PEMANFAATAN TEKNOLOGI DASAR KOLAM BUATAN PADA PEMBESARAN LELE MASAMO (Clariasgariepinus) DENGAN PEMBERIAN PROBIOTIK

(1)

ABSTRAK

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DASAR KOLAM BUATAN PADA PEMBESARAN LELE MASAMO (Clarias gariepinus) DENGAN

PEMBERIAN PROBIOTIK Oleh

Fadhli Dzil Ikrom1)Yudha T. Adiputra2)Siti Hudaidah3)

Lele memiliki prospek pasar lokal dan memiliki peluang masuk ke pasar internasional/ekspor karena tekstur daging, ukuran, serta kuantitasnya memenuhi persyaratan untuk dijadikan komoditas ekspor. Kendala dalam pembesaran lele secara intensif antara lain kompetisi untuk mempertahankan ruang gerak karena keterbatasan luas dasar kolam. Aplikasi dasar kolam buatan dan penambahan probiotik selama pembesaran lele pada skala intensif merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dasar kolam buatan dan penambahan probiotik pada pembesaran lele masamo terhadap pertumbuhan biomassa, konversi pakan dan kelulushidupannya. Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan diantaranya adalah Perlakuan TDB: pembesaran lele masamo tanpa menggunakan dasar kolam buatan. Selanjutnya perlakuan ini disebut perlakuan kontrol. Perlakuan PBK :pembesaran lele masamo dengan penambahan probiotik pada pakan dan air kolam. Perlakuan PDB: pembesaran lele masamo dengan penambahan probiotik pada pakan dan air kolam serta aplikasi 2 dasar kolam buatan. Hasil penelitian ini berbeda nyata pada pertumbuhan bobot dan kelulushidupan dengan masing – masing nilai tertinggi yaitu 1,387 gr/hari dan 96,58% sedangkan untuk pertumbuhan panjang, biomassa dan konversi pakan tidak adanya perbedaan yang nyata. Pemanfaatan teknologi dasar kolam buatan dan penambahan probiotik mampu meningkatkan biomassa sebesar 10%. Hal ini berdampak pada produksi dan pendapatan yang dihasilkan.Penggunaan pakan pada pembesaran lele masamo lebih efisien dengan adanya aplikasi dasar kolam buatan dan probiotik. Hal ini dapat terlihat dari hasil konversi pakan yang diperoleh yaitu <1. Pertumbuhan bobot dan panjang harian meningkat dengan adanya aplikasi dasar kolam buatan dan probiotik.

Kata kunci: lele masamo, probiotik, dasar kolam buatan, kelulushidupan dan konversi pakan.

1)

Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung . 2)

Dosen Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Alamat: Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145.


(2)

ABSTRACT

THE UTILIZATION TECHNOLOGY OF BASIC FISH POND SYNTHETIC TOWARD AMPLIFICATION CATFISH MASAMO (Clarias

gariepinus) BY GIVING PROBIOTIC

By

Fadhli Dzil Ikrom1)Yudha T. Adiputra2)Siti Hudaidah3)

Catfish has good prospect local market and has opportunity to go international market or export because the quality meat, has good size, and saturated quality condition for export. The big problem in intensive amplification catfish such as competition for retain movement place because restrictveness basic fish pond.The basic application synthetic and affixture probiotic during amplification to intensive scale as basic alternative increase production. The purpose in this research to know about the effective basic pond synthetic and addition probiotic to amplification masamo catfish towards biomassa, growth, giving woof and directness life/longlife. In this research has 3 treatment such as TDB treatment: amplification masamo catfish without use basic pond synthetic, after that in this treatment have name as control treatment. PBK treatment: amplification masamo catfish with addition probiotic in woof and water pond. PDB treatment: commodity ,use basic 2 application synthetic pond. The result in this research is different with weight fish and directness with highest score is 1,387 g/day and 96,58% where as growth biomassa and in the conversion woof is nothing different. The basic utilization technology synthetic affixture probiotic capable to increase biomassa 10%. In this problem will have the impact in production and resulted income. The using of woof in amplification masamo catfish is more efficient with the application fish pond synthetic and probiotic. It can been seen from the result woof convertion is gotten. The growth weight and the length of catfish increases with the application fish pond synthetic and probiotic.

Keywords: catfish masamo, probiotics, basic fish pond synthetic, directness life and woof convertion.

1)

Student in Department of Aquaculture, Faculty of Agriculture, University of Lampung. 2)

Lecturer in Department of Aquaculture, Faculty of Agriculture, University of Lampung. Address: Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bumi, pada tanggal 8 Januari 1992, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Jaya Rahmat, SKM dan Ibu Komala Sari SE.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Al–Kautsar Bandar lampung pada tahun 2004. Menyelesaikan pendidikan di SMP Al-Kautsar Bandar lampung pada tahun 2007 serta menamatkan pendidikan di SMA Negeri 4 jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Bandar lampung pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S1 ke Perguruan Tinggi Universitas Lampung di Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Perairan melalui jalur UM (Ujian mandiri). Selama menjadi mahasiswa penulis ikut organisasi di Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai kordinator bidang minat dan bakat pada tahun 2011-2012 dan bergabung sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Islam pada tahun 2011. Penulis juga pernah mengikuti Pekan Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang diselenggarakan oleh Universitas dan kemudian lolos seleksi.


(8)

Selama menjalani masa perkuliahan pada bulan Juli 2013 selama 30 hari penulis mengikuti Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok – Jawa Barat dengan judul “Pembenihan Ikan Rainbow (Melanotaenia parva)” dan juga mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Candipuro desa Karya Mulya Sari, Lampung Selatan selama 40 hari di awal tahun 2014. Dan yang terakhir penulis melakukan penelitian yang berjudul

“Pemanfaatan Teknologi Dasar Kolam Buatan pada Pembesaran Lele Masamo (Clarias gariepinus) dengan Pemberian Probiotik di Laboratorium Budidaya Perikanan Bagian Genetika dan Pemuliaan Ikan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei s/d Juli 2014.


(9)

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahakan sebagai tanda baktiku

kepada kedua orang tua, Papa dan Mama yang selalu

mendo’akan dan menyemangatiku

. Karena kalian lah

aku dapat menyelesaikan studiku ini.

Untuk

nyai’ku

yang telah menemukan bakatku dan

menyarankan untuk kuliah pada jurusan ini sehingga

menjadikan diriku bisa dalam menyelesaikan studi ini

dan inilah lah yang selama ini aku inginkan menjadi

sarjana perikanan mudah

mudahan aku dapat

memajukan dunia perikanan Indonesia amin.

