PERMINTAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN RUMAH TANGGA DALAM MENGONSUMSI SUSU BUBUK DI BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

THE DEMAND AND SATISFACTION OF HOUSEHOLD CONSUMER ON POWDERED MILK CONSUMPTION IN BANDAR LAMPUNG

By

Ervina Virgawati Putri

The purposes of this research are to investigate the demand of powdered milk at the household level, to know what factors influence the demand, to analyze satisfaction level and to know the influencing factors of household consumer satisfaction on powdered milk consumption in Bandar Lampung. This research was conducted by purposive survey method in three traditional markets, three modern markets, and four minimarkets in Bandar Lampung. The samples of this research were 80 people that taken by accidental sampling method. Data collection was conducted from August until November 2014. The demand level and its influencing factors were analyzed by using Equipment Function; satisfaction on powdered milk consumption was measured by customer satisfaction index (CSI), whereas the factors that influenced household consumer satisfaction were analyzed by logistic regression analysis. The result of this research showed that demand of powdered milk consumed by household consumer was 670 gr/ month. The factors that influenced powdered milk demand were powdered milk cost, liquid milk cost, and income level, while the the factors of thick milk cost, tea cost, sugar cost, Milo cost, cereal cost, coffee cost, level of education, count of family member, and kind of milk were not influence it. There were 76,25% consumers felt satisfied by the powdered milk performance, and the rest of 23,75% consumers felt unsatisfied. Factors that influenced consumer satisfaction level were powdered milk cost and buying location. Whereas, ages, income level, and length of consumption were the uninfluencing factors of it.


(2)

ABSTRAK

PERMINTAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN RUMAH TANGGA DALAM MENGONSUMSI SUSU BUBUK

DI BANDAR LAMPUNG Oleh

Ervina Virgawati Putri

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji permintaan susu bubuk di tingkat rumah tangga, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan susu bubuk, untuk menganalisis tingkat kepuasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen rumah tangga dalam mengonsumsi susu bubuk di Bandar Lampung. Penelitian dilakukan secara purposive menggunakan metode survei di tiga pasar tradisional, tiga pasar modern, dan empat minimarket yang ada di Bandar Lampung. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang yang diambil menggunakan metode accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan November 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen dianalisis dengan Fungsi Perpangkatan, tingkat kepuasan menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI), dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen rumah tangga menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan susu bubuk oleh konsumen rumah tangga rata-rata adalah 670 gr/bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan susu bubuk adalah harga susu bubuk, harga susu cair, dan tingkat pendapatan rumah tangga, sedangkan yang tidak berpengaruh adalah harga susu kental manis, harga teh, harga gula, harga Milo, harga sereal, harga kopi, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan jenis susu. Sebanyak 76,25% konsumen merasa puas terhadap kinerja susu bubuk dan sisanya 23,75% merasa tidak puas. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen adalah harga susu bubuk dan lokasi pembelian, sedangkan yang tidak mempengaruhi adalah usia, pendapatan, dan lama mengonsumsi.


(3)

PERMINTAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN RUMAH TANGGA DALAM MENGONSUMSI SUSU BUBUK

DI BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

ERVINA VIRGAWATI PUTRI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PERMINTAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN RUMAH

TANGGA DALAM MENGONSUMSI SUSU BUBUK DI BANDAR

LAMPUNG

Oleh

Ervina Virgawati Putri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(5)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penurunan kurva permintaan ... 19 2. Kerangka pemikiran permintaan dan kepuasan konsumen

dalam mengonsumsi susu bubuk di Kota Bandar


(6)

x DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

B. Tujuan Penelitian ... 8

C. Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Susu Bubuk ... 10

2. Susu Bubuk Full Cream dan Instant ... 11

3. Perilaku Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 12

4. Teori Permintaan ... 16

5. Elastisitas Permintaan ... 21

6. Kepuasan Konsumen ... 23

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen ... 25

8. Kajian Penelitian Terdahulu ... 26

B. Kerangka Pemikiran ... 28

C. Hipotesis Penelitian ... 32

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 33

B. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian ... 40

C. Pengumpulan Data ... 43 D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis ...

1. Analisis Fungsi Perpangkatan ... 2. Perhitungan Elastisitas ... 3. Analisis Indeks Kepuasan Konsumen

(Customer Satisfaction Index) ... 4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan ... 5. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...

44 44 46 47 49 53


(7)

xi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 55

A. Kota Bandar lampung 55 1. Letak Geografis Kota Bandar Lampung 55 2. Karakteristik Penduduk Bandar Lampung 56 B. Gambaran Umum Pasar Tradisional, Pasar Modern, dan Minimarket di Kota Bandar Lampung ... 59

C. Susu Bubuk Full Cream dan Instant 65 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Karakteristik Responden ... 67

B. Permintaan Susu Bubuk ... 71

C. Permintaan Susu Bubuk oleh Konsumen Rumah Tangga.. 74

1. Jumlah Permintaan... 74

2. Permintaan Barang Subtitusi dan Komplementer... 74

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Susu Bubuk... 75

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Tingkat Kepuasan Konsumen ... 84

F. Tingkat Kepuasan Konsumen Susu Bubuk ... 88

G. Tingkat Kepuasan Konsumen Susu Bubuk Full Cream dan Instant... 91 H. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan... 101 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN


(8)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan zat gizi dalam 100 gram susu ... 2 2. Daftar komposisi zat gizi (energi dan protein) dalam

berbagai jenis susu ...

4

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian pada konsumen ...

16

4. Tabel ringkasan penelitian terdahulu tentang permintaan dan kepuasan konsumen ...

27

5. Jenis, nama pasar, dan jumlah responden penelitian... 43 6. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung menurut jenis

kelamin dan kepadatan penduduk tahun 2012 ... 56 7. Tingkat pendidikan masyarakat Kota Bandar Lampung

menurut jenis kelamin tahun 2012 ... 57 8. Jumlah penduduk prasejahtera dan sejahtera di Kota

Bandar Lampung ... 58 9. Merek susu bubuk yang beredar di Indonesia

berdasarkan market share ... 66 10. Karakteristik konsumen susu bubuk di Bandar Lampung

berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota

keluarga...

69

11. Jumlah pendapatan rumah tangga per bulan menurut

anggota rumah tangga ... 70 12. Sebaran jumlah konsumen susu bubuk menurut tingkat

pendapatan rumah tangga per bulan dan jumlah


(9)

xiii

13. Pembelian susu bubuk oleh konsumen rumah tangga berdasarkan frekuensi, ukuran kemasan, merek, lama mengonsumsi, cara mengonsumsi, dan jumlah anggota

keluarga yang mengonsumsi ... 73 14. Sebaran rumah tangga menurut jumlah pembelian dan

jenis susu bubuk per bulan ... 74 15. Rata-rata jumlah pembelian dan harga susu bubuk, susu

cair, susu kental manis, teh, gula, susu coklat Milo,

sereal kemasan, dan kopi per bulan ... 75 16. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan susu bubuk di Kota Bandar Lampung ... 76 17. Output uji White Heteroskesdastis ... 78 18. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan

atribut produk susu bubuk... 85 19. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepuasan

atribut produk susu bubuk... 86 20. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat konfirmasi

harapan atribut produk susu bubuk... 87 21. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kinerja atribut

produk susu bubuk... 88 22. Perhitungan Customer Satisfied Index (CSI) Susu Bubuk. 89 23. Jumlah responden yang merasa puas dan tidak puas

dalam mengonsumsi susu bubuk di Kota Bandar

Lampung pada tahun 2014 ... 90 24. Penilaian tingkat kepuasan konsumen dalam

mengonsumsi susu bubuk di Bandar Lampung tahun

2014 secara individu... 90 25. Perhitungan Customer Satisfied Index (CSI) Susu Bubuk

Full Cream merek Dancow ... 92 26. Jumlah responden yang merasa puas dan tidak puas

dalam mengonsumsi susu bubuk full cream merek

Dancow di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 ... 93 27. Perhitungan Customer Satisfied Index (CSI) Susu Bubuk


(10)

xiv

28. Jumlah responden yang merasa puas dan tidak puas dalam mengonsumsi susu bubuk instant merek Dancow

di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014... 94 29. Perhitungan Customer Satisfied Index (CSI) Susu Bubuk

Full Cream merek Frisian Flag ... 95 30. Jumlah responden yang merasa puas dan tidak puas

dalam mengonsumsi susu bubuk full cream merek

Frisian Flag di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 .. 96 31. Perhitungan Customer Satisfied Index (CSI) Susu Bubuk

Instant merek Frisian Flag ... 96 32. Jumlah responden yang merasa puas dan tidak puas

dalam mengonsumsi susu bubuk instant merek Frisian

Flag di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 ... 97 33. Perhitungan Customer Satisfied Index (CSI) Susu Bubuk

Full Cream merek Indomilk... 98 34. Jumlah responden yang merasa puas dan tidak puas

dalam mengonsumsi susu bubuk full cream merek

Indomilk di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 ... 99 35. Perhitungan Customer Satisfied Index (CSI) Susu Bubuk

Instant merek Indomilk ... 100 36. Jumlah responden yang merasa puas dan tidak puas

dalam mengonsumsi susu bubuk instant merek Indomilk 101 37. Hasil analisis regresi logistik faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan konsumen dalam mengonsumsi


(11)

Namalvlahasiscra

NommPokokfvlahasiswa

Jurusan / hogr@

Stdi

Fakultas

Enina

Virgewati

Putri

1014023052

Agribisis Perhian

Adawiyeh, M.Sil

r99fr)3 2402

2. K€nra Jurusan Agribisnis

nr.rr.r"-o*H*-**r.P.

NrP 19630203 198$2

2flJt


(12)

l.

Tim Pe,Deuji

Ketua : I)n

h.

