PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI

(1)

(2)

ii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI

Oleh

ANGGUN YOSIE PASEMAWATI

Siswa sering dihadapkan pada konsep pembelajaran kimia yang abstrak. Untuk mengatasi miskonsepsi yang sering dialami para siswa, maka perlu dilakukan pengembangan media animasi pembelajaran. Pembelajaran kimia yang berlang-sung selama ini umumnya hanya pada dimensi makroskopis dan simbolik, sedang-kan dimensi submikroskopis seringkali diabaisedang-kan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media animasi kimia berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi. Metode penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan me-nurut Sugiyono (2008) yang secara garis besar terdiri dari tiga tahap yaitu (1) ana-lisis kebutuhan, (2) perencanaan dan pengembangan dan (3) evaluasi produk. Ha-sil penelitian ini adalah produk pengembangan berupa media animasi berbasis re-presentasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi yang memiliki karakteristik yaitu 1) menampilkan materi reaksi yang dijelaskan melalui representasi kimia, 2) memiliki bagian-bagian berupa opening, petunjuk penggunaan, SK, KD, indikator, materi perkembangan konsep dan tata nama, profil pengembang, dan tombol ke-luar dari program, 3) memiliki tingkat kesesuaian isi yang tinggi 80 % menurut guru dan memiliki tingkat kemenarikan yang tinggi yaitu 83,45 % menurut siswa.


(3)

iii Dari hasil tanggapan guru dan siswa diketahui bahwa media animasi berbasis re-presentasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi tersebut dapat membuat siswa lebih cepat memahami materi.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

B. Media Pembelajaran... 10

C. Multimedia Pembelajaran ... 13

D. Media Animasi dalam Pembelajaran ... 13

E. Representasi Ilmu Kimia ... 15


(8)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 20

B. Subjek Penelitian ... 21

C. Sumber Data ... 21

D. Instrumen Penelitian ... 22

E. Prosedur Penetilian ... 24

F. Pengembangan Produk... 27

G. Teknik Pengumpulan Data ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

B. Hasil Perencanaan dan Pengembangan Media Animasi ... 42

C. Pembahasan... 56

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN 1. Pemetaan SK-KD ... 65

2. Analisis Konsep ... 71

3. Silabus ... 74

4. RPP ... 84

5. Hasil Wawancara dan Deskripsi Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 112

6. Hasil Wawancara dan Deskripsi Analisis Kebutuhan pada Siswa ... 117


(9)

8. Flowchart ... 123

9. Storyboard... 126

10. Kisi-kisi validasi kesesuaian isi ... 149

11. Hasil validasi kesesuaian isi ... 150

12. Persentase dan kriteria hasil validasi kesesuaian isi ... 152

13. Kisi-kisi validasi kemenarikan desain dan keterbacaan... 154

14. Hasil validasi kemenarikan dan keterbacaan ... 155

15. Persentase dan kriteria hasil validasi kemenasrikan dan keterbacaan . 157 16. Kisi-kisi tanggapan guru terhadap kesesuaian isi media ... 159

17. Hasil wawancara tanggapan guru terhadap kesesuaian isi media ... 160

18. Hasil wawancara tanggapan siswa terhadap kesesuaian isi media ... 161

19. Hasil tabulasi tanggapan siswa terhadap kesesuaian isi media ... 162

20. Kisi-kisi angket keterbacaan media ... 165

21. Hasil jawaban guru angket terhadap keterbacaan ... 166

22. Hasil Jawaban siswa angket terhadap keterbacaan ... 168

23. Hasil tabulasi tanggapan siswa terhadap keterbacaan media ... 170

24. Persentase dan kriteria tanggapan siswa terhadap keterbacaan media 175 25. Hasil wawancara tanggapan media animasi oleh guru ... 177


(10)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seiring peningkatan kualitas sumber daya manusia saat ini kualitas pendidikan juga perlu ditingkatkan. Peningkatan pendidikan dapat didukung oleh perkembangan IPTEK yang telah menunjukkan kemajuan pesat. Perkembangan tersebut dapat meningkatkan pendidikan dengan memanfaatkan salah satu produk IPTEK yaitu Macromedia flash 2008 yang dapat digunakan dalam proses pembe-lajaran dalam pembuatan media pembepembe-lajaran, salah satunya pada mata pepembe-lajaran Kimia.

