IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NO 7 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

(1)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NO 7 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

Oleh

DEWI YULIANDARI AS

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya untuk melindungi dan menjamin hak setiap orang untuk menghirup udara bersih tanpa adanya paparan asap rokok. Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang mengatur tentang area atau ruangan dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok. Masjid Agung, Terminal Karya Jaya dan Angkutan Umum di Kota Palembang merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok

Permasalahan dalam penelitian adalah Bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok? dan Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok? Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris untuk memperoleh data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok sudah berjalan dengan baik khususnya di kawasan Masjid Agung dan Terminal Karya Jaya Kota Palembang namun penerapan di kawasan Angkutan Umum masih belum berjalan dengan efektif karena masih banyak pelanggaran yang terjadi. Faktor-faktor penghambat dalam Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok ialah kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pengawas penegakkan Kawasan Tanpa Rokok yaitu Dinas Kesehatan dan SatpolPP dan dari pihak pengawas internal kawasan dan para petugas atau aparat penegak hukum kurang mampu menerapkan sanksi yang berlaku secara tegas kepada para pelanggar.

Diharapkan kegiatan sosialisasi dapat ditingkatkan lagi agar masyarakat lebih banyak mengetahui dan mendukung pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Serta penerapan sanksi tidak hanya diberlakukan bagi pengawas internal masing-masing kawasan tetapi juga diberlakukan bagi masyarakat yang melanggar ketentuan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok.

Kata Kunci : Implementasi, Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok, Kota Palembang.


(2)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF PALEMBANG CITY REGULATION NO 7 YEAR 2009 ABOUT NO SMOKING AREA

BY

DEWI YULIANDARI AS

Implementation of no smoking area is an effort to protect and guarantee of everyone’s right to breathe a clean air without any exposure of cigarette smoke. Palembang city regulation No. 7 year 2009 about no smoking area which regulates a room or area that declared is prohibited for smoking activities. A mosque, Karya Jaya Bus Station and Palembang public transportation are the areas which have been designated as a No Smoking Area.

The problems of this research is how is the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area and what are the factors which as an obstacle in the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area. Research approach used in this study is empirical juridical to obtain primary and secondary data.

The result of this research shows that the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area has run well, particularly in the mosque and Karya Jaya Bus Station, but the implementation in Palembang public transportation is still not run effectively because there are many violations. The obstacle factor in the implementation of Palembang city Regulation No. 7 year 2009 about no smoking area is the socialization lack did by No Smoking Area supervisory enforcement namely health department, Pamong Praja Police Force, internal supervisor and law enforcement officer are less in applying a sanctions to violators

Through This Implementation, the socialization activities expected could be improved, in order to people could aware and support the implementation of no smoking area and the imposition of sanctions is not only applied to the internal supervisor in each region but also applied to people who violate the provisions of no smoking area regulation.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 06 Juli 1992, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Putri dari Bapak Ambasador HS dan Ibu Syahiriani

Penulis memulai pendidikan pada tahun 1997 di Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Aisyah Palembang, kemudian Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 8 Palembang lulus pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 17 Palembang lulus pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Palembang lulus pada tahun 2010. Pada masa SMP penulis aktif berorganisasi di Pramuka dan OSIS, dan SMA di Majalah Sekolah (FOKUS) dan OSIS.

Pada tahun 2010 Penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur PKAB (Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat) atau Undangan. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam organisasi internal kampus yaitu UKM-F MAHKAMAH (Mahasiswa Pengkaji Masalah Hukum) dan Komunitas Konstitusi FH Unila. Pada tahun 2014 Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Labuhan Ratu VII, Kabupaten Lampung Timur.


(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang tiada henti-hentinya memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam setiap

hembusan nafas dan jejak langkah kita

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW sebagai suri tauladan di muka bumi ini

Alhamdulillah dengan penuh rasa Bangga dan Kerendahan Hati Skripsi ini Kupersembahkan sebagai wujud bakti dan tanggung jawabku

kepada:

Kedua Orang Tuaku Tercinta Ambasador HS dan Syahiriani yang dengan ikhlas telah melahirkan, merawat, mendidik dan mendoakan

keberhasilanku.

Kedua saudaraku tersayang Putri Utami Ambarsari AS, S.T dan M.Imam Septiawan AS yang selalu berdoa, memotivasi dan menemani

baik suka maupun duka.

Keluarga yang selalu mendukungku dan calon pendamping hidupku yang masih dirahasikan Allah SWT

Serta


(8)

MOTO

Hidup itu seperti permainan ular tangga

Ada banyak tangga yang harus dilewati.

Ditengah perjalanan pasti akan menemui hambatan,

bahkan terkadang sudah hampir mencapai puncak

harus jatuh dan rela memulai semuanya lagi dari awal

dan terkadang harus rela didahului oleh orang lain,

tapi jika kita mau bersabar dan mau mengikuti alur

permainannya sampai selesai, kita pasti akan sampai

dipuncak dan menjadi pemenangnya.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat iman dan ilmu, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7

Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heriyandi, S.H.,M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama proses perkuliahan;

3. Bapak Satria Prayoga, S.H.,M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum

Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama proses perkuliahan;

4. Bapak Elman Eddy Patra, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik

sekaligus pembimbing utama atas kesediaanya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Syamsir Syamsu, S.H.,M.H., selaku pembimbing kedua atas

kesediaannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(10)

6. Ibu Sri Sulastuti, S.H.,M.H., selaku pembahas serta penguji utama atas kesediaannya dalam memberikan masukan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsii ni;

7. Ibu Eka Deviani, S.H.,M.H., selaku pembahas kedua atas kesediaanya

dalam memberikan masukan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Ibu Dosen Fakultas Hukum, khusus nya bagian Hukum

Administrasi Negara, terimakasih atas ilmu yang bermanfaat serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Bapak Ibu selaku Staff Administrasi Fakultas Hukum Unila dan Bapak

Ibu Staff Administrasi Bagian Hukum Administrasi Negara, terima kasih atas bantuan dan arahan dalam pelaksanaan penyelesaian skripsi ini;

10.Ayahanda Ambasador HS dan Ibunda Syahiriani, kedua orangtuaku

tercinta dan terbaik sepanjang masa. Terima kasih atas semua doa-doa, kasih sayang, kepercayaan, nasehat serta motivasi yang tidak pernah ada habisnya dan selalu sabar menunggu kesuksesan penulis. Kedua saudaraku tersayang Putri Utami Ambarsari AS, S.T, dan M. Imam Septiawan AS, yang selalu memberikan canda, tawa serta dukungan semangat yang tiada hentinya kepada penulis;

11.Kedua keponakan tersayang M.Chesta Adiwangsa dan Chalista Sabrina

Belvania;

12.Keluarga Besar Ayah dan Mama yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu. Terima kasih atas segala dukungan dan nasehat yang telah diberikan;


(11)

13.Sahabat seperjuangan (Amilya Rahayu, Eka Purnama Sari, Iis Priyatun, Abi Zuliansyah, Aldi Setiawan, Agus Hermawan, Beni Yulianto, Mardhotillah) terima kasih atas semua bantuan, kerjasama dan semangat yang selalu menemani selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini akhirnya kita sah jadi „Sarjana Hukum;

14.Teman-teman suka duka (Dika Permadi, Hendra Ari Saputra, Fitra

Albajuri, Febri Setiawan Minsi, Alfriando Joshua, Ata) terimakasih atas semua bantuannya, supportnya dalam penyelesaian skripsi ini, semoga secepatnya segera menyusul.

