PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

Oleh SRI GUSTIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

Oleh SRI GUSTIANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media animasi berbasis represen-tasi kimia pada materi larutan penyangga. Metode penelitian yang digunakan ada-lah Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono (2008) yang secara garis besar terdiri dari tiga tahap yaitu analisis kebutuhan, perencanaan dan pengem-bangan dan uji coba terbatas. Hasil penelitian ini menyatakan media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga ini memiliki karakteristik yaitu 1) menampilkan materi larutan penyangga yang dijelaskan melalui representasi kimia, 2) memiliki beberapa bagian yaitu bagian opening, petunjuk penggunaan, SK, KD, indikator pencapaian, menu materi larutan penyangga (pengertian, sifat, komponen, prinsip, pH, dan fungsi larutan penyangga), literatur, profil pengembang, dan tombol exit dari program media animasi, 3) memiliki tingkat kesesuaian isi yang tinggi yaitu 80,00% menurut guru dan 79,72% menurut siswa, 4) memiliki tingkat keterbacaan dan kemenarikan yang sangat tinggi yaitu 83,84% menurut guru dan memiliki tingkat keterbacaan media animasi sebesar 80,31% dengan kriteria sangat tinggi dan


(3)

tingkat kemenarikan sebesar 80,00% dengan kriteria sangat tinggi menurut siswa. Hal ini menunjukkan bahwa media animasi berbasis representasi kimia yang dikembangkan telah menarik, sesuai dengan materi, dan terbaca dengan jelas. Dalam mengembangkan media animasi ini terdapat kendala-kendala yang dihadapi, diantaranya kesalahan system aplikasi media animasi dan sulitnya men-cari waktu yang tepat untuk validasi produk yang dikembangkan.


(4)

(5)

(6)

(7)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Media Pembelajaran... 9

2.2 Aspek dan Kriteria Penilaian Multimedia ... 12

2.3 Media Pembelajaran Animasi ... 14

2.4 Representasi Ilmu Kimia... 16

2.5 Analisis Konsep ... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Metode Penelitian ... 22

3.2 Subyek Penelitian... 23


(8)

vii

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.7 Teknik Analisis Data ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Hasil Penelitian ... 38

4.2 Pembahasan... 76

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1 Simpulan ... 79

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN 1. Pemetaan SK-KD ... 86

2. Silabus ... 90

3. RPP ... 96

4. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan pada Guru ... 120

5. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan pada Siswa ... 125

6. Hasil Observasi pada Media Animasi Materi Larutan Penyangga yang Sudah Ada ... 129

7. Flowchart Media Animasi Berbasis Representasi Kimia pada Materi Larutan Penyangga ... 130

8. Storyboard Media Animasi Berbasis Representasi Kimia pada Materi Larutan Penyangga ... 131


(9)

viii 12.Kisi-kisi Instrumen Validasi Keterbacaan dan Kemenarikan Desain

Media Animasi ... 172

13.Hasil Validasi Keterbacaan dan Kemenarikan Desain Media Animasi . 173 14.Persentase dan Kriteria Hasil Keterbacaan dan Kemenarikan Desain Media Animasi ... 177

15.Kisi-kisi Angket Uji Coba Terbatas Kesesuaian Isi ... 179

16.Hasil Uji Coba Terbatas Kesesuaian Isi pada Guru ... 180

17.Hasil Uji Coba Terbatas Kesesuaian Isi pada Siswa ... 183

18.Tabulasi Jawaban Angket Kesesuain Isi ... 186

19.Kisi-kisi Angket Uji Coba Terbatas Keterbacaan dan Kemenarikan Desain Media Animasi ... 190

20.Hasil Uji Coba Terbatas Keterbacaan dan Kemenarikan Desain Media Animasi pada Guru ... 191

21.Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Kemenarikan Desain Media Animasi pada Siswa ... 194

22.Tabulasi Jawaban Angket Kemenarikan Desain Media Animasi ... 196

23.Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Keterbacaan Hasil Uji Coba Terbatas Keterbacaan pada Siswa ... 200

24.Tabulasi Jawaban Angket Keterbacaan Media Animasi ... 203

25.Hasil Wawancara pada Uji Coba Terbatas untuk Guru ... 208


(10)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pada pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisi-pasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan ke-mandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang dan membuat pro-ses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan dan termotivasi untuk belajar.

Pada saat ini, perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat dimanfaatkan guru sebagai media untuk memudahkan proses pembelajaran. Menurut Hamalik (1986) dalam Sukiman (2012), pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membang-kitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada peserta didik. Penggu-naan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat pembelajaran ber-langsung. Media pembelajaran juga dapat membantu meningkatkan pemahaman


(11)

peserta didik, penyajian data atau informasi lebih menarik dan terpercaya, memu-dahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Rodiah (2013) yang menyatakan bahwa siswa lebih tertarik untuk memperhatikan pembelajaran dan lebih mudah memahami materi yang disampai-kan dengan menggunadisampai-kan media animasi kimia.

Guru dapat memanfaatkan salah satu program komputer, yaitu program Macro-media Flash 2008 sebagai media pembelajaran. Program ini dapat digunakan pada mata pelajaran yang tergolong sulit dipahami, salah satunya adalah mata pelajaran kimia.

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan ba-gaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat. Ilmu kimia awalnya diperoleh dan di-kembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selan-jutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsif, hukum, dan teori) temuan ilmuan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembela-jaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk (BSNP, 2006).

Sejalan dengan tujuan pendidikan, BSNP (2006) merumuskan salah satu tujuan pembelajaran kimia yaitu menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan ber-sikap ilmiah serta berkomunikasi termasuk kemampuan berpikir kreatif siswa


(12)

se-bagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Namun, fakta menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran ini belum terukur dan tercapai.

Sebagian besar konsep-konsep yang terdapat pada materi kimia bersifat abstrak. Dengan adanya Macromedia Flash 2008 ini, sesuatu yang abstrak dapat dibuat konkret dengan visualisasi statis maupun animasi sehingga siswa dapat melihat bagaimana struktur dan ikatan kimia serta reaksi-reaksi kimia yang tidak kasat mata.

Konsep kimia yang bersifat abstrak dapat disampaikan dengan pendekatan yang dapat menghubungkan hal yang abstrak dengan hal yang konkret sehingga konsep abstrak menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menerangkan konsep abstrak adalah representasi kimia.

Johnstone (1982) dalam Chittleborough (2004) mendeskrispsikan bahwa feno-mena kimia dapat dijelaskan dengan tiga level representasi dalam konsep-konsep kimia yaitu level makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Level makros-kopik, yaitu riil dan dapat dilihat, seperti fenomena kimia yang terjadi dalam ke-hidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati langsung. Level submikroskopik, yaitu berdasarkan observasi riil tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel yang tidak dapat dilihat secara lang-sung. Level simbolik, yaitu representasi dari suatu kenyataan, seperti representasi simbol dari atom, molekul, dan senyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar, maupun bentuk-bentuk hasil pengolahan komputer. Untuk memahami ilmu kimia secara konseptual, dibutuhkan kemampuan untuk merepresentasikan dan


(13)

mener-jemahkan masalah dan fenomena kimia ke dalam bentuk representasi makros-kopik, submikrosmakros-kopik, dan simbolik secara simultan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di enam SMA di Kabupaten Lam-pung Utara melalui wawancara dengan guru kimia dan angket siswa kelas XI IPA diperoleh informasi bahwa guru kimia dari sekolah-sekolah tersebut belum meng-gunakan media animasi kimia dalam pembelajaran khususnya pada penyampaian materi larutan penyangga. Namun, ada guru yang menggunakan media power point dalam menyampaikan materi pembelajaran yaitu sebanyak 16,67%. Media power point ini diperoleh dengan cara mengunduh di internet. Dilihat dari isi me-dianya, sebagian besar berisi materi (representasi makroskopis), sedangkan gam-bar, simbol-simbol atom atau molekul belum disajikan secara jelas dan lengkap. Desain power point ini pun masih kurang menarik seperti perpaduan warna back-ground dengan tulisan belum serasi sehingga siswa tidak termotivasi untuk bela-jar. Materi yang disajikan singkat tetapi belum mengena pada inti materi tersebut sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, sebanyak 16,67% guru menge-tahui tentang representasi kimia. Akan tetapi, fakta di lapangan mereka belum menerapkan ketiga level representasi kimia tersebut, karena keterbatasan pengua-saan ICT dan kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung membuat guru lebih memilih menjelaskan menggunakan alat bantu papan tulis atau alat peraga yang disediakan oleh sekolah daripada menggunakan alat bantu berupa komputer. Pada dasarnya, materi larutan penyangga tidak selalu dapat dijelaskan melalui papan tulis akan tetapi ada beberapa subbagian materi yang harus divisualisasikan


(14)

melalui media animasi dengan bantuan komputer, sehingga dapat merangsang cara berpikir siswa dan mempertajam daya ingat siswa tentang materi tersebut.

Untuk dapat memahami materi pelajaran kimia dibutuhkan suatu media yang mencakup ketiga level representasi. Media yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Penelitian pengembangan media animasi ber-basis representasi kimia telah dikembangkan oleh Rodiah (2013) pada materi asam-basa Arrhenius. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Susanto (2013) pada materi faktor-faktor penentu laju reaksi, guru dan siswa memberikan respon posi-tif terhadap media animasi yang digunakan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Ernawati (2011) pada subkonsep teori atom Bohr, guru dan siswa memberikan respon positif terhadap media animasi yang digunakan. Dengan adanya media animasi tersebut guru menjadi lebih mudah menjelaskan materi pelajaran dan siswa mudah untuk memahami materi yang diajarkan guru.

