EFEKTIVITAS LUAS DASAR KOLAM BUATAN PADA PEMBESARAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN SKALA INTENSIF

(1)

ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF THE ARTIFICIAL PONDS ON THE BASIS OF EXTENSIVE ENLARGEMENT MASAMO CATFISH (Clarias sp.) WITH

INTENSIVE SCALE By

Abimanyu Pramudya Putra

This research aims to know the broad base of an effective, for growth, and kelulushidupan cultivating catfish Masamo with broad bottom of pool are different. Research using Randomized Complete Design (RAL) with 4 spacious treatment treatment basis i.e. normal pool of 1.5 x, 2 x, 2.5 x and. The results showed that basic outdoor area with 1.5 x and 2 x the normal base area accommodates more catfish Masamo to rest. While there may be differences in the number of catfish Masamo utilizes a broad foundation of artificial pond treatment but not statistically significant (P<0.05). The use of 2 x large artificial pond base significantly resulting in the total weight and the length of the larger Masamo catfish compared to other treatments (P<0.05). The use of 1.5 x, 2 x and 2.5 x wide bottom of pool significantly resulting in greater populations and kelulushidupan than using the normal basic pond (P<0.05). The use of 1.5 x and 2 x large artificial pond in the real basis of produce a harvest catfish Masamo more compared to other treatments (P<0.05).


(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS LUAS DASAR KOLAM BUATAN PADA PEMBESARAN LELE MASAMO (Clarias sp.)DENGAN SKALA INTENSIF

Oleh

Abimanyu Pramudya Putra

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui luas dasar kolam yang efektif, untuk pertumbuhan, dan kelulushidupan budidaya lele Masamo dengan luas dasar kolam yang berbeda. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan perlakuan luas dasar kolam normal yaitu 1,5 x, 2 x, dan 2,5 x. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasar kolam dengan luasan 1,5 x dan 2 x luas dasar normal menampung lebih banyak lele Masamo untuk beristirahat. Meskipun terdapat perbedaan jumlah lele Masamo yang memanfaatkan perlakuan luas dasar kolam buatan tetapi secara statistik tidak signifikan (P>0,05). Penggunaan 2 x luas dasar kolam buatan secara nyata menghasilkan berat total dan panjang lele Masamo lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lain (P<0,05). Penggunaan 1,5 x, 2 x dan 2,5 x luas dasar kolam secara nyata menghasilkan populasi dan kelulushidupan lebih besar dibandingkan menggunakan dasar normal kolam (P<0.05). Penggunaan 1,5 x dan 2 x luas dasar kolam buatan secara nyata menghasilkan panen lele Masamo lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lain (P<0,05).


(3)

(4)

EFEKTIVITAS LUAS DASAR KOLAM BUATAN PADA PEMBESARAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN SKALA INTENSIF

(Skripsi)

ABIMANYU PRAMUDYA PUTRA

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

1. Produksi Budidaya Lele 2008 – 2013 ...2

2. Morfologi Lele ...8

3. Luas dasar kolam normal ...14

4. Kolam dengan menggunakan 1,5 x luas dasar kolam buatan ...14

5. Kolam dengan menggunakan 2 x luas dasar kolam buatan ...14

6. Kolam dengan menggunakan 2,5 x luas dasar kolam buatan ...15

7. Fluktuasi jumlah lele masamo yang memanfaatkan luasan kolam ...20

8. Berat total lele ...21

9. Panjang total lele ...22

10. Populasi lele ...23

11. Panen lele ...24


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ...ii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Tujuan ...3

1.3 Kerangka Pemikiran ...4

1.4 Hipotesis ...5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele ...6

2.2 Morfologi Lele Masamo ...6

2.3 Habitat dan Kualitas Air untuk Lele ...8

2.4 Pembesaran Lele (Clarias sp.) ...9

2.5 Parameter Kualitas Air pada Pembesaran Lele (Clarias sp.) ...10

2.6 Pakan Pada Pembesaran Lele (Clarias sp.) ...11

2.7 Kepadatan Tebar ...12

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...13

3.2 Alat dan Bahan ...13

3.3 Desain Penelitian ...13

3.4 Pelaksanaan Penelitian...15

3.4.1 Persiapan Kolam ...15


(7)

3.4.3 Penebaran Benih ...16

3.4.4 Pemberian Pakan ...16

3.5 Pengambilan Contoh Ikan ...17

3.6 Penambahan Air ...17

3.7 Pengumpulan Data ...17

3.7.1 Kualitas Air ...17

3.7.2 Kelulushidupan (SR) ...17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Luas Dasar Kolam Buatan yang efektif pada Budidaya Lele Masamo (Clarias sp) ...18

4.2 Pertumbuhan ...20

4.3 Populasi ...23

4.4 Panen ...24

4.5 Kelulushidupan ...24

4.6 Kualitas Air ...26

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...28

5.2. Saran ...28


(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman 1. Kriteria pembesaran lele ...10 2. Kriteria Kisaran Optimum Kualitas Air ...11 3. Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air pada Setiap Perlakuan ...26


(9)

(10)

(11)

(12)

MOTO

Maju terus pantang mundur

”.

“Motto Hidup”

1.

Bekerja Keras

2.

Disiplin

3.

Jujur

4.

Semangat

5.

Anti Korupsi

6.

Beretika

(Suparmono)

Bagaimana mungkin mereka menunggu hasil yang besar dari

pekerjaan yang mereka lakukan dengan kesungguhan kecil

(Mario Teguh).

Kita disebut hidup jika kita mengisi waktu antara hari

kelahiran dan saat kita berpamitan dengan kesibukan dunia

ini dengan pekerjaan yang bernilai (Mario Teguh).


