VALUASI EKONOMI LOKAWISATA TELUK KILUAN MENGGUNAKAN CONTINGENT VALUATION METHOD DAN TRAVEL COST

(1)

ABSTRACT

ECONOMIC VALUATION OF LOKAWISATA TELUK KILUAN USING CONTINGENT METHOD AND TRAVEL COST

By

RIDWAN AMIN

Tourism is one sector that triggers development of other sectors to develop. The development of the tourism sector can boost income communities and local

government. The purpose of this study was to measure the amount of economic value Kiluan Bay, knowing the value of the factors affecting WTP to Kiluan Bay, and calculate the value of the cost of a trip to the Gulf Kiluan. The variables of this study is WTP, Travel Costs to Kiluan Bay, Age, Education and Income. The method used in this study is the Contingent Valuation Method (CVM), Willingness to Pay (WTP), Travel Cost (TC) and Ordinal Least Squares (OLS). The data used are primary data is data taken from Kiluan Bay visitors.

The results showed that the variable travel and education have a significant influence on WTP, while the variables of age and income have a significant influence on WTP. The economic value of Kiluan Bay consumer surplus value of Rp 979,826.714 in multiply the number of visitors per Kiluan Bay in 2013 were more or less 5,000 visitors, so that the economic value of Kiluan Bay amounted Rp.4.899.133.570. Consumer surplus value for Rp979.826,714 still below the ability to pay for Rp1.079.382,716 shows the level of consumer satisfaction with services in Kiluan Bay not good enough.

Keywords : Contingent Valuation Method (CVM),Willingness to Pay (WTP), Travel Cost (TC), Tourism.


(2)

ABSTRAK

VALUASI EKONOMI LOKAWISATA TELUK KILUAN MENGGUNAKAN CONTINGENT VALUATION METHOD DAN TRAVEL COST

Oleh

RIDWAN AMIN

Pariwisata adalah salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang. Perkembangan sektor pariwisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dan pemerintah daerah.Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur besaran nilai ekonomi Teluk Kiluan, mengetahui nilai dari faktor-faktor yang mempengaruhi WTP ke Teluk Kiluan, dan menghitung nilai biaya perjalanan ke Teluk Kiluan. Variabel-variabel penelitian ini adalah WTP, Biaya Perjalanan ke Teluk Kiluan, Umur, Pendidikan dan Penghasilan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Contingent Valuation Method (CVM),

Willingness to Pay (WTP), Travel Cost (TC) dan Ordinal Least Squares (OLS). Data yang digunakan adalah data primer yang merupakan data yang di ambil dari

pengunjung Teluk Kiluan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabelBiaya Perjalanan dan Pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap WTP, sedangkanvariabel Umur dan

Penghasilan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap WTP. Nilai ekonomi Teluk Kiluan yaitu nilai surplus konsumen sebesar Rp 979.826,714 di kalikan dengan jumlah pengunjung Teluk Kiluan per tahun 2013 sebanyak lebi kurang 5000

pengunjung, sehingga nilai ekonomi Teluk Kiluan adalah sebesar Rp.4.899.133.570. Nilai surplus konsumen sebesar Rp979.826,714 masih dibawah kemampuan

membayar sebesar Rp1.079.382,716 menunjukan tingkat kepuasaan konsumen terhadap pelayanan di Teluk Kiluan belum cukup baik.

Kata kunci : Contingent Valuation Method (CVM),Willingness to Pay (WTP), Travel Cost (TC), Pariwisata.


(3)

Oleh

RIDWAN AMIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

NT^-.- t\r^.L^^:^,,-^a \ (rlaaq lvl(l,itclJr5 w ct

].{o. Fokok- Mahasiswa

Jurusan

Tl^'t---1-^ _ r aKr^utas

METI1SN TIL^,VEL COST

fi)irfr.,r^- -r\_h rrHr!,\,rrtrArui.. IUI rr,rilulr6

Ekuirurrri Perntrarrgurrart

11,^ -,--: -1 - n' ) .N(,tl(,tlll (tal! rr1,\iiiS

]1/r['\ \,/$;Tr v. t. r I L I _ , _. j55i!

i * ,:',iri lt*ri..,.,',:,'j.

-qtueu*'

Sr.

Hi.

I'ofo

Cunarto, S.8.. $,:.S;"

NIP

ihbuili

l1,rxjg3

,

{jo, Zulfa

Ernatria, S.E.o M.Se.

iiilJ

l97ttt)5_11 200501

I 004

l i

2. Kefua Jrrusan Ekonorni Fernbangunan

ft'[uharnmad Husairii, S.E.! S{.Si.


(5)

i.

'i'im i'enguji

l<iofr rq i.\v r uq

*"--fiU

wrY+

:Dr.Hi.TotoGunarto,S.E.,M.Si....'...\....

Sekretaris

: Zuiia Emaiia, S.E., NI.Sc.

Penguji

Utama

: Dr. Yoke foIueigini, fuI.Sc.

2.

Dekan Fakuitas Ekonomi Liau Bis::is

Prof. Dr.

Hi.

Satria Bangsarvan. S.*1., Vi.Si.

-\lr

rvoruvu+ lYd /Ur

i

u i I

Tanggai Luius ljjian Skripsi : i8 Agustus 20i4


(6)

"Sa1,ii 3,'ang bertancia tangan

di

ba*ah

ini menyatakan

bahr.va skripsi

ini

telah

rlitr-rlis clengan sungguh-sungguh dan tidak merupakan peniiplakan hasil kar-va

orang 1ain. Apabila dikemudian hari terbr-rkti bahwa pcmyataan

ini

tidak benar maka sa),a sanggup menerima hukuman/sanksi sesuai peratllran yzrng berlaku."


(7)

MOTO

“Allah sesuai prasangka hamba-Nya” ( Ridwan Amin )

“tempa lah besi Mu selagi Panas” (Babeh)

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata

kepadanya “Jadilah!”maka terjadilah ia”


(8)

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan semua ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Valuasi Ekonomi Lokawisata Teluk Kiluan Menggunakan Contingent Valuation Method dan Travel Cost” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Hi. SatriaBangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.EP., sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Asih Murwati, S. E., M.E sebagai Sekertaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Hi Toto Gunarto, S.E.,M.Si.sebagai dosen Pembimbing Akademik dan sebagai dosen Pembimbing utama, atas bimbingan, masukan, arahan dan nasihat yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.


(9)

penyelesaian skripsi.

6. Bapak Dr. Yoke Muelgini, M.Sc.selaku dosen penguji, atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan di Juusan Ekonomi Pembangunan atas semua bimbingan, pengajaran, pelayanan, dan bantuan yang telah diberikan.

8. Pengelola Teluk Kiluan atas kesediaannya membantu selama pengumpulan data skripsi ini.

9. Orang tuaku Tercinta, Ayahanda Syamsul Huda dan Mama tercinta Intan, Kakak-kakakku tercinta Dian Safitri,S.E. dan Siti Hardiyanti, S.P. dan Adik-adikku M. Ridho Al Amin dan Jauharuddin Abdullah, atas semua limpahan kasih sayang, dukungan doa, dan bantuan yang telah diberikan.

10. Saudara-saudaraku : Bimo, Feni, Rini, Ndit, dan Yanwar. Terima kasih semangat dan dukungannya.

11. Sahabat – sahabat ku : Chairunisa, Shinta, Devy, Citra, Ata, Claudya, Wuri, Dina, Hasti, Inaya, Ajeng, Dancan, Agus, Gege, Yogi, Moza, Desy. Terima kasih karena tidak bosan membantu dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman LIA : Mbak Ica, Yessi, Kak dhony, Grace, Kasri, Vania. Terima kasih untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

13. Teman-teman EP 2010 yang tidak bisa disebutkan satu per satu karena telah memberikan banyak warna dikehidupan penulis.


(10)

15. Keluarga „KKN Sukamaju’ Lampung Timur: Bismar, Afrizal, Rifai, Refki, Debi, Eca, Nesa, Mita dan Sila. Terimakasih untuk semua pengalaman dan pelajaran hidupnya.

16. Keluarga Darma Mahasiswa : Arana, Olla, Jimin, Savy, Yuzu, Bee dan Saopir. Terima kasih untuk pengalaman luar biasanya dan pelajaran bahasa asingnya.

17. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kerangka Pemikiran ... 12

E. Hipotesis ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Tinjauan Teoritis ... 15

1. Pengertian Wisata Alam ... 15

2. Pengertian Pariwisata ... 17

3. Pengertian Obyek Wisata ... 19

4. Kebijakan Pengembangan Pariwisata ... 21

4.1 Kebijakan Pokok ... 21

4.2 Kebijakan Spasial (Keruangan) Pariwisata ... 22

4.3 Kebijakan Pengembangan Obyek dan daya tarik wisata ... 22

4.4 Kebijakan Pengembangan Sarana dan Prasana Pariwisata ... 23


(12)

8. Willingness to pay ... 37

B. Tinjauan Empiris ... 37

1. Penelitian Terdahulu ... 37

1.1 Penelitian Luar Negeri ... 37

1.2. Penelitian Dalam Negeri ... 39

III. METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis dan Sumber Data ... 44

1.1. Jenis Data ... 44

1.2. Sumber Data ... 44

B. Definisi Operasional ... 45

C. Sampel dan Populasi ... 47

3.1. Populasi ... 47

3.2. Sampel... 48

D. Metode Analisis Data ... 50

E. Uji Asumsi Klasik ... 50

5.1. Uji Normalitas ... 50

5.2. Uji Multikolinearitas ... 51

5.3. Uji Autokorelasi ... 51

5.4. Uji Heteroskedastisitas ... 52

F. Uji Hipotesis ... 53

6.1. Uji t ... 53

6.2. Uji F ... 54

G. Perhitungan Biaya Perjalanan ... 55

H. Perhitungan Valuasi Ekonomi ... 56

I. Pengolahan Data ... 56

9.1. Pengolahan Data Deskriftif ... 56

9.2. Pengolahan Data Kuantitaif ... 56

J. Pengujian Kuesioner Penelitian ... 58

10.1. Uji Validitas ... 58


(13)

