perilaku Komunikasi Narapidana Wanita (Studi Deskriptif perilaku Komunkasi Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Subang)

1 11 119

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PEMBINAAN PETUGAS LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM MEMBENTUK SIKAP POSITIF NARAPIDANA (Studi Pada Narapidana Narkoba Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Way Hui Bandar Lampung)

6 42 87

Komunikasi Antarpribadi Pasien Danperawat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Pasienrawat Inap Dan Perawat (Terapeutik) Di Rumah Sakit Setiabudi Medan)

1 19 111

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis untuk Memotivasi Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioter

5 10 13

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap ODHA di Klinik Vol

0 2 14

Pengembangan Hubungan dalam Komunikasi Antarpribadi Mantan Narapidana Perempuan Bugis-Makassar

0 0 13

Komunikasi Antarpribadi Dan Perubahan Sikap Narapidana (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Komunikasi Antarpribadi Petugas Lembaga Pemasyarakatan Dalam Merubah Sikap Narapidana Di Cabang RUTAN Aceh Singkil)

1 1 21

Komunikasi Antarpribadi Dan Perubahan Sikap Narapidana (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Komunikasi Antarpribadi Petugas Lembaga Pemasyarakatan Dalam Merubah Sikap Narapidana Di Cabang RUTAN Aceh Singkil)

0 0 11