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan ba-gaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat (BSNP, 2006). Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena. Banyak materi dalam pembelajaran kimia yang sulit untuk diilustrasikan dalam bentuk gambar dua dimensi. Dalam proses pembelajaran kimia, siswa seringkali dihadapkan pada materi diluar penga-laman siswa sehari-hari dan bersifat abstrak, sehingga materi tersebut sulit diajar-kan oleh guru dan sulit pula dipahami oleh siswa. Konsep yang abstrak ini


(11)

kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalisasi-nya dapat dirumuskan atau diformulasikan.

Johnstone dalam Chittleborough (2004) mendeskrispsikan bahwa fenomena kimia dapat dijelaskan dengan tiga level representasi yang berbeda, yaitu makroskopis, submikroskopis dan simbolik. Level makroskopik, yaitu riil dan dapat dilihat, se-perti fenomena kimia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam la-boratorium yang dapat diamati langsung. Level submikroskopik, yaitu berdasar-kan observasi riil tetapi masih memerluberdasar-kan teori untuk menjelasberdasar-kan apa yang ter-jadi pada level molekuler dan menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel yang tidak dapat dilihat secara langsung. Level simbolik, yaitu represent-tasi dari suatu kenyataan, seperti represenrepresent-tasi simbolik dari atom, molekul, dan se-nyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar, maupun bentuk-bentuk hasil pengola-han komputer. Untuk memahami ilmu kimia secara konseptual, dibutuhkan ke-mampuan untuk merepresentasikan fenomena kimia ke dalam bentuk representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik secara simultan.

Tujuan pembelajaran kimia bukan hanya ditujukan untuk menanamkan pengeta-huan ilmu kimia saja, namun juga pada pengembangan dalam memecahkan masa-lah dalam kehidupan sehari-hari. Guru dituntut dapat menumbuhkan keterampil-an proses sains siswa dalam membelajarkketerampil-an kimia, keterampilketerampil-an yketerampil-ang harus di-miliki siswa dalam belajar sains salah satunya adalah keterampilan mengamati. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati siswa harus menggunakan seba-nyak mungkin inderanya untuk, melihat, mendengar, merasakan, mencium, dan mencicipi. Dengan demikian siswa dapat mengumpulkan data yang relevan.


(12)

Faktanya kemampuan representasi siswa Indonesia masih rendah. Berdasarkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2009 dalam Organisation for Economic Cooperation and Development tahun 2010, ke-mampuan sains siswa Indonesia berada pada urutan ke-66 dari 74 negara dengan nilai kemampuan sains Indonesia sebesar 383. Soal-soal pada PISA mengukur kemampuan sains siswa, salah satunya kemampuan representasi siswa. Hal ters-ebut disebabkan karena dalam pembelajaran sains (IPA) termasuk kimia, keba-nyakan siswa Indonesia dituntut untuk lebih banyak mempelajari materi sains se-cara verbalistis.

Penggunaan media dalam pembelajaran kimia dapat menumbuhkan dan mening-katkan ketrampilan mengamati pada siswa khususnya pada aspek melihat dan mendengar. Menurut Annu’man (2012) penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat pembelajaran berlangsung. Media pembelaja-ran juga dapat membantu peningkatan pemahaman peserta didik, penyajian data atau informasi lebih menarik dan terpercaya, dan memudahkan penafsiran data. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2013) di enam SMA di Bandar Lampung menunjukkan bahwa guru tidak menggunakan media animasi yang ber-basis representasi kimia dalam proses pembelajaran. Penyusunan media berupa tayangan Power Point tidak memenuhi kriteria level yang seharusnya ada yaitu makroskopis, submikroskopis dan simbolik. Media yang ditampilkan hanya me-menuhi level makroskopis dan simbolik saja. Untuk level submikroskopis kurang diapresiakan.