X'embriarti Erry Pmsmetiwi, M.P.

Seknetaris

Penguji

Br*mPe,mbimbing

:

Ir.

Rebietul Adawiyah, M.SL


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27 Agustus 1992 dari pasangan Bapak Suyatno Rekso Wardoyo (Alm) dan Ibu Ertinawati.. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD Fransiskus Pahoman, Bandar Lampung pada tahun 2004, tingkat SLTP di SMP Xaverius Pahoman, Bandar Lampung pada tahun 2007, tingkat SLTA di SMA Xaverius Pahoman, Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN.

Penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT Laju Perdana Indah (LPI), Oku Timur, Sumatra Selatan dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Penulis juga memiliki pengalaman organisasi di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian sebagai Anggota Himaseperta pada tahun 2012/2013 sebagai Anggota Bidang I


(14)

SANWACANA

Alhamdullilahirobbil ‘alamin , puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala curahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada

junjungan kita semua Nabi Muhammad SAW, teladan bagi seluruh umat manusia.

Penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Permintaan Dan Kepuasan Konsumen Rumah Tangga Dalam

Mengonsumsi Susu Bubuk Di Kota Bandar Lampung”, tanpa bantuan, nasihat, serta saran-saran yang membangun dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., sebagai Dosen Pembimbing Pertama dan Ketua Jurusan Agribisnis, yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk memberi arahan dan nasehat kepada penulis. Terimakasih atas kesabarannya dalam membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

2. Ir. Rabiatul Adawiyah, M. Si., sebagai Dosen Pembimbing Kedua atas bimbingan, masukan, arahan, motivasi, dan nasihat yang telah diberikan. 3. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M. S., sebagai Dosen Penguji Skripsi, atas saran,


(15)

yang luar biasa. Terimakasih karena selalu mengusahakan dan memberikan yang terbaik untukku. Keberhasilanku kelak kupersembahkan untuk kalian. 5. Kakak-kakakku terkasih Robby Erma Wahyu, S. Pt ., Wahyuningtyas

Novitasari, S. Tp ., Yanuar Restinno, S. H ., Eva Yulianti , Amd ., Iskandar Bandarnata S. E ., dan Widya Syafitri atas doa, dukungan, dan semangat yang telah diberikan.

6. Keponakanku tersayang Raja Faeyza, Chantika Bivanti, Viery Pramana, Ardya Putri, dan Aryo Putra yang selalu menghibur penulis serta selalu mewarnai hari-hari penulis dengan keceriaan.

7. Ir. Achdiansyah Soelaiman, M. P., selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat.

8. Seluruh dosen dan karyawan di Jurusan Agribisnis (Mba Iin, Mba Ayi, Mas Bukhari, Mas Kardi, dan Mas Boim), atas semua ilmu dan bantuan yang telah diberikan.

9. David Sanjaya yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan doa kepada penulis, serta sahabat-sahabat terbaik selama masa kuliah M.Imacullata Santa De Vega., S.P., Septa Meliana Sari, Wida Ayu Winarni., S.P., dan Tania Oktrisa, S.P., atas bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. Terimakasih atas kesediaan untuk bertukar ilmu dan pendapat serta kebersamaannya selama ini.


(16)

Agribisnis 2008 - 2012 atas bantuan dan dukungannya untuk penulis. 11. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, 9 Oktober 2015

Penulis,


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

manusia, sedangkan untuk hewan disebut dengan pakan (Indriani, 2015). Setiap bahan makanan mempunyai susunan kimia yang berbeda-beda dan mengandung zat gizi yang bervariasi pula baik jenis maupun jumlahnya. Secara sadar maupun tidak sadar manusia mengonsumsi makanan untuk kelangsungan hidupnya. Tubuh manusia memerlukan zat gizi atau zat makanan, untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari, untuk memelihara proses tubuh, dan untuk tumbuh dan berkembang khususnya yang masih dalam pertumbuhan (Suhardjo, 1992).

Pangan asal ternak (hewani) merupakan sumber protein yang mengandung asam amino essensial yang tidak dapat disuplai dari bahan lain, sehingga sangat berpengaruh terhadap status kesehatan dan peningkatan kecerdasan masyarakat. Susu merupakan salah satu bahan makanan asal hewan yang sangat penting bagi manusia karena kandungan gizinya yang tinggi. Susu segar yang dihasilkan dari sapi perah memiliki kandungan protein, lemak,


(18)

vitamin dan mineral dalam komposisi seimbang, sehingga sangat baik bagi tubuh.

Seiring berkembangnya waktu, pengetahuan masyarakat akan bahan makanan yang bergizi semakin meningkat diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan bahan makanan yang bergizi. Kesadaran masyarakat menyebabkan kebutuhan masyarakat akan produk pangan yang bergizi untuk pemenuhan kebutuhan gizinya meningkat. Cara untuk mencukupi kebutuhan gizi tersebut dengan mengonsumsi pangan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan air.

Susu merupakan salah satu bahan makanan yang menjadi pelengkap dalam pemenuhan kebutuhan gizi bagi tubuh manusia. Zat-zat yang terkandung dalam susu adalah energi, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, dan niasin. Komposisi zat-zat gizi yang terkandung dalam susu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan zat gizi dalam 100 gram susu

Kandungan Gizi Jumlah

Energi (kkal) 59,0

Air (g) 88,5

Protein (g) 3,2

Lemak (g) 3,5

Karbohidrat (g) 4,5

Kalsium (mg) 100,0

Phospor (mg) 90,0

Niasin (mg) 0,2

Besi (mg) 0,1


(19)

Tabel 1 menjelaskan bahwa zat gizi yang terkandung dalam susu adalah energi, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, phospor, niasin, dan besi. Energi, kalsium, dan phospor merupakan zat gizi mendominasi dalam susu. Zat gizi yang terkandung dalam susu tersebut sangat bermanfaat sebagai zat gizi makro yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan manusia dalam jumlah yang besar.

Secara umum susu banyak mengandung zat gizi yang banyak, namun susu bukan merupakan bahan pengganti makan sehari-hari karena masih

banyak bahan makanan lain yang kandungan protein, karbohidrat, dan lemaknya lebih tinggi. Kandungan susu yang paling dibutuhkan oleh tubuh adalah kalsium. Angka kecukupan kalsium rata-rata yang dianjurkan di Indonesia adalah 500- 800 mg per hari. Susu memang memiliki kandungan kalsium yang cukup banyak. Susu full cream mengandung kalsium sekitar 895 mg/ gr dan 1.300 mg/ gr pada susu bubuk (Putra, 2013).

Susu memiliki sifat yang mudah rusak oleh mikroorganisme atau senyawa pembusukan lain, maka perlu dilakukan pengolahan pada susu agar lebih tahan lama serta aman dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Seiring dengan perkembangan teknologi pada bidang pengolahan, susu dapat diolah sehingga lebih tahan lama tanpa mengurangi nilai gizi yang terkandung di dalamnya. Produk susu olahan yang telah mengalami prekembangan teknologi antara lain susu pasteurisasi, susu ultra high temperature (UHT), susu skim, susu kental, dan susu bubuk.


(20)

Susu mengandung banyak zat gizi. Selain kalsium, susu juga mengandung energi dan protein, yang digunakan dalam metabolisme tubuh untuk menjalani aktifitas sehari-hari. Komposisi kandungan energi dan protein dalam susu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar komposisi zat gizi (energi dan protein) dalam berbagai jenis susu

Jenis Susu Energi Protein

(kkal) (gram)

Susu murni 488,00 25,60

Susu cair pabrik 122,00 6,40

Susu kental manis 1.333,90 32,55

Susu bubuk 5.090,00 246,00

Susu bubuk bayi 1.672,00 76,00

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Berdasarkan Tabel 2 dijelaskan bahwa susu bubuk memiliki kandungan energi dan protein paling besar dibandingkan dengan jenis susu lainnya. Mengonsumsi susu bubuk setiap hari akan mendapatkan energi dan protein yang lebih banyak dibandingkan mengonsumsi jenis susu lainnya, artinya, susu bubuk sangat bermanfaat bagi tubuh manusia dalam

menjalankan aktifitas sehari-hari.

Susu bubuk adalah hasil pengolahan teknologi dari susu cair menjadi susu bubuk tanpa mengurangi nilai gizi yang terkandung. Susu bubuk yang dikonsumsi dengan cara diseduh sering digunakan konsumen rumah tangga sebagai pelengkap nutrisi setelah mengonsumsi makanan pokok. Susu bubuk juga sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam


(21)

pembuatan roti, kue, dan puding. Susu bubuk banyak ditemui di pasaran dengan berbagai macam variasi rasa, kemasan, dan ukuran.

Susu bubuk banyak diminati oleh banyak orang di daerah perkotaan, seperti Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan pemerintahan dan perekonomian di Provinsi Lampung. Bandar Lampung merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Provinsi Lampung. Bandar Lampung mempunyai luas sebesar 197,22 km2 dengan kepadatan penduduk terbesar di Provinsi Lampung, yaitu 4.520 jiwa/ km2. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung pada tahun 2011 mencapai 891.374 jiwa ( 11,59 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Provinsi Lampung sebesar 7.691.007 jiwa) (BPS, 2012). Kepadatan penduduk yang tinggi dapat menjadi pertimbangan bahwa terdapat banyak rumah tangga di Kota Bandar Lampung yang mengonsumsi susu bubuk serta melakukan permintaan terhadap produk susu bubuk.