1. Umur ... 60

2. Pekerjaan ... 60

3. Pendidikan ... 61

4. Pendapatan ... 62

5. Daerah Asal ... 63

6. Jumlah Anggota Rombongan ... 64

7. Alat Transportasi yang Digunakan ... 65

8. Tanggapan Responden ... 66

8.1. Tanggapan Responden Terhadap Harga Tiket Masuk ... 66

8.2. Tanggapan Responden Mengenai Kebersihan, Keamanan dan kenyamanan ... 66

8.3. Tanggapan responden terhadap kemudahan mendapatkan informasi ... 67

8.4. Tanggapan Responden Terhadap kenaikan Harga Home Stay ... 68

8.5. Matriks Analisis Persepsi Tanggapan Responden Terhadap Teluk Kiluan ... 69

B. Hasil Estimasi Regresi OLS ... 70

C. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 73

1. Hasil Uji Normalitas ... 73

3. Hasil Uji Autokorelasi ... 74

4. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 74

2. Hasil Uji Multikolinearitas ... 75

D. Hasil Uji Hipotesis ... 76

1. Hasil Uji t ... 76

2. Hasil Uji F ... 78

E. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 79

F. Hasil Perhitungan Biaya Perjalanan (Travel Cost) ... 81

G. Hasil Surplus Konsumen ... 81

H. Interpretasi Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 85

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung ke Provinsi Lampung ... 4

2. Bobot Nilai Jawaban Responden ... 55

3. Skor Harapan .. ... 58

4. Harga tiket .. ... 66

5. Kebersihan, Keamanan dan Kenyamanan ... 67

6. Kemudahan Mendapatkan Informasi ... 68

7. Kenaikan Harga Home Stay ... 68

8. Analisis Persepsi Responden ... 69

9. Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan Willingness To Pay ... 70

10. Hasil Uji Normalitas Persamaan Willingnes To Pay... 74

11. Hasil Uji Heteroskedastisitas No Cross Term Persamaan Willingnes To Pay ... 74

12. Hasil Uji Autokolerasi Persamaan Willingnes To Pay ... 75

13. Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan Willingnes To Pay ... 75

14. Hasil Uji-t Travel Cost Terhadap Willingness To Pay ... 76

15. Hasil Uji-t Umur Terhadap Willingness To Pay ... 77

16. Hasil Uji-t Pendidikan Terhadap Willingness To Pay ... 77


(15)

19. Hasil Uji Validitas ... 79 20. Hasil Uji Realibilitas ... 80


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 12

2. Konsumsi Pariwisata ... 27

3. Sistem Kepariwisataan ... 35

4. Umur Responden Pengunjung Teluk Kiluan ... 61

5. Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung Teluk Kiluan ... 62

6. Pendidikan terakhir Responden Pengunjung Teluk Kiluan ... 63

7. Pendapatan Responden Pengunjung Teluk Kiluan ... 64

8. Daerah Asal Responden Pengunjung Teluk Kiluan ... 65

9. Jumlah Anggota Rombongan Responden Pengunjung Teluk Kiluan ... 65

10. Hasil Uji Normalitas ... 73


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang diperlukan untuk menunjang industri pariwisata. Perkembangan sektor pariwisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dan pemerintah daerah dan dapat pula digunakan sebagai sarana menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka

penggangguran dan meningkatakan angka kesempatan kerja.

Pemerintah dalam hal ini para stakholders kepariwisataan menyadari besarnya potensi kepariwisataan di daerah berusaha menggali,

mengembangkan serta membangun aset obyek dan daya tarik wisata, yang merupakan modal awal untuk bangkitnya kegiatan pariwisata. Keputusan ini harus ditindak lanjuti dengan memikirkan dan mengusahakan serta

membenahi potensi obyek dan daya tarik wisata (Tahwin, 2003).

Salah Wahab (1997) menyatakan bahwa pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat


(18)

dalam menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat obyek wisata itu berada mendapat pemasukan dari setiap obyek wisata yang dimiliki.

Pengembangan pariwisata secara optimal mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempertimbangkan hal tersebut maka penanganan yang baik sangat diperlukan dalam upaya pengembangan obyek-obyek wisata di Indonesia. Para pelaku pariwisata mulai melakukan tindakan pengembangan dengan penelitian, observasi terhadap obyek-obyek wisata di Indonesia. Langkah tersebut dilakukan guna mengetahui potensi dan permasalahan yang ada pada setiap obyek untuk kemudian mencari solusinya. Langkah lainnya bisa berupa promosi di semua media cetak dan elektronik sebagai usaha dalam mengenalkan obyek wisata pantai kiluan.

Pemerintah daerah harus memulai langkah perencanaan jangka panjang dengan memperhitungkan segala pengaruh terhadap perkembangan yang terjadi pada dunia kepariwisataan Pariwisata di Indonesia pada beberapa tahun ini mulai menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan menjadi sebuah industri yang berdiri sendiri. Peran serta masyarakat diharapkan mempunyai andil yang sangat besar dalam proses ini. Untuk itu masyarakat ditempatkan pada posisi memiliki, mengelola, merencanakan dan


(19)

selanjutnya kelayakan sarana dan prasarana serta infrastruktur merupakan tanggungjawab pemerintah daerah (Kusmayadi dan Ervina, 1999).

Kegiatan pariwisata dari sudut sosial akan membantu pembangunan di sekitar lokasi wisata tersebut dan memperluas kesempatan tenaga kerja dari berbagai sektor usaha yang langsung maupun yang tidak langsung berkaitan dengan kepariwisataan. Pariwisata akan memciptakan rasa cinta terhadap lingkungan, sehingga dapat memotivasi sikap masyarakat terhadap keindahan serta

keasrian lingkungan.

Kegiatan pariwisata dari sudut ekonomi dapat menumbuhkan usaha-usaha masyarakat untuk menciptakan kegiatan ekonomi sehingga dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat. Pariwisata merupakan kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu. Alasannya karena aktivtas berwisata bagi seorang individu dapat menghilangkan kejenuhan dari setiap rutinitas sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan dapat sebagai sarana belajar dalam mengetahui sejarah dan budaya suatu etnik tertentu.

Kegiatan pariwisata dari sudut lingkungan dapat memberikan sumbangan terhadap keindahan lingkungan sekitar dengan mengelola dan tidak merusak ekosistem alam yang telah dimiliki namun memperindah dengan

menambahkan sarana atau prasana yang sifatnya tidak merusak ekosistem alam.


(20)

Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang pendapatan di Provinsi Lampung. Macam-macam objek wisata menjadi salah satu faktor banyaknya kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung. Berikut adalah jumlah

wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Lampung.

Tabel 1. Jumlah Wisatawan yang berkunjung Ke Provinsi Lampung

Tahun Mancanegara Domestik Jumlah

2010 37.503 2.136.103 2.173.606

2011 38.628 2.285.630 2.324.258

2012 58.205 2.581.165 2.639.370

Sumber : BPS Provinsi Lampung

Data yang terdapat di Tabel 1 menunjukan kunjungan yang cukup besar terhadap provinsi lampung. Dari data di atas kenaikan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Dalam perkembangannya, beberapa daerah di Lampung menawarkan daya tarik wisata unggulan baik berupa keindahan alam dan keragaman budaya yang masih terjaga

keasliannya, seperti berbagai objek wisata yang berada di Kabupaten Tanggamus.

Sektor pariwisata khususnya di Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu sektor yang strategis dan potensial untuk dikelola, dikembangkan, dan dipasarkan, mengingat potensi obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Tanggamus sangat beragam meliputi obyek wisata daerah pantai, dataran rendah sampai daerah pegunungan di beberapa Kecamatan. Obyek wisata


(21)

Pantai kiluan merupakan obyek wisata yang sedang banyak dikunjungi dan menjadi salah satu Lokawisata favorit di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Pantai kiluan memiliki daya tarik dan potensi dalam peningkatan pendapatan daerah yang menjadi salah satu aset wisata Bahari di Kabupaten Tanggamus.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai yang dikandung oleh obyek wisata Pantai kiluan, mengukur nilai sumber daya alam dan lingkungan alam khususnya ukuran nilai ekonomi dari suatu obyek wisata alam, dengan menggunakan CVM (contingent valuation method) yang bertujuan untuk mengetahui nilai total ekonomi (total economic value) suatu kawasan wisata alam dan mengukur besaran nilai yang dikeluarkan oleh individu untuk dapat menikmati lokawisata Teluk Kiluan. Pendekatan ini disebut contingent (tergantung) karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun. Pendekatan metoda valuasi contingensi ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan. Kedua dengan teknik survei. Pendekatan pertama lebih banyak dilakukan melalui simulasi komputer sehingga penggunaannya di lapangan sangat sedikit. Pendekatan metoda valuasi kontingensi sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (non use value) sumber daya alam atau sering juga dikenal dengan nilai

keberadaan.

Valuasi ekonomi pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam


(22)

dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar (market value) tersedia atau tidak (Susilowati, 2002). Biaya perjalanan (travel cost) direpresentasi sebagai nilai atau harga barang lingkungan tersebut. Namun selain biaya perjalanan untuk menilai suatu tempat wisata. Ada beberapa variabel lain yang dapat digunakan untuk menilai suatu tempat wisata, diantaranya yaitu: biaya perjalanan ke lokasi alternatif, pendapatan rumah tangga, dan variabel tingkah laku (Yakin 1997, dalam Sahlan 2008).

Menurut Ward et. al, (2000) dalam rahardjo, (2002), metode penilaian khususnya untuk mengukur nilai ekonomi wisata alam yang paling banyak dipakai adalah metode biaya perjalanan (travel cost method). Metode ini menduga total nilai ekonomi (total economic value) kawasan wisata berdasarkan penilaian yang diberikan masing-masing individu atau

masyarakat terhadap kenikmatan yang tidak ternilai (dalam rupiah) dari biaya yang dikeluarkan untuk berkunjung ke sebuah objek wisata, baik itu

opportunity cost maupun biaya langsung yang dikeluarkan seperti biaya transportasi, konsumsi makanan, minuman, hotel, tiket masuk dan

sebagainya. Secara prinsip metode biaya perjalanan ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mengunjungi tempat-tempat rekreasi. Dengan mengetahui pola pengeluaran dari wisatawan, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan wisatawan terhadap tempat rekreasi yang dikunjunginya.


