Penentuan Flash Point Analisis GC-MS

Gambar 11. Kromatogram produk transesterifikasi metode konvesional, a tanpa koreaktan, b dengan 5 mL koreaktan, c dengan 10 mL koreaktan. Berdasarkan kromatogram di atas, dari produk transesterifikasi dari metode konvensional terdapat 8 puncak yang teridentifikasi pada produk tanpa penggunaan koreaktan, 15 puncak pada produk dengan penggunaan 5 mL minyak kelapa sebagai koreaktan, dan 13 puncak pada produk dengan penggunaan 10 mL minyak kelapa sebagai koreaktan. Identifikasi senyawa dianalisis dari data MS yang mengacu pada Wiley 229 Library System yang disajikan dalam Tabel 9. b c Tabel 9. Identifikasi senyawa yang terkandung dalam produk transesterifikasi metode konvesional. No. Nama Senyawa Produk A Produk B Produk C 1. Metil Palmitat 18,76 1,15 12,20 2. Metil Laurat 20,92 23,88 37,48 3. Metil Miristat 24,31 2,41 11,37 4. Asam Heksadekanoat 9,13 - 1,32 5. Metil Elaidat 6,31 - 5,18 6. Metil Stearat 4,72 - 1,55 7. Asam Palmitat - 11,06 7,88 8. Asam Oleat - 2,10 4,06 9. Asam Stearat - 1,35 0,89 10. Metil Oktanoat - 22,11 8,03 11. Metil Dekanoat - 8,07 6,14 12. Metil Kaproat - 2.31 0,41 13. Dimetil Oktanadioat 7,82 - - 14. Asam Miristat 8,03 - - 15. Asam Laurat - 1,34 - 16. Asam Oktadekanoat - 1,83 - 17. Heptana - 4,16 - 18. Metil Levulinat - 1,01 - 19. Dimetil Oksida - 12,06 - 20. Nonanal - 5,16 - 21. Metil 10-oktadekanoat - - 3,50 Berdasarkan hasil identifikasi senyawa penyusun produk didapatkan beberapa kelompok senyawa, yakni ester, asam karboksilat, oksida, dan aldehid. Pada Tabel 9 ada beberapa kesamaan senyawa penyusun produk transesterifikasi dari metode ini yaitu, metil palmitat, metil laurat, dan metil miristat. Namun, masih terdapat perbedaan komposisi penyusun produk teansesterifikasi dari metode konvensional. Selain komponen yang dikenal sebagai biodiesel ada komponen yang tidak termasuk dalam biodiesel seperti asam karboksilat, alkana, oksida, dan aldehid. Teridentifikasinya asam lemak atau asam karboksilat menunjukkan transesterifikasi belum berlangsung sempurna. Kromatogram GC untuk produk transesterifikasi dari metode reactive extraction disajikan dalam Gambar 12. a b c Gambar 12. Kromatogram produk transesterifikasi metode reactive extraction, a tanpa koreaktan, b dengan 10 mL koreaktan, c dengan 15 mL koreaktan. Berdasarkan kromatogram di atas, dari produk transesterifikasi dari metode reactive extraction terdapat 31 puncak yang teridentifikasi pada produk tanpa penggunaan koreaktan, 16 puncak pada produk dengan penggunaan 10 mL minyak kelapa sebagai koreaktan, dan 19 puncak pada produk dengan penggunaan 15 mL minyak kelapa sebagai koreaktan. Identifikasi senyawa dianalisis dari data MS yang mengacu pada Wiley 229 Library System yang disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Identifikasi senyawa yang terkandung dalam produk transesterifikasi metode reactive extraction. No. Nama Senyawa Produk A Produk B Produk C 1. Metil Palmitat 2,79 2,27 1,59 2. Metil Laurat 3,21 33,02 22,73 3. Metil Oktanoat 0,94 21,69 23,60 4. Asam Heksadekanoat 8,73 3,64 23,60 5. Asam Laurat 1,08 1,70 1,31 6. Metil Miristat 0,88 4,86 2,21 7. Asam Palmitat 16,45 6,48 7,14 8. Metil Elaidat 1,38 0,88 0,44 9. Asam Stearat 0,19 0,58 0,86 10. Metil Kaproat 1,08 2,38 2,74 11. Nonanal 10,86 4,13 4,29 12. Asam Oleat 8,11 2,48 - 13. Heptana 9,04 3,71 - 14. Metil Stearat 0,19 - 2,82 15. Pentana - 1,02 0,97 16. Metil Dekanoat - 10,11 8,17 17. Metil Levulinat - 1,06 1,61 18. Dimetil Adipat 2,18 - - 19. Nonananitril 1,12 - - 20. Dimetil Azelat 1,97 - - 21. Asam Miristat 1,15 - - 22. Dimetil Suksinat 0,52 - - 23. Asam Oktadekanoat 1,42 - - 24. Heksaldehid 3,08 - - 25. Dimetil Okasalat 1,89 - - 26. Trimetilten Sulfat 1,42 - - 27. Metil Dimetoksiasetat 1,36 - - 28. Oktanal 0,36 - - 29. 