HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN OTOT LENGAN TERHADAP TEKNIK DASAR TIGER SPRONG PADA SISWA KELAS IX B SMP NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN OTOT LENGAN TERHADAP TEKNIK DASAR TIGERSPRONG PADA SISWA

KELAS IX B SMP NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

MUHAMMAD ISHAQ GERY

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN OTOT LENGAN TERHADAP TEKNIK DASAR TIGERSPRONG PADA

SISWA KELAS IX B SMP NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

Muhammad Ishaq Gery

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot tungkai dan otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung tahun pelajaran 2012/2013. Dan diharapkan bermanfaat bagi peneliti dan guru penjaskes sebagai bahan mengajar dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran penjaskes khususnya teknik dasar tiger sprong.

Metode penelitian yang digunakan adalah korelasi product moment. Populasi yang digunakan berjumlah 32 siswa. Sampel yang digunakan adalah semua populasi kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung yang berjumlah 32 siswa karena populasi tidak lebih dari 100 testi. Pengumpulan sampel menggunakan purposive sampling.

Dari hasil penelitian di dapat bahwa kekuatan otot tungkai dan otot lengan memiliki hubungan yang cukup signifikan terhadap teknik dasar tiger sprong. Hasil penelitian menunjukan koefisien korelasi otot tungkai dengan teknik dasar tiger sprong sebesar 3,354 dan koefisien determinasi sebesar 12,53% selanjutnya koefesien korelasi kekuatan otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong juga sebesar 0,0027 dan koefisien determinasi sebesar 0,0007%. Dan selanjutnya koefisien korelasi antara kekuatan otot tungkai dan otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong sebesar 0,3624 dan koefisean determinasi sebesar 13,13%. Ini berarti ada hubungan yang cukup kuat antara kekuatan otot tungkai dan otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kekuatan otot tungkai dan otot lengan memiliki hubungan yang cukup signifikan terhadap teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Seputih Agung.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani ... 9

B. Gerak ... 10

C. Senam ... 13

D. Tiger Sprong ( Lompat Harimau ) ... 17

E. Kondisi Fisik ... 21

F. Kekuatan Otot Tungkai... 22

G. Kekuatan Otot Lengan ... 24

H. Kerangka Pikir ... 25

I. Hipotesis ... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28

B. Variable Penelitian ... 29

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Instrument Penelitian... . 30

E. Teknik Pengambilan Data ... 31

F. Analisis Data ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40


(6)

A. Kesimpulan ... 50 B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(7)

I.PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu faktor yang dapat mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup bangsa dan negara. Pada negara-negara yang baru berkembang pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena baik tidaknya hasil pendidikan tersebut akan dapat berpengaruh pada maju atau tidaknya suatu bangsa dan negara.

Pemerintah sangat memperhatikan kualitas sumber daya manusia, salah satunya yaitu dengan memberikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan mutu para pendidikannya melalui latihan, kursus, dan seminar loka karya baik di tingkat daerah maupun nasional. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka

ditempuh upaya melalui berbagai jalur pendidikan baik formal maupun non formal, salah satunya melalui pendidikan jasmani.Salah satu upaya untuk mewujudkan kualitas manusia tersebut adalah melalui


(8)

Peningkatan kualitas manusia dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan olahraga di mana kualitas olahraga yang diarahkan kepada kesehatan jasmani dan rohani seluruh masyarakat, serta ditujukan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani dan keterampilan berpikir psikis. Dalam pelaksanaannya, aktifitas jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar, dan melalui pengalaman itulah peserta didik tumbuh dan berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani dapat diartikan pula sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot besar (gross motorik), memusatkan diri pada gerak fisikal dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia.

Dalam menempatkan posisi pendidikan jasmani, diyakini pula bahwa kontribusi pendidikan jasmani hanya akan bermakna ketika

pengalaman-pengalaman gerak (aktivitas jasmani) dalam pendidikan jasmani berhubungan dengan proses kehidupan seseorang secara utuh di masyarakat. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita kemanusiaan, untuk


(9)

menjaga keseimbangan antara perkembangan kecerdasan otak dan keterampilan jasmani, maka di sekolah-sekolah di Indonesia, diberikan pendidikan jasmani.

Salah satu materi pendidikan jasmani adalah senam lantai, materi yang diajarkan terdiri dari Guling Depan (Forward Roll), Guling Belakang (Backward Roll), Gerakan Lenting (Lenting Tengkuk), Sikap Kayang, Sikap Lilin, Gerakan lompat harimau (tiger sprong), handstand roll, meroda dan lain – lain. Dalam teknik dasar gerakan senam lantai tersebut memerlukan teknik dan gerakan yang benar dan irama yang tepat, sehingga gaya yang digunakan dapat dilakukan secara aman, efisien, dan efektif. Dari berbagai aktivitas yang dilakukan dalam senam lantai memiliki tujuan untuk membentuk dan mengembangkan otot tubuh, mengembangkan kualitas fisik, membentuk keindahan tubuh, dan memelihara kebugaran jasmani.

Gerakan lompat harimau (tiger sprong) secara prinsip teknik gerakan loncat harimau tidak jauh berbeda dengan teknik gerakan roll kedepan. Loncat harimau adalah sikap loncatan membusur dengan kedua tangan lurus kedepan pada saat melayang dan diteruskan dengan gerakan mengguling kedepan dan sikap akhir jongkok. Cara melakukannya sebagai berikut a) Sikap awal, berdiri tegak, kedua lengan lurus disamping, pandangan lurus kedepan. b) Sikap melayang, dengan gerakan awalan jongkok melakukan gerakan meloncat kedepan atas dengan tolakan dua kaki, saat melayang kedua lengan lurus kedepan.


(10)

Pada saat kedua tangan menyentuh, kepala menunduk kedada antara kedua tangan, sehingga bahu dan tengkuk menyentuh matras, lipat kedua kaki, selanjutnya mengguling ke depan dengan tangan lurus. c) Sikap akhir, sikap akhir jongkok kemudian berdiri.

