PERMINTAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN RUMAH TANGGA DALAM MENGONSUMSI KECAP DI BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PERMINTAAN DAN KEPUASAN KONSUMEN RUMAH TANGGA DALAM MENGONSUMSI KECAP DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

Ludi Satria Ariesman

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji permintaan kecap di tingkat rumah tangga dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaannya serta untuk menganalisis tingkat kepuasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen rumah tangga dalam mengonsumsi kecap di Bandar Lampung. Penelitian dilakukan menggunakan metode survei di Desa Beringin Raya Kecamatan Kemiling dan Desa Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 76 orang yang diambil menggunakan metode Simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dari bulan April sampai Juni 2014. Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen dianalisis dengan Fungsi Cobb Douglas, tingkat kepuasan menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI), dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen rumah tangga menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan konsumen rumah tangga akan kecap manis 501 ml/bulan. Faktor yang mempengaruhi permintaan kecap adalah harga kecap manis, harga gula, tingkat pendapatan, dan jumlah anggota keluarga. Sebanyak 53 konsumen merasa puas terhadap kinerja kecap manis. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen adalah usia, lama mengonsumsi, harga kecap manis, dan lokasi pembelian.


(2)

ABSTRACT

DEMAND AND SATISFACTION OF HOUSEHOLD CONSUMER IN CONSUMING SOY SAUCE IN BANDAR LAMPUNG

By

Ludi Satria Ariesman

The objectives of this research were: to assess the demand of soy sauce at the household level and its influencing demand factors, to analyze the degree of satisfaction and the factors that influence consumer’s satisfaction in consuming soy sauce in Bandar Lampung. The study was conducted by a survey method in Beringin Raya Village of Kemiling Sub District and Sawah Brebes Village of East Tanjung Karang Sub District, Bandar Lampung. The number of samples in this research was 76 people who were taken by Simple random sampling method. The data collection was conducted from April to June 2014. The factors that influenced consumer demand were analyzed by Cobb Douglas Analysis Function; the satisfaction of degree was analyzed by Customer Satisfaction Index (CSI), whereas the factors that influenced satisfaction of household consumers was analyzed by Logistic Regression Analysis. The result of this research showed that the demand of soy sauce of the household consumer was 501 ml/month. The factors that influenced the demand of soybean sauce were the price of soybean sauce, the price of sugar, income level, and number of family members. A total of 53 consumers were satisfied with the performance of soy sauce. Factors that influenced the level of customer satisfaction were age, duration of consumption, the price of soy sauce, and location of purchase.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya 10 April 1992 dari pasangan Bapak Denny Sudrajat dan Ibu Dinie Sugiarti sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD Al-Kautsar, Bandar Lampung 2004, kemudian

menyelesaikan studi tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2007, kemudian melanjutkan studi tingkat Sekolah Menengah Akhir di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis, melalui Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNPTN).

Selama di bangku kuliah, penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Ekonometrika dan Pengantar Ilmu Ekonomi. Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT. Sweet Indo Lampung. Penulis juga memiliki

pengalaman organisasi di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian sebagai Anggota Himaseperta pada tahun 2012/2013 sebagai Anggota Bidang II.


(7)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Permintaan dan Kepuasan Konsumen Rumah Tangga dalam Mengonsumsi Kecap Manis di Bandar Lampung”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada:

1. Dr. Ir. Fembriarti E. Prasmatiwi, M.S.,sebagai Pembimbing Pertama dan Ketua Jurusan Agribisnis, atas bimbingan, motivasi, masukan, arahan, saran, dan nasihat yang telah diberikan selama penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc., sebagai Pembimbing Kedua, atas bimbingan, motivasi, masukan, arahan, saran, dan nasihat yang telah diberikan selama penyelesaian skripsi ini.


(8)

4. Keluarga tercinta, ayah Ir. Denny Sudrajat, M.P., ibunda Dra. Dinie Sugiarti, adik tersayang Raka Satria Rainaudi dan Riki Satria Rainaudi, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan kasih sayang yang tidak akan tergantikan oleh apapun dan siapapun. Doa, semangat, perhatian, dukungan yang luar biasa kepada penulis dalam menjalankan kehidupan dan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ir. Begem Viantimala, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, atas bimbingan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

6. Seluruh Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian atas semua ilmu yang telah diberikan selama Penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung.

7. Karyawan-karyawan di Jurusan Agribisnis, Mba Iin, Mba Ayi, Mas Bukhari, Mas Sukardi, Pak Margono, dan Mas Boim, atas semua bantuan yang telah diberikan.

8. Yulia Agustiara Putri, S.Pd, yang telah memberi motivasi, doa, masukan, saran, dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi.

9. Teman-teman Agribisnis 2010 Yoandra, Danny I, Dani P, Dimash, Wayan, Reza, Vanessa, Tunjung, Fitri, Ova, Dwi, Sinta, Huda, Asih, Neno, Ervina, Hani, Iqbal, Jeni, Meta, Deby, Nita, Septa, Seta, Vega, Wida, Tyas, Aria, Adel, Rizky PN, Rizky R, Novita, Eli, dan seluruh teman Agribisnis 2010 lainnya, terima kasih atas bantuan, doa, semangat, dan kebersamaan selama ini


(9)

11. Almamater tercinta dan seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 7

C. Kegunaan Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Kecap ... 8

2. Perilaku Konsumen ... 10

3. Teori Permintaan ... 11

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemintaan ... 14

5. Teori Elastisitas ... 17

6. Kepuasan ... 20

7. Kajian Penelitian Terdahulu ... 24

B. Kerangka Pemikiran ... 26

III. METODE PENELITIAN ... 31

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 31

B. Lokasi, Waktu, dan Sampel Penelitian ... 37

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ... 39

D. Metode Analisis Data ... 40

1. Analisis Fungsi Cobb Douglas ... 40

2. Perhitungan Elastisitas ... 42


(11)

4. Indeks Kepuasan Konsumen (Customer satisfaction Index) 45 5. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat kepuasan 46

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 50

A. Kota Bandar Lampung ... 50

1. Kecamatan Kemiling dan Tanjung Karang Timur ... 53

2. Monografi kelurahan Beringin Raya dan Sawah Brebes ... 55

3. Merek Kecap Manis yang Beredar di Bandar lampung ... 55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Karakteristik Umum Responden ... 57

B. Permintaan Kecap Manis ... 63

C. Analisis Tingkat Kepuasan ... 72

D. Analisis faktor yang Mempengaruhi Kepuasan ... 83

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

Daftar Pustaka ... 90


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi zat-zat gizi yang terkandung dalam 100 gram kedelai .. 2

2. Ringksan penelitian terdahulu tentang permintaan dan kepuasan konsumen. ... 26

3. Luas wilayah, jumlah kelurahan, lingkungan dan RT di Kota Bandar Lampung dirinci dari Kecamatan, Tahun 2012 ... 51

4. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung menurut jenis kelamin dan kepadatan penduduk tahun 2012 ... 52

5. Jumlah penduduk, luas daerah, dan kepadatan penduduk menurut keluharan di Kecamatan Kemiling tahun 2012 ... 53

6. Jumlah penduduk, luas daerah dan kepadatan penduduk menurut kelurahan di Kecamatan Tanjung Karang Timur pada tahun 2012 . 54 7. Sebaran responden berdasarkan umur ... 57

8. Tingkat pendidikan dan pekerjaan responden ... 58

9. Sebaran responden berdasarkan suku ... 59

10. Sebaran responden berdasarkan pendapatan per bulan ... 60

11. Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 60

12. Sebaran responden berdasarkan frekuensi pembelian dan ukuran kemasan ... 61

13. Sebaran responden berdasarkan merek ... 62

14. Sebaran responden berdasarkan tempat pembelian ... 62

15. Sebaran responden berdasarkan lama mengonsumsi ... 63


(13)

17. Sebaran ukuran kecap manis ... 64 18. Sebaran frekuensi pembelian responden ... 64 19. Jumlah dan harga gula, saus sambal dan beras ... 65 20. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

kecap manis ... 66 21. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan atribut

produk kecap manis ... 73 22. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepuasan atribut produk

kecap manis ... 74 23. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepuasan individu atribut

produk kecap manis ... 75 24. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kinerja atribut produk

kecap manis ... 76 25. Perhitungan Custumen Satiesfied Index (CSI) Kecap Manis ... 77 26. Jumlah responden yang merasa puas dan tidak puas dalam

mengonsumsi kecap manis di Bandar Lampung tahun 2014 ... 78 27. Penilaian tingkat kepuasan konsumen dalam mengonsumsi kecap

di Bandar Lampung tahun 2014 dilihat secara individu ... 79 28. Perhitungan Custumen Satiesfied Index (CSI) kecap manis merek

Bango ... 80 29. Jumlah responden yang merasa puas dan tidak puas dalam

mengonsumsi kecap manis merek Bango di Bandar Lampung tahun 2014 ... 81 30. Perhitungan Custumen Satiesfied Index (CSI) kecap manis

merek ABC ... 81 31. Jumlah responden yang merasa puas dan tidak puas dalam

mengonsumsi kecap manis merek ABC di Bandar Lampung tahun 2014 ... 81 32. Hasil analisis regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan konsumen dalam mengonsumsi Kecap Manis di Bandar Lampung tahun 2014 ... 83


(14)

35. Hasil analisis regresi SPSS faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen dengan menggunakan Fungsi Cobb Douglas ... 98 36. Hasil analisis regresi SPSS faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan konsumen dengan menggunakan metode Linear Berganda ... 100 37. Skor penilaian terhadap pertanyaan tingkat kepentingan atribut

Kecap Manis ... 101 38. Skor penilaian terhadap pertanyaan tingkat kepuasan atribut

Kecap Manis ... 104 39. Skor penilaian terhadap pertanyaan tingkat kinerja atribut