15.Teman-teman terbaik (Ayi, Ika, Ines, Acila, Emil, Herra, Dika, Asa,

Benny, Niko, Kresna) terima kasih atas kebersamaan suka dukanya, kerjasamanya selama di perkuliahan;

16.„Kamu’ terima kasih telah memberikan waktu, motivasi, nasehat, dan pengalaman yang begitu berharga selama perkuliahan sampai akhirnya

mendapatkan gelar „Sarjana Hukum’, semoga kita dapat meraih

kesuksesan bersama;

17.Keluarga besar UKM-F MAHKAMAH terima kasih atas kebersamaan dan

pengalaman berorganisasi selama di perkuliahan;

18.Keluarga KKN Desa Labuhan Ratu VII, Kabupaten Lampung Timur

(Keluarga Besar Pak Pudjo, Nika, Ani, NcikAnis, Uda Ari, Asa, Alsan, Kresna, Hera, Ardi) terima kasih telah memberikan pengalaman berharga selama 40 hari, senang sekali bisa mengenal kalian;

19.Keluarga besar RK (Shinta Annisa Wulandari, S.H., Alvionita Dwi Putri.,


(12)

Wulanda Putri, S.Ked., Angga Triadi., S.T., Imam Alfarisi., S.T., Fadil Ramadhan, S.Ked., Nofatrin Swara Sampoerna., S.T., Erick Prakoso, A.md) terima kasih untuk kebersamaan yang telah terjalin sejak SMA sampai sekarang, akhirnya kita semua sudah sarjana;

20.Teman-teman Angkatan 2010 dan 2011 serta kakak dan adik tingkat

Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih untuk

kebersamaannya selama ini;

21.Teman-teman kostan Puri Pratiwi (Yanti, Dewi, Filo, Dini, Rani „ndut’,

Anggun, Mbak Indah, Lintang, Ella, Rani, Dini) terima kasih untuk kebersamaannya baik suka maupun duka selama menjadi anak kostan;

22.Bapak Ibu Pejabat Balitbang Kota Palembang, Bapak Ibu Pejabat

Kesbangpol Kota Palembang, Bapak Ibu Pejabat Dinas Kesehatan Kota Palembang, Bapak Ibu Pejabat Satpol-PP Kota Palembang, serta seluruh narasumber. Terima kasih atas waktu dan kesediaannya telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

23.Kepada semua pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu persatu,

penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas semua dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsiini;

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi inijauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER LUAR ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

COVER DALAM ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

MOTO ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1.4 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.4.2 Kegunaan Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Implementasi ... 10

2.2 Peraturan Daerah ... 12

2.2.1 Pengertian Peraturan Daerah ... 12

2.2.2 Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok .. 13

2.3 Rokok ... 14

2.3.1 Pengertian Rokok dan Kandungan Rokok ... 14

2.3.2 Tipe Perokok dan Faktor Perilaku Merokok ... 19

2.3.3 Bahaya Rokok Bagi Kesehatan dan Bagi Perokok Pasif ... 22


(14)

2.4 Kawasan Tanpa Rokok ... 26

2.4.1 Sejarah Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia dan Dasar Hukumnya ... 26

2.4.2 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok ... 29

2.4.3 Prinsip Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok ... 31

2.4.4 Tujuan Kawasan Tanpa Rokok ... 32

2.4.5 Manfaat Kawasan Tanpa Rokok ... 33

2.4.6 Objek Kawasan Tanpa Rokok ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah ... 35

3.2 Sumber Data ... 36

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.4 Metode Pengolahan Data ... 39

3.5 Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.1.1Pembentukan Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang ... 47

4.1.1.1 Dasar Hukum Pembentukan Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok... 47

4.1.1.2 Struktur Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok Pada Dinas Kesehatan Kota Palembang ... 49

4.1.1.3 Struktur Tim Penegakkan Kawasan Tanpa Rokok Pada Satuan Polisi Pamong Praja (SatpolPP) Kota Palembang ... 52

4.1.2 Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok ... 54

4.1.2.1 Proses Terbentuknya Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok... 54

4.1.2.2 Materi Muatan Peraturan Daerah Kota PalembangNo 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok... 56

4.1.3 Pelaksanaan Tugas Dinas Kesehatan dan SatpolPP Dalam Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang ... 63

4.2 Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok ... 69

4.2.1 Di Masjid Agung Kota Palembang ... 69

4.2.2 Di Terminal Karya Jaya Kota Palembang... 72


(15)

4.2.4 Akibat Hukum Pelanggaran Peraturan DaerahKota PalembangNo 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan

Tanpa Rokok ... 78

4.3 Faktor-Faktor Penghambat Dalam Implementasi

Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009

Tentang Kawasan Tanpa Rokok ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 82 5.2 Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Tim Penegakan Kawasan Tanpa Rokok

Oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang ... 49

Gambar 2. Struktur Organisasi Tim Penegakan Kawasan Tanpa Rokok


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan yang layak dan kesejahteraan penduduk merupakan tujuan pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan melakukan berbagai upaya pemberantasan penyakit. Di Indonesia, pola penyakit saat ini mengalami transisi epidemiologi dimana beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Perubahan gaya hidup yang terjadi di masyarakat akibat dampak dari perkembangan teknologi, keadaan demografi, serta status sosial ekonomi mempunyai kontribusi terhadap ragam penyakit tidak menular yang timbul. Peningkatan penyakit tidak menular tersebut tidak terlepas dari perilaku hidup manusia dengan berbagai faktor resikonya seperti asupan makanan yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok. Setiap orang pasti sudah mengenal rokok, bahan utama rokok yaitu olahan tembakau yang dibungkus dengan gulungan kertas. Popularitas rokok menjadi fenomena pada abad ke-20, dan jumlah perokok meningkat sejak awal tahun 1900-an tidak lama setelah diperkenalkannya teknologi produksi massal yang baru ditambah dengan gencarnya media periklanan. Diseluruh dunia, rokok merupakan salah satu penyebab yang paling banyak untuk kecacatan, penderitaan, dan kematian premature. Rokok merupakan salah satu produk tembakau yang


(19)

2

dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap asapnya termasuk rokok kretek, rokok

putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana rustica,

nicotiana tabacumdan spesies lainnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar

dengan atau bahan tambahan.1 Selain itu rokok juga sangat berbahaya bagi

kesehatan tubuh karena menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, seperti stroke, katarak, kanker mulut dan tenggorokan, infeksi paru, penyakit paru obstruktif menahun, serangan jantung, kanker pancreas, kanker ginjal, kanker leher rahim serta penyakit pembuluh darah tepi. Lebih dari 4000 bahan kimia telah di identifikasi dalam asap tembakau, banyak diantaranya beracun, beberapa bersifat radioaktif dan lebih dari 40 diketahui dapat menyebabkan kanker. Bahan-bahan kimia ini terutama terdapat di dalam tar yaitu cairan cokelat lengket yang terkondensasi dari asap tembakau. Tembakau banyak menghasilkan bahan kimia

yang suhunya tinggi (sampai 900oC) yang ditimbulkan dari ujung rokok yang

menyala ketika dihisap oleh perokok. 2

Menurut World Health Organization (WHO) lebih dari satu miliar yang hidup

saat ini, 500 juta orang akan terbunuh oleh tembakau. Berbagai hasil penelitian baik dalam maupun luar negeri menunjukkan bahwa perilaku merokok terbukti dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. WHO memperkirakan jumlah kematian didunia akibat konsumsi rokok pada tahun 2020 akan mencapai 10 juta orang setiap tahunnya dan sekitar 70% diantaranya terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Pembangunan kesehatan bangsa Indonesia saat ini belum

1

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

2


(20)

3

menunjukkan hasil yang baik. Berdasarkan hasil penelitian dari Institute for

Health Metrics and Evaluation (IHME) Indonesia menduduki peringkat ke-2 setelahTimor Leste dengan 65 juta perokok atau 28% dari jumlah penduduk dan untuk memenuhi kebutuhan merokok penduduknya, Indonesia mengimport lebih

dari 100 ribu ton tembakau per tahun. 3 Hal ini merupakan fakta menyedihkan

yang dapat memberikan dampak negative pada kondisi kesehatan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2007 prevalensi perokok Indonesia sebesar 29,2%, tahun 2010 prevalensi perokok meningkat sebesar 34,7%, tahun 2011 prevalensi perokok naikmenjadi 36% dan pada tahun 2014 prevalensi perokok mengalami peningkatan menjadi 42,8%.