Berdasarkan hakikat ilmu kimia dan fakta yang ada, maka diperlukan media ani-masi yang sesuai dengan indikator pembelajaran dan menarik perhatian siswa se-hingga dapat membantu guru dan siswa menyelesaikan permasalahan pada kegiat-an pembelajarkegiat-an serta dapat membkegiat-antu guru membuat media kegiat-animasi berbasis re-presentasi kimia pada materi larutan penyangga. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan media animasi kimia yang berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.


(15)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah karakteristik media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga yang dikembangkan?

2. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga yang dikembangkan?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga yang dikembangkan?

4. Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan media ani-masi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan se-bagai berikut:

1. Mengembangkan media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.

2. Mengidentifikasi karakteristik media animasi berbasis representasi kimia yang dikembangkan pada materi larutan penyangga.

3. Mengidentifikasi tanggapan guru terhadap media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.

4. Mengidentifikasi tanggapan siswa terhadap media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.


(16)

5. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan ani-masi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini menghasilkan media animasi kimia yang berbasis representasi kimia yang memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Menjadi alternatif media animasi kimia berbasis representasi kimia yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi larutan penyangga dengan cara yang lebih menarik dan menyenangkan.

2. Menambah referensi media pembelajaran yang berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga.

3. Sebagai referensi pengembangan media animasi berbasis representasi kimia dan bahan penelitian lebih lanjut.

4. Menambah referensi untuk mengembangkan media pembelajaran kimia untuk materi kimia yang lain.

1. 5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah :

1. Lokasi penelitian adalah di Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara.

2. Kompetensi dasar pada materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah men-deskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

3. Media animasi yang dikembangkan ini memuat materi larutan penyangga yang disajikan dalam bentuk representasi kimia.


(17)

4. Representasi kimia yang disajikan dalam media animasi yang dikembangkan adalah representasi kimia menurut Johnstone (1982) dalam Chittleborough (2004) yaitu level makroskopik, level submikroskopik, dan level simbolik. 5. Representasi makroskopis pada penelitian ini berupa tampilan hasil pengamatan

pengukuran pH beberapa larutan yang diuji menggunakan indikator universal pada materi larutan penyangga.

6. Representasi submikroskopispada penelitian ini berupa disosiasi molekul-molekul pada materi larutan penyangga.

7. Representasi simbolis pada penelitian ini berupa simbol-simbol, persamaan re-aksi, dan rumus kimia pada materi larutan penyangga.

8. Materi pokok pada penelitian ini adalah larutan penyangga meliputi identifikasi larutan penyangga, komponen-komponen larutan penyangga, prinsip kerja larutan penyangga, perhitungan pH larutan penyangga, dan fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan kehidupan sehari-hari.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata me-dium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara bahasa media berarti pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam proses bela-jar mengabela-jar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat membuat pelajaran menjadi lebih mudah dicerna oleh anak didik (Djamarah dan Zain, 2006).

Ada banyak pendapat mengenai pengertian media pembelajaran. Menurut Gagne (1970) dalam Sadiman (2005) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Se-mentara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta meransang siswa untuk belajar. Asosiasi Pendidik-an Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertiPendidik-an yPendidik-ang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual serta peralatannya (Sadiman, 2005). Menurut Heinich, dkk. (1996) dalam


(19)

Sanjaya (2009) diungkapkan bahwa Media is a channel of communication. Derived from the Latin word for “between”, the term refers “to anything that carries information between a source and a receiver.

Menurut Arsyad (2005) dalam Sukiman (2012) media pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.

2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta didik.

3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.

4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

6. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengi-rim ke penepengi-rima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan mi-nat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Peng-gunaan media pembelajaran dapat memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid, sehingga media pembelajaran da-pat menjadi salah satu media untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembela-jaran. Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.


(20)

Menurut Sadiman, dkk. (2005) mengemukakan kegunaan media pendidikan da-lam proses belajar mengajar, sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam ben-tuk kata-kata tertulis atau lisan belaka);

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti

a. Objek yang terlalu besar – bisa digantikan dengan realita, gambar, film bing-kai,

b. Objek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography;

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini pendidikan berguna untuk:

a. Menimbulkan kegairahan belajar;

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan ling-kungan dan kenyataan;

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari media yang sederhana sampai pada media yang cukup rumit dan cang-gih. Untuk mempermudah mempelajari jenis media, karakter, dan kemampuan-nya dilakukan pengklasifikasian atau penggolongan. Salah satu klasifikasi yang mudah dipelajari adalah klasifikasi yang disusun oleh Heinich, dkk. (1996) se-bagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Media Pembelajaran

Klasifikasi Jenis Media

Media yang tidak diproyeksikan Realia, model, bahan grafis, papan display Media yang diproyeksikan OHT, slide, opaque

Media audio Audio kaset, audio vission, active audio vission

Media Video Video

Media berbasis komputer Computer Assisted Instruction (CIA) Computer Managed Instruction (CMI)


(21)

2.2 Aspek dan Kriteria Penilaian Multimedia

Menurut Wahono (2006) terdapat beberapa aspek dan kriteria penilaian multi-media interaktif, yaitu:

1. Aspek rekayasa perangkat lunak

a. Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pem- belajaran

b. Reliable (handal)

c. Maintainable (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah)

d. Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiannya) e. Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan f. Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada)

g. Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam eksekusi h. Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas, menggambarkan alur kerja program)

i. Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain) 2. Aspek desain pembelajaran

a. Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis)

b. Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum c. Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran

d. Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran e. Interaktif dan pemberian motivasi belajar f. Kontekstualitas dan aktualitas

g. Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar h. Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran i. Kedalaman materi

j. Kemudahan untuk dipahami k. Sistematis, runut, alur logika jelas

l. Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan m. Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran n. Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi

o. Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi 3. Aspek komunikasi visual

a. Komunikatif; sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan sasaran

b. Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan c. Sederhana dan memikat

d. Audio (narasi, sound effect, backsound,musik) e. Visual (layout design, typography, warna) f. Media bergerak (animasi, movie)


(22)

Kualitas media pembelajaran berbantuan komputer dapat mengacu pada kriteria kualitas menurut Nieven (1999). Menurut Nieven (1999) suatu media dikatakan baik jika memenuhi aspek-aspek kualitas, antara lain:

a. Validitas (Validity)

Para ahli adalah validator yang berkompeten untuk menilai media animasi dan memberi masukan atau saran untuk menyempurnakan media animasi yang telah disusun. Penilaian para ahli meliputi dua aspek yaitu:

1. Aspek isi

a. Penyusunan materi pada program komputer

b. Kesesuaian antara materi dengan program komputer

c. Keserasian warna, tulisan dan gambar pada program komputer d. Kesuaian warna, tampilan gambar dan tulisan pada materi e. Kesesuaian tampilan gambar dan tulisan pada latihan soal

f. Peranan media pembelajaran berbantuan komputer untuk memudahkan siswa mengerjakan

2. Aspek bahasa

a. Kebakuan bahasa yang digunakan

b. Kemudahan siswa dalam memahami bahasa yang digunakan

b. Kepraktisan(Practicaly)

Media pembelajaran dikatakan praktis jika memenuhi indikator sebagai berikut: a. Validator menyatakan bahwa media pembelajaran berbantuan komputer ter- sebut dapat digunakan dengan sedikit atau tanpa revisi.

b. Hasil analisis file rekaman jawaban siswa menunjukkan bahwa media pembela- jaran berbantuan komputer tersebut dapat digunakan dengan sedikit atau tanpa revisi.

c. Keefektifan (Effectiveness).

Media pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi indikator sebagai berikut: a. Rata-rata skor pengerjaan tes hasil belajar siswa yang diperoleh subyek uji coba adalah tuntas. Media pembelajaran berbantuan komputer dapat dikatakan efek-


(23)

tif jika lebih besar atau sama dengan 80% dari seluruh subyek uji coba tuntas. b. Adanya respon positif siswa yang ditunjukkan melalui angket yang diberikan.

2.3 Media pembelajaran animasi

Animasi adalah suatu proses dalam menciptakan efek gerakan atau perubahan da-lam jangka waktu tertentu, dapat juga berupa perubahan warna dari suatu objek dalam jangka waktu tertentu dan bisa juga dikatakan berupa perubahan bentuk suatu objek ke objek lainnya dalam jangka waktu tertentu (Bustaman, 2001). Me-nurut Zeembry (2001) animasi adalah pembuatan gambar atau isi yang berbeda-beda pada setiap frame, kemudian dijalankan rangkaian frame tersebut menjadi sebuah motion atau gerakan sehingga terlihat seperti sebuah film.

Dalam pembelajaran, animasi dapat digunakan sebagai media penunjang kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, animasi digunakan untuk menyampaikan materi ajar sehingga lebih dimengerti dan menarik bagi siswa. Dengan penggunaan ani-masi kimia, materi yang abstrak dapat dikongkretkan dan materi yang kompleks dapat disederhanakan.