(13)

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur ke Hadirat ALLAH SWT,

kupersembahkan maha karya ini sebagai wujud bakti, hormat dan kasih

sayangku yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda, adik-adikku

tercinta serta teman-temanku. Terima kasih untuk semua motivasi dan


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 04 Maret 1988 dan merupakan anak ke- 1 dari 3 bersaudara, pasangan Bapak Djoko Pramudyo Widjanarko, SH. dan Ibu Irawati, SH.

Riwayat pendidikan, penulis menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) Negeri Teladan 2 Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun 2001, menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) AL – AZHAR 3 Bandar Lampung pada tahun 2004,

menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) AL – AZHAR 3 Bandar Lampung pada tahun 2007, menyelesaikan pendidikan program studi D3 Pengelolaan

Sumberdaya Perairan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung tahun 2010, melanjutkatkan pendidikan sarjana S1Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung tahun 2014.

Penulis pernah mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada tahun 2010 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Laut (BBPBL) Hanura selama 2 Bulan di Bidang Kualitas Air. Penulis juga pernah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2013 selama 40 hari di kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji.


(15)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr Wb.

Dengan keikhlasan dan kerendahan hati, penulis haturkan atas kehadirat ALLAH SWT serta Shalawat dan Salam bagi Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, atas segala berkah, hidayah dan karunia yang telah dicurahkan kepada penulis,

sehingga skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS LUAS DASAR KOLAM BUATAN PADA PEMBESARAN LELE MASAMO (Clarias sp.)DENGAN SKALA INTENSIF” ini dapat penulis selesaikan.Penelitian ini dilaksanakan pada Januari – April 2014 di Laboratorium Budidaya Perairan Universitas Lampung.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan lancar dan sempurna tanpa dukungan, bimbingan, doa serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria., M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Program Studi dan juga sebagai PembimbingAkademik S1 Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(16)

3. Yudha T. Adiputra, S.Pi., M.Si., selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, motivasi, perhatian, kritik dan saran dengan ketulusan dan rasa ikhlas kepada penulis.

4. Ir. Suparmono, M.T.A., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama penulisan skripsi.

5. Tarsim, S.Pi., M.Si., selaku Dosen Pembahas skripsi terima kasih atas waktu dan sarannya.

6. Seluruh Dosen dan staf karyawan Budidaya Perairan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat

7. Orang tua saya tercinta, Djoko Pramudyo Widjanarko, S.H. dan Irawati, S.H. terima kasih atas kasih sayang dan dukungan baik material, spiritual serta doa tulus yang selalu mengiringi langkahku.

8. Adik-adikku yang selalu saya sayangi, Sinta Dewi Pramudyo Putri dan Qeishatria Pramudyo Putra yang selalu memberi semangat serta dan kasih sayang.

9. Fadhlina Sosiawati, S.P., M.Si., terima kasih sudah membantu dalam pembuatan skripsi dari awal penelitian hingga selesainya skripsi ini dan terima kasih atas kasih sayang dan dukungan semangat yang selalu diberikan. 10. Mas febri, Mas Wahyu, dan seluruhkaryawan Laboratorium. Kesehatan

Lingkungan (KESLING) Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut

Lampung, atas segala bantuan dan saran yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian sampling air.


(17)

11. Teman sekaligus adik – adik seperjuanganku BDPI ’09, sandy, agus, supra, Bintang, nuron, dian, ogi,benny, aya, ari, alwan, dll yang tidak bisa sebutkan satu persatu.

12. Sahabat ku Wali 9 yang selalu ada dalam suka dan duka, serta adik – adik kelasku SMA Al – Azhar, aslami, pandu, ardy, prima, ian, oka, wawan, riko, acil, rendy, pras walaupun kita tidak bertemu pada saat sekolah yang penting sama – sama alumni, terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah diberikan.

Serta semua pihak yang telah turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Hanya ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya yang mampu penulis haturkan dan semoga kebaikan semua pihak dibalas oleh Allah SWT. Amin

Bandar Lampung, Penulis


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Pengembangan usaha budidaya lele semakin

meningkat setelah masuknya jenis lele dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun 1985 (Cholik, 2005). Berkembangnya zaman, muncul penemuan varietas baru yang diberi nama lele masamo yang merupakan lele hasil

perkawinan silang yang dilakukan oleh PT Matahari Sakti (MS). Lele Masamo sangat baik pertumbuhannya, ukuran konsumsi dicapai setelah pemeliharaan selama 2 bulan. Peningkatan produksi lele dapat terjadi karena keunggulan lele sebagai ikan budidaya yang dapat dibudidayakan pada lahan sempit, sumber air yang terbatas, padat tebar yang tinggi, teknologi budidayanya sederhana, dan pemasaran produk yang terbuka (Ariffudin, 2007).

Produksi budidaya lele di Indonesia sejak 2008 sampai 2012 mengalami peningkatan yang signifikan dari 114.000 ton menjadi 441.000 ton (Gambar1) (KKP, 2013). Penurunan produksi lele budidaya terjadi pada tahun 2013 menjadi 280.000 ton kemungkinan karena keterbatasan lahan yang lebih banyak digunakan sebagai tempat tinggal dan industri. Meskipun begitu, produksi lele tetap harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang murah untuk penduduk di Indonesia yang terus meningkat.


(19)

2

Gambar 1. Produksi lele hasil budidaya 2008 – 2013 (KKP, 2013).