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan salah satu cara untuk membatasi perilaku merokok. Di Indonesia telah terdapat beberapa peraturan yang melarang orang merokok di tempat-tempat umum, diantaranya melalui Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian ketujuhbelas mengenai Pengamanan Zat Adiktif pada Pasal 115. Kemudian Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, pada bagian kelima Pasal 49-52. Di Indonesia Kawasan Tanpa Rokok telah diterapkan di beberapa kota besar seperti Palembang, Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Surabaya dan Padang Panjang. Dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 Pasal 155 Ayat (2)

tentang Kesehatan menyatakan bahwa “Pemerintah daerah wajib menetapkan

3

http://nefosnews.com/2014/01/jumlah-perokok-di-Indonesia-tertinggi-kedua-di dunia.html,diunduh pada tanggal 10 April, pukul 20.05 WIB.


(21)

4

Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya. Kebijakan ini juga diatur dalam Peraturan

Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 188/Menkes/PB/2011No 7 Tahun 2011 Pasal 7 tentang Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, menjelaskan bahwa Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa bertugas untuk mendorong pemerintah daerah menetapkan dan melaksanakan Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya masing-masing.

Di Kota Palembang Penerapan Kawasan Tanpa Rokok disebabkan karena prevalensi perokok yang setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini berdasarkan hasil survey dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Kesehatan Kota Palembang.

Tabel 1. Prevalensi Perokok di Kota Palembang dari Tahun 2008-2014.

No Tahun Prevalensi Perokok

1 2008 10,17%

2 2009 13,17%

3 2010 18,17%

4 2011 24,17%

5 2012 34,17%

6 2013 43,17%

7 2014 58,17%


(22)

5

Selain prevalensi perokok yang setiap tahun terus meningkat, Dinas Kesehatan Kota Palembang juga mencatat jumlah penderita penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang salah satunya disebabkan oleh asap rokok juga mengalami peningkatan, pada bulan Januari 2013 terdapat 13. 535 orang dan pada

tahun 2014 meningkat menjadi 15. 974 orang. 4 Secara umum faktor yang

menyebabkan prevalensi perokok di Kota Palembang terus meningkat yaitu dikarenakan perokok beranggapan bahwa, merokok adalah lambang kedewasaan, percaya diri dan gengsi, obat penghilang kebosanan dan stres. Selain itu karena adanya rasa ingin tahu, mendapatkan rokok masih sangat mudah, terpengaruh teman dan lingkungan, serta kurangnya rasa peduli terhadap risiko bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan.

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang memang telah dilakukan namun sampai saat ini masih belum berjalan dengan optimal. Menurut data dari Dinas Kesehatan, prevalensi perokok tertinggi dari 7 kawasan yang telah ditetapkan, peringkat atas berada di kawasan angkutan umum sebesar 67% dan tempat umum sebesar 53 %. Kawasan Masjid Agung, Terminal Karya Jaya, dan Angkutan Umum di Kota Palembang merupakan salah satu contoh dari masing-masing tempat yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok dan juga menjadi objek dalam penelitian. Ketiga kawasan ini merupakan kawasan-kawasan yang sering dikunjungi oleh masyarakat dan sudah pasti dari sebagian masyarakat yang berada di kawasan tersebut adalah perokok. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, walaupun ketiga kawasan ini sudah menerapkan Kawasan Tanpa

4

http://kabarsumatera.com/2014/03/penderita-ispa-meningkat.html, diunduh pada tanggal 10 April 2014 pukul 22.02 WIB.


(23)

6

Rokok tetapi ternyata masih saja ditemukan perokok di sekitar kawasan Masjid Agung, Terminal Karya Jaya, dan Angkutan Umum di Kota Palembang, baik dilakukan oleh masyarakat maupun oleh petugas atau karyawan yang bekerja di tempat tersebut.

Faktor yang mempengaruhi masih ditemukan perokok di ketiga kawasan ini yaitu masih terdapat banyak warung di sekitar kawasan yang menjual rokok dengan bebas, sehingga masyarakat masih dengan mudah untuk membeli rokok di sekitar kawasan, selain masyarakat sebagai pengunjung, pegawai dan petugas dari masing-masing tempat masih terlihat merokok di sekitar kawasan serta kurangnya penegakkan hukum yang tegas dari pihak pengawas, untuk kawasan angkutan umum, faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran yaitu para supir dan kernet merupakan perokok sehingga mendorong penumpang untuk melakukan hal yang sama, mereka beranggapan kawasan angkutan umum bukanlah kawasan

yang menggunakan pendingin atau Air Conditioner (AC). Hal ini yang

mengakibatkan penerapan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok di sekitar kawasan masih belum berjalan dengan optimal.

Melalui Peraturan Daerah No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang mengatur tentang area atau ruangan yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok serta kegiatan lain yang berhubungan dengan rokok merupakan suatu upaya dari Pemerintah Kota Palembang untuk menertibkan sejumlah tempat yang terindikasi sebagai tempat bebas rokok dan asap rokok. Dinas Kesehatan dan Satuan Polisi Pamong Praja (SatpolPP) Kota Palembang diberikan wewenang oleh Walikota Palembang dalam hal pengawasan melalui Peraturan Walikota No 36 Tahun 2009. Ditetapkannya Peraturan Daerah yang mengatur tentang Kawasan


(24)

7

Tanpa Rokok di Kota Palembang merupakan suatu keputusan yang positif bagi banyak pihak, khususnya bagi para pejuang antirokok serta mengingat pentingnya sebuah regulasi untuk memperkuat upaya perubahan perilaku masyarakat agar dapat hidup sehat terutama dapat terbebas dari asap rokok akan tetapi dalam praktiknya penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Palembang sampai saat ini masih belum berjalan dengan optimal karena masih terdapat beberapa kendala dalam penerapannya.

Melihat latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk membahas tentang

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok”

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7

Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok di kota Palembang ?

2) Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam Implementasi

Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok di kota Palembang ?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang Hukum Administrasi Negara pada umumnya yang membahas mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Penelitian ini


(25)

8

dilakukan pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang, Satuan Polisi Pamong Praja (SatpolPP) Kota Palembang sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan dan penegakkan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Masjid Agung, Terminal Karya Jaya, dan Angkutan Umum Kota Palembang sebagai salah satu kawasan dari masing-masing tempat yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok yang menjadi objek penelitian.

1.4 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7

Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam

Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

1.4.2 Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:

1) Kegunaan teoritis:

a. Menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan mengenai implementasi

Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok dengan menerapkan dan mengaplikasikan Ilmu Hukum Administrasi Negara yang diperoleh selama perkuliahan.


(26)

9

b. Hasil dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta menjadi

salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya.

2) Kegunaan praktis:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan pemerintah

daerah lainnya yang diwilayahnya telah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman bagi

pemerintah daerah yang diwilayahnya belum terdapat Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pedoman bagi pihak

terkait dalam penegakkan hukum dan pencegahan terhadap para perokok untuk tidak merokok di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Implementasi

Kata implementasi adalah sebuah kata serapan dari bahasa asing, kata implementasi merupakan kata sederhana namun terdapat banyak makna yang terkandung didalamnya. Kata dasar implementasi adalah implemen yang artinya alat, implementasi merupakan salah satu upaya administrasi untuk menyelaraskan antara kegiatan yang akan dilaksanakan dengan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi baik oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan maupun oleh masyarakat sebagai objek dari kebijakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan, artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang atau didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Berikut ini beberapa pengertian

implementasi yang bersumber dari beberapa ahli, yaitu sebagai berikut :1

1) Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi

Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut:

1


(28)

11

“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi

suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.

2) Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam

Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut:

“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan

jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”.

3) Affan Gaffar berpendapat bahwa “Implementasi adalah suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan”.

Rangkaian kegiatan tersebut mencakup persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Misalnya dari sebuah Undang-Undang muncul sejumlah Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, maupun Peraturan Daerah, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan implementasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan dan tentu saja yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut dan

bagaimana mengantarkan kebijakan secara konkrit ke masyarakat. 2

2

Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Negara, Gunung Agung, Jakarta, 1996, hlm 87.


(29)

12

2.2 Peraturan Daerah (Perda) 2.2.1 Pengertian Peraturan Daerah

Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat (7) tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dengan Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Definisi lain dari Peraturan Daerah menurut Undang-UndangNo 32 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat (10) tentang Pemerintahan Daerah yang selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerah provinsi dan/atau peraturan daerah kabupaten/kota. Dalam ketentuan Undang-UndangNo32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan daerah dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dan tugas pembantuan serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Sesuai ketentuan Undang-Undang No 10 Tahun 2004 Pasal 112 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, materi muatan Peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, menampung kondisi khusus daerah, serta penjabaran lebih lanjut Peraturan

Perundang-undangan yang lebih tinggi. 3

Rancangan Peraturan daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) serta Gubernur atau Bupati/Walikota. Apabila dalam satukali masa sidang Gubernur atau Bupati/Walikota dan DPRD menyampaikan rancangan

3

http://www.dprdsulsel.go.id/system/files/dokumen/pembentukan_perda.pdf, diunduh pada tanggal 10 April 2014 pukul 23.18 WIB.


(30)

13

Peraturan daerah dengan materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan Perda yang dibahas oleh DPRD, sedangkan rancangan Peraturan daerah yang disampaikan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dipergunakan sebagai bahan persandingan. Program penyusunan Peraturan daerah dilakukan dalam satu program legislasi daerah, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dalam penyiapan satu materi Peraturan daerah. Ada berbagai jenis Peraturan daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kota dan Provinsi antara lain :

1) Pajak Daerah

2) Retribusi Daerah

3) Tata Ruang Wilayah Daerah

4) APBD

5) Rencana Program Jangka Menengah Daerah

6) Perangkat Daerah

7) Pemerintahan Desa

8) Pengaturan Umum Lainnya

2.2.2 Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok

Saat ini pemerintah telah menetapkan Kawasan Tanpa Rokok sebagai upaya perlindungan terhadap masyarakat dari bahaya asap rokok, seperti yang dituangkan dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Pasal 115 Ayat (1) dan (2) tentang Kesehatan yang mengamanatkan kepada setiap pemerintah daerah wajib untuk menetapkan dan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Selain itu dengan diberlakukannya Peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok hal ini merupakan bentuk usaha preventif guna memberikan perlindungan kesehatan bagi


(31)

14

masyarakat perokok dan bukan perokok dan juga untuk menurunkan prevalensi perokok.

2.3 Rokok

2.3.1 Pengertian Rokok dan Kandungan Rokok

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan daun nipah, sedangkan merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (3) tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan, rokok adalah hasil olahan tembakau dibungkus termasuk cerutu

ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,

Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Temperatur pada sebatang rokok yang

sedang dibakar adalah 900oC untuk ujung rokok yang dibakar dan 30oC untuk

ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok. Rokok mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia dimana 40 diantaranya bersifat karsinogenik, sampai sekarang belum ada batas jumlah yang pasti dengan terpaparnya asap rokok untuk menimbulkan penyakit. Lebih dari 85% penderita kanker paru adalah perokok termasuk penyakit berbahaya lainnya. Banyak komponen yang terkandung


(32)

15

didalam rokok yang bersifat ciliotoxic dimana sifatnya mengiritasi dinding dari

sistem pernafasan yang menyebabkan meningkatnya sekresi mucus di bronkus. 4

Menurut Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) sebanyak 25% mengandung zat berbahaya yang terdapat dalam rokok yang masuk ke tubuh perokok (perokok aktif) sedangkan 75% beredar di udara bebas yang beresiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya (perokok pasif). Konsentrasi zat berbahaya didalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok tidak terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. Namun konsentrasi racun yang ada dalam perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghisap asap rokok yang ia hembuskan.

Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tidak dihisap sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna. Di dalam rokok terdapat tembakau sebagai faktor

penyebab utama munculnya penyakit. Menurut Jaya dalam bukunya Pembunuh

Berbahaya itu Bernama Rokok menyatakan setiap jenis dan merk rokok memiliki kadar kandungan zat kimia yang berbeda-beda. Namun yang paling dominan

adalah nikotin, tar dan karbon monoksida. 5

1) Nikotin

Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirrilidin yang terdapat dalam

Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya yang bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin bersifat sangat

4

Aulia LE, Stop Merokok, Garai ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm 15.

5


(33)

16

adiktif, beracun dan tidak berwarna. Nikotin yang dihirup dari asap rokok masuk ke paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah kemudian masuk ke dalam otak perokok dalam waktu 7-10 detik. Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5-3 nanogram dan semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah ada 40-50 nanogram nikotin setiap 1 ml nya. Nikotin memiliki efek adiktif dan psikoaktif yang dapat merangsang terjadinya sejumlah reaksi kimia yang dapat mempengaruhi hormon dan neutrotransmitter seperti adrenalin, dopamine, dan insulin sehingga membuat sensasi yang nikmat pada rokok seketika tetapi sensasi ini hanya berlangsung sementara.

2) Tar

Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatik yang bersifat karsinogenik. Sejenis cairan berwarna coklat tua atau hitam yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru sehingga dapat membuat warna gigi dan kuku seorang perokok menjadi coklat, begitu juga di paru-paru. Tar yang ada dalam asap rokok menyebabkan paralisesilia yang ada di saluran pernafasan dan menyebabkan penyakit paru lainnya seperti emphysema, bronkhitis, kronik dan kanker paru.

3) Karbon Monoksida (CO)

Karbon Monoksida (CO) adalah suatu zat beracun yang sifatnya tidak berwarna dan tidak berbau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3%-6% dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja,


(34)

17

yaitu arus tengah sedangkan arus pinggir akan tetap diluar. Bila proses ini dilakukan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran hingga kematian.

4) Arsenic

Arsenic adalah unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga terdiri dari unsur-unsur berikut:

a) Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu

saluran pernapasan bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan perubahan kulit tubuh.

b) Amonium karbonat, yaitu zat yang bisa membentuk plak kuning

pada permukaan lidah serta menggangu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat pada permukaan lidah.

5) Amonia

Amonia merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya, amonia sangat muda memasuki sel-sel tubuh, karena kerasnya racun yang terdapat dalam zat ini sehingga jika disuntikkan sedikit saja ke dalam tubuh bisa menyebabkan seseorang pingsan.

6) Acrolein

Acrolein yaitu sejenis zat tidak berwarna, seperti aldehid. Zat ini diperoleh dengan cara mengambil cairan dari gliserol menggunakan metode


(35)

18

pengeringan. Zat tersebut sedikit banyak mengandung kadar alkohol dan sangat menggangu kesehatan.

7) Hydrogen Cyanide

Hydrogen Cyanide yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, tidak bebau dan tidak memiliki rasa. Zat ini termasuk zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Zat ini memiliki racun yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian.

8) Nitrous Oksida

Nitrous Oksida yaitu sejenis gas tidak berwarna jika gas ini terhisap maka dapat menimbulkan rasa sakit pada tubuh dan pernapasan.

9) Formaldehyde

Zat ini banyak digunakan sebagai pengawet dalam laboratorium.

10)Phenol

Phenol yaitu campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari destilasi beberapa zat organik, seperti kayu dan arang.

11)Achetol

Achetol yaitu sejenis zat yang sering digunakan untuk membuat cat dan mudah menguap dengan alkohol.

