PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA PEMBELAJARAN PARTIKEL MATERI

PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI
KIMIA PADA PEMBELAJARAN PARTIKEL MATERI

Oleh
DONNY PRAMANALADI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI
KIMIA PADA PEMBELAJARAN PARTIKEL MATERI


Oleh
DONNY PRAMANALADI

Konsep kimia banyak yang bersifat abstrak. Pembelajaran kimia yang berlangsung
selama ini umumnya hanya pada dimensi makroskopis dan simbolik, sedangkan
dimensi submikroskopis seringkali diabaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media animasi berbasis representasi kimia pada pokok bahasan
partikel materi. Metode penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2008) yang secara garis besar terdiri dari tiga tahap yaitu
(1) analisis kebutuhan; (2) perencanaan dan pengembangan dan; (3) evaluasi
produk. Hasil penelitian ini adalah produk pengembangan berupa media animasi
berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi yang memiliki
karakteristik yaitu 1) menampilkan pokok bahasan partikel materi yang dijelaskan
melalui representasi kimia; 2) memiliki bagian-bagian berupa opening, judul
program, kata pengantar, petunjuk penggunaan, SK, KD, indikator, menu partikel
materi, animasi partikel penyusun unsur, animasi partikel penyusun senyawa,
animasi perbedaan molekul unsur dengan molekul senyawa, literatur, profil
pengembang, dan tombol keluar dari program; 3) memiliki tingkat kesesuaian isi
yang sangat tinggi yaitu 93% menurut guru dan menurut validator yaitu seorang

ii


ahli di bidang teknologi pendidikan media memiliki tingkat kesesuaian isi yang
tinggi yaitu 80%, memiliki tingkat keterbacaan yanag sangat tinggi yaitu 94%
menurut guru dan 91,69% menurut siswa, dan memiliki tingkat kemenarikan yang
tinggi yaitu 86,70 % menurut siswa.

Kata kunci : media animasi, partikel materi, representasi kimia

iii

DAFTAR ISI

I.

Halaman
PENDAHULUAN .....................................................................................
1

A. Latar Belakang ...........................................................................................


1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................

5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................

6

D. Manfaat Penelitian .....................................................................................

6

E. Ruang Lingkup ...........................................................................................

7

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................


8

A. Media Pembelajaran ....................................................................................

8

B. Media Animasi ............................................................................................ 12
C. Representasi Kimia ..................................................................................... 15
D. Analisis Konsep .......................................................................................... 19
III. METODE PENELITIAN ...........................................................................

24

A. Metode Penelitian .........................................................................................

24

B. Subyek dan Lokasi Penelitian .......................................................................

25


C. Sumber Data .................................................................................................

25

D. Instrumen Penelitian .....................................................................................

26

E. Prosedur Penelitian ........................................................................................

28

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................

35

G. Teknik Analisis Data ....................................................................................

36


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

40

A. Hasil Penelitian..............................................................................................

40

B. Hasil Perencanaan dan Pengembangan Media Animasi ...............................

44

C. Pembahasan ...................................................................................................

78

V. SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................

81


A. Simpulan........................................................................................................

81

B. Saran ..............................................................................................................

83

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

84

LAMPIRAN ......................................................................................................

86

1.

Pemetaan SK-KD .......................................................................................


87

2.

Silabus .........................................................................................................

98

3.

RPP ............................................................................................................. 109

4.

Instrumen Analisis Kebutuhan Siswa ......................................................... 144

5.

Instrumen Analisis Kebutuhan Guru .......................................................... 146


6.

Instrumen Validasi ...................................................................................... 148

7.

Instrumen Uji Coba Terbatan pada Siswa................................................... 157

8.

Instrumen Uji Coba Terbatas pada Guru .................................................... 166

9.

Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan pada Siswa .................................... 175

10. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan pada Guru ...................................... 177
11. Hasil Validasi ............................................................................................. 180
12. Hasil Uji Coba Terbatas Media Animasi .................................................... 186

13. Flowchart .................................................................................................... 199
14. Storyboard ................................................................................................... 200

15. Persentase dan kriteria hasil uji coba terbatas ............................................. 215
16. Hasil Observasi media animasi yang sudah ada ......................................... 224

1

I. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Pendidikan adalah salah satu wadah untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
yang tertera pada Pembukaan UUD 1945 yaitu “untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”, sehingga perlu dijaga keberlangsungannya dan dikembangkan pada pelaksanaannya. Namun, pada saat ini pendidikan di Indonesia mengalami penurunan
kualitas dari peringkat ke-65 merosot menjadi peringkat ke-69 dari 127 negara di
dunia berdasarkan data dalam Education For All (EFA) pada tahun 2011.

Pada bidang IPA, pada TIMSS tahun 2011 Indonesia berada di urutan ke-40

dengan skor 406 dari 42 negara dengan peserta dari siswa kelas VIII, Skors tes
IPA siswa Indonesia ini turun 21 angka dibandingkan TIMSS 2007, dan peringkat
pada PISA untuk bidang IPA pada tahun 2009, Indonesia berada pada peringkat
ke-66 berada jauh dibawah Singapura yang berada pada peringkat ke-4 dan
Malaysia yang berada pada peringkat ke-53. Berdasarkan peringkat ini perlu diadakan pembenahan dalam pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan IPA
yang masih berada pada peringkat yang rendah.