1-Nitropentana 3,17 - - 30 Trans 2-Nonenol 1,13 - - 31. Dimetil Palmitat 1,13 - - 32. Dimetil Oktanadioat 2,07 - - 33. Trimetil Sitrat 1,46 - - 34. Olealdehid 8,68 - - 35. Asam Dekanoat - - 3,89 36. Gliserin - - 10,81 37. Oleol - - 0,67 38. Vinil Laurat - - 2,10 Berdasarkan hasil identifikasi senyawa penyusun produk transesterifikasi dengan metode reactive extraction didapatkan beberapa kelompok senyawa, yakni ester, asam karboksilat, aldehid, alkana, dan alkohol. Pada Tabel 10 terdapat beberapa kesamaan senyawa penyusun dari produk transesterifikasi dari metode ini yaitu, metil palmitat, metil laurat, metil oktanoat, metil miristat, metil elaidat, asam stearat, asam heksadekanoat, asam laurat, dan asam palmitat. Namun masih ada perbedaan komposisi penyusun produk transesterifikasi dari metode ini. Sama seperti hasil yang diperoleh dengan metode konvensional, dalam produk yang dihasilkan dengan metode reactive extraction terdapat juga komponen yang tidak termasuk komponen biodiesel, yakni asam karboksilat, akohol, alkana, dan aldehid. Adanya komponen tersebut menunjukkan bahwa asam lemak belum seluruhnya mampu diubah menjadi esternya, dan adanya senyawa lain yang mungkin ikut terlarut selama proses transesterifikasi. Untuk membandingkan karaktersitik pembakaran minyak ketapang dan produk transesterifikasi yang dihasilkan dengan metode konvensional dan metode reactive extraction, terhadap ketiga sampel dilakukan uji nyala. Hasil yang diperoleh disajikan Gambar 13, dan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara ketiga sampel tersebut. Gambar 13. Hasil uji nyala terhadap sampel a minyak biji ketapang, b produk transesterifikasi dengan metode konvensional, c dan produk transesterifikasi dengan metode reactive extraction Seperti terlihat dalam gambar, meskipun produk yang dihasilkan tidak hanya mengandung ester yang umum dikenal sebagai komponen biodiesel, namun a b c produk transesterifikasi memiliki karaktersitik pembakaran yang lebih baik dibanding minyak ketapang, antara lain nyala yang berwarna biru dan lebih mudah terbakar. Nyala berwarna biru menunjukan bahwa energi yang dihasilkan dari pembakaran lebih besar dari yang dihasilkan pada pembakaran minyak ketapang Jensen, 2005. V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Katalis terbaik yang digunakan pada penelitian ini adalah HNO 3 karena penggunaan katalis H 2 SO 4 menghasilkan produk transesterifikasi yang berwarna hitam dan penggunaan katalis NaOH menghasilkan produk berupa sabun. 2. Hasil analisis menggunakan GC-MS menunjukkan bahwa produk transesterifikasi yang dihasilkan belum optimal menjadi biodiesel karena tidak semua senyawa yang ada pada produk teridentifikasi sebagai metil ester. 3. Karakterisasi produk transesterifikasi yang dilakukan meliputi viskositas, densitas, dan flash point menunjukan bahwa sampel belum memenuhi persyaratan SNI 04-7182-2006 sebagai biodiesel. 4. Berdasarkan uji nyala yang dilakukan, produk transesterifikasi memiliki karaktersitik yang lebih baik sebagai bahan bakar dibanding minyak ketapang.