12)Hydrogen Sulfide

Hydrogen Sulfide yaitu sejenis gas beracun yang mudah terbakar dengan bau yang tajam.

13)Pyridine

Pyridine yaitu cairan yang tidak berwarna dengan bau yang tajam, zat ini dapat digunakan sebagai pelarut dan pembunuh hama.


(36)

19

14)Methanol

Methanol yaitu sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan terbakar. Meminum atau menghisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan dan kematian.

2.3.2 Tipe Perokok dan Faktor Perilaku Merokok

Secara umum tipe perokok dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:6

1) Tipe perokok yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup.

a) Perokok aktif adalah orang yang menghisap atau mengkonsumsi

rokok secara langsung.

b) Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tetapi menghisap

atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.

2) Tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari.

a) Perokok sangat berat adalah orang yang mengkonsumsi rokok

lebih dari 31 batang perhari

b) Perokok berat adalah orang yang mengkonsumsi rokok sekitar

21-30 batang perhari

c) Perokok ringan adalah orang yang mengkonsumsi rokok sekitar 10

batang perhari

3) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan diri.

6


(37)

20

Menurut Silvan Tomkins, ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management

of Theory, keempat tipe tersebut antara lain:7

1) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, karena dengan

merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Ada 3 tipe perokok jenis ini, yaitu:

a) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

b) Stimulation to pik them up, perilaku merokok hanya dilakukan hanya untuk mendapatkan kesenangan dalam diri.

c) Pleasure of handing the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok, misalnya merokok dengan menggunakan pipa.

2) Tipe prokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, karena dengan

merokok seseorang dapat mengurangi perasaan negatif, misalnya ketika marah, cemas ataupun gelisah dengan merokok dianggap sebagai penyelamat.

3) Tipe perokok yang adiktif, bagi yang sudah adiksi akan menambah dosis

rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang, dengan kata lain perokok mengalami ketagihan dalam merokok.

4) Tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan, pada tipe seperti ini merokok

merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.

7Ibid,


(38)

21

Perilaku merokok merupakan perilaku yang membahayakan kesehatan, alasan sebagian orang merokok selalu berbeda-beda. Menurut Levy, setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda-beda dan biasanya disesuaikan

dengan tujuan mereka merokok.8 Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh

Mu’tadin yang berpendapat bahwa penyebab merokok, antara lain:9

1) Pengaruh orang tua

Anak yang berasal dari keluarga yang tidak bahagia, dimana orang tua biasanya tidak memperhatikan anaknya dan memberikan fisik yang keraslebih muda menjadi perokok dibandingkan anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang bahagia.

2) Pengaruh teman

Berbagai fakta mengatakan bahwa semakin banyak remaja merokok dikarenakan teman-temannya adalah perokok.

3) Faktor kepribadian

Perokok mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.

4) Pengaruh iklan

Melihat iklan media massa dan elektronik yang menampilkan gambar bahwa rokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat perokok seringkali terpengaruh untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut.

8

Komalasari D. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta, 2008, hlm 97.

9Mu’tadin Z. Remaja dan Rokok,


(39)

22

2.3.3 Bahaya Rokok Bagi Kesehatan dan Bagi Perokok Pasif

Tembakau yang ada pada rokok adalah produk konsumen yang berbahaya dan mematikan. Penggunaan tembakau tidak hanya merugikan mereka yang mengkonsumsinya tetapi juga merugikan orang-orang yang terkena asap dari rokok tersebut. Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok

dan menyebabkan kematian:10

1) Penyakit Kardiovaskuler

Asap tembakau akan merusak dinding pembuluh darah pada seseorang yang merokok, karena nikotin yang terkandung didalamnya akan merangsang hormon adrenalin dan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Penyakit kardiovaskuler meliputi kondisi seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner dan stroke.

2) Penyakit Kanker Paru

Kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum disebabkan merokok karena penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru.

3) Penyakit Saluran Pernapasan

Merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru bersifat kronis dan obstruktif misalnya bronkitis dan emfisema. Gejala yang ditimbulkan berupa batuk kronis, berdahak dan gangguan pernapasan.

10Op.Cit


(40)

23

4) Merokok dan Kehamilan

Wanita perokok selama kehamilan akan lebih besar mengalami keguguran, kematian bayi atau bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Penelitian menunjukkan adanya hubungan langsung antara merokok selama kehamilan dan risiko sindrom kematian bayi secara mendadak.

5) Merokok dan Alat Perkembangbiakan

Merokok dapat mengurangi akan terjadinya konsepsi (memiliki anak), fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan, nafsu seksual juga akan mengalami penurunan dibandingkan dengan bukan perokok. Wanita perokok akan mengalami menopause lebih cepat dibandingkan dengan yang bukan perokok.

6) Merokok dan Alat Pencernaan

Sakit maag lebih banyak dijumpai pada orang-orang yang merokok karena adanya penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit maag.

7) Merokok Meningkatkan Tekanan Darah

Merokok sebatang per hari akan meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali per 1 menit

8) Merokok Membuat Lebih Cepat Tua

Rokok mengakibatkan kulit menjadi mengerut, kering, pucat dan mengeriput terutama di daerah wajah dikarenakan bahan kimia yang ada dalam rokok mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah tepi dan di daerah terbuka misalnya pada wajah. Wajah perokok akan menjadi lebih tua, mengeriput, kecoklatan dan berminyak.


(41)

24

9) Kanker Mulut

Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan penyakit gusi.

10)Osteoporosis

Karbon Monoksida (CO) dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut oksigen darah perokok sebesar 15% mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama untuk penyembuhan. Perokok juga lebih mudah menderita sakit tulang belakang.

11)Katarak

Merokok mengakibatkan gangguan pada mata, perokok mempunyai 50% lebih tinggi terkena katarak bahkan bisa mengalami kebutaan.

12)Kerontokan Rambut

Merokok menurunkan sistem kekebalan tubuh lebih mudah terserang penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan kerontokan rambut,ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit kepala dan tangan.

13)Impotensi

Merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50% pada laki-laki berusia 30-40 tahunan. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari tubuh.


(42)

25

Bahaya yang ditimbulkan oleh rokok bukan hanya untuk para perokok aktif, tetapi juga sangat berbahaya bagi perokok pasif. Perokok Pasif adalah orang yang bukan perokok namun terpaksa menghisap asap rokok yang dikeluarkan oleh

perokok11atau secara umum perokok pasif adalah orang-orang yang tidak

merokok tetapi menghisap Environmental Tobacco Smoke (ETS) yaitu asap rokok

utama dan asap rokok sampingan yang dihembuskan kembali oleh perokok.

Bagi orang yang tidak merokok asap rokok pasti sesuatu yang tidak menyenangkan dan sangat menggangu. Risiko yang ditimbulkan juga sangat berbahaya seperti meningkatnya resiko kanker paru-paru dan serangan jantung, meningkatnya resiko penyakit saluran pernafasan seperti radang paru-paru dan bronkhitis, iritasi pada mata yang menyebabkan rasa sakit dan pedih, bersin dan batuk-batuk karena alergi, sakit pada tekak, esofagus, kerongkongan, dan tenggorokan, sakit kepala sebagai reaksi penolakan nikotin, dan sesak nafas.

Menurut penelitian terhadap 1. 263 pasien kanker paru-paru yang tidak pernah merokok, terlihat bahwa mereka yang menjadi perokok pasif dirumah akan meningkatkan resiko kanker paru-paru hingga 18%. Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama (30 tahun lebih) risikonya akan meningkat menjadi 23%. Sedangkan perokok pasif di lingkungan kerja atau kehidupan sosial, risiko kanker paru-paru akan meningkat menjadi 16%, apabila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama (20 tahun lebih) akan meningkat risikonya menjadi 27%. Mereka yang dikelilingi oleh asap rokok akan lebih cepat meninggal dibandingkan dengan

11

Pasal 1 Ayat (9) Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.


(43)

26

mereka yang hidup dengan udara bersih, dan angka kematiannya meningkat 15%

lebih tinggi. 12

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) berpendapat bahwa, sebanyak 25% zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75% beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang-orang disekelilingnya. Dengan demikian perokok pasif sama berbahayanya dengan perokok aktif karena zat-zat yang berbahaya tersebut tidak terfilter oleh perokok pasif, sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap namun besar kemungkinan perokok aktif juga akan

menghirup kembali asap rokok yang dihasilkan. 13

2.4 Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

2.4.1 Sejarah Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia dan Dasar Hukumnya

Rokok dikenal sejak abad ke-19 oleh penduduk Kudus, dan bisnis rokok dimulai pada tahun 1906, sejak saat itulah bangsa Indonesia mulai mengenal rokok dan mengkonsumsi rokok. Dari kebiasaan merokok tersebut mengakibatkan terjadinya prevalensi perokok di Indonesia yang setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini sangat membahayakan perkembangan kesehatan penduduk Indonesia. Pada tahun 1999 melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan untuk melarang orang merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan Pemerintah tersebut memasukkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada Pasal

12

Bambang Trim, Merokok Itu Konyol, Ganeca Exact, Jakarta, 2006, hlm 17.

13Ibid


(44)

27

22-25. Dalam Pasal 25 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk

mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok14 dan dalam Undang-Undang No 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan juga mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian tujuh belas mengenai Pengamanan Zat Adiktif Pasal 115 Ayat (1) dan(2). Untuk menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2003 Pasal 25 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, beberapa pemerintah daerah akhirnya mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok, diantaranya:

1) DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur No 75 Tahun 2005 tentang

Kawasan Dilarang Merokok namun Jakarta belum menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok karena dalam peraturan tersebut masih menyediakan ruangan untuk merokok.

2) Bogor, belum menerbitkan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok

secara eksklusif. Pengaturan tertib Kawasan Tanpa Rokok tertuang dalam Peraturan Daerah No 8 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum Pasal 14-16

3) Cirebon, Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Cirebon berbentuk Surat

Keputusan Walikota No 27A Tahun 2006 tentang Perlindungan Terhadap Masyarakat Bukan Perokok di Kota Cirebon.

4) Surabaya, Peraturan Kawasan Tanpa Rokok terdapat dalam Peraturan

Daerah Kota Surabaya No 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok.

14

Pasal 25 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.


(45)

28

5) Palembang, kebijakan Kawasan Tanpa Rokok terdapat dalam Peraturan

Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Kota Palembang merupakan kota pertama di Indonesia yang memiliki Peraturan daerah Kawasan Tanpa Rokok secara eksklusif dan sesuai standar internasional serta menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok yaitu tanpa menyediakan ruangan untuk merokok.

6) Padang Panjang, terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Padang Panjang

No 8 Tahun 2009 tentang Kawsan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok.

Pada tahun 2014, sudah terdapat 131 kabupaten/kota yang telah memiliki Peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah di Indonesia semakin menyadari bahwa pentingnya memiliki lingkungan yang bersih, sehat dan bebas dari asap rokok guna melindungi perokok pasif dan menurunkan prevalensi perokok di Indonesia khususnya di daerah masing-masing dengan berinisiatif mengeluarkan Peraturan daerah

Kawasan Tanpa Rokok. 15Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia

khususnya di Kota Palembang memiliki beberapa landasan hukum, diantaranya:

1) Undang-Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 Tentang

Kesehatan.

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

15

http://www.pontianakpost.com/pro-kalbar/sambas/wacanakan-kawasan-tanpa-rokok.html, diunduh pada tanggal 30 Mei, Pukul 20.15 WIB


(46)

29

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2003 tentang

Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 109 Tahun 2012 tentang

Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

5) Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia No 188/Menkes/PB/2011 No 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Kawasan Tanpa Rokok.

6) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok.

7) Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No

4/U/1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.

8) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan.

9) Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 tahun 2009 tentang Kawasan

Tanpa Rokok.

2.4.2 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok

Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat, maka setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial dan setiap orang berkewajiban untuk berperilaku hidup sehat dalam mewujudkan, mempertahankan, serta memajukan


(47)

30

kesehatan yang setinggi-tingginya. 16 Lingkungan yang sehat dapat terwujud

antara lain dengan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 188/Menkes/PB/I/2011 No 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, bahwa yang dimaksud dengan Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk

tembakau. 17

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok, memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat serta melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung. Terdapat empat alasan dalam mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok yaitu untuk melindungi anak-anak dan bukan perokok dari risiko terhadap kesehatan, mencegah rasa tidak nyaman, bau dan kotoran dari ruang rokok, untuk mengembangkan opini bahwa tidak merokok adalah perilaku yang lebih sehat, dan Kawasan Tanpa Rokok dapat mengurangi konsumsi rokok dengan menciptakan lingkungan yang mendorong perokok untuk berhenti atau yang terus merokok untuk mengurangi konsumsi rokoknya.

16

Pasal 10 dan 11 Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

17

Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/Menkes/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.


(48)

31

Dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 Pasal 115 tentang Kesehatan dan dalam Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Pasal 8 Ayat (2), menetapkan beberapa kawasan yang dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok,

antara lain:18

1) Fasilitas pelayanan kesehatan

2) Tempat proses belajar mengajar

3) Tempat anak bermain

4) Tempat ibadah

5) Angkutan umum

6) Tempat kerja

7) Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan

2.4.3 Prinsip Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok

Secara umum, terdapat beberapa prinsip dasar kebijakan Kawasan Tanpa Rokok,

yaitu:19

1) Asap rokok orang lain mematikan.

2) Tidak ada batas aman bagi paparan asap rokok orang lain.

3) Setiap warga negara wajib dilindungi secara hukum dari paparan asap

rokok orang lain.

4) Setiap pekerja berhak atas lingkungan kerja yang bebas dari asap rokok

orang lain.

18

Pasal 115 Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 8 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

19

http://tcsc-indonesia.org/2012/08/kawasan-tanpa-rokok-dan-implementasinya.pdf, diunduhpada tanggal 11 April 2014 pukul 22.15 WIB.


(49)

32

5) Hanya lingkungan tanpa asap rokok 100% yang dapat memberi

perlindungan penuh bagi masyarakat.

6) Pembuatan ruang merokok dengan ventilasi/fitrasi udara tidak efektif.

Sedangkan dalam Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Pasal 4,

prinsip penetapan Kawasan Tanpa Rokok, yaitu:20

1) 100 % kawasan tanpa asap rokok.

2) Tidak ada ruang merokok di tempat umum/tempat kerja tertutup.

3) Pemaparan asap rokok pada orang lain melalui kegiatan merokok, atau

tindakan mengizinkan dan atau membiarkan orang merokok di kawasan tanpa rokok adalah bertentangan dengan hukum.

2.4.4 Tujuan Kawasan Tanpa Rokok

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok tentunya memiliki tujuan, selain untuk mengurangi jumlah perokok yang setiap tahun terus mengalami peningkatan. Menurut Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 Pasal 3 tentang

Kawasan Tanpa Rokok, terdapat beberapa tujuan pokok, yaitu:21

1) Memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya paparan asap rokok

orang lain.

2) Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat.

3) Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk

merokok baik langsung maupun tidak langsung.