(13)

Berdasarkan studi lapangan pada enam SMA di Pringsewu dan 7 orang guru kimia kelas sepuluh, sebanyak 42,85 % guru menggunakan media pembelajaran pada materi redoks dan sisanya yaitu 57,15 % guru tidak menggunakan. Guru tersebut hanya membelajaran reaksi reduksi oksidasi melalui praktikum dan diskusi saja. Dari semua guru yang menggunakan media pembelajaran tersebut diketahui bahwa media yang digunakan sesuai dengan SK, KD dan indikator pembelajaran dengan persentasi 66,67 % guru.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut, dari semua guru yang mengguna-kan media pembelajaran sebanyak 33,33 % guru mendapatmengguna-kan media tersebut de-ngan membuatnya sendiri dalam bentuk power point karena sangat mudah dan juga akan lebih menarik dengan desain yang kreatif. Sumber lain diperolehnya media tersebut diketahui dari 66,66 % guru. Sumber lain tersebut bisa diperoleh dari sekolah yang memang sudah menyediakannya. Tapi tidak ada guru yang mengunduh media tersebut dari internet.

Dari 33,33 % guru yang menggunakan media tersebut mengatakan bahwa alasan menggunakan media tersebut karena menarik dan 66,67 % guru mengatakan bah-wa media tersebut akan efektif untuk proses pembelajaran. 100% guru menyata-kan bahwa ada keuntungan dalam penggunaan media pembelajaran. Hal ini karena media dengan tampilan yang menarik akan membuat siswa senang dan membuat siswa lebih memperhatikan penjelasan guru. Selain itu media pembela-jaran akan membuat suatu materi yang abstrak akan ditampilkan dengan visuali-sasi yang lebih konkrit sehingga siswa dapat cepat mengerti.


(14)

Sebanyak 71,43% guru mengetahui media animasi. Sisanya yakni 28,57% guru belum mengetahui tentang media animasi. Sebagian guru sudah mengetahui apa maksud dari media animasi dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan ku-rangnya pengetahuan guru tentang teknologi terbaru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Semua guru belum mengetahui representasi kimia. Kurangnya pengetahuan guru tentang representasi kimia memungkinkan guru dalam me-nyampaikan materi juga tidak berbasis representasi kimia.

Untuk dapat memahami beberapa materi kimia dibutuhkan suatu penggambaran yang lebih nyata sehingga siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan. Menurut Sunyono dkk (2009) suatu media diperlukan dalam pembelajaran. Media yang digunakan juga harus disesuaikan dengan karakteristik materi yang akan di-ajarkan. Penggunaan media animasi pada materi kimia yang membahas tentang reaksi kimia sangat tepat, misalnya pada materi reaksi oksidasi reduksi.

Media animasi untuk menjelaskan materi tentang reaksi kimia telah dikembang-kan oleh Rodiah (2013) pada materi asam-basa Arrhenius. Produk pengembangan yang telah diuji cobakan mendapat respon positif dari guru dan siswa yang diwa-wancarai. Pengembangan animasi lainnya juga dilakukan oleh Rahmawan (2013) pada materi larutan penyangga, penelitian dilakukan di salah satu SMA di

Surabaya. Penelitian tersebut menggunakan 2 kelas yaitu kelas kontrol (tanpa media animasi) dan kelas eksperimen (menggunakan media animasi). Hasilnya pada kelas eksperimen mampu memahami konsep lebih dari kelas kontrol.


(15)

Berdasarkan hakikat ilmu kimia dan fakta yang ada, maka diperlukan media ani-masi yang sesuai dengan indikator pembelajaran dan menarik perhatian siswa se-hingga dapat membantu guru dan siswa menyelesaikan permasalahan pada kegia-tan pembelajaran serta dapat membantu guru melatihkan kemampuan representasi makroskopis, simbolik, dan submikroskopis siswa pada materi reaksi oksidasi re-duksi. Oleh karena itu perlu dikembangkan media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah karakteristik media animasi kimia berbasis representasi kimia yang dikembangkan pada materi reaksi oksidasi reduksi?

2. Bagaimanakah kesesuaian isi, kemenarikan, dan keterbacaan media animasi kimia berbasis representasi kimia yang dikembangkan pada materi reaksi oksidasi reduksi?

3. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap media animasi kimia berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi?

4. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap media animasi kimia berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi?

5. Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan media animasi kimia berbasis representasi kimia?


(16)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengembangkan media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi.

2. Mengidentifikasi karakteristik animasi kimia berbasis representasi kimia yang dikembangkan pada materi reaksi oksidasi reduksi.

3. Mengidentifikasi kesesuaian isi, kemenarikan, dan keterbacaan animasi kimia berbasis representasi kimia yang dikembangkan pada materi reaksi oksidasi reduksi.

4. Mengidentifikasi tanggapan guru terhadap media animasi kimia berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi.

5. Mengidentifikasi tanggapan siswa terhadap media animasi kimia berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi.

6. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan animasi kimia berbasis representasi kimia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini menghasilkan media animasi kimia yang berbasis representasi kimia yang memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Menambah referensi media pembelajaran yang berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi.


(17)

2. Menjadi alternatif media animasi kimia berbasis representasi kimia yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi reaksi oksidasi reduksi dengan cara yang lebih menarik dan menyenangkan.

3. Sebagai referensi pengembangan media animasi berbasis representasi kimia dan bahan penelitian lebih lanjut.

4. Menambah referensi untuk mengembangkan media pembelajaran kimia untuk materi kimia yang lain.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memahami gambaran pengembangan ini, maka perlu diberikan penjelasan terhadap istilah-istilah untuk membatasi rumusan masalah yang akan diteliti. Istilah-istilah yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan media animasi kimia berbasis representasi kimia adalah kegiatan mengembangkan produk animasi pada materi kimia untuk menghasilkan produk animasi kimia baru yang lebih baik yang berbasis representasi kimia.

2. Representasi kimia adalah level representasi dalam menjelaskan fenomena kimia yang meliputi level makroskopis, submikroskopis, dan simbolis. 3. Materi yang disampaikan dalam pengembangan media animasi ini adalah

materi reaksi oksidasi reduksi

4. Animasi berupa rangkaian gambar yang menggambarkan proses yang didesain menggunakan perangkat lunak Macromedia flash 2008.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran konstruktivis

Dalam perjalanan proses pendidikan, belajar merupakan hal yang utama. Hal ini menunjukkan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan besar kaitan-nya dengan pertakaitan-nyaan bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik dan bagaimana guru memandang arti belajar itu sendiri, karena pandangan seseorang tentang belajar akan memengaruhi tindakan-tindakannya dalam kegi-atan pembelajaran. Seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegikegi-atan menghafalkan fakta, akan lain cara mengajarnya dengan guru lain yang mengar-tikan bahwa belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip (Fauzi, 2012) Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman (2006) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah kons-truksi kita sendiri. Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyata-an ykenyata-ang ada, tetapi pengetahukenyata-an selalu merupakkenyata-an akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Menurut Slavin dalam Trianto (2010) teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentrans-formasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan


(19)

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan-aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar mema-hami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk diri-nya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang menge-tahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, me-lainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu (Suparno, 1997 ). Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:

1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengem-bangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

2.2 Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan kata jamak dari kata “me -dium” yang berarti pengantar (Sardiman,2006). Sadiman juga menyatakan bahwa

media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian mahasiswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.