Pada pengembangan ini, media animasi kimia dibuat dengan menggunakan apli-kasi Macromedia Flash 2008. Macromedia Flash merupakan program grafis anmasi web yang diproduksi oleh Macromedia Corp. Macromedia pertama kali diproduksi pada tahun 1996. Pada awal produksi, Macromedia Flash merupakan software untuk membuat animasi sederhana berbasis Graphics Interchange For-mat (GIF) (Pramono, 2004).


(24)

Macromedia Flash adalah sebuah program yang ditujukan kepada para desainer maupun programer yang bermaksud merancang animasi untuk pembuatan web, presentasi untuk tujuan bisnis maupun proses pembelajaran hingga pembuatan game interaktif serta tujuan-tujuan yang lebih spesifik (Yudhiantoro, 2006). Untuk itu, flash dilengkapi dengan alat-alat untuk membuat gambar yang kemu-dian akan dibuat animasinya. Selajutnya animasi disusun dengan menggabung-kan adegan-adegan animasi hingga menjadi movie. Langkah terakhir adalah me-nerbitkan karya tersebut ke media yang dikehendaki. Kelebihan media animasi adalah penggabungan unsur media lain seperti audio, teks, video, gambar, grafik, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Selain itu, dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif, mupun kinestetik (Sudrajat, 2010). Sebelum mem-buat animasi maka harus mengetahui area kerja yang terdapat di dalam program Macromedia Flash, seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Area kerja Macromedia Flash 2008

Beberapa bagian penting dan sering digunakan pada saat proses desain animasi (Ramadhan : 2004), yaitu:


(25)

1. Menu Bar, berisi menu-menu utama Macromedia Flash 2008. Misalnya menu untuk mengolah file [File], menu untuk pengeditan [Edit], menu untuk menga-tur tampilan [View] dan lain-lain dalam menu-menu tersebut juga terdapat be-berapa submenu lain.

2. Stage, sebuah area untuk membuat animasi. Stage dapat diibaratkan seperti

se-buah „kanvas’ untuk mengomposisi frame-frame sehingga membentuk sebuah

movie.

3. Timeline Panel, sebuah panel yang digunakan untuk mengatur isi sebuah movie. Pada panel ini digunakan untuk mengatur kapan sebuah objek muncul dan kapan sebuah objek hilang.

4. Color Mixer Panel, sebuah panel untuk membuat atau mengubah warna serta gradasi warna. Panel ini juga dapat digunakan untuk menambahkan warna baru pada Color Swatch Panel.

5. Property Inspector, panel yang digunakan untuk mengubah atribut-atribut objek. Tampilan property inspector selau berubah bergantung objek yang di-pilih.

6. Action Panel, panel yang digunakan untuk membuat dan mengubah aksi pada movie menggunakan bahasa pemrograman Action Script.

7. Toolbox, tempat tool-tool yang sering digunakan untuk membuat dan memodi-fikasi objek, membuat teks, mengolah warna, dan mengatur stage.

2.4 Representasi Ilmu Kimia

Mc Kendree dkk. dalam Nakhleh (2008) mendefinisikan representasi sebagai, “struktur yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu benda, suatu kalimat


(26)

untuk suatu keadaan hal, suatu diagram untuk suatu susunan hal-hal, suatu gambar untuk suatu pemandangan.” Sehingga representasi dapat didefinisikan sebagai se -suatu yang digunakan untuk mewakili hal-hal, benda, keadaan, dan fenomena (peristiwa). Menurut Heuvelen & Zou (2001) representasi dikategorikan ke da-lam dua kelompok, yaitu representasi internal dan eksternal. Representasi internal diartikan sebagai konfigurasi kognitif individu yang diduga berasal dari perilaku yang menggambarkan beberapa aspek dari proses fisik dan pemecahan masalah, sedangkan representasi eksternal dapat digambarkan sebagai situasi fisik yang ter-struktur yang dapat dilihat sebagai mewujudkan ide-ide fisik. Menurut pandangan konstruktifisdalamMeltzer (2005), representasi internal ada di dalam kepala sis-wa dan representasi eksternal disituasikan oleh lingkungan sissis-wa.

Johnstone dalam Chittleborough (2004) mendeskripsikan bahwa fenomena kimia dapat dijelaskan dengan tiga level representasi yang berbeda yaitu makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Masing-masing level representasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Level makroskopik: rill dan dapat dilihat, seperti fenomena kimia yang ter-jadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat di-amati langsung.

2. Level submikroskopik: berdasarkan observasi rill tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan meng-gunakan representasi model teoritis, seperti partikel yang tidak dapat dilihat secara langsung.


(27)

3. Level simbolik: representasi dari suatu kenyataan seperti representasi simbol dari atom, molekul dan senyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar maupun bentuk-bentuk hasil pengolahan komputer.

Menurut Johnstone (1982) ketiga level representasi tersebut saling berhubungan dan digambarkan dalam tiga tingkatan (dimensi) seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Ketiga dimensi tersebut saling berhubungan dan berkontribusi pada siswa untuk dapat paham dan mengerti materi kimia yang abstrak. Hal ini didukung oleh per-nyataan Tasker dan Dalton (2006), bahwa kimia melibatkan proses-proses peru-bahan yang dapat diamati dalam hal (misalnya peruperu-bahan warna, bau, gelembung) pada dimensi makroskopik atau laboratorium, namun dalam hal perubahan yang tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti perubahan struktur atau proses di tingkat submikro atau molekul imajiner hanya bisa dilakukan melalui pemodelan. Perubahan-perubahan ditingkat molekuler ini kemudian digambarkan pada tingkat simbolik yang abstrak dalam dua cara, yaitu secara kualitatif menggunakan notasi khusus, bahasa, diagram, dan simbolis, dan secara kuantitatif dengan mengguna-kan matematika (persamaan dan grafik). Pembelajaran kimia yang utuh dengan menggabungkan ketiga dimensi tersebut dapat membantu siswa dalam memahami

Submikroskopis

Makroskopis

Simbolik Gambar 2. Tiga dimensi pemahaman Kimia


(28)

konsep-konsep kimia yang abstrak dan menghadirkan miskonsepsi yang muncul dari pemikiran siswa itu sendiri (Fauzi, 2012).

2.5 Analisis Konsep

Herron dkk. dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi ten-tang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disama-kan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisidisama-kan kon-sep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun defi-nisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu ana-lisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron dkk. dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh. Adapun analis konsep untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :


(29)

Analisis Konsep Larutan Penyangga

Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konse

p

Atribut Posisi Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Larutan penyang ga

Larutan yang dapat mempertahanka n pH bila

diberikan sedikit asam ataupun basa, dan memiliki peran penting dalam kehidupan terutama di dalam tubuh makhluk hidup, larutan penyangga

ada 2 macam yaitu larutan penyangga asam dan penyangga basa

Prinsip  Mempertahan kan PH  Larutan penyangga asam  Larutan penyangga basa

 Peran larutan penyangga dalam tubuh

Jenis PH Penentuan penyangga asam basa Penyangga asam, penyang a basa, peran larutan penyang ga dalam tubuh Reaksi asam basa Air liur, darah, CH3COO H

+NaCH3 COOH NH3 +NH4Cl

Air, HCl, NaOH Penyangga asam Larutan yang mengandung suatu asam lemah, dan basa konjugasinya

Prinsip Asam lemah Basa konjugasi Jenis asam dan basa Penentuan besarnya PH Penyangga basa

- CH3COOH +NaCH3 COOH

HCl

Penyangga Larutan yang Prinsip Basa lemah Jenis asam Penentuan LrutanPeny - NH3 +NH4Cl NaCl


(30)

basa mengandung suatu basa lemah, dan asam konjugasiny

Asam konjugasi basa besarnya POH

angga

Fungsi Larutan Penyang ga Pada Tubuh

Larutan penyangga sangat penting dalam

kehidupan, seperti darah , air liur untuk menjaga kesetimbangan dalam tubuh

Proses Darah , dan air liur Jenis

penyangga dalam darah ,

- Fungsi larutan penyang ga dalam tubuh

- Penyangga fosfat, penyangg a

karbonat


(31)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media animasi kimia yang ber-basis multipel representasi yang meliputi representasi makroskopis, submikros-kopis dan simbolis. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development / R&D).

Pada penelitian ini, langkah-langkah penelitian disusun berdasarkan model pene-litian dan pengembangan menurut Sugiyono (2008). Menurut Sugiyono (2008), metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk. Secara singkat, langkah-langkah penggunaan metode penelitian dan pengembangan me-nurut Sugiyono (2008) adalah 1) potensi dan masalah, 2) mengumpulkan infor-masi, 3) desain produk , 4) validasi desain. 5) perbaikan desain, 6) uji coba pro-duk dilakukan pada kelompok terbatas, 7) revisi propro-duk 8) uji coba pemakaian di-lakukan untuk melihat efektivitas produk jika digunakan dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi, 9) revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian pada skala lebih luas terdapat kekurangan, dan 10) pembuatan produk massal.


(32)

Produk yang dihasilkan dari pengembangan ini adalah media animasi kimia yang berbasis representasi kimia, yaitu representasi makroskopis, submikroskopis, dan simbolis. Media animasi kimia tersebut dibuat dengan menggunakan perangkat lunak Macromedia Flash 2008.