2

Pendidikan IPA adalah wahana bagi peserta didik untuk lebih mempelajari diri
sendiri dan lingkungan disekitarnya yang selalu berinteraksi dengannya serta pemberian pengalaman langsung. IPA merupakan ilmu yang membahas tentang fenomena alam yang terjadi di sekitar. Ilmu kimia merupakan salah satu bidang IPA
yang mempelajari tentang susunan zat, sifat zat, perubahan komposisi zat, dan
perubahan energi yang menyertai perubahan zat. Ilmu kimia terdiri dari berbagai
jenis konsep, hukum dan asas, dari yang paling sederhana hingga yang paling
kompleks. Oleh sebab itu, pembelajaran ilmu kimia diupayakan dapat memberikan bekal pada peserta didik untuk memahami fenomena alam yang terjadi di sekitarnya bedasarkan ilmu kimia yang telah dipelajarinya, baik itu bersifat konkrit
maupun bersifat abstrak.

Salah satu standar kompetensi peserta didik SMP kelas VIII semester 1 adalah
menjelaskan konsep partikel materi. Partikel materi merupakan konsep yang bersifat abstrak, tidak dapat dilihat mata namun gejala-gejalanya dapat dirasakan.
Sehingga perlu representasi yang dapat menghubungkan antara konsep yang bersifat abstrak dengan kenyataan yang ada di sekitar. Oleh sebab itu, diperlukan
media yang mampu meghubungkan konsep yang bersifat abstrak dengan kenyataan yang ada di sekitar.

Pembelajaran pada pokok bahasan partikel materi, seharusnya menggunakan representasi kimia yang dapat menjelaskan pokok bahasan tersebut secara keseluruhan. Penggunaan media dalam pembelajaran diperlukan guna mempermudah
penyampaian guru terhadap peserta didik untuk memahami pokok bahasan khususnya yang bersifat abstrak.

3

Penggunaan media yang tepat akan menghubungkan konsep yang bersifat abstrak
dengan kenyataan yang ada di sekitar peserta didik sehingga akan memberi pengalaman baru pada peserta didik.

Pada saat ini telah terjadi kemajuan teknologi di berbagai bidang, khususnya di
bidang multimedia yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
negara kita. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran guna
meningkatkan mutu pendidikan yaitu media animasi. Namun, sumber daya pendidik belum mampu menggunakan secara maksimal kemajuan teknologi saat ini
pada pembelajaran IPA, khususnya ilmu kimia. Pendidik cenderung tidak menggunakan media elektronik dan menggunakan metode yang monoton dalam menjelaskan suatu pokok bahasan, sehingga pembelajaran tidak berjalan efektif. Hal
ini membuat peserta didik cenderung tidak bersemangat, bahkan peserta didik
bosan untuk mendengarkan penjelasan dari guru yang menggunakan metode yang
monoton, sehingga pokok bahasan tidak dapat dipahami oleh peserta didik secara
keseluruhan.

Berdasarkan hasil observasi di 12 SMP Negeri di Kabupaten Pringsewu dengan
cara wawancara pada guru dan pengisian angket oleh peserta didik didapatkan informasi bahwa dari seluruh guru IPAyang diwawancarai hanya 1,9% yang telah
menggunakan media elektronik dan sisanya menggunakan tanpa menggunakan
media elektronik sebanyak 98,1% pada pembelajaran partikel materi. Sebagian
besar guru mengatakan bahwa keterbatasan kemampuan guru untuk membuat media animasi dan kesulitan guru dalam mendapatkan media animasi yang menyebabkan guru tidak menggunakan media animasi. Selain itu, keterbatasan jumlah

4

sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah seperti LCD proyektor dan laptop
juga menjadi salah satu kendala dalam proses pembelajaran, dalam satu sekolah
rata-rata hanya memiliki 2 LCD proyektor dan 1 laptop, sedangkan jumlah kelas
jauh lebih banyak di bandingkan jumlah ketersediaan sarana dan prasarana tersebut. Pada pembelajaran partikel materi 74,36% peserta didik dari seluruh peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami pokok bahasan partikel materi.
Bahkan sebagian besar guru merasa kesulitan dalam menjelaskan tentang konsep
partikel materi yang merupakan konsep yang abstrak. Akibatnya pembelajaran
IPA Terpadu khususnya pada pembelajaran partikel materi menjadi tidak efektif.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Fataqh pada tahun 2010 dengan menggunakan 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksprimen dilakukan
tindakan yaitu menggunakan media animasi namun dengan metode mengajar yang
sama dengan kelas kontrol, sedangkan kelaskontrol tanpa media animasi. Ternyata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi di bandingkan dengan kelas
kontrol. Fataqh menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media
animasi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan masalah tersebut maka diperlukan media pembelajaran yang tepat
untuk mempermudah guru dalam penyampaian pokok bahasan partikel materi dan
mempermudah peserta didik untuk memahami pokok bahasan partikel materi.
Selain itu, diperlukan media yang dapat meningkatkan ketertarikan peserta terhadap pokok bahasan yang disampaikan dengan cara atau metode yang berbeda.
Untuk mengembalikan disiplin ilmu kimia pada bidang kajiannya yang meliputi
representasi makroskopis, submikroskopis, dan simbolis maka perlu dilakukan

5

pembaharuan dan penyempurnaan media pembelajaran agar lebih menarik dan
tentunya menampilkan representasi kimia. Dengan demikian peserta didik dapat
lebih termotivasi dalam memahami pokok bahasan yang selain dapat melihat secara makroskopis dan simbolis, namun juga submikroskopis secara ilmu kimia.
Salah satu alternatif untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menarik
yaitu menggunakan media animasi berbasis representasi kimia. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka perlu dilakukan pengembangan media animasi berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah karakteristik media animasi berbasis representasi kimia pada
pembelajaran partikel materi yang dikembangkan?
2 Bagaimanakah tanggapan guru terhadap media animasi berbasis representasi
kimia pada pembelajaran partikel materi?
3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap media animasi berbasis representasi
kimia pada pembelajaran partikel materi?
4. Apasaja kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan media animasi
berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi?

