IMUNITAS NON SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias gariepinus. >< C. macrocephalus.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN

(1)

NON SPECIFIC IMMUNITY AND SURVIVAL RATE OF HYBRID CATFISH (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus)

CULTURED WITH ARTIFICIAL SUBSTRATES AND IMMUNOSTIMULANTS

Frisca Pakpahan1, Supono1 and Yudha Trinoegraha Adiputra1*

ABSTRACT

Hybrid catfish (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) is a new variant of catfish which many farmers interested. One of the ways to improve the productivity intensive of farming is by added the artificial substrates, addition of vitamin C in food and probiotics modified. The use of artificial substrates on hybrid catfish cultured impact on changes in non specific immunity in the form of stress due to changes in farming environment and observed through the blood profiles. This research was aimed to study the effect of the added of the artificial substrates toward the percentage hematocrit, total leukocytes, differential leukocyte which consisted of lymphocytes, monocytes and neutrophils. Observations were conducted on day of 0, day of 15, day of 30 and day of 45. The results showed that the addition of artificial substrates affect total leukocytes and monocytes of hybrid catfish (P<0,05). The results showed that the addition of artificial substrates not affect percentage of hematocrit, lymphocytes and neutrophil (P>0,05). Survival rate during cultivation showed the addition of artificial substrates is better than no the addition of artificial substrates but not significantly (P>0.05).

Ke-ywords: artificial pond bottom, vitamin C, probiotics, haematological, stress.

1Department of Aquaculture Department, University of Lampung Address: Jalan Prof. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Gedung Meneng

Rajabasa, Bandar Lampung 34145


(2)

IMUNITAS NON SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus)

DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN

Frisca Pakpahan1, Supono2 dan Yudha Trinoegraha Adiputra2*

ABSTRAK

Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru dan banyak diminati oleh petani ikan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi budidaya intensif lele masamo dapat dilakukan dengan penambahan dasar kolam buatan, penggunaan imunostimulan berupa vitamin C dalam pakan dan probiotik termodifikasi. Penggunaan dasar kolam buatan pada budidaya lele masamo berdampak pada perubahan imunitas non spesifik berupa stres akibat perubahan lingkungan budidaya yang teramati melalui pengamatan profil darah. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahan dasar kolam buatan terhadap kadar hematokrit, total leukosit, diferensial leukosit: limfosit, monosit dan neutrofil lele masamo yang diberi imunostimulan berupa probiotik dan vitamin C. Penelitian dilakukan selama 45 hari dan pengamatan profil darah dilakukan pada hari ke-0, hari ke-15, hari ke-30 dan hari ke-45. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan dasar kolam buatan berpengaruh terhadap kadar total leukosit dan monosit lele masamo (P<0,05). Penambahan dasar kolam buatan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar hematokrit, limfosit dan neutrofil lele masamo (P>0,05). Sintasan selama budidaya menunjukan penambahan dasar kolam buatan lebih baik dibandingkan tanpa dasar kolam buatan tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05).

Kata kunci: lele masamo, dasar kolam buatan, vitamin C, probiotik, hematologis, stres

1Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung 2Dosen Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung

Alamat: Jalan Prof. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung 34145


(3)

IMUNITAS NON SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) DENGAN

APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN

Oleh

FRISCA PAKPAHAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

IMUNITAS NON SPESIFIK DAN SINTASAN

LELE MASAMO (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN

(Skripsi)

Oleh

FRISCA PAKPAHAN 1014111038

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir lele Masamo ... 5

2. Lele Masamo ... 7

3. Eritrosit dan jenis - jenis lekosit dalam darah ikan ... 11

4. Kolam Penelitan ... 16

5. Persentase Hematokrit pada Lele Masamo ... 23

6. Total Leukosit pada Lele Masamo ... 25

7. Grafik Total Limfosit pada Lele Masamo ... 26

8. Total Monosit pada Lele Masamo ... 28

9. Total Neutrofil pada Lele Masamo ... 29


(6)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Kerangka Pikir ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Taksonomi Ikan Lele Masamo ... 6


(7)

xiv

2.3. Habitat... 7

2.4. Sistem Imun Ikan ... 8

2.5 Imunostimulan ... 8

2.6 Probiotik ... 9

2.7 Vitamin C... 9

2.8 Dasar Kolam Buatan ... 10

2.9 Darah Ikan ... 11

2.10 Sintasan ... 14

III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Waktu dan Tempat ... 15

3.2 Alat dan Bahan ... 15

3.3 Rancangan Penelitian ... 16

3.4 Persiapan Penelitian ... 16

3.4.1 Pembuatan Dasar Kolam Buatan ... 16

3.4.2 Penambahan Vitamin C dalam Pakan ... 17

3.4.3 Pengkulturan Probiotik ... 17

3.4.4 Penebaran Benih ... 18

3.4.5 Pemberian Pakan ... 18

3.5 Pengumpulan Data ... 19

3.5.1 Pengambilan Darah ... 19

3.5.2 Tahap Pengamatan ... 19

3.5.2.1 Perhitungan Total Leukosit ... 19

3.5.2.2 Persentase Diferensial Leukosit ... 20

3.5.2.3 Pengukuran Kadar Hematokrit ... 21

3.5.3 Analisis Data ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hematokrit... 23

4.2 Total Leukosit ... 24

4.3 Diferensial Leukosit ... 26

4.4 Sintasan Lele Masamo ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34


(8)

MOTO

Give thanks in All Things & Impossible is

Nothing in Christ (Frisca Pakpahan)

Setiap orang akan memberikan pemikiran &

pendapat berbeda (Dr. Supono)

Kita tidak akan mencapai garis finish jika

tidak meninggalkan garis start. So, belajar

untuk mengalah adalah langkah pertama


(9)

7'

t

t

ft

t

b F F

t

F F F F

i,r

l.

Tim Penguji Ketua

MENGESAHKAN

: Dr. Supono, S.Pi., M.Si.

: Yudha T.

Adiputra, S.Pi.,

M.St

&tlnlnq'

Gw

,'c{

Sekretaris

Penguji

BukanPembimbing ii,I).amai, M.Si.

I

"4

.fl&

{

1\!-{1*, '- ,

.l'g;

.

g

t-+a.{ ..: i,

i..l l

. .. ,r

-;*

' !r* .13

'*

rfu-w

t987W


(10)

(11)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada

kedua orang tua tercinta yang rela berkorban

apapun demi buah hatinya dan yang tak pernah

lelah mengalirkan doa-doanya

berikan semangat

serta keyakinan bahwa aku bisa

kepada

keluarga besarku

kepada almamater


(12)

Judul Skripsi

NamaMahasiswa No. Pokok Mahasiswa Program Studi

Fakultas

IMUNMAS NONSPESIHK DAI\[ SINTASAI\I LELE

MASAMO (Clarias garicpin rs

x

C. ntooocephalus) DENGAI\I APLIKASI PROBIOTIK VITAMIN C DAI\I DASAR KOLAM BUATAI\I

Frisqa Pakpahan

10141 I 1038

Budidaya Perairan Pertanian

2. Ketua Program Studi Budidaya Perairan

a4

Ir.

Siti Hudaidah, M.Sc.


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Frisca Pakpahan‚ dilahirkan di Bandarlampung pada 21 November 1992 dari pasangan Bapak B. Pakpahan dan Ibu N. Tambunan. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Tanjung Senang Bandarlampung, pada tahun 2004‚ SMP Luhur Bandarlampung, pada tahun 2007 dan SMA Negeri 17 Bandarlampung pada tahun 2010.

Penulis kemudian melanjutkan pendidikan kejenjang S1 di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan UNILA (HIDRILA) sebagai anggota bidang Kerohanian pada tahun 2011/2012, Persekutuan Oikumene Mahasiswa Kristen Pertanian (POMPERTA) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKMK). Penulis juga pernah mengikuti Praktek Umum di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPBB) Karawang, Jawa Barat dengan judul “Pendederan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) pada tahun 2013. Penulis juga telah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Taman Baru, Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan selama 40 hari yaitu dari bulan Januari – Februari 2014.


(14)

Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Teknologi Budidaya Pakan Hidup, Teknologi Pembenihan Ikan dan asisten praktikum Biologi Laut pada tahun 2012/2013 serta asisten praktikum Fisiologi Hewan Air pada tahun 2013/2014. Penulis melakukan penelitian akhir di Laboratorium Kesehatan Ikan, Jurusan Budidaya Perairaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul “Imunitas Non spesifik dan Sintasan Lele Masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) dengan aplikasi probiotik, vitamin C dan Dasar Kolam Buatan“


(15)

x SANWACANA

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Imunitas Non spesifik dan Sintasan Lele Masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) dengan aplikasi probiotik, vitamin C dan Dasar Kolam Buatan“ ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, sekaligus selaku Pembimbing Akademik atas segala perhatian dan motivasi yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.