Untuk sahabat-sahabatku serta semua pihak yang ikut

membantu menyelesaikan skripsi ini. Tanpa kalian sulit

untuk melewatinya semua

Dan tak lupa untuk almamater tercinta.

Untuk ikan

ikan kesayangan yang aku pelihara

karena kalian lah diriku mendapat inspirasi untuk judul

skripsi ini.

Terakhir untuk keluarga besar dari mama dan papa

dukungan dari kalianlah aku dapat melewati ini semua.


(10)

Moto

Setinggi apapun pangkat yang dimiliki, anda tetap

seorang pegawai. Sekecil apapun usaha yang anda punya,

anda adalah bos nya.

~ Bob. Sadino ~

Bersikap danSesuaikan cara hidupmu bagaikan ikan

yang dipelihara pada wadahnya.

~ Fadhli Dzil Ikrom~

Kesuksesan tidak ada yang instan teruslah berusaha,

fokus dan pantang menyerah untuk menggapainya, anda

lah nahkoda dalam hidup ini. Kembangkan dan gunakan

lah potensi pada diri untuk menutupi kekurangan yang

lain pada diri anda.


(11)

SANWACANA

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahamat dan dan karunia – Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul “Pemanfaatan Teknologi Dasar Kolam Buatan pada Pembesaran Lele Masamo (Clarias gariepinus) dengan Pemberian Probiotik “.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S, selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku ketua program studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Tarsim, S.Pi, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan motivasi penuh dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Yudha T. Adiputra, S.Pi, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.


(12)

6. Bapak Limin Santoso S.Pi, M.Si, selaku dosen pembahas atas segala kritik, saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.

7. Mama dan Papa atas cinta dan kasih sayang, perhatian, pengorbanan dan dukungan serta do’a yang selalu dipanjatkan demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesan hingga penulis bisa sampai pada tahap ini. 8. Nyai’ yang telah mendukung penulis untuk memilih jurusan budidaya

perikanan sehingga saat ini penulis dapat menyelesikan studi ini.

9. Abang Nia dan abang hadi yang selalu mendukung penulis menyelesaikan studi ini.

10.Om Safei yang telah memberikan jalan untuk penulis sehingga dapat tempat kuliah di universitas ini

11.Dwi angga kusuma, Fajri syuhada dan mas Anton Bimo (para praktisi) penulis mengucapkan banyak terima kasih berkat kalian penulis mendapatkan inspirasi untuk judul skripsi ini.

12.Teman-teman satu tim penelitian (Andi, maul, dan friska) yang selalu solid dan kompak sampai akhir penelitian.

13.Sahabat seperjuangan Fauzy, Andi, Aris, Faqih, Fajar dan Casper yang selalu ada disaat susah maupun senang, yang selalu ada untuk penulis yang setia membantu dan menemani penulis menyelesikan skripsi ini

14.Teman–teman seperjuangan angkatan 2010, terima kasih atas kekompakan kesolodan, kebersamaan, dan persaudaraan kita selama ini sehingga kita semua mampu menghadapi berbagai masalah bersama-sama.

15.Teman – teman seperjuangan KKN desa karya mulya sari Fajar (tepes) , Faqih (bung), Farah (mama), Farah (bodat), Hotma (bodat), Ferdian


(13)

(Casper), Faridatu (cah ayu), Gulbudin, Hotman, dan Friska, terima kasih pada kalian yang selalu setia menemani saat seminar hasil dan ujian komprehensif.

16.Seluruh warga Budidaya Perairan Unila angkatan 2008, 2009, 2011, 2012 sampai 2013, 2014.

17.Untuk Gadis aku (Reza Emilia) yang tak pernah bosan mendukung penulis menyelesaikan skipsi ini.

18.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Hanya dengan Do’a yang dapat penulis berikan untuk membalas budi semuanya. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua, dan dengan segala kerendahan semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Kerangka Pikir ... 2

1.4 Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clariasgariepinus) ... 5

2.2 Manajemen Pemberian Pakan dan Manfaat Probiotik pada Pakan ... 7

2.3 Manfaat Probiotik Pada Media Pemeliharaan ... 8

2.4 Padat Tebar Lele Masamo (Clariasgariepinus) dengan Aplikasi Dasar Kolam Buatan ... 9

2.5 Kriteria Sistem pembesaran Lele Masamo (Clariasgariepinus) ... 9

2.6 Fisiologi Ikan Budidaya ... 10

2.7 Manfaat Teknologi Dasar Kolam Buatan ... 12

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ... 13

3.2 Alat Penelitian ... 13

3.3 Rancangan Penelitian ... 13

3.4 Analisis Data ... 15

3.5 Persiapan Penelitian ... 16

3.5.1. Persiapan Kolam ... 16


(15)

3.5.3. Pengapuran Kolam ... 16

3.5.4. Kultur Probiotik ... 16

3.5.5. Pemberian Probiotik pada Air Kolam ... 17

3.5.6. Pembuatan Dasar Kolam Buatan ... 17

3.6 Pelaksanaan Penelitian ... 18

3.6.1. Penebaran Benih ... 18

3.6.2. Pemberian Pakan dengan Penambahan Probiotik ... 18

3.6.3. Pengambilan Contoh Panjang Total dan Bobot ... 18

3.6.4. Manajemen Kualitas Air ... 19

3.7 Pengambilan Data ... 19

3.7.1. Pertumbuhan Panjang ... 19

3.7.2.Pertumbuhan Bobot ……… ... 19

3.7.3. Biomassa ... 20

3.7.4. Kelulushidupan ... 20

3.7.5. Konversi Pakan ... 21

3.7.6. Pengukuran Parameter Kualitas Air ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan ... 23

4.1.1. Bobot Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 23

4.1.2. Pertumbuhan Bobot Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 25

4.1.3. Panjang Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 25

4.1.4. Pertumbuhan Panjang Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 27

4.1.5. Hubungan Panjang dan Bobot Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 28

4.2 Biomassa Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 30

4.3 Kelulushidupan Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 32

4.4 Konversi Pakan Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 34

4.5 Pemanfaatan Teknologi Dasar kolam buatan pada Pembesaran Lele Masamo Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 37

4.6 Kualitas Air Pembesaran Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 44

5.2 Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Laju Pertumbuhan (g/hari) Lele Selama 50 Hari Pemeliharaan ... 25 2. Laju Pertumbuhan Panjang Harian (cm/hari) Lele Selama 50 Hari