Kecap Manis ... 107 40. Skor penilaian terhadap pertanyaan tingkat kepentingan atribut

Kecap Manis merek ABC ... 110 41. Skor penilaian terhadap pertanyaan tingkat kinerja atribut Kecap

Manis merek ABC ... 111 42. Skor penilaian terhadap pertanyaan tingkat kepentingan atribut

Kecap Manis merek Bango ... 112 43. Skor penilaian terhadap pertanyaan tingkat kinerja atribut Kecap

Manis merek Bango ... 114 44. Uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan atribut kecap

manis ... 116 45. Uji validitas dan reliabilitas tingkat kepuasan atribut kecap

manis ... 117 46. Uji validitas dan reliabilitas tingkat kinerja atribut kecap manis ... 118 47. Variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen kecap manis .... 119 48. Hasil analisis regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan konsumen ... 121


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penurunan kurva permintaan ………. 12 2. Kerangka pemikiran permintaan dan kepuasan konsumen rumah


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan manuasia akan pangan merupakan hal yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, baik dipandang dari segi kualitas dan kuantitasnya. Mengingat kadar

kepentingan yang demikian tinggi, pada dasarnya pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak azasi setiap rakyat Indonesia. Akan tetapi pada kenyataannya, hanya sebagian masyarakat yang berasal dari keluarga mampu yang dapat memenuhi kebutuhan pangan yang melebihi kebutuhan, sedangkan bagi keluarga yang tidak mampu pada masa-masa tertentu sering mengalami kurang pangan.

Permasalahan akan gizi merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Untuk negara berkembang, cenderung yang ada adalah masalah gizi kurang, yang akhirnya berhubungan dengan penyakit infeksi. Pada negara maju kecenderung masalah gizi yang ada adalah gizi lebih (Soekirman, 2000). Indonesia yang termasuk dalam salah satu negara berkembang menghadapi permasalahan gizi ganda, karena perubahan gaya hidup dan pola makan yang terjadi di masyarakat.


(17)

2

Pada dasarnya permasalahan gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan, persediaan pangan yang kurang, baiknya kualitas lingkungan yang kurang, serta pengetahuan masyarakat tentang gizi masih kurang. Masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).

Industri pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berperan penting dalam pembangunan industri nasional sekaligus dalam perekonomian keseluruhan. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya industri yang telah berkembang dalam hal mengolah bahan baku yang berasal dari sektor pertanian, salah satunya adalah industri kecap yang menggunakan bahan dasar kedelai.

Kedelai merupakan salah satu macam makanan dari kelompok biji-bijian yang banyak mengandung gizi yang berguna bagi tubuh. Kedelai merupakan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Zat-zat gizi yang terkandung dalam kedelai adalah energi, air, protein, lemak, serat kasar dan karbohidrat. Komposisi zat-zat gizi yang terkandung dalam kedelai dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi zat-zat gizi yang terkandung dalam 100 gram kedelai

Bahan Energi

(kal) Kadar air (%) Protein (%) Lemak (%) Serat kasar (%) Karbohidrat (%) Kedelai biji hitam Kedelai biji kuning 385 400 12,3 10,2 33,3 35,1 15,6 17,7 4,3 4,2 35,4 32,0


(18)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kedelai mempunyai komposisi zat gizi yang sangat diperlukan dalam tubuh. Kandungan gizi kedelai biji hitam dan biji kuning tidak jauh berbeda. Kandungan tertinggi yang terkandung dalam kedelai adalah protein dan karbohidrat. Kandungan protein dalam kedelai sangat tinggi berkisar antara 33,3 % hingga 35,1 % dan kandungan

karbohidratnya berkisar antara 32 % hingga 35,4 % dalam takaran 100 gram. Zat-zat gizi yang terkandung dalam kedelai tersebut sangat bermanfaat sebagai zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Kedelai dapat diolah menjadi berbagai macam makanan seperti tempe, tahu, oncom, kecap dan susu. Menurut Sediaoetama (1988), sebelum dikonsumsi, sebagian besar bahan makanan diolah dahulu di dapur, sehingga menjadi hidangan yang bercita rasa lezat. Salah satu produk olahan kedelai yang mempunyai aroma dan cita rasa yang khas serta dapat dijadikan bahan pelengkap dalam pola konsumsi masyarakat sehari-hari adalah kecap.

Industri kecap adalah salah satu industri pangan yang cukup pesat

perkembangannya di Indonesia. Kecap merupakan salah satu bahan makanan yang banyak digunakan oleh masyarakat karena mengandung protein,

vitamin, dan mineral. Selain itu, kecap juga berfungsi sebagai penyedap makanan dan sebagian masyarakat menjadikan kecap sebagai bagian dari menu makanan harian, karena dapat memberikan rasa dan aroma yang khas pada makanan atau masakan.


(19)

4

Kecap merupakan salah satu produk yang dapat dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat, baik menengah ke bawah, hingga menengah ke atas. Selain harganya murah, kecap juga memiliki kandungan gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, permintaan kecap terbilang cukup besar, karena industri yang mengolah kecap di Indonesia memproduksi mencapai 81.709.271 liter pada tahun 2010 (BPS, 2011). Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat konsumsi kecap di Indonesia cukup tinggi.

Pemahaman terhadap permintaan konsumen merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui adanya masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap suatu produk, misalkan kecap. Permintaan kecap dapat dipengaruhi oleh harga kecap itu sendiri, harga

barang lain, jumlah anggota keluarga, jumlah pendapatan dan pendidikan konsumen. Kecap yang dipilih dalam penelitian ini adalah kecap manis. Penetapan kecap manis sebagai produk yang diteliti karena kecap manis merupakan kecap yang paling banyak dikonsumsi oleh kalangan rumah tangga dibandingkan dengan kecap asin.

Dalam era globalisasi, perkembangan industri kecap yang cukup pesat mengakibatkan adanya persaingan yang semakin ketat antar masing-masing merek, guna merebut pasar. Produsen kecap manis berlomba untuk

memenuhi keinginan dari para konsumen. Tersedianya berbagai merek kecap manis yang ditawarkan oleh produsen di pasaran dengan citra rasa, kemasan, ukuran dan harga yang bervariasi, bertujuan agar masyarakat dapat memilih produk kecap manis yang sesuai dengan selera dan keinginan dari konsumen.


(20)

Merek dari kecap manis yang paling diminati untuk dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga di Bandar Lampung adalah merek Bango, ABC, Indofood, Sedaap dan Hoki (Dewi, 2013). Dengan adanya persaingan antara industri kecap tersebut, maka setiap industri perlu mengetahui tingkat

kepuasan konsumen terhadap produknya.

Tingkat kepuasan konsumen sangat bergantung pada kualitas dan mutu suatu produk tersebut, apabila kualitas produk yang ditawarkan oleh produsen melebihi atau sama yang diharapkan oleh konsumen maka akan terjadi kepuasan konsumen. Namun apabila kualitas yang ditawarkan produsen dibawah harapan konsumen maka konsumen akan merasa tidak puas. Dengan adanya kepuasan dari konsumen maka dapat menyebabkan konsumen akan melakukan pembelian ulang (Supranto, 2006).

Bandar Lampung merupakan sentra kegiatan pemerintahan dan perekonomian di Provinsi Lampung. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 mencapai 1.251.642 jiwa (13,18% dari jumlah keseluruhan penduduk Provinsi Lampung sebesar 9.541.492 jiwa) (BPS, 2012). Bandar Lampung merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Provinsi Lampung. Jumlah penduduk yang tinggi ini dapat menjadi pertimbangan bahwa terdapat banyak rumah tangga yang mengonsumsi kecap di kota Bandar Lampung.

Bandar Lampung sebagai sentra kegiatan perekonomian memiliki berbagai aksesibilitas dan sarana prasarana yang baik. Adanya aksesibilitas,

pertumbuhan penduduk , peningkatan penghasilan dan kesadaran penduduk terhadap pemenuhan gizi diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap


(21)

6

peningkatan konsumsi masyarakat terhadap kecap karena kecap merupakan bahan pelengkap menu hidangan serta memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Kecap merupakan salah salah produk yang hampir ditemui di setiap rumah karena kecap digunakan ibu rumah tangga sebagai salah satu pelengkap masakan dan mengolah hidangan makanan yang biasa disajikan sehari hari di rumah. Kecap memberikan tampilan dan aroma yang khas serta rasa manis terhadap masakan. Hal tersebut dijadikan alasan mengapa ibu rumah tangga menggunakan kecap dalam hidangan mereka. Ibu rumah tangga dalam mendapatkan kecap sangat mudah, kecap tersedia dalam banyak kemasan dari yang sachet hingga botol yang berukuran besar, sehingga hal tersebut

memudahkan konsumen dalam membeli sesuai dengan kebutuhannya.

Berdasarkan uraian sebelumnya, penelitian ini akan mengkaji tentang permintaan kecap dan kepuasan konsumen rumah tangga terhadap kecap di Kota Bandar Lampung. Masalah penelitian dapat diidentifikasi adalah : 1) bagaimanakah permintaan kecap tingkat rumah tangga serta faktor apa

saja yang mempengaruhi permintaan kecap di Bandar Lampung? 2) bagaimanakah tingkat kepuasan konsumen rumah tangga dalam

mengkonsumsi kecap dan faktor faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi kecap di Bandar Lampung?


(22)

B. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk :

1) mengetahui permintaan kecap dan faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan kecap tingkat rumah tangga di Bandar Lampung.

2) mengetahui tingkat kepuasan dan faktor faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi kecap di Bandar Lampung

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1) pelaku usaha, hasil penelitian diharapkan berperan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan sehingga dapat meningkatkan kinerja dan usaha sehingga tetap dapat bersaing dalam rangka memperluas pangsa pasar

2) pemerintah dan instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan untuk mengembangkan industri kecap manis dalam negeri.

3) peneliti lain, sebagai informasi dan bahan referensi dalam melakukan penelitian lain yang sejenis.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Kecap

Kecap merupakan cairan coklat gelap yang mengandung protein yang

dibutuhkan oleh tubuh, kecap dihasilkan melalui hasil fermentasi atau dengan cara kimia (hidrolisis) kacang kedelai. Kecap adalah cairan yang berwarna coklat gelap, dibuat dari fermentasi kacang kedelai yang mempunyai aroma khas dan rasa asin yang biasa ditambahkan sebagai penyedap masakan (Winarno, 1986). Kecap memiliki rasa yang khas dan sangat disukai oleh berbagai kalangan masyarakat, oleh karena itu kecap cepat dikenal di

berbagai negara, terutama di negara belahan timur dengan berbagai nama dan modifikasi dari segi penampilan dan komposisinya. Industri kecap terbesar berada di negara Jepang tepatnya dikota Kikkoman, dengan jenis kecap yang dihasilkan adalah shoru dan tamari (Achmadi, 1989).

Kecap memiliki bermacam kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh karena kecap merupakan sumber protein yang mengandung asam amino esensial yang cukup tinggi. Kecap juga selain sumber protein, kecap juga


(24)

mengandung zat gizi lain, seperti lemak, serat, dan vitamin yang jumlahnya lebih rendah dibandingkan protein (Santoso dan Ranti, 1994).

Kecap di Indonesia dibuat dari kedelai hitam yang memberi citarasa dan aroma yang lebih baik dibandingkan dengan kecap yang dibuat dari kedelai kuning. Selain itu warna kecap yang dibuat dari kedelai hitam lebih mantap sehingga lebih disukai oleh konsumen. Kecap dapat dibuat dengan tiga cara berbeda, yaitu proses fermentasi, hidrolisa asam, atau kombinasi keduanya. Dari ketiga proses tersebut, kecap yang dihasilkan melalui proses fermentasi memiliki citarasa dan aroma yang lebih baik dari pada kedua proses lainnya. Hal ini menyebabkan produk kecap melalui proses hidrolisis jarang

ditemukan.

Pembuatan kecap secara fermentasi pada prinsipnya memecah protein, lemak, dan karbohidrat oleh aktivitas enzim dari kapang, ragi (khamir) dan bakteri, menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana, yang menentukan cita rasa, aroma dan komposisi kecap. Pembuatan kecap secara hidrolisis pada

dasarnya adalah pemecahan protein dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan peptida-peptida dan asam-asam amino. Pembuatan kecap secara kombinasi merupakan gabungan kedua cara di atas, mula-mula sebagian protein dihidrolisis dengan asam, kemudian dilanjutkan dengan fermentasi (Santoso, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) tentang pengambilan keputusan rumah tangga untuk mengkonsumsi kecap manis. Kajian mengenai atribut-atribut kecap manis yang disukai dianalisis dengan konjoin sedangkan faktor


(25)

10

faktor yang mempengaruhi permintaan dianalisis dengan fungsi Cob Douglas. Faktor –faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu harga kecap, harga gula pasir, harga gula merah, harga saus, merek, iklan dan lingkungan. Hasil penelitian yaitu atribut kecap manis yang paling disukai responden adalah warna, rasa, ukuran dan yang terakhir adalah kemasan. Sebagian besar konsumen rumah tangga memiliki merek kecap Bango yang paling disukai.

2. Perilaku Konsumen

Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang secara langsung di mana konsumen tersebut terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan

menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.

Konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu konsumen individu atau konsumen organanisasi atau kelompok. Konsumen individu membeli barang dan jasa yang bertujuan untuk digunakan sendiri. Jenis yang ke dua adalah konsumen organisasi yang meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit). Semua jenis organisasi ini harus membeli produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasi (Sumarwan, 2004). Perilaku konsumen bersifat dinamis yang berarti bahwa perilaku konsumen, group konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Dalam hal studi perilaku konsumen, salah


(26)

satu implikasi perilaku konsumen adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu (Setiadi, 2003).

3. Teori Permintaan

Menurut Daniel (2001) permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Dalam menganalisa permintaan perlu dibedakan antara permintaan dan jumlah barang yang diminta merupakan banyaknya permintaan pada tingkat harga tertentu. Hubungan antara jumlah permintaan dan harga ini menimbulkan adanya hukum permintaan. Hukum permintaan pada hakekatnya merupkan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan atas barang tersebut, begitupun sebaliknya. Menurut Sukirno (2003), hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan: “semakin rendah harga suatu barang, maka semakin banyak permintaan terhadap


(27)

12

XB

6 A Price-Consumption Curve

5 U1 D

4 B U3

U2

0 4 12 20 (a) XA

G

Rp 5.000 H

0 4 12 20 (b) XA Gambar 1. Penurunan kurva permintaan

Menurut Pindyck (2009) Gambar 1 menunjukkan ketika konsumsi makanan (XA) dan pakaian (XB) berubah karena harga makanan berubah. Seseorang akan mengalokasikan pendapatannya untuk dua jenis barang. Pada awalnya ketika harga makanan adalah Rp 10.000, harga pakaian Rp 20.000, dan pendapatan konsumen sebesar Rp 200.000, pilihan konsumsi yang paling Rp 20.000

Rp 10.000

E

Demand Curve PXA


(28)

banyak kegunaannya adalah di titik B. Konsumen membeli 12 unit makanan dan 4 unit pakaian. Pencapaian tingkat kepuasan yang saling berkaitan dengan kurva indiferen U2.

Pada Gambar (1b), menunjukkan hubungan antara harga makanan (PXA) dan jumlah permintaan (XA). Sumbu X mengukur jumlah makanan yang

dikonsumsi, tetapi sumbu Y mengukur harga makanan. Titik G sama dengan titik B. Pada titik G, harga makanan adalah Rp 10.000 dan konsumen

membeli 12 unit makanan.

Diperkirakan harga makanan naik menjadi Rp 20.000. Garis anggaran pada Gambar (1a) bergeser masuk menuju sumbu Y, menjadi 2 kali sama tinggi dengan sebelumnya. Harga makanan yang relatif lebih tinggi meningkatkan kemiringan garis anggaran. Sekarang konsumen mencapai kepuasan

maksimum pada titik A, yang mana ditemukan pada kurva indiferen paling rendah, U1 (karena harga makanan naik, kemampuan pembelian konsumen dan kepuasan yang dapat dicapai telah menurun). Pada titik A, konsumen memilih 4 unit makanan dan 6 unit pakaian. Pada Gambar (1b), konsumen mengurangi konsumsinya yang ditunjukkan pada titik E, ketika pada harga Rp 20.000 konsumen akan mengonsumsi 4 unit makanan. Jika harga makanan turun hingga Rp 5000 maka garis anggaran sekarang bergeser ke kanan, konsumen dapat mencapai tingkat kepuasannya yang lebih tinggi dengan kurva indiferen U3 pada Gambar (1a), dengan pemilihan D, dengan 20 unit makanan dan 5 unit pakaian. Poin H pada Gambar (1b) menunjukkan harga Rp 5000 dan jumlah permintaan 20 unit makanan.


(29)

14

Menurut Hanafie (2010), kurva permintaan bergerak turun dari kiri atas ke kanan bawah (menurut kebiasaan internasional, harga P diukur pada sumbu tegak dan jumlah Q diukur pada sumbu horizontal). Kurva permintaan pasar diperoleh dari penjumlahan berbagai jumlah barang yang mau dibeli oleh sekian banyak konsumen pada masyarakat dengan harga tertentu.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat terhadap suatu produk di pasaran ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Rahardja dan Manurung (2004) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, yaitu:

a. Harga Barang Itu Sendiri

Permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri karena jika harga suatu barang murah, maka permintaan konsumen terhadap barang tersebut akan mengalami kenaikan. Begitu pula sebaliknya, jika harga suatu barang semakin tinggi, maka permintaan konsumen terhadap barang tersebut akan mengalami penurunan. Hal tersebut sesuai dengan hukum permintaan yang menyatakan “Bila harga suatu barang naik, cateris paribus, maka jumlah barang yang diminta akan berkurang, dan sebaliknya”.

b. Harga Barang Lain Yang Terkait

Permintaan suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barang lain, tetapi kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan dua


(30)

macam barang tersebut dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap).

(1) Barang substitusi (pengganti), yaitu barang yang menggantikan barang lainnya, jika barang tersebut dapat menggantikan fungsinya. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Sekiranya harga barang pengganti bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaan.

(2) Barang komplementer (pelengkap), yaitu barang yang dikonsumsi bersama-sama atau berpasangan. Kenaikan atau penurunan permintaan barang pelengkap selalu sejalan dengan perubahan permintaan barang yang dilengkapinya. Jika permintaan barang yang dilengkapi naik, maka permintaan barang pelengkap juga naik.

c. Pendapatan

Tingkat pendapatan dapat mencerminkan daya beli dari seorang

konsumen. Makin tinggi pendapatan konsumen, maka daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang akan mengalami peningkatan.

d. Selera atau Kebiasaan Konsumen

Selera atau kebiasaan konsumen juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang. Selera konsumen dapat disebabkan oleh perubahan umur, perubahan pendapatan, perubahan lingkungan, dan sebagainya.


(31)

16

e. Jumlah Penduduk

Permintaan suatu barang berhubungan positif dengan jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk, maka kebutuhan akan bertambah, sehingga permintaan terhadap barang akan meningkat.

f. Perkiraan Harga di Masa Mendatang

Bila seorang konsumen memperkirakan bahwa harga suatu barang akan mengalami kenaikan di masa mendatang, maka konsumen akan merasa sebaiknya membeli barang tersebut sekarang di saat harganya belum mengalami kenaikan. Hal tersebut mendorong seorang konsumen untuk membeli barang tersebut lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa mendatang.

g. Distribusi Pendapatan

Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli konsumen akan melemah, sehingga permintaan akan suatu barang menurun.

h. Usaha-Usaha Produsen Meningkatkan Penjualan

Dalam perekonomian yang modern, bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi

masyarakat, misalkan iklan, memungkinkan masyarakat untuk mengenal suatu barang baru atau menimbulkan permintaan terhadap barang

tersebut. Untuk barang barang yang sudah lama, pengiklanan akan mengingatkan orang tentang adanya barang tersebut dan menarik minat untuk membeli.


(32)

5. Teori Elastisitas

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi (Cateris paribus). Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga (Price elasticity of demand), sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (croos elasticity) dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity) (Rahardja dan Manurung, 2004).

a. Elastisitas Harga Permintaan

Menurut Arsyad (2000) elastisitas harga adalah elastisitas yang menunjukkan derajat kepekaan jumlah produk yang diminta terhadap perubahan harga, cateris paribus. Dengan menggunakan rumus, elastisitas harga bisa diperoleh dengan cara :

……….(1) Angka elastisitas harga permintaan bernilai negatif. Semakin besar nilai negatifnya, semakin besar elastis permintaannya, sebab perubahan

permintaan jauh lebih besar dibandingkan perubahan harganya.

b. Elastisitas Silang

Elastisitas silang (Ec) mengukur presentase perubahan permintaan suatu barang sebagai akibat perubahan harga barang lain sebesar satu persen.


(33)

18

Menurut Arsyad (2000) elastisitas silang untuk barang-barang yang subtitutif adalah positif (Ec>0), karena harga suatu barang dan permintaan akan barang lainnya bergerak dengan arah yang sama, sedangkan elastisitas silang untuk barang-barang yang komplementer adalah negarif (Ec < 0 ), karena harga dan kuantitas bergerak dengan arah yang berlawanan. Akhirnya, elastisitas silang sama dengan nol untuk barang-barang yang tidak berhubungan, artinya perubahan harga suatu barang tidak mempunyai pengaruh terhadap permintaan akan barang lainnya.

c. Elastisitas Pendapatan

Elastisitas pendapatan (Ei) mengukur presentase perubah permintaan suatu barang bila pendapatan berubah sebesar satu persen.

………....(3) Menurut Asyad (2000) umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan akan meningkatkan permintaan. Semakin besar nilai Ei, maka elastisitas pendapatan semakin besar. Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal (normal goods), dan bila nilai Ei antara 0 sampai 1, maka barang tersebut merupakan kebutuhan pokok (essential goods). Barang dengan nilai Ei > 1 merupakan barang mewah (luxurius goods). Ada barang dengan Ei < 0. Permintaan terhadap barang

tersebut justru menurun pada saat pendapatan nyata meningkat. Barang tersebut disebut barang inferior (inferior good).


(34)

Pengukuran elastisitas permintaan kecap dinyatakan dalam ukuran koefisien elastisitas permintaan. Koefisien permintaan merupakan ukuran

perbandingan persentase perubahan harga atas barang tersebut (Sukirno, 2003). Koefisien elastisitas permintaan dapat dirumuskan sebagai :

a. Permintaan Elastis

Permintaan elastis terjadi bila persentase perubah permintaan lebih besar dari persentase perubah harga. Permintaan elastisitas ditunjukan dengan koefisien (Ed) yang besarnya lebih dari satu (Ed >1). Barang yang sifat permintaannya elastis adalah barang barang sekunder dan tersier (mewah) serta barang yang memiliki subtitusi atau pengganti.

b. Permintaan inelastis

Permintaan inelastic terjadi apabila persentase perubahan permintaan lebih kecil dari persentase perubah harga. Permintaan inelastic ditujukkan dengan koefisien yang besarnya kurang dari satu (Ed < 1). Barang yang mempunyai sifat permintaan inelastic adalah barang kebutuhan pokok, misalnya beras dan jagung.

c. Permintaan Uniter

Permintaan uniter terjadi bila persentase perubahan permintaan sama dengan persentase perubahan harga. Permintaan uniter ditunjukkan dengan koefisien (Ed) yang besarnya sana dengan satu (Ed =1). Permintaan ini terjadi pada berbagai macam barang pada saat tertentu secara kebetulan.


(35)

20

d. Permintaan Elastis Sempurna

Permintaan ini terjadi bila persentase perubahan permintaan sebesar X persen tetapi persentase perubahan harga sebesar nol persen (tidak ada perubahan). Dengan kata lain, walaupun harga tidak berubah, permintaan mengalami perubahan sebesar X persen. Permintaan ini ditunjukkan dengan koefisien (Ed) yang sebesar tak terhingga. Contoh barang yang bersifat permintaannya elastis sempurna adalah bahan bakar minyak, seperti bensin dan minyak tanah.

e. Permintaan Inelastis Sempurna

Permintaan inelastic sempurna terjadi bila persentase perubahan permintaan sebesar nol persen sedangkan persentase perubahan harga sebesar X persen. Dengan kata lain, walaupun harga berubah X persen, permintaan tetap tidak berubah (0%). Permintaan ini ditunjukkan dengan koefisien elastisitas permintaan (Ed) yang besarnya sama dengan nol (Ed=0). Barang yang sifat permintaan inelastic sempurna adalah barang yang harganya murah dan relative tidak penting, seperti ketumbar dan merica.

6. Kepuasan

Kepuasan adalah respon akan terpenuhinya ekspektasi dari seorang konsumen. Hal tersebut adalah suatu pertimbangan bahwa fitur dari suatu produk atau jasa yang ditawarkan memberikan sebuah tingkat kenikmatan dan terpenuhinya ekspetasi dari seorang konsumen (Oliver, 1997). Menurut Rangkuti (2003), kepuasan konsumen adalah suatu respon konsumen


(36)

terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaian. Zeitaml dan Bitner (1996)

mengemukakan bahwa kepuasan konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :

a. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan sangat bergantung pada tiga hal, yaitu system, teknologi, dan manusia. Perusahaan yang bergerak dibidang jasa sangat bergantung pada kualitas yang diberikan.

b. Kualitas Produk

Konsumen merasa puas jika setelah membeli dan menggunkan produk, ternyata kualitas produknya baik. Kualitas barang yang diberikan bersama-sama dengan pelayanan akan mempengaruhi persepsi

konsumen. Ada delapan elemen dari kualitas produk, yakni kinerja, fitur, reliabilitas, daya tahan, pelayanan, estetika, sesuai dengan spesifikasi, dan kualitas penerimaan.

c. Harga

Pembeli biasanya memandang harga sebagai indicator dari kualitas suatu produk. Konsumen menggunakan harga sebagai dasar menduga kualitas produk. Maka konsumen cenderung berasumsi bahwa harga yang lebih tinggi mewakili kualitas yang tinggi.


(37)

22

d. Faktor Situasi dan Personal

Faktor situasi atau lingkungan dan pribadi, mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya. Faktor situasi seperti kondisi dan pengalaman akan menuntut konsumen untuk datang kepada suatu penyedia barang aau jasa, hal ini akan mempengaruhi harapan terhadap arang atau jasa yang dikonsumsinya. Efek yang sama terjadi karena pengaruh faktor personal seperti emosi konsumen.

Kepuasan konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh seorang konsumen yang mengalami kinerja dari sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapan dari konsumen. Kepuasan dari seorang konsumen tercapai ketika harapan mereka terpenuhi, dan mereka sangat gembira jika harapan mereka

terlampaui. Kepuasan konsumen muncul dari hati konsumen dengan perasaan senang atau kecewa terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapannya. Jika kinerja berada memenuhi harapan maka pelanggan puas tetapi ketika kinerja berada di bawah harapan, maka konsumen merasa tidak puas terhadap kinerja atau hasil dari suatu produk tersebut (Kotler, 2005).

Menurut Supranto (2006) dalam melakukan pengukuran tingkat kepuasan konsumen dapat menggunakan metode Customer Satisfaction index (CSI). Customer Satisfaction index adalah metode pengukuran untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut kualitas pelayanan jasa yang diukur. Hasil dari pengukuran CSI dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan


(38)

sasaran terhadap peningkatan pelayanan kepada pelanggan. Metode pengukuran CSI ini meliputi beberapa tahap, yaitu:

a. Menghitung weighting factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata kepentingan menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut yang diuji, sehingga didapatkan total WF sebesar 100%.

b. Menghitung weighting score (WS), yaitu nilai perkalian antara nilai rata-rata tingkat kinerja (kepuasan) masing-masing atribut dengan WF masing masing atribut.

c. Menghitung weighting total (WT), yaitu menjumlahkan WS dari semua atribut kualitas jasa.

d. Menghitung satisfaction index, yaitu WT dibagi skala maksimal yang digunakan (dalam penelitian ini skala maksimal adalah 5), kemudian dikali 100%.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam menentukan kepuasan konsumen ada lima faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan (Lupyoadi, 2001) yaitu :

a. Kualitas produk

Pelanggan akan merasa puas bila sesuai dengan keinginann pelanggan, hal tersebut menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan

berkualitas.

b. Kualitas pelayanan atau jasa

Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.


(39)

24

c. Emosi

Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu. Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi aspek sosial yang membuat pelanggan merasa puas terhadap merek tertentu.

d. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai kepuasan yang lebih tinggi kepada pelanggan.

e. Biaya

Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung akan lebih puas terhadap produk atau jasa tersebut.

7. Kajian Penelitian Terdahulu

Peneliti terdahulu yang meneliti tentang permintaan dan kepuasan terhadap pembelian produk makanan dan minuman antara lain dijelaskan dalam Tabel 2


(40)

Tabel 2. Ringkasan penelitian terdahulu tentang permintaan dan kepuasan konsumen

Nama Peneliti Judul Metode Kesimpulan Leko (2012) Analisis

permintaan produk susu bubuk balita pada konsumen rumah tangga di Kecamatan Loli Kabupaten Sumba Barat

Analisis regresi liner berganda

Faktor faktor yang mempengaruhi permintaan susu bubuk balita adalah pendapatan

keluarga, harga susu dan jumlah anak balita dalam keluarga. Darnilawati (2009) Analisis permintaan konsumen terhadap minyak makan di Kota Pekanbaru

Analisis regresi liner berganda

Permintaan minyak makan di Kota Pekan Baru dipengaruhi oleh faktor pendapatan, jumlah anggota keluarga dan harga. Variabel yang paling nyata mempengaruhi permintaan adalah jumlah anggota keluarga. Ayuningtyas (2009)

Analisis sikap dan kepuasan

konsumen teh hijau siap minum merek Nu Green Tea di Jakarta

Metode analisis Importance Performance analysis (IPA).

Pada penelitian ini diperoleh nilai total sikap yang paling baik adalah teh hijau siap minum merek Nu Green Tea yaitu sebesar 19,02 kemudian di ikuti dengan merek Frestea Green sebesar 32,97, Zeatea sebesar 48,48 dan Joy Tea sebesar 54,88.

Novian (2009) Analisis proses keputusan pembelian dan kepuasan konsumen

terhadap Mid East Cafe Lounge and Sisha, Bogor Metode analisis Importance Performance analysis (IPA).dan Customer satisfaction Index (CSI).

atribut yang perlu ditingkatkan kembali dalam jangka pendek adalah atribut-atribut pada kuadran satu yang meliputi ukuran atau porsi, keramahan dan kesopanan dan paket promosi dapat


(41)

26

Tabel 2. Lanjutan

Nama Peneliti Judul Metode Kesimpulan

menaikkan tingkat kepuasan

konsumen untuk mencapai angka 80 persen yang berarti kepuasan.

Dewi, (2013) Pengambilan keputusan rumah tangga dalam mengkonsumsi kecap manis di kota bandar lampung

Analisis Konjoin, Analisis Fungsi Cobb Douglas.

Atribut kecap manis yang paling disukai responden adalah warna, rasa, ukuran dan yang terakhir adalah kemasan. Sebagian besar konsumen rumah tangga memiliki merek kecap bango yang paling disukai.

Yulita, (2013) Tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen produk susu cair dalam kemasan KPBS di Bandung. Metode yang digunakan adalah metode Custtomer Satisfaction Indeks (CSI) dan Importance Performance Analysis (IPA) Hasil penelitian dengan menggunakan alat analisis CSI yaitu sebesar 78,8% konsumen telah merasa puas terhadap produk susu cair dalam kemasan KBPS serta konsumen menilai atribut yang perlu

dikembangkan lagi yaitu desain kemasan dan kandungan gizi.

Bangun, (2013) Analisis permintaan semangka merah tanpa biji di pasar tradisional di Bandar Lampung. Model Log-linier dan analisis deskriptif Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelian semangka yang dilakukan dipengaruhi tidak hanya dari anggota keluarga saja, tetapi lingkungan dan penjual juga mempengaruhi pembelian konsumen.


(42)

B. Kerangka Pemikiran

Kebutuhan manusia akan pangan adalah sesuatu hal yang mendasar dan harus dipenuhi untuk bertahan hidup. Manusia harus memiliki energi untuk menjalankan aktivitasnya sehari hari dan perolehan energi tersebut adalah mengkonsumsi makanan yang berkualitas baik dan memiliki banyak kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Ada banyak zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh tetapi yang utama adalah karbohidrat, mineral, lemak, vitamin, dan protein.

Kedelai merupakan salah satu komoditi yang banyak mengandung zat gizi protein. Ada banyak hasil olahan yang dibuat dari kedelai antara lain tahu, kecap, tempe, susu kedelai, tepung kedelai, dan berbagai makanan ringan. Kecap merupakan hasil olahan dari kedelai yang paling disukai oleh

masyarakat, baik kalangan menengah ke atas maupun menengah ke bawah. Kecap memiliki citra rasa dan aroma yang khas, serta kecap juga memiliki beberapa kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia seperti protein, lemak, karbohidrat, energi, mineral, serat, kalsium, vitamin B1 dan vitamin B2. Saat ini, hampir semua kalangan masyarakat mengkonsumsi kecap sebagai salah satu pelengkap masakan dan mengolah hidangan makanan yang biasa disajikan setiap hari. Di samping itu, kecap sangat mudah didapat dan harganya terjangkau.

Perkembangan industri kecap yang cukup pesat mengakibatkan adanya persaingan yang semakin ketat antara masing-masing merek, guna merebut pangsa pasar. Permintaan kecap terbilang cukup besar karena industri yang


(43)

28

mengolah kecap di Indonesia memproduksi hampir 81.709.271 liter pada tahun 2010 (BPS, 2011). Permintaan kecap dipengaruhi oleh beberapa faktor faktor, yaitu harga kecap manis, harga gula pasir, harga saus sambal, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga.

Dalam era globalisasi persaingan antara produsen kecap manis cukup pesat. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan kecap manis harus mampu memenuhi keinginan para konsumen, misalnya dengan meningkatkan citra rasa, kemasan, ukuran dan harga yang bervariasi, dengan rtujuan agar konsumen dapat memenuhi kebutuhan sesuai selera dan keinginan mereka. Hal ini bertujuan untuk membuat konsumen merasa puas ketika

mengkonsumsi kecap manis yang sesuai harapan mereka. Kepuasan konsumen merupakan kunci kesuksesan dari produsen kecap dalam menjalankan bisnisnya. Oleh karena itu, industri kecap harus

mempertahankan serta meningkatkan permintaan terhadap kecap. Tingkat kepuasan mencipakan kesetian konsumen terhadap suatu produk. Apabila konsumen merasa tidak puas maka konsumen akan meninggalkan

perusahaan dan berpindah ke produk lain.

Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisis permintaan konsumen terhadap kecap manis dengan melihat hubungan antara variabel harga kecap, harga gula pasir, harga saus sambal, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, yang akan mempengaruhi permintaan kecap manis oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung. Setelah itu


(44)

Satisfaction Index (CSI) yaitu dengan melakukan pembobotan terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut produk kecap manis sehingga diperoleh indeks kepuasan konsumen secara keseluruhan maupun per

atribut. Atribut-atribut produk kecap manis yang diteliti adalah merek, desain kemasan, kondisi kemasan, harga, kemudahan dalam mendapatkan produk, label halal, izin BPOM, promosi penjualan, tanggal kadaluarsa, iklan, komposisi, tambahan nilai gizi. Kerangka pemikiran selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.


(45)

30

Gambar 2. Kerangka pemikiran permintaan dan kepuasan konsumen rumah tangga dalam mengkonsumsi kecap manis di Bandar Lampung

Kebutuhan gizi untuk tubuh seperti Energi, Protein, vitamin

karbohidrat, dan mineral

Kedelai sebagai sumber Protein Industri Pengolahan Kedelai Kecap Permintaan Kecap

Atribut Produk Kecap Manis :

Merek kecap manis

Desain kemasan

Kondisi kemasan produk

Harga

Kemudahan

Label halal

Izin BPOM

Promosi Penjualan

Tanggal kadaluarsa

Iklan

Komposisi

Aroma

Rasa

Kekentalan

Warna Kecap

Faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan kecap manis oleh konsumen

Harga kecap manis

Harga gula pasir

Harga saus sambal

Tingkat pendapatan

Jumlah anggota keluarga

Kepuasan

Metode (CSI)

Kepuasan Konsumen

Puas Tidak Puas

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen kecap manis

Usia

Tingkat Pendidikan

Pendapatan

Lama Mengkomsumsi

Harga kecap

Lokasi

Jumlah Anggota Keluarga


(46)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang secara langsung dimana konsumen tersebut terlibat untuk mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa.

Kecap adalah produk olahan dari kedelai yang berupa cairan berwarna hitam dan memiliki cita rasa yang manis dan struktur yang kental. Sering

digunakan sebagai penambah citarasa dalam hidangan masakan.

Konsumen rumah tangga adalah suatu rumah tangga yang menggunakan pendapatan atau kekayaannya dengan cara tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam penelitian ini yang dipenuhi adalah kebutuhan akan konsumsi kecap manis.

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu.


(47)

32

Permintaan kecap manis (Y1) adalah jumlah kecap manis yang dikonsumsi oleh rumah tangga, dalam waktu satu bulan. Dalam penelitian ini permintaan kecap manis dalam satuan kemasan (botol plastik dan botol beling)

dikonversikan ke dalam satuan mililiter (ml).

Harga kecap manis adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh responden dalam melakukan pembelian kecap manis yang diukur dalam satuan rupiah per 100 mililiter (Rp/100 ml).

Harga gula pasir adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam melakukan pembelian gula pasir yang diukur dalam satuan rupiah per 100 gram (Rp/100 g).

Harga saus sambal adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam melakukan pembelian saus sambal yang diukur dalam satuan rupiah per 100 mililiter (Rp/100 ml).

Pendapatan rumah tangga adalah penghasilan yang didapat konsumen rumah tangga per bulan, diukur dalam satuan rupiah per bulan (Rp/bulan).

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang atau individu yang menjadi tanggungan keluarga yang diukur berdasarkan anggota yang menjadi

tanggungan keluarga atau tinggal dalam satu rumah dinyatakan dalam satuan jiwa.

Kepuasan (Y2) merupakan suatu keadaan dimana keinginan, harapan, kebutuhan konsumen terpenuhi. Kepuasan konsumen dalam penelitian ini


(48)

diukur dengan menilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut produk. Kepuasan konsumen secara individu dapat dilihat dari besar penilaian

konsumen terhadap variabel indikator kepuasan yang diajukan dalam kuisioner yang kemudian skor yang diperoleh diklasifikasikan ke dalam rentang skala tertentu.

Atribut produk adalah karakteristik suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan dimana atribut tersebut tergantung pada jenis produk dan tujuannya.

Tingkat kepentingan adalah seberapa penting atribut tersebut diperhatikan oleh konsumen. Tingkat kepentingan dihitung dengan melihat penilaian konsumen terhadap variabel indikator, yaitu merek kecap manis, desain kemasan, kondisi kemasan produk, harga, kemudahan dalam mendapatkan kecap manis, label halal, izin BPOM, promosi, tanggal kadaluarsa, iklan, komposisi, tambahan nilai gizi. Skor 1 untuk “tidak penting”, skor 2 “kurang penting”, skor 3 “cukup penting”, skor 4 “penting”, dan skor 5 “sangat penting”.

Tingkat kinerja atribut adalah tingkat kepuasan konsumen karena kinerja produk sesuai dengan kepentingan. Tingkat kinerja atribut (12 variabel indikator) dapat dihitung dengan menjumlahkan hasil perkalian antara skor masing-masing skala dengan jumlah responden yang memilih skala tersebut.


(49)

34

Merek produk adalah nama dari setiap produk kecap manis. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak penting, “2” tidak penting, “3” cukup penting, “4” penting, dan “5” sangat penting.

Desain kemasan yang menarik adalah motif dari bungkus pelindung yang digunakan oleh produk kecap manis. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak menarik, “2” tidak menarik, “3” cukup menarik, “4”

menarik, dan “5” sangat menarik.

Kondisi kemasan produk adalah keadaan kemasan produk kecap manis pada saat pembelian dan saat akan dikonsumsi oleh konsumen. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak baik, “2” tidak baik, “3” cukup baik, “4” baik, dan “5” sangat baik.

Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen dalam pembelian produk kecap manis. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat mahal, “2” mahal, “3” cukup mahal, “4” murah, dan “5” sangat murah. Kemudahan memperoleh produk adalah kemudahan untuk mendapatkan kecap manis. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak mudah, “2” tidak mudah, “3” cukup mudah, “4” mudah, dan “5” sangat mudah. Label halal adalah kejelasan tentang label jaminan halal pada kemasan produk kecap manis. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak jelas, “2” tidak jelas, “3” cukup jelas, “4” jelas, dan “5” sangat jelas.


(50)

Izin BPOM adalah izin yang diberikan oleh instansi terkait pada kemasan. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak jelas, “2” tidak jelas, “3” cukup jelas, “4” jelas, dan “5” sangat jelas.

Promosi penjualan adalah promosi yang dilakukan yang bertujuan untuk merangsang pembelian seperti pemberian diskon. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak menarik, “2” tidak menarik, “3” cukup menarik, “4” menarik, dan “5” sangat menarik.

Kejelasan tanggal kadaluarsa adalah keterangan mengenai tanggal kadaluarsa dari produk kecap manis. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak jelas, “2” tidak jelas, “3” cukup jelas, “4” jelas, dan “5” sangat jelas. Iklan adalah pengenalan produk yang dilakukan pihak produsen untuk menarik minat para konsumen. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak menarik, “2” tidak menarik, “3” cukup menarik, “4” menarik, dan “5” sangat menarik.

Komposisi produk adalah bahan-bahan yang terkandung dalam produk kecap manis. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak sesuai, “2” tidak sesuai, “3” cukup sesuai, “4” sesuai, dan “5” sangat sesuai.

Aroma produk adalah aroma yang terkandung dalam produk kecap manis. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak suka, “2” tidak suka, “3” cukup suka, “4” suka, dan “5” sangat suka.


(51)

36

Rasa produk adalah rasa yang terkandung dalam produk kecap manis. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak suka, “2” tidak suka, “3” cukup suka, “4” suka, dan “5” sangat suka.

Kekentalan produk adalah kekentalan dalam produk kecap manis. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak suka, “2” tidak suka, “3” cukup suka, “4” suka, dan “5” sangat suka.

Warna produk adalah warna yang terdapat dalam produk kecap manis. Variabel ini diukur menggunakan skor “1” sangat tidak suka, “2” tidak suka, “3” cukup suka, “4” suka, dan “5” sangat suka.

Usia (X1) dalam penelitian ini usia minimal konsumen adalah dalam usia produktif yang mengonsumsi kecap manis.

Tingkat pendidikan (X2) responden dibagi dalam enam kategori, yaitu SD, SMP, SMU, Diploma, Sarjana dan Pasca Sarjana.

Pendapatan rumah tangga (X3) adalah jumlah uang yang diterima oleh rumah tangga responden dalam satu bulan, yang terdiri dari pendapatan suami ditambah pendapatan istri jika istri bekerja (Rp/bulan).

Lama mengonsumsi (X4) adalah lama responden dalam mengonsumsi kecap manis baik dalam janga waktu tahun maupun bulan.

Harga kecap manis (X5) adalah uang yang harus dikeluarkan oleh responden untuk membeli kecap manis (Rp/100ml).


(52)

Lokasi (X6) adalah lokasi yang dipilih konsumen dalam membeli kecap manis. Pada penelitian ini diberikan nilai 1 apabila konsumen memilih di supermarket dan nilai 0 apabila memilih membeli di warung.

Jumlah anggota kelurga (X7) adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut.

B. Lokasi, Waktu, dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena kota Bandar Lampung merupakan sentra kegiatan perekonomian Provinsi Lampung memiliki berbagai aksesibilitas dan sarana prasarana yang baik, serta memiliki banyak perbedaan karakteristik sosial, budaya, dan ekonomi, sehingga dianggap dapat mewakili masyarakat yang ada di kota Provinsi Lampung. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014.

Pengambilan sampel diambil dalam penelitian ini adalah penduduk Kota Bandar Lampung yang berada pada dua kecamatan yang dipilih yaitu, Kecamatan Kemiling dan Kecamatan Tanjung Karang Timur. Dua kecamatan yaitu Kemiling dan Tanjung Karang Timur dipilih berdasarkan letak geografis yang berada di barat dan timur dari Kecamtan Tanjung Karang Pusat. Tanjung Karang Pusat dipilih menjadi acuan karena merupakan pusat dari aktivitas ekonomi di Kota Bandar Lampung. Tahap selanjutnya dipilih satu keluraharan dari setiap kecamatan. Pemilihan kelurahan dilakukan


(53)

38

dengan random. Hasil yang didapat Kelurahan Beringin Raya untuk mewakili Kecamatan Kemiling. Kelurahan Sawah Brebes untuk mewakili Kecamatan Tanjung Karang Timur. Setelah mendapatkan kelurahan dari masing-masing kecamatan maka selanjutkan melakukan pemilihan

lingkungan dari kelurahan tersebut untuk mendapat tempat lokasi penelitan. Sampel penduduk dari masing-masing kelurahan diambil secara random yaitu populasi di RT 25 LK 1 dan RT 7 LK 2 untuk mewakili Kelurahan Beringin Raya, untuk kelurahan sawah brebes RT 12 LK 1 dan RT 3 LK 2. Menurut hasil pra survei yang dilakukan Kelurahan Beringin Raya mayoritas

penduduknya berada dalam golongan menengah keatas dan Kelurahan Sawah Brebes mayoritas penduduknya menengah ke bawah.

Perhitungan penentuan jumlah sampel mengacu pada (Yamane (1967) dalam Rakhmat, 2001) sebagai :

...( 1 ) di mana :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

Karena populasi di empat RT adalah 312 rumah tangga, maka dapat dihitung jumlah responden dengan menggunakan persamaaan (1), yaitu :

= 75,728 = 76


(54)

Perincian jumlah responden atas empat RT ditentukan dari masing-masing wilayah (ni) dan digunakan alokasi proporsional mengikuti rumus (Nasir, 1988), yaitu :

...( 2 ) di mana :

ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya

Dengan menggunakan persamaan (2), maka sampel di :

LK 1 RT 25 Kelurahan Beringin Raya : (53 / 312) x 76 = 13 LK 2 RT 7Kelurahan Beringin Raya : (67 / 312) x 76 = 16 LK 1 RT 12 Kelurahan Sawah Brebes : (103 / 312) x 76 = 25 LK 2 RT 3Kelurahan Sawah Brebes : (89/ 312) x 76 = 22

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan. Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau


(55)

40

bidang yang akan diteliti (Narbuko dan Achmadi, 2005). Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait.

D. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan dua analisis untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis yang pertama yaitu analisis fungsi Cobb Douglas untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan untuk

menjawab tujuan kedua menggunakan Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) dan regresi logistik.

1. Analisis Fungsi Cobb Douglas

Metode analisis Fungsi Cobb Douglas digunakan untuk menjawab tujuan pertama, yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kecap manis di Kota Bandar Lampung. Persamaan faktor-faktor tersebut dibentuk dengan model persamaan Fungsi Cobb Douglas. Parameternya diestimasi dengan metode statistik menggunakan Program SPSS.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan kecap manis adalah harga kecap manis (X1), harga gula pasir (X2), harga saus sambal (X3), tingkat pendapatan (X4), jumlah anggota rumah tangga (X5).