Peningkatan produksi lele dapat ditingkatkan dengan intensifikasi budidaya antara lain penyediaan benih dan pakan buatan yang berkualitas, serta lahan budidaya yang mendukung seperti lokasi yang dekat dengan sumber air, di dataran rendah hingga dataran tinggi (maksimum 1000 m) (Suyanto, 2006). Penyediaan benih yang berkualitas dapat dilakukan dengan penyediaan induk – induk dari galur murni (Suyanto, 2006). Lele Masamo (Clarias sp.) diperkenalkan kepada

masyarakat untuk mendapatkan pertumbuhan yang cepat dan optimal KKP, 2013). Kompetisi penggunaan lahan untuk budidaya ikan sering berbenturan untuk

penggunaan lahan sebagai tempat tinggal, lahan pertanian dan kebutuhan lainnya. Budidaya lele pada lahan sempit misalnya kolam semen, kolam terpal dilakukan untuk menggantikan budidaya lele pada kolam tanah. Tetapi, budidaya lele pada lahan sempit pun mengalami kendala dengan terbatasnya ruang gerak ikan sehingga perlu alternatif teknologi budidaya lele yang sederhana.

Teknologi budidaya luas dasar kolam buatan diperkenalkan untuk meningkatkan produksi dengan mempersempit luas dasar kolam yang pada akhirnya

114,371 114,755 242,180 337,557 441,217 280,513 0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000 500,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

P rod u k si l ele ( ton ) Tahun


(20)

3

mengharapkan efisiensi energi dalam tubuh lele untuk pertumbuhan. Lebih lanjut, pada tahap akhir budidaya, efisiensi pakan dan kelulushidupan diperoleh.

Fungsi dari luas dasar kolam buatan untuk mempersempit ruang gerak pada ikan sehingga energi yang dikeluarkan untuk bergerak hanya sedikit. Semakin sedikit energi yang dikeluarkan maka energi yang digunakan untuk pertumbuhan akan semakin banyak. Pemanfaatan teknologi luas dasar kolam buatan diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi lele yang lebih baik.Penelitian penggunaan luas dasar kolam buatan pada budidaya lele belum banyak dilakukan. Sehingga diperlukan penelitian khusus sebagai pembuktian efektivitas teknologi budidaya berupa luas dasar kolam buatan dapat dibuktikan.

1.2 Tujuan Penelitian

(1) Mengetahui luas dasar kolam yang efektif pada budidaya lele Masamo; (2) Mengetahui pertumbuhan lele Masamo yang optimal pada luas dasar kolam

yang berbeda;

(3) Mengetahui populasi lele Masamo yang optimal pada luas dasar kolam yang berbeda;

(4) Mengetahui panen lele Masamo yang optimal pada luas dasar kolam yang berbeda;

(5) Mengetahui kelulushidupan lele Masamo yang optimal pada luas dasar kolam yang berbeda;

(6) Mengetahui parameter kualitas air (suhu, pH, amonia) pada budidaya lele Masamo dengan luas dasar kolam yang berbeda.


(21)

4

1.3 Kerangka Pemikiran

Teknologi yang digunakan dalam pengembangan usaha budidaya lele telah mengalami banyak kemajuan sehingga lele banyak diminati oleh para petani ikan (Mahyuddin, 2008). Namun masih terdapat kendala yang sering dihadapi dalam budidaya lele diantaranya lahan budidaya yang terbatas, penggunaan benih yang tidak berkualitas sehingga pertumbuhan lele lambat dan mengakibatkan

penurunan hasil produksi. Benih yang berkualitas diperoleh dari indukan yang baik. Salah satu varian baru lele yang diminati adalah lele Masamo, lele Masamo sangat baik pertumbuhannya, ukuran konsumsi dicapai setelah pemeliharaan selama 2 bulan, tahan serangan penyakit, produksi telur tinggi dan FCR (Feeding Conversion Rate) optimal (Anonim.2011).

Teknologi luas dasar kolam buatan dipakai untuk mengatasi keterbatasan lahan budidaya. Kegunaan dari luas dasar kolam buatan untuk mempersempit ruang gerak pada lele Masamo, agar energi ikan yang digunakan tidak habis untuk bergerak dan asumsi energi yang tersimpan lebih banyak untuk proses pertumbuhan. Dengan adanya sistem budidaya tersebut diharapkan dapat menghasilkan produktivitas lele Masamo lebih tinggi pada keterbatasan lahan yang tersedia.

Penelitian ini menggunakan luas dasar kolam buatan yang berbeda, sehingga hasilnya dapat diketahui luas dasar kolam buatan yang paling efektif untuk


(22)

5

meningkat pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup dan produktivitas pada lele Masamo.

1.4. Hipotesis

(1) Terdapat luas dasar kolam buatan yang efektif pada budidaya lele Masamo; (2) Terdapat pertumbuhan lele Masamo yang optimal pada luas dasar kolam

buatan yang berbeda;

(3) Terdapat populasi lele Masamo yang optimal pada luas dasar kolam buatan yang berbeda;

(4) Terdapat panen lele Masamo yang optimal pada jumlah luas dasar kolam yang berbeda;

(5) Terdapat kelangsungan hidup lele Masamo yang optimal pada luas dasar kolam buatan yang berbeda;

(6) Terdapat perubahan parameter kualitas air (suhu, pH, amonia) pada budidaya lele Masamo pada luas dasar kolam buatan yang berbeda.