Pemeliharaan ... 27 3. Pemanfaatan Teknologi Dasar Kolam Buatan pada Pembesaran

Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 37 4. Parameter Kualitas Air Selama Penelitian ... 39


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka Pikir Penelitian Pemanfaatan Teknologi Dasar Kolam Buatan

pada Pembesaran Lele Masamo (Clarias gariepinus) dengan Pemberian

Probiotik ... 3

2. Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 6

3. (a) Pembesaran Lele Masamo Tanpa Menggunakan Dasar Kolam Buatan (TDB), (b) Pembesaran Lele Masamo dengan Penambahan Probiotik pada Pakan dan Air Kolam (PBK), (c) Pembesaran Lele Masamo dengan Penambahan Probiotik pada Pakan dan Air Kolam serta Aplikasi Dasar Kolam Buatan (PDB) ... 14

4. Pertumbuhan Bobot Lele Masamo Selama 50 Hari Pemeliharaan ... 24

5. Pertumbuhan Panjang Lele Masamo Selama 50 Hari Pemeliharaan ... 26

6. Hubungan Panjang dan Bobot Lele Masamo pada Perlakuan yang berbeda ... 28

7. Biomassa Lele Masamo Setelah 50 Hari Pemeliharaan ... 30

8. Kelulushidupan Lele Masamo Selama 50 Hari Pemeliharaan ... 33


(18)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Introduksi lele dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun 1985 membuat usaha budidaya lele semakin meningkat dan banyak digemari. Perkembangan budidaya lele dumbo diikuti penurunan kualitas benih yang dihasilkan. Perkawinan induk lele dumbo sekerabat menjadi penyebab munculnya efek negatif antara lain pertumbuhan yang lambat, pematangan gonad yang cepat pada ikan yang belum dewasa dan turunnya kemampuan adaptasi terhadap lingkungan dan penyakit (Khairuman dan Amri, 2002).

Seiring perkembangan budidaya perikanan, muncul lele varietas baru yang diberi nama lele masamo (Clarias gariepinus) yang merupakan lele unggulan yang dihasilkan oleh PT Matahari Sakti. Lele masamo memiliki kelebihan pertumbuhan yang cepat, waktu pembesaran selama 2 bulan, tahan serangan penyakit, produksi gonad tinggi, dan konversi pakan yang rendah (Anonim, 2011).

Kendala dalam pembesaran lele masamo secara intensif antara lain kompetisi untuk mendapatkan ruang gerak karena keterbatasan luas dasar kolam. Aplikasi dasar kolam buatan dan penambahan probiotik selama pembesaran lele masamo pada skala intensif merupakan salah satu alternatif untuk menambah luas dasar kolam dan meningkatkan produksi. Penelitian tentang efisiensi ruang pada


(19)

2 budidaya ikan jarang dilakukan. Sehingga penelitian ini akan menjawab efektivitas teknologi baru yaiu penambahan dasar kolam buatan pada budidaya lele masamo.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dasar kolam buatan dan penambahan probiotik pada pembesaran lele masamo terhadap pertumbuhan biomassa, konversi pakan, dan kelulushidupannya.

1.3Kerangka Pikir

Lele masamo memiliki prospek ekonomi untuk memenuhi pasar lokal karena harga, tekstur daging dan kuantitasnya memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan baku protein yang murah untuk masyarakat. Permintaan lele segar untuk konsumsi diperkirakan akan terus meningkat, sehingga untuk memenuhi permintaan pasar kegiatan budidaya terutama pembesaran harus terus ditingkatkan (Soeres, 2011).

Organisasi pangan dunia (FAO) memperkirakan bahwa kebutuhan konsumsi ikan dunia akan meningkat dari nilai konsumsi sekarang sekitar 110 juta ton. Pada tahun 2010 sumbangan produksi dari sektor budidaya ikan meningkat menjadi 38% pada total produksi perikanan dunia (FAO, 2011).

Akibat dari meningkatnya produksi, aktivitas budidaya sangat berpengaruh terhadap lingkungan. Terdapat bukti yang kuat bahwa meningkatnya permintaan terhadap produksi perikanan budidaya memunculkan potensi beberapa kerusakan


(20)

3 pada ekosistem sehingga perlu adanya lahan budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (Beveridge et al., 1994).

Penelitian ini menggunakan dasar kolam buatan bertujuan membatasi pergerakan ikan yang dibesarkan pada kolam pemeliharaan ketika mendapatkan pakan sebagai sumber energi tidak banyak menggunakannya untuk bergerak sehingga kelebihan energi yang didapat dapat dimanfaatkan oleh ikan untuk pertumbuhan.

Pertumbuhan dan efisiensi pakan dapat ditingkatkan dengan menggunakan probiotik dalam pakan serta untuk menjaga kualitas air probiotik dapat diberikan pada air kolam.

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian pemanfaatan teknologi dasar kolam buatan pada pembesaran lele masamo(Clarias gariepinus) dengan pemberian probiotik.

Permasalahan Budidaya Lele;

 Keterbatasan lahan.  Pencemaran limbah

budidaya.

 Hasil budidaya kurang optimal.

 Produksi rendah dan tidak dapat memenuhi permintaan pasar yang tinggi.

Alternatif Pemecahan Masalah:

 Efektifitas lahan sempit.

 Manajemen kualitas air.

 Manajemen pemberian pakan.  Peningkatan

produksi.

Penerapan Teknologi :  Penggunaan dasar

kolam buatan.  Manajemen

pemberian probiotik pada air kolam.  Manajemen

pemberian probitik pada pakan.

Hasil Penelitian :  Biomassa meningkat.  Kelulushidupan

meningkat.  Menekan biaya


(21)

4 1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan pertumbuhan, biomassa, konversi pakan dan kelulushidupan pada pembesaran lele masamo dengan dan tanpa penggunaan dasar kolam buatan dan probiotik.


(22)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000) , adalah :

Kingdom : Animalia Phylum: Chordata

Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Subclass: Telostei

Ordo : Ostariophysi Subordo: Siluroidea

Family : Clariidae Genus : Clarias

Species: Clarias sp.

Lele mempunyai bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba dan memilikin alat pernafasan tambahan (Mudjiman, 2004). Alat pernafasan tambahan terletak di bagian kepala didalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernafasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah (Najayati, 2006). Lele dengan mulutnya yang lebar


(23)

6 (sesuai dengan besar tubuhnya) dapat memakan organisme di dasar perairan dan pakan buatan. Bahkan dengan gigi-giginya yang tajam lele ini sanggup menghabiskan bangkai dengan cara mencabik (Najiyati, 1992).

