STRATEGI KAMPANYE POLITIK DALAM UPAYA PEMENANGAN PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 (Studi kasus Tim Sukses Jokowi-JK di Bandar Lampung)

(1)

POLITICAL CAMPAIGN STRATEGY IN WINNING PRESIDENT AND VICE PRESIDENT ELECTION IN 2014

(A CASE STUDY OF SUCCESS TEAM OF JOKOWI-JK IN BANDAR LAMPUNG)

Oleh:

Eny Inti Suryani, Ari Darmastuti, Nina Yudha Aryanti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

e-mail : enyinti_surya@yahoo.com

ABSTRACT

Campaign for president and vice president election in 2014 was different with the same campaign 5 years ago, and even 10 years ago. In 2014, presidential campaign was conducted by only two candidates of president and vice president, so that the competition to win public sympathy was so tight. Thera are many black campaign to Jokowi-JK, so it is need the good political campaign strategy.

The objective of this research was to explain and analyze political campaign strategy in winning president and vice president election in 2014 (a case study of success team of Jokowi-JK in Bandar Lampung). This was a qualitative research. with 8 informants.

The focus of this research was political campaign strategy conducted by success team of Jokowi-JK in Bandar Lampung in winning president and vice president election in 2014, including the used communication forms and reasons to use these forms of communication. The results showed that success team of Jokowi-JK in conducting political campaign strategy was by establishing objective and goal, formulating actions and strategies of responses, and by using effective communication. Used communication form included interpersonal communication, organization communication and mass communication. Reasons in using these communication forms were that these were effective communication according to groups of public targets with their respective weaknesses and advantages. Among these communication forms, interpersonal communication was the most used and then followed by mass communication. The researcher expects that this research results will be able to support politicians in using political campaign strategy in get society support.


(2)

Oleh:

Eny Inti Suryani, Ari Darmastuti, Nina Yudha Aryanti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

e-mail : enyinti_surya@yahoo.com

Abstrak

Kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014 berbeda dengan kampanye 5 tahun yang lalu bahkan 10 tahun yang lalu. Dalam kampanye tahun 2014 ini, hanya diikuti oleh 2 kandidat capres dan cawapres sehingga persaingan memperebutkan simpati masyarakat begitu ketat. Adanya kampanye hitam yang ditujukan kepada Jokowi-JK, maka perlu adanya strategi kampanye politik yang baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis strategi kampanye politik dalam pemenangan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 ( Studi kasus Tim Sukses Jokowi-JK di Bandar Lampung). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan 8 informan.

Fokus penelitian ini adalah strategi kampanye politik yang dilakukan oleh Tim Sukses Jokowi-JK Bandar Lampung dalam upaya pemenangan pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014, bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dan alasan-alasan menggunakan bentuk-bentuk komunikai tersebut. Hasil penelitian ini bahwa Tim Jokowi JK telah melakukan strategi kampanye politik dengan menetapkan tujuan dan sasaran, menformulasikan aksi dan strategi respon serta menggunakan komunikasi yang efektif. Bentuk komunikasi yang digunakan adalah komunikasi antar persona, komunikasi organisasi dan komunikasi masa. Adapun alasan - alasan penggunaan bentuk- bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi yang efektif sesuai dengan kelompok khalayak sasaran masing - masing yang mempunyai kelemahan dan kelebihan. Sedangkan dari ketiga bentuk komunikasi yang paling sering digunakan adalah komunikasi antar persona, baik komunikasi antar persona itu sendiri atau pun sebagai kelanjutan dari komunikasi massa.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu para politikus untuk menggunakan strategi kampanye politik dalam meraih dukungan masyarakat.


(3)

STRATEGI KAMPANYE POLITIK DALAM UPAYA PEMENANGAN PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 (STUDI KASUS TIM SUKSES JOKOWI-JK DI BANDAR LAMPUNG)

Oleh

ENY INTI SURYANI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

MOTO

Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah Allah, mereka membaca kitabullah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali

akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi dengan rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya. Barang siapa memperlambat-lambat dalam amalannya, niscaya

tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya. (H.R. Muslim dalam Shahih-nya)


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada:

1. Orang tua tercinta, Abu Kaelani (Alm) dan Ismiharti (Almh), atas segala doa dan kasih sayang yang selalu menyertaiku semasa hidupnya.

2. As’ad Bustani, SE (Alm) dan ketiga anakku, Resi Bisma Sari, Dinda Naafi Lathifa dan M Kresna Adjie, yang menjadi penyemangat hidupku.

3. Teman-teman yang selalu membantu langkah-langkahku.


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kedu, Temanggung Jawa Tengah pada tanggal 28 Maret 1969, merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara pasangan (Alm) Abu Kaelani dan (Almh) Ismiharti.

Penulis mulai menempa ilmu di lembaga formal Taman Kanak-Kanak Bustanul Atfal, Kedu, Temanggung kemudian pada tahun 1975 melanjutkan ke SD N II Kedu. Pada tahun1981 Penulis melanjutkan pada jenjang menengah di SMP N II Temanggung dan lulus tahun serta Sekolah Menengah Atas diselesaikan di SMA N II Temanggung pada tahun1987. Kemudian melanjutkan ke Universitas Gadjah Mada melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) pada tahun 1987, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kemudian pada tahun 2011 Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Pasca sarjana Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung dengan mengambil konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah.

Sejak duduk di sekolah dasar, penulis gemar mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan ketika duduk di sekolah menengah pertama, mulai ikut dalam beberapa organisasi internal sekolah. Saat masih menempuh pendidikan strata-1, penulis mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan baik tingkat fakultas


(10)

Ratnaningsih UGM, penulis juga aktif di kegiatan-kegiatan asrama tersebut, baik kegiatan internal maupun eksternal.

Sejak tahun 1994, setelah menikah dan mengikuti suami di Ranau, OKU Selatan penulis memutuskan untuk berbagi pengetahuan melalui mengajar bimbingan belajar dan privat bahasa Inggris selama tiga tahun, selain mengajar di SMP, MAN, dan MTS dengan mata pelajaran bahasa Inggris. Kemudian pada tahun 1996-1998, menjadi Kepala Operasional Lapangan Terbang Perintis Danau Ranau. Karena krisis moneter, lapangan terbang tersebut tidak beroperasi lagi, kemudian pada tahun 1999 penulis mengikuti pendidikan Akta Mengajar IV di FKIP Unila, setelah itu mengajar di Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP UML sampai dengan sekarang. Di UM Lampung aktif di kegiatan kampus dan Ortom Muhammadiyah, seperti NA Kota Bandar Lampung dan Aisyah Provinsi Lampung.


(11)

SANWACANA

Sembah dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagaimana mestinya. Sholawat teriring salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang kita harapkan syafaatnya dihari akhir nanti.

Tesis ini disusun sebagai syarat pencapaian gelar Magister Ilmu Pemerintahan pada Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung. Tesis ini diberi judul Pemasaran Politik dalam Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009 di Provinsi Lampung. Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan pernah selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A., selaku Ketua Program Magister Ilmu Pemerintahan

sekaligus Pembimbing Utama atas kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis.

3. Ibu Dr. Nina Yudha Aryanti, M.Si., selaku Pembimbing Pembantu atas kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis.

4. Bapak Dr. Suwondo, M.A., selaku penguji. Terima kasih atas saran dan kritikan yang diberikan.

5. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M.Si., selaku pembimbing akademik.

6. Ketiga anakku yang telah memberikan doa dan dukungan yang tiada terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.


(12)

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini banyak terdapat kekurangan, namun semoga tesis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2015

Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………

HALAMAN JUDUL ……… HALAMAN PERSETUJUAN ……… HALAMAN PENGESAHAN ……….. LEMBAR PERTANYATAAN ……… RIWAYAT HIDUP………

MOTO ………..

PERSEMBAHAN ……….

SANWACANA ………

DAFTAR TABEL ……….

DAFTAR ISI ………. ii

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 10

1.3Tujuan Penelitian ... 10

1.4Manfaat Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya... 12

2.2 Strategi Komunikasi... 14

2.3 Kampanye sebagai Kegiatan Komuniasi Pol itik... 24

2.4 Media Massa dalam Kampanye Politik... 30

2.5 Kampanye sebagai Kegiatan K A P dan Komunikasi Kelompok …... 35

2.6Model Two Step Flow (T-Flow) ... 43

2.7 Public Opinion Theory ... 45


(14)

3.1 Jenis Penelitian………... 51

3.2 Fokus Penelitian………... 52

3.3 Sumber Data ……… 53

3.4 Teknik Pengumpulan Data…………..……… 56

3.5 Teknik Pengolahan Data………. 58

3.6 Teknik Analisa Data………..………. 58

3.7 Keabsahan Data………... 60

IV. GAMBARAN UMUM KONFIGURASI POLITIK PENGUSUNG CALON PRESIDEN 4.1Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan………. 62

4.2Partai Kebangkitan Bangsa……….………. 64

4.3Partai NasDem………. 67

4.4Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia……….… 68

4.5Partai Hanura (Hati Nurani Rakyat)……….…… 71

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian……. ... 73

5.1.1 Profil Informan………..…………... 73

5.1.2 Hasil Observasi……… 74

5.1.2.1 Hasil Observasi Komunikasi antar Pribadi dan Komunikasi Organisasi……….... 74

5.1.2.2 Hasil Observasi tentang Komunikasi Massa…...… 75

5.2Pembahasan………...76

5.2.1Strategi Komunikasi Politik yang Dilakukan oleh Tim Sukses Jokowi- Bandar Lampung………...………. 76

5.2.2Bentuk-bentuk Komunikasi Politik yang Digunakan Tim Jokowi-JK………...…. 89

5.2.3 Alasan-Alasan Penggunaan Bentuk-bentuk Komunikasi……... 118

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Simpulan …... 124

6.2Saran... 125 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

1. Penelitian Sebelumnya………. 12 2. Kampanye Pemilu dan kampanye Politik……….. 28 3. Profil Informan……… 73 4. Strategi Kampanye Politik yang Dilakukan Tim Sukses Jokowi-JK Bandar Lampung…76 5. Bentuk-Bentuk Komunikasi yang Dilakukan Tim Sukses Jokowi-JK Bandar Lampung.89 6. Alasan-Alasan Penggunaan Bentuk-Bentuk Komunikasi………...118


(16)

I.PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di masa lampau kampanye lebih merupakan suatu ajang manuver politik untuk menarik sebanyak mungkin pemilih dalam pemilu sehingga bisa meraih kekuasaan. Untuk itu segala cara mungkin dipakai, diantaranya janji-janji yang muluk dan acapkali tidak masuk akal. Partai-partai politik memakai alasan-alasan primordial, pencapaian keadaan adil makmur, bahkan juga intimidasi untuk bisa berkuasa. Kampanye kerap kali sekedar basa- basi politik. Rakyat secara umum bersikap sumonggo kerso yang penting aman. Setelah pemilu selesai dan kekuasaan diperoleh, mereka melupakan janji-janji. Yang penting sudah berkuasa, lalu bertindak semau mereka sendiri dan seringkali hanya mementingkan diri atau kelompok sendiri.

Apa yang terjadi di mata rakyat ? Ketidakpercayaan terhadap partai politik semakin kental. Sikap apatis menjadi kental. Orang semakin tak percaya pada politik, sehingga banyak kalangan skeptic yang cukup kritis akhirnya mengambil sikap golput. Menurut masyarakat kelas bawah politik tidak ubahnya pertempuran elite masyarakat dan tidak mengubah apapun kondisi yang ada. Pemilu


(17)

2

diasosiasikan dengan perebutan dan pembagian kekuasaan daripada proses dialogis antara kandidat dengan pemilih.

Tetapi masyarakat semakin kritis dan terbuka. Hadirnya media massa, LSM, informasi dan teknologi komunikasi memungkinkan masyarakat untuk mengumpulkan, menganalisis dan membuat perbandingan tentang sesuatu yang terjadi di negara mereka dengan yang terjadi di negara lain. Masyarakat semakin tahu bahwa mereka harus berpolitik, mereka harus ikut menentukan, atau mengendalikan kekuasaan di negara mereka. Paling tidak, mereka menyadari bahwa memilih seorang kandidat atau partai tertentu berarti menentukan siapa yang akan memimpin mereka. Memang pilihan acapkali tidak seperti yang diharapkan. Sebab “orang-orang yang baik tidak menjadi politikus”. Banyak orang di luar politik yang lebih berkualitas ketimbang para calon yang dijajakan oleh partai-partai. Para calon pemimpin dan wakil rakyat seringkali tidak memadai. Tetapi, itulah pilihan yang ada. Sistem membuat masyarakat harus menerima kenyataan bahwa politik memang ditentukan oleh partai politik (hal ini terjadi di Indonesia periode kepemimpinan Presiden Gus Dur, Megawati dan Yudhoyono). Memilih mereka atau tidak, akhirnya selalu saja ada yang berkuasa. Lebih baik memilih yang terbaik di antara yang terburuk daripada sama sekali tidak memilih. Melaksanakan hak pilih setidak-tidaknya bisa memengaruhi siapakah yang akan terpilih menjadi wakil rakyat atau pemimpin.

Di lain pihak, kenyataan ini juga harus dipertimbangkan oleh pihak partai. Semakin kritisnya masyarakat harus disimak oleh partai-partai kalau mereka ingin bertahan. Mereka harus memberikan yang terbaik, kalau mereka akan dipilih dan bertahan. Pembenahan-pembenahan harus dilakukan, di antaranya pola kampanye


(18)

yang diselenggarakan. Kampanye sebagai suatu proses “jangka pendek”, di mana semakin kuat anggapan tentang tidak relevannya intensitas para kandidat dalam memperkenalkan ide dan gagasan politik yang dimaksudkan untuk sekedar menarik perhatian serta dukungan masyarakat. Masyarakat tidak hanya menilai kandidat dari janji dan harapan yang diberikan selama periode kampanye pendek saja. Cara masyarakat mengevaluasi kandidat juga dipengaruhi oleh kredibilitas dan reputasi politiknya di masa lalu. Setiap keputusan dan perilaku politik akan terekam dalam memori kolektif masyarakat dan hal inilah yang membentuk persepsi masyarakat mengenai kualitas setiap kandidat. Setiap janji dan harapan yang disampaikan selama periode kampanye akan dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan, apakah terdapat kesesuaian atau tidak. Jadi kampanye politik adalah suatu proses jangka panjang yang menuntut konsistensi dan kontinyuitas dari partai politik ( Bluementhal, 1982, dalam Firmanzah, 2008: 270). Kampanye politik bahkan dianjurkan dilakukan setiap hari (daily-campaign) (Noris, 2008, dalam Firmanzah, 2008: 271). Partisipasi dalam konferensi pers, peluncuran paket-paket kebijakaan politik, safari politik ke daerah-daerah, talk show di TV dan perbincangan radio, serta pidato-pidato politik harus dilihat sebagai media untuk kampanye. Menurut (Norris,2008, dalam Firmanzah, 2008: 271) kampanye politik adalah suatu proses komunikasi politik, di mana partai politik atau kontestan individu berusaha mengkomunikasikan ideologi ataupun program kerja yang mereka tawarkan. Tidak hanya itu, komunikasi politik juga mengkomunikasikan intensi dan motivasi partai politik atau kontestan individu dalam memperbaiki kondisi masyarakat. Partai – partai politik berusaha membentuk image bahwa partai merekalah yang paling peduli atas permasalahan


(19)

4

bangsa. Semua hal yang dilakukan merupakan informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat. Tak bisa ditampik bahwa cara ini merupakan suatu bentuk kampanye politik. Semua ak tivitas politik, secara sadar maupun tidak sadar, akan direkam sekaligus didistribusikan oleh media massa dan jurnalis. Nantinya semua aktivitas tersebut berkontribusi dalam pembentukan image politik partai atau kandidat bersangkutan. Karenanya, partai atau kontestan individu diharapkan untuk selalu berhati-hati dalam setiap ucapan dan tindakan politik. Soalnya, masyarakat dan media massa akan memonitor secara permanen apa saja yang dilakukan partai politik.

Kehidupan politik di Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan trend yang terjadi di dunia global. Pasca reformasi, terdapat pergeseran yang sangat signifikan terhadap kehidupan berpolitik di Indonesia (Firmanzah, 2008: 28). Semangat emansipasi dan demokratisasi politik telah meningkatkan intensitas persaingan politik di Indonesia (Firmanzah, 2008: 29), sehingga politisi dan partai politik perlu merancang ulang strategi bersaing untuk memenangkan persaingan politik. Tujuan utama dari keikutsertaan kandidat pada pesta demokrasi pemilihan kepala daerah, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tentu saja perolehan suara yang dominan untuk memenangkan persaingan politik tersebut. Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan kecenderungan memilih partisipan politik.

Menurut Butler dan Collins, 2001, (dalam Firmanzah ,2008: 45) melihat adanya peningkatan volatilitas atau semakin berubah-ubahnya (volatility) perilaku pemilih. Hal ini membuat keberpihakan pemilih menjadi lebih sulit diduga. Tidak stabilnya perilaku pemilih sangat dipengaruhi oleh semakin pudarnya ikatan idiologis pemilih dengan partai atau kontestan pemilu atau pilpres, berakhirnya


(20)

perang ideologis dan meningkatnya materialism kapitalistik menyebabkan pemilih dewasa ini cenderung pragmatis, cenderung memilih partai atau kandidat yang mampu menawarkan produk politik yang lebih baik dibandingkan pesaing.

Keadaan di atas terjadi juga pada tahun ini dimana ada dua pemilu yaitu pemilu legislatif dan pemilu presiden. Pemilu presiden pada tahun 2014 ini hanya diikuti oleh 2 kandidat pasangan capres cawapres, berbeda dengan pemilu presiden pada tahun 2004 dan 2009 yang diikuti oleh lebih 2 kandidat capres cawapres. Capres dan cawapres pada tahun ini berbeda dengan pilpres sebelumnya, karena salah satu capres berasal dari kalangan sipil dan dari lokal.

Calon presiden dari kalangan sipil kali ini terkenal dengan kebijakannya ketika menjabat menjadi walikota Solo yaitu kebijakan yang pro rakyat dengan menolak adanya mall atau supermarket yang masuk di wilayah Kota Solo yang waktu itu juga mendapat kritikan dari Gubernur Jawa Tengah. Sebagai kompensasi dari kebijakan tersebut maka Jokowi memperbaiki tata kelola pasar tradisional seperti pasar modern. Begitu juga kebijakan Jokowi dalam mengangkat hasil karya anak bangsa dengan membuat keputusan untuk membeli mobil hasil karya siswa-siswa SMK yang diikuti oleh pejabat pemerintah yang lain.

Berdasarkan prasurvey pada tanggal 10-31 Juni 2014 yang didapatkan dari media massa terutama media cetak, kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014 berbeda dengan kampanye 5 tahun yang lalu bahkan 10 tahun yang lalu. Dalam kampanye tahun 2014 seperti sudah diungkapkan di atas bahwa hanya diikuti oleh 2 kandiat capres dan cawapres, sehingga persaingan memperebutkan simpati masyarakat begitu ketat.


(21)

6

Dalam kampanye kali ini banyak diwarnai dengan adanya lembaga survey-lembaga survey yang menyatakan hasil surveynya mengklaim pasangan tertentu unggul tingkat keterpilihannya. Berita-berita semacam ini yang mendominasi media cetak tentu saja membuat pasangan pesaing menjadi ciut.

Untuk pasangan Jokowi-JK pada kampanye tahun 2014 ini berani membuat terobosan-terobosan baru seperti membuka rekening a.n. Jokowi-JK dalam rangka menggalang dukungan masyarakat dalam hal dana yang sampai akhir kampanye tercatat 59 milyar dan sekitar 9 milyar dimasukkan ke kas Negara karena tidak dilengkapi identitas pengirim. Tidak lama kubu Prabowo-Hatta pun membuka rekening yang sama untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam dukungan dana.

Dalam kampanye capres dan cawapres tahun 2014 ini diwarnai juga dengan berita-berita tentang kampanye hitam. Kampanye hitam cenderung ditujukan kepeda pasangan Jokowi-Jk baik lewat sms, media maya, maupun media cetak yang menyudutkan pasanngan ini dengan berita tentang asal-usul Jokowi yang berdarah Cina, maupun tentang keyakinan Jokowi yang diragukan. Yang lebih mencengangkan lagi dengan beredarnya Tabloid Obor Rakyat di pondok-pondok pesantren di Jawa Timur, di mana tabloid ini banyak memuat berita tentang Jokowi yang cenderung merugikan bagi kandidat presiden ini.

Untuk mengklarifikasi tentang kampanye hitam tersebut, tim Jokowi-JK tidak tinggal diam, segera mereka membuat press release atau semacamnya untuk meluruskan berita yang tidak benar dengan dilengkapi oleh bukti-bukti fisik yang mendukungnya. Di sini masyarakat menjadi tahu siapa sebenarnya Jokowi-JK


(22)

yang sebenarnya. Dalam hal ini Tim Sukses Jokowi-JK berusaha juga menciptakan opini public tentang Jokowi-JK. Dengan banyaknya kampanye hitam yang beredar di masyarakat, maka perlu strategi kampanye dalam upaya pemenangkan pemilihan presiden dan wakil presiden pada tahun 2014 di Bandar Lampung. Keadaan tersebut perlu diteliti karena pada penelitian-penelitian sebelumya belum ada yang membahas tentang hal tersebut di atas.

Dalam hal money politics , berita – berita di media massa yang peneliti amati, untuk pasangan Jokowi –JK cenderung bebas dari money politics, bagaimana mau menyuap uang kepada rakyat, untuk dana kampanye saja meminta dukungan dana dari rakyat, bahkan tidak sedikit kelompok-kelompok masyarakat seperti buruh, maupun tukang becak yang dengan sukarela menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk mendukung Jokowi-JK. Sementara untuk kubu Prabowo-Hatta, ada beberapa berita yang peneliti baca bahwa terdapat kegiatan money politics yang dilakukan oleh tim Prabowo-Hatta yang ketangkap basah oleh masyarakat. Dan hal ini segera dilaporkan ke aparat setempat.

Debat capres dan cawapres melalui media massa televisi secara langsung, juga merupakan warna tersendiri dalam kampanye capres dan cawapres tahun 2014 ini. Debat capres dan cawapres yang terdiri dari 5 jilid ini tentu saja sangat bermanfaat bagi rakyat Indonesia sebagai referensi untuk memilih calon pemimpin bangsa ini untuk 5 tahun mendatang.

Dalam debat capres dan cawapres tersebut, pasangan Jokowi-JK dalam memaparkan semua program kerjanya menggunakan bahasa yang sederhana dan siftanya teknis yang mudah dipahami oleh masyarakat awam atau masyarakat


(23)

8

kebanyakan. Sementara Prabowo – Hatta dalam memaparkan dan menjawab pertanyaan dari moderator maupun dari capres dan cawapres pesaing, cenderung bersifat umum (Grand Design) yang sulit dipahami oleh masyarakat awam, sehingga perlu penjabaran lebih lanjut. Hal ini terlihat di bidang ketahanan pangan dan kesehatan.

Setelah debat berlangsung, masing – masing juru bicara capres dan cawapres peserta debat diwawancari secara langsung oleh media penyelenggara. Juru bicara Prabowo-Hatta, Tantowi Yahya dalam menjawab pertanyaan terkait dengan debat yang sudah berlangsung, cenderung memojokkan atau bahkan meremehkan capres-cawapres pesaing. Sedangkan juru bicara Jokowi-JK, Anies Baswedan dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan media, cenderung sopan , arif dan tidak memojokkan maupun meremehkan capres dan cawapres pesaing. Bagi masyarakat, tentunya serangkaian debat capres dan cawapres tersebut tentunya memberikan masukan yang berarti yang menjadi bahan pertimbangan dalam memilih calon pemimpin 5 tahun mendatang di negeri ini.

Dalam kampanye capres cawapres ini, pasangan Jokowi-JK tentu saja didukung oleh beberapa partai politik. Pasangan caprès-cawapres ini berani mengatakan bahwa dukungan partai politik ini tidak bersyarat. Artinya, apabila capres dan cawapres ini memenangkan pemilu, maka partai-partai pendukung ini tidak bisa menuntut apapun, karena mereka mendukung tanpa diikuti oleh syarat tertentu. Kalau pada umumnya, suatu partai tertentu misalnya mendukung salah satu capres tertentu, otomatis para kader partai tersebut harus patuh kepada ketua partainya. Tetapi pada kali ini terjadi hal yang berbeda, pimpinan partai politik bisa saja menyatakan dukungannya pada capres tertentu, tetapi untuk para kader diberi


(24)

kebebasan dalam memilih sesuai dengan hati nuraninya. Hal ini terjadi pada Partai Demokrat dan Golkar contohnya.

Dalam masa kampanye, capres Jokowi-JK tingkat keterpilihannnya menurun, bila dilihat dari hasil lembaga-lembaga survey yang diberitakan di media massa, hal ini juga dipengaruhi oleh adanya kampanye hitam yang banyak menghantamnya. Dalam masa tenang, kubu Jokowi –JK , banyak diam, tidak banyak mengeluarkan statement, dan ini merupakan salah satu bentuk komunikasi juga. Dan bahkan Jokowi dimasa tenang ini malahan melaksanakan ibadah umroh bersama keluarga. Sementara kubu Prabowo-Hatta di masa tenang, diisi dengan sholat tarwih bersama dengan para santri di pondok-pondok pesantren.

Dari paparan di atas terlihat jelas bagaimana masing-masing kandidat presiden dan wakil presiden peserta pemilu presiden dan capres tahun 2014 ini, melakukan komunikasi politik, baik komunikasi antar persona, komunikasi kelompok maupun komunikasi massa dalam menjaring simpati masyarakat untuk mendapat dukungan sepenuhnya.

Dalam menyosialisasikan visi dan misi maupun klarifikasi kampanye hitam harus menggunakan komunikasi yang efektif, sehingga masyarakat memahami apa yang terjadi sebenarnya. Disini diperlukan juga komunikator yang baik, pesan yang baik serta media yang efektif. Proses komunikasi politik ini menjadi sangat menarik untuk diteliti sehingga kita mengetahui bagaimana strategi kampanye politik dalam upaya pemenangan pada pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014 oleh Tim Jokowi-JK di Bandar Lampung. Dalam penelitian ini hanya


(25)

10

membahas tentang komunikasi yang terjadi dalam kegiatan kampanye baik kampanye secara terbuka maupun tertutup.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimana Strategi Kampanye Politik dalam Upaya Pemenangan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Bandar Lampung ?” (Studi Kasus pada Tim Jokowi-JK Bandar Lampung)

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

Untuk menjelaskan dan menganalisa strategi kampanye politik dalam upaya pemenangan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 (Studi kasus Tim Sukses Jokowi-JK di Bandar Lampung).

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu :

1. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu yang berkaitan dengan kampanye politik.


(26)

2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi partai politik dan para politisi lokal maupun nasional untuk melaksanakan kampanye politik dengan baik dalam mencapai tujuannya.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pelaksanaan strategi kampanye pada partai politik maupun lembaga pemenangan suatu partai politik belum pada tingkatan yang maksimal sehingga perlu diadakan pembenahan secara signifikan serta dievaluasi oleh pihak tertentu apakah kegiatan komunikasi tersebut mengarah kepada tujuan atau tidak. Apabila kegiatan komunikasi sudah mengarah kepada tujuan maka direkomendasikan untuk diteruskan dan apabila belum mengarah kepada sasaran maka perlu direvisi atau dibatalkan. Secara umum hasil penelitian, kontribusi dan perbedaan penelitian sebelumnya yang turut memberikan bahan masukan dalam tesis ini dapat dilihat pada tabel 1, berikut ini :

Tabel 1. Penelitian Sebelumnya

No Judul, Nama Peneliti,Tahun

Hasil Penelitian Kontribusi Perbedaan

1 Strategi Komunikasi Tim Sukses Politik Dalam Pemenangan Pemilu Legislatif (Studi pada Tim

Strategi komunikasi yang dimiliki DPC PKB tertuang dalam program kegiatan divisi yang sudah disepakati oleh masing-masing pihak dalam Lembaga Pemenangan tersebut. Penelitian ini berkontribusi sebagai bahan bacaan sekaligus bahan masukan dan menjadi langkah awal Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis strategi komunikasi


(28)

Sukses DP PKB Bangkalan Madura, oleh Sakinah, (2009) untuk penelitian yang selanjutnya dalam ide dan hal yang sama yaitu tentang starategi dalam pemenengan. yang dilaksanakan di Lembaga Pemenangan yang yang tertuang dalam program kegiatan divisi. 2 Strategi

Komunikasi Politik Partai Politik Gerindra Pada Pemilu 2009

(Pendekatan Teori Mobilisasi Tentang

Strategi Partai Gerindra di DPD Jabar), oleh Hartawan, (2009)

Strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh Partai Gerindra di DPD Jabar melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi .

Tipe Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode penelitian kualitatif

dengan teknik purposive sample.

Penelitian ini berkontribusi sebagai gambaran dalam menganalisis permasalahan,p engolahan data dan pengambilan sample untuk dijadikan sebagai informan.

Penelitian ini memiliki fokus penelitian pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam strategi komunikasi.

3 Memahami Strategi Komunikasi Ormas Nasional Demokrat sebagai Embrio Partai Politik di Indonesia,oleh Monoarfa, (2011)

Ormas Nasional Demokrat dalam menerjemahkan gagasan dengan sebuah gerakan yang bernama restorasi Indonesia menggunakan tiga strategi komunikasi yaitu pendekatan tematik, mediated dan non mediated.

Kajian pustaka penelitian ini memuat teori-teori strategi komunikasi yang dalam pendekatan tematik,

mediated dan non mediated. Oleh karena itu, penelitian ini berkontribusi sebagai sumbang

pemikiran dan

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan difokuskan pada pendekatan tematik,

mediated dan non mediated.


(29)

14

2.2. Strategi Kampanye

Strategi diartikan sebagai sebuah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:859). Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan. Tetapi untuk tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, tetapi harus mampu menunjukkan taktik dan efektifitasnya (Effendy, 1990:32).

Achmad S Adnan Putra (dalam Ruslan, 1997:106) mengemukakan : Strategi adalah bagian terpadu dari suatu perencanaan yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu dasar dari manajemen. Strategi hakekatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan dalam praktek operasional (Ruslan, 2000:42). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegunaan untuk mencapai sarana khusus, berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan strategi dalam penelitian ini adalah rencana yang disusun dengan matang untuk mencapai suatu target (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997:859).

saran bagi peneliti dalam menyelesaikan tesis ini sesuai dengan

kerangka teori yang hampir sama.


(30)

Strategi pada dasarnya merupakan kebijakan untuk mencapai tujuan yang kemudian dijabarkan ke dalam sejumlah taktik untuk pencapaian tujuan yang sudah ditentukan (Iriantara, 2005:89).

Masih menurut Irianta (2005:89) strategi memiliki tiga tahap, yakni a. Menetapkan tujuan dan sasaran.

Suatu lembaga atau organisasi didirikan tentunya ada tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Menentukan tujuan dan sasaran tentu saja disesuaikan dengan jenis lembaga atau organisasi tersebut, sehingga tujuan yang akan dicapai akan sesuai dengan harapan.

b. Memformulasikan aksi dan strategi respon.

Setelah mencanangkan sasaran dan tujuan, langkah selanjutnya baru menformulasikan aksi dan respon yang strategis. Berdasarkan analisis awal yang sudah diperoleh, kita bisa merancang strategi berdasarkan target-target audience beserta profilnya yang sudah kita petakan sejak awal. Formulasi mencakup keputusan menentukan tipe goals yang akan dituju. Apakah task managementgoals atau reputation goals, misalnya. Pada tahapan ini kita juga mencoba membuat positioning yang tepat untuk lembaga atau personal yang akan kita campaign-kan. Respon strategis dibutuhkan untuk merespon krisis yang tak terduga. Ini mencakup manajemen krisis seperti penentuan tim krisis, pembuatan contingency key messages, penentuan third party endorsers dan lainnya.

c. Menggunakan strategi komunikasi yang efektif.

Bagaimana tanda-tanda komunikasi yang efektif ? komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss ( dalam Rakhmat , 1985:16-20)


(31)

16

paling tidak menimbulkan lima hal : pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Seperti yang akan dijabarkan berikut ini :

(a) Pengertian.

Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli/pesan seperti yang dimaksudkan oleh komunikator.

(b) Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, apa kabar?” kita tidak bermaksud mencari keterangan. Komunikasi itu hanya dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut Analisis Transaksional sebagai “Saya oke- Kamu oke“. Komunikasi ini lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab dan menyenangkan.

(c) Mempengaruhi sikap.

Paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Khatib ingin membangkitkan sikap beragama dan mendorong jamaah beribadah lebih baik. Politisi ingin menciptakan citra yang baik pada pemilihnya, bukan untuk masuk surga, tetapi untuk masuk DPR dan menghindari golput. Semua ini adalah komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan.


(32)

dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri “(Kamus Ilmu Komunikasi, 1979).

(d) Hubungan Sosial yang Baik

Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Secara singkat kita bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif. (e) Tindakan

Di atas kita telah membicarakan persuasi sebagai komunikasi untuk mempengaruhi sikap. Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap. Jauh lebih sukar lagi mendorong untuk bertindak. Tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikan. Menimbulkan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi.

Sedangkan pengertian kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga


(33)

18

dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (dalam Venus, 2004:7) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada

kurun waktu tertentu“.

Beberapa ahli komunikasi mengakui bahwa definisi yang diberikan Rogers dan Storey adalah yang paling popular dan dapat diterima di kalangan ilmuwan komunikasi Grossberg, 1998, Snyder, 2002; Klingemann & Rommele, 2002, (dalam Rakhmat, 1985 :23). Hal ini didasarkan kepada dua alasan. Pertama, definisi tersebut secara tegas menyatakan bahwa kampanye merupakan wujud tindakan komunikasi dan alasan kedua adalah bahwa definisi tersebut dapat mencakup keseluruhan proses dan fenomena praktek kampanye yang terjadi di lapangan.

Definisi Roger dan Storey juga umumnya dirujuk oleh berbagai ahli dari disiplin ilmu yang berbeda seperti ilmu politik dan kesehatan masyarakat. Beberapa definisi lain yang sejalan dengan batasan yang disampaikan Rogers dan Storey diantaranya sebagai berikut:

Pfau dan Parrot (dalam Ariantama, 2014:32) menyatakan bahwa kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar , bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.


(34)

Leslie B Snyder (dalam Ariantama, 2014:32) menyatakan bahwa kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode waktu tertentu guna mencapai tujuan tertentu.

Rajasundarman (dalam Ariantama, 2014:32) menyatakan bahwa kampanye dapat diartikan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam periode waktu tertentu yang ditujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya).

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka strategi kampanye adalah sebuah perencanaan dan manajemen dalam pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi, dalam periode waktu tertentu, yang ditujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya.

Merujuk pada definisi-definisi di atas, maka kita dapat melihat bahwa dalam setiap aktifitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung empat hal, yaitu tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak yang besar, dipusatkan pada kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang tertorganisir.

Selain empat pokok ciri di atas, kampanye juga memilki cirri dan karakteristik yang lainnya, yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggungjawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu yang menerima pesan kampnye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.


(35)

20

Selain itu pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi, yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata. Dalam ungkapan Perloff (1993)

dikatakan “Campaigns generally exemplify persuasion in action” (dalam Venus, 2004:7).

Aktivitas politik yang selama ini dilakukan merupakan serangkaian kegiatan strategi komunikasi politik. Di Indonesia misalnya, pengumpulan massa (temu kader, tabligh akbar dan deklarasi), pawai di jalan-jalan, pemasangan baliho dan spanduk-spanduk, pemberian symbol-simbol atau gambar kandidat seperti buku, pin, topi, kaos, stiker dan sebagainya maupun liputan-liputan media (televisi, koran, majalah, radio) atas aktivitas kandidat dan partai-partai yang mendukungnya serta tim kampanye masing-masing kandidat telah biasa dilakukan.

Komunikasi politik, menurut Dahlan, 1999, (dalam Cangara, 2009:35) ialah suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik. Dengan demikian pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada


(36)

orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta memengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik.

Komunikasi politik juga terdiri atas berbagai unsur (Nimmo: 1978, Mansflield dan Weaver:1982, Dahlan: 1990 (dalam Cangara, 2009:37) seperti :

a. Komunikator Politik

Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai politik, melainkan juga lembaga pemerintahan legislative dan eksekutif. Dengan demikian sumber atau komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik, misalnya presiden, menteri, anggota DPR, MPR, KPU, gubernur, bupati/walikota, DPRD, politisi, fungsionaris partai politik, fungsionaris Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang bisa memengaruhi jalannya pemerintahan.

b. Pesan Politik

Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato politik, undang-undang kepartaian, undang-undang pemilu, pernyataan politik, artikel atau isi buku/brosur dan berita surat kabar, radio, televisi dan internet yang berisi ulasan politik dan pemerintahan, puisi politik, spanduk atau baliho, iklan politik, propaganda, perang urat syaraf (psywar), makna logo, warna baju atau bendera, bahasa badan dan semacamnya.


(37)

22

c. Saluran atau Media Politik

Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya media cetak, yaitu surat kabar, tabloid, majalah, buku. Media elektronik ,misalnya film ,radio, televisi, video, computer, internet. Media Format Kecil, misalnya leaflet, brosur, selebaran, stiker, bulletin. Media Luar Ruang (Out Door Media), misalnya baliho, spanduk, reklame, electronic board, bendera, pin, logo, topi, rompi, kaos oblong, iklan mobil, gerbong kereta api, kalender, kulit buku, block note, pulpen, gantungan kunci, payung, dos jinjingan dan segala sesuatu yang bisa digunakan untuk membangun citra (image building). Saluran Komunikasi Kelompok, misalnya partai politik (DPP, DPW, DPD, DPC, DPAC), organisasi profesi, ikatan alumni, organisasi sosial keagamaan, karang taruna, kelompok pengajian, kelompok tani dan nelayan, koperasi, persatuan olah raga dan semacamnya. Saluran Komunikasi Publik misalnya aula, balai desa, pameran, alun-alun, panggung kesenian, pasar, swalayan, sekolah, kampus. Saluran Komunikasi Sosial, misalnya pesta perkawinan, acara sunatan, arisan, pertunjukan wayang, pesta rakyat, rumah ronda, sumur umum, pesta tani dan semacamnya.

d. Sasaran dan Target Politik

Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat member dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalam Pemilihan Umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai swasta, buruh, pemuda, perempuan, ibu rumah tangga, pensiunan, veteran, pedagang kaki lima, para tukang (kayu, batu, cukur, becak), orang cacat, mahasiswa, sopir angkutan,


(38)

nelayan, petani yang berhak memilih maupun pelajar dan siswa yang akan memilih setelah cukup usia.

e. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara (vote) dalam pemilihan umum. Pemberian suara ini sangat menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi mulai tingkat presiden dan wakil presiden, anggota DPR, MPR, gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota sampai pada tingkat DPRD.

Sebagai disiplin ilmu, komunikasi politik menurut Mc Nair (2003:21) (dalam Cangara ,2008:39) memiliki lima fungsi dasar, yakni sebagai berikut :

a. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di sekitarnya. Di sini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan juga fungsi monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.

b. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikansi fakta yang ada. Di sini para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehingga berusaha membuat liputan yang objektif (objective reporting) yang bisa mendidik masyarakat atas realita fakta tersebut.

c. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini public dan mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian, bisa membri arti dan nilai pada usaha penegakan demokrasi.


(39)

24

d. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembaga- lembaga politik. Di sini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga (watching) sebagaimana pernah terjadi dalam kasus mundurnya Nixon sebagai Presiden Amerika karena terlibat dalam kasus Watergate.

e. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan program-program lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa.

2.3. Kampanye Sebagai Kegiatan Komunikasi Politik

Kampanye menurut Lilleker dan Negrine, 2000 (dalam Firmanzah, 2008:271) merupakan periode yang diberikan oleh panitia pemilu kepada semua kontestan, baik partai politik atau perorangan, untuk memaparkan program-program kerja dan memengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan suara kepada mereka sewaktu pemilihan. Kampanye dalam kaitan ini dilihat sebagai suatu aktivitas pengumpulan massa, parade, orasi politik, pemasangan atribut partai (misalnya umbul-umbul, poster, spanduk) dan pengiklan partai.

Kampanye merupakan salah satu kegiatan politik yang dilakukan secara kelompok dan individu, yang ditujukan untuk banyak orang, membutuhkan peyebaran pesan yang cepat, membutuhkan komunikator professional, dan membutuhkan formulasi pesan yang akurat sehingga dibutuhkan suatu strategi yang tepat. Kampanye merupakan kesempatan bagi kontestan, untuk menanamkan pengaruh dan simpati di kalangan pemilih sehingga dapat meraih suara


(40)

sebanyak-banyaknya. Kesuksesan suatu calon dalam pemilu ditentukan oleh cara yang diambil dalam memainkan isu-isu yang ada dalam masyarakat. Dalam masa kampanye pemilu itulah para calon berusaha untuk merebut simpati rakyat dan mampu memosisikan dirinya dalam masyarakat. Kampanye tersebut merupakan bagian dari tahapan untuk memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan.

Namun kampanye yang merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi pemilih supaya menentukan pilihan sesuai dengan tujuan sang kandidat, seringkali diisi oleh penyerangan terhadap pribadi-pribadi kandidat dan pendukungnya dengan membuka keburukan-keburukan dari segala dimensi atau sering disebut kampanye negatif. Selain kampanye negatif kita juga sering menjumpai kampanye hitam untuk mempengaruhi kepercayaan para pemilih terhadap kandidat tertentu. Di Negara-negara yang demokrasinya sudah matang sekalipun, kampanye terhadap keburukan-keburukan lawan sering dilakukan.

Dalam Muflikhah (2010:14), jenis kampanye dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Kampanye Tertutup

Mencari tahu apa, bagaimana, dan di mana saja tempat yang mampu membuka jalur komunikasi antara calon dengan pemilih, misalnya dengan merangkul tokoh masyarakat atau organisasi yang dianggap mampu mengendalikan massa.

2. Kampanye Terbuka

Melakukan kegiatan sosialisasi dengan cara pengerahan massa, misalnya dengan rapat raksasa, dialog dengan masyarakat, pawai keliling, membuat suatu hiburan massal, dan sebagainya atau melalui media massa maupun


(41)

26

elektronik dalam bentuk iklan, konfrensi pers, kunjungan ke media, news release, media event,press release dan sebagainya.

Menurut Undang-Undang Nomor 42 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan wakil Presiden pasal 38 bahwa kampanye dilaksanakan melalui a. Pertemuan terbatas.

b. Tatap muka dan dialog.

c. Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik. d. Penyiaran melalui radio dan/atau televisi.

e. Penyebaran bahan kampanye kepada umum.

f. Pemasangan alat peraga di tempat kampanye dan di tempat lain yang ditentukan oleh KPU.

g. Debat Pasangan calon tentang materi kampanye pasangan calon. h. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.

Sedangkan menurut Effendy (1990:7) bahwa bentuk komunikasi kelompok dibedakan menjadi :

a. Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication):

1. ceramah;

2. diskusi panel;

3. simposium;

4. forum;


(42)

6. curah saran dan lain-lain.

b. Komunikasi Kelompok Besar ( Large Group Communication/Public Speaking)

Dari uraian di atas, baik menurut UU no 42 tahun 2008 tentang kampanye serta bentuk – bentuk komunikasi kelompok dari Onong, maka dalam penelitian ini hanya menfokuskan pada :

1. Pertemuan terbatas.

2. Tatap muka dan dialog.

3. Penyebaran melalui media cetak dan media elektonik.

4. Penyaiaran melalui radio dan televisi.

5. Pemasangan alat peraga di tempat kampanye dan di tempat lain yang ditentukan oleh KPU.

Dalam kampanye perlu diperhatikan juga orientasi politik pemilih yang bersifat pragmatis. Bagaimana caranya isi kampanye tersampaikan dengan baik kepada seluruh karakteristik pemilih sehingga mereka benar-benar memilih.

Strategi komunikasi politik merupakan metode atau cara yang digunakan dalam kampanye politik, termasuk kampanye pemilu. Kampanye pemilu yang dibatasi oleh waktu membutuhkan biaya yang lebih besar karena mengerahkan semua bentuk usaha mulai dari meraih simpati hingga menggiring pemilih untuk memilih kandidat tertentu dalam pemilu. Dalam pelaksanaan kegiatan kampanye, pendekatan persuasif sangat diutamakan. Adapun cara yang digunakan bergantung pada kreativitas tim kampanye yang terdiri dari beberapa partai politik


(43)

28

yang berkoalisi dan tim khusus yang memang dibentuk untuk memenangkan kandidatnya, dengan memperhitungkan juga kondisi masyarakat dan lingkungan yang dihadapi. Menurut Lock dan Harris (dalam Firmanzah, 2008:275), kampanye politik terkait erat dengan pembentukan image politik. Dalam kampanye politik terdapat dua hubungan yang akan dibangun, yaitu internal dan eksternal. Hubungan internal adalah suatu proses antara anggota-anggota partai dengan pendukung untuk memperkuat ikatan ideologis dan identitas mereka. Sementara hubungan eksternal dilakukan untuk mengkomunikasikan image yang akan dibangun kepada pihak luar partai, termasuk media massa dan masyarakat luas. Karena image politik perlu didukung oleh konsistensi aktivitas politik jangka panjang, kampanye politik pun harus dilakukan secara permanen dan tidak terbatas pada waktu menjelang pemilu saja. Image politik yang akan dibangun harus memiliki karakteristik sendiri dibandingkan dengan para pesaing.

Berikut disajikan tabel tentang kampanye pemilu dan kampanye politik.

Tabel.1.Tabel tentang kampanye pemilu dan kampanye politik

Kampanye Pemilu Kampanye Politik

Jangka dan batas waktu Periodik dan tertentu Jangka panjang dan terus menerus

Tujuan Menggiring pemilih ke bilik suara

Image politik Strategi Mobilisasi dan berburu

pendukung

Membangun dan membentuk reputasi politik

Komunikasi Politik Satu arah dan penekanan kepada janji dan harapan politik kalau menang pemilu

Interaksi dan mencari pemahaman beserta solusi yang dihadapi masyarakat

Sifat hubungan antara kandidat dan pemilih

Pragmatis/transaksi Hubungan relasional Produk politik Janji dan harapan politik.

Figur kandidat dan

Pengungkapan masalah dan solusi.


(44)

program kerja Ideologi dan sistem nilai yang melandasi tujuan partai

Sifat program kerja Market oriented dan berubah-ubah dari pemilu satu ke pemilu berikutnya.

Konsisten dengan nilai partai

Retensi memori kolektif Cenderung mudah hilang Tidak mudah hilang dalam ingatan kolektif Sifat kampanye Jelas, terukur, dan dapat

dirasakan langsung aktivitas fisiknya.

Bersifat laten, bersikap kritis dan bersifat menarik simpati masyarakat

Sumber: Firmanzah (2008:277)

Seperti terlihat dalam tabel di atas, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kampanye pemilu dan kampanye politik. Kampanye pemilu adalah semua aktivitas politik yang ditujukan untuk menggiring pemilih ke tempat-tempat pencoblosan. Sementara kampanye politik bersifat jangka panjang dan dilakukan secara terus menerus untuk membangun image politik. Image politik yang telah terbangun melalui proses interaksi terus menerus dengan masyarakat tidak mudah hilang dari memori kolektif masyarakat. Sedangkan janji dan harapan politik yang diberikan oleh partai politik semasa kampanye pemilu hanya akan diingat, ditagih, selama periode kepemimpinan partai tersebut kalau mereka memenangkan pemilu. Kampanye pemilu adalah bagian kecil dari kampanye politik. Meskipun suatu pattai atau seorang kandidat tidak berada dalam periode kampanye pemilu, setiap ucapan dan tindakannya dapat dikategorikan sebagai kampanye politik. Setiap kata, kalimat, bahasa tubuh, pemikiran dan aktivitas publik dianalisis oleh media massa dan masyarakat. Preferensi pemilih tidak dapat dibentuk hanya dengan kampanye yang bersifat jangka pendek. Kekecewaan di masa lalu karena terlalu percaya pada janji dan harapan politik yang diberikan kandidat membuat


(45)

30

pemilih semakin cenderung untuk memperhatikan konsistensi image politik yang dibangun suatu kandidat atau partai dibandingkan sekedar percaya pada janji – janji mereka.

2.4Media Massa dalam Kampanye Politik

Peranan media massa dalam berbagai aspek kehidupan social masyarakat modern semakin besar. Hal itu tampak pada usaha penggunaan media massa untuk mempercepat proses perubahan sosial di Negara-negara berkembang, ataupun juga penggunaannya untuk kampanye poltik, advertensi dan propaganda.

Penggunaan media massa untuk suatu kampanye tampaknya sangat esensial dalam kehidupan politik. Di Amerika, setiap ada pemilihan presiden media massa di seluruh negeri hampir selalu digunakan untuk kegiatan kampanye. Terutama kampanye melalui televisi merupakan hal yang sangat menarik.

Di sini tampak peranan kampanye melalui media massa sangat besar artinya bagi seorang kandidat. Tetapi apakah setiap kampanye melalui media massa selalu menjanjikan suatu keberhasilan?. Tampaknya tidak. Ada kondisi-kondisi tertentu untuk mendukung keberhasilan suatu kampanye. Menurut Dennis Mc Quail (dalam Subiakto 2012:94), suatu kampanye kemungkinan berhasil jika ada kondisi tertentu yang mendukung pada situasi audience, pesan (message), dan sumber (source).


(46)

Berikut ini beberapa kondisi tertentu yang mendukung kampanye:

a. Untuk Audiensi

(1) Kampanye itu harus menjangkau khalayak luas.

(2) Audiensi yang dijangkau itu harus sesuai dengan sasaran kampanye. (3) Sifat khalayak yang dituju tidak mempunyai sikap antipasti terhadap

materi kampanye.

(4) Kampanye akan berhasil jika didukung oleh struktur komunikasi interpersonal yang sesuai dengan yang diharapkan.

(5) Audiensi benar-benar dapat memahami isi kampanye secara benar. b. Kondisi Pesan

(1) Pesan harus tidak mempunyai makna ganda (ambigu) dan sesuai dengan khalayaknya.

(2) Kampanye yang bersifat informatif akan lebih mudah berhasil daripada kampanye untuk mengubah sikap.

(3) Materi kampanye bukanlah hal yang asing bagi khalayak melainkan sesuatu yang sudah akrab bagi mereka.

(4) Perlu adanya repetisi atau pengulangan penyampaian agar lebih berpengaruh.

c. Pada Sumber

(1) Usahakan adanya monopoli, yakni seluruh saluran komunikasi digunakan untuk menyampaikan pesan kampanye yang sama.

(2) Sumber mempunyai status yang tinggi di hadapan khalayak, mempunyai kepribadian yang menarik karena sebagai bintang atau pahlawan di masyarakat.


(47)

32

d. Pada Kondisi Media yang Digunakan:

(1) Media yang digunakan adalah media yang akrab dengan khalayak.

(2) Harus disesuaikan dengan sasaran yang dituju. Usahakan media yang satu dengan media yang lain saling melengkapi.

Sedangkan peran media massa dalam kehidupan social menurut berbagai literatur, tidak diragukan lagi. Walau kerap dipandang secara berbeda-beda, namun tidak ada yang menyangkal atas peran yang signifikan dalam masyarakat modern. McQuill (dalam Subiakto , 2012:106) merangkum pandangan khalayak terhadap peran media massa.

Setidaknya ada 6 perspektif dalam hal melihat peran media.

1) Melihat media massa sebagai window on event and experience. Media

dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak “melihat” apa yang

sedang terjadi di luar sana ataupun pada mereka sendiri.

2) Media juga sering dianggap sebagai mirror of events in society and theworld, implying a faithful reflection. Yaitu cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para

pengelola media sering merasa tidak “bersalah” jika isi media penuh dengan

kekerasan, konflik, dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas diputuskan oleh para professional media dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.


(48)

3) Memandang media sebagai filter atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Disini

khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian.

4) Media massa acapkali juga dipandang sebagai guide, petunjuk jalan atau interpreter, yang menterjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian atau alternatif yang beragam.

5) Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkinkan terjadinya tanggapan dan umpan balik.

6) Media massa sebagai interlocutor yang tidak hanya sekedar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang interaktif.

Salah satu bentuk media massa yang paling dominan sekarang, tetapi sekaligus memiliki kekhasan adalah media penyiaran, khususnya televisi. Penyiaran menggunakan ranah publik yaitu frekuensi yang jumlahnya terbatas sehingga diperlakukan secara berbeda dengan media cetak. Penyiaran senantiasa sarat dengan aturan (highly regulated), baik infrastruktur maupun isinya (McQuail dalam Subiakto, 2012:109). Kerena itu mekanisme pengaturan sistem penyiaran justru menjadi salah satu refleksi demokratis tidaknya negara bersangkutan. Di era demokrasi liberal seperti sekarang, media penyiaran tidak cukup dipandang hanya sebagai kekuatan civil society yang harus dijamin kebebasannya, namun harus juga dilihat sebagai kekuatan kapitalis, bahkan politik elite tertentu.


(49)

34

Kekuatan media ini bisa mengooptasi, bahkan menghegemoni Negara hingga masyarakat. Ini yang perlu dicermati secara kritis oleh para pendukung demokrasi

termasuk para jurnalis. Jangan sampai kekuatan demokrasi dibelokkan “atas nama kekebasan pers” untuk kepentingan politik dari para kapitalis penguasa media. Gejala ini sangat kentara dan nyata terlihat pada model pemberitaan atau program current issue di televisi swasta, yang mengkhususkan pada berita. Impartialitas acapkali diabaikan. Pemilik yang sedang getol memobilisasi dukungan politik,

bisa muncul setiap saat bak pahlawan di medianya. Sementara” lawan politiknya”

cenderung dicerca habis dengan mengabaikan imparsialitas. Secara kasatmata media TV oleh pemiliknya dipakai sebagai political tool gerakan yang dipimpinnya.

Padahal regulasi tentang keharusan imparsialitas bagi media penyiaran itu adalah kewajiban yang berlaku global di berbagai Negara demokrasi. Terlebih telah diatur dalam UU 32/2002 tentang Penyiaran pasal 36 ayat 4 yang

menyebutkan,”Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan

kepentingan golongan”. Kemudian, berdasar aturan KPI No.9/2004 tentang

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran pasal 5 ayat e;

“Lembaga penyiaran menjunjung tinggi prinsip ketidakberpihakan dan

keakuratan” Dilengkapi pasal 9 tentang prinsip jurnalistik:”Lembaga penyiaran

harus menyajikan informasi dalam program faktual dengan senantiasa

mengindahkan prinsip akurasi, keadilan, dan ketidakberpihakan (imparsialitas)”.

Persoalannya, bagaimana ketika prinsip dan ketentuan imparsialitas ini sudah begitu lama diabaikan. Sementera UU dan aturan KPI diterjang. Sebenarnya KPI sudah memperingatkan media televisi yang sedang bermasalah ini. Tetapi tabiat


(50)

melanggar imparsialitas itu terus saja kembali diulang. Media itu sebagai kekuatan pembengun opini jelas-jelas telah mengabaikan aturan dan prinsip-prinsip demokrasi. Karena itu bisa dipahami jika ada pernyataan keras dari kalangan yang merasa diperlakukan tidak adil.

2.5 Kampanye Politik sebagai Kegiatan Komunikasi Antar Pribadi dan Komunikasi Kelompok.

Dan Nimmo (2000:191) membagi ada tiga jenis kampanye, yaitu kampanye massa, kampanye antar pribadi dan kampanye organisasi. Kampanye massa meliputi kampanye tatap muka, menggunakan media elektronik dan media cetak sebagai perantara. Contohnya seperti radio, televisi, telepon dan surat kabar. Kampanye antarpribadi menggunakan kedekatan pribadi atau menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh local dalam setting yang relatif informal. Sedangkan kampanye organisasional, dilakukan oleh organisasi yang mendukung kandidat, organisasi yang mempunyai kepentingan khusus, kelompok penyokong dan partai politik. Sebuah sifat yang penting mengenai komunikasi antarpribadi bahwa hal ini memerlukan partisipasi aktif baik pengirim maupun penerima pesan, yakni keduanya adalah pelaku dan bukan menjadi penerima atau pengamat yang pasif dari perbuatan atau tindakan salah seorang.

Sifat penting lainnya mengenai komunikasi antarpribadi ialah adanya aktifitas yang dinamis. Pola-pola perilaku berfluktuasi dari waktu ke waktu sebagaimana komunikator menyesuaikan terhadap umpan balik satu sama lain, menyesuaikan diri kepada konteks komunikasi dan mengubah topik. Implikasi bagi kebohongan


(51)

36

antarpribadi adalah bahwa profil kebohongan yang seragam tidaklah disukai, sebagaimana penampilan perilaku pada permulaan kebohongan berbeda dari yang akan ditampilkan kemudian.

Komunikasi antarpribadi juga memiliki fungsi ganda, berdimensi ganda dan berperasaan ganda. Termotivasi oleh tujuan-tujuan instrumental, relasional dan identitas, para interektan mencoba untuk menyelesaikan tujuan-tujuan ganda seperti menyusun dan mengatur pembicaraan, penciptaan kesan, pengungkapan emosi dan komunikasi relasional (Petterson dan Street & Capella dalam Budyatna, 2011:214).

Sifat-sifat yang penting mengenai komunikasi antar pribadi menjelaskan sebuah proses yang kompleks memerlukan para pelaku untuk melaksanakn sejumlah tugas perceptual, kognitif dan perilaku secara berbarengan. Sebagai pengirim, komunikator harus menghasilkan pesan-pesan secara simultan, menciptakan identitas dan kesan yang diinginkan, menyesuaikan unsur-unsur nonverbal tambahan dan verbal untuk menyampaikan pesan-pesan relasional yang tepat, memonitor umpan balik sendiri dan penerima, menyesuaikan pesan-pesan kepada umpan balik dan mengatur langkah, menunggu giliran, menyelaraskan pembicaraan itu sendiri.

Demikian pula sebagai penerima mereka harus menanggulagi arus informasi yang berlangsung dan cepat berubah, menentukan fungsi pesan-pesan, buatlah menjadi masuk akal yang ganjil dan mendua dan membuat interpretasi secepat mungkin untuk melakukan respon. Jadi melakukan interaksi antarpribadi menuntut usaha kognitif maupun fisik. Jumlah usaha bisa berbeda didasarkan pada konteks


(52)

pembicaraan, jumlah tipe dan konsistensi mengenai pesan-pesan, jumlah dan bentuk tujuan dan kejelasan mengenai makna.

1. Kampanye adalah sebagai suatu kegiatan komunikasi organisasi.

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi Wiryanto,2005, (dalam Romli, 2014:2). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,produktivitas dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial, orientasinya bukan pada organisasi tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

Conrad dalam Tubbs dan Moss, 2005, (dalam Romli ,2014:2) mengidentifikasikan tiga fungsi komunikasi organisasi yaitu fungsi perintah, fungsi relasional dan fungsi manajemen ambigu.

a. Fungsi perintah berkenaan dengan anggota-anggota organisasi mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima,menafsirkan, dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut.

b. Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif


(53)

38

hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara. Misal: kepuasan kerja, aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam hirarkhi organisasional, dan tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya dalam hubungan antar-personal yang baik lebih terasa dalam pekerjaan ketika Anda merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dilakukan tidak Anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan organisasi, sehingga hubungan menjadi kurang stabil, lebih memacu konflik, kurang ditaati, dan sebagainya.

c. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dalam pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Misal: motivasi berganda muncul karena pilihan yang diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri sendiri; tujuan organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama.

2. Pengaruh komunikasi terhadap perilaku organisasi.

Sebagai komunikator, seorang pemimpin organisasi, manajer atau administrator harus memilih salah satu berbagai metode dan teknik komunikasi yang disesuaikan dengan situasi pada waktu komunikasi dilancarkan. Sebagai komunikator, seorang manajer harus menyesuaikan


(54)

penyampaian pesannya kepada peranannya yang sedang dilakukannya. Dalam hubungan ini , Henry Mintzberg seorang professor manajemen pada McGill University di Montreal-Kanada,menyatakan wewenang formal seorang manajer menyebabkan timbulnya tiga peranan : peranan antarpesona, peranan informasi dan peranan memutuskan.

a. Peranan Antarpersona

Peran antarpersona seorang manajer meliputi tiga hal, yaitu: 1) Peranan Tokoh

Kedudukan sebagai kepala suatu unit organisasi, membuat seorang manajer melakukan tugas yang bersifat keupacaraan. Karena ia seorang tokoh, maka selain memimpin berbagai upacara di kantornya, ia juga diundang oleh pihak luar untuk menghadiri berbagai upacara. Dalam peranan ini seorang manajer berkesempatan untuk memberikan penerangan, penjelasan,imbauan, ajakan dan lain-lain.

2) Peranan Pimpinan

Sebagai pimpinan, seorang manajer bertanggungjawab atas lancar-tidaknya pekerjaan yang dilakukan bawahannya. Beberapa kegiatan bersangkutan langsung dengan kepemimpinannya pada setiap tahap manajemen : penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian. Ada juga kegiatan-kegiatan yang tidak langsung berkaitan dengan kepemimpinannya, antara lain memotivasi para karyawan agar giat bekerja. Untuk melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, maka ia harus mampu melaksanakan komunikasi secara efektif. Dalam konteks kepemimpinan, seorang


(55)

40

manajer berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat para karyawan melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan dan kegembiraan. Dengan suasana kerja seperti itu akan diharapkan hasil yang memuaskan.

3) Peranan Penghubung

Dalam peranan sebagai penghubung, seorang manajer melakukan komunikasi dengan orang-orang di luar jalur komando vertikal, baik secara formal maupun secara tidak formal.

b. Peranan Informasi

Dalam organisasinya, seorang manajer berfungsi sebagai pusat informasi. Ia mengembangkan pusat informasi bagi kepentingan organisasinya. Peranan informasional meliputi peranan-peranan sebagai berikut:

1) Peranan Monitor

Dalam peranannya sebagai monitor, manajer memandang lingkungan sebagai sumber informasi. Ia mengajukan berbagai pertanyaan kepada rekan-rekannya atau kepada bawahannya, dan ia menerima informasi pula dari mereka tanpa diminta berkat kontrak pribadinya yang selalu dibinanya.

2) Peranan Penyebar

Dalam peranannya sebagai penyebar ia menerima dan menghimpun informasi dari luar yang penting artinya dan bermanfaat bagi organisasi, untuk kemudian disebarkan kepada bawahannya.


(56)

3) Peranan Juru Bicara

Peranan ini memiliki kesamaan dengan peranan penghubung, yakni dalam hal mengkomunikasikan informasi kepada khalayak luar. Perbedaannya adalah dalam hal caranya : jika dalam perananya sebagai penghubung ia menyampaikan informasi secara antarpribadi dan tidak selalu resmi, namun dalam peranannya sebagai juru bicara tidak selamanya secara kontak pribadi, tetapi selalu resmi. Dalam peranannya sebagai juru bicara itu juga harus mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang yang berpengaruh yang melakukan pengawasan terhadap organisasinya. Kepada khalayak di luar organisasinya. Ia meyakinkan khalayak bahwa organisasi yang dipimpinnya telah melakukan tanggung jawab social sebagaimana mestinya. Ia meyakinkan pula para pejabat pemerintah bahwa organisasinya berjalan sesuai dengan peraturan sebagaimana mestinya.

c. Peranan Memutuskan

Seorang manajer memegang peranan yang sangat penting dalam sistem pengambilan keputusan dalam organisasinya. Ada empat peranan yang dicakup pada peranan ini, yaitu

1) Peranan Wiraswasta

Seorang manajer berusaha memajukan organisasinya dan mengadakan penyesuaian terhadap lingkungannya. la senantiasa memandang ke depan untuk mendapatkan gagasan baru. Jika sebuah gagasan muncul,


(57)

42

maka ia mengambil prakarsa untuk mengembangkan sebuah proyek yang diawasinya sendiri atau didelegasikannya kepada bawahannya. 2) Peranan Pengendali Gangguan.

Seorang manajer berusaha sebaik mungkin menanggapi setiap tekanan yang menimpa organisasi, seperti buruh mogok, para pelanggan menghilang dan lain-lain.

3) Peranan Penentu Sumber

Seorang manajer bertanggungjawab untuk memutuskan pekerjaan apa yang harus dilakukan, siapa yang akan melaksanakan, dan bagaimana pembagian pekerjaan dilangsungkan. Manajer juga mempunyai kewenangan mengenai pengambilan keputusan penting sebelum implementasi dijalankan. Dengan kewenangan itu, manajer dapat memastikan bahwa keputusan-keputusan yang berkaitan semuanya berjalan melalui pemikiran tunggal.

4) Peranan Perunding

Manajer melakukan perenan perunding bukan saja mengenai hal-hal yang resmi dan langsung berhubungan dengan organisasi, melainkan juga tentang hal yang tidak resmi dan tidak langsung berkaitan dengan kekayaan. Bagi manajer, perundingan merupakan gaya hidup karena hanya ialah yang mempunyai kewenangan untuk menanggapi sumber-sumber organisasional pada waktu yang tepat dan hanya ialah yang merupakan pusat jaringan informasi yang sangat diperlukan bagi perundingan yang penting.


(58)

3. Dimensi-Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi

a. Komunikasi Internal

Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota –anggota organisasi yang terjadi unttuk kepentingan organisasi seperti komunikasi antara atasan dan bawahan, antara sesama bawahan dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berwujud komunikasi antar pribadi atau komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan media nirmassa)

b. Komunikasi Eksternal

Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat daripada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang dianggap sangat penting saja.

2.6 Model Two Step Flow

Dalam Ardianto (2012:62), teori ini berawal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld et,al., mengenai efek media massa dalam suatu kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1940. Studi dilakukan dengan asumsi , proses stimulus respon bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Tapi hasil penelitian menunjukkan sebaliknya efek media massa ternyata rendah,


(59)

44

dan asumsi S-R tidak cukup menggambarkan realitas khalayak media massa dalam penyebaran arus informasi dan pembentukan pendapat umum.

Dalam analisisnya terhadap penelitian tersebut, Lazarsfeld kemudian mengajukan

gagasan mengenai” komuniksai dua tahap” (two step flow) dan konsep pemuka pendapat (opinion leader). Temuan mereka mengenai kegagalan media massa dibandingkan dengan pengaruh kontak antarpribadi telah membawa gagasan bahwa seringkali informasi mengalir dari radio dan surat kabar kepada para pemuka pendapat, dan dari mereka kepada orng-orang lain yang kurang aktif dalam masyarakat.

Dalam Ardianto (2012:62), Teori dan penelitian-penelitian two step flow memiliki asumsi sebagai berikut :

1. Individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi dengan orang lain.

2. Respon dan reaksi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial tersebut.

Ada dua proses yang berlangsung: a. Mengenai penerimaan dan perhatian.

b. Berkaitan dengan respon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau penyampaian informasi.

Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki berbagai pesan yang berbeda dalam proses komuniksai dan khususnya, dapat dibagi atas mereka yang secara aktif menerima dan meneruskan/menyebarkan gagasan dari media dan semata-mata mereka hanya


(60)

mengandalkan hubungan personal dengan orang lain sebagai panutannya. Individu-individu yang berperan lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai dengan penggunaan media massa lebih besar, tingkat pergaulan yang lebih tinggi, anggapan bahwa dirinya berpengaruh terhadap orang-orang lain dan memiliki pesan sebagai sumber informasi dan panutan.

Secara umum menurut teori ini media massa tidak bekerja dalam suatu situasi kevakuman sosial, tetapi memiliki suatu akses ke dalam jaringan hubungan sosial yang sangat kompleks dan bersaing dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan dan kekuasaan.

2.7 Public Opinion Theory

Dalam Ardianto (2012:65) teori ini muncul karena adanya eksperimen Asch (1958) dan eksperimen Hiligram (1963). Penelitian Asch memperlihatkan kelompok memainkan peranan penting dalam membentuk pendapat dan perilaku individu, dimana individu akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan pendapat atau perilaku yang dipersepsikan sebagai pendapat atau perilaku bersama.

Individu tampak tidak ingin terlihat “asing” atau tampak aneh dari orang

kebanyakan, karena itu, orang umumnya akan menekan pendapat pribadinya dan menyesuaikan diri dengan pendapat yang dinilai sebagai pendapat masyarakat. Bahkan riset Sherif dan Asch juga menunjukkan bahwa kelompok yang terbentuk secara kebetulan, dengan orang-orang yang tidak pernah bertemu sebelumnya, mempunyai pengaruh yang kuat.


(1)

72

Partai Hanura mempunyai visi yang terbagi menjadi 2 bagian yakni Kemandirian Bangsa dan Kesejahteraan Rakyat. Dalam visi tersebut secara garis besar menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia terasa tidak mandiri lagi dengan banyaknya campur tangan pihak asing yang dapat merugikan kehidupan bangsa sehingga diharapkan seluruh rakyat Indonesia mampu bangkit kembali demi menciptakan sebuah bangsa yang mandiri serta selalu menananmkan dan mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Partai hanura terus menjunjung tinggi nilai-nilai dasar partai yang antara lain meliputi ketaqwaan, kemandirian, kebersamaan, kerakyatan dan kesederhanaan.


(2)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa kesimpulan yang didapatkan sebagai berikut :

1. Strategi kampanye politik dalam upaya pemenangan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilu tahun 2014 telah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya penetapan tujuan dan sasaran yaitu berupa visi dan dijabarkan dalam misi. Sementara sasaran yang akan dicapai juga telah ditetapkan, termasuk sasaran khalayak potensial. Selain khalayak sasaran yang mayoritas wong cilik, juga membidik kalangan menengah ke atas yang biasanya kalangan terdidik dan menggunakan rasionya dalam menentukan pilihannya.

2. Penggunaan bentuk-bentuk komunikasi baik komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok atau organisasi serta komunikasi massa telah dilakukan semaksimal mungkin dalam kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden ini sesuai dengan khalayak sasaran yang berbeda. Dan komunikasi antar persona lebih sering digunakan karena terjadi


(3)

125

komunikasi dua arah sehingga feedback segera didapat dan segera pula direspon kembali.

3. Tim Sukses Jokowi-JK di Bandar Lampung telah melaksanakan kampanye sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan menggunakan strategi kampanye politik yang telah direncanakan walau hasilnya berbeda di tiap kecamatan karena adanya perbedaan profil khalayak sasaran.

Penggunaan bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan sesuai dengan profil khalayak sasaran sehingga diharapkan terjadi komunikasi yang paling efektif. Karena masing-masing bentuk komunikasi mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

6.2 Saran

1. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup strategi kampanye politik yang digunakan dalam upaya pemenangan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, dalam rangka menngunakan segala bentuk komunikasi untuk mencapai tujuan. Sedangkan konsep strategi kampanye poltik dalam memengaruhi masyarakat agar memilih dalam praktek politik sangat luas cakupannya. Oleh karena itu dari hasil studi ini dapat dilakukan penelitian lebih lanjut.

2. Para politisi hendaknya mulai menghilangkan cara-cara kampanye tradisional yang sifatnya hura-hura, tidak efektif maupun tanpa konsep


(4)

126

agar demokrasi yang tercipta tak sekedar demokrasi procedural tetapi lebih substansial.

3. Disarankan agar Partai politik dan para politisi hendaknya membangun komunikasi politik terus-menerus dengan masyarakat, sehingga masyarakat tidak sekedar dijadikan objek dalam pemilu tetapi menempatkan masyarakat sebagai subyek yang berdaulat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ariantama,Yasin. 2014. Dampak Human Relation Pimpinan dalam Meningkatkan

Semangat Kerja Pegawai Disduk Capil Kabupaten Pesawaran.Universitas

Muhammadiyah Lampung. Bandar Lampung.

Arifin,Anwar.2010. Opini Publik.Gramata Publishing. Jakarta.

Budyatna, Muhammad.2011.Teori Komunikasi Antar Pribadi.Kencana Prenada Media Group.Jakarta.

Cangara, Hafiedz.2005. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

---.2009. Komunikasi Politik, Konsep,Teori dan Strategi.PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Firmanzah.2012.Marketing Poltik antara Pemahaman dan Realitas.Yayasan Pustaka Obor Indonesia.Jakarta.

Harun,Rochajat dan Sumarno.2006. Komunikasi Politik Sebagai Suatu

Pengantar.Penerbit Mandar Maju.Bandung.

Hidayat,Dasrun.2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya.Graha Ilmu.Yogyakarta.

Mardalis.2003.Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara.Jakarta.

Miles, Mathew B dan Huberman, A. Michael.1992.Analisis Data Kualitatif.UI Press. Jakarta.

Moleong, Lexy J.2010.Metode Penelitian Kualitatif.PT Remaja Rosdakarya.Bandung.

Muflihah, Lilih.2010.Pemasaran Politik dalam Kampanye Pemilihan Presiden

dan Wakil Presiden Tahun 2009 di Lampung. Universitas


(6)

Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi Organisasi.PT Bumi Aksara.Jakarta

Nimmo,Dan.2011.Komunikasi Politik, Komunikator,Pesan dan Media.PT Rosdakarya.Bandung.

Nawawi, Hadari dan Martini, Mimi. 1994. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Romli,Komsahrial.2014.Komunikasi Organisasi Lengkap.Kompas Gramedia.Jakarta.

Rachmat, Jalaludin.2007, Psikologi Komunikasi.Rosdakarya.Bandung.

Ruslan, Rosady.1997. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi ( Konsep

dan Aplikasi). Rajawali Press.Jakarta.

---.2005.Kampanye Public Relation, Kiat dan Strategi.Rajawali Press.Jakarta.

Sendjaya,S.Djuarsa,dkk.1999. Teori Komunikasi (Model UT).Universitas Terbuka.

Singarimbun, Masri. 1987. Metode Penelitian Survei.LP3IS.Jakarta.

Subiakto,Henry dan Rahmah Ida.2012.Komunikasi Politik,Media dan

Demokrasi.Kencana Prenada Media Group .Jakarta

Usman, Husnaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2008. Metode Penelitian Sosial. Bumi Akasara.Jakarta.

Venus, Antar. 2009. Manajemen Kampanye.PT Remaja Rosdakarya.Bandung.

Undang-Undang No 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

Aturan Komisi Penyiaran Indonesia No 9 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pelaku Penyiaran dan Standar Program Penyiaran