(23)

Hal tersebut sesuai dengan hukum permintaan yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi mengenai teori permintaan. Dalam kunjungan terhadap suatu objek wisata selain biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan ada beberapa faktor lain yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi permintaan wisatawan untuk melakukan kunjungan ke objek wisata, khususnya lokawisata Teluk Kiluan.

Jarak merupakan salah faktor yang menentukan wisatawan untuk melakukan rekreasi. Semakin jauh tempat tinggal seseorang dari tempat rekreasi, maka permintaan rekreasi tersebut semakin rendah dan sebaliknya untuk wisatawan yang tempat tinggalnya berdekatan dengan tempat rekreasi tersebut, maka permintaannya terhadap tempat rekreasi tersebut akan semakin tinggi (Hufschmidt, et al (1987).

Selain jarak, ada beberapa variabel sosioekonomi yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke suatu objek wisata. Variabel sosioekonomi tersebut diantaranya umur, pendidikan dan penghasilan (Mill dan Morrison, 1985).

Umur secara tidak langsung dapat mempengaruhi permintaan wisatawan untuk berkunjung objek wisata, karena umur berkaitan dengan waktu luang dan aktivitas serta kemampuan wisatawan untuk melakukan kunjungan wisata. Sehingga umur menjadi faktor yang menentukan pola pikir seseorang


(24)

dalam menentukan jenis barang dan jasa yang akan dikonsumsinya, termasuk konsumsi ke tempat-tempat wisata.

Variabel sosioekonomi selanjutnya adalah penghasilan. Penghasilan merupakan faktor penting dalam membentuk permintaan wisatawan untuk mengadakan perjalanan wisata. Sehingga penghasilan akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Demikian penghasilan seseorang akan mempengaruhi keputusannya dalam mengambil keputusan memilih objek wisata yang akan dikunjunginya.

Pendidikan merupakan variabel terakhir. Tingkat pendidikan secara langsung mempengaruhi pemahaman seorang terhadap kebutuhan dan ketertarikan terhadap objek wisata yang akan dikunjungi. Pendidikan yang lebih tinggi dapat memotivasi untuk melalukan perjalanan dibandingkan dengan pendidikan yang lebih rendah.

Alasan pemilihan ke empat variabel tersebut sebagai berikut :

Umur berkaitan dengan pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang atau jasa yang akan dikonsumsi termasuk mengalokasikan sebagian

pendapatannya untuk digunakan mengunjungi tempat-tempat wisata. Tingkat pendidikan akan secara langsung mempengaruhi tipe dari waktu luang yang digunakan seorang wisatawan dalam melakukan perjalanan yang dipilihnya. Dan terakhir tingkat penghasilan berpengaruh seseorang


(25)

Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan untuk meningkatkan permintaan pariwisata di suatu obyek wisata. Namun tidak serta merta pemanfaatan sumber daya alam yang bertujuan untuk pembangunan di kawasan obyek wisata dilakukan tanpa mengindahkan kelestarian sumber daya alam di suatu obyek wisata tertentu. Karena dengan rusaknya sumber daya alam pada obyek wisata tertentu akan sangat berpengaruh pada

kemauan wisatawan untuk membayar (willingness to pay) pada obyek wisata tersebut. Berdasar hal tersebut, maka perlu diketahui nilai ekonomi yang dikandung obyek wisata pantai kiluan serta keinginan wisatawan untuk membayar obyek wisata pantai kiluan dan surplus konsumen yang didapat oleh pengunjung serta menentukan prioritaskan strategi pengembangan Pantai kiluan Kabupaten Tanggamus dan mengetahui dampak terhadap masyarakat sekitar lokawisata teluk kiluan.

Penelitian terdahulu tentang valuasi ekonomi dan biaya perjalanan yang berjudul “Manfaat Valuasi Ekonomi dengan Menggunakan Travel Cost Method dalam Pengembangan Prasarana dan Sarana Kawasan Pariwisata

Pantai Widuri Kabupaten Pemalang” Tujuan penelitian dari manfaat valuasi ekonomi dengan menggunakan travel cost method. Sasaran untuk

memperoleh tujuan tersebut adalah dengan menganalisis nilai ekonomi dengan menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method), memproyeksi perkembangan pengunjung obyek wisata Pantai Widuri pada tahun 2012, menganalisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana di


(26)

obyek wisata Pantai Widuri, dan pengembangan kawasan pariwisata Pantai Widuri. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif deskriptif, dan deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan dan memaparkan hasil studi. Analisis kualitatif deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan ketersediaan prasarana dan sarana di obyek wisata Pantai Widuri serta menganalisis kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana dan pengembangan kawasan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu nilai ekonomi obyek wisata Pantai Widuri Kabupaten Pemalang dengan pendekatan biaya perjalanan (travel cost) yang berasal dari 15 zona kunjungan terbesar berasal dari zona Petarukan yaitu sebesar Rp.23.388.848,00,-/tahun per 1.000 penduduk, dan zona Taman sebesar Rp.19.850.755,00,-/tahun per 1.000 penduduk serta zona Pemalang sebesar Rp.18.442.278,00,-/tahun per 1.000 penduduk. Maka berdasarkan Latar Belakang, penulis sangat tertarik untuk melalukan penelitian untuk mengetahui nilai ekonomi lokawisata dan nilai ekonomi yang diperoleh wisatawan yang berkunjung ke Lokawisata Teluk Kiluan serta faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kunjungan wisatawan. Atas dasar penelitian tersebut penulis tertarik melalukan penelitian dengan judul

“Valuasi Ekonomi Lokawisata Teluk Kiluan Menggunakan Contingent Valuation Method dan Travel Cost”.

B. Rumusan Masalah

Lokawisata Teluk Kiluan memiliki potensi untuk lebih dikembangkan,

transportasi yang cukup mudah di dapat untuk menuju ke lokasi membuat para wisatawan lokal maupun asing cukup banyak yang berkunjung. Hal tersebut


(27)

berdampak positif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Namun masyarakat sekitar belum secara profesional mengelola obyek wisata tersebut, oleh karena itu masyarakat sekitar sebagai pengelola sementara belum dapat memperkirakan biaya yang sesuai untuk menikmati obyek wisata pantai kiluan dan seberapa besarkah nilai ekonomi yang dapat terserap untuk masyarakat sekitar lokawisata serta dampak negatif yang diterima oleh masyakat sekitar seperti kerusakan lingkungan akibat adanya lokawisata tersebut. Atas dasar permasalahan tersebut maka pertanyaan penelitian yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah:

1. Berapakah besaran nilai ekonomi yang sesuai untuk Lokawisata Teluk Kiluan ?

2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar individu (willingness to pay) ke lokawisata Teluk Kiluan ?

3. Mengukur besaran nilai biaya perjalanan yang dikeluarkan untuk dapat menikmati obyek wisata Teluk Kiluan ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menetapkan besaran nilai yang sesuai dengan obyek wisata teluk kiluan dengan menggunakan metode nilai total (total valuation) dan contingent valuation method (CVM).

2. Mengetahui nilai dari faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke lokawiata Teluk Kiluan dengan menggunakan metode willingness to pay (WTP).


(28)

3. Mengestimasi nilai biaya perjalanan yang dihitung dengan menggunakan metode travel cost.

D. Kerangka Penelitian

Berdasarkan penelitian terdahulu dalam menghitung nilai ekonomi suatu lokawisata maka kerangka pemikiran ini digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Tidak Langsung (revealed WTP)

Travel cost

Langsung (survei) (Expressed WTP)

Contingent Valuation Method

Valuasi Market PAD

Sektor Pariwisata

Lokawisata Teluk KIluan


(29)

Sektor pariwisata salah satu sektor yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari besarannya tersebut pemerintah dapat mengalokasikan sebagian anggaran untuk memperbaiki insfrastruktur sebagai penunjang untuk meningkatkan kawasan wisata yang dilebih khususnya lokawisata Teluk Kiluan. Kawasan wisata akan dapat berkembang jika nilai secara suatu kawasan wisata tersebut dapat di tetapkan besarannya, untuk meningkatkan pengelolaan dari fasilitas-fasilitas yang menunjang berwisata bagi pengunjung. Sehingga pengunjung akan meningkatkan kemauan membayar untuk

kesesuaian dari apa yang diberikan pengelola lokawisata tersebut.

E.Hipotesis

Diduga umur, pendidikan dan penghasilan mempengaruhi kesediaan membayar (willingness to pay) yang dilakukan oleh seorang wisatawan dan willingness to pay sebagai variabel yang mempengaruhi perhitungan valuasi ekonomi dan travel cost.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari :

Bab I Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan pustaka yang berisi tinjauan teoritis dan tinjauan empiris yang relevan dalam penulisan skripsi ini.


(30)

Bab III Metode penelitian yang terdiri dari tahapan penelitian, sumber data, jenis data dan metode analisis

Bab IV Hasil dan pembahasnyang terdiri dari perhitungan karakteristik responden, hasil estimasi regresi, asumsi klasik, uji hipotesis, uji validitas dan reabilitas, perhitungan travel cost, surplus konsumen dan interpretasi hasil penelitian.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Wisata Alam

Wisata dalam bahasa Inggris disebut tour yang secara etimologi berasal dari kata torah (ibrani) yang berarti belajar, tornus (bahasa latin) yang berarti alat untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa Perancis kuno disebut tour yang berarti mengelilingi sirkuit. Pada umumnya orang memberi padanan kata wisata dengan rekreasi, wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata (Suyitno,2001).

Menurut Fandeli (2001), wisata adalah perjalanan atau sebagai dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

Wisata memiliki karakteristik - karakteristik antara lain :

1. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.

2. Melibatkan komponen - komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, objek wisata, toko cinderamata dan lain-lain.


