11 Menurut Affandi, et al., 2002 bahwa pertumbuhan merupakan perubahan ukuran
baik panjang, berat atau volume, pada periode waktu tertentu. Proses atau kegiatan yang menunjang pertumbuhan adalah proses pemberian pakan yang
dilakukan oleh manusia dan proses memakan, mencerna serta menyerap pakan oleh ikan. Makanan dalam kegiatan budidaya, baru akan bernilai guna bagi tubuh
sebagai sumber materi dan energi setelah melalui proses pencernaan dan penyerapan terlebih dahulu oleh ikan. Alat pencernaan dari ikan lele terdiri dari
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Alat pencernaan pada ikan lele terdiri atas lambung. Saluran pencernaan pada ikan lele terdiri atas mulut, rongga
mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus,rektum dan anus Fujaya, 2004. Adaptasi adalah suatu proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan
oleh suatu organisme terhadap kondisi yang baru. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan adaptasi dari organisme tersebut adalah faktor abiotik
yang meliputi fisika suhu, penyinaran, densitas, tekanan, dan kekeruhan. Faktor yang lain adalah faktor biotik yaitu kelimpahan dan keragaman organisme. Pada
pembesaran skala intensif ikan ditebar dengan kepadatan sangat tinggi sebanyak 400 ekor m
2
menyebabkan organisme di dalam media berkompetisi untuk mendapatkan ruang gerak dan oksigen terlarut dalam air. Faktor tersebut akan
mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan organisme, baik terhadap proses fisiologis maupun tingkah lakunya.
.
12
2.7 Manfaat Teknologi Dasar Kolam Buatan
Dasar kolam buatan berperan penting untuk pembesaran lele dengan hanya memanfaatkan lahan yang sempit dan terbatas. Manfaat dari dasar kolam buatan
yang dibuat menyerupai lingkungan habitat aslinya yaitu seperti akar-akar pohon dengan harapan lele yang dibudidayakan mendapatkan kenyamanan dan lebih
banyak beristirahat di dasar kolam buatan . Sehingga pakan yang telah diberikan lebih banyak dimanfaatkan oleh tubuh lele untuk pertumbuhan. Dasar kolam
buatan juga berfungsi membatasi pergerakan lele sehingga lele hanya sedikit bergerak dan kemudian energi yang dikeluarkan tidak banyak. Energi merupakan
faktor pendukung mempercepat proses pertumbuhan, semakin banyak pasokan energi yang tersimpan semakin cepat pertumbuhan bagi lele tersebut.
Biasanya pada saat pembesaran lele pada skala intensif ketika penebaran awal
benih lele ketinggian air diisi setinggi 70 - 100 cm karena benih lele ukuran tubuh masih relatif kecil serta cara berenangnya masih kurang sempurna menyebabkan
lele mencari makan dari dasar kolam ke atas permukaan membutuhkan energi yang cukup banyak sehingga dengan adanya aplikasi teknologi dasar kolam
buatan pada kolam dapat memudahkan lele untuk mendapatkan makanan dan membatasi pergerakan lele agar energi yang didapat dari pakan lebih banyak
diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan. Hal tersebut bertujuan agar hasil panen menjadi optimal.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya Perikanan Bagian Genetika dan Pemuliaan Ikan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. 3.2
Alat dan Bahan Penelitian
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 9 buah kolam beton
berukuran 1,5 x 1 m , dasar kolam buatan terbuat dari kayu sebagai kerangkanya dan strimin aluminium sebagai alasnya, DO meter, kertas lakmus, skopnet, ember,
timbangan digital, millimeter blok, blower, lampu 75 watt sebanyak 6 buah, selang aerasi, batu aerasi, wadah 18 liter,blower. Bahan yang digunakan yaitu
benih lele masamo ukuran 7 - 10 cm, molase, Em4
®
, Yakult
®
dan pakan buatan jenis terapung merk MS Pf 1000 dengan kandungan protein 39 - 40 dan MS Lp
1 dengan kandungan protein 30.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap RAL yang terdiri 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali.
Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :