Latar Belakang PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BUAH KETAPANG DENGAN METODE REACTIVE EXTRACTION

mempengaruhi reaksi transesterifikasi adalah suhu, kecepatan pengadukan, perbandingan metanol – asam lemak, jenis dan konsentrasi katalis Hui, 1996. Salah satu faktor yang sangat menentukan reaksi transesterifikasi minyak nabati adalah katalis. Katalis adalah zat yang dapat meningkatkan laju reaksi namun zat tersebut tidak mempengaruhi perubahan kimia pada akhir reaksi. Katalis yang umum digunakan untuk pembuatan biodiesel adalah katalis homogen, meliputi asam seperti H 2 SO 4 Buchori, 2012 dan HCl Parnas, 2008, serta basa seperti KOH Sitorus, 2011 dan NaOH Maulana, 2011. Katalis asam dapat memberikan konversi hasil yang tinggi, namun reaksinya berlangsung lambat sehingga diperlukan waktu yang lama untuk mencapai reaksi sempurna. Penggunaan katalis basa cenderung berlangsung lebih cepat dibanding dengan katalis asam, tetapi dalam reaksinya menghasilkan air saat pembentukan metoksida sehingga dapat terjadi reaksi penyabunan Schuchardt et al., 1997. Berkaitan dengan gagasan di atas, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan hasil pengolahan minyak biji ketapang dengan metode reactive extraction, menggunakan katalis asam yaitu H 2 SO 4 dan HNO 3 serta katalis basa yaitu NaOH untuk mendapatkan katalis biodiesel yang paling sesuai.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Membuat biodisel dari biji ketapang dengan metode reactive extraction menggunakan beberapa katalis asam dan basa. 2. Mengidentifikasi komponen biodiesel yang dihasilkan dengan metode Gas Chromatography Mass Spectrometry GC-MS.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi tentang metode reactive extraction untuk mengolah minyak biji ketapang menjadi biodiesel. 2. Memanfaatkan sumber daya tanaman yang potensinya belum banyak diteliti untuk menghasilkan biodiesel. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Biodiesel

Biodiesel merupakan sumber energi alternatif terbarukan Hanna, 1999 yang dapat didefinisikan sebagai senyawa monoester asam lemak yang terkandung dalam minyak nabati dan lemak hewani Vicente et al., 2007. Biodiesel dapat diperoleh dengan cara esterifikasi dan transesterifikasi asam lemak dari minyak atau lemak dengan bantuan katalis. Umumnya bahan baku biodiesel yang digunakan adalah minyak nabati. Minyak nabati merupakan bahan baku yang potensial karena keberadaannya dapat diperbaharui. Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa kelebihan, diantaranya minyak nabati mudah diperoleh dari beragam tanaman, misalnya kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, jarak kaliki, kapas, tanaman ketapang, dan kaloka Soerawidjaja, 2006. Pembuatan biodiesel dari minyak nabati relatif lebih mudah dan cepat Hambali et al., 2007. Biodiesel memiliki beberapa kelebihan, diantaranya ramah lingkungan, bersifat biodegradable, dan tidak beracun. Gas buang berupa hidrokarbon dan karbon monoksida dari biodiesel cenderung lebih rendah dibandingkan dengan solar Machmud, 2009. Rantai karbon biodiesel bersifat sederhana berupa mono alkil ester menyebabkan biodiesel lebih mudah didegradasi oleh bakteri dibandingkan dengan rantai karbon petrodiesel yang bersifat lebih kompleks dengan ikatan rangkap dan banyak cabang.

B. Pembuatan Biodiesel

1. Esterifikasi

Esterifikasi merupakan reaksi antara asam kerboksilat dengan alkohol untuk membentuk suatu ester. Reaksi ini dikatalisis oleh suatu asam dan bersifat reversible Fessenden, 1986, dengan mekanisme reaksi seperti ditunjukan dalam Gambar 1. Gambar 1. Mekanisme reaksi esterifikasi