(32)

3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek wisata dan atraksi wisata. 4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan. 5. Tidak untuk mencari nafkah ditempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat

memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi (Suyitno, 2001).

Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Anonymous, 1982 dalam Saragih, 1993). Wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi alam untuk menikmati keindahan alam baik yang masih alami atau sudah ada usaha budidaya, agar ada daya tarik wisata ke tempat tersebut. Wisata alam digunakan sebagai penyeimbang hidup setelah melakukan aktivitas yang sangat padat, dan suasana keramean kota. Sehingga dengan melakukan wisata alam tubuh dan pikiran kita menjadi segar kembali dan bisa bekerja dengan lebih kreatif lagi karena dengan wisata alam memungkinkan kita memperoleh kesenangan jasmani dan rohani. Dalam melakukan wisata alam kita harus melestarikan area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat sehinga bias menjadi Desa wisata, agar desa tersebut memiliki potensi wisata yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti alat transportasi atau penginapan (anonimous).


(33)

2. Pengertian Pariwisata

Menurut H.Kodhyat (1983:4) pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata, yaitu : pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.

Menurut pendapat dari James J. Spillane (1982:20) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.

Devinisi yang di kemukakan oleh A.J. Burkart dan S. Medik (1987) Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.

Definisi yang dikemukakan oleh Prof. Salah Wahab dalam Oka Yoeti (1994, 116.) Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang


(34)

mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Yoeti, (1991:103).Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai

perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke

tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”.

Menurut pendapat RG. Soekadijo (1997:8), Pariwisata ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.

Suyitno (2001) tentang Pariwisata sebagai berikut :

a. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.

b. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi,

akomodasi, restoran, obyek wisata, souvenir dan lain-lain.

c. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenanga.

d. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang di belanjakannya dibawa dari tempat asal.


(35)

Menurut Mill dan Morrison (1985), ada beberapa variabel sosioekonomi yang mempengaruhi permintaan pariwisata, yaitu:

a. Umur

Hubungan antara pariwisata dan umur mempunyai dua komponen, yaitu besarnya waktu luang dan aktivitas yang berhubungan dengan tingkatan umur tersebut. Terdapat beberapa perbedaan pola konsumsi antara kelompok yang lebih tua dengan kelompok muda.

b. Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor penting dalam membentuk permintaan untuk mengadakan perjalanan wisata. Bukan hanya perjalanan itu sendiri yang memakan biaya, namun wisatawan juga harus mengeluarkan uang untuk jasa yang terdapat ditempat tujuan wisata dan di semua aktivitas yang dilakukan selama mengadakan perjalanan.

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi tipe dari waktu luang yang digunakan dalam perjalanan yang dipilih. Selain itu, pendidikan merupakan motivasi untuk melakukan perjalanan wisata, atau dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pandangan seseorang dan memberikan lebih banyak pilihan yang dapat diambil seseorang.

3. Pengertian Obyek Wisata

Pengertian obyek dan daya tarik wisata menurut Marpaung (2002:78) adalah suatu bentukan dari aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat


(36)

wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Obyek dan daya tarik wisata sangat erat hubungannya dengan travel motivation dan travel fashion, karena wisatawan ingin mengunjungi serta mendapatkan suatu pengalaman tertentu dalam kunjungannya.

Menurut UU RI No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, dinyatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik itu pembangunan obyek dan daya tarik wisata, yang dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola dan membuat obyek-obyek baru sebagai obyek dan daya tarik wisata. Dalam undang-undang di atas, yang termasuk obyek dan daya tarik wisata terdiri dari :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta binatang-binatang langka. 2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian (wisata agro), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan lainnya. 3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah, dan lain-lain.

4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi : a. Semua kegiatan yang


(37)

Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu, misalnya penyediaan aksesibilitas atau

fasilitas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Obyek dan Daya Tarik Wisata dalam penelitian ini adalah keindahan alam di Lokawisata Teluk Kiluan serta keasrian alam yang masih terjaga.

Menurut SK Menparpostel No. KM 98 PW. 102 MPPT – 87 yaitu :

“Objek wista adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya alam yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik yang

diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan”.

4. Kebijakan Pengembangan Pariwisata

4.1 Kebijakan Pokok

a. Mewadahi, membangun dan mengembangkan manfaat potensi pariwisata sebagai kegiatan ekonomi yang menciptakan lapangan kerja.

b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparatur serta pemberdayaan tugas dan fungsi organisasi Diparda sebagai fasilitatordan regulator pengembangan pariwisata.

c. Meningkatkan kesempatan berusaha dan keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan kawasan wisata


(38)

4.2 Kebijakan Spasial (keruangan) Pariwisata

a. Memberikan arahan yang jelas bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Garut berdasarkan karakteristik keruangannya melalui penetapan zonasi pengembangan.

b. Untuk kemudahan pembangunan serta pengelolaannya, perlu dilakukan pengelompokkan obyek dan daya tarik wisata pada Satuan Kawasan Wisata (SKW). Satuan-satuan kawasan wisata tersebut merupakan kawasan yang memiliki pusat-pusat kegiatan wisatawan dan mempunyai keterkaitan sirkuit atau jalur wisata.

c. Melakukan urutan prioritas pengembangan satuan kawasan wisata dengan memperhatikan dampaknya terhadap perkembangan obyek dan daya tarik wisata.

4.3 Kebijakan Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata

a. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata menyangkut aspek perencanaa, pemanfaatan dan pengendalian yang satu sama lainnya merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, oleh karenanya pembangunan obyek dan daya tarik wisata harus didasarkan pada sistem perencanaan.

b. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata dilakukan berdasarkan pendekatan pembangunan Satuan Kawasan Wisata dengan nuansa nilai agama, budaya, estetika dan moral yang dianut oleh masyarakat.

c. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata dilakukan sesuai dengan mekanisme pasar dan meliputi wisata alam, wisata budaya, wisata minat khusus, wisata pantai dan wisata petualangan.


(39)

4.4 Kebijakan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata

a. Penyiapan sistem perencanaan Tata Ruang Kawasan Wisata b. Meningkatkan aksesibilitas ke kawasan wisata

c. Pemenuhan fasilitas standar (fasilitas kesehatan, keamanan, kebersihan, komonikasi) di kawasan wisata sesuai dengan kebutuhan.

d. Menarik investor untuk membangun akomodasi dan fasilitas penunjang lainnya.

5. Valuasi Ekonomi

Menurut Barbier et. al., (1997) dalam Irmadi (2004), ada tiga jenis pendekatan penilaian sebuah ekosistem alam yaitu impact analysis, partial analysis dan total valuation. Pendekatan impact analysis dilakukan apabila nilai ekonomi ekosistem dilihat dari dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari aktivitas tertentu, misalnya akibat reklamasi pantai terhadap ekosistem pesisir.Pendekatan partial analysis dilakukan dengan menetapkan dua atau lebih alternatif pilihan

pemanfaatan ekosistem. Sementara itu, pendekatan total valuation dilakukan untuk menduga total kontribusi ekonomi dari sebuah ekosistem tertentu kepada masyarakat.

Contingen Valuation Method (CVM) merupakan metode valuasi sumber daya alam dan lingkungan dengan cara menanyakan secara langsung kepada konsumen tentang nilai manfaat sumber daya alam dan lingkungan yang mereka rasakan. Nilai sumber daya alam dapat diperoleh dengan menanyakan kesanggupan untuk membayar (Willingness to Pay / WTP) yang dapat dinyatakan dalam bentuk uang.


(40)

Keuntungan utama dengan menggunakan CVM : (1) mengetahui non use values dan (2) dapat diterapkan untuk berbagai isu lingkungan seperti kerusakan dan upaya pemulihan (Coller dan Harrison, 1995 dalam Yulianti, 2002). Selain keuntungan tersebut, Sorg (dalam Lee, et.all, 1998) menambahkan bahwa metode kontingensi juga mampu mengestimasi WTP individu untuk

perubahan-perubahan hipotesis dari aktivitas-aktivitas rekreasi sekarang dan mampu menilai perjalanan dengan berbagai tujuan.

Pendekatan ini disebut contingent (tergantung) karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun. Metoda valuasi contingensi pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui :

1. Kesediaan untuk membayar (WTP) dari masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara, dsb).

2. Kesediaan untuk menerima (WTA) kerusakan suatu lingkungan.

Karena teknik pada metoda valuasi kontingensi ini didasarkan pada asumsi dasar mengenai hak kepemilikan (Garrod and Willis, 1999), jika seseorang ditanya bukan mengenai hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar yang maksimum

(maximum willingness to pay) untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya jika individu yang kita tanya memiliki hak atas sumber daya tersebut, pengukuran yang relevan adalah keinginan untuk menerima (willingness to accept)

kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumber daya alam yang ia miliki. Dalam tahap operasional penerapan pendekatan metoda valuasi kontingensi dilakukan dalam lima tahapan atau proses.


(41)

Nilai ekonomi (economic value) dari suatu barang atau jasa diukur dengan menjumlahkan kehendak untuk membayar (willingness to pay / WTP) dari banyak individu terhadap barang atau jasa yang dimaksud.WTP merefleksikan preferensi individu untuk membayar suatu barang yang dipertanyakan. Dengan demikian, valuasi ekonomi dalam konteks lingkungan hidup adalah pengukuran preferensi masyarakat akan lingkungan hidup yang baik dibandingkan terhadap lingkungan hidup yang buruk (Fauzi, 2010).

Hasil dari valuasi dinyatakan dalam nilai uang (money terms) sebagai cara dalam mencari preference revelation. Nilai uang juga memungkinkan digunakan untuk membandingkan antara "nilai lingkungan hidup (environmental values)" dan "nilai pembangunan (development values)" (CSERGE, 1994 dalamIrmadi, 2004).Pada prinsipnya valuasi ekonomi bertujuan untuk memberikan nilai ekonomi terhadap sumberdaya yang digunakan sesuai dengan nilai riil menurut sudut pandang masyarakat.