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut:

1. Mengembangkan media animasi berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi.
2. Mendeskripsikan karakteristik media animasi berbasis representasi kimia pada
pembelajaran partikel materi yang dikembangkan.
3. Mendeskripsikan tanggapan guru terhadap media animasi berbasis representasi
kimia pada pembelajaran partikel materi.
4. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap media animasi berbasis representasi
kimia pada pembelajaran partikel materi.
5. Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan media
animasi berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini menghasilkan media animasi kimia yang berbasis representasi kimia yang
memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Menambah referensi media pembelajaran yang berbasis representasi kimia pada
pokok bahasan partikel materi.
2. Menjadi salah satu produk media animasi kimia berbasis representasi kimia yang
dapat digunakan guru untuk menyampaikan pokok bahasan partikel materi dengan
cara yang lebih menarik dan menyenangkan.

7

3. Sebagai referensi pengembangan media animasi berbasis representasi kimia dan
bahan penelitian lebih lanjut.
4. Menambah referensi untuk mengembangkan media pembelajaran kimia untuk
materi kimia yang lain.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kesalahpahaman, maka perlu diberikan penjelasan terhadap istilahistilah untuk membatasi rumusan masalah yang akan diteliti. Istilah-istilah yang dapat
dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan media animasi kimia berbasis representasi kimia adalah kegiatan
mengembangkan produk animasi pada pokok bahasan partikel materi dengan menampilkan materi dan animasi-animasi yang berkaitan dengan pembelajaran
partikel materi yang berbasis representasi kimia.
2. Representasi kimia adalah representasi dalam menjelaskan fenomena kimia yang
meliputi makroskopis, mikroskopis, dan simbolis. Contoh makroskopis yaitu visualisasi materi pada umumnya yang terlihat oleh mata. Contoh submikroskopis
yaitu visualisasi penyusun suatu materi yang terkecil dan susunannya. Contoh
simbolis yaitu simbol unsur atau molekul penyusun materi.
3. Pokok bahasan yang disampaikan dalam pengembangan media animasi ini adalah
pokok bahasan partikel materi.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Hamijaya dan
NEA (Nasional Education Association) dalam Rohani menyatakan, media adalah
segala benda yang dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan yang
digunakan penyebar ide untuk penyaluran ide sehingga ide dapat sampai pada penerima dengan baik. Penggunaan media dalam penyaluran ide mengurangi kesalahpahaman penerima ide dalam memaknai ide yang diberikan. Menurut AECT
(sadiman, dkk:2007), media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses
penyaluran informasi. Menurut Brigg dan Gagne (Sadiman, dkk:2007), media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang merangsang
dan sesuai untuk belajar.
Menurut Suyatna (2011), Pembelajaran merupakan kegiatan partisipasi pendidik dalam membangun pemahaman peserta didik. Partisipasi tersebut dapat
berwujud sebagai bertanya kritis, meminta kejelasan, atau menyajikan situasi
yang tampak bertentangan dengan pemahaman peserta didik sehingga peserta
didik terdorong untuk memperbaiki dan mengembangkan pengetahuannya.
Menurut Vygotsky (Ibrahim dan Nur:2005), pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dengan pendidik dan teman sejawat melalui tantangan dan bantuan dari
pendidik, atau teman sejawat yang lebih mampu, peserta didik bergerak ke dalam

9

zona perkembangan terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi. Bruner
meyakini bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi.

Menurut Sadiman (2007), Istilah proses belajar mengajar diartikan bahwa proses
belajar dalam diri peserta didik terjadi baik karena ada yang secara langsung
mengajar atau pun secara tidak langsung. Belajar tak langsung artinya peserta
didik secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain. Pendidik atau hanyalah salah satu dari begitu banyak sumber belajar yang dapat memungkinkan peserta didik belajar. Pada hakekatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui
media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi.

Menurut Santoso dan Sukarmin (2013), Media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pendidik ke peserta didik sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan
minat peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar-mengajar terjadi.

Pada proses pembelajaran, penggunanan media merupakan salah suatu cara untuk
mengurangi terjadinya perbedaan antara apa yang disamapaikan dengan apa yang
diterima oleh peserta didik dalam proses belajar. Media yang digunakan untuk
menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran disebut dengan media pendidikan atau dapat juga disebut dengan media intruksional edukatif.

Menurut Sujana (Darsono:2006), ada beberapa alasan mengapa media pembelajaran mempertinggi hasil belajar peserta didik. Alasan pertama berkenaan dengan

10

kegunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran peserta didik antara
lain:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkan peserta didik menguasai
tujuan pengajaran lebih baik.
c. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh pendidik, sehingga peserta didik
tidak bosan dan pendidik tidak kehabisan energi saat menjelaskan.
Alasan kedua adalah berkenaan dengan taraf berfikir peserta didik mengikuti perkembangan dimulai dari berfikir konkrit menuju ke berfikir abstrak.

Menurut Rohani(1997), Media intruksional edukatif adalah sarana komunikasi
yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses
dan hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah. Dalam pengertian yang senada dapat dikemukakan
bahwa media instrusional edukatif adalah media yang digunakan dalam proses
instruksional (belajar mengajar), untuk mempermudah tercapainya pencapaian
tujuan instruksional yang lebih efektif dan meliliki sifat yang mendidik.
Menurut Sadiman (2007), secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
a) Menimbulkan kegairahan belajar.

11

b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap peserta didik ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
pendidikan ditentukan sama untuk setiap peserta didik, maka banyak pendidik mengalami kesulitan bilamana harus diatasi sendiri. Hal ini akan
lebih sulit bila latar belakang lingkungan pendidik dengan peserta didik
juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu
kemampuannya dalam:
a) Memberikan perangsang yang sama.
b) Mempersamakan pengalaman.
c) Menimbulkan persepsi yang sama.