20

Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

21


(50)

33

2.4.5 Manfaat Kawasan Tanpa Rokok

Manfaat Kawasan Tanpa Rokok adalah menciptakan tempat-tempat umum, sarana kesehatan, tempat-tempat kerja, tempat ibadah, dan sarana pendidikan yang sehat, nyaman dan aman, tidak terganggu asap rokok, dapat memberikan citra yang positif, menegakkan etika merokok, mewujudkan generasi muda yang sehat, meningkatkan produktivitas kerja yang optimal, menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula, memberikan hak kepada orang yang tidak merokok untuk tidak terkena dampak racun rokok yang sangat banyak terkandung dalam asap rokok dan mencegah meningkatnya penyakit yang disebabkan oleh rokok

dan asap rokok baik kepada para perokok aktif maupun perokok pasif. 22

2.4.6 Objek Kawasan Tanpa Rokok

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa objek sebagai indikator dalam

pengawasan dan pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok, yaitu :23

1) Ada atau tidaknya tanda “dilarang merokok” yang cukup jelas dan mudah

terbaca di pintu masuk gedung.

2) Ada atau tidaknya orang merokok di tempat yang telah ditetapkan sebagai

Kawasan Tanpa Rokok.

3) Ada atau tidaknya area atau ruangan merokok dalam gedung dengan atau

tanpa ventilasi untuk menghilangkan asap rokok .

22

Lily S Sulistyowati, Prototype Kawasan Tanpa Rokok, Kemenkes RI, 2011, hlm 6.

23

Widyastuti Soerodjo, Pedoman Pelatihan Pengawasan Penegakan Hukum Kawasan Tanpa Rokok, TCSC-IAKMI, Jakarta, 2011, hlm 11.


(51)

34

4) Ada atau tidaknya tanda-tanda promosi atau iklan rokok di Kawasan

Tanpa Rokok (penjualan rokok di Kawasan Tanpa Rokok hanya dibenarkan bagi yang memiliki izin usaha untuk menjual).

5) Ada atau tidaknya asbak dan/atau sarana pendukung merokok di tempat

yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

6) Ada atau tidaknya bau rokok di dalam gedung tertutup yang ditetapkan

sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

7) Ada atau tidaknya puntung rokok di gedung tertutup yang ditetapkan


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga, diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul. 1

3.1 Pendekatan Masalah

Dalam rangka penelitian tentang Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kaawasan Tanpa Rokok maka penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu:2

1) Pendekatan Yuridis, adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji

peraturan-peraturan yang berlaku dan literatur yang erat kaitannya dengan Kebijakan Pemerintah Daerah, yang dalam hal ini lebih khusus terhadap Implentasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2) Pendekatan Empiris, adalah pendekatan yang dilakukan melalui

pengumpulan informasi tentang kejadian yang terjadi pada prakteknya dan

1

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm 43.

2


(53)

36

terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan yaitu hasil wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum yang terdiri :

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan

peraturan-peraturan lainnya.3 Beberapa dasar hukum yang berkaitan dengan

Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut:

a) Undang-Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 Tentang

Kesehatan.

b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2003 tentang

Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.

d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 109 Tahun 2012

tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

3

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, 2003, hlm. 33-37.


(54)

37

e) Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia No 188/Menkes/PB/2011 tentang Pedoman Kawasan Tanpa Rokok.

f) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok.

g) Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

No 4/U/1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.

h) Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan.

i) Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 tahun 2009 tentang

Kawasan Tanpa Rokok.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer berupa Undang-Undang, buku-buku, literatur maupun data-data lainnya.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum lain yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti hasil penelitian, Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lain yang


(55)

38

sifatnya karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh

prosedur sebagai berikut:4

1) Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dengan berbagai sumber.

2) Studi Lapangan (Field Reasearce)

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian yaitu dengan menggunakan teknik wawancara kepada narasumber, yaitu :

a) Dinas Kesehatan Kota Palembang, yang dalam hal ini wawancara akan

dilakukan kepada Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) yaitu Ibu Dr. Afrimelda. M. Kes dan Administrator Program Kawasan Tanpa Rokok yaitu Ibu Desi Permata Sari, S. Km

b) Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Palembang, yang

dalam hal ini wawancara akan dilakukan kepada Seksi Penyelidikan dan Penyidikan yaitu Bapak Ricko Saputra. S. H

4


(56)

39

c) Dinas Perhubungan Kota Palembang, yang dalam hal ini wawancara

akan dilakukan kepada Kepala Seksi Bagian Angkutan yaitu Bapak Indra Suryadi, S. H

d) Masjid Agung Kota Palembang, yang dalam hal ini wawancara akan

dilakukan kepada Ketua II Yayasan Masjid Agung yaitu Bapak Muhammad Syukri, S. Ag. ,S. H. ,M. H

e) Terminal Karya Jaya Kota Palembang, yang dalam hal ini wawancara

akan dilakukan kepada Wakil Kepala Terminal Karya Jaya yaitu Bapak Rusmaruddin.

3.4 Metode Pengolahan Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2) Editing

Editing data yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan.


(57)

40

3) Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis.

4) Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisis menurut susunan yang benar dan tepat.

5) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.

3.5 Analisis Data

Data yang telah terkumpul dan tersusun secara sistematis kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menginterprestasikan data dan memapaparkan dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui pembahasan tersebut diharapkan permasalahan dapat terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dari permasalahan tersebut.


(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan

Tanpa Rokok di kawasan Masjid Agung, Terminal Karya Jaya, dan Angkutan Umum di Kota Palembang telah diterapkan oleh pemilik, pengelola, manajer, pimpinan dan pihak yang bertanggung jawab dari masing-masing kawasan. Implementasi Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok untuk kawasan Masjid Agung dan Terminal Karya Jaya Kota Palembang sudah berjalan dengan baik, meskipun dalam penerapannya masih sering terjadi pelanggaran seperti masih ditemukan masyarakat yang merokok di sekitar kawasan tersebut. Sedangkan untuk penerapan di angkutan umum sampai saat ini masih belum bias berjalan dengan optimal karena mayoritas supir dan kernet angkutan umum adalah perokok sehingga belum dapat memberikan contoh yang baik kepada masyarakat sebagai penumpang selain itu pihak yang melakukan pengawasan internal di angkutan umum yaitu Dinas Perhubungan tidak dapat melakukan pengawasan setiap saat terkait dengan penerapan Kawasan Tanpa Rokok


(59)

83

di angkutan umum . Oleh karena itu untuk tingkat pelanggaran di angkutan umum masih sangat tinggi.

2) Faktor-faktor penghambat dalam implementasi Peraturan Daerah Kota

Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok di kawasan Masjid Agung, Terminal Karya Jaya, dan Angkutan Umum di Kota Palembang antara lain masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan, sebagian dari pemilik, pengelola, manajer, pimpinan dan pihak yang bertanggung jawab dari masing-masing kawasan adalah perokok sehingga belum dapat memberikan contoh yang baik bagi masyarakat, masih kurangnya sosialisasi mengenai Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan yaitu Dinas Kesehatan dan SatpolPP Kota Palembang serta kurangnya sosialisasi penyampaian informasi dari pengawas internal yaitu pemilik, pengelola, manajer, pimpinan dan pihak yang bertanggung jawab dari masing-masing kawasan kepada masyarakat sehingga masih terdapat masyarakat yang belum mengetahui tentang Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok selain itu para petugas atau aparat penegak hukum kurang mampu menerapkan sanksi yang berlaku secara tegas kepada pemilik, pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok yang melakukan pelanggaran.


(60)

84

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan dan dijadikan bahan pertimbangan sehubungan dengan Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok, diantaranya :

1) Meningkatkan kegiatan Sosialisasi Peraturan Daerah Kota Palembang No

7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok kepada masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa seperti televisi, koran dan radio dan mempublikasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan kepada masyarakat agar masyarakat lebih banyak mengetahui serta mendukung pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2) Sebaiknya disediakan tempat khusus merokok di masing-masing kawasan

yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Karena dengan disediakan tempat khusus merokok maka para perokok tidak akan merokok di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok sehingga dengan demikian untuk masyarakat yang tidak merokok tetap dapat menikmati hak nya untuk menikmati lingkungan yang sehat dan bersih serta bebas dari asap rokok sedangkan untuk para perokok tidak akan merasa dibatasi haknya karena ruangan khusus merokok tetap disediakan.