Lele hidup dan berkembang biak di perairan tawar seperti rawa-rawa, danau atau sungai tenang. Lele dapat hidup pada air yang buruk sekalipun. Semua kelebihan tersebut membuat ikan ini tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau air mengalir ketika dipelihara di dalam kolam (Khairuman, 2008).

Lele bersifat nocturnal yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap (Khairuman, 2002). Morfologi lele masamo memiliki perbedaan dibandingkan lele lainnya dapat dilihat dari bentuk kepala yang lebih meruncing, bentuk tubuh lebih memanjang dan warna kulit pada tubuhnya lebih terang jika dibandingkan dengan lele pada umumnya. Morfologi lele masamo dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Morfologi lele masamo (Clariasgariepinus) Mulut

Mata Sirip Caudal

Sirip Pectoral

Sirip Dorsal Panjang Tubuh 22 cm


(24)

7 2.2Manajemen Pemberian Pakan dan Manfaat Probiotik pada Pakan

a. Manajemen pemberian pakan

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah frekuensi pemberian pakan dan konversi pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging ikan (Susanto, 1988).

Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan ternak atau peliharaan. Pakan Buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatannya. Dalam budidaya ikan secara intensif, pakan buatan merupakan sumber energi utama bagi perkembangan dan pertumbuhan ikan. Berdasarkan tingkat kebutuhannya, pakan buatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: pakan tambahan, pakan suplemen, dan pakan utama (Susanto, 1999).

b. Manfaat probiotik pada pakan

Mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pemberian pakan pembudidaya dapat mencampurkan probiotik dengan pakan dan air. Probiotik adalah mikroba hidup dalam media pembawa yang menguntungkan ikan karena menciptakan kondisi yang optimum untuk pencernaan pakan dan meningkatkan efisiensi konversi pakan sehingga memudahkan dalam proses penyerapan zat nutrisi ikan, meningkatkan kesehatan ikan, mempercepat pertumbuhan, dan memproteksi dari penyakit patogen tertentu. Probiotik juga bermanfaat untuk mengoptimalkan proses dalam pemeliharaan ikan (Supriyanto, 2010).


(25)

8 Probiotik menurut Fuller (1992) adalah produk yang tersusun oleh biakan mikroba atau pakan alami mikroskopik yang bersifat menguntungkan dan memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus hewan inang.

2.3 Manfaat Probiotik pada Media Pemeliharaan

Probiotik sebagai segala bentuk pakan tambahan berupa sel mikroba hidup yang menguntungkan bagi hewan inangnya melalui cara menyeimbangkan kondisi mikrobiologis inang. Salah satu contohnya dapat digunakan untuk perbaikan kolam dan air, tetapi ada pula probiotik yang berfungsi menyuburkan dan menetralisir dasar kolam buatan (Irianto, 2007).

Menurut Verschuere et al., (2000) probiotik berfungsi sebagai penambahan mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi inang melalui modifikasi bentuk asosiasi dengan inang atau komunitas mikroba lingkungan hidupnya dan meningkatkan kualitas air.

Menurut Irianto (2003) di antara strategi pengendalian penyakit pada budidaya perikanan yang banyak dilakukan dan memberikan hasil yang baik adalah melalui kontrol biologis, salah satunya adalah dengan aplikasi probiotik. Hal tersebut merupakan cara untuk secara bertahap meninggalkan penggunaan antibiotik menuju sistem pengendalian penyakit yang lebih ramah lingkungan dan kesehatan.


(26)

9 2.4 Padat Tebar Lele Masamo (Clarias gariepinus) dengan Aplikasi Dasar kolam buatan

Intensifikasi budidaya dicirikan dengan adanya peningkatan kepadatan ikan dan pakan tambahan dari luar. Pada lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi, peningkatan kepadatan akan disertai oleh peningkatan hasil (Hepher dan Pruginin, 1981). Namun masalah yang dihadapi dalam budidaya secara intensif adalah menurunnya hasil produksi pada saat panen (Sheperd dan Bromage, 1989). Oleh karena itu penerapan teknologi budidaya dengan menggunakan dasar kolam buatan diperkenalkan untuk meningkatkan produksi dengan mengefisienkan penggunaan dasar kolam buatan yang pada akhirnya mengharapkan penggunaan energi efisien lele untuk pertumbuhan. Selain itu diharapkan pula efisiensi pakan dan kelulushidupan .

2.5 Kriteria sistem pembesaran lele masamo (Clarias gariepinus) Menurut Crab et al., (2009) kriteria sistem pembesaran antara lain : a. Padat tebar sangat tinggi lebih dari 400 ekor / m2

b. Penerapan bakteri menguntungkan (probiotik) prinsipnya memanfaatkan limbah amonia dan nitrit pada kolam budidaya menjadi bahan pakan alami dengan bantuan bakteri heterotrofik.

c. Menggunakan pakan pelet bernilai nutrisi yang lengkap.

d. Adanya penambahan oksigen terlarut dengan menggunakan aerasi. e. Pergantian air secara teratur serta kontrol kualitas air.


(27)

10 2.6 Fisiologi Ikan Budidaya

Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan, dan sel-sel organisme. Fisiologi juga merupakan ilmu yang mempelajari faktor-faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan (Windarti et.,al 2012).

Hewan air adalah makhluk hidup yang habitatnya di perairan dan tidak dapat memanfaatkan secara langsung zat – zat anorganik (organisme heterotrof) tetapi mereka dapat mendapatkan makanannya dari mikroba, tumbuhan atau hewan lainnya. Pada umumnya hewan air melakukan pergerakan untuk mencari makanan (Yuwono, 2001).

Cara ikan mengambil makanan dari alam lingkungan sangat bervariasi yaitu tergantung pada ukuran, umur ikan, spesies ikan dan sipat ikannya. Dalam upaya mendapatkan dan memakan makanannya sangat dipengaruhi oleh posisi keberadaan mangsa yang akan dimakan, aktivitas gerak dari mangsa, bentuk makanan, ukuran makanan dan warna dari makanan yang akan dimakan (Ridwan

et al., 2006).

Lele memiliki sifat nokturnal yaitu aktif bergerak dan mencari makan pada malam hari. Namun, pada kolam budidaya lele dapat dibiasakan diberi pakan pada siang hari (Santoso, 1994). Ikan ini termasuk karnivora, juga scavenger (pemakan bangkai). Di kolam-kolam budidaya, lele memakan segala jenis makanan (Mudjiman, 2004).