(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Lele

Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi

Famili : Clariidae Genus : Clarias

Spesies : Clarias sp

2.2 Morfologi Lele Masamo

Lele Masamo merupakan jenis ikan yang hidup di air tawar yang termasuk

golongan catfish. Lele mudah beradaptasi dalam lingkungan yang kritis, misalnya perairan yang kecil kadar oksigennya dan sedikit air. Secara alami lele bersifat nokturnal, yang artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat gelap (Anonim, 2009). Ikan ini bersifat karnivora, mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dan berkulit licin (Arifin, 1991). Bentuk kepala lele Masamo sedikit lebih runcing dilapisi oleh tulang pelat yang cukup keras, berbentuk pipih dan


(24)

7

disekitar mulutnya terdapat empat pasang sungut yang memanjang berfungsi sebagai alat peraba ketika berenang sekaligus sebagai sensor untuk mencari makan.

Lele memiliki lima buah sirip, diantaranya sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur, sirip perut dan sirip dada. Sirip dada sebutan populer di masyarakat disebut juga sebagai patil. Selain berguna alat bantu gerak, juga berfungsi sebagai senjata untuk pertahanan diri dan kadang – kadang dapat dipakai untuk berjalan di permukaan tanah. Patil yang dimiliki oleh lele Masamo ini tidak beracun (Prihatman, 2000).

Lele mempunyai organ arboressen yang merupakan alat pernapasan tambahan dan memungkinkan ikan ini untuk mengambil oksigen dari udara di luar air

(Prihartono, 2000). Alat pernapasan tambahan terletak dibagian kepala didalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang kepala berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler – kapiler darah.

Lele memiliki delapan buah kumis di sekitar mulutnya yang berfungsi sebagai alat peraba pada saat gerak mencari makan (Najiyati, 2003). Ikan ini juga memiliki sepasang lubang hidung yang letaknya di bagian anterior. Lubang hidung tersebut sangat sensitif dan memiliki fungsi utama untuk mendeteksi bau. Di bagian mulut lele Masamo terdapat gigi, tetapi hanya berupa tulang kasar yang terletak di dalam mulut bagian depan. Penglihatan lele Masamo menggunakan sepasang mata yang berbentuk kecil. Morfologi lele Masamo dapat dilihat pada Gambar 2.


(25)

8

Gambar 2.Morfologi lele Masamo (Clarias sp.)

Semua jenis lele melakukan pembuahan secara ovipar, yakni pembuahan telur di luar tubuh. Jenis ikan ini memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar usus. Lele memiliki lambung yang relatif besar dan panjang. Tetapi ususnya relatif pendek dari pada badannya. Hati dan gelembung renang lele berjumlah 2 dan masing – masing sepasang (Suyanto, 2006).

2.3 Habitat dan Kualitas Air untuk Lele

Habitat lele adalah semua perairan air tawar. Disungai yang airnya tidak deras atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, rawa – rawa (Anonymous, 2006). Ikan ini dapat bertahan di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan terhadap bahan – bahan organik (Puspowardoyo, 2002). Ikan lele termasuk hewan malam (nocturnal), menyukai tempat gelap aktif bergerak mencari makan dan memilih berdiam diri, bersembunyi di tempat terlindung pada siang hari. Sesekali ikan muncul dipermukaan untuk menghirup oksigen langsung ke udara (Suyanto, 2006). Di alam biasanya lele memijah pada awal musim hujan (Nasrudin, 2010).

Patil

Kepala Sirip ekor

Sirip punggung

Sungut maxilar

Sungut nasal

Sungut mandibular dalam

Sungut mandibular luar

Sirip dubur Sirip dada


(26)

9

Lele tergolong ikan yang dapat hidup dalam kondisi air apapun. Namun, agar tumbuh optimal lele harus dipelihara di dalam air yang memiliki kondisi ideal. Adapun kriteria kualitas air yang ideal untuk hidup lele yaitu bersuhu (28o– 32oC) dan pada keasaman ph 7 – 8 (Nasrudin, 2010). Suhu air sangat mempengaruhi pertumbuhan, laju metabolisme, dan nafsu makan pada ikan serta oksigen terlarut (Handoyo, 2008).

Oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh lele sekitar 3 ppm. Namun, ketersediaan oksigen terlarut tidak menjadi faktor pembatas karena lele dapat mengambil oksigen langsung ke udara. Literatur lain memberi alternatif bahwa kualias air yang ideal adalah pada nilai pH 6,5 – 8,5 , oksigen terlarut > 4 mg/l, kandungan amonia (NH3) sekitar <0,01 mg/l, dan kecerahan – 50 cm (Soetomo, 1987).

2.4 Pembesaran Lele (Clarias sp.)

Pembesaran merupakan tahap pemeliharaan lele dari hasil pendederan untuk menghasilkan lele ukuran konsumsi (Effendi, 1997). Pada tahap pembesaran, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan yaitu pemberian pakan untuk

mempercepat proses produksi dan kuliatas air yang mendukung terhadap pembesaran. Masa pemeliharaan lele dikolam pembesaran ini bisa lebih cepat dibandingkan ikan lainnya, yaitu sekitar 1,5 - 2 bulan tergantung pada jumlah pakan dan jenis pakan yang diberikan. Kriteria pembesaran lele yang ideal menurut SNI 01 – 6484 – 2 - 2002, dapat dilihat pada Tabel 1.