(20)

informasi belajar atau penyalur pesan. Media adalah alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pe-kerjaan yang dibuatnya dapat diselesaikan dengan hasil yang memuaskan (Sukiman, 2012).

Menurut Bovee dalam Rusman (2012), media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Menurut Arsyad(2005), media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Menurut Arsyad (2005), media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan keberhasilan proses belajar mengajar. Menurut Muarifin (2010), kegunaan media pembelajaran antara lain :

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa. 2. Mengkongkretkan konsep yang abstrak.

3. Tidak verbalistis sehingga mudah dipahami. 4. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu :

a. Memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa.

b. Memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat dengan mata telan-jang.

c. Memudahkan penggambaran obyek yang sangat besar yang tidak mungkin dibawa ke dalam kelas.

d. Memudahkan penggambaran obyek terlalu kompleks.

e. Memudahkan menggambarkan benda-benda yang berbahaya.

5. Memberikan pengalaman nyata, langsung, dan menyeluruh sehingga siswa lebih aktif.

Selain itu, konstribusi media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2005) adalah:

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih standard 2. Pembelajar akan lebih menarik

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar 4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek


(21)

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

6. Proses pembelajaran dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun diperlu-kan

7. Peran guru berubah kearah yang positif

Menurut Arifin (2003) dua sisi penting dari fungsi media dalam proses pembela-jaran dikelas yaitu: 1) membantu guru dalam mempermudah, menyederhanakan, dan mempercepat berlangsungnya proses belajar mengajar, penyajian informasi atau keterampilan secara utuh dan lengkap, serta merancang informasi dan ke-terampilan secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu; 2) membantu siswa dalam mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya antara lain dalam pemusatan dan mempertahankan perhatian, memelihara, ke-seimbangan mental, serta belajar mendorong mandiri.

Dewasa ini banyak tersedia media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan, misalnya modul, animasi, slide dan lain-lain. Oleh karena itu guru harus mampu memilih dan menggunakan media yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan. Menurut Hamalik dalam Muarifin (2010), media pembelajaran yang efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Relevan. Artinya media itu sesuai dengan hakikat materi dan tujuan yang hendak dicapai.

2. Sederhana. Artinya media bukanlah peralatan yang rumit, tetapi pelaratan yang mudah digunakan.

3. Esensial. Artinya media itu memang diperlukan untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar.

4. Menarik. Artinya media itu mampu memberikan variasi, penyegaran, daya tarik, dan menghilangkan kebosanan.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembela-jaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan


(22)

mi-nat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif (Sukiman, 2012). 2.3 Multimedia Pembelajaran

Saat ini adalah era informasi globalisasi, di mana era ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang perangkat utamanya adalah komputer. Informasi yang bisa dilakukan tidak hanya sekedar informasi suara atau gambar, namun informasi yang disajikan dapat bersifat multimedia.

Menurut Bovee dalam Rusman (2012), media adalah sebuah alat yang mem-punyai fungsi menyampaikan pesan. Seperti yang dikemukakan di atas, Heinich dkk (2005) menyatakan bahwa multimedia merupakan penggabungan atau peng-integrasian dua atau lebih format media yang berpadu sepeti teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer.

2.4 Media animasi dalam pembelajaran

Multimedia pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif media pem-belajaran adalah media animasi, yang merupakan susunan gambar diam (static grapics) yang dibuat efek sehingga tampak bergerak. Animasi adalah proses bagaimana menggerakkan suatu objek yang disebut menganimasikan

(Yudhiantoro, 2006).