Penggunaan gerakan lompat harimau ( tiger sprong ) sangat tergantung dari kemampuan kekuatan otot tungkai sebagai tumpuan tolakan dan kekuatan otot lengan sebagai tumpuan pada saat berguling kedepan. Kualitas teknik awalan menjelang tolakan,kualitas teknik menolak serta saat melayang,dan kualitas teknik pendaratan merupakan

koponen atau profil teknik yang mempengaruhi hasil lompat harimau (tiger sprong) proses melompat hingga saat berlangsung pendaratan hanya beberapa puluh detik saja. Pelatih dan guru harus mampu menguraikan, mengusai gerakan tehnik lompat harimau (tiger sprong) yang dilaksanakan dalam urutan teknik yang mulus,berkesinambungan dan baik.

Dengan demikian ia dapat menganalisis kesalahan gerak dan factor penyebabnya.Setelah itu dapat disusun metode latihan teknik sistematis sebagai penunjang untuk menganalisis gerakanan yang diterapkan oleh prinsip-prinsip mekanika. Koordinasi dan bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan diperolah dari proses belajar yaitu dengan memahi gerakan dan melakukan gerakan berulang-ulang yang disertai kesadaran fikir akan benar atau tidaknya gerak yang dilakukan.


(11)

Untuk mencapai tingkat gerak tertentu, lamanya waktu yang diperoleh oleh setiap individu berbeda-beda, ada yang memerlukan waktu cukup lama, padahal dalam satu pembelajaran sama. Untuk itu diperlukan pola latihan yang berkesinambungan, agar tercapai peningkatan suatu gerakan serta koordinasi dari kekuatan otot tungkai sebagai tumpuan tolakan dan kekuatan otot lengan sebagai tumpuan pada saat berguling kedepan sehingga menghasilkan lompat harimau ( tiger sprong ) yang baik.

Menurut hasil observasi dan pengamatan di SMP Negeri 1 Seputih Agung, didasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pembelajaran siswa kelas IX dalam melakukan lompat harimau ( tiger sprong ) masih kurang optimal, karena tidak memaksimalkan kekuatan otot tungkai sebagai tumpuan tolakan dan kekuatan otot lengan sebagai tumpuan pada saat berguling pada siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Seputih Agung masih rendah.

Berdasarkan uraian di atas penulis menganggap banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan dan hasil lompat harimau ( tiger sprong ), diantaranya teknik dasar lompat harimau yang meliputi kekuatan otot tungkai dan kekuatan otot lengan.Oleh sebab itu peneliti bermaksud

mengadakan penelitian tentang “Hubungan kekuatan otot tungkai dan

otot lengan tehadap teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B


(12)

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Seputih Agung relatif memiliki kekuatan otot tungkai dan otot lengan yang rendah sehingga sulit melakukan lompat harimau ( tiger sprong ).

2. Rendahnya kemampuan siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Seputih

Agung dalam melakukan lompatan harimau ( tiger sprong ). 3. Hasil lompat harimau ( tiger sprong ) pada siswa kelas IX B SMP

Negeri 1 Seputih Agung dipengaruhi oleh kekuatan otot tungkai dan otot lengan.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi hanya

pada “ hubungan kekutan otot tungkai dan otot lengan terhadap teknik

dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B SMP Negeri I Seputih Agung

Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013”

D. Rumusan Masalah

1. Seberapa besar hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan

teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung ?

2. Seberapa besar hubungan antara kekuatan otot lengan dengan

teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung ?


(13)

3. Seberapa besar hubungan antara kekuatan otot tungkai dan otot lengan dengan teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung ?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan

teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung .

2. Untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot lengan dengan

teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot tungkai dan

otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Peneliti

Sebagai salah satu sarana untuk mengkaji hubungan antara kekuatan otot tungkai dan otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong.

b. Siswa

Meningkatkan pengetahuan siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan lompat harimau ( tiger sprong ). Melalui pengetahuan kekuatan otot tungkai dan otot lengan.


(14)

c. Guru Penjaskes

Sebagai salah satu metode dalam melatih senam lantai khususnya dalam hal melatih kemampuan tiger sprong di sekolah.

d. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya pengkajian serta informasi dan pengembangan ilmu bagi pihak yang ingin melaksanakan penelitian.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Obyek penelitian : Untuk menngetahui hubungan kekuatan otot tungkai dan otot lengan terhadap teknik dasar lompat harimau ( tiger sprong).

2. Subyek penelitian : Siswa kelas IX B SMP Negeri I Seputih Agung Lampung Tengah.

3. Tempat penelitian : SMP Negeri I Seputih Agung Lampung


(15)

II.Tinjauan Pustaka

A. Pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif. Depdiknas (2004 : 2)

Menurut Eddy Suparman (2000:1), Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan

keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, dan seimbang.


(16)

Berdasarkan paparan di atas dapat ditegaskan bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih diutamakan adalah

pemahaman tentang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang professional dari domain belajar yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif. Oleh karena itu program pendidikan jasmani harus merupakan suatu program yang memberikan perhatian yang cukup dan seimbang kepada ketiga domain tersebut. Jika tidak, maka program bersangkutan tidak lagi bisa disebut pendidikan jasmani.

B. Gerak

Pengertian Belajar Gerak atau Motorik

Belajar motorik merupakan seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam prilaku terampil . Schmidt, dalam Lutan (1988:102). Meskipun tekanan belajar motorik yaitu penguasaan keterampilan tidak berarti aspek lain, seperti peranan dominan kognitif diabaikan. Menurut Meinel (1976) dalam Lutan (1988:102), belajar gerak itu terdiri dari tahap penguasaan, penghalusan dan penstabilan gerak atau keterampilan teknik olahraga.