3.2Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan suatu yang dikenai perlakuan. Pada penelitian ini terdapat dua subyek yaitu, subyek penelitian dan subyek uji coba. Subyek peneli-tian dalam pengembangan ini adalah media animasi kimia berbasis representasi kimia. Sedangkan subyek uji coba merupakan subyek yang diuji coba dengan menggunakan media animasi yang dikembangkan, dan subyek itu pula yang me-nilai media animasi tersebut. Subyek uji coba pada pengembangan media animasi ini adalah materi larutan penyangga, guru mata pelajaran kimia dan siswa-siswi kelas XI IPA di salah satu SMA di Kabupaten Lampung Utara yang telah mem-pelajari materi larutan penyangga.

3.3Sumber Data

Sumber data adalah asal dari mana data diperoleh. Sumber data pada pengem-bangan ini berasal dari tahap studi pendahuluan dan tahap uji coba terbatas. Pada tahap studi pendahuluan, data diperoleh dari wawancara kepada guru dan penjari-ngan respon siswa mengenai pembelajaran kimia khususnya pada materi larutan penyangga yang dilakukan pada enam SMA di Kabupaten Lampung Utara. Pada tahap uji coba terbatas, data diperoleh dari pengisian angket uji kesesuaian isi dan angket uji keterbacaan media animasi kimia yang dilakukan oleh guru kimia kelas


(33)

XI IPA, serta angket uji keterbacaan dan kemenarikan yang dilakukan oleh siswa di salah satu sekolah di Kabupaten Lampung Utara.

3.4Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi media ani-masi larutan penyangga, angket uji kesesuian isi, angket uji keterbacaan, dan ang-ket uji kemenarikan. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Lembar observasi media animasi larutan penyangga

Instumen observasi media animasi larutan penyangga terdiri dari pedoman wa-wancara terhadap guru dan angket respon siswa. Pedoman wawa-wancara guru di-gunakan untuk mengetahui media pembelajaran yang didi-gunakan dan mengetahui sumber media yang digunakan dalam pembelajaran. Angket respon siswa diguna-kan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai media pembelajaran yang digu-nakan guru dan mengetahui pendapat siswa mengenai media yang diinginkan da-lam pembelajaran. Informasi yang diperoleh tersebut digunakan sebagai masukan dan referensi untuk mengembangkan media animasi kimia.

4. Instrumen uji kesesuaian isi

Instumen ini digunakan untuk menguji kesesuaian isi media animasi kimia yang dikembangkan yang berkaitan dengan kesesuaian materi yang ditampilkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kesesuaian konsep dengan materi yang disampaikan, sistematika penyampaian materi, kesesuaian animasi kimia dengan


(34)

materi serta mengidentifikasi adanya represetasi kimia dari media animasi kimia yang dikembangkan.

5. Instrumen uji keterbacaan

Instrumen ini digunakan untuk menguji keterbacaan media animasi yang dikem-bangkan yang berkaitan dengan ukuran huruf, variasi bentuk huruf, kejelasan tu-lisan, dan perpaduan warna tulisan dengan background.

6. Angket uji kemenarikan untuk siswa

Instumen ini digunakan untuk menguji kemenarikan media animasi kimia berbasis represetasi kimia yang meliputi desain tampilan media animasi, seperti ukuran huruf, variasi bentuk huruf, tata letak gambar dengan tulisan, perpaduan warna, tampilan gambar, gerakan animasi dan lain-lain.

Agar diperoleh data yang sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang digu-nakan harus valid. Suatu instumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang di-teliti secara tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang digunakan. Pengujian instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah vailditas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian pe-nilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing untuk memvalidasinya.


(35)

3.5Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pengembangan media animasi ini adalah sebagai berikut:

Studi

Pendahuluan

Perencanaan dan Pengembangan Produk

Evaluasi Produk

Gambar 3. Prosedur penelitian Analisis kebutuhan

(identifikasi masalah)

Studi Pustaka Studi Lapangan

Pembuatan media animasi berbasis representasi kimia

Revisi pertama media animasi kimia

Uji Coba Terbatas Validasi desain Lembar wawancara

guru

lembar angket respon siswa

Uji validitas (Uji kesesuaian isi)

Uji validitas

(uji keterbacaan dan kemenarikan desain)

Uji kesesuaian isi dan uji keterbacaan dan kemenarikan

desain oleh guru

Uji kesesuaian isi dan uji keterbacaan dan kemenarikan

desain oleh siswa

Analisis data

Revisi kedua media animasi kimia


(36)

Prosedur dalam pengembangan ini terbagi menjadi tiga tahap, sebagai berikut:

1. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan adalah tahap persiapan dalam mengembangkan media animasi kimia ini. Ada beberapa langkah yang dilakukan pada tahap studi pendahuluan yaitu, studi pustaka dan studi lapangan. Adapun langkah-langkah pengembangan pada studi pendahuluan adalah sebagai berikut:

a. Studi pustaka

Langkah ini dilakukan untuk menemukan landasan teoritis yang memperkuat pro-duk yang akan dikembangkan. Pada langkah ini dilakukan penyusunan perangkat pembelajaran, yang terdiri atas analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, analisis konsep, pengembangan pemetaan dan silabus, dan rancangan pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, dilakukan juga pengkajian terhadap animasi-animasi kimia yang ada. Kajian yang dilakukan meliputi isi materi, identifikasi dimensi representasi yang ditampilkan, desain animasi, dan kelemahan dari animasi ter-sebut. Hasil studi pustaka tersebut menjadi salah satu acuan dalam mengembang-kan media animasi ini.

b. Studi lapangan

Setelah melakukan studi pustaka, dilakukan studi lapangan di enam Sekolah Me-nengah Atas di Kabupaten Lampung Utara yang terdiri dari 2 SMA bermutu ting-gi, 2 SMA bermutu sedang, dan 2 SMA bermutu rendah. Pemilihan sampel di-dasarkan pada perbedaan mutu sekolah karena sekolah dengan mutu yang berbeda


(37)

memiliki perbedaan dalam proses belajar mengajar. Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara kepada guru kimia di sekolah tersebut khususnya guru kimia kelas XI IPA. Hal-hal yang ditanyakan berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dan media pembela-jaran yang digunakan dalam menyampaikan materi larutan penyangga. Selain itu, dilakukan juga penjaringan respon siswa dengan menyebarkan angket kepada siswa. Dalam hal ini, siswa diminta keterangan mengenai media pembelajaran yang digunakan guru, cara guru dalam menyampaikan materi larutan penyangga, dan menanyakan perasaan siswa mengenai pembelajaran yang menggunakan me-dia animasi kimia.

2. Pengembangan produk

Setelah dilakukan studi pendahuluan, dilanjutkan dengan pengembangan produk. Dalam pengembangan produk ini ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu:

a. Pembuatan animasi kimia

Pembuatan animasi kimia berbasis representasi kimia dilakukan setelah diketahui kebutuhan siswa dari tahap studi pendahuluan. Pengembangan media animasi kimia ini didasarkan pada beberapa aspek, seperti penyesuaian animasi dengan materi yang disampaikan, desain tampilan, serta cakupan representasi kimia pada materi yang disampaikan.


(38)

b. Validasi desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan pro-duk secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan demi-kian karena validasi masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan (Sugiyono, 2008). Produk awal dikonsultasikan kepada dosen pembimbing yang bertujuan untuk mengevaluasi produk awal yang ber-kaitan dengan kelengkapan materi, kebenaran konsep, sistematika materi, dan se-gala hal yang berkaitan dengan materi, serta mengevaluasi kemenarikan produk dan kesesuaian visualisasi dengan materi untuk selanjutnya divalidasi oleh vali-dator. Dalam hal ini, penilaian terhadap produk awal yang dilakukan oleh ahli (expert judgement ).

Uji kesesuaian isi meliputi kesesuaian isi media animasi dengan standar kompe-tensi dan kompekompe-tensi dasar, kesesuaian konsep dengan ma-teri yang disampaikan, sistematika penyampaian materi, kesesuaian animasi kimia dengan materi serta mengidentifikasi adanya representasi kimia dari media ani-masi kimia yang di-kembangkan. Sedangkan uji keterbacaan meliputi keterbacaan media animasi yang dikembangkan yang berkaitan dengan ukuran huruf, variasi bentuk huruf, kejelasan tulisan, dan perpaduan warna tulisan dengan background. Sedangkan uji kemenarikan produk yang meliputi desain produk, ukuran huruf, tata letak, pe-warnaan, kesesuaian visualisasi dengan materi dan lain-lain yang berkaitan dengan animasi diuji oleh ahli media.


(39)

c. Revisi pertama animasi kimia

Setelah dilakukan validasi oleh ahli, produk tersebut direvisi sesuai dengan masu-kan dari ahli untuk menghasilmasu-kan produk yang lebih baik.

3. Evaluasi produk

Setelah dilakukan revisi pertama pada tahap pengembangan produk, selanjutnya dilakukan evaluasi produk yang meliputi uji coba produk secara terbatas dan re-visi setelah uji coba produk secara terbatas. Pada tahap uji coba ini dilakukan be-berapa langkah sebagai berikut:

a. Uji coba terbatas

Produk yang sudah direvisi kemudian diujicobakan secara terbatas. Uji coba ter-batas dilakukan untuk menilai lebih lanjut media animasi yang dibuat. Uji coba terbatas ini dilakukan oleh guru kimia dan siswa. Produk diujicobakan pada ke-lompok kecil yang terdiri dari 20 siswa, yang kemudian siswa-siswi tersebut di-minta untuk mengisi angket untuk menjaring informasi tentang apa-apa yang perlu dibenahi dan diperbaiki dari produk tersebut. Instrumen yang digunakan adalah angket uji keterbacaan dan uji kemenarikan. Selain itu, produk tersebut juga dinilai oleh guru kimia kelas XI IPA menggunakan instrumen uji kesesuaian isi dan uji keterbacaan.

b. Analisis data

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari uji coba terbatas, melakukan analisis terhadap data yang diperoleh tersebut. Analisis data ini dilakukan untuk


(40)

mem-peroleh informasi mengenai jawaban dari uji kesesuaian, uji keterbacaan, dan uji kemenarikan yang telah dilakukan. Data hasil analisis menjadi referensi dalam merevisi media animasi lebih lanjut untuk menghasilkan media animasi yang lebih baik.

c. Revisi kedua animasi kimia

Setelah dilakukan analisis data, maka akan diketahui hal-hal yang perlu diperbaiki pada produk, baik dari segi materi maupun dari segi kemenarikan desain produk. Kemudian dari data tersebut, produk direvisi kembali untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Produk hasil revisi di-konsultasikan pada dosen pembimbing. Apabila dosen pembimbing menilai bah-wa produk hasil revisi sudah bagus, maka produk tersebut adalah produk akhir pada pengembangan media animasi kimia ini.

Berdasarkan prosedur penelitian yang digambarkan di atas, setelah dilakukan re-visi kedua, langsung dihasilkan produk akhir. Sebenarnya penelitian pengem-bangan menurut Borg & Gall setelah revisi kedua, produk yang dihasilkan diuji coba kembali, kemudian dilakukan revisi terakhir berdasarkan hasil uji coba, dan tahap yang terakhir adalah mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk. Pada penelitian skala kecil seperti ini, alur yang dilakukan hanya sampai revisi produk kedua karena untuk melakukan alur penelitian selanjutnya diperlukan waktu yang cukup lama.


(41)

3.6Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam peneli-tian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya (Sugiyono, 2008). Pada peneli-tian ini dilakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi (pengamatan)

Observasi (pengamatan) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Pada pene-litian ini, dilakukan pengamatan dengan datang ke sekolah untuk melihat kegiatan belajar mengajar di sekolah tempat lokasi penelitian. Pengamatan ini dilakukan pada tahap analisis kebutuhan untuk mendapatkan informasi mengenai media yang digunakan guru, mengamati aktivitas pembelajaran di dalam kelas, dan me-lihat respon siswa terhadap media yang digunakan oleh guru. Peneliti mengguna-kan buku-buku atau hasil penelitian yang terkait dengan penelitian ini untuk men-dapatkan data-data lain yang dianggap perlu dalam penelitian ini. Buku-buku yang digunakan berfungsi untuk mendapatkan data tentang media animasi kimia dan pengembangannya.

2. Wawancara (interview)

Esterberg (Sugiyono, 2008) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur. Dalam penelitian


(42)

ini, pengumpulan data dilakukan menggunakan wawancara terstruktur. Wawan-cara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini wawancara ditujukan kepada guru kimia. Wawancara dengan guru kimia untuk mendapatkan informasi mengenai media apa yang digunakan untuk me-nyampaikan materi larutan penyangga, apakah guru telah menggunakan animasi kimia berbasis represetasi kimia, serta mengetahui bagaimanakah respon siswa terhadap media yang digunakan. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai masukan untuk mengembangkan animasi kimia berbasis representasi kimia. Se-lain itu wawancara dengan guru juga dilakukan untuk menguji kesesuaian animasi kimia dengan materi ajar seperti, kesesuaian isi materi, sistematika materi dan ke-benaran konsep setelah produk animasi kimia diujicobakan.

3. Kuesioner (angket)

Angket digunakan untuk memperoleh informasi mengenai respon siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan, kecepatan pemahaman siswa terhadap ma-teri larutan penyangga yang disampaikan menggunakan media, serta efektivitas pembelajaran menggunakan media. Penyebaran angket juga dilakukan setelah produk diuji coba untuk mengetahui kemenarikan animasi kimia yang dikembang-kan dan mengetahui pemahaman siswa terhadap materi larutan penyangga yang disampaikan menggunakan animasi kimia.


(43)

3.7 Teknik Analisis Data

Pada tahap ini data yang dianalisis adalah data dari hasil wawancara dan angket. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Teknik analisis data hasil wawancara

Tahap pengumpulan data dari hasil wawancara adalah:

1. Mengkode atau mengklasifikasi data, kegiatan ini bertujuan untuk mengelom-pokkan jawaban berdasarkan pertanyaan pada angket. Dalam pengkodean ini, dibuat tabel yang berisi pertanyaan-pertanyaan sebagai alat untuk mengukur substansi-substansi yang akan diukur dan kode jawaban dari setiap pertanyaan tersebut.

2. Tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan per-tanyaan angket dan banyaknya sampel.

3. Menghitung frekuensi jawaban, berfungsi untuk memberikan informasi tentang kecenderungan jawaban yang banyak dipilih siswa dalam setiap pertanyaan angket. Untuk setiap siswa yang memilih satu jawaban maka diberi point satu. 4. Menghitung persentase jawaban siswa, bertujuan untuk melihat besarnya

per-sentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat di-analisis sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban siswa per item adalah sebagai berikut:

% 100

% 

N J

Jin i (Sudjana, 2005)


(44)

Ji= Jumlah siswa yang memilih pilihan jawaban-i N = Jumlah seluruh siswa (responden)

2. Teknik analisis data angket

Tahap pengumpulan data dari hasil angket adalah:

1. Mengkode atau mengklasifikasi data, kegiatan ini bertujuan untuk mengelom-pokkan jawaban berdasarkan pernyataan pada angket. Dalam pengkodean ini, dibuat tabel yang berisi pernyataan - pernyataan sebagai alat untuk mengukur substansi-substansi yang akan diukur dan kode jawaban dari setiap pertanyaan tersebut.

2. Tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan per-nyataan angket dan banyaknya sampel.

3. Menghitung skor jawaban siswa.

Penskoran setiap jawaban siswa dalam uji kesesuaian isi, uji keterbacaan dan uji kemenarikan berdasarkan skala Likert.

Tabel 2. Penskoran pada angket uji kesesuaian isi, uji keterbacaan dan uji kemenarikan untuk setiap pernyataan

NO Pilihan

Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

4. Mengolah jumlah skor jawaban responden


(45)

1. Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS) Skor = 5 x jumlah responden yang menjawab 2. Skor untuk pernyataan Setuju (S)

Skor = 4 x jumlah responden yang menjawab 3. Skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS)

Skor = 3 x jumlah responden yang menjawab 4. Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS)

Skor = 2 x jumlah responden yang menjawab 5. Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS)

Skor = 1 x jumlah responden yang menjawab

5. Menghitung persentase jawaban angket pada tiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100

% 

maks in

S S

X Sudjana, 2005)

Keterangan : %Xin = Persentase angket-i pada tiap item

S= Jumlah skor jawaban

maks

S = Skor maksimum yang diharapkan

6. Menghitung rata-rata persentase angket siswa untuk mengetahui tingkat kemenarikan animasi kimia berbasis represetasi kimia, dengan persamaan sebagai berikut:

n X Xi

% in

% (Sudjana, 2005)

Keterangan : %Xi = Rata-rata persentase angket-i

%Xin = Jumlah persentase angket-i


(46)

n = Jumlah pernyataan pada angket 7. Memvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan

dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia (Marzuki, 1997).

8. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui kemampuan siswa secara ke-seluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto (1997), sebagai berikut:

Tabel 3. Tafsiran persentase angket Persentase Kriteria

80,1%-100% 60,1%-80% 40,1%-60% 20,1%-40% 0,0%-20%

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga ini memiliki karakteristik yaitu 1) menampilkan materi larutan penyangga yang di-jelaskan melalui representasi kimia. 2) Media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga memiliki beberapa bagian yaitu bagian opening, petunjuk penggunaan, SK, KD, indikator pencapaian, menu materi larutan penyangga (pengertian, sifat, komponen, prinsip, pH, dan fungsi larutan penyangga), literatur, profil pengembang, dan tombol exit dari program media animasi. 3)Media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga ini memiliki tingkat kesesuaian isi yang tinggi yaitu 80,00% me-nurut guru dan 79,72% meme-nurut siswa. Media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga ini memiliki tingkat keterbacaan dan kemenari-kan yang sangat tinggi yaitu 83,84% menurut guru. Sedangkan me-nurut siswa tingkat keterbacaan media animasi sebesar 80,31% dengan kriteria sangat tinggi dan tingkat kemenarikan sebesar 80, 00% dengan kriteria sangat tinggi.


(48)

2. Menurut tangapan guru, media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga sangat menarik, membuat siswa lebih memahami pada ma-teri larutan penyangga, dan memiliki keunggulan karena dapat membuat siswa lebih memahami materi larutan penyangga. Namun media animasi tersebut memiliki kelemahan yaitu masih kurangnya latihan soal yang diberikan se-hingga siswa akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.