3. Bapak Dr. Supono S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.


(16)

xi 4. Bapak Yudha T. Adiputra, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing II atas bimbingan, kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Dr. Ir. Abdullah Aman Damai M. Si., selaku Pembahas/Penguji

atas segala kritik, saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis. 6. Seluruh staff dan pegawai Laboratorium Budidaya Perikanan Jurusan

Budidaya Perairan Fakultas Pertanian UNILA

7. Kedua orang tua tercinta‚ Ayahanda B. Pakpahan dan Ibunda N. Tambunan atas semua doa, kasih sayang, perhatian, dukungan dan motivasi yang tiada henti tercurah kepada penulis demi kesehatan, kelancaran, keselamatan dan kesuksesan hingga penulis bisa sampai pada tahap ini. Ucapan terima kasih yang tak terhingga dari penulis yang dipersembahkan melalui skripsi ini semoga menjadi kebanggaan serta pengganti tetesan keringat dan air mata kalian yang diberikan kepada penulis .

8. Kakak, abang dan adikku atas doa‚ kasih sayang serta dukungan yang

diberikan dan telah menjadi teman penulis dikala suka dan duka sejak kecil hingga sekarang.

9. Seseorang yang terkasih Ranto Hutasoit atas dukungan, semangat dan kesabaran yang tak terkira kepada penulis.

10.Sahabat-sahabatku tersayang‚ Dian, Maul, Sapi, Olip, Adit dan Memet

yang saling memberi semangat dikala suka-duka dan bersama-sama melewati pahit-manisnya perjuangan yang akan kita nikmati indahnya dikala semua cita-cita itu tercapai. Serta sahabatku sejak SMP Tri Yulianti atas dukungan, doa dan kesetiaannya.


(17)

xii 11.Teman-teman angkatan 2010 atas kebersamaan dan persaudaraan kita selama ini. Seluruh Kakak dan Adik tingkat angkatan 2006‚ 2007‚ 2008‚ 2009‚ 2011‚ 2012 dan 2013 juga semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Kiranya Tuhan memberikan berkat atas kebaikan dan pengorbanan kita. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Terimakasih.

Bandar Lampung, November 2014


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lele merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya ikan air tawar. Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. Lele masamo diperoleh dari hasil pengumpulan sifat berbagai plasma nutfah lele dari beberapa negara, antara lain: lele asli Afrika yaitu Clarias macrocephalus dan Clarias gariepinus. Keunggulan lele masamo adalah pertumbuhan ikan cepat dari lele varian lainnya, FCR rendah, lebih tahan terhadap stres dan penyakit serta memiliki sintasan yang tinggi (Matahari Sakti, 2011).

Kendala yang sering dihadapi pembudidaya ikan adalah penyakit. Pembudidaya biasanya melakukan upaya penanggulangan dan pencegahan penyakit melalui peningkatan imunitas ikan (Johny et al., 2005). Pencegahan penyakit dalam budidaya ikan dilakukan dengan pemberian imunostimulan. Imunostimulan merupakan senyawa biologi dan sintesis yang dapat meningkatkan respon imun nonspesifik. Imunostimulan dapat diberikan melalui injeksi, bersama pakan dan perendaman (Anderson et al., 1993). Penelitian ini menggunakan probiotik pada air media pemeliharaan dan penambahan vitamin C dalam pakan. Tujuannya adalah mencegah dampak timbulnya penyakit dalam budidaya.


(19)

2 Probiotik adalah mikroba hidup dalam media pembawa yang menguntungkan karena dapat menciptakan kondisi yang optimum untuk sistem pencernaan. Pemberian probiotik dalam budidaya ikan dapat diberikan melalui pakan, air maupun perantaraan pakan hidup (Irianto, 2007). Sedangkan penambahan vitamin C pada pakan ikan mampu mencegah dampak negatif dari stres, menstimulasi penyembuhan luka, meminimalkan keracunan karena air yang terkontaminasi dan meningkatkan respon imunitas (Garcia et al., 2007).

Menurut Khairuman et al. (2012) lele bersifat nokturnal yaitu aktif mencari makanan pada malam hari. Pergerakan ikan yang aktif membutuhkan energi yang banyak sehingga pada kolam budidaya perlu diberikan dasar kolam buatan guna membatasi pergerakan lele masamo. Dasar kolam buatan bertujuan untuk mempersempit ruang gerak ikan yang akan dibudidayakan, sehingga asupan energi yang diperoleh oleh ikan dapat dimanfaatkan untuk mempercepat proses pertumbuhan (Bimantara, 2014).

Penggunaan dasar kolam buatan tentunya berdampak pada fisiologi lele masamo. Hal tersebut dipengaruhi oleh berubahnya lingkungan pada kolam budidaya yang menyebabkan berkurangnya ruang gerak lele masamo. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian mengenai efek penambahan dasar kolam buatan terhadap imunitas nonspesifik lele masamo yang diberi imunostimulan berupa probiotik dan vitamin C.

1.2 Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahan dasar kolam buatan terhadap kadar hematokrit, total leukosit, diferensial leukosit: limfosit,


(20)

3 monosit dan neutrofil lele masamo yang diberi imunostimulan berupa probiotik dan vitamin C.

1.3 Kerangka Pemikiran

Budidaya lele masamo mulai banyak diminati oleh pembudidaya perikanan tawar. Usaha yang dilakukan untuk menghasilkan ikan yang berkualitas diperlukan modifikasi dalam kolam budidaya lele masamo. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan menggunakan dasar kolam buatan dalam kolam budidaya. Selain itu manajemen kualitas air yang baik dan peningkatan kekebalan tubuh ikan, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menambahkan probiotik pada air media pemeliharaan dan penambahan vitamin C dalam pakan.

Sistem budidaya yang baik diperlukan untuk meningkatkan produktivitas budidaya lele masamo. Adanya modifikasi dalam sistem budidaya dapat menjadi salah satu faktor dalam keberhasilan seperti dengan pemberian dasar kolam buatan. Kolam budidaya dalam penelitian ini menggunakan dasar kolam buatan yang berguna untuk membatasi pergerakan ikan. Sehingga, energi yang seharusnya digunakan untuk aktivitas ikan dapat di simpan dalam bentuk penambahan bobot tubuh lele masamo.

Penggunaan dasar kolam buatan dalam budidaya ikan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lele masamo yaitu memiliki sintasan tinggi, pertumbuhan cepat, bobot meningkat. Sistem budidaya menggunakan dasar kolam buatan tentunya dapat mengakibatkan stres pada lele. Oleh karena itu, pada air media pemeliharaan diberikan probiotik dan penambahan vitamin C dalam pakan.


(21)

4 Probiotik adalah makanan tambahan berupa sel-sel mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan (Irianto, 2007). Pemberian probiotik dalam air media budidaya lele masamo bertujuan untuk menjaga kualitas air pada kolam budidaya.

Horning et al. (1994) mengatakan vitamin C secara struktural merupakan vitamin yang paling sederhana, dibutuhkan dalam pertahanan sistem fisiologis hewan termasuk ikan. Vitamin C berperan dalam penyembuhan luka dan kemampuan tubuh untuk menghadapi stres dari perubahan lingkungan dan infeksi.

Lele seringkali tidak menunjukkan tanda-tanda yang mengindikasikan ikan tersebut terserang suatu penyakit sehingga pembudidaya sulit menentukan kondisi kesehatan ikan. Oleh karena itu diperlukan metode untuk mengetahui kondisi kesehatan lele masamo, selain pengamatan morfologi, dan gejala klinis yang tampak dari luar. Pemeriksaan darah ikan meliputi pemeriksaan nilai hematokrit, perhitungan total leukosit dan persentase diferensial leukosit yang terdapat dalam darah.

Hal tersebut menjadi alasan pentingnya penelitian mempelajari efek penambahan dasar kolam buatan terhadap imunitas nonspesifik lele masamo yang diberi imunostimulan berupa probitik dan vitamin C. Melalui pengamatan pemeriksan darah lele masamo kita dapat mengamati bagaimana sistem imun lele masamo dan bagaimana pengaruh dasar kolam buatan terhadap resiko timbulnya stres dan penularan penyakit pada lele masamo. Kerangka pemikiran penelitian secara singkat terdapat pada Gambar 1.


(22)

5 Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah:

H0 : τi = 0 Penambahan dasar kolam buatan dalam budidaya lele masamo tidak berpengaruh terhadap imunitas nonspesifik lele masamo. H1 : τi ≠ 0 Penambahan dasar kolam buatan dalam budidaya lele masamo

berpengaruh terhadap imunitas nonspesifik lele masamo.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada masyarakat mengenai imunitas nonspesifik lele masamo yang dibudidayakan dengan menggunakan dasar kolam buatan pada kolam budidaya.