Dia menekankan integrasi keterampilan di dalam perkembangan total dari kepribadian seseorang. Oleh karena itu, penguasaan keterampilan baru diperoleh melalui penerimaan dan pemilikan pengetahuan, perkembangan, kordinasi dan kondisi fisik sebagaimana halnya kepercayaan dan semangat juang. Ditambahkannya belajar gerak dalam olahraga mencerminkan suatu


(17)

kegiatan yang disadari dimana aktivitas belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Schnabel dalam Lutan (1988), (2001:102), menjelaskan, karakteristik yang dominan dari belajar ialah kreativitas ketimbang sikap hanya sekedar menerima di pihak siswa atau atlet yang belajar.

Penjelasan tersebut menegaskan pentingnya psiko-fisik sebagai suatu kesatuan untuk merealisasi peningkatan keterampilan. Belajar gerak secara khusus dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan atau modifikasi tingkah laku individu akibat dari latihan dan kondisi lingkungan. Drowatzky, dalam Lutan (1988). Kemampuan gerak dasar disebut juga motor ability. Menurut Nurhasan (1986) Motor ability adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak dasar secara umum. Atau dalam

pengertian yang lebih spesifik yang dikemukakan oleh Lutan (1988:96) motor ability adalah kemampuan atau kapasitas dari seseorang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak.

Kemampuan gerak dasar itulah yang kemudian berperan sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan.Terampil adalah tingkat kemahiran seseorang melaksanakan tugas gerak yang terkoordinasi, terorganisasi dan terpadu.


(18)

Konsep Belajar Motorik

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan dan dapat diamati melalui penampilannya.

Menurut Schmidt dalam Lutan (1988: 102), Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku gerak.

Beberapa hal penting dalam mempelajari motorik yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Kesiapan belajar

Bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan hukum kesiapan. Anak yang lebih siap akan lebih unggul dalam menerima pembelajaran.

2. Kesempatan belajar

Pemberian kesempatan yang cukup banyak bagi anak sejak usia dini untuk bergerak atau melakukan aktivitas jasmani dalam mengeksporasi lingkunganya sangat penting. Bukan saja untuk perkembangan yang normal kelak setelah dewasa, tapi juga untuk perkembangan mental yang sehat. Jadi penting bagi orangtua atau guru untuk memberikan kesempatan anak belajar melalui gerak.

3. Kesempatan latihan

Anak harus diberi waktu untuk latihan sebanyak yang diperlukan untuk menguasai .Meskipun demikian, kualitas latihan jauh lebih penting ketimbang kuantitasnya.


(19)

4. Model yang baik

Dalam mempelajari motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan baik, anak harus dapat mencontoh yang baik.

5. Bimbingan

Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali. Bimbingan dalam hal ini

merupakan feed back.

C. Senam

Senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics, atau Belanda Gymnastiek. Gymnastics sendiri dalam bahasa aslinya merupakan serapan kata dari bahasa Yunani, gymnos, yang berarti telanjang.

Menurut Hidayat (1995:27), kata gymnastiex tersebut dipakai untuk

menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak, sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini bisa terjadi, karena pada waktu itu teknologi pembuatan bahan

memungkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur mengikuti gerak pemakainya.


(20)

Menurut Hidayat (1995), senam adalah suatu latihan tubuh yang dipilih dan di konstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual.

Menurut Werner (1984), Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh.

Tujuan dari latihan senam adalah : (1) menambah pengetahuan dan penegetian tentang pentingnya senam, (2) menambah pengetahuan dan pengertian tentang factor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan dan kondisi badan, (3) menambah kemampuan untuk menilai bagaimana gerakan itu seharusnya, (4) menambah kelentukan, kekuatan, daya tahan, keterampilan dan efsiensi gerak.

Manfaat dari senam adalah ; (1) pelentukan, penguatan, peregangan dan pelemasan otot-otot, (2) keseimbangan dan ketangkasan, (3) pertumbuhan yang selaras (harmonis), (4) pengoreksian sikap dan bentuk tubuh yang salah.

Pada zaman modern ini perkembangan olahraga senam banyak sekali macamnya, oleh karena itu dibatasi kegiatan senam yang dikelola


(21)

singkat FIG. yang di Indonesiakan menjadi Federasi Senam Internasional. Menurut FIG, senam dibagi menjadi 6 kelompok.

1. Senam artistik (artistic gymnastics).

2. Senam ritmik sportif (sportif rhytmic gymnastics). 3. Senam akrobatik (acrobatic gymnastics).

4. Senam aerobik sport (sports aerobic).

5. Senam trampolin (trampolinning).

6. Senam umum (general gymnastic).

Senam artistic (artistic gymnastics) diartikan sebagai senam yang

menggabungkan aspek tumbeling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistic dari gerakan-gerakan yang dilakukan. Efek artistic dari besran ( amplitudo ) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan sebagai posisi. Gerakan- gerakan tumbling digabung dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol, mampu

memberikan pengaruh mengejutkan yang mengundang rasa keindahan.

Senam ritmik sportif ( sportive rhythmic gymnastic )adalah senam yang dikembangkan dari senam irama sehingga dapat diperbandingkan. Komposisi gerak yang diantarkan melalui tuntunan irama music dalam menghasilkan gerak-gerak tubuh dan alat artistic, menjadi cirri senam ritmik sportif ini.

Senam akrobatik ( acrobatic gymnastic ) adalah senam yang

mengandalkan akrobatik dan tumbling, sehingga latihannya banyak mengandung salto dan putarannya harus mendarat di tempat-tempat yang


(22)

sulit. Misalnya mendarat di atas tangan pasangan atau bahunya. Senam akrobatik biasanya dilakukan secara tunggal atau berpasangan.

Senam aerobic sport ( sport aerobics ) merupakan pengembangan dari senam aerobic. Agar pantas dipertandingkan, latihan-latihan senam aerobic yang berupa tarian atau kalistenik tertentu digabung dengan gerakan-gerakan akrobatik yang sulit.

Senam trampoline ( trampolinning ) adalah merupakan pengembangan dari satu bentuk latihan yang dilakukan diatas trampoline. Trampolin adalah sejenis alat pantul yang terbuat dari rajutan kain yang dipasang pada kerangka besi berbentuk segi empat, sehingga memiliki daya pantul yang sangat besar.

Senam umum ( general gymnastic ) adalah segala jenis senam diluar kelima jenis senam diatas. Dengan demikian senam-senam seperti aerobic, senam pagi, SKJ, senam wanita, termasuk kedalam senam umum.

Pada dasarnya dalam cabang olahraga senam mempergunakan seluruh komponen gerak untuk memudahkan dalam gerak-gerak seperti jalan, lari, lompat, loncat, mengayun, memanjat, menolak, mendarat.

1. Nomor- nomor Senam Artistik

Nomor senam artistic terbagi dua kelompok, yaitu kelompok putera dan kelompok puteri.

Nomor Artistik Putera :


(23)

2. Kuda Lompat ( vaulting horse )

3. Kuda Pelana ( pommel horse)

4. Palang Sejajar ( parallel bars ) 5. Palang Tunggal ( horizontal bars ) 6. Gelang-gelang ( rings )

Nomor Artistik Puteri :

1. Senam Lantai ( floor exercise ) 2. Kuda Lompat ( vaulting horse )

3. Balok Titian/ Keseimbangan ( balance beam ) 4. Palang Bertingkat ( uneven bars )

D. Tiger Sprong ( Lompat Harimau )

Kegiatan lompatan dalam senam memiliki peranan yang sangat penting, karena berhubungan dengan gerak pendahuluan dari keterampilan umumnya. Artinya, hampir semua gerakan dalam senam, terutama di lantai dan di kuda lompat, selalu didahului oleh gerak melompat atau menolak. Keberhasilan gerakan yang dilakukan, biasanya banyak

ditentukan oleh bagaimana lompatan atau tolakan yang dilakukan. Tidak heran, lompatan dianggap sabagai salah satu pola gerak dominan dalam senam.

Untuk dapat melompat dengan baik, tentu diperlukan hadirnya koordinasi gerak lompatan yang baik. Ini perlu, karena gerak lompatan bukan hanya bermula dari bertolaknya kaki atau tangan saja, tetapi bergabung dengan


(24)

gerak pendahuluan, baik berupa gerakan lari maupun ayunan, dan gerak lanjutan.

Lompat harimau merupakan salah satu dari berbagai macam gerakan dalam senam lantai. Lompat harimau adalah merupakan pengembangan dari gerakan guling depan, akan tetapi gerakan lompat harimau dilakukan dengan gerakan lompatan dan melayang diudara jaraknya lebih jauh dan tinggi. Untuk dapat melakukan gerakan lompat harimau seorang siswa terlebih dahulu harus menguasai gerakan guling depan. Pada dasarnya gerakan lompat harimau sama dengan berguling kedepan akan tetapi gerakannya didahului dengan lompatan ke depan atas. Dalam

pembelajaran lompat harimau guru sangat berperan penting dalam keberhasilan, tidak hanya itu guru juga berperan penting dalam keselamatan siswa. Guru berada di sisi matras dengan menempatkan tangan ditekuk siswa dan membantunya dengan agak mengangkat atau mengungkitnya. Cara membantu seperti ini dilakukan bantuan dalam latihan lompat harimau (dalam Muhajir, 2004 : 147).

Gerakan lompat harimau dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : (a) berdiri dengan sikap badan tegak dan kedua lengan disamping badan, (b) siap mengambil ancang – ancang untuk melakukan gerakan, (c) pandangan kearah depan, (d) bertolak dengan kedua kaki ke depan atas, ketika

melayang kedua lengan lurus ke depan, (e) saat telapak tangan menyentuh matras, segera masukkan bahu di antara kedua tangan sehingga bahu menyentuh matras untuk diteruskan mengguling dan (f) sikap akhir


(25)

jongkok, lalu kemudian berdiri seperti posisi semula. Ada lompat harimau tolakkan kaki memiliki peranan yang sangat penting. Dan untuk

mendapatkan tolakan yang kuat ada dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu kecepatan horizontal yang diperoleh dari awalan dan kecepatan vertikal (kecepatan saat bertolak). Kecepatan horizontal yang lebih besar akan menghasilkan jarak yang lebih jauh dan kecepatan vertikal yang lebih kuat akan menghasilkan ketinggian yang lebih tinggi.

Dengan demikian akan diketahui pengaruh gravitasi terhadap titik berat badan. Dengan memperbaiki bentuk cara-cara melompat dan mendarat, akan memperbaiki hasil lompatan. Perubahan bentuk akan gaya-gaya lompatan saat di udara tidak akan mempengaruhi parabola dari titik berat badan, tetapi berguna untuk menjaga keseimbangan serta pendaratan yang menguntungkan. Tidak hanya tolakan, meletakkan tangan sejauh mungkin di atas matras merupakan faktor yang mempengaruhi dalam

memaksimalkan gerakan lompat harimau, selain itu kekuatan tangan pun menjadi salah satu faktor penting dalam melakukan gerak dasar lompat harimau agar semakin maksimal.

1. Tahapan dalam Lompat Harimau

Lompat harimau adalah melakukan awalan lari dan dapat pula dengan awalan melangkah, akan tetapi hasil antara awalan lari dan awalan melangkah akan menghasilkan tolakan yang berbeda. Setelah kaki menolak, kemudian tangan lurus kedepan melewati alat bantu modifikasi dalam posisi parabola dan diletakkan di atas matras, lalu melakukan gerakan guling depan, yaitu masukan bahu di antara dua


(26)

tangan, kemudian pungung dan pinggang, pada punggung dan pinggang memutar tangan menjadi titik tumpu oleh karena itu kekuatan tangan sangat diperlukan sekali pada gerakan lompat

harimau, setelah berputar kaki secepat mungkin jongkok lalu kemudian berdiri seperti posisi awal.