(28)

11 Menurut Affandi, et al., (2002) bahwa pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik panjang, berat atau volume, pada periode waktu tertentu. Proses atau kegiatan yang menunjang pertumbuhan adalah proses pemberian pakan yang dilakukan oleh manusia dan proses memakan, mencerna serta menyerap pakan oleh ikan. Makanan dalam kegiatan budidaya, baru akan bernilai guna bagi tubuh (sebagai sumber materi dan energi) setelah melalui proses pencernaan dan penyerapan terlebih dahulu oleh ikan. Alat pencernaan dari ikan lele terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Alat pencernaan pada ikan lele terdiri atas lambung. Saluran pencernaan pada ikan lele terdiri atas mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus,rektum dan anus (Fujaya, 2004).

Adaptasi adalah suatu proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap kondisi yang baru. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan adaptasi dari organisme tersebut adalah faktor abiotik yang meliputi fisika (suhu, penyinaran, densitas, tekanan, dan kekeruhan). Faktor yang lain adalah faktor biotik yaitu kelimpahan dan keragaman organisme. Pada pembesaran skala intensif ikan ditebar dengan kepadatan sangat tinggi sebanyak 400 ekor/ m2 menyebabkan organisme di dalam media berkompetisi untuk mendapatkan ruang gerak dan oksigen terlarut dalam air. Faktor tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan organisme, baik terhadap proses fisiologis maupun tingkah lakunya.


(29)

12 2.7 Manfaat Teknologi Dasar Kolam Buatan

Dasar kolam buatan berperan penting untuk pembesaran lele dengan hanya memanfaatkan lahan yang sempit dan terbatas. Manfaat dari dasar kolam buatan yang dibuat menyerupai lingkungan habitat aslinya yaitu seperti akar-akar pohon dengan harapan lele yang dibudidayakan mendapatkan kenyamanan dan lebih banyak beristirahat di dasar kolam buatan . Sehingga pakan yang telah diberikan lebih banyak dimanfaatkan oleh tubuh lele untuk pertumbuhan. Dasar kolam buatan juga berfungsi membatasi pergerakan lele sehingga lele hanya sedikit bergerak dan kemudian energi yang dikeluarkan tidak banyak. Energi merupakan faktor pendukung mempercepat proses pertumbuhan, semakin banyak pasokan energi yang tersimpan semakin cepat pertumbuhan bagi lele tersebut.

Biasanya pada saat pembesaran lele pada skala intensif ketika penebaran awal benih lele ketinggian air diisi setinggi 70 - 100 cm karena benih lele ukuran tubuh masih relatif kecil serta cara berenangnya masih kurang sempurna menyebabkan lele mencari makan dari dasar kolam ke atas permukaan membutuhkan energi yang cukup banyak sehingga dengan adanya aplikasi teknologi dasar kolam buatan pada kolam dapat memudahkan lele untuk mendapatkan makanan dan membatasi pergerakan lele agar energi yang didapat dari pakan lebih banyak diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan. Hal tersebut bertujuan agar hasil panen menjadi optimal.


(30)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya Perikanan Bagian Genetika dan Pemuliaan Ikan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2Alat dan Bahan Penelitian

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 9 buah kolam beton berukuran 1,5 x 1 m , dasar kolam buatan terbuat dari kayu sebagai kerangkanya dan strimin aluminium sebagai alasnya, DO meter, kertas lakmus, skopnet, ember, timbangan digital, millimeter blok, blower, lampu 75 watt sebanyak 6 buah, selang aerasi, batu aerasi, wadah 18 liter,blower. Bahan yang digunakan yaitu benih lele masamo ukuran 7 - 10 cm, molase, Em4®, Yakult® dan pakan buatan jenis terapung merk MS Pf 1000 dengan kandungan protein 39 - 40% dan MS Lp 1 dengan kandungan protein 30%.

3.3Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :


(31)

14 Perlakuan TDB : pembesaran lele masamo tanpa menggunakan dasar kolam

buatan. Selanjutnya perlakuan ini disebut perlakuan kontrol. Perlakuan PBK : pembesaran lele masamo dengan penambahan probiotik pada

pakan dan air kolam.

Perlakuan PDB : pembesaran lele masamo dengan penambahan probiotik pada pakan dan air kolam serta aplikasi dasar kolam buatan.

(a) (b)

(c)

Gambar 3. (a) pembesaran lele masamo tanpa menggunakan dasar kolam buatan (TDB), (b) pembesaran lele masamo dengan penambahan probiotik pada pakan dan air kolam (PBK), (c) pembesaran lele masamo dengan penambahan probiotik pada pakan dan air kolam serta aplikasi dasar kolam buatan (PDB).


(32)

15 Dengan model linier sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Nilai Pengamatan

i = Perlakuan system budidaya A, B, C j = Ulangan ( 1, 2, 3 )

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan sistem budidaya A, B, C pada ulangan 1,2,3

εij = Galat percobaan pada perlakuan sistem budidaya A, B, C,pada ulangan 1,2,3

3.4Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini antara lain: pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang, hubungan panjang dan bobot, biomassa, konversi pakan dan kelulushidupan. Analisis data kecuali hubungan panjang dan bobot dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam dengan selang kepercayaan 95%. Jika terdapat perbedaan nyata antar perlakuan maka dilakukan analisis uji lanjut beda nyata terkecil untuk mengetahui perlakuan yang paling baik.

Analisis regesi dan korelasi dilakukan pada data hubungan panjang dan bobot untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan panjang dan bobot dan dominasi pertumbuhan antara bobot atau panjang pada pembesaran dengan teknologi dasar kolam buatan dan perlakuan lainnya (Susetiono, 1988).


(33)

16 3.5Persiapan Penelitian

3.5.1. Persiapan Kolam

Persiapan kolam pembesaran lele masamo meliputi pembersihan kotoran dari sisa pembesaran sebelumnya dan dikeringkan.

3.5.2. Pengisian Air Kolam

Pengisian air kolam dilakukan setelah pengeringan. Air yang digunakan berasal dari sumur bor. Kolam diisi hingga ketinggian air 70 cm dan diendapkan selama 2-3 hari.

3.5.3 Pengapuran Kolam

Pengapuran dengan kapur dolomit atau CaMg(CO3)2 sebanyak 150 - 225 g/m2

dilakukan setelah pengisian air kolam. Pemberian kapur disebar merata di permukaan air kolam, pemberian kapur dilakukan setiap 10 hari setelah penyedotan kotoran di dasar kolam.