(27)

10

Tabel 1.Kriteria pembesaran lele (Clarias sp.) menurut SNI 01 – 6484 - 2 – 2002

Penebaran Pemberian Pakan

Waktu Pemeliharaan

(hari)

Pemanenan Kepadatan

(ekor/m2)

Ukuran (cm) Dosis(% bobot biomas) Frekuensi (kali/hari) Sintasan (%) Bobot (gram) Panjang Standar (cm)

25 – 35 5 – 6 4 – 5 2 – 3 21 – 30 70 -80 8 – 10 10 -12

10 - 15 10 - 12 3 – 4 2 – 3 60 -75 80 - 80 100 -150 25 -30

Menurut Effendie (1997), pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang dan berat dalam suatu waktu. Lele budidaya dapat tumbuh mencapai 300 gram dari berat awal + 300 gram dalam waktu 2 bulan (Effendi, 1997). Kepadatan dari setiap individu akan mempengaruhi pertumbuhan, semakin meningkat kepadatan penebaran ikan maka tingkat kelangsungan hidupnya akan semakin kecil

(Effendi,1997). Hal tersebut dapat dari kompetisi ikan dalam mencari makan, mempertahankan ruang dan mempertahankan untuk tetap hidup (Effendie, 2003). Aktivitas tersebut merupakan salah satu masalah utama yang mengakibatkan penurunan pertumbuhan lele terutama berkaitan dengan penurunan produksi yang dapat menyebabkan kematian (Handoyo, 2010). Faktor–faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan digolongkan menjadi dua, yaitu faktor dalam seperti keturunan, umur, penyakit dan parasit. Faktor luar yang mempengaruhi

pertumbuhan adalah makanan (Effendie, 2003).

2.5 Parameter Kualitas Air pada Pembesaran Lele (Clarias sp.)

Kegiatan pemeliharaan lele berlangsung didalam air karena air merupakan habitat tempat hidup ikan (Susanto, 2009). Kualitas air mempengaruhi ikan budidaya baik secara langsung pada ikan budidaya maupun tidak langsung seperti penyakit. Kualitas air yang buruk mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan ikan pemeliharaan, juga terhadap penyakit (Anonimous, 2006). Beberapa parameter


(28)

11

untuk menentukan kualitas air seperti oksigen terlarut, karbondioksida, amonia, nitrat, suhu (Khairuman dan Amri, 2008). Kriteria kisaran optimum kualitas air budidaya lele menurut SNI 01 – 6484 – 5 – 2002 adalah sebagai berikut : Tabel 2. Kisaran optimum kualitas air pada budidaya lele (Clarias sp.)

No Parameter Satuan Kisaran Optimum

1 Suhu oC 25 - 30

2 pH - 6,5 – 8,5

3 Oksigen terlarut mg/l > 4

4 Amonia (NH3) mg/l < 0,01

5 Kecerahan Cm 25 – 50

Sumber : SNI 01 – 6484 - 5 – 2002

2.6 Pakan pada Pembesaran Lele (Clarias sp.)

Pakan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam pembesaran lele. Menurut Rachmatun (2001), pakan lele dapat berupa limbah pertanian seperti dedak dan bungkil kacang dengan jumlah 3 – 5% dari berat badan populasi lele yang dipelihara di kolam. Pada pembesaran ekstensif, lele memakan pakan hidupi berupa cacing, plankton, serangga kecil, keong yang hidup dalam kolam budidaya (Susanto, 2009).

Pembesaran lele intensif membutuhkan pakan dalam bentuk pelet komersil khusus untuk lele karena kandungan nutrisinya memenuhi syarat untuk pertumbuhan. Namun biaya pakan relatif mahal sehingga untuk menekan biaya pengadaan pakan diberi pakan alternatif, seperti bangkai ayam, ikan rucah, dan bekicot (Nasrudin, 2010).


(29)

12

Menurut SNI (2006) unsur utama penunjang pertumbuhan lele terletak pada kandungan protein di dalam pakan. Pakan yang berkualitas akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Kriteria pakan yang berkualitas menurut (SNI, 2006) adalah mengandung gizi yang seimbang dan mudah dicerna, ukuran pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan, stabil dalam air dan tidak cepat mempengaruhi kualitas air, ramah lingkungan, tidak mengandung bahan bakar kimia yang berbahaya, memacu pertumbuhan ikan, dan menekan angka rasio efisiensi pakan.

2.7 Kepadatan Tebar

Kepadatan penebaran ikan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup suatu organisme, semakin meningkat kepadatan penebaran maka tingkat kelangsungan hidupnya akan semakin kecil tetapi nilai produksi yang diperoleh tinggi begitupun juga sebaliknya (Priangga, 2010). Pada kepadatan tebar tinggi kondisi lingkungan menjadi buruk yakni menurun kadungan oksigen terlarut dalam air dan

meningkatnya amonia akibat penumpukan sisa pakan dan feses. Oksigen sangat dibutuhkan untuk sumber energi bagi jaringan tubuh, aktivitas pergerakan dan pengolahan makanan sehingga berkurangnya kandungan oksigen di air dapat menurunkan tingkat konsumsi pakan ikan (Zonneveld et al., 1991). Empat faktor utama lingkungan untuk meningkatkan kepadatan tebar ikan tanpa mengurangi pertumbuhan individu ikan dalam meningkatkan produksi budidaya yaitu penambahan pakan, pemenuhan kebutuhan oksigen, pembersihan limbah metabolisme dan pengawasan suhu (Priangga, 2010).


(30)

13

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Januari – April 2014 di Laboratarium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 12 buah kolam semen yang berukuran 1 x 1 x 2 m3 dengan ketinggian air 100 cm , skop net, ember,

timbangan, sikat, anti septik. Bahan – bahan yang digunakan yaitu benih lele Masamo dengan panjang tubuh total 5 – 10 cm , pakan buatan pabrik dengan kandungan protein 31 – 33%, kayu dan kawat kasa sebagai bahan dasar pembuat luas dasar kolam buatan.