Perkembangan teknologi pangan sekarang ini semakin maju, begitu pula dengan industri pengolahan susu bubuk. Persaingan produk susu bubuk semakin ketat karena para produsen berlomba-lomba untuk dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, dan selera konsumen. Persaingan industri susu bubuk menimbulkan banyaknya produk susu bubuk berbagai macam merek dengan rasa, kemasan, ukuran, dan harga yang bervariasi, sehingga masyarakat dapat memilih produk susu bubuk sesuai dengan kriteria yang diinginkan, termasuk konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung. Saat ini cukup banyak ditemui merek produk susu bubuk yang beredar di Bandar Lampung. Susu bubuk dengan berbagai


(22)

merek tersebut mudah didapat karena banyak dijual di supermarket, pasar tradisional, minimarket, toko-toko, bahkan warung-warung sederhana yang ada di Bandar Lampung.

Susu bubuk jika dibedakan berdasarkan jenisnya ada dua macam, yaitu susu bubuk full cream dan susu bubuk instant. Susu bubuk full cream adalah susu yang berasal dari susu sapi segar yang masih terdapat lemak kemudian dikeringkan. Susu bubuk instant adalah susu bubuk yang diperoleh dengan mengurangi kadar air dan kandungan gizinya setengah dari susu full cream (Departemen Pertanian, 2014). Jenis susu bubuk full cream dan instan adalah jenis yang banyak dikonsumsi masyarakat pada umumnya.

Susu dalam bentuk bubuk adalah jenis susu yang cukup diminati oleh masyarakat, maka hal tersebut mengarah pada permintaan akan susu bubuk full cream dan instant dengan berbagai merek yang terus

meningkat. Setelah melakukan permintaan, maka konsumen akan merasa puas atau tidak puas terhadap produk tersebut.

Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja ( hasil) suatu produk dengan harapannya (Kotler, 2000). Tingkat kepuasan konsumen cukup beragam. Kepuasan konsumen bergantung pada kualitas dan mutu suatu produk tersebut. Apabila kualitas produk yang ditawarkan oleh produsen melebihi atau sama yang diharapkan oleh konsumen maka kepuasan konsumen tersebut akan tercapai, atau sebaliknya.


(23)

Permintaan dan kepuasan konsumen akan suatu produk dapat berubah-ubah. Tingkat ekspektasi atau harapan yang semakin tinggi, berdampak pada konsumen yang menuntut adanya kualitas lebih, maka perusahaan dituntut untuk dapat mempertahankan, dan meningkatkan kualitas produk sehingga dapat memicu permintaan konsumen agar lebih meningkat lagi dan menciptakan kepuasan konsumen setelah mengonsumsi susu bubuk. Jenis susu bubuk yang digunakan pada penelitian ini adalah susu bubuk full cream dan instant, serta digunakan pula tiga merek susu bubuk yang paling diminati masyarakat, yaitu merek Dancow, Frisian Flag, dan Indomilk.

B. Rumusan Masalah

Susu merupakan salah satu bahan makanan asal hewan yang penting bagi manusia karena kandungan gizinya, antara lain protein, kalsium, dan vitamin. Sifat susu yang mudah rusak menuntut produsen susu untuk mengolah susu agar awet dan tahan lama, salah satu caranya adalah

mengolah susu cair menjadi susu bubuk. Susu bubuk memiliki kandungan energi dan protein paling besar dibandingkan dengan jenis susu lainnya. Susu bubuk sering dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan pada umumnya, sebagai makanan pelengkap di samping mengonsumsi makanan utama. Salah satu daerah perkotaan adalah Kota Bandar Lampung.

Susu bubuk dibagi menjadi dua jenis, yaitu susu bubuk full cream dan susu bubuk instant. Susu bubuk full cream memiliki banyak kandungan zat gizi yang hanya dimiliki setengahnya oleh susu bubuk instant. Minat


(24)

masyarakat terhadap susu bubuk yang semakin tinggi, khususnya jenis full cream dan instant, mengarah pada permintaan susu bubuk yang

meningkat. Dampak dari kegiatan konsumsi susu bubuk adalah adanya proses evaluasi purnabeli yang mengarah pada kepuasan dan

ketidakpuasan konsumen setelah mengonsumsi produk susu.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka masalah penelitian yang dapat diidentifikasi adalah:

1) Bagaimana permintaan susu bubuk di tingkat rumah tangga di Kota Bandar Lampung ?

2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan susu bubuk oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung ?

3) Bagaimana tingkat kepuasan konsumen rumah tangga dalam mengonsumsi susu bubuk di Kota Bandar Lampung ? 4) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kepuasan

konsumen rumah tangga dalam mengonsumsi susu bubuk di Kota Bandar Lampung ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk:

1) Menganalisis permintaan susu bubuk di tingkat rumah tangga di Kota Bandar Lampung.

2) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan susu bubuk oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung.


(25)

3) Mengetahui tingkat kepuasan konsumen rumah tangga dalam mengonsumsi susu bubuk di Kota Bandar Lampung.

4) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan susu bubuk oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1) Bahan informasi dan pertimbangan bagi perusahaan industri susu bubuk dalam perencanaan produksi dan strategi pemasaran produk susu bubuk.

2) Bahan informasi dan pengetahuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian sejenis.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Susu Bubuk

Susu bubuk merupakan salah satu contoh pengolahan dan pengawetan susu dengan tujuan menurunkan kadar air susu dari 88 persen (susu segar) menjadi 3 persen (susu bubuk) dengan cara pengeringan

semprot (Widodo, 2003). Buckle et al (1987) menjelaskan bahwa bila susu dihilangkan dengan penguapan dan sisa yang kering dibakar pada panas rendah, maka akan diperoleh sisa abu putih yang berisi bahan-bahan mineral.

Penelitian Lestari (2003) menyebutkan bahwa sistem produksi susu bubuk di PT. Ultrindo Inti Jaya Jakarta, meliputi beberapa tahap yaitu: 1) Penerimaan bahan baku

2) Separasi dan pasteurisasi 3) Penguapan

4) Pencampuran 5) Pemekatan 6) Pengeringan 7) Pengemasan


(27)

Widodo (2003) menyatakan bahwa proses pengeringan (penguapan air) susu segar menjadi susu bubuk dilakukan dengan tiga proses: 1) Evaporasi untuk penguapan air susu dari 88 persen menjadi 50

persen

2) Sprying atau pengeringan semprot untuk menguapkan air dan pembentukan bubuk (powder)

3) Pengeringan lebih lanjut untuk penguapan air dari partikel susu bubuk.

2. Susu Bubuk Full Cream dan Instant

Jenis susu bubuk menurut Departemen Pertanian (2014) adalah susu bubuk berlemak (full cream) dan susu bubuk rendah lemak (instant). a. Susu Bubuk Full Cream

Susu bubuk berlemak atau dikenal dengan susu bubuk full cream adalah susu berbentuk bubuk yang diperoleh dari susu cair, atau susu hasil pencampuran susu cair dengan susu kental atau krim bubuk. Susu bubuk full cream merupakan susu hasil pencampuran susu cair dengan susu kental atau susu bubuk, yang telah

dipasteurisasi dan melalui proses pengeringan (menghilangkan sebagian besar air). Persyaratan minimum susu bubuk full cream adalah kadar lemak susu tidak kurang dari 26 persen dan kadar air tidak lebih dari 5 persen.


(28)

b. Susu Bubuk Instant

Susu bubuk rendah lemak atau dikenal dengan susu bubuk instant adalah produk susu bubuk yang diperoeh dengan proses

pengeringan susu yang sebelumnya telah dipisahkan sebagian lemak dan susunya dengan alat pemisah krim (cream separator). Persyaratan minimum susu instant adalah kadar lemak susu tidak kurang dari 1,5 persen dan tidak lebih dari 26 persen, dan kadar air tidak lebih dari 5 persen.

3. Perilaku Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

a. Definisi Perilaku Konsumen

Pengertian konsumen menurut Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Perilaku konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi (Kotler, 2000).

Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut (Engel et al, 1994). Perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli,


(29)

menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka

(Schiffman et al, 1994). Perilaku konsumen adalah dinamis karena perilaku konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Salah satu implikasi perilaku konsumen adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu (Setiadi, 2003).

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Setiadi (2003) menyatakan bahwa, keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-benar diperhitungkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain:

a. Faktor-faktor kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya-sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis


(30)

yaitu, kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, dan area geografis. Kelas sosial adalah

kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hirarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, perilaku yang serupa.

b. Faktor-faktor sosial

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa diantaranya adalah kelompok-kelompok primer, seperti keluarga dan teman sejawat dan kelompok sekunder, yang cenderung resmi dan interaksinya kurang adanya kesinambungan.

c. Faktor pribadi

Faktor pribadi meliputi umur dan tahapan dalam siklus hidup, siklus hidup mencakup dalam tahapan siklus dalam keluarga dan transformasi tertentu seseorang dalam menjalani hidupnya, pekerjaan; para pemasar berusaha mengidentifikasikan

kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu, keadaan ekonomi; keadaan ekonomi terdiri dari pendapatan yang dapat

dibelanjakan, tabungan serta hartanya, gaya hidup; gaya hidup seseorang adalah pola hidup dunia yang diekspresikan oleh kegiatan dan minat seseorang, kepribadian dan konsep diri;


(31)

yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Jenis-jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk dan merek.

d. Faktor-faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis mencakup motivasi, persepsi, proses belajar, dan kepercayaan serta sikap. Teori motivasi

contohnya adalah teori maslow, persepsi didefinisikan sebagai proses dimanaseseorang memilih, mengorganisasikan,

mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran. Tiga proses persepsi meliputi perhatian yang selektif, gangguan yang selektif, mengingat kembali yang selektif. Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Kepercayaan dan sikap merupakan suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

Proses keputusan membeli setiap konsumen berbeda dan bervariasi. Keputusan yang bervariasi disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan dalam hal keputusan pembelian. Ada empat faktor yang secara dominan mempengaruhi perilaku konsumen untuk


(32)

memutuskan pembelian (Kotler, 2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian pada konsumen

Faktor budaya

Faktor sosial Faktor pribadi Faktor psikologis Kultur Kelompok

acuan

Usia Motivasi

Sub kultur Keluarga Pekerjaan Persepsi Kelas sosial Peran dan

status

Gaya hidup Kepercayaan Kedudukan Sikap Lingkungan

Ekonomi Kepribadian

Sumber : Kotler, 2000

4. Teori Permintaan

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep

permintaan. Pertama, jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Permintaan menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli oleh rumah tangga, atas dasar harga komoditi tersebut, harga-harga lainnya, penghasilan, selera, dan sebagainya. Kedua, apa yang diinginkan tidak merupakan permintaan efektif, artinya merupakan jumlah barang yang orang bersedia membelinya pada harga yang harus dibayar untuk komoditi tersebut. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu (Lipsey et al, 1995).