3.5.4. Kultur Probiotik

1. Proses pembuatan probiotik untuk air pemeliharaan : a. Memasukan air bersih sebanyak 18 liter ke dalam wadah .

b. Menambahkan 5 botol Yakult® (65 ml) yang mengandung Lactobacillus casei, 1 liter molase dan 1 botol Em4® yang mengandung Actinomycetes

dan Lactobacillus sp., ke dalam wadah yang berisi air bersih.

c. Mengaduk semua bahan selama 1-2 menit agar larut merata dan diaerasi. d. Mengfermentasikan larutan selama 6-7 hari. Proses fermentasi

berlangsung sempurna ditandai perubahan larutan menjadi coklat dan berbau alkohol.


(34)

17 2. Proses pembuatan probiotik untuk pakan :

a. Menambahkan air bersih sebanyak 18 liter ke dalam wadah .

b. Menambahkan 5 botol Yakult® (65 ml) yang mengandung Lactobacillus casei dan 1 liter molase ke dalam wadah yang berisi air bersih.

c. Mengaduk semua bahan selama 1-2 menit agar larut merata dan diaerasi. d. Mengfermentasikan larutan selama 6-7 hari. Proses fermentasi

berlangsung sempurna ditandai perubahan larutan menjadi coklat dan berbau alkohol.

3.5.5. Pemberian Probiotik pada Air Kolam

Kolam yang telah diisi air bersih ditambah probiotik sebanyak 1000 ml/m2 secara merata ke seluruh permukaan kolam. Penambahan probiotik sebanyak 1000 ml dan 150-225 g kapur dolomit setiap 10 hari sekali setelah itu ikan dipuasakan selama 24 jam.

3.5.6. Pembuatan Teknologi Dasar kolam buatan

Bahan yang digunakan untuk membuat dasar kolam buatan adalah kayu dan kawat strimin alumunium. Kerangka pembatas dibuat menggunakan kayu dengan ukuran 1 x 1 m . Kerangka dibuat sebanyak 2 buah dengan tinggi masing- masing 20 cm dan 40 cm. Kawat strimin alumunium dipasang pada permukaan kerangka. Dasar kolam buatan diletakan pada dasar kolam, ukuran pembatas disesuaikan dengan ukuran kolam.


(35)

18 3.6Pelaksanaan Penelitian

3.6.1. Penebaran Benih

Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari perbedaan suhu air pada permukaan dan dasar kolam. Benih lele masamo yang digunakan berukuran dengan panjang 7 – 10 cm. Kepadatan penebaran benih lele masamo sebanyak 400 ekor/m2.

3.6.2. Pemberian Pakan dengan Penambahan Probiotik

Pakan yang diberikan adalah pelet jenis terapung dengan kandungan protein ± 30% sebanyak 5% bobot total ikan. Ukuran pakan buatan yang diberikan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pencampuran probiotik pada pakan sebanyak 1 liter/kg pakan akan meningkatkan pertumbuhan karena nafsu makan meningkat dan tingkat penyerapan pakan menjadi daging mencapai 90%. Pemberian pakan ditaburkan merata agar semua ikan memiliki peluang memperoleh pakan yang sama. Frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari, yaitu pagi pukul 08.00; 13.00; 17.00; 21.00. Pemberian pakan pada sore dan malam hari lebih banyak dibandingkan pada pagi dan siang hari.

3.6.3. Pengambilan Contoh Panjang dan Bobot Total

Pengambilan contoh panjang dan bobot ikan dilakukan setiap 10 hari sebanyak 30% dari 400 ekor. Pengukuran panjang total ikan menggunakan millimeter blok dan penimbangan bobot total ikan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 gram.


(36)

19 3.6.4. Manajemen Kualitas Air

Pergantian air sebanyak 30% dilakukan setiap 10 hari dengan membuang air dasar kolam buatan dan ditambahkan air baru hingga ketinggian air seperti semula. Dilakukan penambahan probiotik sebanyak 1000 ml/m2 dan kapur dolomit sebanyak 150-225 g/m2, setelah penambahan bahan–bahan tersebut ikan dipuasakan selama 24 jam.

3.7Pengambilan Data

3.7.1. Pertumbuhan panjang

Pertumbuhan adalah perubahan bobot dan panjang rata-rata individu pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ditentukan berdasarkan selisih panjang akhir (Lt) dengan panjang awal (Lo) pemeliharaan.

Pertumbuhan panjang dihitung berdasarkan rumus Effendie (2004) sebagai berikut :

Keterangan :

L = Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Lt = Panjang rata-rata akhir (cm) Lo = Panjang rata-rata awal (cm)

3.7.2. Pertumbuhan bobot

Laju pertumbuhan individu (g/hari) ditentukan berdasarkan selisih bobot rata -rata akhir dan awal pemeliharaan yang dibandingkan dengan waktu pemeliharaan.


(37)

20 Laju pertumbuhan harian dihitung berdasarkan rumus Zonneveld et al., (1991) sebagai berikut :

Wt – Wo

α =

t

Keterangan :

α = Laju pertumbuhan individu (g/hari) Wt = Bobot rata-rata akhir (g)

Wo = Bobot rata-rata awal (g) t = Waktu pemeliharaan (hari)

3.7.3. Biomassa

Pertumbuhan biomassa adalah selisih antara bobot basah pada akhir penelitian dengan bobot basah pada awal penelitian. Menurut Effendie (2004) rumus mencari biomassaa adalah:

∆ W = Wt – Wo Keterangan :

W = Biomassa (gam)

Wt = Biomassa pada akhir penelitian (gam) Wo = Biomassa pada awal penelitian (gam)

3.7.4. Kelulushidupan

Tingkat kelulushidupan populasi ikan budidaya merupakan nilai persentase jumlah ikan yang berpeluang hidup selama masa pemeliharaan tertentu untuk menentukan produksi yang akan diperoleh (Najiyati, 1992).


(38)

21 Kelulushidupan ikan dihitung sesuai Effendie (2004):

Nt

SR = x 100% No

Keterangan:

SR = Kelulushidupan ikan uji (%)

Nt = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor). No = Jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor)

3.7.5. Konversi Pakan

Konversi pakan adalah parameter yang digunakan untuk melihat pertumbuhan terkait dengan jumlah pakan yang diberikan, untuk mengetahui jumlah pakan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan atau penambahan bobot badan ikan. Konversi pakan dan merupakan banyaknya pakan yang harus diberikan kepada ikan agar menghasilkan pertambahan bobot 1 kg (Effendi, 2004). Konversi pakan merupakan indikator untuk menentukan efektivitas manajemen pakan dan evaluasi kualitas pakan.