3.3 Desain Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dengan 3 ulangan, perlakuan yang diberikan adalah penggunaan luas dasar kolam buatan yang berbeda, yaitu: Perlakuan A : Luas dasar kolam normal sebagai kontrol

Perlakuan B : Kolam dengan menggunakan 1,5x luas dasar kolam buatan Perlakuan C : Kolam dengan menggunakan 2x luas dasar kolam buatan


(31)

14

Perlakuan D : Kolam dengan menggunakan 2,5x luas dasar kolam buatan Perlakuan Luas dasar kolam normal, 1,5 x, 2 x, 2,5 x luas dasar kolam dapat dilihat pada Gambar 3, 4, 5, dan 6.

Gambar 3. Luas dasar kolam normal (kontrol)

Gambar 4. Kolam dengan menggunakan luas 1,5 x dasar kolam buatan

Gambar 5. Kolam dengan menggunakan 2 x luas dasar kolam buatan

Kaki 0,4 m

0,4 m

0, 2m Tinggi air 0,7 m

1 m 0,50 m

1 m

0,5 m

1,5 m

1 m

1 m 1,5 m 0,5 m

Tinggi air 0,7 m


(32)

15

Gambar 6. Kolam dengan menggunakan 2,5 x luas dasar kolam buatan

Model linier rancangan percobaan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Nilai Pengamatan

i = Perlakuan sistem budidaya A, B, C, D j = Ulangan (1, 2, 3)

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan sistem budidaya A, B, C, D pada ulangan 1, 2, 3 εij = Galat percobaan pada perlakuan sistem budidaya A, B, C, D pada ulangan 1, 2, 3

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan Kolam

Persiapan kolam dalam penelitian ini meliputi pembersihan, pengeringan,

perbaikan dasar, perbaikan saluran pemasukan dan pengeluaran air. Pembersihan kolam mengunakan sikat dan anti septik. Kegiatan pengeringan dasar kolam dilakukan agar dapat terhindar dari hama dan penyakit, mengurangi kandungan bahan organik. Kaki 0,6 m 0,4 m 0,2 m 0,5 m 0,5 m 1 m 1,5 m

1 m Tinggi air 0,7 m


(33)

16

3.4.2 Persiapan Air Kolam

Pengisian air pada kolam berasal dari air yang bersih. Pada masing – masing kolam di isi dengan volume air yang ketinggian air sama yaitu 0,7 m tiap kolamnya.

3.4.3 Penebaran Benih

Penebaran benih dilakukan pada pagi hari pada saat cuaca belum panas. Benih ikan lele Masamo yang digunakan berukuran panjang 5 – 7 cm. sebelum

ditebarkan dalam kolam, benih lele ini diaklimatisasi terlebih dahulu (perlakukan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi dengan sendirinya akan keluar dari wadah. Kepadatan penebaran benih lele Masamo yang digunakan yaitu 200 ekor/ kolam.

3.4.4 Pemberian Pakan

Jenis pakan yang diberikan adalah pelet yang mengandung protein 31 – 33 %, lemak 3 – 5 %, dan kadar serat 4 – 6 %. Pemberian pakan dilakukan secara terus menerus sesuai kebutuhan ikan sampai tidak makan lagi (ad libitum) dengan waktu pemberian pakan pagi, siang dan malam.


(34)

17

3.5 Pengambilan contoh

Pengambilan contoh yang dilakukan adalah pengukuran terhadap panjang dan berat total lele Masamo yang dilakukan 10 hari sekali sebanyak 60 ekor untuk mengetahui pertumbuhan berat dan panjang, sedangkan pengamatan parameter kualitas air seperti suhu, pH, amonia dilakukan 10 hari sekali selama waktu penelitian.

3.6 Penambahan Air

Penambahan air dilakukan apabila air yang berada didalam kolam bak berkurang akibat kebocoran pada kolam. Penambahan air dilakukan hingga mencapai ketinggian air kembali pada posisi semula yaitu 0,7 m.

3.7. Pengumpulan Data 3.7.1 Kualitas air

Pengumpulan data kualitas air meliputi suhu, oksigen terlarut, pH dan amonia.

3.7.2 Kelulushidupan

Kelulushidupan digunakan untuk mengetahui berapa besar persentase lele yang hidup selama proses penelitian. Menurut Effendi (1997), rumus SR adalah :

Nt

SR = x 100 % No

Keterangan :

SR = Kelulushidupan

Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian No = Jumlah ikan pada awal penelitian


(35)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

(1) Luas dasar kolam buatan efektif untuk pembesaran lele Masamo karena dapat digunakan sebagai tempat beristirahat dan berlindung.

(2) Penggunaan 2 x luas dasar kolam menghasilkan pertumbuhan (berat dan panjang total) lele Masamo dibandingkan dasar kolam normal;

(3) Penggunaan luas dasar kolam 1,5 ; 2 dan 2,5 x menghasilkan populasi lebih baik dibandingkan dasar kolam normal;

(4) Penggunaan luas dasar kolam 1,5 dan 2 x menghasilkan panen lele lebih banyak dibandingkan tanpa menggunakan pembatas.

(5) Penggunaan luas dasar kolam 1,5; 2 dan 2,5 x menghasilkan

kelulushidupan lebih besar dibandingkan menggunakan dasar normal kolam.

(6) Parameter kualitas air suhu dan keasaman air masih dalam kategori normal tetapi amonia menjadi faktor pembesaran budidaya lele Masamo jika lama pembesaran lebih dari 60 hari.

5.2. Saran

Perlu adanya penelitian penggunaan luas dasar kolam buatan dengan perhitungan bioenergitika untuk membuktikan bahwa luas dasar kolam buatan efektif


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2006. Kualitas Air Mendukung Pertumbuhan Lele Dumbo.

http://agromedia.net/2007051658/Info/Kualita-Ari-Mendukung-Pertumbuhan-Lele-Dumbo.html. 20 November 2014. www. google.com. 99 hal.