Adapun pelaksanaan lompat harimau adalah sebagai berikut :

Gambar 1 : Rangkaian gerak dasar lompat harimau a. Sikap Awalan

1. Posisi badan tegap

2. Buka kaki selebar bahu, posisi tangan di samping badan

3. Pandangan ke arah depan

b. Pelaksanaan

1. Berlari 3 – 5 langkah menuju matras

2. Tolakkan kaki sekuat mungkin

3. Badan melayang di udara dengan posisi badan, kaki dan tangan dalam keadaan parabol (lengkung)

4. Letakkan kedua telapak tangan di atas matras, di ikuti dengan kepala, punggung, seperti gerakan guling depan.


(27)

c. Sikap Akhir

1. Setelah gerakan berguling ke depan secara bulat 2. Sikap akhir jongkok dengan kedua lutut ditekuk

3. Kembali ke posisi awal berdiri tegap, kedua tangan lurus ke arah atas

E. Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan salah satu persyaratan yang diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi. Kondisi fisik adalah kemampuan yang

meliputi kekuatan ( Strength ), kecepatan ( Speed), daya tahan (endurace), kelentukan ( flexibilitas), dan koordinasi.

Untuk meningkatkan kondisi fisik ada dua jalan secara metodis, ialah peningkatan fisik umum dan peningkatan fisik khusus, yang termasuk peningkatan umum yaitu ; kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan, dan kelentukan sedangkan yang termasuk peningkatan fisik khusus yaitu kekuatan umum, kecepatan umum, daya tahan umum dan kelentukan umum.

Menurut Boosey (1980) dalam Suharjana (2004:29) kekuatan adalah kapasitas sebuat otot yang mempergunakan tenaga ( force ) untuk melawan tahanan. Sedangan menurut Komi ( 1992 ) dalam Suharjana (2004:29) kekuatan adalah kemampuan tubuh untuk mempergunakan kekuatan otot dalam menerima beban.


(28)

Kekuatan merupakan komponen yang sangat penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan karena kekuatan merupakan daya

penggerak setiap aktifitas fisik. Disamping itu kekuatan memegang peranan penting melindungi atlet dari kemungkinan cidera.

F. Kekuatan Otot Tungkai

Setiap jenis keterampilan dalam olaharaga dilakukan oleh sekelompok otot tertentu.

Kekuatan merupakan komponen yang sangat penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan karena kekuatan merupakan daya

penggerak setiap aktifitas fisik. Disamping itu kekuatan memegang peranan penting melindungi atlet dari kemungkinan cedera.

Dalam melakukan tembakan bebas kekuatan otot tungkai mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan tumpuan.

Otot-otot Tungkai :

1. Otot-otot tungkai atas meliputi:

M. abduktor maldanus,M. abduktor brevis, M. abduktor longus. Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut M. abduktor femoralis dan berfungsi menyelenggarakan gerakan abduksi dari femur,M. rektus femuralis, M. vastus lateralis eksternal, M. vastus medialis internal, M. vastus inter medial, Biseps femoris, berfungsi membengkokkan paha dan

meluruskan tungkai bawah, M. semi membranosus, berfungsi tungkai bawah, M. semi tendinosus (seperti urat), berfungsi membengkokkan urat bawah serta memutar ke dalam, M. sartorius, berfungsi eksorotasi


(29)

femur, memutar keluar waktu lutut fleksi, serta membantu gerakan fleksi femur dan membengkokkan keluar.

Gambar 2: Struktur otot tungkai atas

2. Otot-otot tungkai bawah meliputi:

Otot tulang kering, depan M. tibialis anterior, berfungsi mengangkut pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki, M. ekstensor talangus longus, berfungsi meluruskan jari telunjuk ke jari tengah, jari manis dan kelingking jari, Otot ekstensi jempol, berfungsi dapat meluruskan ibu jari kaki, Tendo achilles, berfungsi meluruskan kaki di sendi tumit dan membengkokkan tungkai bawah lutut (M. popliteus), M. falangus longus, berfungsi membengkokkan empu kaki, M. tibialis posterior, berfungsi membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki disebelah ke dalam.


(30)

Gambar 3 : Gambar otot tungkai bawah

3). Rangka Tungkai

Menurut Soedarminto (1992: 60-61) tungkai terdiri dari tungkai atas dan tungkai bawah. Tungkai atas terdiri atas pangkal paha sampai lutut, sedangkan tungkai bawah terdiri atas lutut sampai kaki. Tulang tungkai terdiri atas: Tulang pangkal paha, Tulang paha, Tulang kering, Tulang betis, Tulang tempurung lutut, Tulang pangkal kaki, Tulang telapak kaki, Tulang ruas jari kaki (Syaifudin, 1997: 31).

G. Kekuatan Otot Lengan

Kekuatan otot merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik dan keseluruhan. Kegunaan kekuatan

disamping untuk mencapai prestasi maksimal juga untuk mempermudah mempelajari teknik. Kinerja otot terjadi dalam dua cara, yaitu dinamis dan statis. Kinerja dinamis dilakukan melalui kontraksi isotonik, yang terdiri


(31)

dari kontraksi konsentris dan eksentrik. Artinya, kontraksi itu tidak menyebabkan otot yang bersangkutan menjadi memanjang atau

memendek. Kontraksi ini dicirikan dengan adanya tegangan (tension) yang menjadi bukti adanya energi yang dikeluarkan. Mahendra (2000:31).

H. Kerangka berpikir

a. Hubungan kekuatan otot tungkai dengan teknik dasar tiger sprong. Setiap jenis kemampuan olahraga dilakukan oleh sekelompok otot tertentu. Kekuatan otot merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Kegunaan kekuatan disamping untuk mencapai prestasi maksimal, juga untuk mempelajari tekhnik, mencegah cidera, dan memantapkan rasa percaya diri.

Dalam melakukan lompat tiger sprong kekuatan otot tungkai mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan lompatan tersebut, karena dengan kekuatan yang besar maka dapat menghasilkan lompatan yang baik.

Berdasarkan uraian di atas, kekuatan otot tungkai sangat berperan penting dalam menunjang keberhasilan lompat tiger sprong.

b.Hubungan kekuatan otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong. Kekuatan otot lengan juga berperan penting dalam melakukan lompat tiger sprong. Kekuatan otot lengan berperan sebagai tumpuan jatuhan sehingga lengan harus mempunyai kekuatan yang baik.