Hukum permintaan menyatakan bahwa apabila harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun, cateris paribus


(33)

(apabila hal-hal lain tetap). Hal-hal lain yang dimaksud adalah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta selain harga barang yang bersangkutan, misalnya yang termasuk dalam variabel lain dalam hukum permintaan itu ialah tingkat pendapatan konsumen, selera konsumen, harga barang lain selain barang yang dibicarakan, jumlah penduduk, pengeluaran advertensi, rancang bangun, saluran distribusi, dan sebagainya.

Hukum permintaan hanya menekankan perhatiannya kepada pengaruh suatu harga barang terhadap jumlah barang yang diminta, sedangkan pada kenyataannya permintaan suatu barang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, yaitu harga barang lain, pendapatan para pembeli, distribusi pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan ekspektasi. Barang-barang yang harganya mempengaruhi jumlah permintaan suatu barang adalah barang pengganti, barang pelengkap, dan barang netral (Sukirno, 2000).

Kuantitas suatu barang yang diminta oleh konsumen dipengaruhi oleh barang itu sendiri, harga barang lain, rata-rata penghasilan rumah tangga, selera, distribusi pendapatan, dan besarnya populasi (Lipsey et al, 1995). Secara matematis variabel-variabel tersebut dapat dibentuk dalam fungsi:


(34)

Keterangan:

Qdx = Jumlah barang x yang diminta Px = Harga barang x

Py = Harga barang y

I = Pendapatan

Di = Distribusi pendapatan T = Selera

N = Populasi

Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan harganya dapat diketahui dari skedul permintaan dan kurva permintaan. Skedul permintaan adalah tabulasi angka yang menunjukkan jumlah yang diminta pada harga tertentu, sedangkan kurva permintaan merupakan penyajian secara grafik dan skedul permintaan.

Kurva permintaan dari suatu barang menghubungkan keseimbangan jumlah barang yang dibeli konsumen dan tingkat harga pasar, di mana penghasilan konsumen dan harga nominal barang lain tidak berubah (Sudarman, 2004). Apabila harga barang atau jasa naik maka jumlah barang atau jasa yang diminta akan sedikit sebaliknya apabila harga atau jasa menurun maka jumlah barang atau jasa yang diminta akan tinggi, seperti yang tersaji pada Gambar 1:


(35)

XB

6 A Price-Consumption Curve

5 U1 D

4 B U3

U2 0

4 12 20 XA

G

H

0 4 12 20 XA

Gambar 1. Penurunan kurva permintaan (Pindyck, 2009)

Berdasarkan teori Pindyck (2009), Gambar 1 menunjukkan ketika konsumsi makanan (XA) dan pakaian (XB) berubah karena harga

makanan berubah. Seseorang akan mengalokasikan pendapatannya untuk dua jenis barang. Pada awalnya ketika harga makanan adalah Rp 10.000,- harga pakaian Rp 20.000, dan pendapatan konsumen sebesar 20.000

5.000

E

Demand Curve PXA


(36)

Rp 200.000,- pilihan konsumsi yang paling banyak kegunaannya adalah di titik B. Konsumen membeli 12 unit makanan dan 4 unit pakaian. Pencapaian tingkat kepuasan yang saling berkaitan dengan kurva indiferen U2.

Pada Gambar (1b), menunjukkan hubungan antara harga makanan (PXA) dan jumlah permintaan (XA). Sumbu X mengukur jumlah

makanan yang dikonsumsi, tetapi sumbu Y mengukur harga makanan. Titik G sama dengan titik B. Pada titik G, harga makanan adalah Rp 10.000,- dan konsumen membeli 12 unit makanan.

Diperkirakan harga makanan naik menjadi Rp 20.000,-. Garis anggaran pada Gambar (1a) bergeser masuk menuju sumbu Y, menjadi 2 kali sama tinggi dengan sebelumnya. Harga makanan yang relatif lebih tinggi meningkatkan kemiringan garis anggaran. Konsumen mencapai kepuasan maksimum pada titik A, yang mana ditemukan pada kurva indiferen paling rendah, U1 (karena harga makanan naik, kemampuan pembelian konsumen dan kepuasan yang dapat dicapai telah menurun). Pada titik A, konsumen memilih 4 unit makanan dan 6 unit pakaian. Pada Gambar (1b), konsumen mengurangi konsumsinya yang

ditunjukkan pada titik E, ketika pada harga Rp 20.000,- konsumen akan mengonsumsi 4 unit makanan. Jika harga makanan turun hingga Rp 5000,- maka garis anggaran sekarang bergeser ke kanan, konsumen dapat mencapai tingkat kepuasannya yang lebih tinggi dengan kurva indiferen U3 pada Gambar (1a), dengan pemilihan D, dengan 20 unit


(37)

makanan dan 5 unit pakaian. Titik H pada Gambar (1b) menunjukkan harga Rp 5000,- dan jumlah permintaan 20 unit makanan. Pada penurunan kurva permintaan dikenal dengan adanya efek subtitusi dan efek pendapatan.

Efek subtitusi terjadi jika ada dua barang dikonsumsi secara bersamaan, asumsi cateris paribus harga barang Y (pakaian), dan utilitas tetap, jika harga barang X (makanan) turun, pendapatan diimbangi agar utilitas tetap, pergerakan konsumsi berada di sepanjang kurva indeferen, individu bertahan pada kurva indeferen yang sama, konsumsi diubah agar subtitusi marginal sama dengan rasio harga yang baru dari kedua barang. Efek pendapatan terjadi jika harga X (makanan) turun maka pendapatan riil naik sehingga jumlah makanan yang diminta meningkat, garis anggaran berotasi ke kanan, perubahan harga berarti mengubah daya beli riil, individu akan berpindah ke kurva indeferen baru dengan daya beli yang baru, garis anggaran berotasi mengikuti perpindahan kurva indeferen dan daya beli yang baru.

5. Elastisitas Permintaan

Boediono (2002) menyatakan bahwa salah satu karakteristik penting dari kurva atau fungsi permintaan pasar adalah derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan salah satu faktor yang mmpengaruhinya. Ukuran derajat kepekaan ini disebut elastisitas. Ada beberapa macam konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan, yaitu :


(38)

a. Elastisitas Harga

Elastisitas harga adalah perubahan jumlah yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut dengan satu persen, atau secara umum :

Eh > 1 dikatakan bahwa permintaan elastis

Eh < 1 dikatakan bahwa permintaan inelastis

Eh = 1 disebut elastisitas tunggal (unitary elasticity)

b. Elastisitas (Harga) Silang

Elastisitas harga silang adalah persentase perubahan jumlah yang diminta akan suatu barang yang diakibatkan oleh perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan satu persen, atau secara umum :

Hubungan antara X dan Y adalah substitusi, maka Es adalah positif. Kenaikan harga barang Y berakibat berkurangnya permintaan akan barang Y dan bertambahnya permintaan barang X, bila hubungan antara X dan Y adalah komplementer Es adalah negatif.


(39)

c. Elastisitas Pendapatan

Elastisitas pendapatan adalah perubahan permintaan akan suatu barang yang diakibatkan oleh kenaikan pendapatan (income) riil konsumen dengan satu persen, atau :

Barang “normal” Ep positif dan untukbarang “inferior” Ep negatif. Barang-barang kebutuhan pokok mempunyai Ep < 1 sedang untuk barang-barang yang tidak pokok (misalnya barang-barang mewah) Ep > 1.

6. Kepuasan Konsumen

Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Konsumen yang puas akan sebuah produk atau jasa mempunyai kecenderungan untuk mengonsumsi produk atau jasa tersebut berulang kali. Konsumsi yang berulang akan menciptakan konsumen yang loyal atau setia, dan pada akhirnya konsumen yang loyal akan meningkatkan keuntungan

perusahaan. Menurut Musanto (2004) Kepuasan konsumen merupakan suatu tingkatan kebutuhan, keinginan dan harapan dari pelanggan dapat terpenuhi yang akan mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut.


(40)

Kepuasan didefinisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu alternatif yang dipilih setidaknya bekerja sebaik yang diharapkan. Ketidakpuasan adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara negatif (Engel et al, 1994).

Sumarwan (2003) menjelaskan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari selisih antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut. Konsumen pada saat membeli produk, mereka akan memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut berfungsi yaitu:

1) Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, yang disebut sebagai diskonfirmasi positif. Jika terjadi maka konsumen akan merasa puas.

2) Produk berfungsi seperti yang diharapkan, yang disebut sebagai diskonfirmasi sederhana. Produk ini tidak memberikan rasa puas, dan produk tersebut pun tidak mengecewakan konsumen. Jika terjadi maka konsumen memiliki perasaan netral.

3) Produk berfungi lebih buruk dari yang diharapkan, yang disebut diskonfirmasi negatif. Produk ini berfungsi buruk, tidak sesuai harapan konsumen sehingga menyebabkan kekecewaan dan ketidakpuasan.