Menurut Derec Rowntree dalam Rohani, media pembelajaran berfungsi:
1) Membangkitkan motivasi belajar.
2) Mengulang apa yang telah dipelajari.
3) Menyediakan stimulus belajar.
4) Mengaktifkan respon peserta didik.
5) Memberikan balikan dengan segera.
6) Menggalakkan latihan yang serasi.

12

B. Media Animasi
Animasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang berarti jiwa, hidup,
semangat. Namun dalam situs muhammadiqbalm.wordpress.com menyatakan
bahwa animasi adalah gambar begerak berbentuk dari sekumpulan objek (gambar)
yang disusun secara beraturan mengikuti alur pergerakan yang telah ditentukan
pada setiap pertambahan hitungan waktu yang terjadi, sedangkan pada situs
publicrelationssiang.wordpress.com menyatakan bahwa animasi merupakan suatu
teknik menampilkan gambar berurut sedemikian rupa sehingga penonton merasakan adanya ilusi gerakan (motion) pada gambar yang ditampilkan. Secara umum
ilusi gerakan merupakan perubahan yang dideteksi secara visual oleh mata penonton sehingga tidak harus perubahan yang terjadi merupakan perubahan posisi
sebagai makna dari istilah „gerakan’. Perubahan seperti perubahan warna pun dapat dikatakan sebuah animasi.

Menurut situs muhammadiqbalm.wordpress.com, dalam bidang grafika pemodelan visual dapat dikategorikan sebagai dua kelompok yaitu pemodelan geometrik dan pemodelan penampilan (appearance). Pemodelan geometrik merupakan representasi dari
bentuk objek yang ingin ditampilkan sedangkan pemodelan penampilan membuat representasi sifat visual atau penampakan objek tersebut.

Animasi merupakan produk yang dihasilkan dari penggunaan aplikasi yang ada di
komputer. Penggunaan media animasi dalam penyampaian materi dapat menarik
peserta didik untuk belajar tanpa merasa bosan dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Salah satu aplikasi komputer yang digunakan dalam pembuatan animasi adalah Macromedia Flash. Macromedia Flash merupakan perangkat

13

lunak yang digunakan untuk membentuk gambar atau animasi-animasi dari yang
sangat sederhana sampai animasi yang sangat kompleks. Menurut Rosidin (2011)
Macromedia Flash adalah sebuah program animasi yang telah banyak digunakan para
animator untuk menghasilkan animasi yang professional. Diantara program-program
animasi yang ada, Macromedia Flash merupakan program paling fleksibel dalam pembuatan animasi, seperti animasi interaktif, game, company profile, presentasi, movie,
dan tampilan animasi lainnya.

Animasi-animasi yang dihasilkan menggunakan aplikasi Macromedia Flash sangat
menarik dan juga dapat dibuat secara interaktif. Karena Macromedia Flash dapat
menggabungkan atau menjalankan beberapa media sekaligus, seperti media suara, video
dan gambar maka maromedia flash tergolong sebagai perangkat lunak multimedia.
Menu bar

tool

Timeline panel

Actions panel

stage

Property Inpector

Gambar1. Tampilan lembar kerja makromedia flash

Color Mixer Panel

14

Beberapa bagian penting dan sering digunakan pada saat proses desain
animasi (Ramadhan : 2004), yaitu:
1. Menu Bar, berisi menu-menu utama Macromedia Flash MX.Misalnya
menu untuk mengolah file [File], menu untuk pengeditan [Edit], menu
untuk mengatur tampilan [View] dan lain-lain. Dalam menu-menu
tersebut juga terdapat beberapa submenu lain.
2. Stage, sebuah area untuk membuat animasi. Stage dapat diibaratkan
seperti sebuah „kanvas’ untuk mengomposisi frame-frame sehingga
membentuk sebuah movie.
3. Timeline Panel, sebuah panel yang digunakan untuk mengatur isi
sebuah movie. Pada panel ini digunakan untuk mengatur kapan sebuah
objek muncul dan kapan sebuah objek hilang.
4. Color Mixer Panel, sebuah panel untuk membuat atau mengubah
warna serta gradasi warna. Panel ini juga dapat digunakan untuk
menambahkan warna baru pada Color Swatch Panel.
5.Property Inspector, panel yang digunakan untuk mengubah atributatribut objek. Tampilan property inspector selau berubah bergantung
objek yang dipilih.
6. Action Panel, panel yang digunakan untuk membuat dan mengubah
aksi pada movie menggunakan bahasa pemrograman Action Script.
7. Toolbox, tempat tool-tool yang sering digunakan untuk membuat dan
memodifikasi objek, membuat teks, mengolah warna, dan mengatur
stage.
Menurut Pramono (2004), tools terbagi menjadi 4 bagian besar yaitu :
1. Tools pada bagian ini digunakan untuk mengedit dan memanipulasi
objek.
2. View pada bagian ini digunakan untuk memperbesar maupun
memperkecil layar monitor.
3. Colors pada bagian ini terdapat pallet untuk mengganti warna outline
dan fill.
4. Option bagian ini merupakan modifiers dari setiap tool yang dipilih.
Setiap tool mempunyai modifiers yang berbeda-beda.

C. Representasi Kimia

Mc Kendree dkk. dalam Nakhleh (2008) mendefinisikan representasi sebagai,
“struktur yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu benda, suatu kalimat
untuk suatu kesadaan hal, suatu diagram untuk suatu susunan hal-hal, suatu
gambar untuk suatu pemandangan.” Sehingga representasi dapat didefinisikan
sebagai sesuatu yang digunakan untuk mewakili hal-hal, benda, keadaan, dan fe-

15

nomena (peristiwa). Menurut Heuvelen & Zou (2001) representasi dikategorikan
ke dalam dua kelompok, yaitu representasi internal dan eksternal. Representasi
internal diartikan sebagai konfigurasi kognitif individu yang diduga berasal dari
perilaku yang menggambarkan beberapa aspek dari proses fisik dan pemecahan
masalah, sedangkan representasi eksternal dapat digambarkan sebagai situasi fisik
yang terstruktur yang dapat dilihat sebagai mewujudkan ide-ide fisik. Menurut
pandangan contructivist, representasi internal terdapat dalam pemikiran peserta
didik dan representasi eksternal disituasikan oleh lingkungan peserta didik
(Meltzer, 2005).