Dalam konteks ilmu ekonomi sumber daya alam dan lingkungan, perhitungan-perhitungan tentang biaya lingkungan sudah cukup banyak berkembang. Menurut Hufscmidt dalam Djijono (2000) secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi (biaya lingkungan) pada sumber daya alam dan lingkungan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatam yang berorientasi survey.

1. Pendekatan Orientasi Pasar

a. Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang jasa : - Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in productivity)


(42)

- Metode kehilangan penghasilan (loss or earning method)

b. Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap masukan berupa perlindungan lingkungan :

- Pengeluaran pencegahan (averted defensive expenditure methods) - Biaya penggantian (replacement cost methods)

- Proyek bayangan (shadow project methods) - Analisa keefektifan biaya

c. Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based methods) : - Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan

- Pendekatan nilai kepemilikan - Pendekatan lain terhadap nilai tanah - Biaya perjalanan (travel cost)

- Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods) - Penerimaan kompensasi

2. Pendekatan Orientasi Survei

a. Pernyataan langsung terhadap kemauan membayar (willingness to pay) b. Pernyataan langsung terhadap kemauan dibayar (willingness to accept)

Konsep valuasi ekonomi sebenarnya berdasarkan pada ekonomi neoklasikal (neoclassical economic theory) yang menekankan pada kepuasan atau keperluan konsumen. Berdasarkan pemikiran neoklasikal ini dikemukakan bahwa penilaian setiap individu pada barang dan jasa tidak lain adalah selisih antara keinginan membayar dengan biaya untuk mensuplai barang dan jasa tersebut. Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli


(43)

untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar (Samuelson dan Nordhaus, 1998). Surplus konsumen terjadi karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berasal pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Sebab terjadinya surplus konsumen, karena konsumen membayar untuk setiap unit berdasarkan nilai unit terakhir. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama (Samuelson dan Nordhaus, 1998).

Pada pasar yang berfungsi dengan baik, harga pasar mencerminkan nilai

marginal, seperti unit terakhir produk yang diperdagangkan yang merefleksikan nilai dari unit produk yang diperdagangkan (Djijono, 2002). Secara sederhana surplus konsumen dapat diukur sebagai bidang yang terletak diantara kurva permintaan dan garis harga (Samuelson dan Nordhaus, 1990).

Gambar 2. Konsumsi Pariwisata Sumber: Djijono, 2002

Keterangan:

OREM : Total utilitas / kemampuan membayar konsumen ONEM : Biaya barang bagi konsumen


(44)

Konsumen mengkonsumsi sejumlah barang M, dengan kemauan membayar sebesar harga yang dicerminkan oleh manfaat marjinal pada tingkat konsumsi tersebut. Dengan melihat perbedaan dalam jumlah yang dikonsumsikan, kemauan seseorang membayar berdasarkan fungsi manfaat marginal dapat ditentukan. Hasilnya adalah kurva permintaan individu untuk Q (Gambar 2.1). Kurva

permintaan tersebut dikenal dengan nama kurva permintaan Marshal (Hufschmidt et al, dalam Djijono, 2002).

Digunakannya kurva permintaan Marshal, karena kurva permintan tersebut dapat diestimasi langsung dan dapat mengukur kesejahteraan mkonsumen melalui surplus konsumen, sedangkan kurva permintaan Hicks mengukur kesejahteraan konsumen melalui kompensasi pendapatan (Turner, Pearce dan Bateman, dalam Djijono, 2002).

Salah satu cara untuk menghitung nilai ekonomi adalah dengan menghitung nilai ekonomi total (total economic value). Nilai ekonomi total adalah nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sumber daya alam baik nilai guna maupun nilai

fungsionalnya (Djijono, 2002). Nilai ekonomi total dapat ditulis dalam persamaan matematik sebagai berikut:

TEV = (DUV + IUV + OV) + (XV + VB)

Keterangan :

TEV : Total Economic Value (Nilai Ekonomi Total) DUV : Direct Use Value (Nilai Manfaat Langsung)

IUV : Indirect Use Value (Nilai Manfaat Tidak Langsung) OV : Option Value (Nilai Pilihan)

XV : Exsistence Value (Nilai Keberadaan) VB : Beques Value (Nilai Warisan)


(45)

Total economic value (TEV) pada dasarnya sama dengan net benefit yang diperoleh dari sumber daya alam, namun didalam konsep ini nilai yang

dikonsumsi oleh seorang individu dapat dikategorikan ke dalam dua komponen yaitu use value dan non-use value (Susilowati, 2002).

Komponen pertama, yaitu use value pada dasarnya diartikan sebagai nilai yang diperoleh seorang individu atas pemanfaatan langsung dari sumber daya alam dimana individu berhubungan langsung dengan sumber daya alam dan

lingkungan. Use value secara lebih rinci diklasifikasikan kembali kedalam direct use value dan indirect use value. Direct use value merujuk pada kegunaan langsung dari konsumsi sumber daya seperti penangkapan ikan dan pertanian. Sementara indirect use value merujuk pada nilai yang dirasakan secara tidak langsung kepada masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Termasuk didalam kategori indirect use value ini misalnya fungsi pencegahan banjir dan nursery ground dari suatu ekosistem.

Komponen kedua, non-use value adalah nilai yang diberikan kepada sumber daya alam atas keberadaannya meskipun tidak dikonsumsi secara langsung. Non-use value lebih bersifat sulit diukur (less tangible) karena lebih didasarkan pada preferensi terhadap lingkungan dibandingkan dengan pemanfaatan langsung. Secara detail kategori non-use value ini dibagi kedalam sub-class yaitu existence value, bequest value dan option value. Existence value pada dasarnya adalah penilaian yang diberikan dengan terpeliharanya sumber daya alam dan

lingkungan. Bequest value diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh generasi kini dengan menyediakan atau mewariskan (bequest) sumber daya untuk generasi


(46)

mendatang (mereka yang belum lahir). Sementara option value lebih diartikan sebagai nilai pemeliharaan sumber daya sehingga pilihan untuk memanfaatkan untuk masa yang akan datang tersedia. Nilai ini merujuk pada nilai barang dan jasa dari sumber daya alam yang mungkin timbul sehubungan dengan

ketidakpastian permintaan di masa yang akan datang.

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan adalah

bagaimana menilai suatu sumberdaya alam secara komprehensif. Penilaian tidak hanya mengenai market value dari barang yang dihasilkan dari suatu sumberdaya, melainkan juga jasa yang ditimbulkan oleh sumberdaya tersebut. Pertanyaan yang sering timbul dalam proses penilaian misalnya bagaimana mengukur atau menilai jasa tersebut padahal konsumen tidak mengkonsumsinya secara langsung. Lebih lagi jika konsumen tidak pernah mengunjungi tempat dimana sumberdaya alam tersebut berada (Irmadi, 2004).

6. Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Menurut Ward et. al, (2000) dalam rahardjo, (2002), metode penilaian khususnya untuk mengukur nilai ekonomi wisata alam yang paling banyak dipakai adalah metode biaya perjalanan (travel costmethod). Metode ini menduga total nilai ekonomi (total economic value) kawasan wisata berdasarkan penilaian yang diberikan masing-masing individu atau masyarakat terhadap kenikmatan yang tidak ternilai (dalam rupiah) dari biaya yang dikeluarkan untuk berkunjung ke sebuah objek wisata, baik itu opportunity cost maupun biaya langsung yang dikeluarkan seperti biaya transportasi, konsumsi makanan, minuman, hotel, tiket masuk dan sebagainya. Pada dasarnya konsep dasar dari metode travel cost adalah waktu dan pengeluaran biaya perjalanan (travel cost expenses) yang harus


(47)

dibayarkan oleh para pengunjung untuk mengunjungi tempat wisata tersebut yang merupakan harga untuk akses ke tempat wisata (Garrod dan Willis, 1999). Hal itu yang disebut dengan willingness to pay yang diukur berdasarkan perbedaan biaya perjalanan.

Secara prinsip metode biaya perjalanan ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mengunjungi tempat-tempat rekreasi. Dengan mengetahui pola pengeluaran dari wisatawan, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan wisatawan terhadap tempat rekreasi yang dikunjunginya. Penilaian dengan metode biaya perjalanan (travel costmethod) merupakan penggunaan pasar pengganti untuk menganalisis permintaan terhadap daerah rekreasi.Biaya

perjalanan (travel cost) direpresentasi sebagai nilai atau harga barang lingkungan tersebut. Namun selain biaya perjalanan untuk menilai suatu tempat wisata. Ada beberapa variabel lain yang dapat digunakan untuk menilai suatu tempat wisata, diantaranya yaitu : biaya perjalanan ke lokasi alternatif, pendapatan rumah tangga, dan variabel tingkah laku (Yakkin 1997, dalam Sahlan 2008).

Pada awalnya pendekatan biaya perjalanan digunakan untuk menilai manfaat yang diterima masyarakat dari penggunaan barang dan jasa lingkungan. Pendekatan ini juga mencerminkan kesediaan masyarakat untuk membayar barang dan jasa yang diberikan lingkungan dibanding dengan jasa lingkungan dimana mereka berada pada saat tersebut. Banyak contoh sumber daya

lingkungan yang dinilai dengan pendekatan ini berkaitan dengan jasa-jasa lingkungan untuk rekreasi di luar rumah yang seringkali tidak diberikan nilai yang pasti. Untuk tempat wisata, pada umumnya hanya dipungut harga karcis yang tidak cukup untuk mencerminkan nilai jasa lingkungan dan juga tidak


(48)

mencerminkan kesediaan membayar oleh para wisatawan yang memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Untuk lebih sempurnanya perlu diperhitungkan pula nilai kepuasan yang diperoleh para wisatawan yang bersangkutan (Suparmoko, 2000).

Dalam memperkirakan nilai tempat wisata tersebut akan menyangkut waktu dan biaya yang dikorbankan oleh para wisatawan dalam menuju dan meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin jauh jarak wisatawan ke tempat wisata tersebut, maka akan semakin rendah permintaannya terhadap tempat wisata tersebut. Permintaan yang dimaksud adalah permintaan efektifnya yang disertai dengan kemampuan untuk membeli. Para wisatawan yang lebih dekat dengan lokasi wisata tentu akan lebih sering berkunjung ke tempat wisata tersebut dengan adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya perjalanan yang dikeluarkannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wisatawan mendapatkan surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan kelebihan kesediaan membayar atas harga yang telah ditentukan. Oleh karena itu surplus konsumen yang dimiliki oleh wisatawan yang jauh tempat tinggalnya dari tempat wisata akan lebih rendah dari pada mereka yang lebih dekat tempat tinggalnya dari tempat wisata tersebut (Suparmoko, 2000).