Budidaya lele masamo

Peningkatan produktivitas

Peningkatan bobot tubuh ikan Peningkatan kekebalan

tubuh lele masamo Perbaikan kualitas air

pada budidaya

Probiotik Vitamin C Dasar kolam buatan

Pengaruh terhadap fisiologis lele masamo

Efek imunitas nonspesifik lele masamo


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Lele masamo

Klasifikasi lele menurut Saanin, (1984) yaitu : Phylum: Chordata

Subphylum: Vertebrata Class : Pisces Subclass: Telostei Ordo: Ostariophysi Subordo: Siluroidea Family: Clariidae Genus: Clarias

Spesies: (Clarias gariepinus >< C.macrocephalus)

2.2 Morfologi

Lele masamo (Gambar 2) memiliki bentuk kepala yang lebih runcing dan pada bagian tengkuk kepala terdapat tonjolan. Bentuk tubuh lele masamo lonjong dan terdapat bintik di tubuh lele masamo yang berukuran besar. Sirip lele masamo lebih tajam dan badan lebih panjang serta berwarna kehitaman, jika lele masamo mengalami stres terlihant dari warna warna tubuh ikan menjadi keputih-putihan atau keabu-abuan. Benih lele masamo dapat dibedakan dengan lele varietas


(24)

7 lainnya dengan melihat tingkah laku ikan, masamo lebih agresif dan nafsu makan tinggi sehingga diperlukan manajemen pakan untuk mencegah kanibalisme pada masamo (Khairuman dan Amri 2012).

Gambar 2. Lele Masamo

2.3 Habitat

Habitat lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal, ada pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat berlumpur. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30oC, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27oC, kandungan oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.05 ppm (Khairuman dan Amri 2012).

Lele bersifat nokturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari dan pada siang hari ikan ini memilih berdiam diri dan berlindung di tempat gelap. Lele memiliki kebiasaan membuat atau menempati lubang-lubang di tepi sungai atau kolam sebagai sarangnya dan mengaduk-ngaduk lumpur di dasar air untuk mencari makanan (Angka et al., 1990).


(25)

8 2.4 Sistem Imun Ikan

Sistem imunitas ikan dibentuk oleh jaringan limfoid yang menyatu dengan myeloid yang dikenal dengan jaringan limfomyeloid. Organ pada ikan tersebut adalah limpa, timus dan ginjal bagian depan. Jaringan yang dihasilkan oleh jaringan limfomyeloid adalah sel-sel darah dan respon imunitas baik seluler maupun hormonal (Fange, 1982).

Sistem imun non spesifik telah ada sejak lahir dan merupakan pertahanan

tubuh terdepan‚ bereaksi cepat dan langsung menghadapi serangan berbagai

mikroorganisme patogen (Ellis‚ 2001). Sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenali antigen terlebih dahulu namun sangat spesifik terhadap jenis patogen tertentu dan mampu membentuk memori spesifik antigen. Kedua sistem tersebut bekerja sama untuk mendeteksi beberapa antigen (virus‚ bakteri‚ fungi

ataupun parasit) yang masuk ke dalam tubuh inang dan selanjutnya akan

menghancurkan serta memusnahkannya dari inang (Yanuhar‚ 2010).

2.5 Imunostimulan

Imunostimulan merupakan senyawa biologi dan sintesis yang dapat meningkatkan respon imun non spesifik. Imunostimulan yang telah banyak

dikenal antara lain β-glukan‚ peptidoglikan dan lipopolisakarida (LPS). Beberapa

vitamin seperti vitamin A, B dan vitamin C juga dapat digunakan sebagai imunostimulan (Sohne et al., 2000). Imunostimulan dapat diberikan melalui injeksi, bersama pakan dan perendaman (Anderson et al., 1993).


(26)

9 2.6 Probiotik

Probiotik adalah makanan tambahan berupa sel-sel mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroorganisme intestinal dalam saluran pencernaan (Irianto, 2007). Probiotik komersial yang ditambahkan pada media pemeliharaan merupakan suatu kultur dari mikroorganisme yang hidup secara alami dan menguntungkan untuk meningkatkan kualitas air yang tercemar, karena komersial mampu mengurai bahan-bahan yang tidak berguna dan beracun.

Penelitian yang dilakukan Khasani (2011) menunjukkan bahwa penambahan probiotik komersial pada media pemeliharaan larva udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dosis 0,5 ml/L dengan frekuensi pemberian tiga hari sekali menghasilkan sintasan sebesar 69,45 %.

2.7 Vitamin C

Vitamin merupakan kelompok bahan organik yang dibutuhkan untuk kebutuhan basal dan proses metabolisme dalam jumlah sedikit oleh ikan dan udang. Menurut Hepher (1988) kebutuhan vitamin bergantung kepada spesies, ukuran, kondisi lingkungan, kondisi fisiologis, umur ikan dan juga komposisi pakan (Watanabe et al., 1983).

Upaya untuk lebih meningkatkan kualitas telur dan larva lele, perlu diadakan perbaikan pengelolaan reproduksi dengan cara mempercepat kematangan gonad dan perbaikan nutrisi induk terutama kebutuhan akan vitamin C. Vitamin C merupakan salah satu nutrien mikro yang dibutuhkan oleh induk ikan dalam proses reproduksi. Kandungan vitamin C dalam ovarium akan meningkat pada


(27)

10 awal perkembangannya dan kemudian menurun pada fase akhir sebelum ovulasi. Pada proses vitelogenesis vitamin C memainkan peranan penting dalam reaksi hidroksolasi biosintesis hormon steroid (Horning et al., 1994).

Penelitian menggunakan penambahan vitamin C dalam pakan didukung oleh Azwar et al., (2001) pada bandeng (Chanos chanos) dan Makatutu et al., (2002) pada kerapu batik (Epinephelus polypekadion) dan pada lele dumbo (Clarias gariepinuus), dimana peningkatan dosis vitamin C dalam pakan akan meningkatkan ketahanan hidup larva.

2.8 Dasar Kolam Buatan

Dasar kolam buatan merupakan teknik budidaya yang digunakan agar bobot lele masamo yang dibudidayakan meningkat. Penambahan dasar kolam buatan dalam kolam budidaya bertujuan untuk membatasi ruang gerak lele masamo, sehingga energi yang dihasilkan dari pakan tidak habis terpakai oleh pergerakan ikan. Pakan yang diberikan tersebut akan tersimpan dan bobot tubuh lele masamo semakin bertambah, sehingga dapat meningkatkan produktivitas ikan.

Permasalahan pembesaran lele yang terjadi antara lain yaitu kompetisi untuk mempertahankan ruang gerak, mempertahankan hidup dan konversi pakan menjadi daging kurang optimal yang mengakibatkan penurunan dalam pertumbuhan dan penurunan produksi dalam pembesaran lele. Dasar kolam buatan bertujuan untuk mempersempit ruang gerak ikan yang akan dibudidayakan, sehingga asupan energi yang diperoleh oleh ikan dapat dimanfaatkan untuk mempercepat proses pertumbuhan (Bimantara, 2014).


(28)

11 2.9 Darah Ikan

Sel dan cairan darah adalah aspek diagnosa yang penting untuk dikaji, karena aspek tersebut mempunyai peran fisiologis yang sangat penting serta mampu menggambarkan kondisi kesehatan ikan. Menurut Fujaya (2002), darah terdiri atas dua kelompok besar, yaitu sel dan plasma. Sel terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang berbeda terdiri dari eritrosis dan leukosit (limfosit, monosit, neutrofil). Bentuk sel-sel darah tersebut terdapat pada Gambar 3.

Keterangan: E = Eritrosit L = Limfosit N = Netrofil M = Monosit Gambar 3. Eritrosit dan jenis - jenis lekosit dalam darah ikan

(Chinabut et al., 2002)

Komponen-komponen leukosit mempunyai fungsi yang khusus. Secara fungsional, sel monosit berperan sebagai makrofag, limfosit berfungsi sebagai antibodi untuk melawan antigen, neutrofil diyakini mempunyai fungsi fagositik (Affandi, 2002).

Menurut Angka (1990) volume darah dalam tubuh ikan lebih sedikit dibandingkan vertebrata yang lain, yaitu sekitar 5 % dari berat tubuh ikan. Sedangkan menurut Affandi et al. (2002) volume darah dalam tubuh ikan teleostei adalah sekitar 3 % dari bobot tubuh. Parameter darah menjadi salah satu indikator adanya perubahan kondisi pada kesehatan ikan, baik karena faktor infeksi akibat


(29)

12 mikroorganisme atau karena faktor non infeksi oleh lingkungan, nutrisi dan genetik.