3. Menurut tanggapan siswa, media animasi berbasis representasi kimia pada ma-teri larutan penyangga cukup menarik bagi semua siswa, menyenangkan dan menjadikan proses pembelajaran jadi lebih mudah, membuat semua siswa lebih memahami materi larutan penyangga, dan memiliki keunggulan yaitu terdapat animasi yang bergerak sehingga siswa tidak merasa bosan dan dalam media animasi juga ditampilkan beberapa contoh larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kendala yang dihadapi dalam merencanakan dan mengembangkan media ani-masi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga ini adalah pada saat membuat tampilan dengan menggunakan softwareMacromedia flash 2008, tiba-tiba program not responding dan akhirnya program tertutup sendiri, sehingga jika data belum disimpan maka pekerjaan akan sia-sia, karena harus mengulang pekerjaan mulai dari data terakhir disimpan. Solusinya yaitu hasil pekerjaan pada Macromedia flash tersebut harus sering disimpan. Selain itu, program ini sering mengalami error sehingga data yang tersimpan tidak dapat dibuka. Solusinya yaitu sebelum disimpan sebaiknya dicek terlebih dahulu data yang dibuat sudah sesuai.


(49)

Pada Macromedia flash 2008, ketika mengimpor gambar sering mengubah gambar yang sudah ada, akibatnya gambar yang tampil di frame satu dengan frame yang lainnya semuanya sama. Selain itu, ketersediaan tool dalam pro-gram tersebut juga tidak lengkap, sehingga jika ingin menggunakan tool yang tidak tersedia di program tersebut harus mengcopy dari program lain. Solusi-nya yaitu jika ingin mengimpor gambar agar tidak sama maka jangan meng-convert to symbol gambarnya, sehingga tidak akan mengubah gambar yang lainnya. Kendala lainnya adalah sulitnya mencari waktu yang tepat untuk validasi produk yang dikembangkan.

5. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dalam pengembangan media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga ini adalah antusias dari dosen pembimbing, antusias validator, antusias guru pada saat wawancara untuk menanggapi media animasi yang dikembangkan, dan sikap kooperatif pihak sekolah pada saat wawancara meminta tanggapan guru dan siswa ter-hadap produk yang dikembangkan.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga yang dikembangkan ini hanya dilakukan sampai wawancara meminta tanggapan guru dan siswa terhadap produk yang dikembangkan dan revisi setelah wawan-cara sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektifitasnya secara luas.


(50)

2. Media animasi yang dikembangkan ini hanya menampilkan materi larutan penyangga secara representasi kimia sehingga diharapkan peneliti lain untuk melakukan pengembangan media animasi pada materi kimia yang lain.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program PendidikanEdisi III. Bina Aksara. Jakarta. Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

BSNP. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. Depdiknas. Jakarta. Borg, W & V.Gall, M.D . 1983 . Educational Research An Introduction (4nd ed).

New York : Longman

Bustaman, B. 2001. Web Design dengan Macromedia Flash MX 2004. Andi Offset. Yogyakarta.

Chittleborough, G. D. 2004. The Role of Teaching Models and Chemical Representations in Developing students’ Metal Models of Chemical Phenomena. Curtin University of Technology.

Djamarah,S.B., Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka cipta. Jakarta. Ernawati. 2011. Pengembangan Representasi Kimia Sekolah

Berbasis Intertekstual Pada Sub-Konsep Konfigurasi Elektron Atom Bohr dalam Bentuk Multimedia. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur Atom dari SMA hingga Perguruang Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung. Fauzi, M. M. 2012. Pembelajaran materi kesetimbangan kimia melalui

Representasi Makroskopis dan Mikroskopis pada Siswa SMA Kelas XI IPA. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hamalik, O. 1986. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Heinich, R., dkk.1996. Instructional Media and Tecnologies for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Heuvelen, V. and Zou. X.L. 2001. Multiple Representations of Work-energy Processes. American Journal of Physics. 69, No 2. p 184.


(52)

Johnstone, A. H. 1982. Macro- and Micro-Chemistry, School Science Review., 227, No. 64. p. 377-379.

Meltzer, E.D. 2005. Relation Between Students’ Problem-Solving Performance and Representational Format. American Journal of Physics. 73. No.5. p.463. Nakhleh, M.B., and Brian, P. 2008. Learning Chemistry Using Multiple External

Representations. Visualization: Theory and Practice in Science Education. Gilbert et al., (eds.), p. 209 – 231.

Nieveen, N. (1999). Prototyping to Reach Product Quality. p.125-135. from Design Approches and Tools in Education and Training. Van den Akker, jan. et.al. Dordrecht, the Neterlands: Kluwer Academic Publisher

Pramono, A. 2004. Panduan Aplikasi Menguasai Macromedia Flash MX. Yogyakarta.

Putra, Nusa . 2012 . Research & Development . Jakarta : Raja Grafindo Persada Ramadhan, A. 2004. Seri Pelajaran Komputer Macromedia Flash MX.

Gramedia. Jakarta.

Rodiah, S. 2013. Pengembangan Media Animasi Kimia Berbasis Multipel Representasi pada Materi Asam-Basa Arrhenius. Jurnal. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sadiman, A.S,dkk. 2005. Media Pendidikan. Rajagrafido Persada. Jakarta. Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana.

Jakarta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sudrajat. 2010. Presentasi Multimedia dengan Macromedia Flash. Andi:

Yogyakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D”. Bandung: Alfabeta.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Pustaka Indah Madani. Yogyakarta.

Susanto. 2013. Pengembangan Media Animasi Kimia Berbasis Multipel Representasi pada Materi Faktor-Faktor Penentu Laju Reaksi. Jurnal. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tasker, R. & Dalton, R. 2006. Research Into Practice: Visualization of The Molecular World Using Animations. Chem. Educ. Res. Prac. 7, 141-159.


(53)

Wahono, RS. 2006. Teknologi Informasi untuk Perpustakaan: Perpustakaan Digital dan Sistem Otomasi Perpustakaan.

http://www.scribd.com/doc/3020850/perpustakaan-digital-dan-sistem-otomasi-perpustakaan: diakses pada 24-07-2013.

Yudhiantoro, Dhani. 2006. Macromedia Flash Professional 8 . Yogyakarta : Penerbit Andi

Zeembry. 2001. Animasi Web dengan Macromedia Flash 8. Elex Media Komputindo. Jakarta.


(54)

86 Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/Genap

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Tingkat Ranah KD Indikator Tingkat Ranah IPK Ruang

Lingkup Alokasi Waktu 1 2 3

1 2 3 4 5 6 7

4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya. 4.4Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup

C2 A. Kognitif Produk:

1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga.

2. Menjelaskan komponen penyusun larutan penyangga asam.

3. Menjelaskan komponen penyusun larutan penyangga basa.

4. Menjelaskan prinsip kerja larutan penyangga. 5. Menghitung pH larutan penyangga.

6. Menghitung pH larutan penyangga setelah

ditambahkan sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air 7. Menjelaskan fungsi larutan penyangga di dalam tubuh

dan di kehidupan sehari-hari. Proses:

1. Melakukan percobaan mengenai larutan penyangga. 2. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada

indikator universal dan mencocokkannya dengan peta indikator untuk menentukan pH larutan yang diamati. 3. Mencatat data hasil pengamatan dan menuliskannya

C2 C2 C2 C2 C3 C3 C2 6 JP (6 x 45 menit)

n


(55)

87 asam, sedikit basa dan sedikit air.

5. Mengidentifikasi larutan yang di uji kedalam larutan penyangga dan bukan penyangga berdasarkan harga pH.

6. Menggolongkan larutan yang d uji berdasarkan perubahan harga pH ke dalam larutan penyangga dan larutan bukan penyangga.

7. Menyimpulkan pengertian larutan penyangga dan bukan larutan penyangga.

8. Membedakan larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa berdasarkan komponen penyusunnya. 9. Menyimpulkan komponen penyusun larutan

penyangga asam.

10. Menyimpulkan komponen penyusun larutan penyangga basa.

11. Mencari informasi mengenai prinsip kerja larutan penyangga.

12. Mendiskusikan prinsip kerja larutan penyangga. 13. Mengkomunikasikan prinsip kerja larutan

penyangga.

14. Menuliskan reaksi kesetimbangan komponen larutan penyangga asam dan komponen larutan penyangga basa.

15. Merumuskan hubungan reaksi kesetimbangan harga Ka dengan konsentrasi ion H+.

16. Merumuskan konsentrasi ion H+ berdasarkan jumlah mol larutan yang diamati karena volume yang


(56)

88 18. Merumuskan hubungan reaksi kesetimbangan harga

Kb dengan konsentrasi ion OH-.

19. Merumuskan konsentrasi ion OH- berdasarkan jumlah mol larutan yang diamati karena volume yang

digunakan sama.