(41)

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen

Kotler (2000) menyatakan bahwa kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Pada dasarnya pengertian kepuasan konsumen mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan ( Engel et al, 1994).

Lupiyoadi (2001) menjelaskan bahwa dalam menentukan kepuasan konsumen ada lima faktor yang harus diperhatikan, antara lain : a) Kualitas produk, yaitu pelanggan merasa puas bila hasil mereka

menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. b) Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas

apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

c) Emosi, yaitu pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia jika menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung memiliki kepuasan yang lebih tinggi.

d) Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggan.

e) Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk dan jasa tersebut.


(42)

Irawan (2004) menyebutkan faktor-faktor yang mendorong kepuasan pelanggan adalah:

a) Kualitas produk, pelanggan puas jika setelah membeli dan menggunakan produk tersebut ternyata kualitas produknya baik.

b) Harga, untuk pelanggan yang sensitif biasanya harga murah merupakan sumber kepuasan yang penting karena pelanggan akan mendapatkan value for money yang tinggi.

c) Service quality, kepuasan terhadap kualitas pelayanan biasanya sulit ditiru. Kualitas pelayanan merupakan driver yang

mempunyai banyak dimensi, salah satunya yang terkenal adalah servqual.

d) Biaya dan kemudahan, pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.

8. Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu yang meneliti permintaan dan kepuasan konsumen akan suatu barang tersaji pada Tabel 4.


(43)

Tabel 4. Tabel ringkasan penelitian terdahulu tentang permintaan dan kepuasan konsumen

Nama Peneliti

Judul Metode Hasil

Anggraini (2013) Analisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen gula pasir merek Gulaku di kota Bandar Lampung Analisis Deskriptif dan Metode Customer Satisfication Index (CSI)

Konsumen dengan kategori puas dengan indeks

kepuasan konsumen secara keseluruhan adalah 0,8259, artinya perusahaan telah memuaskan pelanggannya sebanyak 82,59 persen Putri (2009) Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Terhadap Minuman Susu Fermentasi Probiotik Vitacharm (Studi Kasus Bogor Botani Square) Analisis deskripstif, metode Importance-Performance Analysis, dan

Customer Satisfication Index (CSI)

Atribut produk Vitacharm yang berada pada kuadran I (prioritas utama) yaitu rasa dan kondisi pasca

konsumsi. Pada kuadran II terdapat atribut komposisi, kejelasan tanggal

kadaluarsa, izin Depkes, efek samping, dan kebersihan produk. Konsumen berada pada kriteria puas dengan nilai (CSI) sebesar 72,53 persen

Rahman (2008) Dewi (2013) Analisis Kepuasan Konsumen Produk Susu Ultra Milk Pengambilan Keputusan Rumah Tangga dalam Mengonsumsi Kecap Manis di Kota Bandar Lampung Analisis deskriptif, metode Importance-Performance Analysis, dan

Customer Satisfication Index (CSI)

Analisis Konjoin, Analisis Fungsi

Cobb Douglas

Indeks kepuasan konsumen keseluruhan yang berhasil dicapai Ultra Milk sebesar 61,89 persen artinya perusahaan memuaskan 61,89 persen dari harapan konsumen. Atribut yang harus diprioritaskan

perbaikan kinerjanya adalah kandungan bahan pengawet dan kemudahan

memperoleh produk

Atribut kecap manis yang paling disukai responden adalah warna, rasa, ukuran dan kemasan. Sebagian besar

konsumen rumah tangga memiliki merek kecap bango yang paling disukai


(44)

Ersi dan Semuel (2014) Hastang, Veronica, dan Arie (2011) Mudjahid (2009) Dewi (2013) Analisis CRM, Kepuasan Pelanggan, dan Loyalitas Produk UKM Berbasis Bahan Baku Terigu di Jawa Timur Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras Oleh Konsumen di Pasar Pa’Baeng -Baeng Makassar Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Permintaan Pelanggan Dalam Pembelian Mi

Instan Merek Alhami di Wilayah Medan Johor.

Convenience Sampling dan Analisis SEM Regresi linier berganda Pengukuran skala likert, analisis deskriptif, analisis statistik, dan analisis korelasi dan linier berganda

Variabel Customer Relationship Marketing(CRM) berpengaruh positif signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan. Hal itu terbentuk karena perusahaan mampu menjaga dan mengelola hubungan dengan konsumen tepung terigu dengan baik.

Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan telur ayam ras yang dapat dilihat dari nilai t hitung (-0,059) lebih kecil dari t tabel (2,617). Harga telur ayam ras tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan telur ayam ras jika dilihat secara parsial tetapi secara bersama-sama harga, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah permintaan telur ayam ras. Faktor harga, iklan, rasa dan tempat atau lokasi pemasaran secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian mi instant merek Alhami. Regresi berganda diperoleh elastisitas permintaan terhadap perubahan harga sebesar 1,43 persen, jika harga turun sebesar satu satuan permintaan akan naik sebesar 1,43. Permintaan elastis karena nilai eleastisitas lebih dari 1.


(45)

B. Kerangka Pemikiran

Susu bubuk merupakan bentuk lain dari susu cair yang telah melalui proses pengeringan tanpa mengurangi manfaatnya. Susu bubuk merupakan salah satu pangan yang memiliki kandungan energi,

karbohidrat, dan kalsium. Susu bubuk sering dijadikan sebagai produk makanan pelengkap konsumen rumah tangga di kehidupan sehari-hari. Saat ini susu bubuk sudah banyak dikonsumsi masyarakat dari segala kalangan.

Kegiatan konsumsi yang dilakukan konsumen rumah tangga sehari-hari mengarah pada permintaan akan produk susu bubuk. Penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisis permintaan konsumen terhadap susu bubuk dengan melihat hubungan antara variabel harga susu bubuk, harga susu cair, harga susu kental manis, harga teh, harga gula pasir, harga susu bubuk coklat Milo, harga sereal kemasan, harga kopi, tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan jenis susu yang akan mempengaruhi permintaan susu bubuk oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung.

Konsumen melakukan permintaan akan produk susu bubuk, yang kemudian akan tercipta kepuasan konsumen yang mengarah pada rasa puas atau tidak puas. Ketika tercipta rasa puas maka konsumen cenderung untuk melakukan permintaan secara berulang, namun jika tercipta rasa tidak puas maka konsumen cenderung menghentikan konsumsi terhadap produk tersebut. Tingkat kepuasan konsumen dianalisis dengan


(46)

menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI) yaitu dengan melakukan pembobotan terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut produk susu bubuk sehingga diperoleh indeks kepuasan konsumen secara keseluruhan maupun per atribut. Atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen adalah harga susu bubuk, rasa, kondisi kemasan saat dibeli, desain kemasan, tanggal kadaluarsa, label halal, kandungan zat gizi, iklan, dan komposisi produk, izin BPOM, dan kemudahan memperoleh produk.

Kepuasan konsumen yang tercipta memiliki faktor-faktor yang bepengaruh. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kepuasan konsumen adalah harga susu bubuk, usia responden, pendapatan rumah tangga (RT), lama mengonsumsi, frekuensi pembelian, dan lokasi pembelian. Kerangka pemikiran permintaan dan kepuasan konsumen rumah tangga dalam mengonsumsi susu bubuk di Kota Bandar Lampung selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.


(47)

Gambar 2. Kerangka pemikiran permintaan dan kepuasan konsumen rumah tangga dalam mengonsumsi susu bubuk di Kota Bandar Lampung

Susu bubuk sebagai produk makanan pelengkap konsumen

rumah tangga Konsumen susu bubuk Permintaan susu bubuk Kepuasan konsumen

Puas Tidak puas

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan susu bubuk:

 Harga susu bubuk  Harga susu cair

 Harga susu kental manis  Harga teh

 Harga gula pasir  Harga susu bubuk coklat

Milo

 Harga sereal kemasan  Harga kopi

 Tingkat pendapatan RT  Jumlah anggota keluarga

 Tingkat pendidikan konsumen

 Jenis susu Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen :

 Harga susu bubuk  Usia responden  Pendapatan RT  Lama mengonsumsi

 Lokasi pembelian

Metode CSI Atribut susu bubuk:  Harga

 Rasa

 Kondisi kemasan produk

 Desain kemasan  Tanggal kadaluarsa  Label halal  Kandungan zat gizi  Iklan

 Komposisi produk  Izin BPOM  Kemudahan


(48)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1) Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan susu bubuk di Kota Bandar Lampung adalah harga susu bubuk, harga susu cair, harga susu kental manis, harga teh, harga gula pasir, harga susu bubuk coklat Milo, harga sereal kemasan, harga kopi, tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, dan jenis susu (full cream atau instant).

2) Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam mengonsumsi susu di Kota Bandar Lampung adalah harga susu bubuk, usia responden, pendapatan rumah tangga (RT), lama mengonsumsi, dan lokasi pembelian.


(49)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional tentang permintaan dan kepuasan konsumen rumah tangga dalam mengonsumsi susu bubuk di Kota Bandar Lampung mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Susu bubuk full cream adalah adalah susu yang berasal dari susu segar yang kemudian dikeringkan. Umur simpan susu bubuk maksimal dua tahun penanganan yang baik dan benar. Susu bubuk full cream memiliki kandungan lemak yang banyak.

Susu bubuk instant adalah susu yang berasal dari susu segar yang kemudian dikeringkan dan dipisahkan kandungan air dan lemaknya, sehingga kandungan lemak dalam susu bubuk instant lebih sedikit.

Responden adalah ibu rumah tangga yang mengonsumsi atau melakukan pembelian susu bubuk di Kota Bandar Lampung, dan bersedia


(50)

Konsumen susu bubuk adalah ibu rumah tangga dan anggota keluarga lain, kecuali balita dan lansia yang melakukan pembelian dan mengonsumsi susu bubuk.