Model persamaan fungsi Cobb Douglas untuk permintaan kecap manis adalah :


(56)

Untuk menduga parameter model, maka fungsi persamaan (3) tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (ln) sehingga diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai :

ln Y = ln b0 + b1lnX1 + b2lnX2 + b3lnX3 + b4lnX4 + b5lnX5 + u ………... ( 4 ) di mana :

Y = Permintaan kecap manis (ml/bulan) b0 = Intersep

b1-b5 = Koefisien variabel bebas

X1 = Harga kecap manis (Rp/100 ml) X2 = Harga gula pasir (Rp/100 g) X3 = Harga saus sambal (Rp/100 ml) X4 = Tingkat pendapatan (Rp/bulan) X5 = Jumlah anggota rumah tangga (jiwa) u = Kesalahan acak

Hasil data yang telah diolah akan diuji menggunakan Uji F dan Uji t. Pengujian regresi secara serempak menggunakan Uji F untuk mengetahui apakah semua variabel bebas (X1―X5) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y1). Pengujian secara tunggal dengan Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas (X1―X5), secara tunggal berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y1).


(57)

42

2. Perhitungan Elastisitas a. Elastisitas Harga

Perhitungan elastisitas harga bertujuan untuk mengetahui nilai elastisitas harga terhadap permintaan kecap manis.

Ed > │-1│ : Permintaan Elastis Ed < │-1│ : Permintaan inelastis

b. Elastisitas Silang

Perhitungan elastisitas silang bertujuan untuk mengetahui nilai elastisitas silang terhadap permintaan kecap manis.

Es > 0 : Barang subtitusi Es = 0 : Barang netral

Es < 0 : Barang komplementer

c. Elastisitas pendapatan

Perhitungan elastisitas pendapatan bertujuan mengetahui nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan kecap manis.

0 < Ei ≤ 1 : Barang normal

Ei = 0 : Barang netral Ei < 0 : Barang inferior Ei > 1 : Barang superior


(58)

3. Uji Reliabilitas dan Uji Validitas

Menurut Singarimbun (1995) uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin di ukur. Pada penelitian uji validitas dan realibilitas digunakan untuk mengukur atribut kecap manis. Sebelum dilakukan analisis kepuasan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji realibilitas pada kuisoner yang telah diisi oeh 30 responden pertama. Dengan jumlah minimal 30 responden maka distribusi skor nilai akan lebih mendekati kurva normal. Pengujian kuisoner dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan dalam kuisoner dapat dimengerti oleh responden.

Reliabilitas mengandung pengertian bahwa sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Jadi, kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukuran adalah konsistensi, atau tidak berubah-ubah (Sugiyono, 2004).

Suliyono (2010) mengartikan reliabilitas suatu alat ukur untuk menunjukan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam pengukuran reliabilitas adalah metode tes ulang, formula belah dua dari spearman- brown, formula rulon, formula

flanagan, cronbach’s alpha, metode formula KR-20, KR-21, dan metode anova hoyt.


(59)

44

Validitas dilakukan dengan analisis data reduction factor dengan melihat dari extraction method (principal component analysis) dan Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequency dan Bartlett’s Test of Sphericity dengan menggunakan program SPSS. Nilai extraction untuk masing-masing indikator variabel yang mempengaruhi kepuasan konsumen kecap manis di Kota Bandar Lampung yang di dapatkan dikatakan valid apabila melebihi nilai 0,40. Validitas juga diukur dengan melihat hasil dari Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequency dan Bartlett’s Test of Sphericity dengan nilai KMO melebihi 0,5 (Malhotra, 2002).

Pada penelitian ini digunakan teknik pengukuran reliabilitas dengan Teknik Croncbach Alpha. Koefisien reliabilitas yang dianggap baik adalah yang memiliki nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2007). Dengan demikian kuisioner yang digunakan akan memberikan hasil pengukuran yang konsisten.

4. Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) Tahapan-tahapan pengukuran CSI adalah :

a. Menghitung Weighting Factor (WF), yaitu mengubah nilai kepentingan menjadi angka persen, sehingga diperoleh Important Weight Factor dengan total 100 persen. Weighting Factor adalah fungsi dari Mean Important Score (MIS – i) masing-masing atribut dalam bentuk persentase (%) dari total rata-rata tingkat kepentingan (MIS – i) untuk seluruh atribut atau indikator uji.


(60)

Weight Factor=

……….…………(5

)

b. Menghitung Indeks Kepuasan Konsumen dengan cara.

1) Menghitung Weighted Score (WS), yaitu perkalian antara Mean Satisfaction Score (MSS) dengan Weighting Factor (WF). Dengan rumus : WS = MSS x WF ……..………(6) 2) Menghitung Weighted Average (WA), yaitu menunjukkan semua

Weighted Score (WS) dengan semua atribut kualitas produk dan pelayanan.

3) Menghitung Indeks Kepuasan Konsumen yaitu Weighted Average (WA) dibagi skala maksimal (Highest Scale/HS) yaitu skala likert 5 dikalikan 100%.

CSI =

………..(7)

Tingkat kepuasan responden secara keseluruhan dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan. Kriteria berdasarkan Panduan Survei Kepuasan

Pelanggan dalam Uluum (2007) adalah : 0,00 - 0,34 = Tidak Puas

0,35 – 0,50 = Kurang Puas 0,51 – 0,65 = Cukup Puas 0,66 – 0,80 = Puas

0,81 – 1,00 = Sangat Puas

5. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan

Kepuasan konsumen didefinisikan sebagai evaluasi purnabeli, dimana persepsi terhadap kinerja alternatif produk atau jasa yang dipilih


(61)

46

memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian. Kepuasan

konsumen dapat dilihat dari besar penilaian konsumen terhadap variabel indikator kepuasan.

Dalam menjawab tujuan ke dua tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan digunakan analisis Regresi logit model. Supranto (2004)

mengartikan model logit adalah model probabilitas logistik untuk menjelaskan respon kualitatif variabel dependen. Pada penggunaan analisis logistik terdapat variabel dependen ( variabel biner atau dua kategori) dengan variabel independen (memiliki jenis data numerik dan kategori). Model analisis logistik memiliki fungsi penghubung berupa distribusi logit sehingga yang terbentuk umumnya digunakan untuk memprediksi probabilitas terjadinya sebuah kejadian berdasarkan variabel penjelasnya (independent). Bentuk persamaan model logit yang

digunakan adalah:

ln (Pi/1 – Pi) = = ßo + ßX+ ...ß X ………(8)

Dimana :

Zi = faktor dependenpeluang konsumen mencapai kepuasan D (0=tidak puas dan 1= puas)

β0 = konstanta

β1, dst = koefisien regresi x1-x7 = faktor independen Pi = Probabilitas

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

menggunakan variabel yang diduga mempengaruhi kepuasan konsumen adalah usia (X1), tingkat pendidikan (X2), pendapatan (X3), lama


(62)

mengonsumsi (X4), harga kecap (X5), lokasi pembelian (X6) dan frekuensi pembelian (X7). Dengan menggunakaan persamaan sebagai berikut :

Ln (Pi/1 – Pi) = Zi =β0+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5 + β6+X6

……….………(9)

Keterangan :

Zi = peluang konsumen untuk mencapai

kepuasan (0=tidak puas; 1=puas)

β0 = konstanta

β1, β2, β3, β4, β5β6 = koefisien regresi

x1 = usia

x2 = tingkat pendidikan

x3 = pendapatan

x4 = lama mengkonsumsi

x5 = harga kecap

x6 = lokasi

x7 = frekuensi pembelian

Pi = Probabilitas

Pengklasifikasian indikator dilakukan dengan pemberian kriteria berdasarkan kondisi aktual yang dialami konsumen. Dengan rentang skala:

1,00 – 1, 80 = sangat tidak puas

1,81 – 2,60 = tidak puas Tidak Puas 2,61– 3,40 = ragu-ragu

3,41 – 4,20 = puas

Puas

4,21 – 5, 00 = sangat puas

Menurut Supranto (2004) untuk mengetahui ketepatan model yang dinyatakan dengan berapa persen variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi, maka digunakan uji Likelihood Ratio Index (LRI). Nilai. LRI sama dengan


(63)

48

pseudo R2atau Mc Fadden’s R2. LRI = pseudo R2atau Mc Fadden’s R2 = 1 – ln L/ln Lo.

Keterangan :

LRI = Likelihood Ratio Index

ln L = nilai maksimum dari log- Likelihood function tanpa restriksi (melibatkan semua parameter termasuk variabel bebas)

ln Lo = nilai maksimum dari log- Likelihood function dengan retriksi (tanpa melibatkan variabel bebas atau nilai koefisien dari semua parameter βi= 0)

Signifikansi dari tiap variabel independen terhadap variabel dependennya dapat dilihat dari statistik uji LR dan uji Wald. Dalam pengujian serentak, uji signifikansi model dapat menggunakan Likelihood-Ratio test.

Likelihood-Ratio test digunakan untuk mengetahui pengaruh semua varibel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen LR = -2 [ln Lo – ln L]

Keterangan:

LR = Likelihood Ratio

ln L = nilai maksimum dari log- Likelihood function tanpa restriksi (melibatkan semua parameter termasuk variabel bebas)

ln Lo = nilai maksimum dari log- s dengan retriksi (tanpa melibatkan variabel bebas atau nilai koefisien dari semua parameter βi= 0) Untuk menguji pengaruh semua variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan hipotesis yaitu:

Ho= β1 = β2 = β3 =…. = βi = 0 H1= salah satu βi ≠ 0

LR dibandingkan dengan Chi SquareTabel ll(χ2). Jika LR hitung >Chi SquareTabel ll(χ2) pada taraf α = 5% berarti Ho ditolak atau variabel


(64)

independen yang diuji secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(65)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung. Bandar Lampung terletak di wilayah stategis karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar pulau Sumatra dan pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan kota Bandar Lampung (BPS, 2013).

Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km2 yang terdiri dari 20 kecamtan dan 126 kelurahan. Secara geografis terletak pada 5 20’ sampai 5 30’ lintang selatan dan 105 28’ sampai dengan 105 37’ bujur timur. Luas wilayah, jumlah kelurahan, lingkungan dan RT menurut kecamtan di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa Kecamatan kemiling merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar di Kota Bandar Lampung sedangkan Kecamatan Tanjung Karang Timur memiliki luas wilayah terbesar ke dua dari semua kecamatan yang ada di Bandar Lampung.


(66)

Tabel 3. Luas wilayah, jumlah kelurahan, lingkungan dan RT di Kota Bandar Lampung dirinci dari Kecamatan, Tahun 2012

No Kecamatan

Luas Wilayah

(km2)

Kelurahan Lingkungan RT

1 Teluk Betung Barat 11,02 5 14 98

2 Teluk Betung

Timur 14,83

6

14 99

3 Teluk Betung

Selatan 3,79

6

14 141

4 Bumi Waras 3,75 5 12 153

5 Panjang 15,75 8 20 227

6 Tanjung Karang

Timur 16,55

5

11 109

7 Kedamaian 8,21 7 16 126

8 Teluk Betung Utara 4,33 6 12 161

9 Tanjung Karang

Pusat 4,05

7

14 148

10 Enggal 3,49 6 13 119

11 Tanjung Karang

Barat 14,99

7

16 130

12 Kemiling 25,03 9 20 240

13 Langkapura 6,12 5 11 73

14 Kedaton 4,79 7 16 136

15 Rajabasa 13,53 7 14 105

16 Tanjung Seneng 10,63 5 11 105

17 Labuhan Ratu 7,97 6 12 91

18 Sukarame 14,75 6 13 117

19 Sukabumi 23,6 7 16 157

20 Way Halim 5,35 6 16 184

Jumlah 197,22 126 285 2719

Sumber : BPS, 2013

Kecamatan yang memiliki kelurahan terbanyak yaitu kecamtan Kemiling sedangkan kecamatan Teluk Betung Barat, Bumi Waras, Tanjung Karang Timur, Langkapura, dan Tanjung Seneng memiliki keluharan yang paling sedikit. Kota Bandar Lampung memiliki jumlah penduduk total pada tahun 2012 sebanyak 902.885 jiwa. Penduduk kota Bandar Lampung terdiri dari laki-laki 456.620 jiwa dan perempuan 446.265 jiwa dengan kepadatan


(67)

52

penduduk sebesar 4.578 jiwa/km2 (BPS, 2013). Jumlah penduduk, dirinci menurut kecamatan, jenis kelamin dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung menurut jenis kelamin dan kepadatan penduduk tahun 2012

No Kecamatan Penduduk (jiwa) Kepadatan

(jiwa/km2) Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Teluk Betung Barat 31.633 29.577 61.210 2.916

2 Teluk Betung Timur

3 Teluk Betung Selatan 47.927 45.738 93.665 9.301

4 Bumi Waras

5 Panjang 33.250 31.675 64.925 3.068

6 Tanjung Karang Timur

45.655 45.157 90.812 4.302

7 Kedamaian

8 Teluk Betung Utara 32.256 31.679 63.935 6.159

9 Tanjung Karang Pusat 36.859 37.728 74.586 11.166 10 Enggal

11 Tanjung Karang Barat 33.027 32.097 65.124 4.301

12 Kemiling 36.403 36.178 72.582 2.625

13 Langkapura

14 Kedaton 44.919 44.776 89.695 8.244

15 Rajabasa 23.712 22.136 45.848 3.521

16 Tanjung Seneng 21.262 21.027 42.279 3.635

17 Labuhan Ratu

18 Sukarame 36.503 36.248 72.751 4.312

19 Sukabumi 33.224 32.249 65.473 5.625

20 Way Halim

Jumlah 456.620 446.265 902.885 4.578

Sumber : BPS,2013

Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa Kecamatan Tanjung Karang Timur memiliki penduduk terbanyak di Kota Bandar Lampung dengan kepadatan penduduk 4.302 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk Kecamatan Kemiling hanya sebesar 2.625 jiwa/km2 (BPS, 2013).


(1)

56

kecap manis yang sudah terkenal di kalangan masyarakat yaitu ABC, Bango, Gold, Indofood dan Sedap. Kecap manis tersebut dijual di seluruh pasar tradisional dan pasar modern di Kota Bandar Lampung.


(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada penelitian ini responden adalah ibu rumah tangga yang mayoritas berumur 39 tahun. Mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga dengan persentase terbesar berpendidikan SMA (52,63%). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Total permintaan kecap manis konsumen rumah tangga pada penelitian adalah 38.133 ml/bulan. Konsumen rata-rata mengonsumsi kecap manis mencapai 501 ml dalam waktu sebulan. Ukuran kecap manis yang paling sering dibeli oleh konsumen adalah ukuran isi ulang (70-620ml). Untuk frekuensi pembelian konsumen rata rata membeli kecap manis satu hingga tiga kali dalam satu bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kecap manis adalah harga kecap manis, harga gula, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga.

2. Tingkat kepuasan konsumen terhadap kinerja dan kepentingan rumah tangga yang telah terpenuhi oleh kecap manis sebesar 78,20 persen masuk dalam kriteria puas pada rentang skala 0,61-0,80, dengan jumlah rumah tangga puas sebanyak 53 orang (69,74%) dan tidak puas sebanyak 23 orang


(3)

89

(30,16%). Faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kepuasan konsumen adalah adalah usia, lama mengonsumsi, harga kecap manis dan lokasi pembelian.

B. Saran

1. Bagi produsen kecap manis agar dapat mempertahankan kepuasan konsumen terhadap kecap manis harus meningkatkan atribut promosi penjualan, iklan, dan desain kemasan.

2. Penelitian lain dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi untuk penelitian sejenis misalnya untuk mengetahui permintaan dan tingkat kepuasan kecap manis maupun produk lain dengan menambahkan variabel dan atribut yang tidak dimasukan pada penelitian, sehingga akan

mengetahui lebih luas variabel atau atribut apa yang mempengaruhi permintaan dan kepuasan konsumen.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Bandung. Institute Tekhnologi Bandung.

Arsyad, L. 2000. Ekonomi Terapan Untuk Manajemen Bisnis. Yogyakarta. BPFE-Yogyakarta.

Ayuningtyas, D. A. 2009. Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Teh Hijau Siap Minum Merek Nu Green Tea Di Kota Jakarta. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.

Azrul, A. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan Dimasa yang Akan Datang. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Industri Besar dan Sedang Indonesia. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta.

_________________. 2012. Kota Bandar Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Bangun, K.L. 2013. Analisis Permintaan Semangka Merah Tanpa Biji di Pasar Tradisional di Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Universitas Lampung.

Daniel, M. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta. Bumi Aksara. Darnilawati. 2009. Analisis Permintaan Konsumen Terhadap Minyak Makan di

Kota Pekanbaru. Jurnal Ekonomi : Vol. 17, . 01.

Dewi, V. R. 2013. Pengambilan Keputusan Rumah Tangga Dalam

Mengkonsumsi Kecap manis Di Kota Bandar Lampung. JIIA, 1. (03). Engel, J. F., R. D. Blackwell, dan P. W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen.

Jilid 1. Edisi Keenam. Jakara. Binarupa Aksara.

Ginting, E. 2010. Petunjuk Teknis, Produk Olahan Kedelai (Materi Pelatihan Agribisnis Bagi KMPH). Malang. Balai Penelitian Kacang Kacangan dan Umbi Umbian.


(5)

91

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta. Penerbit Andi. Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta. PT. Indeks

Kelompok Gramedia.

Leko, Jeni. 2012. Analisis Permintaan Produk Susu Bubuk Balita pada Konsumen Rumah Tangga di Kecamatan Loli Kabupaten Sumba Barat. Animal Agricultural Journal : Vol. 1, No. 1 : 359 – 377.

Lupiyoadi, R. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta. PT. Salemba Empat. Malholtra, N. 2002. Marketing Research An Applied Orientation. 2nd Edition.

Pearson Education. Australia.

Manurung, M. dan P. Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (kajian kontekstual Indonesia. Jakarta. Lembaga Penerbit FE UI.

Narbuko, C. dan A. Achmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara.

Nasir. M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Novian, M.H. 2009. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Terhadap Mid East Cafe Lounge And Sisha Bogor. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.

Oliver, R.L. 1997. Satisfaction : A behaviour Persperctive on Customer. Bosaton. Harvard Business School Press.

Pindyck. 2009. Microeconomics. Canada. Pearson education Inc. Canada Priyatno. 2012. Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS. Jakarta.

Mediakom

Rakhmat, J. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. PT.Remaja Rosdakarya.

Rangkuti, F. 2003. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Santoso, S. dan A.L. Ranti. 1994. Kesehatan dan Gizi. Jakarta. PT Rineka Cipta.


(6)

Santoso. 2005. Teknologi Pengolahan Kedelai (Teori dan Praktik). Malang. Universitas Widyagama

Sediaoetama, A. D. 1988. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jilid 2. Jakarta. PT. Dian Rakyat.

Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta. Prenada Media.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta.

Sukirno, S. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga). Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Suliyono, J. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Cakrawala. Yogyakarta.

Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen, Teori Dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Supranto, J. 2004. Ekonometrika. Jakarta. Ghalia Indonesia.

__________. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk Menaikan Pangsa Pasar. Jakarta. Rineka Cipta.

Uluum. 2007. Panduan Survei Kepuasan Konsumen. Jakarta. PT Sucofindo. Yulita, M. 2013. Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Produk Susu Cair

Dalam Kemasan KPBS di Bandung. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Universitas Lampung.

Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Zeithaml, V.A. dan Bitner, M.J. 1996. Service Marketing. Singapore. McGrow Hill