Menurut Amlacher (1970), darah mengalami perubahan-perubahan yang sangat serius khususnya bila terkena infeksi oleh bakteri, dalam hal ini Bacterial Haemorragic Septicemia. Selain itu, kelebihan dan kekurangan makanan juga mempengaruhi komposisi darah.

Hematokrit adalah perbandingan antara padatan sel-sel darah (eritrosit) di dalam darah yang dinyatakan dalam persen. Kisaran kadar hematokrit darah ikan adalah sebesar 20-30%. Nilai hematokrit lele (Clarias batrachus) pada kondisi normal sebesar 30,8-45,5%, sedangkan lele yang terserang ulser mempunyai nilai hematokrit sebesar 34,4-48,2% (Bond, 1979).

Pasaribu et al. (1989) menyatakan bahwa nilai hematokrit di bawah 30% menunjukkan defisiensi eritrosit. Menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui apakah pakan memiliki kandungan protein yang rendah, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi sehingga nafsu makan menurun. Sedangkan meningkatnya kadar hematokrit dalam darah menunjukkan bahwa ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer et al., 1977).

Leukosit dikelompokkan menjadi 2 golongan berdasarkan ada tidaknya butir-butir (granula) dalam sel, yaitu agranulosit dan granulosit. Agranulosit dibagi menjadi limfosit, trombosis dan monosit, sedangkan granulosit berupa neutrofil. Lekosit pada ikan berbentuk lonjong sampai bulat, tidak berwarna dan jumlahnya berkisar antara 20.000-150.000 butir per mm3. Pada catfish, total lekosit sekitar 64,75 x 103 sel/mm3 (Chinabut et al., 1991). Jumlah leukosit yang menyimpang


(30)

13 dari keadaan normal mempunyai arti klinis penting untuk evaluasi proses penyakit (Dellman et al., 1989).

Limfosit merupakan sel darah putih berbentuk bola berukuran 7-10 μm. Inti

berbentuk bola terletak tidak di tengah-tengah, kadang-kadang mempunyai sedikit lekuk, mempunyai kromatin yang kompak dan berwarna ungu kemerah-merahan (Affandi et al., 2002). Secara umum sel-sel limfosit menunjukkan heterogenesis yang sangat tinggi dalam bentuk dan fungsinya. Sel limfosit mampu menerobos jaringan organ tubuh lunak dan mempunyai peranan dalam pembentukan antibodi (Dellman et al., 1989). Jumlah limfosit pada ikan lebih banyak daripada mamalia dengan kepadatan 48.000 per mm3, sedangkan pada mamalia hanya 2.000 per mm3 (Nabib et al., 1989).

Monosit pada ikan berbentuk oval atau bundar, berdiameter 8-15 μm dengan

nukleus oval berdekatan tepi sel dan mengisi sebagian isi sel dan kadang-kadang inti juga terletak di tengah (Hoffman, 1977), secara morfologi bentuknya hampir sama dengan monosit pada mamalia (Affandi et al., 2002). Monosit mempunyai masa beredar yang singkat di dalam darah sebelum mengalir melalui membran-membran kapiler ke dalam jaringan.

Netrofil merupakan satu-satunya leukosit bergranula. Neutrofil berbentuk bundar dan berukuran besar (diameter 9-13 μm), bergranula halus dengan jumlah sitoplasma yang besar berwarna biru cerah atau merah muda pucat sedangkan inti berwarna biru gelap (Chinabut et al., 1991). Jumlah neutrofil ikan dalam darah hampir sama dengan mamalia (3-6 ribu per mm3), namun proporsinya dalam leukosit lebih kecil kira-kira 6-8 % dibanding mamalia sebesar 60-70 % (Nabib et al., 1989).


(31)

14 Hemostasis berarti pencegahan kehilangan darah bila pembuluh darah luka. Mekanisme pencegahan dilakukan dengan cara kontraksi pembuluh darah untuk mengurangi aliran darah pada luka, pembentukan sumbat trombosit, pembekuan darah dan pertumbuhan jaringan fibrosa ke dalam bekuan darah untuk menutupi lubang pada pembuluh darah secara permanen (Fujaya, 2002).

2.10 Sintasan

Sintasaan adalah peluang hidup suatau individu dalam waktu tertentu. Kelangsungan hidup dapat dipengaruhi oleh kepadatan penebaran, pakan, penyakit, dan kualitas air (Effendi, 1997). Menurut Zonneveld, et. al. (1991) sintasan hewan atau tumbuhan di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kualitas air apabila kualitas air yang buruk mortalitas tinggi. Meningkatnya suhu dan pH pada kolam pemeliharaan juga dapat meningkatkan konsentrasi amonia, apabila konsentrasi amonia tinggi maka dapat mempengaruhi kehidupan ikan.


(32)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2014 di Laboratorium Budidaya Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian UNILA.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan yaitu bak pemeliharaan 6 buah kolam berukuran 1,5 x 1x 1 m³ dengan ketinggian air 70 cm, kayu, termometer, DO meter, ph meter, aerator, mikroskop, tabung hematokrit, sentrifugemikrotube (1‚5 ml), autoklaf, cool box, ice pack, spuit dengan needle 26 G ukuran 1 ml dan haemocytometer.

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu lele masamo dengan ukuran panjang total ikan 7-10 cm, vitamin C, molase, ragi tape, dedak halus, probiotik komersial, kapur dolomit, dan pakan buatan (pellet komersial) dengan kandungan protein 29-35%. larutan EDTA 10%, aquades, minyak cengkeh, kretosoel (lilin), darah ikan masamo‚ alkohol 70%, etanol, larutan turk, methanol dan giemsa.


(33)

16 3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap yaitu terdiri 2 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji statistik nilai tengah (uji t) pada selang kepercayaan 95%. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:

Perlakuan A: Kolam pemeliharaan tanpa menggunakan dasar kolam buatan. Perlakuan B: Kolam pemeliharaan dengan menggunakan 2 dasar kolam

buatan.

a b Gambar 4.Sketsa Kolam Penelitian.

3.4 Persiapan Penelitian

3.4.1 Pembuatan Dasar Kolam Buatan

Dasar kolam buatan digunakan untuk membatasi ruang gerak ikan. Dasar kolam buatan berbentuk persegi panjang, dasar kolam buatan dibuat menggunakan jaring kawat. Kawat tersebut di beri tepian kayu dan di beri 4 buah penyangga untuk memudahkan pemasangan dasar kolam buatan di kolam pemeliharaan.

Penyangga tersebut berukuran 40 cm dan 20 cm, dalam satu kolam budidaya dipasangkan dua dasar kolam buatan dengan ukuran dasar kolam buatan 1 dengan kaki penyangga ukurang 40 cm dan Dasar kolam buatan 2 dengan ukuran kaki


(34)

17 penyangga 20 cm. Perbedaan kaki penyangga tersebut bertujuan untuk memberi ruang gerak yang yang sempit bagi ikan.

3.4.2 Penambahan Vitamin C dalam Pakan

Penambahan vitamin C dalam pakan berguna untuk kekebalan tubuh lele masamo. Vitamin C yang digunakan adalah vitamin C murni. Cara pemberian vitamin C dalam pakan tersebut yaitu dengan menghomogenkan 5 gram vitamin C, satu sendok minyak ikan dan satu kilogram pakan. Ikan tidak mampu mensintensis vitamin C sehingga untuk mempertahankan metabolisme sel sehingga perlu penambahan vitamin C pada pakan.

3.4.3 Pengkulturan Probiotik

Pembiakan probiotik secara massal bertujuan untuk mendapatkan beberapa jenis bakteri yang menguntungkan dan dapat mempertahankan kualitas air suatu perairan. Adapun cara pembuatan probiotik yaitu menuangkan 5 botol yakult® (Lactobacillus sp.,) 1 liter molasses yang berfungsi sebagai sumber karbon, probiotik komersial dan 2 butir ragi tape ke dalam wadah yang telah berisi 18 liter air bersih. Semua bahan dilarutkan dalam wadah selama 1-2 menit agar semua bahan homogen kemudian nyalakan aerasi.

Wadah beserta bahan-bahan tersebut difermentasi selama 6-7 hari agar terjadi proses fermentasi dengan sempurna yang ditandai dengan cairan di dalam wadah berubah warna menjadi coklat dan berbau alkohol. Probiotik komersial, yang ditambahkan pada media pemeliharaan merupakan suatu kultur dari mikroorganisme yang hidup secara alami dan menguntungkan untuk


(35)

18 meningkatkan kualitas air yang tercemar, karena probiotik komersial akan menguraikan bahan-bahan yang tidak berguna dan beracun.

