Karakteristik Pendidikan Inklusif Sekolah Menengah Pertama 1.

20 inklusif adalah hak untuk memperoleh pendidikan yang layak tanpa memandang perbedaan kondisi fisik, ras, agama, bahasa dan sebagainya dalam mengenyam pendidikan.

3. Karakteristik Pendidikan Inklusif

Menurut Budiyanto 2005: 157 karakteristik yang terpenting dari sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah suatu komunitas yang kohesif dimana sekolah harus menerima dan responsive terhadap kebutuhan individual setiap peserta didik. Shapon-Shevin Budiyanto, 2005: 157 mengemukakan lima profil pembelajaran di sekolah inklusif, meliputi; a. Pendidikan inklusif berarti menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keberagaman, dan menghargai perbedaan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suasana kelas yang menampung semua anak secara penuh dengan menekan suasana dan perilaku sosial yang menghargai perbedaan yang menyangkut kemampuan, kondisi fisik, sosial ekonomi, suku, agama, dsb. b. Penerapan kurikulum yang multilevel dan multimodalitas dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. Mengajar dalam kelas yang heterogen memerlukan perubahan kurikulum yang mendasar dan guru di kelas sekolah inklusif secara terus menerus akan bergeser dari pembelajaran yang kaku, berdasarkan buku teks atau materi pembelajaran yang banyak melibatkan pembelajaran yang kooperatif, tematik, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan assesmen secara autentik. 21 c. Pendidikan inklusif berarti mempersiapkan dan mendorong guru untuk mengajar secara interaktif. Perubahan kurikulum berkaitan erat dengan perubahan secara metode pembelajaran. Peserta didik bekerjasama, saling mengajar, dan secara aktif berpartisipasi dalam pendidikannya sendiri serta teman-temannya. Terlihat jelas kaitan antara pembelajaran kooperatif dan kelas inklusif bahwa semua anak berada dalam satu kelas bukan untuk berkompetisi melainkan untuk belajar dari yang lain. d. Pendidikan inklusif berarti menyediakan dorongan bagi guru dan kelasnya secara terus menerus serta penghapusan hambatan yang berkaitan dengan isolasi profesi. Aspek yang paling penting dari pendidikan inklusif meliputi pengajaran dengan tim, kolaborasi, dan konsultasi serta berbagai cara mengukur ketrampilan, pengetahuan, dan bantuan individu yang bertugas mendidik sekelompok anak. Kerjasama tim sangat diperlukan antara guru dengan para profesional, ahli bina bahasa dan wicara, petugas bimbingan, dsb. Selain itu, guru juga memerlukan pelatihan dan dorongan sehingga kerjasama yang diinginkan dapat terwujud. e. Pendidikan inklusif berarti melibatkan orang tua dalam proses perencanaan dan pendidikan inklusif sangat tergantung kepada masukan orang tua pada pendidikan anaknya, misalnya keterlibatan orang tua dalam penyusunan program pembelajaran individu. Sementara itu, karakteristik dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif terdiri dari beberapa hal seperti hubungan, kemampuan, pengaturan tempat duduk, materi belajar, sumber dan evaluasi yang dijelaskan sebagai berikut: 22 a. Hubungan Ramah dan hangat, contoh untuk anak tuna rungu: guru selalu berada di dekatnya dengan wajah terarah pada anak dan tersenyum. Pendamping kelas orang tua memuji anak tuna rungu dan membantu lainnya. b. Kemampuan Guru, peserta didik dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda serta orang tua sebagai pendamping. c. Pengaturan tempat duduk Pengaturan tempat duduk yang bervariasi seperti, duduk berkelompok di lantai membentuk lingkaran atau duduk di bangku bersama-sama sehingga mereka dapat melihat satu sama lain. d. Materi belajar Berbagai bahan yang bervariasi untuk semua mata pelajaran, contoh pembelajarn matematika disampaikan melalui kegiatan yang lebih menarik, menantang dan menyenangkan melalui bermain peran menggunakan poster dan wayang untuk pelajaran bahasa. e. Sumber Guru menyusun rencana harian dengan melibatkan anak, contoh meminta anak membawa media belajar yang murah dan mudah didapat ke dalam kelas untuk dimanfaatkan dalam pelajaran tertentu. f. Evaluasi Penilaian, observasi, portofolio yakni karya anak dalam kurun waktu tertentu dikumpulkan dan dinilai Lay Kekeh Marthan, 2007: 151. Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif harus memperhatikan komponen-komponen yang ada di atas agar sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Selain itu, sekolah juga harus mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang ramah.

4. Karakteristik Manajemen Pendidikan Inklusif