Ainsworth dalam Fauzi (2012) membuktikan bahwa banyak representasi dapat
memainkan tiga peranan utama. Pertama, mereka dapat saling melengkapi; kedua, suatu representasi yang lazim dapat menjelaskan tafsiran tentang suatu representasi yang lebih tidak lazim; dan ketiga, suatu kombinasi representasi dapat
bekerja bersama membantu peserta didik menyusun suatu pemahaman yang lebih
dalam tentang suatu pokok bahasan yang dipelajari. Konsep representasi adalah
salah satu pondasi praktik ilmiah karena para ahli menggunakan representasi sebagai cara utama berkomunikasi dan memecahkan masalah.

Johnstone dalam Chittleborough(2004), mendeskrispsikan bahwa fenomena kimia
dapat dijelaskan dengan tiga level representasi yang berbeda, yaitu makroskopis,
submikroskopis dan simbolis. Masing-masing level representasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Level makroskopis: riil dan dapat dilihat, seperti fenomena-fenomena
kimia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
laboratorium yang dapat diamati secara langsung.

16

2) Level submikroskopis: berdasarkan observasi riil namun tak dapat dilihat,
jadi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada
tingkat partikular dan menggunakan representasi model teoritis, seperti
partikel yang tidak dapat dilihat secara langsung.
3) Level simbolis: representasi dari suatu kenyataan yang berupa tanda atau
bahasa serta bentuk-bentuk lainnya yang digunakan untuk mengomunikasikan hasil pengamatan. representasi ini terdiri dari kata-kata, rumus kimia,
simbol, kurva, dan persamaan reaksi.
Level submikroskopis merupakan suatu hal yang nyata sama seperti level makroskopis. Kedua level tersebut hanya dibedakan oleh skala ukuran. Pada kenyataannya level submikroskopis sangat sulit diamati karena ukurannya yang sangat kecil
sehingga sulit diterima bahwa level ini merupakan suatu yang nyata.
Makroskopis

Submikroskopis

Simbolis

Gambar 2. Tiga dimensi pemahaman Kimia

Menurut Johnstone (1982) ketiga level representasi tersebut saling berhubungan
dan digambarkan dalam tiga tingkatan seperti yang terlihat pada gambar 2. Hal
ini didukung oleh pernyataan Tasker dan Dalton (2006), bahwa kimia melibatkan
proses-proses perubahan yang dapat diamati dalam hal (misalnya perubahan
warna, bau, gelembung) pada dimensi makroskopik atau laboratorium, namun
dalam hal perubahan yang tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti perubahan struktur atau proses di tingkat submikro atau molekul imajiner hanya bisa
dilakukan melalui pemodelan. Perubahan-perubahan ditingkat molekuler ini kemudian digambarkan pada tingkat simbolis yang abstrak dalam dua cara, yaitu
secara kualitatif: menggunakan notasi khusus, bahasa, diagram, dan simbolis, dan

17

secara kuantitatif dengan menggunakan matematika (persamaan dan grafik).
Keterkaitan yang terjadi di antara representasi level makroskopis, submikroskopis,
dan simbolis merupakan hubungan intertekstual. Istilah intertekstual mengandung
makna pertautan antar teks. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, tiga level
representasi tersebut memiliki hubungan pertautan antar teks antara yang satu dan
yang lainnya. Pada pembelajaran kimia seharusnya menampilkan ketiga dimensi
representasi dalam menyampaikan materi, sehingga dapat membantu peserta didik
memahami materi-materi kimia yang abstrak yang dapat menimbulkan miskonsepsi menurut pemahaman peserta didik itu sendiri, dengan demikian tujuan pembelajaran kimia dapat tercapai dengan baik. Pernyataan ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang terangkum dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1. Penelitian yang telah dilakukan.
Peneliti dan
Tahun

Topik

Representasi

Temuan

1. Sanger,
Brecheisen dan
Hynek (2001)

Osmosis & difusi

Animasi
molekuler

Pemahaman konseptual
yang bertambah baik
tentang sifat partikel zat

2. Williamson dan
Abraham (1995)

Gas, perubahan
fase, kesetimbangan, dan
gaya antar molekul
Aliran elektron
dalam sel-sel
galvanik
Modul pada topik
kimia umum
Membangun
model-model
molekuler

Animasi
molekuler

Visual dinamis meningkatkan pemahaman
konseptual

Animasi
molekuler

Jaringan air dan
jaringan
molekuler

Simulasi

Animasi dapat mengalihkan peserta didik dari
tugas non verbal
Pemahaman konseptual
yang meningkat
Kemampuan yang
meningkat untuk
mengubah bentuk antara
model 2-D dan 3-D
Program meningkatkan
perubahan konseptual

Kinematika

Animasi 3-D
dengan

3. Sanger dan
Greenbowe
(2000)
4. Russell, (1997)
5. Wu, Krajcik dan
Soloway (2001)
6. Hakerem,
Dobrynina dan
Shore (2000)
7. Kozma dan
Rusell (2005)

Video, animasi,
naskah, grafik
Pemodelan
molekuler

Model molekular virtual
menggunakan komputer

18

bantuan
komputer.