B. Saran

Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengembangkan kondisi agar pengolahan minyak ketapang menghasilkan biodiesel yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ajiwe, V. I. E., V. O. Ajibola, and C. M. A. O. Martins. 2003. Biodiesel Fuels From Palm Oil, Palm Oil Methylester and Ester-Diesel Blends. Bulletin of Chemical Society of Ethiopia. 17 1, pp. 19 – 26. Akpabio, U. D. 2012. Evaluation of Proximate Composition, Mineral Element and Anti- Nutrient In Almond Terminalia catappa Seeds. Advance Applied Science and Research. 3 4, pp. 2247 – 2252. Alamu O.J. 2007. Optimal Operating Conditions For The Production of Biodiesel From Palm Kernel Oil. Thesis. Mechanical Engineering Department, Ladoke Akintola University of Technology. Nigeria. pp. 58 – 59. Anggraini, D. 2009. Pembuatan Katalis Fe-Silika Sekam Padi Menggunakan Metode Sol – Gel dan Karakterisasinya. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. hlm. 41 -66. Asnawati, D., E. R. Gunawan, dan A. S. Ridhani. 2014. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Kapuk Ceiba pentandra Melalui Reaksi Transesterifikasi Enzimatis. Media Bina Ilmiah. 8 4, hlm. 1 – 9. Bangun, N. 2007. Perbedaan Katalis Homogen dan Heterogen. Diakses pada 5 Januari 2015 dari http:www.google.com. Boey, P., G. Maniam, dan S. Hamid. 2011. Performance of Calcium Oxide as a Heterogeneus Catalyst in Biodiesel Production: A Review. Chemical Engineering Journal. 168, pp. 16 – 22. Buchori, L. 2012. Pengaruh Katalis Asam H 2 SO 4 dan Suhu Reaksi dalam Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Ikan. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Universitas Diponegoro. Semarang.1 1, hlm. 474 – 481. Cresswell, C. J. Runquist, A. Olaf, Campbel, and M. Malcom. 1982. Analisis Spektrum Senyawa Organik Edisi ke-2. ITB Press. Bandung. hlm. 120 – 145. Dekhoda, A., West A., Ellis N., 2010. Biochar Based Solid Acid Catalyst for Biodiesel Production. Applied Catalyst A: General. 382, pp. 197 – 204. Deshpande, P., and Kavita K. 2012. Production and Evaluation of Biodiesel from Palm Oil and Ghee Clarified Butter. Chemical and Process Enggineering Research. 2, pp. 33 – 42. Devitria, R., Nurhayati, Sofia A. 2013. Sintesis Biodiesel dengan Katalis Heterogen Lempung Cengar yang Diaktivasi dengan NaOH: Pengaruh Waktu Reaksi Dan Rasio Molar Minyak : Metanol. Jurnal of Indonesian Chemica Acta. 3 2, hlm. 39 – 44. Dyah, P. S. 2011 Produksi Biodiesel dari Mikroalga Chlorella sp dengan Metode Esterifikasi In-Situ. Tesis. Universitas Diponegoro. Jawa Tengah. hlm. 42 – 45. Fessenden, R. J., and Joan S. Fessenden. 1986. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta. hlm. 82. Francis, G., R. Edinger and K. Becker, 2005. A Concept for Simultaneous Wasteland Reclamation, Fuel Production and Socio-Economic Development In Degraded Areas In India: Need, Potential and Perspectives of Jatropha Plantations. Natural Resources Forum. 29, pp. 12 – 24. Gadalla, A. G., N. N. El-Ibiari, S. A. Abo El-Enin, Ola El-Ardi, and G. I. El- Diwani. 2014. Biodiesel Production From Castor Seeds by Reactive Extraction Conventionally and Via Ultra-Sound Using Response Surface Methodology. International Journal of Innovative Science, Engineering and Technology. 1 6, pp. 300 – 311. Gopinath, A., Sukumar P., G. Nagarajan. 2010. Effect of Biodiesel Structural Configuration On Its Ignition Quality. International Journal of Enviromental Engineering. 1 2, pp. 295 – 306. Hambali, E., Siti, M., Armansyah, H., Abdul, W., dan Roy, H., 2007. Teknologi Bioenergi. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. hlm. 7. Hananto, F. S., Santoso D. R., dan Julius. 2011. Application of Piezoelectric Material Film PVDF Polyvenylidene Flouride as Liquid Viscosity Sensor. Journal of Neutrino. 3 2, pp. 129 – 142. Hanna, Fangrui, M., Milford A. 1999. Biodiesel Production: A Review. Bioresource Technology. 70, pp. 1 – 15. He, B. B., A. P. Singh, and J. C. Thompson. 2004. A Continuous-flow Reactive Distillation Reactor for Biodiesel Preparation from Seed Oils. American Society of Agricultural Engineers. 046071, pp. 1-11. Heyne, K. 1950. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid. 3. Terjemahan Badan Litbang Kehutanan. Yayasan Sarana Warna Jaya. Jakarta. hlm. 1 – 4. Hou, C.T. and Jei-Fu S. 2008. Biocatalysis and Bioenergy. John Wiley and Sons INC, Publication. USA. p. 86. Hui, Y. H. 1996. Bailey Industrial Oil and Fat Products, 5 th ed. John Wiley and Son Company Pub. New York. pp. 15 – 17. Jensen, W. B. 2005. The Origin of The Bunsen Burner. Journal Of Chemistry Education. 82 518, pp. 1 – 2.