Berdasarkan uraian diatas, kekuatan otot lengan sangat penting karena menunjang keberhasilan tumpuan jatuhan pada lompat tiger sprong.


(32)

c. Hubungan kekuatan otot tungkai dan otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong.

Dalam penjelasan sebelumnya dikatakan bahawa kekuatan otot tungkai berperan penting dalam melakukan teknik dasar tiger sprong begitu juga dengan kekuatan otot lengan sangat berperang penting dalam teknik dasar tiger sprong.

Berdasarkan uraian diatas makan dapat disimpulkan bahwa untuk menganalisis teknik dasar tiger sprong seorang atlet/anak didik harus memiliki kekuatan otot tungkai dan otot lengan yang baik dalam melakukan tiger sprong ( lompat harimau ).

I. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang harus di uji lagi kebenarannya melaui penelitian ilmiah,hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1: Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan teknik dasar tiger sprong.

Ho:Tidak ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan teknik dasar tiger sprong.

H2: Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan signifikan dengan teknik dasar tiger sprong.

Ho:Tidak ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan teknik dasar tiger sprong.


(33)

H3 : Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dan otot lengan dengan teknik dasar tiger sprong.

Ho:Tidak ada hubungan yang signifikan antar kekuatan otot tungkai dan otot lengan dengan teknik dasar tiger sprong.


(34)

III.Metode Penelitian

A. Metode penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) “Metode penelitian adalah cara

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Menurut Riduwan (2005 : 207) metode deskriptif korelasional yaitu studi yang bertujuan mendeskripsikan atau

menggambarkan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya.

Menurut Sugiyono (2008:10) analisis korelasi ganda untuk mencari besarnya pengaruh atau hubungan antara dua variabel bebas (X) atau lebih secara simultan (bersama-sama) dengan variabel terikat (Y).

Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 4 : Desain Penelitian.Sumber Sugiyono (2008: 10)

Y X2


(35)

Keterangan :

X1 = kekuatan otot tungkai X2 = kekuatan otot lengan Y = Teknik dasar tiger sprong

B. Variable Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 96). Variabel dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat.

1. Variable Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya, dalam penelitian ini ada 2, yaitu: a. Kekuatan otot tungkai (X1)

b. Kekuatan otot lengan (X2) 2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya bergatung pada variabel lainnya, variabel terikat dalam penelitian ini adalah teknik dasar tiger sprong.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan sumber data yang sangat penting, karena tanpa kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti serta tidak mungkin terlaksana. Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 106), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.


(36)

Dari pengertian tersebut populasi penelitian ini adalah siswa yang terdapat di kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung sebanyak 32 orang.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15%. Karena populasi siswa yang terdapat di kelas IX B terdapat 32 siswa, maka sampel yang diambil adalah 32 siswa karena populasi kurang dari 100 maka diambil semua atau sempel keseluruhan.

D. Instrument Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan one-shot-model yaitu pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data.

a. Instrument pengukuran kekuatan otot tungkai 1) Leg Dynamometer

2) Blangko pengukuran kekuatan otot tungkai, 3) Alat tulis


(37)

b. Instrument pengukuran kekuatan otot lengan 1. Push and Pull Dynamometer

2. Blangko pengukuran kekuatan otot lengan 3. Alat tulis

c. Instrument pengukuran teknik dasar tiger sprong 1. Meteran

2. Balngko pengukuran

3. Alat tulis

E. Teknik Pengambilan Data

a. Instrument tes kekuatan otot tungkai

Instrumen penelitian merupakan alat atau cara yang digunakan untuk mengambil data penelitian. Instrumen yang digunakan untuk

mengambil data penelitian diantaranya : Kekuatan otot tungkai bawah

Untuk mengukur kekuatan otot tungkai digunakan suatu alat yang disebut Leg Dynamometer. Alat yang digunakan antara lain:

1. Leg Dynamometer,

2. Blangko dan

3. Alat tulis.

Pelaksanaan Leg Dynamometer :

Orang yang dites berdiri di atas alat leg dynamometer dan lutut di tekuk membentuk sudut 130-140 derajat,tubuh tetap tegak lurus dan pandangan lurus ke depan. Panjang rantai diukur sedemikian


(38)

rupa sesuai dengan orang yang di tes dengan posisi berdiri.Tongkat pegangan di genggam dengan posisi tangan menghadap belakang. Tarik tongkat pegangan sekuat mungkin dan meluruskan lutut perlahan-lahan. Baca angka ada skala maksimum tercapainya tarikan dalam satuan kilogram (kg).Pengukuran di ambil sebanyak dua kali dan hasil terbaik yang di pakai sebagai hasil pengukuran.

Gambar 5 : Leg Dynamometer

b.Instrument tes kekuatan otot lengan

Tes untuk mengukur kekuatan otot lengan menggunakan push and pull dynamometer. Satuan dalam instrumen push and pull dynamometer ini adalah kilogram. Memiliki indeks validitas sebesar 0,63 dan reabilitas 0,63. Alat yang digunakan antara lain :

1. push and pull dynamometer

2. Blangko

3. Alat tulis

Pelaksanaan push and pull dynamometer :

Testee berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar bahu dan pandangan lurus ke depan.


(39)

Tangan memegang push and pull dynamometer dengan kedua tangan didepan dada. Posisi lengan dan tangan lurus dengan bahu. Dorong alat tersebut dekuat tenaga.

Pada saat mendorong, alat tidak boleh menempel pada dada, sedang tangan dan siku tetap sejajar bahu.