8. Chandrasegaran,
David F.
Treagust, dan
Mauro
Mocerino
(2007)

Reaksi Kimia

Alat diagnostik
pilihan ganda
dua tahap
dengan mode
representasi
yang berbeda

yang diintegrasikan
dalam pembelajaran
dapat digunakan untuk
membangun konsep,
memvisualisasikan, dan
mensimulasikan sistem
dan proses pada level
molekular.
Peserta didik dapat menggambarkan dan menjelaskan perubahan yang
diamati tentang atom,
molekul, dan ion yang
terlibat dalam reaksi
menggunakan simbol,
rumus & persamaan
kimia dan ionik.

(Nakhleh dan Postek dalam Sunyono, 2010).
Hasil penelitian lain yang mendukung yaitu hasil penelitian Fauzi (2012) pada
pembelajaran materi kesetimbangan kimia melalui representasi makroskopis dan
mikroskopis. Temuannya adalah kemampuan penguasaan konsep dan kemampuan merepresentasi peserta didik meningkat.

D. Analisis Konsep

Herron et al. dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi
tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep
disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan
suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron et al. dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa
analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong

19

pendidik dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep.
Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer
dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama
atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh. Adapun analis konsep untuk penelitian ini
adalah sebagai berikut :

20

ANALISIS KONSEP PARTIKEL MATERI
Label

Definisi konsep

konsep

Jenis

Atribut Konsep

konsep

Kritis

Variabel

Posisi Konsep
Super-

Koordinat

Sub-ordinat

Contoh

NonContoh

ordinat
(1)
Materi

(2)
Benda yang
menempati

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Konsep

 Benda

Jenis

-

-

Partikel materi

Pensil, meja,

suara

Konkret

 Massa

ruang,

 Ruang

memiliki

 Partikel

masa, dan

materi

materi

Kursi,

tersusun dari
partikelpartikel
materi
Partikel
materi

Bagian terkecil
dari materi

abstrak

 Bagian
terkecil

yang masih

 Atom

mempunyai

 Ion

Jenis

materi

-

 Atom

Besi(Fe),

partikel

 Ion

alumunium

materi

 molekul

(Al), gula
(C12H22O11),

21

 molekul

sifat sama

Air(H2O),

dengan

Karbondioksida

materi

(CO2), garam

tersebut,

dapur(NaCl).

dapat berupa
atom, ion,
dan molekul.
Atom

Partikel terkecil abstrak

 Proton

suatu unsur

 Elektron

yang masih

 Neutron

Jenis atom Partikel
materi

 ion

 Proton

 molekul

 Elektron

alumunium(Al

(C12H22O11),

 Neutron

), emas(Au),

air(H2O),

perak (Ag)

karbondioksi

memiliki sifat

Besi(Fe),

Gula

yang sama

da(CO2),

dengan unsur

garam

itu, tersusun

dapur(NaCl),

atas proton,

oksigen(O2).

elektron dan
neutron.
Molekul

Partikel netral
yang terdiri

abstrak

 molekul Jenis
unsur

moleku

Partikel
materi

 Atom
 ion

 Molekul
unsur

Gula(C12H22O11), Besi(Fe),
air(H2O),

alumunium(

22

 molekul

dari dua
Atom atau

 Molekul

l

sneyawa

senyawa

lebih, baik

karbondioksid

Al),

a(CO2),

emas(Au),

oksigen(O2).

perak (Ag),

atom yang

garam

sejenis

dapur(NaCl),

maupun atom

KBr.

yang berbeda
jenis, dapat
nerupa
molekul
unsur dan
molekul
senyawa.
Molekul
Unsur

Molekul yang
tersusun atas
unsur yang

abstrak

 Molekul Jenis
diatomik

moleku

 Molekul

l unsur

sejenis, dapat

poli-

berupa

atomik

molekul

Molekul

Molekul
senyawa

 Molekul
diatomi
 Molekul
poliatomik

N2, H2, P4, S8.

H2O, NH3, CH4,
C12H22O11,
CO2.

23

diatomik dan
poliatomik.
Molekul
Senyawa

Molekul yang

abstrak

-

-

molekul

tersusun atas

Molekul

-

H2O, NH3, CH4,

unsur

N2, H2, P4, S8.

C12H22O11,

unsur yang

CO2.

berbeda jenis.

Ion

Partikel (Atom abstrak
atau molekul)
yang
bermuatan
listrik yang
dihasilkan
atau
terbentuk
dengan
penghilangan
atau
penambahan
elektron.

 Kation
 anion

Muatan
ion,
jenis
atom

Partikel
materi

Atom

 Kation

molekul

 anion

garam

Gula

dapur(NaCl),

(C12H22O11),

KBr.

air(H2O),
karbondioksi
da(CO2),
oksigen(O2).

24

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media animasi kimia yang berbasis representasi kimia. Penelitian dan pengembangan media animasi kimia ini
menggunakan metodologi Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono
(2008). Menurut Sugiyono (2008), langkah-langkah penelitian pengembangan
terdiri dari sepuluh langkah, yaitu : 1) potensi dan masalah, 2) mengumpulkan
informasi, 3) desain produk , 4) validasi desain, 5) perbaikan desain, 6) uji coba
produk dilakukan pada kelompok terbatas, 7) revisi produk , 8) uji coba pemakaian dilakukan untuk melihat efektivitas produk jika digunakan dalam ruang
lingkup yang lebih luas lagi, 9) revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian
pada skala lebih luas terdapat kekurangan, dan 10) pembuatan produk massal.