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dengan atau tanpa adanya hubungan darah dan pengelolaan

keuangan dilakukan secara bersama-sama.

Permintaan susu bubuk (Y1) adalah jumlah susu bubuk yang dikonsumsi

oleh rumah tangga dalam kurun waktu satu bulan. Permintaan susu bubuk dalam penelitian ini dikonversikan dari satuan kemasan (dus dan sachet) ke dalam satuan gram.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah hal-hal yang mempengaruhi terjadinya suatu permintaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan susu bubuk dalam penelitian ini antara lain harga barang itu sendiri, harga barang pengganti, harga barang pelengkap, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan jenis susu (full cream atau instant).

Barang pengganti disebut juga dengan barang subtitusi. Barang pengganti adalah suatu barang yang dapat menggantikan fungsi dari barang yang digantikan. Barang pengganti susu bubuk dalam penelitian ini adalah susu cair, susu kental manis, dan teh.

Barang pelengkap disebut juga dengan barang komplementer. Barang pelengkap adalah barang yang berfungsi untuk melengkapi kegunaan dari


(51)

barang utama. Barang komplementer susu bubuk dalam penelitian ini adalah gula pasir, susu bubuk Milo, sereal kemasan, dan kopi.

Harga susu bubuk adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam melakukan pembelian susu bubuk yang diukur dalam satuan rupiah per seratus gram (Rp/100 gr).

Harga susu cair adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam melakukan pembelian susu cair yang diukur dalam satuan rupiah per seratus mililiter (Rp/ 100 ml).

Harga susu kental manis adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam melakukan pembelian susu kental manis yang diukur dalam satuan rupiah per seratus gram (Rp/ 100 gr).

Harga teh adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam melakukan pembelian teh yang diukur dalam satuan rupiah per seratus gram (Rp/100 gr).

Harga susu bubuk coklat Milo adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam melakukan pembelian susu bubuk coklat Milo yang diukur dalam satuan rupiah per seratus gram(Rp/100 gr).

Harga gula pasir adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam melakukan pembelian gula pasir yang diukur dalam satuan rupiah per seratus gram (Rp/100 gr).


(52)

Harga sereal kemasan adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam melakukan pembelian sereal kemasan yang diukur dalam satuan rupiah per seratus gram (Rp/100 gr).

Harga kopi adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam melakukan pembelian kopi yang diukur dalam satuan rupiah per seratus gram (Rp/100 gr).

Tingkat pendapatan rumah tangga (RT) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dalam periode tertentu. Tingkat pendapatan RT diukur dalam satuan rupiah per bulan (Rp/ bulan).

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga dalam suatu rumah tangga yang menjadi tanggung jawab kepala keluarga. Jumlah anggota keluarga diukur dengan satuan individu atau orang.

Elastisitas permintaan adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah

permintaan barang terhadap perubahan harga. Elastisitas permintaan susu bubuk mengukur seberapa besar kepekaan perubahan jumlah permintaan susu bubuk terhadap perubahan harga susu bubuk.

Kepuasan konsumen (Y2) adalah suatu perasaan senang atau kecewa

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk susu bubuk dengan harapannya.

Atribut susu bubuk adalah karakteristik yang menjadi ciri dari produk susu bubuk tersebut. Atibut yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga


(53)

susu bubuk, rasa, kondisi kemasan saat dibeli, desain kemasan, tanggal kadaluarsa, label halal, kandungan zat gizi, iklan, komposisi produk, izin BPOM, dan kemudahan memperoleh produk.

Tingkat kepentingan adalah seberapa penting atribut suatu produk diperhatikan oleh konsumen. Tingkat kepentingan dihitung dengan melihat penilaian konsumen terhadap variabel indikator, yaitu harga susu bubuk, rasa, kondisi kemasan saat dibeli, desain kemasan, tanggal

kadaluarsa, label halal, kandungan zat gizi, iklan, komposisi produk, izin BPOM, dan kemudahan memperoleh produk. Skor 1 untuk “tidak

penting”, skor 2 “kurang penting”, skor 3 “cukup penting”, skor 4 “penting”, dan skor 5 “sangat penting”.

Tingkat kinerja atribut adalah tingkat kepuasan konsumen karena kinerja produk sesuai dengan kepentingan. Tingkat kinerja atribut produk susu bubuk (11 variabel indikator) dapat dihitung dengan menjumlahkan hasil perkalian antara skor masing-masing skala dengan jumlah responden yang memilih skala.

Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk membeli susu bubuk. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat mahal, “2”

mahal, “3” cukup, “4” murah, dan “5” sangat murah.

Rasa adalah suatu tanggapan dari rangsangan syaraf manusia terhadap indra pengecap, seperti rasa manis, pahit, asin, dan asam, yang


(54)

atau minuman. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak

enak, “2” tidak enak, “3” cukup enak, “4” enak, dan “5” sangat enak.

Kondisi kemasan produk adalah keadaan produk susu bubuk pada saat akan dibeli. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak baik,

“2” tidak baik, “3” cukup baik, “4” baik, dan “5” sangat baik.

Desain kemasan adalah rancangan, motif, dan pola dari kemasan yang

membungkus suatu produk. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak menarik, “2” tidak menarik, “3” cukup menarik, “4” menarik, dan “5” sangat menarik.

Tanggal kadaluarsa adalah tanggal yang menunjukkan batas waktu untuk mengonsumsi suatu produk. Tanggal kadaluarsa suatu produk pada

kemasan produk. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak jelas, “2” tidak jelas, “3” cukup jelas, “4” jelas, dan “5” sangat jelas.

Label halal adalah kejelasan tentang label jaminan halal pada kemasan produk susu bubuk. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat

tidak jelas, “2” tidak jelas, “3” cukup jelas, “4” jelas, dan “5” sangat jelas.

Kandungan zat gizi adalah informasi tentang komposisi zat gizi yang terkandung dalam susu bubuk. Variabel ini diukur menggunakan skor “1”

sangat tidak jelas, “2” tidak jelas, “3” cukup jelas, “4” jelas, dan “5”


(55)

Iklan adalah usaha pengenalan produk yang dilakukan produsen susu bubuk kepada konsumen. Variabel ini diukur menggunakan skor “1”

sangat tidak menarik, “2” tidak menarik, “3” cukup menarik, “4” menarik, dan “5” sangat menarik.

Komposisi produk adalah bahan-bahan yang terkandung dalam produk

susu bubuk. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak jelas, “2” tidak jelas, “3” cukup jelas, “4” jelas, dan “5” sangat jelas.

Izin BPOM adalah izin yang diberikan oleh instansi terkait pada kemasan susu bubuk. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak jelas,

“2” tidak jelas, “3” cukup jelas, “4” jelas, dan “5” sangat jelas.

Kemudahan memperoleh produk adalah kemudahan untuk mendapatkan

susu bubuk. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak mudah, “2” tidak mudah, “3” cukup mudah, “4” mudah, dan “5” sangat

mudah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen adalah hal-hal yang mempengaruhi tercapainya suatu kepuasan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen pada penelitian ini adalah harga susu bubuk, usia responden, pendapatan rumah tangga, lama


(56)

Harga produk (X1) adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh

konsumen untuk memperoleh produk susu bubuk yang diukur dalam rupiah per seratus gram (Rp/ 100 gr).

Pendapatan rumah tangga (X2) adalah penerimaan yang diperoleh

masyarakat yang digunakan untuk mengonsumsi susu bubuk.

Usia responden (X3) adalah usia minimal konsumen adalah dalam usia

produktif yang mengonsumsi susu bubuk.

Lama mengonsumsi (X3) adalah waktu yang telah digunakan konsumen

untuk mengonsumsi susu bubuk.

Lokasi pembelian (X4) adalah suatu tempat dimana konsumen dapat

membeli susu bubuk. Pada penelitian ini terdapat tiga lokasi pembelian yaitu, pasar modern, minimarket, dan pasar tradisional, yang akan diukur sebagai variabel dummy. D1, 1 untuk konsumen yang memilih membeli di

pasar modern, 0 lainnya, dan D2, 1 untuk konsumen yang memilih

membeli di minimarket, 0 lainnya.

B. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandar Lampung. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung, sekaligus menjadi pusat aktivitas ekonomi masyarakatnya yang memiliki banyak perbedaan

karakteristik seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, usia, dan pengetahuan gizi yang berdampak pada permintaan dan perilaku


(57)

konsumen dalam mengonsumsi susu bubuk. Kota Bandar Lampung juga terdapat banyak pasar yang meliputi pasar modern, pasar tradisional, dan minimarket yang tersebar hampir di seluruh daerah kota. Berdasarkan pertimbangan yang telah disebutkan maka Kota Bandar Lampung dianggap telah mewakili masyarakat yang ada di kota lain di Provinsi Lampung. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan bulan Juni 2014.

Tahap pertama adalah pencarian data mengenai nama-nama pasar beserta lokasi yang berada di Kota Bandar Lampung. Pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasar tradisional, pasar modern, dan minimarket. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS (2012) jumlah pasar tradisional yang besar sebanyak 8 pasar, pasar modern sebanyak 12 pasar, dan minimarket sebanyak 150 minimarket. Pasar tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung terdiri dari Pasar Tugu, Pasar Way Halim, Pasar Baru/ SMEP, Pasar Cimeng, Pasar Kangkung, Pasar Panjang, Pasar Way Kandis, dan Pasar Koga. Pasar modern terdiri dari Central Plaza, Mall Kartini, Chandra Tanjung Karang, Chandra Teluk Betung, Gelael, Ramayana, Simpur Center, Lotus Plaza, Mall Lampung, Giant Antasari, Giant Kemiing, dan Giant Kedaton. Minimarket terdiri dari Indomaret, Alfamart, Chamart, dan Minimarket lainnya yang tersebar hampir di seluruh kecamatan yang berada di Kota Bandar Lampung.