20. Menentukan harga pH larutan penyangga basa berdasarkan konsentrasi ion OH-.

21. Menentukan harga pH larutan penyangga setelah ditambahkan sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air.

22. Mencari informasi mengenai fungsi larutan

penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

23. Mendiskusikan fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

24. Mengkomunikasikan fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

B. Afektif

 Karakter

1. Rasa ingin tahu 2. Komunikatif 3. Tanggung jawab 4. Kejujuran


(57)

89 1. Bertanya

2. Mengemukakan pendapat 3. Pendengar yang baik 4. Berkomunikasi 5. Kerjasama

C. Psikomotor

1. Kerapihan mengatur alat dan bahan. 2. Keterampilan menggunakan pipet tetes. 3. Keterampilan mengamati perubahan warna

dengan indikator uniersal

4. Keterampilan mencocokan perubahan warna kertas lakmus dengan indikator universal 5. Keterampilan mengolah data.

6. Keterampilan membereskan dan membersihkan alat dan bahan.


(58)

90

SILABUS

Kelas/Semester : XI IPA/Genap Mata Pelajaran : Kimia

Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan terapannya.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator

Penilaian Alokasi

Waktu Sumber Kognitif Afektif Psikomotor

1 2 3 4 5 6 7 8 9

4.4 Mendeskripsi-kan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup  Konsep larutan penyangga  Melakukan percobaan tentang larutan penyangga  Melakukan diskusi kelompok untuk mengkaji literatur mengenai larutan penyangga  Melakukan Produk Menjelaskan pengertian larutan penyangga Proses

25. Melakukan percobaan mengenai larutan penyangga.

26. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada indikator universal dan mencocokkannya dengan peta indikator untuk menentukan pH larutan

Afektif Karakter

6. Rasa ingin tahu 7. Komunikatif 8. Tanggung jawab 9. Kejujuran 10. Teliti Keterampilan sosial 6. Bertanya 7. Mengemukakan pendapat Psikomotor 7. Kerapihan mengatur alat dan bahan 8. Keterampilan menggunakan pipet tetes 9. Keterampilan mengamati perubahan warna pada kertas lakmus 10. Keterampi

lan mengolah

Jenis Tagihan  Tugas Individu  LKS Bentuk Instrumen  Laporan tertulis  Tes tertulis

2 x 45 menit Sumber  Buku Cetak  LKS n 2


(59)

91 menganalisis data hasil percobaan untuk menentukan larutan penyangga dan bukan penyangga  Menjelaskan permasalahan yang diberikan dalam kelompok berdasarkan hasil yang diamati. menuliskannya dalam bentuk tabel hasil pengamatan.

28. Membandingkan pH mula-mula larutan yang diuji dengan pH larutan setelah ditambahkan dengan sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air.

29. Mengidentifikasi larutan yang di uji kedalam larutan penyangga dan bukan penyangga berdasarkan harga pH. 30. Menggolongkan

larutan-larutan yang diuji berdasarkan perubahan harga pH ke dalam larutan penyangga dan larutan bukan

penyangga. 31. Menyimpulkan

pengertian larutan penyangga dan bukan

10. Kerjasama 11. Keterampi lan

membereskan dan

membersihka n alat dan bahan


(60)

92 Larutan Penyangga data hasil pengamatan berdasarkan percobaan  Mendiskusika n permasalahan yang diberikan dalam kelompok berdasarkan hasil yang diamati Produk

1. Menjelaskan komponen penyusun larutan penyangga asam. 2. Menjelaskan komponen

penyusun larutan penyangga basa. Proses

1. Membedakan larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa berdasarkan komponen penyusunnya.

2. Menyimpulkan komponen penyusun larutan penyangga asam. 3. Menyimpulkan

komponen penyusun larutan penyangga basa.

Karakter

1. Rasa ingin tahu 2. Komunikatif 3. Tanggung jawab 4. Kejujuran 5. Teliti Keterampilan social 1. Bertanya 2. Mengemukakan pendapat

3. Pendengar yang baik 4. Berkomunikasi 5. Kerjasama 1. Kerapihan mengatur alat dan bahan 2. Keterampilan menggunakan pipet tetes 3. Keterampilan mengamati perubahan warna dengan indikator univrsal 4. Keterampilan mencocokan perubahan warna kertas lakmus dengan indikator univrsal 5. Keterampilan mengolah data. 6. Keterampilan membereskan Tagihan  Tugas Individu  LKS Bentuk Instrumen  Laporan tertulis  Tes tertulis menit  Buku Cetak  LKS


(61)

93 bahan  Prinsip kerja larutan penyangga  Fungsi Larutan Penyangga  cara menghitung pH larutan penyangga, menghitung pH larutan penyangga setelah ditambahkan sedikit asam ,sedikit basa, dan sedikit air  Melakukan diskusi kelompok tentang prinsip kerja larutan penyangga, dan fungsi larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari Produk

1. Menjelaskan prinsip kerja larutan penyangga. 2. Menghitung pH larutan

penyangga

3. Menghitung pH larutan penyangga setelah ditambahkan sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air

4. Menjelaskan fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

Proses

1. Mencari informasi mengenai prinsip kerja larutan penyangga. 2. Mendiskusikan prinsip

kerja larutan penyangga.

3. Mengkomunikasikan

Afektif Karakter

1. Rasa ingin tahu 2. Komunikatif 3. Tanggung jawab 4. Kejujuran 5. Teliti Keterampilan social 1. Bertanya 2. Mengemukakan pendapat

3. Pendengar yang baik 4. Berkomunikasi 5. Kerjasama Psikomotor 1. Kerapihan mengatur alat dan bahan 2. Keterampilan menggunakan pipet tetes 3. Keterampilan mengamati perubahan warna pada kertas lakmus 4. Keterampilan mengolah atau interpretasi data 5. Keterampilan membereskan dan membersihka n alat dan bahan Jenis Tagihan  Tugas Individu  LKS Bentuk Instrumen  Laporan tertulis  Tes tertulis

2 x 45 menit

Sumber  Buku

Cetak  LKS


(62)

94 kesetimbangan

komponen larutan penyangga asam dan komponen larutan penyangga basa.

5. Merumuskan hubungan reaksi kesetimbangan harga Ka dengan konsentrasi ion H+. 6. Merumuskan konsentrasi

ion H+ berdasarkan jumlah mol larutan yang diuji karena volume yang digunakan sama.

7. Menentukan harga pH larutan penyangga asam berdasarkan konsentrasi ion H+.

8. Merumuskan hubungan reaksi kesetimbangan harga Kb dengan konsentrasi ion OH-. 9. Merumuskan konsentrasi

ion OH- berdasarkan jumlah mol larutan yang


(63)

95 larutan penyangga basa

berdasarkan konsentrasi ion OH-.

11. Menentukan harga pH larutan penyangga setelah ditambahkan sedikit asam, basa, dan air.

12. Mencari informasi mengenai fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.

13. Mendiskusikan fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari. 14. Mengkomunikasikan

fungsi larutan penyangga di dalam tubuh dan di kehidupan sehari-hari.


(64)

96 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas / Semester : XI IPA / Genap Alokasi waktu : 2 x 45 menit

I. Standar Kompetensi

4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

II. Kompetensi Dasar

4.4 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

III. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Kognitif

- Produk

Menjelaskan pengertian larutan penyangga.

- Proses

- Melakukan percobaan mengenai larutan penyangga.

- Mengamati perubahan warna yang terjadi pada indikator universal dan mencocokkannya dengan peta indikator untuk menentukan pH larutan yang diamati.

- Mencatat data hasil pengamatan dan menuliskannya dalam bentuk tabel hasil pengamatan.

- Membandingkan pH mula-mula larutan yang diuji dengan pH larutan setelah ditambahakn sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air.

- Mengidentifikasi larutan yang di uji kedalam larutan penyangga dan bukan penyangga berdasarkan harga pH.


(65)

97 - Menyimpulkan pengertian larutan penyangga dan bukan larutan penyangga.

2. Afektif

Karakter 3. Keterampilan sosial

1. Rasa ingin tahu 2. Komunikatif 3. Tanggung jawab 4. Kejujuran 5. Teliti

 Keterampilan sosial 11. Bertanya

12. Mengemukakan pendapat 13. Pendengar yang baik 14. Berkomunikasi 15. Kerjasama

B. Psikomotor

1. Kerapihan mengatur alat dan bahan 2. Keterampilan menggunakan pipet tetes

3. Keterampilan mengamati perubahan warna dengan indikator uniersal

4. Keterampilan mencocokan perubahan warna kertas lakmus dengan indikator univrsal

5. Keterampilan mengolah data.

6. Keterampilan membereskan dan membersihkan alat dan bahan.

IV. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif

- Produk


(66)

98 warna yang terjadi pada indikator universal dan mencocokkannya dengan peta indikator untuk menentukan pH larutan penyangga.

o Siswa dapat mencatat data hasil pengamatan dan menuliskannya dalam

bentuk tabel hasil pengamatan.

o Berdasarkan instruksi guru, siswa dapat membandingkan pH mula-mula

larutan yang diuji dengan pH larutan setelah ditambahkan sedikit asam, sedikit basa dan sedikit air.

o Siswa dapat mengidentifikasi larutan yang di uji kedalam larutan

penyangga dan bukan penyangga berdasarkan harga pH.

o Siswa dapat menggolongkan larutan ke dalam larutan penyangga dan

bukan penyangga.

o Siswa dapat menyimpulkan pengertian larutan penyangga berdasarkan

percobaan yang dilakukan dan mengkomunikasikannya kepada teman-temannya.

2. Afektif a. Karakter:

Siswa terlibat dalam proses belajar mengajar, minimal siswa dinilai cukup dalam menunjukkan karakter rasa ingin tahu, komunikatif, tanggung jawab, kejujuran, dan teliti.

b. Keterampilan sosial:

Siswa terlibat dalam proses belajar mengajar, minimal siswa dinilai cukup dalam menunjukkan prilaku keterampilan sosial bertanya, mengemukakan pendapat, pendengar yang baik, berkomunikasi, dan kerjasama.

3. Psikomotor:

 Dengan memperhatikan instruksi guru, siswa terampil mengatur alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum serta dapat terampil menggunakan pipet tetes.