Secara garis besar Penelitian dan Pengembangan terdiri dari tiga tahap yaitu ;
tahap 1) analisis kebutuhan meliputi studi pustaka dan studi lapangan, tahap 2)
perencanaan dan pengembangan meliputi perencanaan desain, pengembangan
desain, validasi, dan revisi , dan tahap 3) evaluasi produk meliputi ujicoba produk
secara terbatas, revisi setelah uji coba produk secara terbatas, uji coba pemakaian,
revisi produk, dan pembuatan produk secara massal. Dalam hal ini, tahapan penelitian dan pengembangan media animasi dilakukan sampai revisi kedua, karena

25

jika dilakukan sampai pada tahap akhir membutuhkan waktu yang cukup lama.
Produk yang dihasilkan dari pengembangan ini adalah media animasi kimia yang
berbasis representasi kimia pada pokok bahasan partikel materi. Media animasi
kimia tersebut dibuat dengan menggunakan software Macromedia Flash
profesional 8.

B. Subyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah media animasi berbasis representasi kimia pada
pembelajaran partikel materi. Subyek uji coba terbatas pada penelitian ini adalah
guru mata pelajaran IPA terpadu dan siswa-siswi yang telah mempelajari pokok
bahasan partikel materi di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Pringsewu.

C. Sumber Data

Sumber data adalah asal dari mana data diperoleh. Sumber data pada pengembangan ini berasal dari tahap studi pendahuluan, yaitu guru dan siswa. Pada tahap
studi pendahuluan, data diperoleh dari wawancara kepada guru dan penjaringan
respon siswa mengenai pembelajaran kimia khususnya pada pembelajaran partikel
materi yang dilakukan pada 12 SMP Negeri di Kabupaten Pringsewu.

Pada kuesioner atau wawancara, sumber datanya disebut responden atau orang
yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti baik tertulis maupun lisan.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya berupa
benda, gerak atau proses sesuatu.

26

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, lembar
observasi media animasi partikel materi, pedoman wawancara, angket uji kesesuaian isi, angket uji keterbacaan, dan angket uji kemenarikan. Adapun
uraiannya adalah sebagai berikut:

a. Angket respon siswa

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai
media pembelajaran yang digunakan oleh guru dan mengetahui pendapat siswa
mengenai media yang diinginkan dalam pembelajaran. Informasi yang diperoleh tersebut digunakan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan
media animasi kimia.

b. Pedoman wawancara

Instrumen ini digunakan untuk analisis kebutuhan dalam mengembangkan
media animasi dalam pembelajaran partikel materi. Instrumen ini terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada guru yang berkaitan dengan
penggunaan media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri untuk mengetahui karakteristik
penggunaan media dalam pembelajaran.

c. Lembar observasi media animasi partikel materi

Instumen observasi media animasi partikel materi terdiri dari pernyataanpernyataan yang berkaitan dengan media animasi yang sudah ada.

27

Seperti; kelengkapan materi, kesesuaian animasi dengan materi, kesesuaian
materi dengan standar isi, sistematika materi dan lain-lain. Observasi dilakukan oleh peneliti sendiri untuk mengetahui karakteristik media animasi yang
sudah ada.

d.

Instrumen uji kesesuaian isi

Instumen ini digunakan untuk menguji kesesuaian isi media animasi kimia
yang dikembangkan yang berkaitan dengan kesesuaian materi dalam media
yang dikembangkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kesesuaian konsep dengan materi yang disampaikan, sistematika penyampaian materi, kesesuaian animasi kimia dengan materi serta mengidentifikasi adanya representasi kimia dari media animasi kimia yang dikembangkan.

e. Instrumen uji keterbacaan
Instrumen ini digunakan untuk menguji keterbacaan media animasi yang dikembangkan yang berkaitan dengan ukuran huruf, variasi bentuk huruf, kejelasan tulisan, dan perpaduan warna tulisan dengan background.

f. Angket uji kemenarikan

Instumen ini digunakan untuk menguji kemenarikan media animasi kimia berbasis representasi kimia yang meliputi desain tampilan media animasi, seperti
ukuran huruf, variasi bentuk huruf, tata letak gambar dengan tulisan, perpaduan
warna, tampilan gambar, gerakan animasi dan lain-lain.

28

Agar diperoleh data yang sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang digunakan harus valid. Suatu instumen dikatakan valid jika instrumen tersebut
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang digunakan. Pengujian instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah vailditas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan
dengan cara judgment. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya.
Dalam hal ini dilakukan oleh seorang ahli di bidang Teknologi Pendidikan.

E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dan pengembangan media animasi kimia ini berdasarkan
model Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono (2008). Adapun tahapan
pengembangan media animasi ini adalah sebagai berikut:

29

Analisis kebutuhan
(identifikasi masalah)

Studi Pustaka

Studi Lapangan

1. pemetaan SK-KD
2. pengembangan silabus
3. pembuatan RPP
4. pembuatan analisis konsep
5. analisis terhadap media animasi
yang sudah ada

1. wawancara guru kimia
kelas VIII
2. wawancara siswa

Perencanaan desain media animasi :
Perencanaan
dan
Pengembangan
media animasi
berbasis
representasi kimia
pada pokok
bahasan partikel
materi.

Pembuatan animasi kimia
berbasis representasi kimia

Desain media animasi

Validasi desain media animasi oleh pakar (expert judgment) :
Validasi kesesuain isi media animasi oleh pakar Pendidikan
Kimia

Revisi pertama media animasi kimia

Uji Coba Terbatas

evaluasi
Revisi produk

Produk
Akhir
( media animasi berbasis representasi kimia
pada pembelajaran partikel materi)

30

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan adalah tahap persiapan dalam mengembangkan media animasi
kimia ini. Ada beberapa langkah yang dilakukan pada tahap studi pendahuluan
yaitu, studi pustaka dan studi lapangan. Adapun langkah-langkah dalam pada
studi pendahuluan adalah sebagai berikut:

a. Studi Pustaka

Langkah ini dilakukan untuk menemukan landasan teoritis yang memperkuat
produk yang akan dikembangakan. Pada langkah ini dilakukan penyusunan
perangkat pembelajaran, yang terdiri atas analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, analisis konsep, pengembangan pemetaan dan silabus, dan rancangan pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, dilakukan juga pengkajian terhadap animasi-animasi kimia yang ada. Kajian yang dilakukan meliputi isi
materi, identifikasi dimensi representasi yang ditampilkan, desain animasi, dan
kelemahan dari animasi tersebut. Hasil studi pustaka tersebut menjadi salah
satu acuan dalam mengembangkan media animasi ini.