Anonim, 2009. Alat Kelamin Lele. www.planetcatfish.com. Diakses 25 Oktober. 2013.

Arifin, M.Z. 1991. Budidaya Lele. Dohara prize. Semarang. 122 hal.

Ariffudin, A. 2007. Budidaya Lele (Clarias sp.), http://gandainc.blogspot.com/ 2008/09/genetika-ikan-lele-dumbo.html. Departemen Kelautan dan Perikanan.www. Google.com. 104 hal.

Cholik, F., 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini

Indonesia Indah. Jakarta. 415 hal.

Effendie, M. I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri.Bogor.17 hal Effendie, I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor 163 hal. Effendie, 2003. Pembenihan dan Pembesaran. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal. Handoyo, N. 2009. Studi Tentang Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

IkanLele Dumbo (Clarias gariepinus) dengan sistem Tanpa Ganti Air. Universitas Lampung. 55 hal

Hepher, B. 1978. Ecological Aspects of Warm – Water Fishpond Management. Hal 447 – 468. Dalam Geeking. S. D. (Ed). Ecology of Freshwater fish Production. New York.

Khairuman dan K. Amri, 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 76 hal.

Khairuman, Toguan. S dan Amri. K. 2008. Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal. Agro Media Pustaka. Jakarta. 83 hal.

Najiyati, S. 2003. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta. 35 – 48 hal.


(37)

Nasrudin, 2010. Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.

Prihartono, E.R., J. Rasidik dan U. Arie. 2000. Mengatasi Permasalah Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta. 26 – 27 hal.

Prihatman, K. 2000. Budidaya Ikan Lele (Claris sp).

http://www.aagos.ristek.go.id.idperikananair%tawarlele.pdf. 24 Mei 2014. www.google.com

Pringga, S. N., 2010. Pengaruh Kepadatan Penebaran Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) Dalam Skala Intensif Dengan Sistem Tanpa Ganti Air. Universitas

Lampung. 52 hal.

Puspowardoyo,H. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat air. Kanisius. Jakarta. 59 hal.

Rachmatun, 2001. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 100 hal. SNI. 2000. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus).

http://topan36.files.wordpress.com/2008/12/induk-ikan-lele-dumbo2.pdf. 11 Oktober 2013. www.google.com. 11 hal

SNI. 2000. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar.http://topan36.files.wordpress.com/2008/12/benih-ikan-lele-dumbo4.pdf. 11 Oktober 20013.www.google.com. 8 Hal

SNI. 2006. Pakan Buatan Untuk Ikan Lele Dumbo.

http://topan36.files.wordpress.com/2008/12/Pakan-Buatan-untuk-Ikan-lele-dumbo.pdf. 18 November 2014. www. google.com. 12 hal

Subhan, U. Iskandar, dan Aquarista, F. 2012. Pemberian Probiotik Dengan Carrier Zeolit Pada Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinnus). Jurnal Perikanan. Universitas Padjajaran. 64 hal

Soetomo, M. H. A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo.Sinar Baru. Bandung. 109 hal.

Susanto, H. 2009. Budidaya Ikan di Perkarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 196 hal

Suyanto, S. R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 158 hal Zonneveld N, Huisman E A, Bonn JH. 1991. Prinsip – prinsip Budidaya ikan.


(1)

15

Gambar 6. Kolam dengan menggunakan 2,5 x luas dasar kolam buatan

Model linier rancangan percobaan adalah sebagai berikut : Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Nilai Pengamatan

i = Perlakuan sistem budidaya A, B, C, D j = Ulangan (1, 2, 3)

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan sistem budidaya A, B, C, D pada ulangan 1, 2, 3 εij = Galat percobaan pada perlakuan sistem budidaya A, B, C, D pada ulangan 1, 2, 3

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Kolam

Persiapan kolam dalam penelitian ini meliputi pembersihan, pengeringan,

perbaikan dasar, perbaikan saluran pemasukan dan pengeluaran air. Pembersihan kolam mengunakan sikat dan anti septik. Kegiatan pengeringan dasar kolam dilakukan agar dapat terhindar dari hama dan penyakit, mengurangi kandungan bahan organik.

Kaki

0,6 m

0,4 m 0,2 m

0,5 m 0,5 m

1 m 1,5 m

1 m Tinggi air 0,7 m


(2)

16

3.4.2 Persiapan Air Kolam

Pengisian air pada kolam berasal dari air yang bersih. Pada masing – masing kolam di isi dengan volume air yang ketinggian air sama yaitu 0,7 m tiap kolamnya.

3.4.3 Penebaran Benih

Penebaran benih dilakukan pada pagi hari pada saat cuaca belum panas. Benih ikan lele Masamo yang digunakan berukuran panjang 5 – 7 cm. sebelum

ditebarkan dalam kolam, benih lele ini diaklimatisasi terlebih dahulu (perlakukan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi dengan sendirinya akan keluar dari wadah. Kepadatan penebaran benih lele Masamo yang digunakan yaitu 200 ekor/ kolam.

3.4.4 Pemberian Pakan

Jenis pakan yang diberikan adalah pelet yang mengandung protein 31 – 33 %, lemak 3 – 5 %, dan kadar serat 4 – 6 %. Pemberian pakan dilakukan secara terus menerus sesuai kebutuhan ikan sampai tidak makan lagi (ad libitum) dengan waktu pemberian pakan pagi, siang dan malam.


(3)

17

3.5 Pengambilan contoh

Pengambilan contoh yang dilakukan adalah pengukuran terhadap panjang dan berat total lele Masamo yang dilakukan 10 hari sekali sebanyak 60 ekor untuk mengetahui pertumbuhan berat dan panjang, sedangkan pengamatan parameter kualitas air seperti suhu, pH, amonia dilakukan 10 hari sekali selama waktu penelitian.