3.4.4 Penebaran Benih

Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Pada kedua kondisi ini umumnya perbedaan nilai suhu air pada permukaan dan dasar kolam tidak terlalu besar. Jika perbedaan suhu air wadah benih dan air kolam tebar cukup signifikan, maka perlu dilakukan upaya penyamaan suhu air wadah benih secara bertahap. Penyamaan suhu ini dilakukan agar benih tidak stres saat ditebarkan.

3.4.5 Proses Pembesaran

a. Pemberian Pakan dengan Penambahan Vitamin C

Lele termasuk ikan yang aktif mencari makan di malam hari atau disebut nokturnal, oleh karena itu pemberian pakan di malam hari menggunakan porsi yang lebih banyak. Pencampuran vitamin C yang dicampurkan pada pakan sebelum pakan diberikan sampai kondisi lembab akan meningkatkan pertumbuhan karena nafsu makan terpacu dan tingkat penyerapan pakan menjadi daging mencapai 90%.

Setiap hari pakan yang diberikan sebanyak 3-6 % bobot total ikan. Cara pemberian pakan atau pellet ditebarkan secara merata agar semua ikan memiliki peluang memperoleh pakan yang sama. Frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari, pemberian pakan pagi 08.00 WIB, siang hari 13.00 WIB, sore hari 17.00 WIB dan malam hari 21.00 WIB.


(36)

19 3.5 Pegumpulan Data

3.5.1 Pengambilan Darah

Pengambilan darah melalui vena kaudal yang berada di pangkal ekor ikan menggunakan spuit ukuran 1 ml. Sebelumnya, jarum suntik dan tabung ependorf dibilas dengan larutan EDTA 10% untuk mencegah pembekuan darah. Darah disimpan dalam mikrotube ukuran 1‚5 ml. Pengambilan sampel darah ikan dilakukan pada hari ke-0 hari ke-15, hari ke-30, dan hari ke-45.

3.5.2 Tahap Pengamatan

3.5.2.1 Perhitungan Total Leukosit

Perhitungan total leukosit mengacu pada metode Blaxhall dan Daisley (1973) dengan sedikit modifikasi, yaitu bilik hitung haemocytometer dan kaca penutupnya dibersihkan dengan etanol, sampel darah yang sudah dibasahi EDTA di hisap dengan pipet sampai skala 0,5 ml dilanjutkan dengan menghisap larutan turk sampai skala 11 ml, larutan digoyangkan selama tiga menit agar homogen.

Tiga tetesan pertama dibuang dan tetesan ke empat dan kelima dimasukkan ke dalam hemacytometer yang sebelumnya telah ditetesi akuades lalu tutup dengan kaca penutup. Selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40. Perhitungan dilakukan pada 4 kotak besar hemacytometer. Perhitungan jumlah eritrosit dihitung sesuai dengan rumus:

Total leukosit/mm3 = jumlah sel leukosit terhitung x pengenceran x 1


(37)

20 3.5.2.2 Persentase Diferensial Leukosit (Neutrofil, Monosit dan Limfosit)

Perhitungan diferensial leukosit (neutrofil, monosit dan limfosit) dilakukan menurut Amlacher (1970) dengan sedikit modifikasi adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan sediaan apus darah

Kaca objek dibersihkan dengan etanol. Kemudian darah ikan diteteskan sekitar 1 cm dari ujung sebelah kiri kaca objek. Kemudian sisi kiri kaca objek dipegang dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Kaca pemulas dipegang dengan tangan kanan dan diletakkan di depan tetesan darah membentuk sudut sekitar 30o dari kaca objek membuka ke kanan. Kaca pemulas disentuhkan pada tetesan darah kemudian digeser kearah kanan sehingga darah tersebut akan menyebar sepanjang sisi kaca pemulas. Sudut antara kedua kaca objek harus dijaga agar tetap 30o kemudian kaca pemulas didorong cepat sepanjang kaca objek, selanjutnya dikeringanginkan dan siap untuk diwarnai.

b. Cara pewarnaan giemsa

Sediaan apus darah diletakkan di baki dengan sediaan apus di sebelah atas. Sediaan tersebut digenangi dengan methanol secukupnya selama 5-10 menit kemudian kelebihan methanol yang terdapat pada sediaan dibuang, selanjutnya digenangi dengan giemsa selama 25 menit. Dibilas dengan akuades dan dikeringkan.

c. Cara pemeriksaan

Bagian sediaan diteteskan minyak imersi yang eritrositnya tidak saling menumpuk diamati dengan perbesaran kuat (objektif 100x). Macam-macam


(38)

21 bentuk leukosit dihitung sepanjang sediaan apus darah. Perhitungan dihentikan bila jumlahnya telah mencapai 100 sel leukosit dan hasilnya dihitung dalam persen (%).

3.5.2.3 Pengukuran Kadar Hematokrit

Pengukuran kadar hematokrit mengacu pada metode Anderson et al., (1993) yaitu dengan cara memasukkan sampel darah dalam kapiler mikrohematokrit sampai kira-kira 4/5 bagian tabung, kemudian menyumbat bagian ujungnya (bertanda merah) dengan kretoseal (lilin penutup). Sentrifuge kapiler mikrohematokrit di sentrifuge hematokrit selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm, selanjutnya pengukuran panjang endapan eritrosit pada kapiler hematokrit dengan skala hematokrit dan hitung persentase volumenya. Perhitungan kadar hematokit dinyatakan sebagai % volume padatan sel darah. Berikut merupakan rumus menghitung persntase hematokrit:

Kadar Hematokrit = volume sel darah merah x 100% total darah

3.5.2.5 Sintasan

Sintasan suatu populasi ikan merupakan nilai persentase jumlah ikan yang berpeluang hidup selama masa pemeliharaan tertentu (Najiyati, 1992).

Sintasan diperoleh dengan mengikuti rumus : Nt

SR = X 100% No

Keterangan:


(39)

22 Nt = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor).

No = Jumlah ikan uji pada awal penelitian

3.5.3 Analisis Data

Data hasil pengamatan meliputi beberapa variabel darah yaitu total leukosit‚ diferensial leukosit‚ kadar hematokrit dan sintasan lele masamo. Analisa data bertujuan untuk melihat perbedaan rata-rata hasil pengamatan variabel darah lele masamo signifikan atau tidak. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t satu arah. Uji-t dihitung menggunakan microsoft excel dan menggunakan selang kepercayaan 95%.


(40)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hematokrit

Hematokrit merupakan perbandingan antara volume sel darah dan plasma darah. Hematokrit berguna untuk mendeteksi terjadinya anemia (Bond, 1979). Rataan kadar hematokrit lele masamo terdapat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hematokrit Lele Masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus). Huruf yang sama menunjukan Antar Perlakuan Tidak Berbeda Nyata, Sedangkan pada Huruf yang Berbeda Menunjukan Antar Perlakuan Berbeda Nyata.

Grafik persentase hematokrit tidak menunjukkan penurunan kadar hematokrit, hasil penelitian mulai hari ke-0 sampai hari ke-45 kisaran hematokrit pada perlakuan A dan B masih dalam kisaran normal. Sedangkan pada perlakuan B terus mengalami peningkatan, peningkatan tertinggi hematokrit pada hari ke-45

a

33,4 0,5 33,8a±0,5 a 35,8±0,8

a 37,5±1,6

a

33,3±1,1

a 34,1±0,6

a 38,5±0,7

a 41,1±2 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

H 0 H 15 H 30 H 45

Pe rs e n ta s e He m a to k ri t (%)

Pengamatan hari

ke-Tanpa dasar kolam buatan

Menggunakan dasar kolam


(41)

24 sebesar 41,15 %. Meningkatnya kadar hematokrit dalam darah menunjukkan bahwa imunitas lele masamo dalam keadaan stres (Wedemeyer et al., 1977). Berdasarkan uji-t nilai kadar hematokrit hari ke 0 menunjukkan tidak berbeda nyata nilai t hitung yaitu 0,19 lebih kecil daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132; hari ke 15 menunjukkan tidak berbeda nyata nilai t hitung yaitu -0,53 lebih kecil daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132; hari ke 30 menunjukkan beda nyata nilai t hitung 6,4 lebih besar daripada tα0,05 yaitu 2,132; dan hari ke 45 menunjukkan tidak berbeda nyata nilai t hitung yaitu -2,41 lebih kecil daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132. (Lampiran 1). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan dasar kolam buatan dalam budidaya lele masamo tidak berpengaruh nyata terhadap kadar hematokrit lele masamo.

Angka et al., (1985) menyatakan bahwa kisaran nilai hematokrit lele pada kondisi normal sebesar 30,8 - 45,5 %. Nabib et al., (1989) menyatakan nilai hematokrit di bawah 30 % menunjukkan defisiensi eritrosis. Berdasarkan data penelitian kadar hematokrit berada dalam kisaran normal yaitu 33 % sampai 41 % artinya imunitas lele masamo masih dalam keadaan normal.