Pendekatan biaya perjalanan banyak digunakan dalam perkiraan nilai suatu tempat wisata dengan menggunakan berbagai variabel. Pertama kali dikumpulkan data mengenai jumlah pengunjung, biaya perjalanan yang dikeluarkan, serta faktor lain seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan mungkin juga agama dan kebudayaan serta kelompok etnik dan sebagainya. Data atau informasi


(49)

tersebut diperoleh dengan cara mewawancarai para pengunjung tempat wisata untuk mendapatkan data yang diperlukan (Suparmoko, 2000).

Menurut Garrod dan Willis (1999), terdapat beberapa pendekatan yang digunakan untuk menilai ekonomi melalui travel cost method, yaitu:

1. Pendekatan Zona Biaya Perjalanan (a simple zonal travel cost approach). Melalui metode biaya perjalanan dengan pendekatan zonasi, pengunjung dibagi dalam beberapa zona kunjungan berdasarkan tempat tinggal atau asal

pengunjung, dan jumlah kunjungan tiap minggu dalam penduduk disetiap zona dibagi dengan jumlah pengunjung pertahun untuk memperoleh data jumlah kunjungan per seribu penduduk dan penelitiannya dengan menggunakan data sekunder.

2. Pendekatan Biaya Perjalanan Individu (an individual travel cost approach). Penelitian dengan menggunakan metode biaya perjalanan individu (individual travel cost method) biasanya dilaksanakan melalui survey kuesioner pengunjung mengenai biaya perjalanan yang harus dikeluarkan ke lokasi wisata dan

kunjungan ke lokasi wisata yang lain (substitute sites), dan faktor-faktor sosial ekonomi (Suparmoko, 1997). Data tersebut kemudian digunakan untuk

menurunkan kurva permintaan dimana surplus konsumen dihitung.

7. Permintaan Ekowisata

Damanik (2006), mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Hal ini dapat diartikan bahwa rekreasi dapat dilakukan di tempat-tempat hiburan seperti taman hiburan, bioskop dan akhir-akhir ini marak berekreasi di


(50)

mal-mal. Namun tidak sedikit masyarakat yang ingin mencari kesenangan di alam terbuka (out door recreation) dengan menikmati udara segar,

pemandangan indah dan suasan alam yang nyaman, serta menikmati bentang alam yang mempesona. Hal ini menyebabkan kebutuhan masyakat akan wisata menjadi meningkat.

Lebih lanjut, Damanik mengungkapkan bahwa dari sisi ekonomi pariwisata muncul dari empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam sistem, yakni:

1. Permintaan akan kebutuhan.

2. Penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata itu sendiri.

3. Pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya. 4. Pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga elmen tadi.


(51)

Gambar 3. Sistem Kepariwisataan

Sumber : Steck, et al, 1999 (dalam Damanik, 2006)

Di samping itu ada beberapa sarjana memberikan konsep ekowisata

diantaranya: Fandeli (2000:5) memberi batasan ekowisata yaitu suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomis dan mempertahankan keutuhan budaya bagi mayarakat setempat. Berdasarkan pengertian tersebut, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan suatu gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk Sementara Organisasi The Ecotourism Society (2000:15) mengatakan

ekowisata suatu bentuk perjalanan wisata ke daerah alami yang dilakukan dengan aturan mengenai konservasi lingkungan dan pelestarian kehidupan serta kesejahteraan penduduk setempat dan Eplerwood (1999;23) ekowisata adalah bentuk baku dari perjalanan bertanggungjawab di daerah alami dan

c c

a b

d e

Kebijakan Pariwisata P e n a w ar a n p e r m i n t a a n Produk Pasar/Pelaku Pariwisata

Keterangan: :

a) Mendorong; b) mengendalikan; c) mempengaruhi; d) mengembangkan dan memasarkan; e) membeli


(52)

berpetualangan yang dapat menciptakan industri pariwisata. Di samping itu ia juga mengemukakan delapan prinsip ekowisata yaitu.

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya.

2. Pendidikan konservasi lingkungan artinya mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi.

3. Pendapatan langsung untuk kawasan artinya pendapatan yang diperoleh dipergunakan untuk membina melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.

4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan artinya masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata termasuk melakukan pengawasan. 5. Penghasilan masyarakat artinya keuntungan secara nyata diterima

masyarakat dari kegiatan ekonomi dapat mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.

6. Menjaga keharmonisan dengan alam artinya semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga

keharmonisan dengan alam.

7. Daya dukung lingkungan artinya dalam pengembangan ekowisata harus tetap memperhitungkan daya dukung lingkungan.

8. Peluang penghasilan negara porsinya cukup besar.

Selanjutnya menurut A.A. Gde Raka Dalem (2002;4), ekowisata adalah

penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat alami atau daerah yang dibuat berdasarkan kaedah alam, mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(53)

8. Willingness to pay (WTP)

Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa pelayanan angkutan umum tersebut. Dalam permasalahan transportasi WTP dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:

1. Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan transportasi;

2. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan; 3. Utilitas pengguna terhadap angkutan tersebut; 4. Perilaku pengguna.

B. Tinjauan Empiris

1. Penelitian terdahulu

a. Penelitian Luar Negeri

Shrestha, Seidl dan Moraes (2002), Studi tersebut menunjukan nilai rekreasi memancing dari Brasil Pantanal diukur dengan menggunakan metode biaya perjalanan (TCM). Kami membandingkan non-linear, Poisson dan model jumlah data yang binomial negatif untuk memperkirakan kebutuhan rekreasi memancing. Data jumlah dan model terpotong digunakan terutama untuk memperhitungkan bilangan bulat dan pemotongan sifat non-negatif memancing rekreasi seperti yang disarankan oleh literatur valuasi rekreasi. Hasil


(54)

baik dalam penelitian mereka. Nilai-nilai ekonomi dari rekreasi memancing dalam hal surplus konsumen (CS) yang diturunkan menggunakan non-linear dan model terpotong. Kami memperkirakan nilai CS dari $ 540,54 sampai $ 869,57 per trip sehingga total kesejahteraan sosial perkiraan berkisar dari $ 35 sampai $ 56.000.000. Studi ini menunjukkan nilai yang relatif tinggi dari rekreasi

memancing di Pantanal dibandingkan dengan penelitian serupa yang dilakukan di bagian lain dunia. Temuan penelitian ini akan menjadi penting bagi

keputusan manajemen sumber daya di Pantanal dan bisa berfungsi sebagai acuan dalam menilai sumber daya yang sama di ekosistem lain di seluruh dunia.

Menurut Ajayi (2006), penelitian tersebut menilai kesediaan petani untuk membayar (WTP) untuk penyuluhan. Metode Penilaian Kontinjensi (CVM) digunakan untuk menilai jumlah yang petani bersedia membayar. Data primer pada, variabel sosio-ekonomi demografi petani dan WTP mereka dikumpulkan dari 228 petani yang dipilih secara acak dalam prosedur pengambilan sampel tahap-bijaksana dari Negara Oyo, Nigeria. Data yang dirangkum dengan menggunakan distribusi frekuensi sementara CVM, yang biasa digunakan oleh para ekonom sumber daya alam untuk menilai kesediaan masyarakat untuk bagian-dana proyek yang diusulkan, digunakan untuk menentukan jumlah yang petani bersedia membayar. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar petani menggambarkan diri mereka sebagai memiliki kemampuan untuk membayar layanan dan bersedia membayar jika pendapatan mereka dari pertanian akan meningkat dan program dibuat relevan untuk mereka. Mereka juga ingin membayar melalui koperasi. Hasil CVM menunjukkan bahwa Lower Bound Berarti (LBM) dari jumlah yang petani bersedia membayar untuk


(55)

perpanjangan adalah N391.47 per petani per tahun. Studi ini menyimpulkan bahwa ada tantangan untuk spesialis ekstensi untuk membuat program partisipatif dan petani relevan jika petani harus dibebankan dengan tanggung jawab berpartisipasi dalam pembiayaan penyuluhan pertanian.

Lee dan Han (2002), dalam penelitian ini hasil empiris menunjukkan bahwa sumber daya alam dan atau budaya taman nasional sampel memiliki

penggunaan yang cukup dan nilai-nilai pelestarian, besarnya biaya masuk saat ini dan biaya pemeliharaan per pengunjung. Dengan demikian, nilai-nilai ini memberikan cukup pembenaran bagi otoritas taman nasional untuk

meningkatkan biaya masuk untuk menjaga kualitas lingkungan alam, dan menghindari merendahkan sumber daya alam dalam hal tidak ada bantuan pemerintah. Temuan dapat memberikan bimbingan kepada pengelola taman nasional dan praktisi yang menetapkan kebijakan harga. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai-nilai sumber daya alam dan atau budaya yang berbeda di lima taman nasional yang khas, menunjukkan kemungkinan menggunakan biaya masuk diferensial sesuai dengan karakteristik taman.

b. Penelitian Dalam Negeri

Somadi (2012), dalam penelitian tersebut mengukur nilai ekonomi yang

diperoleh pengunjung objek wisata Curug Cimahi, menggunakan metode biaya perjalanan individu (Individual Travel Cost Method) yang dioperasionalisasikan menggunakan regresi linier berganda. Jumlah kunjungan individu sebagai variabel terikat dan 2 (dua) jenis variabel sebagai variabel bebas yang signifikan yaitu variabel biaya perjalanan ke objek wisata Curug Cimahi (meliputi biaya


(56)

transportasi, biaya konsumsi, biaya akomodasi/penginapan, biaya tiket masuk, biaya dokumentasi, biaya pembelian souvenir dan biaya lain-lain) dan variabel gender. Nilai ekonomi objek wisata Curug Cimahi yaitu nilai surplus konsumen diperoleh sebesar Rp. 710.259,101 per individu per tahun atau sebesar Rp. 218.541,2618 per individu per satu kali kunjungan, sehingga dihitung nilai ekonomi objek wisata Curug Cimahi sebesar Rp. 10.804.461.444,412 (nilai surplus konsumen perindividu pertahun dikalikan dengan jumlah pengunjung tahun 2011). Kemampuan membayar masyarakat atas objek wisata Curug Cimahi adalah sebesar Rp. 52.869,32 per satu kali kunjungan masih jauh diatas keinginan untuk membayar yang dilakukan oleh pengujung untuk berkunjung ke objek wisata Curug Cimahi. Hal ini mengindikasikan besarnya benefit yang dirasakan masyarakat yang memiliki kebutuhan rekreasi.