(67)

99

 Berdasarkan prosedur percobaan, siswa memasukkan larutan asam atau basa ke dalam larutan yang akan diuji, kemudian mengukur harga pH.

 Membersihkan dan merapikan alat dan bahan percobaan dengan maksud agar alat percobaan menjadi terawat dan laboratorium tetap tertata rapi dan bersih.

V. Materi Pembelajaran

Larutan penyangga merupakan larutan yang mampu mempertahankan harga pH atau mampu mempertahankan perubahan harga pH ketika ditambahkan dengan sedikit asam, sedikit basa, dan sedikit air. Larutan penyangga disebut juga dengan larutan buffer. Larutan penyangga sangat penting dalam sistem kimia dan biologi. pH dalam tubuh manusia sangat beragam dari satu cairan ke cairan lainnya, misalnya pH darah adalah sekitar 7,4, sementara pH cairan lambung sekitar 1,5. Harga-harga pH ini sangat penting bagi tubuh. Agar enzim dapat bekerja dengan benar dan agar tekanan osmotik tetap seimbang, maka dalam banyak kasus dipertahankan oleh larutan penyangga (buffer).

VI. Strategi Pembelajaran

6.1 Model Pembelajaran : Problem Solving 6.2 Pendekatan : Konstruktivisme


(68)

100 Aktivitas Siswa/Guru

Penilaian oleh Pengamat 1 2 3 4 Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah.

Guru :

Orientasi masalah kecil :

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kognitif, afektif, psikomotor, karakter dan kerampilan sosial.

b. Guru mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa dalam rangka memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah tesebut

Dalam kehidupan kita tidak terlepas dari hal-hal yang berhubungan dengan kimia. Salah satunya adalah harga pH.

pH suatu larutan akan berubah jika ditambahkan dengan larutan lain. Lalu bagaimana jika kita membutuhkan suatu larutan di mana pH relatif tetap? Adakah larutan yang dapat

memeprtahankan harga pH?

a. Guru melakukan demonstrasi untuk menentukan pH air laut awal, pH air laut setelah ditambah sedikit asam, pH air laut setelah ditambah sedikit basa dan pH air laut setelah ditambah sedikit air.

I II III IV I : air laut mula-mula

II : air laut ditambahkan sedikit asam III : air laut ditambahkan sedikit basa

IV : air laut ditambahkan sedikit air

b. Guru meminta salah satu siswa untuk mengukur pH keempat sampel diatas.

c. Guru meminta siswa untuk mengobservasi permalasahan diatas.

d. Guru membagikan LKS.

e. Guru meminta siswa untuk merumuskan masalah dari fenomena yang terdapat dalam LKS.


(1)

204 awal media animasi sudah

sesuai dan dapat terbaca dengan baik.

ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 40

KS √ √ 2 6

TS STS

7. Warna teks pada tampilan awal

media animasi sudah serasi antara warna yang satu dengan yang lainnya dan dapat terbaca dengan baik.

SS √ √ √ √ 4 20

ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 36

KS √ √ 2 6

TS STS

8. Variasi bentuk huruf pada

tampilan awal media animasi telah sesuai dan dapat terbaca dengan baik.

SS √ √ √ √ 4 20

ST √ √ √ √ √ √ √ 7 28

KS √ √ √ √ 4 12

TS STS

9. Ukuran huruf pada tampilan

menu utama terlihat jelas dan dapat terbaca dengan baik.

SS √ √ √ 3 15

ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 40

KS √ √ 2 6

TS STS 10. Perpaduan warna teks pada

tampilan menu utama sudah serasi dan terlihat jelas.

SS √ √ √ √ √ 5 25

ST √ √ √ √ √ √ √ √ 8 32

KS √ √ 2 6

TS STS 11. Variasi bentuk huruf pada

tampilan menu utama sudah sesuai dan terlihat jelas.

SS √ √ 2 10

ST √ √ √ √ √ √ √ 7 28

KS √ √ √ √ √ √ 6 18

TS STS 12. Ukuran huruf pada tampilan

SK, KD, dan indikator sudah

SS √ √ 2 10


(2)

205 jelas dan dapat terbaca dengan

baik.

KS √ √ √ 3 9

TS STS 13. Perpaduan warna teks pada SK,

KD, dan indikator sudah serasi dan terlihat jelas.

SS √ 1 5

ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11 44

KS √ √ √ 3 9

TS STS 14. Ukuran huruf pada tampilan

petunjuk terlihat jelas dan dapat terbaca dengan baik.

SS √ √ √ 3 15

ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 36

KS √ √ √ 3 9

TS STS 15. Variasi bentuk huruf pada

tampilan petunjuk yang digunakan sudah sesuai dan terbaca dengan baik.

SS √ √ 2 10

ST √ √ √ √ √ √ √ √ 8 32

KS √ √ √ √ √ 5 15

TS STS 16. Perpaduan warna teks pada

tampilan petunjuk sudah serasi dan terlihat jelas.

SS √ √ √ √ 4 20

ST √ √ √ √ √ √ √ 7 28

KS √ √ √ √ 4 12

TS STS 17. Variasi dan ukuran huruf pada

materi telah sesuai dan terbaca dengan baik.

SS √ √ √ 3 15

ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 40

KS √ √ 2 6

TS STS 18. Perpaduan warna teks pada

materi sudah serasi dan dapat terbaca dengan baik.

SS √ √ √ √ √ 5 25

ST √ √ √ √ √ √ √ √ 8 32


(3)

206 TS

STS 19. Variasi bentuk dan ukuran

huruf pada animasi percobaan telah sesuai dan terbaca dengan baik.

SS

ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 40

KS √ √ √ √ √ 5 15

TS STS 20. Warna tulisan atau teks pada

animasi percobaan sudah serasi dan dapat terbaca dengan baik.

SS √ 1 5

ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 40

KS √ √ √ √ 4 12

TS STS 21. Ukuran dan warna molekul

pada animasi sudah sesuai dan terbaca dengan baik.

SS √ 1 5

ST √ √ √ √ √ √ √ √ 8 32

KS √ √ √ √ √ √ 6 24

TS STS 22. Gerakan molekul pada animasi

sudah sesuai dan terlihat jelas.

SS √ √ √ √ √ √ √ 7 35

ST √ √ √ √ √ 5 20

KS √ √ √ 3 9

TS STS 23. Tombol-tombol yang

digunakan sudah berfungsi dan terlihat dengan jelas.

SS √ √ √ √ √ √ 6 30

ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 36

KS TS STS 24. Warna tombol yang digunakan

telah sesuai dengan warna background.

SS √ √ √ √ 4 20

ST √ √ √ √ √ 5 20

KS √ √ √ √ √ √ 6 18


(4)

207 STS

25. Tata letak tombol navigasi pada media animasi telah sesuai.

SS √ √ √ 3 15

ST √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 48

KS TS STS 26. Simbol-simbol yang digunakan

dapat terbaca dengan baik.

SS √ √ √ √ √ 5 25

ST √ √ √ √ √ 5 20

KS √ √ √ √ √ 5 15

TS STS


(5)

208 HASIL WAWANCARA TANGGAPAN GURU TERHADAP MEDIA ANIMASI

YANG DIKEMBANGKAN PADA MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

No Hal yang ditanyakan Jawaban guru 1. Bagaimana kesan Bapak tentang media

animasi berbasis multipel representasi pada materi larutan penyangga?

Sangat menarik.

2. Menurut pengamatan Bapak apakah dengan menggunakan media animasi berbasis representasi kimia ini, siswa dapat lebih memahami materi larutan penyangga?

Iya, siswa akan lebih cepat memahami materi larutan penyangga.

3. Menurut Bapak apa keunggulan media animasi berbasis representasi kimia ini ?

Siswa akan lebih cepat memahami materi larutan penyangga.

4. Menurut Bapak apakah media animasi berbasis representasi kimia ini

mengandung kelemahan? Jika ya, apa kelemahannya ?

Ada. Kelemahannya siswa/i akan kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal ke PTN karena masih sedikit latihan soal yang diberikan.

5. Apa saran Bapak untuk memperbaiki kelemahan media animasi berbasis representasi kimia ini ?

Perbanyak latihan soal untuk materi larutan penyangga.


(6)

209 HASIL WAWANCARA TANGGAPAN SISWA TERHADAP MEDIA

ANIMASI YANG DIKEMBANGKAN PADA MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN

PENYANGGA

No Pertanyaan Jawaban siswa Presentasi Jawaban Kriteria 1. Bagaimana kesan anda

tentang media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga?

Secara umum cukup menarik,

menyenangkan dan memudahkan dalam proses pembelajaran.

100 % Seluruhnya

2. Apakah dengan media animasi ini anda mudah memahami materi larutan penyangga?

Ya, lebih mudah memahami

100 % Seluruhnya

3. Apakah keunggulan media animasi ini? Bagaimana kesan anda tentang media animasi berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga?

Memberi contoh larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari

20 % Sebagian

kecil

Terdapat animasi yang bergerak sehingga tidak bosan

80 % Sebagian

besar 4. Apakah dengan media

animasi ini anda mudah memahami materi larutan penyangga?

Ya, terdapat perpaduan warna yang kurang sesuai antara gambar dengan warna background.

13,333 % Sebagian

kecil

Tidak 86,667 % Sebagian

besar Lampiran 26