4.2 Total Leukosit

Leukosit merupakan sel yang berperan penting dalam sistem pertahanan seluler tubuh, sehingga peningkatan leukosit dapat meningkatkan imunitas ikan uji. Berdasarkan hasil penelitian total leukosit terus mengalami peningkatan mulai dari hari ke-0 sampai hari ke-45, hal ini menunjukkan bahwa imunitas lele masamo mengalami peningkatan dengan pemberian imunostimulan menggunakan probiotik pada air media pemeliharaan dan pemberian vitamin C dalam pakan. Berdasarkan uji t total leukosit pada hari ke 0 menunjukkan tidak berbeda nyata


(42)

25 nilai t hitung yaitu 0,92 lebih kecil daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132; hari ke 15 menunjukkan beda nyata nilai t hitung yaitu 19,88 lebih besar daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132; hari ke 30 menunjukkan beda nyata berbeda nyata nilai t hitung yaitu 13,11 lebih besar daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132 dan hari ke 45 menunjukkan beda nyata berbeda nyata nilai t hitung yaitu 17,61 lebih besar daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132 (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan dasar kolam buatan mampu meningkatkan total leukosit lele masamo sehingga imunitas lele masamo meningkat. Rataan total leukosit terdapat pada Gambar 6.

Gambar 6. Leukosit Lele Masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus). Huruf yang Sama Menunjukan Antar Perlakuan Tidak Berbeda Nyata,

Sedangkan pada Huruf yang Berbeda Menunjukan Antar Perlakuan Berbeda Nyata.

Total leukosit dalam darah menunjukkan kondisi kesehatan ikan. Gambar 6 menunjukkan kenaikan total leukosit lele masamo artinya sistem imun lele masamo mulai mengalami perubahan yaitu stres akibat penggunaan ruang pembatas pada kolam budidaya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hastuti et al.

76,37 a

1483 a 3130 ab 1000 a 76,37 a

10031 b

5756 b 5252 b

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000

H 0 H 15 H 30 H 45

Total

L

eukosi

t

Pengamatan hari

ke-Tanpa dasar kolam buatan

Menggunakan dasar kolam buatan


(43)

26 (2011) menguraikan bahwa ikan yang mengalami stres yang disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan maupun karena benda asing memperlihatkan respon kenaikan jumlah sel leukosit.

4.3 Diferensial Leukosit (Sel Darah Putih)

Jenis leukosit yang diamati pada diferensial leukosit dari ikan uji lele masamo adalah limfosit, netrofil dan monosit.

4.3.1 Persentase Limfosit

Limfosit tidak bersifat fagositik, tetapi memegang peranan penting dalam pembentukan antibodi. Kekurangan limfosit dapat menurunkan konsentrasi antibodi dan menyebabkan meningkatnya serangan penyakit (Fujaya, 2002). Rataan limfosit terdapat pada Gambar 7.

Gambar 7. Limfosit Lele Masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus). Huruf yang Sama Menunjukan Antar Perlakuan Tidak Berbeda Nyata, Sedangkan pada Huruf yang Berbeda Menunjukan Antar Perlakuan Berbeda Nyata.

a 69,3±0,5

a 33,8±4,3 a 35,85±6,4 a 37,5±1,1 a 33,3±0,5 a 34,1±3,5 a 38,5±2,5 a 41,1±1,1 60 62 64 66 68 70 72 74

H 0 H 15 H 30 H 45

L

im

fosit

Pengamatan hari

ke-Tanpa dasar kolam buatan

Menggunakan dasar kolam buatan


(44)

27 Berdasarkan grafik, total limfosit lele masamo yang dibudidayakan dengan perlakuan A dan B memiliki nilai yang tidak stabil. Total limfosit tertinggi sebesar 71 terdapat pada perlakuan A pada pengamatan hari ke 15 dan kemudian total limfosit menurun pada hari ke 30 yaitu sebesar 66. Berdasarkan uji-t hari ke 0 menunjukkan tidak berbeda nyata berbeda nyata nilai t hitung yaitu -2,17 lebih kecil daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132; hari ke 15 tidak berbeda nyata berbeda nyata nilai t hitung yaitu 0,72 lebih kecil daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132; hari ke 30 tidak berbeda nyata berbeda nyata nilai t hitung yaitu -1,00 lebih kecil daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132 dan hari ke 45 tidak berbeda nyata berbeda nyata nilai t hitung yaitu 0,5 lebih kecil daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132 (Lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan dasar kolam buatan dalam budidaya lele masamo tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah limfosit lele masamo.

Persentase limfosit ditemukan lebih tinggi dari netrofil dan monosit dari awal sampai akhir pengamatan. Limfosit tidak bersifat fagositik, tetapi memegang peranan penting dalam pembentukan antibodi. Kekurangan limfosit dapat menurunkan konsentrasi antibodi dan menyebabkan meningkatnya serangan penyakit (Fujaya, 2002). Pengamatan limfosit pada hari ke-0 sampai hari ke-45 menunjukkan bahwa perlakuan A yaitu kolam tanpa dasar kolam buatan memiliki kadar limfosit tertinggi dan kadar limfosit terendah terdapat pada kolam dengan perlakuan B yang menggunakan dasar kolam buatan. Peningkatan limfosit ikan uji perlakuan A diduga karena meningkatnya produksi antibodi untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari gangguan. Hal ini disebabkan oleh penambahan sekat pada kolam budidaya sehingga ikan mengalami stres.


(45)

28 4.3.2 Persentase Monosit

Monosit merupakan prekursor-prekursor makrofag. Monosit mampu menembus dinding pembuluh darah kapiler lalu masuk ke jaringan dan berdiferensiasi menjadi sel makrofag (Affandi et al., 2002). Rataan monosit terdapat pada Gambar 8.

Gambar 8. Monosit Lele Masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus). Huruf yang Sama Menunjukan Antar Perlakuan Tidak Berbeda Nyata, Sedangkan pada Huruf yang Berbeda Menunjukan Antar Perlakuan Berbeda Nyata.

Berdasarkan uji t hari ke 0 menunjukkan tidak beda nyata nilai t hitung yaitu -6,8 lebih kecil daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132; hari ke 30 menunjukkan beda nyata nilai t hitung yaitu 3,67 lebih besar daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132 dan hari ke 45 menunjukkan beda nyata nilai t hitung yaitu 2,89 lebih besar daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132 (Lampiran 4). Hasil uji t menunjukkan bahwa imunitas lele masamo pada perlakuan A dan B menunjukkan bahwa penggunaan dasar kolam buatan mampu meningkatkan monosit lele masamo sehingga mampu meningkatkan imunitas non spesifik lele masamo.

a

19,6±1,5 a

19±1 a 22±4,3 a 19,3±2,3 a 13,3±0,5 b 10±1 b 11,3±2,5 b 13,6±2,5 0 5 10 15 20 25

H 0 H 15 H 30 H 45

Monosi

t

Pengamatan hari

ke-Tanpa dasar kolam buatan

Menggunakan dasar kolam buatan

Ì= Standar deviasi a = tidak berpengaruh

...nyata


(46)

29 Monosit tertinggi terdapat pada perlakuan kolam budidaya tanpa menggunakan dasar kolam buatan. Peningkatan monosit pada perlakuan tanpa menggunakan penambahan dasar kolam buatan diduga karena adanya pemberian probiotik dan vitamin C yang mengakibatkan stimulasi organ ginjal, timus dan limpa menghasilkan monosit lebih banyak dan mengalami sirkulasi sebelum menuju ke situs infeksi untuk memfagosit antigen. Penurunan jumlah monosit pada perlakuan budidaya yang hanya menggunakan sekat pembatas diduga karena monosit bermigrasi menuju situs infeksi yang mengalami luka, trauma atau infeksi untuk melakukan fagositosis antigen (Affandi et al., 2002).

4.3.3 Neutrofil

Neutrofil adalah jenis leukosit fagosit yang pertama meninggalkan pembuluh darah (Dellman et al., 1989). Rataan total neutrofil terdapat pada Gambar 9.