3.6 Penambahan Air

Penambahan air dilakukan apabila air yang berada didalam kolam bak berkurang akibat kebocoran pada kolam. Penambahan air dilakukan hingga mencapai ketinggian air kembali pada posisi semula yaitu 0,7 m.

3.7. Pengumpulan Data

3.7.1 Kualitas air

Pengumpulan data kualitas air meliputi suhu, oksigen terlarut, pH dan amonia.

3.7.2 Kelulushidupan

Kelulushidupan digunakan untuk mengetahui berapa besar persentase lele yang hidup selama proses penelitian. Menurut Effendi (1997), rumus SR adalah :

Nt

SR = x 100 % No

Keterangan :

SR = Kelulushidupan

Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian No = Jumlah ikan pada awal penelitian


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

(1) Luas dasar kolam buatan efektif untuk pembesaran lele Masamo karena dapat digunakan sebagai tempat beristirahat dan berlindung.

(2) Penggunaan 2 x luas dasar kolam menghasilkan pertumbuhan (berat dan panjang total) lele Masamo dibandingkan dasar kolam normal;

(3) Penggunaan luas dasar kolam 1,5 ; 2 dan 2,5 x menghasilkan populasi lebih baik dibandingkan dasar kolam normal;

(4) Penggunaan luas dasar kolam 1,5 dan 2 x menghasilkan panen lele lebih banyak dibandingkan tanpa menggunakan pembatas.

(5) Penggunaan luas dasar kolam 1,5; 2 dan 2,5 x menghasilkan

kelulushidupan lebih besar dibandingkan menggunakan dasar normal kolam.

(6) Parameter kualitas air suhu dan keasaman air masih dalam kategori normal tetapi amonia menjadi faktor pembesaran budidaya lele Masamo jika lama pembesaran lebih dari 60 hari.

5.2. Saran

Perlu adanya penelitian penggunaan luas dasar kolam buatan dengan perhitungan bioenergitika untuk membuktikan bahwa luas dasar kolam buatan efektif


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2006. Kualitas Air Mendukung Pertumbuhan Lele Dumbo.

http://agromedia.net/2007051658/Info/Kualita-Ari-Mendukung-Pertumbuhan-Lele-Dumbo.html. 20 November 2014. www. google.com. 99 hal.

Anonim, 2009. Alat Kelamin Lele. www.planetcatfish.com. Diakses 25 Oktober. 2013.

Arifin, M.Z. 1991. Budidaya Lele. Dohara prize. Semarang. 122 hal.

Ariffudin, A. 2007. Budidaya Lele (Clarias sp.), http://gandainc.blogspot.com/ 2008/09/genetika-ikan-lele-dumbo.html. Departemen Kelautan dan Perikanan.www. Google.com. 104 hal.

Cholik, F., 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini

Indonesia Indah. Jakarta. 415 hal.

Effendie, M. I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri.Bogor.17 hal Effendie, I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor 163 hal. Effendie, 2003. Pembenihan dan Pembesaran. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal. Handoyo, N. 2009. Studi Tentang Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

IkanLele Dumbo (Clarias gariepinus) dengan sistem Tanpa Ganti Air. Universitas Lampung. 55 hal

Hepher, B. 1978. Ecological Aspects of Warm – Water Fishpond Management. Hal 447 – 468. Dalam Geeking. S. D. (Ed). Ecology of Freshwater fish Production. New York.

Khairuman dan K. Amri, 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 76 hal.

Khairuman, Toguan. S dan Amri. K. 2008. Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal. Agro Media Pustaka. Jakarta. 83 hal.

Najiyati, S. 2003. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta. 35 – 48 hal.


(6)

Nasrudin, 2010. Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.

Prihartono, E.R., J. Rasidik dan U. Arie. 2000. Mengatasi Permasalah Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta. 26 – 27 hal.

Prihatman, K. 2000. Budidaya Ikan Lele (Claris sp).

http://www.aagos.ristek.go.id.idperikananair%tawarlele.pdf. 24 Mei 2014. www.google.com

Pringga, S. N., 2010. Pengaruh Kepadatan Penebaran Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) Dalam Skala Intensif Dengan Sistem Tanpa Ganti Air. Universitas

Lampung. 52 hal.

Puspowardoyo,H. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat air. Kanisius. Jakarta. 59 hal.

Rachmatun, 2001. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 100 hal. SNI. 2000. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus).

http://topan36.files.wordpress.com/2008/12/induk-ikan-lele-dumbo2.pdf. 11 Oktober 2013. www.google.com. 11 hal

SNI. 2000. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar.http://topan36.files.wordpress.com/2008/12/benih-ikan-lele-dumbo4.pdf. 11 Oktober 20013.www.google.com. 8 Hal

SNI. 2006. Pakan Buatan Untuk Ikan Lele Dumbo.

http://topan36.files.wordpress.com/2008/12/Pakan-Buatan-untuk-Ikan-lele-dumbo.pdf. 18 November 2014. www. google.com. 12 hal

Subhan, U. Iskandar, dan Aquarista, F. 2012. Pemberian Probiotik Dengan Carrier Zeolit Pada Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinnus). Jurnal Perikanan. Universitas Padjajaran. 64 hal

Soetomo, M. H. A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo.Sinar Baru. Bandung. 109 hal.

Susanto, H. 2009. Budidaya Ikan di Perkarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 196 hal

Suyanto, S. R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 158 hal Zonneveld N, Huisman E A, Bonn JH. 1991. Prinsip – prinsip Budidaya ikan.