15
KAJIAN PUSTAKA
A. Sekolah Menengah Pertama 1.
Konsep Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Pertama adalah sekolah umum selepas sekolah dasar dan sebelum sekolah menengah umum Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002:
1014. Menurut PP Nomor 66 Tahun 2010 Pasal 1, Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari
hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI. Berbagai pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa Sekolah Menengah
Pertama SMP merupakan lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum sebagai lanjutan sekolah dasar, MI, atau bentuk lain. Sekolah
Menengah Pertama merupakan bagian dari pendidikan dasar. Lama pendidikan untuk menempuh Sekolah Menengah Pertama adalah selama 3 tiga tahun.
2. Tujuan Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Pertama SMP merupakan jenjang pendidikan dasar. Tujuan pendidikan dasar adalah
untuk memberikan bekal kemampuan, pengetahuan dan menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam kehidupan
bermasyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah Fuad Ihsan, 2003: 130. Pendidikan dasar khususnya sekolah
menengah pertama pada prinsipnya merupakan pendidikan mendasar mengenai
16 pengetahuan, kemampuan dan sikap dasar dalam bermasyarakat. Pendidikan dasar
harus disediakan agar seluruh warga negara memperoleh kesempatan dalam pelaksanaan pendidikan dasar, sehingga semua warga negara dapat mengenyam
pendidikan yang layak. Selain itu, lembaga penyelenggara pendidikan dalam hal ini sekolah menengah pertama idealnya mengakomodasikan semua anak tanpa
memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, dan emosional, termasuk anak yang berkebutuhan khusus.
n k
k lu
s 1.
Pengertian Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif merupakan model penyelenggaraan pendidikan yang menggabungkan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal dalam
proses kegiatan pembelajaran. UNESCO Lay Kekeh Marthan, 2007: 143 mengemukakan bahwa: i
lu sive e
io n
is evelo
p m
en t
h seeking
to address the learning needs of all children, youth and adults with a specific focus on those who are vulnerable to marginalization and exclusion . Dengan
demikian, pengertian pendidikan inklusif adalah sebuah pendekatan yang berhubungan dengan pengembangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
belajar seluruh anak tanpa ada perbedaan dan pemisahan. Pendidikan memberikan hak yang sama kepada setiap peserta didik untuk mengembangkan potensinya.
Sementara itu, dalam The Salamanca Statement and Framework for Action on Special Needs Education 1994, dinyatakan bahwa:
Inclusive education means that : schools should accommodate all
children regardless of their physical, intellectual, social, emotional, linguistic or other conditions. This should include disabled and gifted
17 h
il street
w o
rking children, children from remote or nomadic populations, children from linguistic, ethnic or cultural minorities and
children from other disadvantaged or marginalised areas or groups.
Jadi, pendidikan inklusif berarti bahwa sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa menghiraukan kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional,
linguistik atau kondisi lain mereka. Hal ini termasuk anak cacatberkelainan dan anak berbakat, anak jalanan dan anak pekerja, anak dari populasi terpencil dan
pengembara, anak dari linguistik, etnik dan budaya minoritas dan anak-anak dari bidang kelemahan atau kelompok marginal lain.
Pendidikan inklusif menurut Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 pasal 1, pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Sementara menurut Staub dan Peck Budiyanto,
2005: 18 pendidikan inklusif adalah penempatan ALB Anak Luar Biasa anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh dikelas biasa reguler.
Hal tersebut menjelaskan bahwa penempatan anak berkebutuhan khusus ABK dalam kelas biasareguler adalah hal yang tepat agar ABK dapat berkembang
beserta peserta didik pada umumnya. Berbagai pendapat ahli di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan inklusif
merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran dengan peserta
didik normal yang seusianya dalam kelas reguler. Dengan adanya pendidikan
18 inklusif dapat memberikan kesempatan yang sama kepada peserta didik tanpa
menghiraukan kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik termasuk anak berkebutuhan khusus dalam memperoleh pendidikan yang layak. Selain itu,
tidak ada diskriminasi antara anak normal dan anak yang berkebutuhan khusus dalam mengenyam pendidikan pada umumnya.
Sekolah inklusif merupakan sekolah yang mengakomodasi semua anak tanpa menghiraukan kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik, etnik,
budaya atauu kondisi lain mereka. Seperti yang dikemukakan oleh Stainback Tarmansyah, 2007: 82 bahwa sekolah inklusif adalah sekolah yang menampung
semua peserta didik di kelas yang sama. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa sekolah inklusif merupakan sekolah yang mengikutsertakan semua peserta
didik di kelas yang sama tanpa memandang perbedaan termasuk anak berkebutuhan khusus, sehingga semua peserta didik mendapatkan kesempatan
yang sama dalam memperoleh pendidikan yang layak, dalam hal ini anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas reguler
bersama dengan anak normal yang seusianya.
2. Tujuan Pendidikan Inklusif