Gambar 9. Neutrofil Lele Masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus). Huruf yang Sama Menunjukan Antar Perlakuan Tidak Berbeda Nyata, Sedangkan pada Huruf yang Berbeda Menunjukan Antar Perlakuan Berbeda Nyata.

a 11±1

a 10±3,6 a 11,6±2 a 17±2 b 16,3±0,5

b 21,3±3,2 b 18,3±0,5 a 17±1,7 0 5 10 15 20 25

H 0 H 15 H 30 H 45

Ne

utrof

il

Pengamatan hari

ke-Tanpa dasar kolam buatan

Menggunakan dasar kolam buatan


(47)

30 Neutrofil berperan dalam respon kekebalan terhadap serangan organisme patogen dan mempunyai sifat fagositik. Neutrofil dalam darah akan meningkat bila terjadi infeksi dan berperan sebagai pertahanan pertama dalam tubuh (Dellman et al., 1989). Neutrofil tertinggi terjadi pada pengamatan hari ke-15 yaitu perlakuan menggunakan dasar kolam buatan dalam kolam budidaya lele masamo. Kadar neutrofil terendah senilai 10 yaitu pada perlakuan tanpa menggunakan dasar kolam buatan.

Berdasarkan uji-t neutrofil pada hari ke 0 menunjukkan beda nyata nilai t hitung yaitu 8,07 lebih besar daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132; hari ke 15 menunjukkan beda nyata nilai t hitung yaitu 4,07 lebih besar daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132; dan hari ke berbeda nyata 30 menunjukkan beda nyata nilai t hitung yaitu 5,37 lebih besar daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132 dan hari ke 45 menunjukkan tidak beda nyata nilai t hitung yaitu 0 lebih kecil daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132 (Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan dasar kolam buatan dalam budidaya lele masamo tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah neutrofil lele masamo.

1.5 Sintasan Lele Masamo

Sintasan merupakan peluang hidup individu dalam waktu tertentu. Sintasan dapat dipengaruhi oleh kepadatan penebaran, pakan, penyakit, dan kualitas air (Effendi, 1997). Sintasan ikan selama penelitian terdapat pada Gambar 10.


(48)

31 Gambar 10. Sintasan Lele Masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus).

Sintasan lele masamo pada perlakuan budidaya menggunakan dasar kolam buatan yaitu 94,67 %. Perlakuan budidaya tanpa menggunakan dasar kolam buatan memiliki sintasan sebesar 94,17%. Kedua perlakuan tersebut memiliki tingkat sintasan yamg baik. Perhitungan uji-t menunjukkan tidak beda nyata nilai t hitung yaitu -0,12 lebih kecil daripada nilai tα0,05 yaitu 2,132 (Lampiran 6) menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya pengaruh nyata antara perlakuan budidaya menggunakan dasar kolam buatan dan tanpa menggunakan dasar kolam buatan terhadap sintasan lele masamo.

Sintasan lele masamo dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan dan kualitas air pada saat pemeliharaan. Penambahan dasar kolam buatan dalam kolam lele masamo dapat menyebabkan ikan menjadi stres. Stres yang berlangsung lama akan mempengaruhi kesehatan ikan sehingga berdampak pada sintasan lele masamo. Akan tetapi, melalui penambahan vitamin C dalam pakan dapat meningkatkan kekebalan tubuh lele masamo dan penambahan probiotik pada air

a

94,17±5,05

a 94,67±4,67

93.4 93.6 93.8 94 94.2 94.4 94.6 94.8 95

Tanpa dasar kolam buatan Menggunakan dasar kolam

buatan


(49)

32 media pemeliharaan sangat membantu sistem pencernaan lele masamo. Sehingga perlakuan budidaya A dan B memiliki tingkat sintasan yang baik dan tidak ditemukan beda nyata sintasan lele masamo. Ikan lebih tahan terhadap serangan penyakit dan menjadi lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan budidaya yang menggunakan dasar kolam buatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bimantara (2014) bahwa dasar kolam buatan bertujuan untuk mempersempit ruang gerak ikan yang akan dibudidayakan, sehingga asupan energi yang diperoleh oleh ikan dapat dimanfaatkan untuk mempercepat proses pertumbuhan.


(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penambahan dasar kolam buatan pada kolam budidaya berpengaruh terhadap kadar total leukosit dan monosit lele masamo, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar hematokrit, limfosit dan neutrofil lele masamo.

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian untuk mempelajari profil hematologi ikan yang dibudidayakan menggunakan penambahan dasar kolam buatan dan tanpa penambahan dasar kolam buatan, dengan parameter imun spesifik pada saat diinfeksi patogen.


(51)

34 V. DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, UM Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press, Pekanbaru. 217 hlm.

Afrianto E, Evi Liviawaty. 1998. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Penerbit: Kanisius, Yogyakarta. 49 hlm.

Amlacher E. 1970. Textbook of Fish Disease. DA Conroy, RL Herman (Penerjemah). TFH Publ. Neptune. New York. 302 hlm.

Anderson, D.P. and A.K. Siwicki. 1993. Basic Hematology and Serology for Fish Health Programs. Asian Fisheries Society. 17 hlm.

Angka SL, I Mokoginta , H Hamid. 1990. Anatomi dan Histologi beberapa Ikan Air Tawar yang Dibudidayakan di Indonesia. Depdikbud, Dikti. IPB. Bogor. 212 hlm.

Azwar ZI, Prijono A, Setiadharma T, Sutarmat T. 2001. Pengaruh Suplementasi Askorbil-2-Fosfat Magnesium Sebagai Sumber Vitamin C Dalam Ransum Terhadap Perkembangan Gonad dan Mutu Telur Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal). Jurnal Perikanan vol (2) : 40 – 48 hlm.

Bimantara, A. 2014. Efektivitas Dasar Kolam Buatan pada Budidaya Lele Masamo Menggunakan Penambahan Probiotik dan Vitamin C. Skripsi. 55 hlm.

Blaxhlml and K. W. Dasley. 1973. Routine Haematological Methods for Use with Fish Blood. Jurnal Fish Biology. 5: 577-581 hlm.

Bond CE. 1979. Biology of Fishes. Saunders College Publishing, Philadelphia. 514 hlm.


(52)

35 Chinabut, S. 2002. Jaundice Disease in Catfish, a Case Study Demonstrating a Decline In Incidence As A Result of Research Output. Aquatic Animal Health Reseach Institut Department of Fisheries. Kasetsari University Jatunjak. Bangkok Thailand. 96 hlm.

Dellman HD, EM Brown. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner I. Hartono (Penerjemah). UI Press, Jakarta. 32 hlm.

Ellis, A.E. 1989. The Imunology of Teleost. In: Robert RJ, (ed). Fish Patology. Bailliere Tindall. London 18 hlm.

Effendie, M.I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. 105 hlm.

Fange‚ R. 1982. A Comparative Study of Lymphoid Tissue in Fish:

Developmenttal and Comparative Immunology Suplement. Journal Fish

Bio. 2: 23 – 33 hlm.

Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. 95-109 hlm.

Garcia, F., F. Pilarski, E. M. Onaka, F. R. Moraes, M. L. Martin. 2007. Hematology of Piaractus mesopotamicus fed diets supplemented with Vitamins C and E, chlmlenged by Aeromonas. 271:39-46 hlm.

Hastuti, S dan Subandiyono. 2011. Performa Hematologis Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) dan Kualitas Air Media pada Sistim Budidaya dengan Penerapan Kolam Biofiltrasi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Saintek Perikanan 6 (2): 1-5 hlm.

Hepher, B. 1988. Nutrition on pond fish. Cambridge University Press. Cambridge. 32 hlm.

Hoffman GL. 1977. Methods for The Diagnosis of Fish Diseases. American Publ. Co. Put. Ltd., New Delhi. 67 hlm.


(53)

36 Horning DB. Glathaar, Mosser U. 1994. Yolk absorbsion in embryonic and larva

fishes. 480-485 hlm.

Irianto, A. 2007. Potensi Mikroorganisma di Atas Langit Ada Langit. Ringkasan Orasi Ilmiah di Fakultas Biologi Universitas Jendral Sudirman Tanggal 12 Mei. 18 hlm.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University. Yogyakarta. 32 hlm.

Johnny, F., D. Roza., K. Mahardika.,Zafran. dan A. Prijono. 2005. Penggunaan imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan non spesifik benih ikan kerapu lumpur (Ephinepelus coioides)terhadap infeksi virus irido. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11: 75 – 83 hlm.

Khairuman., dan K. Amri. 2002. Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal. PT. Agromedia Pustaka. Depok. 22 hlm.

Khasani, I. 2011. Aplikasi Probiotik Menuju Sistem Budidaya Perikanan Berkelanjutan. Media Akuakultur, 2(2): 86-90 hlm.

Makatutu D, Taelihere MR, Affandi R, Azwar IZ. 2002. Suplementasi Vitamin C Dalam Pakan Untuk Memacu Perkembangan Gonad Dan Meningkatkan Mutu Telur Ikan Kerapu Batik (Epinephelus microdon). Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Laporan Penelitian.18 hlm.

Matahari sakti, 2011. Lele Masamo Generasi Baru Bibit Unggul. http://www.mataharisakti.com/lele-masamo. vol 23. 19 hlm.