b. Studi Lapangan

Setelah melakukan studi pustaka, dilakukan studi lapangan di 12 SMP Negeri
di Kabupaten Pringsewu yang terdiri dari 4 SMP Negeri yang memiliki mutu
tinggi, 4 SMP Negeri bermutu sedang, dan 4 SMP Negeri bermutu rendah.
Pemilihan sampel didasarkan pada perbedaan mutu sekolah karena diharapkan
sekolah dengan mutu yang berbeda memiliki perbedaan dalam proses belajar
mengajar, dengan demikian media yang digunakan juga berbeda. Studi

31

lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan adalah
pedoman wawancara kepada guru kimia di sekolah tersebut khususnya guru
kimia kelas VIII. Hal-hal yang ditanyakan berhubungan dengan pelaksanaan
pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan
pokok bahasan partikel materi. Selain itu, dilakukan juga penjaringan respon
siswa dengan menyebarkan angket kepada siswa. Dalam hal ini, siswa diminta
keterangan mengenai media pembelajaran yang digunakan guru, dan cara guru
dalam menyampaikan pokok bahasan partikel materi.

2. Perencanaan dan Pengembangan Media

Setelah dilakukan studi pendahuluan, dilanjutkan dengan pengembangan produk.
Dalam pengembangan produk ini ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu:

a) Perencanaan desain media animasi

Perencanaan dilakukan sebelum pembuatan media animasi yang dilakukan berdasarkan studi pustaka dan studi lapangan. Perencanaan di maksudkan untuk
mempermudah pembuatan media animasi yang sedang dikembangkan.

b) Pembuatan media animasi berbasis representasi kimia

Pembuatan animasi kimia berbasis representasi kimia dilakukan setelah diketahui kebutuhan siswa dari tahap studi pendahuluan. Pengembangan media
animasi kimia ini didasarkan pada beberapa aspek, seperti penyesuaian animasi
dengan materi yang disampaikan, desain tampilan, serta cakupan representasi

32

kimia pada materi yang disampaikan. Produk dirancang dengan membuat
diagram alir (flowchart) dan storyboard. Flowchart adalah diagram yang
menggambarkan urutan materi pada media animasi, sedangkan storyboard berisi materi yang akan disampaikan dan rancangan visual dari materi tersebut.

c) Desain media animasi

Desain media merupakan produk pengembangan, namun masih belum merupakan produk jadi karena masih ada beberapa uji yang harus dilakukan pada desain media animasi ini.

d) Validasi desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk secara rasional lebih efektif dari produk yang sudah ada atau tidak.
Dikatakan demikian karena validasi masih bersifat penilaian berdasarkan
pemikiran rasional, belum fakta lapangan (Sugiyono, 2008). Produk awal dikonsultasikan kepada dosen pembimbing yang bertujuan untuk mengevaluasi
produk awal yang berkaitan dengan kelengkapan materi, kebenaran konsep,
sistematika materi, dan segala hal yang berkaitan dengan materi, serta mengevaluasi kemenarikan produk dan kesesuaian visualisasi dengan materi untuk
selanjutnya divalidasi oleh validator. Dalam hal ini, penilaian terhadap produk
awal yang dilakukan oleh ahli (expert judgment) terdiri dari uji kesesuaian isi
dan uji keterbacaan. Uji kesesuaian isi meliputi kesesuaian isi media animasi
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kesesuaian konsep dengan
materi yang disampaikan, sistematika penyampaian materi, kesesuaian animasi

33

kimia dengan materi serta mengidentifikasi adanya representasi kimia dari media animasi kimia yang dikembangkan. Sedangkan uji keterbacaan meliputi
keterbacaan media animasi yang dikembangkan yang berkaitan dengan ukuran
huruf, variasi bentuk huruf, kejelasan tulisan, dan perpaduan warna tulisan
dengan background.

e)

Revisi pertama animasi kimia

Setelah dilakukan validasi oleh ahli, produk tersebut direvisi sesuai dengan
masukan dari ahli untuk menghasilkan produk yang lebih baik.

3. Evaluasi

Setelah dilakukan revisi pertama pada tahap pengembangan produk, selanjutnya
dilakukan uji coba terhadap produk hasil revisi. Pada tahap uji coba ini dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut:
a)

Uji coba terbatas

Produk yang sudah direvisi kemudian diujicobakan secara terbatas. Uji coba
terbatas dilakukan untuk menilai lebih lanjut media animasi yang dibuat. Uji
coba terbatas ini dilakukan oleh guru kimia dan siswa

b) Analisis data

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari uji coba terbatas, melakukan
analisis terhadap data yang diperoleh tersebut. Analisis data ini dilakukan
untuk memperoleh informasi mengenai jawaban dari uji kesesuaian, uji keterbacaan, dan uji kemenarikan yang telah dilakukan. Data hasil analisis

34

menjadi referensi dalam merevisi media animasi lebih lanjut untuk
menghasilkan media animasi yang lebih baik.

c. Revisi kedua animasi kimia

Setelah dilakukan analisis data, maka akan diketahui hal-hal yang perlu diperbaiki pada produk, baik dari segi materi maupun dari segi kemenarikan desain
produk. Kemudian dari data tersebut, produk direvisi kembali untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil
dari pengembangan media animasi ini adalah media animasi berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi.

Berdasarkan prosedur penelitian yang digambarka