Gambar 6 : push and pull dynamometer

c. Instrument tes teknik dasar tiger sprong

Instrumen penelitian merupakan alat atau cara yang digunakan untuk mengambil data penelitian. Instrumen yang digunakan untuk

mengambil data penelitian diantaranya jarak antara tumpuan tolakan lompatan hingga tumpuan jatuhan pada saat melakukan tiger sprong. Alat yang digunakan antara lain:

1. Meteran

2. Blangko pengukuran


(40)

Pelaksaanaan :

Dalam melakukan tiger sprong adalah dengan cara berdiri tegak kemudian mengambil sikap tertentu, jarak pengambilan awalan biasanya bervariasi beberapa langkah atau banyak langkah.

Anak mengambil posisi berdiri tegak kemudian berlari cepat setelah mendekati penanda segera melakukan tolakan dengan menumpu pada kedua kaki, badan terangkat ke atas atau meloncat melewati penanda yang sudah disediakan, setelah melewati penanda maka kedua tangan sudah siap di depan untuk siap-siap menapak di atas matras yang diikuti dengan membongkokkan badan sehingga setelah tangan menapak di matras diikuti dengan tengkuk atau punggung yang menyentuh matras yang dilanjutkan dengan gerakan berguling kedepan sampai dua atau tiga kali.

F. Analisis Data

Analisis data atau pengolahan data merupakan suatu langkah penting dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian seorang peneliti dapat menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisis statistik dan analisis non statistik.

Pada dasarnya statistik mempunyai dua pengertian yang luas dan yang sempit. Dalam pengertian yang luas statistik merupakan cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, mengajukan, dan menganalisis, data yang berwujud angka. Sedangkan dalam pengertian yang sempit statistik merupakan cara yang digunakan untuk menunjukkan semua


(41)

kenyataan yang berwujud angka. Data yang di nilai adalah data variabel bebas : kekuatan otot tungkai (X

1), Kekuatan otot lengan (X2),serta variabel terikat yaitu teknik dasar tiger sprong (Y).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi ganda ( multiple corelation ). Menurut Suharsi Arikunto (2002), untuk menguji hipotesis antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:

=

Keterangan :

r xy = Koefesien korelasi N = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y

∑X = Jumlah skor variabel X ∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑X2

= Jumlah kuadrat skor variabel X

∑Y2

= Jumlah kuadrat skor variabel Y

Untuk menguji hipotesis antara X1 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan rumus :

y = xy

r

 

 

 

 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N 1 x

r

 

 

2

2

 

2

1 2 1 1 1 . .

   Y Y N X X N Y X Y X N


(42)

Keterangan :

= Koefesien korelasi N = Jumlah sampel X1 = Skor variabel X1 Y = Skor variabel Y

∑X1 = Jumlah skor variabel X1

∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑X2

= Jumlah kuadrat skor variabel X1

∑Y2

= Jumlah kuadrat skor variabel Y

Untuk menguji hipotesis antara X2 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan rumus :

y =

Keterangan :

= Koefesien korelasi N = Jumlah sampel X2 = Skor variabel X2 Y = Skor variabel Y

∑X2 = Jumlah skor variabel X2

∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑X2

= Jumlah kuadrat skor variabel X2

∑Y2

= Jumlah kuadrat skor variabel Y

1

x y

r

2

X

r

 

 

2

2

 

2

2 2 2 2 2 . .

  Y Y N X X N Y X Y X N 2 x y r


(43)

Menurut Riduwan (2005:98), harga r yang diperoleh dari perhitungan hasil tes dikonsultasikan dengan Tabel r product moment dengan taraf signifikan 5%. Interprestasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.

Interval Koefisien Korelasi Interpretasi Hubungan

0,80 – 1,00 Sangat kuat

0,60 – 0,79 Kuat

0,40 – 0,59 Cukup kuat

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat rendah

Sumber : Riduwan. 2005

Setelah diketahui besar kecilnya r xy maka taraf signifikan dilihat dengan :

Kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika t hitung > t tabel, dan terima Ho jika t hitung < t tabel. Untuk dk distribusi t diambil n-2 dengan α = 0,05, dan untuk mencari besarnya sumbangan ( kontribusi ) antara variabel X dan variabel Y maka menggunakan rumus Koefisian Determinansi :

Keterangan:

KP = Nilai Koefisien Detreminansi r = Koefisien Korelasi

Menurut Riduwan ( 2005:144), untuk menguji hipotesis antara X1 dengan X2 digunakan statistik F melalui model korelasi ganda antara X1 dengan X2, dengan rumus :

2

r n-2

t = 1-r


(44)

Keterangan:

r x1x2 = Koefesien korelasi antara X1 dengan X2

N = Jumlah sampel

X1 = Skor variabel X1

X2 = Skor variabel X2

∑ X1 = Jumlah skor variabel X1

∑ X2 = Jumlah skor variabel X2

∑ X12 = Jumlah dari kuadrat skor variabel X1

∑ X22 = Jumlah dari kuadrat skor variabel X2

Setelah dihitung r x1x2, selanjutnya dihitung dengan rumus korelasi ganda. Analisis korelasi ganda dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah

dilakukan yaitu untuk mengetahui besarnya hubungan variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y) baik secara terpisah maupun secara bersama-sama.

Pengujian hipotesis menggunakan rumus Korelasi Ganda dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

R X1 X2 = Koefisien Korelasi Ganda antar variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y

r X1.Y = Koefisien Korelasi X1 terhadap Y r X2.Y = Koefisien Korelasi X2 terhadap Y r X1 X2 = Koefisien Korelasi X1 terhadap X2



  2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 X X N X X N X X X X N rxx

  



2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1

1

2

X X X X Y X Y X Y X Y X Y X X

r

r

r

r

r

R


(45)

Dilanjutkan dengan uji F untuk mencari taraf signifikan antara variabel X1, X2 dan Y, dengan rumus sebagai berikut :

Kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika F hitung > F tabel, dan terima H0 F hitung < F tabel. Dimana distribusi dk pembilang k=2 dan dk penyebut (n-k-1) dengan mengambil taraf uji α = 0,05.

2

2

R

K

F =

(1

R )

n

k

1

 


(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai terhadap teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung.

2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih agung.

3. Ada hubungan yang cukup signifikan antara kekuatan otot tungkai dan otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mengajukan saran sebagai berikut :

1. Bagi siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung agar terus berlatih, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar teknik dasar tiger sprong.