Nabib R., Pasaribu F.H. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. UPT Produksi Media Informasi LSI-IPB. Bogor. 158 hlm.

Najiyati S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya, Jakarta. 35-48 hlm.


(54)

37 Prayitno, S. B., Desrina dan Sarjito. 2003. Monitoring dan Lingkungan Perikanan Budidaya Air Tawar. Kerjasama Bangtek dan Lemlit Undip dengan Dinas Perikanan Jateng, Semarang. 22 hlm.

Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa Aksara. Jakarta. 56 hlm.

Sohne, K.S., M.K. Kim., J.D. Kim. and I.K. Han. 2000. The role of

immunostimulants in monogastric animal and fish – review. J. Anim. Sci.

13: 1178 – 1187 hlm.

Suyanto, S. Rachmatun. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya. 21 hlm.

Watanabe, T.,C.Y. Cho and C.B. Cowey. 1983. Finfish nutrition in asia. International Development Research Centre. 51 hlm.

Wedemeyer GA, Yusutake WT. 1977. Clinical Method For The Assessment of The Effect on Envoronmental Stress on Fish Health. Techniccal paper of the U.S Fish and wildlife service. US depart of the interior. Fish and wildlife service American. 89: 1-17 hlm.

Yanuhar‚ Uun. 2011. The function of receptor protein humpback groper

(Cromileptes altivelis) in expression and profileration of CD4 and CD8 cells

in defence immunity of VNN infection. International Journal of Bioscience

Biochemistry and Bioinformatics. 1: 119 – 124 hlm.

Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(1)

32 media pemeliharaan sangat membantu sistem pencernaan lele masamo. Sehingga perlakuan budidaya A dan B memiliki tingkat sintasan yang baik dan tidak ditemukan beda nyata sintasan lele masamo. Ikan lebih tahan terhadap serangan penyakit dan menjadi lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan budidaya yang menggunakan dasar kolam buatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bimantara (2014) bahwa dasar kolam buatan bertujuan untuk mempersempit ruang gerak ikan yang akan dibudidayakan, sehingga asupan energi yang diperoleh oleh ikan dapat dimanfaatkan untuk mempercepat proses pertumbuhan.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penambahan dasar kolam buatan pada kolam budidaya berpengaruh terhadap kadar total leukosit dan monosit lele masamo, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar hematokrit, limfosit dan neutrofil lele masamo.

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian untuk mempelajari profil hematologi ikan yang dibudidayakan menggunakan penambahan dasar kolam buatan dan tanpa penambahan dasar kolam buatan, dengan parameter imun spesifik pada saat diinfeksi patogen.


(3)

34 V. DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, UM Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press, Pekanbaru. 217 hlm.

Afrianto E, Evi Liviawaty. 1998. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Penerbit: Kanisius, Yogyakarta. 49 hlm.

Amlacher E. 1970. Textbook of Fish Disease. DA Conroy, RL Herman (Penerjemah). TFH Publ. Neptune. New York. 302 hlm.

Anderson, D.P. and A.K. Siwicki. 1993. Basic Hematology and Serology for Fish Health Programs. Asian Fisheries Society. 17 hlm.

Angka SL, I Mokoginta , H Hamid. 1990. Anatomi dan Histologi beberapa Ikan Air Tawar yang Dibudidayakan di Indonesia. Depdikbud, Dikti. IPB. Bogor. 212 hlm.

Azwar ZI, Prijono A, Setiadharma T, Sutarmat T. 2001. Pengaruh Suplementasi Askorbil-2-Fosfat Magnesium Sebagai Sumber Vitamin C Dalam Ransum Terhadap Perkembangan Gonad dan Mutu Telur Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal). Jurnal Perikanan vol (2) : 40 – 48 hlm.

Bimantara, A. 2014. Efektivitas Dasar Kolam Buatan pada Budidaya Lele Masamo Menggunakan Penambahan Probiotik dan Vitamin C. Skripsi. 55 hlm.

Blaxhlml and K. W. Dasley. 1973. Routine Haematological Methods for Use with Fish Blood. Jurnal Fish Biology. 5: 577-581 hlm.

Bond CE. 1979. Biology of Fishes. Saunders College Publishing, Philadelphia. 514 hlm.


(4)

35 Chinabut, S. 2002. Jaundice Disease in Catfish, a Case Study Demonstrating a Decline In Incidence As A Result of Research Output. Aquatic Animal Health Reseach Institut Department of Fisheries. Kasetsari University Jatunjak. Bangkok Thailand. 96 hlm.

Dellman HD, EM Brown. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner I. Hartono (Penerjemah). UI Press, Jakarta. 32 hlm.

Ellis, A.E. 1989. The Imunology of Teleost. In: Robert RJ, (ed). Fish Patology. Bailliere Tindall. London 18 hlm.

Effendie, M.I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. 105 hlm.

Fange‚ R. 1982. A Comparative Study of Lymphoid Tissue in Fish:

Developmenttal and Comparative Immunology Suplement. Journal Fish Bio. 2: 23 – 33 hlm.

Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. 95-109 hlm.

Garcia, F., F. Pilarski, E. M. Onaka, F. R. Moraes, M. L. Martin. 2007. Hematology of Piaractus mesopotamicus fed diets supplemented with Vitamins C and E, chlmlenged by Aeromonas. 271:39-46 hlm.

Hastuti, S dan Subandiyono. 2011. Performa Hematologis Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) dan Kualitas Air Media pada Sistim Budidaya dengan Penerapan Kolam Biofiltrasi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Saintek Perikanan 6 (2): 1-5 hlm.

Hepher, B. 1988. Nutrition on pond fish. Cambridge University Press. Cambridge. 32 hlm.

Hoffman GL. 1977. Methods for The Diagnosis of Fish Diseases. American Publ. Co. Put. Ltd., New Delhi. 67 hlm.


(5)

36 Horning DB. Glathaar, Mosser U. 1994. Yolk absorbsion in embryonic and larva

fishes. 480-485 hlm.

Irianto, A. 2007. Potensi Mikroorganisma di Atas Langit Ada Langit. Ringkasan Orasi Ilmiah di Fakultas Biologi Universitas Jendral Sudirman Tanggal 12 Mei. 18 hlm.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University. Yogyakarta. 32 hlm.

Johnny, F., D. Roza., K. Mahardika.,Zafran. dan A. Prijono. 2005. Penggunaan imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan non spesifik benih ikan kerapu lumpur (Ephinepelus coioides)terhadap infeksi virus irido. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11: 75 – 83 hlm.

Khairuman., dan K. Amri. 2002. Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal. PT. Agromedia Pustaka. Depok. 22 hlm.

Khasani, I. 2011. Aplikasi Probiotik Menuju Sistem Budidaya Perikanan Berkelanjutan. Media Akuakultur, 2(2): 86-90 hlm.

Makatutu D, Taelihere MR, Affandi R, Azwar IZ. 2002. Suplementasi Vitamin C Dalam Pakan Untuk Memacu Perkembangan Gonad Dan Meningkatkan Mutu Telur Ikan Kerapu Batik (Epinephelus microdon). Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Laporan Penelitian.18 hlm.

Matahari sakti, 2011. Lele Masamo Generasi Baru Bibit Unggul. http://www.mataharisakti.com/lele-masamo. vol 23. 19 hlm.

Nabib R., Pasaribu F.H. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. UPT Produksi Media Informasi LSI-IPB. Bogor. 158 hlm.

Najiyati S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya, Jakarta. 35-48 hlm.


(6)

37 Prayitno, S. B., Desrina dan Sarjito. 2003. Monitoring dan Lingkungan Perikanan Budidaya Air Tawar. Kerjasama Bangtek dan Lemlit Undip dengan Dinas Perikanan Jateng, Semarang. 22 hlm.

Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa Aksara. Jakarta. 56 hlm.

Sohne, K.S., M.K. Kim., J.D. Kim. and I.K. Han. 2000. The role of immunostimulants in monogastric animal and fish – review. J. Anim. Sci. 13: 1178 – 1187 hlm.

Suyanto, S. Rachmatun. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya. 21 hlm.

Watanabe, T.,C.Y. Cho and C.B. Cowey. 1983. Finfish nutrition in asia. International Development Research Centre. 51 hlm.

Wedemeyer GA, Yusutake WT. 1977. Clinical Method For The Assessment of The Effect on Envoronmental Stress on Fish Health. Techniccal paper of the U.S Fish and wildlife service. US depart of the interior. Fish and wildlife service American. 89: 1-17 hlm.

Yanuhar‚ Uun. 2011. The function of receptor protein humpback groper

(Cromileptes altivelis) in expression and profileration of CD4 and CD8 cells

in defence immunity of VNN infection. International Journal of Bioscience Biochemistry and Bioinformatics. 1: 119 – 124 hlm.

Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.