Tahap kedua adalah menentukan nama pasar tradisional, pasar modern, dan minimarket beserta lokasinya yang akan dijadikan tempat penelitian. Penentuan tersebut dilakukan dengan cara acak. Metode acak dilakukan


(58)

untuk memperoleh masing-masing jenis pasar yang berjumlah tiga pasar. Pasar tradisional yang dijadikan tempat penelitian adalah Pasar Way Halim, Pasar Tugu, dan Pasar Way Kandis. Pasar modern yang dijadikan tempat penelitian adalah Mall Kartini, Chandra Tanjung Karang, dan Mall Lampung. Minimarket yang dijadikan tempat penelitian adalah Indomaret di Kecamatan Kemiling, Alfamart di Kecamatan Tanjung Karang Barat, Chamart di Kecamatan Panjang, dan Minimarket lain-lain di Kecamatan Rajabasa.

Tahap ketiga adalah penentuan jumlah responden yang akan digunakan dalam penelitian. Penentuan jumlah responden dalam penelitian ini menggunakan metode accidental sampling. Metode accidental sampling adalah penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu dengan siapa saja secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, jika dilihat orang yang ditemui sesuai sebagai sumber data (Sugiyono, 2004).

Jumlah responden untuk masing-masing pasar sebanyak 8 responden, dengan harapan jumlah tersebut telah mewakili konsumen susu bubuk yang ada di Kota Bandar Lampung. Jumlah responden secara keseluruhan adalah:


(59)

Tabel 5. Jenis, nama pasar, dan jumlah responden penelitian

Jenis dan Nama Pasar Jumlah Responden

(orang) Pasar Tradisional

Pasar Way Halim 8

Pasar Tugu 8

Pasar Baru/ SMEP 8

Pasar Modern

Mall Kartini 8

Chandra Tanjung Karang 8

Mall Lampung 8

Minimarket Indomart Kemiling

Indomart Pasar Tani 4

Indomart Pinang Jaya 4

Alfamart Tanjung Karang Barat

Alfamart Gedung Air 4

Alfamart Blora 4

Chamart Panjang

Chamart Panjang Utara 4

Chamart Ketapang 4

Minimarket Rajabasa

Minimarket Surya 4

Minimarket Gedung Meneng 4

Total 80

Berdasarkan perhitungan maka jumlah keseluruhan responden adalah 80 responden.

C. Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner yang telah


(60)

dipersiapkan sebelumnya. Data primer meliputi data jumlah permintaan serta kepuasan konsumen susu bubuk di Kota Bandar Lampung. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, Badan Ketahanan Pangan Kota Bandar Lampung, Perpustakaan Daerah Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung, dan instansi terkait lainnya. Data sekunder meliputi daftar komposisi zat energi dalam berbagai jenis susu dan data jumlah penduduk Kota Bandar Lampung.

D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Fungsi Perpangkatan, perhitungan elastisitas, dan analisis Customer Satisfaction Index (CSI).

1. Analisis Fungsi Perpangkatan

Metode analisis Fungsi Perpangkatan digunakan untuk menjawab tujuan pertama dan kedua, yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan susu bubuk di Kota Bandar Lampung. Persamaan faktor-faktor tersebut dibentuk dengan model persamaan Fungsi Perpangkatan. Parameternya diestimasi dengan metode statistik menggunakan Program SPSS.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan susu bubuk adalah harga susu bubuk (X1), harga susu cair (X2), harga susu kental

manis (X3), harga teh (X4), harga gula pasir (X5), harga susu bubuk


(61)

pendidikan (X9), tingkat pendapatan (X10), jumlah anggota rumah

tangga (X11) dan jenis susu (D). Model persamaan adalah :

Y = b0 .X1b1.X2b2.X3b3.X4b4.X5b5.X6b6.X7b7.X8b8.X9b9.X10b10.X11b11.edu

Fungsi persamaan ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (ln) untuk menduga parameter model, sehingga diperoleh persamaan regresi linier berganda:

ln Y = ln b0 + b1lnX1 + b2lnX2 + b3lnX3 + b4lnX4 + b5lnX5 + b6lnX6 +

b7lnX7 + b8lnX8 + b9lnX9 + b10lnX10 + b11lnX11 + dD + u

Keterangan :

Y = Permintaan susu bubuk (gr/bulan) b0 = Intersep

b1-b11 = Koefisien variabel bebas

X1 = Harga susu bubuk (Rp/100 g)

X2 = Harga susu cair (Rp/ 100 ml)

X3 = Harga susu kental manis (Rp/100 g)

X4 = Harga teh (Rp/100 g)

X5 = Harga gula pasir (Rp/100 g)

X6 = Harga susu bubuk Milo (Rp/100 g)

X7 = Harga sereal kemasan (Rp/ 100 g)

X8 = Harga kopi (Rp/ 100 g)

X9 = Tingkat pendidikan (tahun sukses)

X10 = Tingkat pendapatan (Rp/bulan)

X11 = Jumlah anggota rumah tangga (jiwa)

D = Jenis susu bubuk, D 1 = full cream, 0 = lainnya

e = Bilangan natural (2,7182) u = Kesalahan acak

Hasil data yang telah diolah akan diuji menggunakan Uji F dan Uji t. Pengujian regresi secara serempak menggunakan Uji F untuk


(62)

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y). Pengujian secara tunggal dengan Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas (X1―X11 dan D) secara tunggal

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y). Uji F dan t dilakukan pada taraf nyata (α)≤ 15.

2. Perhitungan Elastisitas

Perhitungan elastisitas dapat dilihat berdasarkan rumus: a. Elastisitas Harga

Perhitungan elastisitas harga bertujuan untuk mengetahui nilai elastisitas harga terhadap permintaan susu bubuk. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :

Eh > 1 dikatakan bahwa permintaan elastis

Eh < 1 dikatakan bahwa permintaan inelastis

Eh = 1 disebut elastisitas tunggal (unitary elasticity)

b. Elastisitas Silang

Perhitungan elastisitas silang bertujuan untuk mengetahui nilai elastisitas silang terhadap permintaan susu bubuk full cream dan instan. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :


(63)

Hubungan antara X dan Y adalah substitusi, maka Es adalah positif. Kenaikan harga barang Y berakibat berkurangnya

permintaan akan barang Y dan bertambahnya permintaan barang X. Hubungan antara X dan Y adalah komplementer, biasanya Es adalah negatif.

c. Elastisitas pendapatan

Perhitungan elastisitas pendapatan bertujuan mengetahui nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan susu bubuk. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :

Barang “normal” Ep positifdan untuk barang “inferior” Ep negatif. Barang-barang kebutuhan pokok mempunyai Ep < 1 sedangkan untuk barang-barang yang tidak pokok (misalnya barang-barang mewah) Ep > 1.

3. Analisis Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index)

Metode ini digunakan untuk menjawab tujuan ketiga yaitu mengetahui tingkat kepuasan konsumen rumah tangga dalam mengonsumsi susu bubuk di Kota Bandar Lampung. Tahapan-tahapan pengukuran CSI adalah:

a. Menghitung Weighting Factor (WF), yaitu mengubah nilai kepentingan menjadi angka persen, sehingga diperoleh Important


(64)

Weight Factor dengan total 100 persen. Weighting Factor adalah fungsi dari Mean Important Score (MIS – i) masing-masing atribut dalam bentuk persentase (%) dari total rata-rata tingkat

kepentingan (MIS – i) untuk seluruh atribut atau indikator uji.

Weight Factor =

b. Menghitung Indeks Kepuasan Konsumen dengan cara :

i) Menghitung Weighted Score (WS), yaitu perkalian antara Mean Satisfaction Score (MSS) dengan Weighting Factor (WF).

WS = MSS x WF

ii)Menghitung Weighted Average (WA), yaitu menunjukkan semua Weighted Score (WS) dengan semua atribut kualitas produk dan pelayanan.

iii) Menghitung Indeks Kepuasan Konsumen yaitu Weighted Average (WA) dibagi skala maksimal (Highest Scale/HS) yaitu skala likert 5 dikalikan 100 persen.

CSI =

Tingkat kepuasan responden secara keseluruhan dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan. Kriterianya berdasarkan Panduan Survei Kepuasan Pelanggan dalam Uluum (2007):


(65)

0,00 - 0,34 = Tidak Puas 0,35 – 0,50 = Kurang Puas 0,51 – 0,65 = Cukup Puas 0,66 – 0,80 = Puas

0,81 – 1,00 = Sangat Puas

4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Suatu proses keputusan, konsumen tidak akan berhenti hanya sampai proses konsumsi karena konsumen akan melakukan proses evaluasi pasca konsumsi tersebut. Evaluasi tersebut berupa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap suatu produk yang dikonsumsi. Kepuasan konsumen dilihat dari skor penilaian kepuasan konsumen terhadap variabel indikator kepuasan. Skor yang diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam rentang skala:

0,00 - 0,34 = Tidak Puas 0,35 – 0,50 = Kurang Puas 0,51 – 0,65 = Cukup Puas

0,66 – 0,80 = Puas

0,81 – 1,00 = Sangat Puas

Analisis model logit digunakan untuk menjawab tujuan keempat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam mengonsumsi susu bubuk. Gujarati (2003) menyatakan bahwa model logit adalah model regresi non-linear yang menghasilkan sebuah

Tidak Puas


(66)

persamaan di mana variabel dependen bersifat kategorikal. Kategori paling dasar dari model tersebut menghasilkan binary values seperti angka 0 dan 1. Angka yang dihasilkan mewakili suatu kategori tertentu yang dihasilkan dari perhitungan probabilitas terjadinya kategori tersebut.