3) Seharusnya sanksi yang ditetapkan tidak hanya ditujukan kepada

pengawas internal saja tetapi juga diberlakukan kepada masyarakat yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Palembang No 7


(61)

85

Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok karena mayoritas yang melakukan pelanggaran adalah masyarakat sebagai pengunjung kawasan.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Ariyadin, 2011, Rokok Anda: Relakah Mati demi Sebatang Rokok?, Penerbit

Manyar Media, Yogyakarta.

Aulia LE, 2010, Stop Merokok, Penerbit Garai ilmu, Yogyakarta.

Bambang Trim, 2006, Merokok Itu Konyol, Penerbit Ganeca Exact, Jakarta

Handayaningrat, 1996, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Negara, Penerbit

Gunung Agung, Jakarta.

Hufron Sofianto, 2010, Mengenal Bahaya Rokok Bagi Kesehatan, Penerbit

Horizon, Bogor.

Jaya M, 2009, Pembunuh Berbahaya itu Bernama Rokok, Penerbit Rizma,

Sleman.

Komalasari D. 2008, Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja,

Penerbit Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Lily S Sulistyowati, 2011, Prototype Kawasan Tanpa Rokok, Penerbit Kemenkes

RI, Jakarta

Mu’tadin Z. 2010, Remaja dan Rokok, Penerbit Garai ilmu, Yogyakarta.

Muhammad Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Soerjono Soekanto, 1981, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI Press,

Jakarta.

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Penerbit


(63)

Widyastuti Soerodjo, 2011, Pedoman Pelatihan Pengawasan Penegakan Hukum Kawasan Tanpa Rokok, Penerbit TCSC-IAKMI, Jakarta.

William N, 2000, Analisis Kebijakan Publik, Penerbit Hanindita Graha Widia,

Yogyakarta.

Zainuddin Ali, 2011, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia No 188/Menkes/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Peraturan Walikota Palembang Nomor 33 Tahun 2007 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Walikota Palembang Nomor 29 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Kesehatan Kota Palembang

Peraturan Walikota Palembang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

Peraturan Walikota Palembang Nomor 49 Tahun 2012 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palembang

C. Internet

http://nefosnews.com/2014/01/jumlah-perokok-di-Indonesia-tertinggi-kedua-di-dunia.html

Asep Haryono. 2014, Wacanakan Perda Kawasan Tanpa Rokok,

http://www.pontianakpost.com/pro-kalbar/sambas/wacanakan-perda-kawasan-tanpa-rokok.html


(1)

83

di angkutan umum . Oleh karena itu untuk tingkat pelanggaran di angkutan umum masih sangat tinggi.

2) Faktor-faktor penghambat dalam implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok di kawasan Masjid Agung, Terminal Karya Jaya, dan Angkutan Umum di Kota Palembang antara lain masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan, sebagian dari pemilik, pengelola, manajer, pimpinan dan pihak yang bertanggung jawab dari masing-masing kawasan adalah perokok sehingga belum dapat memberikan contoh yang baik bagi masyarakat, masih kurangnya sosialisasi mengenai Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan yaitu Dinas Kesehatan dan SatpolPP Kota Palembang serta kurangnya sosialisasi penyampaian informasi dari pengawas internal yaitu pemilik, pengelola, manajer, pimpinan dan pihak yang bertanggung jawab dari masing-masing kawasan kepada masyarakat sehingga masih terdapat masyarakat yang belum mengetahui tentang Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok selain itu para petugas atau aparat penegak hukum kurang mampu menerapkan sanksi yang berlaku secara tegas kepada pemilik, pengelola, pimpinan, dan/atau penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok yang melakukan pelanggaran.


(2)

84

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan dan dijadikan bahan pertimbangan sehubungan dengan Implementasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok, diantaranya :

1) Meningkatkan kegiatan Sosialisasi Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok kepada masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa seperti televisi, koran dan radio dan mempublikasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan kepada masyarakat agar masyarakat lebih banyak mengetahui serta mendukung pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

2) Sebaiknya disediakan tempat khusus merokok di masing-masing kawasan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Palembang No 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Karena dengan disediakan tempat khusus merokok maka para perokok tidak akan merokok di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok sehingga dengan demikian untuk masyarakat yang tidak merokok tetap dapat menikmati hak nya untuk menikmati lingkungan yang sehat dan bersih serta bebas dari asap rokok sedangkan untuk para perokok tidak akan merasa dibatasi haknya karena ruangan khusus merokok tetap disediakan. 3) Seharusnya sanksi yang ditetapkan tidak hanya ditujukan kepada pengawas internal saja tetapi juga diberlakukan kepada masyarakat yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Palembang No 7


(3)

85

Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok karena mayoritas yang melakukan pelanggaran adalah masyarakat sebagai pengunjung kawasan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Ariyadin, 2011, Rokok Anda: Relakah Mati demi Sebatang Rokok?, Penerbit Manyar Media, Yogyakarta.

Aulia LE, 2010, Stop Merokok, Penerbit Garai ilmu, Yogyakarta.

Bambang Trim, 2006, Merokok Itu Konyol, Penerbit Ganeca Exact, Jakarta

Handayaningrat, 1996, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Negara, Penerbit Gunung Agung, Jakarta.

Hufron Sofianto, 2010, Mengenal Bahaya Rokok Bagi Kesehatan, Penerbit Horizon, Bogor.

Jaya M, 2009, Pembunuh Berbahaya itu Bernama Rokok, Penerbit Rizma, Sleman.

Komalasari D. 2008, Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja, Penerbit Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Lily S Sulistyowati, 2011, Prototype Kawasan Tanpa Rokok, Penerbit Kemenkes RI, Jakarta

Mu’tadin Z. 2010, Remaja dan Rokok, Penerbit Garai ilmu, Yogyakarta.

Muhammad Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung.

Soerjono Soekanto, 1981, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI Press, Jakarta.

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.


(5)

Widyastuti Soerodjo, 2011, Pedoman Pelatihan Pengawasan Penegakan Hukum Kawasan Tanpa Rokok, Penerbit TCSC-IAKMI, Jakarta.

William N, 2000, Analisis Kebijakan Publik, Penerbit Hanindita Graha Widia, Yogyakarta.

Zainuddin Ali, 2011, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia No 188/Menkes/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Peraturan Walikota Palembang Nomor 33 Tahun 2007 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Walikota Palembang Nomor 29 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Kesehatan Kota Palembang

Peraturan Walikota Palembang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

Peraturan Walikota Palembang Nomor 49 Tahun 2012 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palembang

C. Internet

http://nefosnews.com/2014/01/jumlah-perokok-di-Indonesia-tertinggi-kedua-di-dunia.html

Asep Haryono. 2014, Wacanakan Perda Kawasan Tanpa Rokok, http://www.pontianakpost.com/pro-kalbar/sambas/wacanakan-perda-kawasan-tanpa-rokok.html


(6)

Dicky Wahyudi. 2014, Penderita ISPA Meningkat,

http://kabarsumatera.com/2014/03/penderita-ispa-meningkat.html

Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2014, Prevalensi Perokok di Kota Palembang, http://www.dinkes.palembang.go.id/2014/01/prevalensi-perokok-di-kota-palembang.html

Setyadi B. 2007, Pembentukan Peraturan Daerah, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan,http://www.dprdsulsel.go.id/system/files/dokumen/pemb entukan_perda.pdf

TCSC. 2012, Kawasan Tanpa Rokok dan Implementasinya, http://tcsc-indonesia.org/2012/08/kawasan-tanpa-rokok-dan-implementasinya.pdf Wahyu Hidayat 2014, 2017 Palembang Bebas Bus Kota,

http://infopublik.kominfo.go.id/read/66166/2017-palembang-bebas-bus-kota.html