(47)

2. Bagi para Guru Pendidikan Jasmani dalam usaha meningkatkan hasil belajar teknik dasar tiger sprong maka perlu memberikan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai.

3. Bagi peneliti lain yang berminat meneliti kembali permasalahan ini, disarankan agar penelitian ini dapat dijadikan bahan


(48)

i

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta

Harsono.1988.Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching.P2LPTK: Jakarta.

Jubaedi Ade.2009.Bahan Ajar Senam 1.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Lampung:Bandar Lampung.

Jubaedi Ade.2009.Bentuk Metode Latihan Senam Artistik.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan:Bandar Lampung.

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Pearce, Evelyn C. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Cv. Prima Grafika.

Sudjana. 2003. Metode Statistik. Bandung :Tarsito.Sugiyono,(2008) Desain SumberPenelitian

Sugiyono,(2008) Desain Sumber Penelitian.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

Tim Anatomi. (2003). Diklat Anatomi Manusia. Yogyakarta : laboratorium Anatomi FIK UNY


(49)

ii

Universitas Lampung. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.

Watson, Roger. (2002). Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawatan. Jakarta. http://www.wikipedia-2013.17.19:50.indonesia.com/definisilompatharimau/ http://www.wikipedia.2013.17.19:50.indonesia.com/definisiotottungkaidanlengan/


(1)

Keterangan:

r x1x2 = Koefesien korelasi antara X1 dengan X2

N = Jumlah sampel X1 = Skor variabel X1

X2 = Skor variabel X2

∑ X1 = Jumlah skor variabel X1

∑ X2 = Jumlah skor variabel X2

∑ X12 = Jumlah dari kuadrat skor variabel X1

∑ X22 = Jumlah dari kuadrat skor variabel X2

Setelah dihitung r x1x2, selanjutnya dihitung dengan rumus korelasi ganda.

Analisis korelasi ganda dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah

dilakukan yaitu untuk mengetahui besarnya hubungan variabel bebas (X1 dan

X2) terhadap variabel terikat (Y) baik secara terpisah maupun secara

bersama-sama.

Pengujian hipotesis menggunakan rumus Korelasi Ganda dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

R X1 X2 = Koefisien Korelasi Ganda antar variabel X1 dan X2 secara

bersama-sama dengan variabel Y r X1.Y = Koefisien Korelasi X1 terhadap Y

r X2.Y = Koefisien Korelasi X2 terhadap Y

r X1 X2 = Koefisien Korelasi X1 terhadap X2



  2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 X X N X X N X X X X N rxx

  



2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1

1

2

X X X X Y X Y X Y X Y X Y X X

r

r

r

r

r

R


(2)

39

Dilanjutkan dengan uji F untuk mencari taraf signifikan antara variabel X1,

X2 dan Y, dengan rumus sebagai berikut :

Kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika F hitung > F tabel, dan terima H0 F hitung

< F tabel. Dimana distribusi dk pembilang k=2 dan dk penyebut (n-k-1) dengan

mengambil taraf uji α = 0,05.

2

2

R

K

F =

(1

R )

n

k

1

 


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai terhadap teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung.

2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih agung.

3. Ada hubungan yang cukup signifikan antara kekuatan otot tungkai dan otot lengan terhadap teknik dasar tiger sprong pada siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mengajukan saran sebagai berikut :

1. Bagi siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Seputih Agung agar terus berlatih, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar teknik dasar


(4)

51

2. Bagi para Guru Pendidikan Jasmani dalam usaha meningkatkan hasil belajar teknik dasar tiger sprong maka perlu memberikan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai.

3. Bagi peneliti lain yang berminat meneliti kembali permasalahan ini, disarankan agar penelitian ini dapat dijadikan bahan


(5)

i

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta

Harsono.1988.Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching.P2LPTK: Jakarta.

Jubaedi Ade.2009.Bahan Ajar Senam 1.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Lampung:Bandar Lampung.

Jubaedi Ade.2009.Bentuk Metode Latihan Senam Artistik.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan:Bandar Lampung.

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode.

Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Pearce, Evelyn C. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Cv. Prima Grafika.

Sudjana. 2003. Metode Statistik. Bandung :Tarsito.Sugiyono,(2008) Desain SumberPenelitian

Sugiyono,(2008) Desain Sumber Penelitian.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

Tim Anatomi. (2003). Diklat Anatomi Manusia. Yogyakarta : laboratorium Anatomi FIK UNY


(6)

ii

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Universitas Lampung. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.

Watson, Roger. (2002). Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawatan. Jakarta. http://www.wikipedia-2013.17.19:50.indonesia.com/definisilompatharimau/ http://www.wikipedia.2013.17.19:50.indonesia.com/definisiotottungkaidanlengan/


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN LARI DENGAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 1 ADILUWIH PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 54

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI DENGAN PRESTASI RENANG 25 METER GAYA BEBAS PADA MAHASISWA PENJASKES ANGKATAN 2012 TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 47

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN OTOT LENGAN TERHADAP TEKNIK DASAR TIGER SPRONG PADA SISWA KELAS IX B SMP NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 7 49

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN MENDORONG DAN OTOT LENGAN MENARIK TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA BEBAS PADA SISWA KELAS VIII C SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013/2014

0 10 46

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP BACKHAND PADA PERMAINAN BULU TANGKIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 50

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI POWER OTOT LENGAN KELENTUKAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS X SMK YAGSMI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 19 67

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN OTOT TUNGKAI DENGAN KETERAMPILAN SMASH DALAM BADMINTON PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SMP NEGERI KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 40 66

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI DENGAN GERAK DASAR RENANG GAYA DADA PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 33 73

KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TERHADAP HASIL ROLL BELAKANG PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP N 1 PESISIR T

2 29 67

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER TUNGKAI TERHADAP HASIL RENANG GAYA DADA 25 METER PADA SISWA SMK GUNA DHARMA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

0 8 59