Supranto (2004) menyatakan bahwa model logit adalah model probabilitas logistik untuk menjelaskan respon kualitatif variabel dependent. Pada penggunaan analisis logistik terdapat variabel dependent ( variabel biner atau dua kategori) dengan variabel independent (memiliki jenis data numerik dan kategori). Model analisis logistik memiliki fungsi penghubung berupa distribusi logit sehingga yang terbentuk umumnya digunakan untuk memprediksi probabilitas terjadinya sebuah kejadian berdasarkan variabel penjelasnya (independent). Bentuk persamaan model logit yang digunakan adalah:

ln (Pi/1 – Pi) = = ßo + ßx + ...ß x Keterangan :

Zi = faktor dependent peluang konsumen mencapai kepuasan D (0 = tidak puas dan 1 = puas)

β0 = konstanta

β1, dst = koefisien regresi

x1-x7 = faktor independent

Pi = probabilitas

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kepuasan konsumen antara lain harga susu bubuk, usia responden, pendapatan rumah tangga,


(67)

lama mengonsumsi, frekuensi pembelian, dan lokasi pembelian. Model persamaan logit pada penelitian ini adalah:

Ln (Pi/1 – Pi) = Zi =β0+ β1x1+ β2x2+ β3x3+ β4x4+ β5x5 + D1 + D2

Keterangan :

Zi = peluang konsumen untuk mencapai

kepuasan (Z = 0 tidak puas ; Z = 1 puas)

β0 = konstanta

β1, β2, β3, β4, β5β6 = koefisien regresi

x1 = harga susu bubuk

x2 = usia responden

x3 = pendapatan rumah tangga

x4 = lama mengonsumsi

D1 = lokasi pembelian

D1 1 = pasar modern dan 0 = lainnya

D2 = lokasi pembelian

D2 1 = minimarket dan 0 = lainnya

Pi = probabilitas

Supranto (2004) menyatakan bahwa untuk mengetahui ketepatan model yang dinyatakan dengan berapa persen variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi maka digunakan uji Likelihood Ratio Index (LRI). NilaiLRI sama dengan pseudo R2atau Mc Fadden’s R2. LRI = pseudo R2 atau

Mc Fadden’s.

R2 = 1 – ln L/ln Lo Keterangan :

LRI = Likelihood Ratio Index

ln L = nilai maksimum dari log- Likelihood function tanpa restriksi (melibatkan semua parameter termasuk variabel bebas)


(1)

54

Degree of freedom (df) = (n-2) dan alpha = 0,05 maka: Variabel dikatakan valid jika :

r hitung positif dan rhitung> rtabel Variabel dikatakan tidak valid jika : r hitung tidak positif dan rhitung< rtabel b) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan efektifitas suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Apabila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur sesuatu yang sama dan menghasilkan pengukuran yang relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dapat dikatakan handal. Suatu kuesioner dianggap andal, jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach’s (Sugiyono, 2004), dengan rumus:

( ) ∑ Keterangan :

r11 = Realibilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan ∑ = Jumlah varian butir

= Varian total

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.


(2)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada penelitian ini responden yang diteliti adalah ibu rumah tangga yang rata-rata berusia 43 tahun. Mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1. Permintaan susu bubuk oleh konsumen rumah tangga memiliki frekuensi

pembelian rata-rata satu kali per bulan, dengan kemasan yang paling diminati adalah 400 gram. Merek susu bubuk yang dipilih konsumen rumah tangga untuk dikonsumsi baik full cream maupun instant adalah merek Dancow.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan susu bubuk adalah harga susu bubuk itu sendiri dengan tingkat kepercayaan 90 persen, harga susu cair dengan tingkat kepercayaan 99 persen, dan tingkat pendapatan rumah tangga dengan tingkat kepercayaan 90 persen.

3. Sebesar 76,54 persen sudah dapat mewakili tingkat kepuasan konsumen rumah tangga terhadap tingkat kepentingan dan kinerja susu bubuk full cream dan instant, dan masuk dalam kriteria puas pada rentang skala


(3)

106 0,61 – 0,80, dengan jumlah konsumen yang puas sebanyak 61 orang (76,25 %).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen dalam mengonsumsi susu bubuk dalam penelitian ini adalah harga susu bubuk (X2) dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan lokasi pembelian (X5) dengan tingkat kepercayaan masing-masing 90 persen dan 99 persen. B. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian, atribut produk yang memiliki skor di bawah rata-rata adalah atribut label halal, iklan, dan kemudahan memperoleh. Oleh sebab itu diharapkan produsen dapat lebih memperjelas keterangan label halal, membuat iklan agar lebih menarik bagi konsumen, dan memperluas distribusi susu bubuk di pasar yang ada di Kota Bandar Lampung, sehingga konsumen dapat dengan mudah menjangkau susu bubuk yang diinginkan.

2. Bagi peneliti lain, dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai loyalitas konsumen, targeting, dan positioning produk untuk membidik segmen pasar dengan tepat. Dapat juga dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek di luar perilaku konsumen, seperti tentang manajemen strategi sehingga respon dari masyarakat dapat ditanggapi dengan baik oleh produsen susu bubuk. Hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian sejenis dengan menambahkan variabel dan atribut produk yang tidak dimasukkan pada penelitian, seperti volume produk dan petunjuk penggunaan produk.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, V., Fembriarti E. P., dan Hurip, S. 2013. Tingkat kepuasan dan

loyalitas konsumen gulaku di Kota Bandar Lampung. JIIA, 1(2):149-155

1(2). Diakses: 3 April 2014

Bangun, W. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Refika Aditama. Bandung

Badan Pusat Statistik Lampung. 2012. Lampung dalam Angka Tahun 2012.

Lampung

_________________________. 2013. BandarLampung dalam Angka Tahun

2013. Lampung

Boediono. 2002. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1 Edisi 2.

BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta

Departemen Pertanian. 2014. Pphp.deptan.go.id/xplore/files/MUTU-

STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar_nasional/SNI_Ternak/KATEGORI_PANGAN_01_Susu3B [1].doc . Diakses: 24 Januari 2015

Dewi, V.R. 2013. Pengambilan keputusan rumah tangga dalam mengonsumsi Kecap Manis di Kota Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Universitas Lampung

Engel, J.F., Roger, D. B.,dan Paul, W. M. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi

Keenam. Jilid 2. Binapura Aksara. Jakarta

Ersi, D.Y., dan Hatane, S. 2014. Analisis CRM, kepuasan pelanggan, dan

loyalitas produk UKM berbasis bahan baku terigu di Jawa Timur. Jurnal

Manajemen Pemasaran 8(1). Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra.

Diakses: 10 Mei 2014

Ghazali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang


(5)

Hastang, Veronica, Sri, L., Arie, P. 2010. Beberapa faktor yang mempengaruhi

jumlah permintaan telur ayam ras oleh konsumen di Pasar Pa’Baeng-Baeng

Makassar. Jurnal Agribisnis 10(3). Diakses: 14 April 2014

Indonesian Consumer Profile. 2008. Dancow masih memimpin pasar susu bubuk. Jakarta. Marsnewsletter.wordpress.com/2009/09/10/dancow-masih-memimpin-pasar-susu-bubuk/ Diakses: 20 Mei 2014

Indriani, Y. 2015. Gizi dan Pangan. CV. Anugrah Utama Raharja. Bandar Lampung

Irawan, H. 2004. Kepuasan Pelanggan. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid 1&2. PT. Prenhallindo. Jakarta

_______. 2006. Manajemen Pemasaran Edisi 11. PT. Indeks. Jakarta Lipsey, R.G., et al. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi. Rineka Cipta. Jakarta

Lupiyoadi, R. 2001. Manajemen Pemasaran. Jasa Salemba Empat. Jakarta

Lestari, E.A. 2003. Audit energi pada pengolahan susu cair menjadi susu bubuk di PT. Ultrindo Inti Jaya Jakarta. Skripsi Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Maholtra, N. 2004. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan. PT. Indeks. Jakarta Mantra, I. B. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Mowen, J.C., dan Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 2 Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta

Mudjahid, A. 2009. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pelanggan dalam pembelian Mi Instan Merek Alhami di wilayah Medan Johor. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen. Universitas Terbuka Medan

Musanto, T. 2004. Faktor-faktor kepuasan dan loyalitas pelanggan studi kasus pada CV. Media Advertising Surabaya. Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan 6(2). Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. Diakses: 10 Mei 2014

Pindyck, dan Robert, S. 2009. Microeconomics 7th Edition. New Jersey. Prentice Hall

Putra, S.R. 2013. Pengantar Ilmu Gizi Dan Diet. Yogyakarta. D-Medika (Anggota IKAPI)


(6)

Putri, C.D.K. 2009. Analisis sikap dan kepuasan konsumen terhadap minuman susu fermentasi probiotik Vitacharm (Studi kasus: Giant Botani Square Bogor). Skripsi Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor

Rahman, A. 2008. Analisis kepuasan konsumen produk Susu Ultra Milk. Skripsi Program Studi Manajemen Agribinsis. Skripsi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Setiadi, N.J . 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana

Sudarman, A. 2004. Teori Ekonomi Mikro Edisi Keempat. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta

Sugiyono. 2004. Statiska Untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung Suhardjo, dan Clara, M.K. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius.

Yogyakarta

Sukirno, S. 2001. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT. Gajah Grafindo Persada. Jakarta

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen, Teori, Dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta

Supranto. 2004. Ekonometri Buku Ke-2. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta

Uluum, H. 2007. Panduan Survei Kepuasan Konsumen. PT Sucofindo. Jakarta.

Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Widodo. 2003. Teknologi Proses Susu Bubuk. Lacticia Press. Yogyakarta