Menurut Hakim (2011), tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengukur nilai ekonomi di Rawapening. Penelitian ini diharapkan dapat melihat sejauh mana peran pariwisata alam dipandang sebagai tempat wisata yang ramah lingkungan . karenamanfaat wisata alam biasanya memiliki berbagai sumber daya alam seperti keanekaragaman hayati, manfaat langsung,dan tidak langsung berhubungan dengan fungsi-fungsi ekologis penting yang tidak hanya dianggap sebagai Lokawisata. Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer diperoleh dari survei lapangan ke pelaku yang mengunjungi wisata

Rawapening. Metode analisis yang digunakan dua metode. Ada metode biaya perjalanan dan metode contingent valuation.Penelitian ini menemukan faktor penting penentu probabilitas individu harus bersedia untuk membayar nilai nominal tertentu untuk peningkatan kualitas lingkungan adalah jumlah nominal


(57)

tawaran, pendapatan, dan pendidikan. Kemudian, penentu jumlah kunjungan adalah pengalaman untuk mengunjungi, biaya perjalanan, pendapatan, usia, dan persepsi. Nilai ekonomi dari ekowisata diperkirakan Rp 7,41 miliar untuk surplus konsumen dan Rp 1,65 miliar untuk Total keuntungan per tahun. Ini berarti bahwa nilai ekonomi yang signifikan wisata alam berbasis akan hilang darisetiap pembangunan skala besar dengan menurunkan lingkungan alam.

Menuut Marjhuka (2005), penelitian tersebut menenilti tentang pertumbuhan fenomenal pariwisata global telah langsung dan jauh mencapai konsekuensi bagi warisan alam dan budaya, karena langsung menghubungkan kegiatan wisata dengan penggunaan dampak rendah dari alam sumber daya, konservasi lingkungan dan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Satu di antara banyak istilah diberikan kepada bentuk pariwisata adalah sektor ekowisata. Gerakan ekowisata berkembang pesat untuk zona pesisir daya tarik pariwisata, dalam hal ini sama seperti ekowisata di Ujung Genteng, Wilayah Jawa Barat konservasi alam penyu hijau, terumbu karang dan pemandangan pantai berpasir,

memancing masyarakat, dan lain-lain berbagai potensi alam, dapat bermanfaat untuk menarik wisatawan domestik baik wisatawan sebagai internasional. Metode biaya perjalanan dapat digunakan untuk memperkirakan nilai guna ekonomi terkait dengan ekosistem atau situs yang digunakan untuk rekreasi seperti Ujung Genteng di Area itu. Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan manfaat ekonomi atau biaya yang dihasilkan dari : 1 ) perubahan dalam akses Biaya untuk situs rekreasi, 2 ) penghapusan situs rekreasi yang ada, 3 ) penambahan baru situs rekreasi, dan 4 ) perubahan kualitas lingkungan di lokasi rekreasi. Premis dasar dari metode biaya


(58)

perjalanan adalah bahwa waktu dan biaya biaya travel yang dikenakan orang-orang untuk mengunjungi situs mewakili "harga" akses ke situs. Dengan demikian, kesediaan masyarakat untuk membayar untuk mengunjungi situs tersebut dapat diestimasi berdasarkan jumlah perjalanan yang mereka buat dengan biaya perjalanan yang berbeda. Hal ini analog dengan kesediaan masyarakat memperkirakan untuk membayar baik dipasarkan berdasarkan kuantitas yang diminta pada harga yang berbeda.

Menurut Abdillah, Mubarak dan Thamrin (2009), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai penggunaan langsung terdiri dari nilai ekonomi hutan di hutan Resort Dumai untuk bandwidth dari 3,298 hektar adalah

Rp 8.649.994.400. Dengan nilai NPV dalam waktu 25 tahun adalah

Rp 78.454.488.312,11. Nilai ekonomis kayu kabel itu sendiri dalam waktu 1 tahun adalah Rp 388.756.500. Sedangkan nilai ekonomi dalam 25 tahun adalah Rp3.466.901.293,70. Nilai ekonomi tanaman dihiasi adalah Rp608.415.040, dengan NPV dalam waktu 25 tahun adalah Rp 5.495.376.545,72-. Nilai

ekonomi dari fauna adalah 330.030.000, Nilai NPV dalam 25 tahun mendatang adalah Rp 1.109.457.677. Nilai ekonomi tanaman obat dalam waktu 25 tahun (NPV) sebesar Rp10.043.360.612,61. Sementara nilai guna tidak langsung yang terdiri dari nilai ekonomi penyerapan karbon dari hutan adalah Rp

51.824.772.000, Nilai NPV dalam waktu 25 tahun dari penyerapan karbon Rp 470.388.298.259,56 dan nilai ekonomi hutan keberadaan Dumai adalah Rp 49.266.513.000. Nilai hutan keberadaan Dumai dalam waktu 25 tahun dengan faktor diskon 10% adalah Rp 447.148.724.859,53. Jumlah hutan bernilai ekonomi resort Dumai adalah Rp.112,177.938.617 dan Nilai NPV dalam waktu


(59)

25 tahun dengan asumsi harga stabil dan dengan tingkat bunga 10% adalah Rp.1, 017970152600.

Hasiani, Mulyani, Yuniarti (2007), dalam penelitian tersebut berbagai fungsi yang terkait dengan sumber daya alam (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan

perkotaan juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Sebagai obyek wisata alam, Taman Alun–alun Kapuas belum tertata dengan baik, pelaksanaan upaya pengelolaan objek wisata Taman Alun Kapuas

membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu diharapkan bagi pengunjung untuk membayar dalam pengelolaan Taman Alun Kapuas. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik dalam menganalisis faktor -faktor kesediaan pengunjung untuk membayar. Sedangkan metode CVM

(ContingenValuation Method) digunakan untuk mengestimasi biaya yang akan dikeluarkan oleh pengunjung, dan metode regresi berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi besar kesediaan membayar pengunjung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84% responden bersedia membayar dalam upaya pengelolaan lingkungan obyek wisata Taman Alun Kapuas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar

responden pengunjung dalam upaya pengelolaan lingkungan obyek wisata Taman Alun Kapuas antara lain pendapatan (PNDPTN3) dan pengetahuan (PNGTHUAN). Nilai rata-rata WTP responden pengunjung adalah sebesar Rp 3360,00/orang. Faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden yaitu usia (U).


(1)

Lampiran 5. Hasil Uji Autokorelasi Persamaan

Willingness to Pay

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic

0.062239 Probability

0.939987

Obs*R-squared

0.201412 Probability

0.904199

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 06/23/14 Time: 14:45

Presample and interior missing value lagged residuals set to zero.

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

-0.119142

3.004128

-0.039659

0.9691

LOG(TC)

0.008911

0.222965

0.039967

0.9688

LOG(AGE)

-0.002724

0.067362

-0.040444

0.9685

LOG(EDU)

0.004372

0.056839

0.076915

0.9401

LOG(INC)

-0.003686

0.135567

-0.027189

0.9788

RESID(-1)

-0.158980

0.542415

-0.293096

0.7749

RESID(-2)

-0.159813

0.612460

-0.260937

0.7990

R-squared

0.011190 Mean dependent var

1.85E-15

Adjusted R-squared

-0.528162 S.D. dependent var

0.063256

S.E. of regression

0.078197 Akaike info criterion

-1.973878

Sum squared resid

0.067262 Schwarz criterion

-1.627622

Log likelihood

24.76490 F-statistic

0.020746

Durbin-Watson stat

1.043438 Prob(F-statistic)

0.999940

Lampiran 6. Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan

Willingness to Pay

Lampiran 7. Hasil Uji Reabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 81 100.0

Excludeda 0 .0

Total 81 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(2)

Lampiran 8. Tabel Data Koletif

WTP

TC

EDU

INC

AGE

925000

1245000

265

35

266

925000

1245000

265

35

266

655000

805000

65

-15

-34

655000

805000

-35

-5

-34

655000

805000

-35

-5

-34

655000

805000

-35

-5

-34

655000

805000

-35

-15

-134

655000

805000

-35

5

-34

1155000

1595000

-35

25

-34

1205000

1595000

-35

15

-34

395000

520000

-135

-15

-134

395000

545000

-135

-15

-134

400000

545000

-135

-15

-134

390000

495000

-35

5

66

655000

795000

-35

15

66

625000

845000

-35

15

66

575000

795000

-35

5

-34

645000

815000

-35

5

66

905000

1195000

-35

35

66

675000

795000

-35

5

-34

625000

895000

-35

5

-34

1105000

1645000

65

25

-34

1105000

1645000

-35

25

-34

1155000

1645000

-35

15

-34

1185000

1645000

-35

25

-34

1205000

1645000

65

15

-34

1205000

1645000

-35

15

-34

1155000

1645000

-35

15

-34

855000

1095000

165

35

166

855000

1095000

265

35

166

805000

1125000

-35

35

66

805000

1145000

-35

15

166

805000

1095000

-35

15

166

705000

955000

-35

15

66

655000

955000

165

15

66

605000

955000

-35

5

-134

605000

955000

-35

5

-134

705000

1395000

-135

5

-134

705000

1395000

65

25

66

695000

1395000

65

5

-34

725000

1395000

-35

5

-34

655000

1395000

65

5

-34

635000

955000

-35

-15

-134

615000

955000

-35

-15

-134

670000

955000

65

15

66

595000

955000

165

15

-34

665000

1005000

-35

-15

-34

665000

1005000

-35

-15

-34

805000

1075000

-35

-15

-34

755000

1055000

-35

-15

-34

1005000

1395000

-35

-15

-134

1005000

1345000

-135

-15

-134

1005000

1345000

-135

-15

-134

1005000

1345000

-135

-15

-134

1005000

1345000

-135

-15

-134


(3)