Konversi pakan dihitung berdasarkan Effendi (2004): F

FCR =

(Wt+D) – Wo

Keterangan :

FCR = Konversi pakan

F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharan (kg) Wt = Bobot ikan saat akhir pemeliharaan (kg)


(39)

22 D = Bobot ikan yang mati selama pemeliharaan (kg)

Wo = Bobot lele saat awal pemeliharaan (kg)

3.7.6. Pengukuran Parameter Kualitas Air

Air merupakan faktor penting dalam keberhasilan dalam pembesaran lele masamo. Oleh karena itu pengukuran parameter kualitas air merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Adapun parameter kualitas air yang diukur meliputi oksigen terlarut, pH, suhu dan amonia yang dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. Hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan baku mutu yang digunakan untuk budidaya lele melalui penelusuran referensi.


(40)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Aplikasi dasar kolam buatan dan penambahan probiotik selama pembesaran lele masamo berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot dan kelulushidupan, tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang, biomassa dan konversi pakan.

5.2 Saran

Pemanfaatan limbah budidaya lele masamo untuk budidaya sayuran karena kandungan bahan organik yang tinggi dan diduga terdapat banyaknya unsur hara yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dapat dimanfaatkan oleh sayuran.


(41)

45 DAFTAR PUSTAKA

Adi, C. H., 2007. Teknik Budidaya Lele Sangkuriang. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Sukabumi.

Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Raharjo & Sulistiono. 2005. Fisiologi Ikan,

Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Agung, D. 2008. Multi-Proses Remediasi Didalam Penananan Tumpahan Minyak

(Oil Spill) Di Perairan Laut Dan Pesisir..

http://pksplipb.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&lt emid=49.3 Agustus 2014. www.google.com

Amri, K., dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Avnimelech Y, Kochva M, Diad S. 1994. Development of controlled intensive aquaculture systems with limited water exchange and adjusted carbon to nitrogen ratio. Bamidgeh 46 (3), 119-131

Beristain BT, Verdegem M, Avnimelech Y. 2005a. Microbial ecology and role in aquaculture ponds. Di dalam: Organic matter decomposition in simulated aquaculture ponds. PhD Thesis. Fish Culture and Fisheries Group. Wageningen Institute of Animal Science. Wageningen University. Netherlands

Beveridge, C.M., Ross, L.G. and Kelly, L.A., 1994. Aquaculture and bio-diversity. Ambio., 23: 497-502.

Cho, C.Y., C.B. Cowey & T. Watanabe. 1985. Finfish Nutrition in Asia. Methodological Approach to Research and Development. IDRC, Tokyo. 156 pp.


(42)

46 Crab, R., Chielens, B., Wille, M., Bossier, P., Verstraete, W. 2009. The effect of different carbon sources on the nutritional value of bioflocs, a feed for

Macrobrachium rosenbergii post larvae. Aquaculture Research, in press.. Duborow RM, Crosby DM, Brunson MW. 1997. Ammonia in Fish Pond.

Southern Regional Aquaculture Center. SRAC Publ. No. 463 Effendie, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta : Penebar Swadaya.

FAO (Food and Agriculture Organization). 2011. FAO Fisheries & Aquaculture Oreochromis niloticus. FAO Corporate Document Respository.

Fuller, R. (1987), A Review, Probiotics in Man and Animals, Journal of Applied Bacteriology 66, 365-378.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Cetakan pertama. Rineka Putra. Jakarta.

Goddard S. 1996. Importance and Benefit of Using Lipids in Fish Nutrition. Fett/ Lipid. 9: 292–299. (Steffens W. 1996. Importance and benefit of using lipids

in fish nutrition. Fett/Lipid 9, 292– 299).

Hadi P. 2006. Pengaruh pemberian karbon (sukrosa) dan probiotik terhadap dinamika populasi bakteri dan kualitas air media budidaya udang vaname Litopenaeus vannamei. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hepher. B. dan Y. Pruginin. 1981. Commercial fish farming: With special reference to fish culture in Israel. John Wiley and Sons. New York.

Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. 125hal.

Jacob dan Uktolseja. 2002. Bioekologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Dinas Pertanian Kota salatiga. Salatiga

Khairuman., dan K. Amri. 2002. Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal. PT. Agromedia Pustaka. Depok.

Margawani, K.R. 1995. Lactobacillus casei galur Shirota (Bakteri Yakult). Peranannya dalam kesehatan manusia. Bul,. Teknik dan Industri Pangan. Vol no. 2. Hal 93 -99.

Moriarty, D. J. W. 1996. Microbial Biotechnology, A Key Ingridient For Sustainable Aquaculture Infofish International. Halaman 96.


(43)

47 Najayati, S. 2006. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Terpal.

Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Najiyati, S. 2003. Memelihara Kolam Ikan Dumbo Di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prihatman, K. 2000. Budidaya Ikan Lele (Clarias). Sumber: diakses pada tanggal 3 agustus 2014 pukul 21.00 WIB.

.

Sheperd, J. and N. Bromage. 1989. Intensive fish farming. Blackwell Scientific Publications, London. 404p

SNI. 2000. Induk lele dumbo (Clarias gariepinus)

http://topan36.files.wordpress.com/2008/12/induk-ikan-lele-dumbo2.pdf.11 oktober 2013.www.google.com.

Soares, T. 2011. Kajian usaha benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya

Sularto, R. Hafsaridewi dan E. Tahapari. 2007. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Pasupati. LRPT-BPAT Sukamandi. JawaBarat. 7 p

Susanto, 1999. Makanan Untuk Kesehatan. Bina Ilmu. Surabaya.

Susetiono. 1988. Pengenalan Krustacea Untuk Tujuan Penelitian Ilmiah. Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Maluku

Supriyanto. 2010. Pengaruh Pemberian Probiotik Dalam Pelet Terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang. FMIPA UNS.

Verschuere. L, 2000. Probiotic bacteria as biological control agents in aquacuture. Microbiology and Molecular Biology review 64: 655 – 671. Watanabe. T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Text Book. The

General Aquculture Course. Department of Aquatic Bioscince, Tokyo University of Fisheries. Tokyo.

Willet D, and Morrison C. 2006. Using molasse to control inorganic nitrogen and

pH in aquaculture ponds. www.dpi.qld.gov.au/cps/rde/xchg/

dpi/hs.xsl/30_2790_ENA_Print.html. [22 September 2007]

Windarti, et al, 2011. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Universitas Riau


(44)

48 Yuwono, E. dan P. Sukardi. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV Sagung Seto, Jakarta.

64 hal.

Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 336 hal.


(1)

22 D = Bobot ikan yang mati selama pemeliharaan (kg)

Wo = Bobot lele saat awal pemeliharaan (kg)

3.7.6. Pengukuran Parameter Kualitas Air

Air merupakan faktor penting dalam keberhasilan dalam pembesaran lele masamo. Oleh karena itu pengukuran parameter kualitas air merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Adapun parameter kualitas air yang diukur meliputi oksigen terlarut, pH, suhu dan amonia yang dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. Hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan baku mutu yang digunakan untuk budidaya lele melalui penelusuran referensi.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Aplikasi dasar kolam buatan dan penambahan probiotik selama pembesaran lele masamo berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot dan kelulushidupan, tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang, biomassa dan konversi pakan.

5.2 Saran

Pemanfaatan limbah budidaya lele masamo untuk budidaya sayuran karena kandungan bahan organik yang tinggi dan diduga terdapat banyaknya unsur hara yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dapat dimanfaatkan oleh sayuran.


(3)

45 DAFTAR PUSTAKA

Adi, C. H., 2007. Teknik Budidaya Lele Sangkuriang. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Sukabumi.

Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Raharjo & Sulistiono. 2005. Fisiologi Ikan,

Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Agung, D. 2008. Multi-Proses Remediasi Didalam Penananan Tumpahan Minyak

(Oil Spill) Di Perairan Laut Dan Pesisir..

http://pksplipb.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39&lt emid=49.3 Agustus 2014. www.google.com

Amri, K., dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Avnimelech Y, Kochva M, Diad S. 1994. Development of controlled intensive aquaculture systems with limited water exchange and adjusted carbon to

nitrogen ratio. Bamidgeh 46 (3), 119-131

Beristain BT, Verdegem M, Avnimelech Y. 2005a. Microbial ecology and role in aquaculture ponds. Di dalam: Organic matter decomposition in simulated

aquaculture ponds. PhD Thesis. Fish Culture and Fisheries Group.

Wageningen Institute of Animal Science. Wageningen University. Netherlands

Beveridge, C.M., Ross, L.G. and Kelly, L.A., 1994. Aquaculture and

bio-diversity. Ambio., 23: 497-502.

Cho, C.Y., C.B. Cowey & T. Watanabe. 1985. Finfish Nutrition in Asia.

Methodological Approach to Research and Development. IDRC, Tokyo.


(4)

46 Crab, R., Chielens, B., Wille, M., Bossier, P., Verstraete, W. 2009. The effect of different carbon sources on the nutritional value of bioflocs, a feed for

Macrobrachium rosenbergii post larvae. Aquaculture Research, in press..

Duborow RM, Crosby DM, Brunson MW. 1997. Ammonia in Fish Pond.

Southern Regional Aquaculture Center. SRAC Publ. No. 463

Effendie, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta : Penebar Swadaya.

FAO (Food and Agriculture Organization). 2011. FAO Fisheries & Aquaculture

Oreochromis niloticus. FAO Corporate Document Respository.

Fuller, R. (1987), A Review, Probiotics in Man and Animals, Journal of Applied Bacteriology 66, 365-378.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Cetakan pertama. Rineka Putra. Jakarta.

Goddard S. 1996. Importance and Benefit of Using Lipids in Fish Nutrition. Fett/ Lipid. 9: 292–299. (Steffens W. 1996. Importance and benefit of using lipids

in fish nutrition. Fett/Lipid 9, 292– 299).

Hadi P. 2006. Pengaruh pemberian karbon (sukrosa) dan probiotik terhadap dinamika populasi bakteri dan kualitas air media budidaya udang vaname

Litopenaeus vannamei. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hepher. B. dan Y. Pruginin. 1981. Commercial fish farming: With special

reference to fish culture in Israel. John Wiley and Sons. New York.

Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. 125hal.

Jacob dan Uktolseja. 2002. Bioekologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Dinas Pertanian Kota salatiga. Salatiga

Khairuman., dan K. Amri. 2002. Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal. PT. Agromedia Pustaka. Depok.

Margawani, K.R. 1995. Lactobacillus casei galur Shirota (Bakteri Yakult).

Peranannya dalam kesehatan manusia. Bul,. Teknik dan Industri Pangan.

Vol no. 2. Hal 93 -99.

Moriarty, D. J. W. 1996. Microbial Biotechnology, A Key Ingridient For Sustainable Aquaculture Infofish International. Halaman 96.


(5)

47 Najayati, S. 2006. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Terpal.

Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Najiyati, S. 2003. Memelihara Kolam Ikan Dumbo Di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prihatman, K. 2000. Budidaya Ikan Lele (Clarias). Sumber: diakses pada tanggal 3 agustus 2014 pukul 21.00 WIB.

.

Sheperd, J. and N. Bromage. 1989. Intensive fish farming. Blackwell Scientific

Publications, London. 404p

SNI. 2000. Induk lele dumbo (Clarias gariepinus) http://topan36.files.wordpress.com/2008/12/induk-ikan-lele-dumbo2.pdf.11 oktober 2013.www.google.com.

Soares, T. 2011. Kajian usaha benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo,

Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya

Sularto, R. Hafsaridewi dan E. Tahapari. 2007. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan

Pasupati. LRPT-BPAT Sukamandi. JawaBarat. 7 p

Susanto, 1999. Makanan Untuk Kesehatan. Bina Ilmu. Surabaya.

Susetiono. 1988. Pengenalan Krustacea Untuk Tujuan Penelitian Ilmiah. Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Maluku

Supriyanto. 2010. Pengaruh Pemberian Probiotik Dalam Pelet Terhadap

Pertumbuhan Lele Sangkuriang. FMIPA UNS.

Verschuere. L, 2000. Probiotic bacteria as biological control agents in

aquacuture. Microbiology and Molecular Biology review 64: 655 – 671.

Watanabe. T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Text Book. The General Aquculture Course. Department of Aquatic Bioscince, Tokyo University of Fisheries. Tokyo.

Willet D, and Morrison C. 2006. Using molasse to control inorganic nitrogen and

pH in aquaculture ponds. www.dpi.qld.gov.au/cps/rde/xchg/

dpi/hs.xsl/30_2790_ENA_Print.html. [22 September 2007]

Windarti, et al, 2011. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Universitas Riau


(6)

48 Yuwono, E. dan P. Sukardi. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV Sagung Seto, Jakarta.

64 hal.

Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip budidaya