475000

655000

165

15

-34

475000

655000

165

15

-34

475000

655000

65

15

-34

445000

655000

65

15

-34

425000

655000

65

15

-34

455000

655000

65

15

-34

425000

655000

165

15

-34

425000

655000

165

15

-34

425000

655000

165

15

-34

425000

655000

165

15

-34

425000

655000

165

15

-34

955000

1345000

165

25

66

1015000

1345000

165

25

66

905000

1245000

165

15

66

855000

1245000

165

25

66

955000

1245000

165

25

66

905000

1245000

165

25

66

825000

1045000

-35

-5

-134

725000

1045000

-35

-15

-34

755000

1045000

-135

-15

-134

885000

1345000

165

35

166

1005000

1345000

165

35

166

955000

1345000

165

35

166

935000

1345000

165

35

166


(4)

Lampiran 9. Tabulasi Data

No Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 1 5 4 5 5 LUAR LAMPUNG 3 2 4 4 4 5 4 925000 1245000

2 5 4 5 5 LUAR LAMPUNG 3 2 4 4 4 5 4 925000 1245000

3 2 2 3 0 LAMPUNG 3 2 4 4 4 5 4 655000 805000

4 2 2 2 1 LAMPUNG 3 2 4 2 4 5 4 655000 805000

5 2 2 2 1 LAMPUNG 3 2 4 2 4 5 3 655000 805000

6 2 2 2 1 LAMPUNG 3 2 4 2 4 5 3 655000 805000

7 1 2 2 0 LAMPUNG 3 2 4 4 4 4 2 655000 805000

8 2 5 2 2 LAMPUNG 3 2 4 4 4 4 2 655000 805000

9 2 5 2 4 LUAR LAMPUNG 3 4 4 3 4 4 2 1155000 1595000

10 2 5 2 3 LUAR LAMPUNG 3 4 4 4 4 4 2 1205000 1595000

11 1 2 1 0 LAMPUNG 3 1 4 4 3 4 2 395000 520000

12 1 2 1 0 LAMPUNG 3 1 4 4 4 4 4 395000 545000

13 1 2 1 0 LAMPUNG 3 1 4 5 4 4 1 400000 545000

14 3 5 2 2 LAMPUNG 4 1 4 5 3 5 1 390000 495000

15 3 5 2 3 LAMPUNG 4 1 4 4 5 4 1 655000 795000

16 3 5 2 3 LAMPUNG 4 1 4 3 5 5 2 625000 845000

17 2 5 2 2 LAMPUNG 4 1 4 2 5 5 2 575000 795000

18 3 3 2 2 LAMPUNG 4 1 2 5 4 5 1 645000 815000

19 3 3 2 5 LUAR LAMPUNG 4 2 4 5 4 5 2 905000 1195000

20 2 2 2 2 LAMPUNG 4 1 4 2 3 4 2 675000 795000

21 2 2 2 2 LAMPUNG 4 1 4 2 5 4 2 625000 895000

22 2 5 3 4 LUAR LAMPUNG 4 4 4 2 4 4 2 1105000 1645000

23 2 5 2 4 LUAR LAMPUNG 4 4 4 2 3 4 2 1105000 1645000

24 2 5 2 3 LUAR LAMPUNG 4 4 4 4 5 4 4 1155000 1645000

25 2 5 2 4 LUAR LAMPUNG 4 4 4 4 4 5 2 1185000 1645000

26 2 5 3 3 LUAR LAMPUNG 2 4 4 4 3 5 4 1205000 1645000

27 2 5 2 3 LUAR LAMPUNG 2 4 5 4 4 5 4 1205000 1645000

28 2 5 2 3 LUAR LAMPUNG 2 4 5 4 5 5 4 1155000 1645000

29 4 3 4 5 LAMPUNG 2 2 4 4 4 5 2 855000 1095000

30 4 3 5 5 LAMPUNG 2 2 5 4 4 4 2 855000 1095000

31 3 3 2 5 LAMPUNG 3 2 4 5 4 3 4 805000 1125000

32 4 5 2 3 LAMPUNG 3 2 5 3 4 4 3 805000 1145000

33 4 5 2 3 LAMPUNG 3 2 5 3 4 4 3 805000 1095000

34 3 5 2 3 LAMPUNG 3 2 5 5 3 4 4 705000 955000

35 3 5 4 3 LAMPUNG 3 2 3 4 5 4 3 655000 955000

36 1 5 2 2 LAMPUNG 3 2 4 2 4 4 2 605000 955000

37 1 5 2 2 LAMPUNG 3 2 3 4 4 4 2 605000 955000

38 1 5 1 2 LAMPUNG 3 4 4 3 4 4 2 705000 1395000

39 3 4 3 4 LAMPUNG 3 4 5 2 4 4 2 705000 1395000

40 2 4 3 2 LAMPUNG 3 4 5 2 4 5 4 695000 1395000


(5)

42 2 4 3 2 LAMPUNG 3 4 4 5 4 5 4 655000 1395000

43 1 2 2 0 LAMPUNG 3 2 4 5 4 5 4 635000 955000

44 1 2 2 0 LAMPUNG 4 2 4 5 5 4 4 615000 955000

45 3 5 3 3 LAMPUNG 4 2 4 5 5 4 2 670000 955000

46 2 5 4 3 LAMPUNG 4 2 3 3 5 3 4 595000 955000

47 2 2 2 0 LAMPUNG 4 2 4 3 5 4 4 665000 1005000

48 2 2 2 0 LAMPUNG 4 2 3 3 3 4 2 665000 1005000

49 2 2 2 0 LAMPUNG 4 2 5 3 3 4 2 805000 1075000

50 2 2 2 0 LAMPUNG 3 2 5 3 3 4 2 755000 1055000

51 1 2 2 0 LUAR LAMPUNG 3 2 5 1 4 4 2 1005000 1395000

52 1 2 1 0 LUAR LAMPUNG 3 2 5 1 4 4 2 1005000 1345000

53 1 2 1 0 LUAR LAMPUNG 3 2 5 2 4 4 2 1005000 1345000

54 1 2 1 0 LUAR LAMPUNG 3 2 5 2 4 4 1 1005000 1345000

55 1 2 1 0 LUAR LAMPUNG 3 2 4 2 4 5 1 1005000 1345000

56 3 4 1 4 LUAR LAMPUNG 3 2 4 2 4 4 1 1005000 1345000

57 2 5 4 3 LAMPUNG 3 1 4 2 5 4 1 475000 655000

58 2 5 4 3 LAMPUNG 3 1 5 5 5 4 1 475000 655000

59 2 5 3 3 LAMPUNG 3 1 5 5 4 5 1 475000 655000

60 2 5 3 3 LAMPUNG 3 1 5 4 4 5 1 445000 655000

61 2 5 3 3 LAMPUNG 3 1 4 3 4 5 1 425000 655000

62 2 5 3 3 LAMPUNG 3 1 4 3 5 4 3 455000 655000

63 2 5 4 3 LAMPUNG 3 1 4 3 5 4 2 425000 655000

64 2 5 4 3 LAMPUNG 3 1 4 3 4 4 2 425000 655000

65 2 5 4 3 LAMPUNG 3 1 4 4 4 4 3 425000 655000

66 2 5 4 3 LAMPUNG 3 1 5 4 4 5 2 425000 655000

67 2 5 4 3 LAMPUNG 3 1 5 4 4 5 2 425000 655000

68 3 5 4 4 LUAR LAMPUNG 4 2 5 2 5 5 2 955000 1345000

69 3 5 4 4 LUAR LAMPUNG 4 2 5 2 5 5 1 1015000 1345000

70 3 5 4 3 LUAR LAMPUNG 4 2 5 2 5 5 2 905000 1245000

71 3 5 4 4 LUAR LAMPUNG 4 2 5 2 4 5 2 855000 1245000

72 3 5 4 4 LUAR LAMPUNG 4 2 5 4 4 5 4 955000 1245000

73 3 5 4 4 LUAR LAMPUNG 4 2 4 4 4 5 1 905000 1245000

74 1 2 2 1 LAMPUNG 3 2 4 4 5 4 1 825000 1045000

75 2 2 2 0 LAMPUNG 3 2 4 4 5 4 1 725000 1045000

76 1 2 1 0 LAMPUNG 3 2 4 4 4 5 1 755000 1045000

77 4 5 4 5 LUAR LAMPUNG 4 2 4 4 4 4 2 885000 1345000

78 4 5 4 5 LUAR LAMPUNG 4 2 4 4 4 5 2 1005000 1345000

79 4 5 4 5 LUAR LAMPUNG 4 2 4 4 4 5 2 955000 1345000

80 4 5 4 5 LUAR LAMPUNG 4 2 4 4 4 5 2 935000 1345000


(6)

Lampiran 10. Perhitungan Surplus Konsumen

Hasil regresi antara jumlah WTP (Y) dengan variabel bebas menghasilkan model :

Dx = Qx = 3,714378 + 0,85202 P

Untuk menghasilkan surplus konsumen per individu per tahun digunakan integral terbatas

dengan batas atas sebesar Rp. 1.645.000,- (P1) dan batas bawah sebesar Rp.495.000,-

(P0). Untuk menghitung surplus konsumen digunakan persamaan berikut ini.

SK =

3,714738 + 0,85202

1.645.000

495.000

SK = (3,714378 + 0,85202 (P

1

-P

0

))

SK = (3,714378 + 0,85202 (1.645.000 - 495.000 ))

SK = (3,714378 + 0,85202 (1.155.000))

SK =(3,714378 + 979.823)

SK = 979.826,714 Per individu