Animasi komputer merupakan rangkaian gambar yang memberikan ilusi gerak pada layar komputer. Media animasi adalah rangkaian gambar yang meng-gambarkan proses. Beberapa fungsi media animasi diantaranya dapat digunakan


(23)

untuk mengarahkan perhatian siswa pada aspek penting dari materi yang di-pelajarinya, dapat digunakan untuk mengajarkan pengetahuan prosedural, penunjang belajar siswa dalam melakukan proses kognitif. Bagi siswa, media animasi dapat digunakan sebagai sarana yang dapat menambah daya tarik dalam belajar. Materi dalam media animasi disampaikan secara visual dan audio, se-hingga siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajarinya ( Burke, Greenbowe, dan Windschitl, 1998).

Dalam pembuatan media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi ini menggunakan perangkat lunakkomputer. Perangkat lunak yang digunakan adalah Macromedia Flash 2008. Macromedia Flash adalah sebuah alatyang dapat digunakan untuk membuat berbagai macam animasi, presentasi, game bahkan perangkat ajar. Selain itu Macromedia Flash ini dapat digunakan sebagai alatuntuk mendesain web, dan berbagai aplikasi multimedia lainnya. Animasi dapat diartikan sebagai subyek yang dapat bergerak. Animasi berguna untuk mensimulasikan konsep tentang hal-hal yang melibatkan gerakan, misalnya pergerakan ion atau molekul dalam larutan dan banyak materi lain yang prosesnya bersifat submikroskopis.

Macromedia Flash merupakan program grafis animasi web yang diproduksi oleh Macromedia corp. Macromedia pertama kali diproduksi pada tahun 1996. Pada awal produksi, Macromedia Flash merupakan perangkat lunakuntuk membuat animasi sederhana berbasis Graphics Interchange Format (GIF) (Pramono, 2004).

Macromedia Flash adalah sebuah program yang ditujukan kepada para desainer maupun programer yang bermaksud merancang animasi untuk pembuatan web,


(24)

presentasi untuk tujuan bisnis maupun proses pembelajaran hingga pembuatan game interaktif serta tujuan-tujuan yang lebih spesifik ( Yudhiantoro, 2006). Untuk itu, flash dilengkapi dengan alat-alat untuk membuat gambar yang kemudi-an akkemudi-an dibuat kemudi-animasinya. Selajutnya kemudi-animasi disusun dengkemudi-an menggabungkkemudi-an adegan-adegan animasi hingga menjadi movie. Langkah terakhir adalah menerbit-kan karya tersebut ke media yang dikehendaki. Kelebihan media animasi adalah penggabungan unsur media lain seperti audio, teks, video, gambar, grafik, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Selain itu, dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif, mupun kinestetik. (Sudrajat, 2010).

2.5 Representasi Ilmu Kimia

Mc Kendree dkk. dalam Nakhleh (2008) mendefinisikan representasi sebagai, “struktur yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu benda, suatu kalimat untuk suatu keadaan hal, suatu diagram untuk suatu susunan hal-hal, suatu gambar untuk suatu pemandangan.” Sehingga representasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mewakili hal-hal, benda, keadaan, dan fenomena (peristiwa). Menurut Heuvelen & Zou (2001) representasi dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu representasi internal dan eksternal. Representasi internal diartikan sebagai konfigurasi kognitif individu yang diduga berasal dari perilaku yang menggambarkan beberapa aspek dari proses fisik dan pemecahan masalah, sedangkan representasi eksternal dapat digambarkan sebagai situasi fisik yang terstruktur yang dapat dilihat sebagai mewujudkan ide-ide fisik. Menurut


(25)

pandangan konstruktifisdalamMeltzer (2005), representasi internal ada di dalam kepala siswa dan representasi eksternal disituasikan oleh lingkungan siswa. Johnstone dalam Chittleborough (2004) mendeskripsikan bahwa fenomena kimia dapat dijelaskan dengan tiga level representasi yang berbeda yaitu makroskopik, sub-mikroskopik dan simbolik. Masing-masing level representasi tersebut dapat di-jelaskan sebagai berikut:

1. Level makroskopik : rill dan dapat dilihat, seperti fenomena kimia yang ter-jadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati langsung.

2. Level submikroskopik : berdasarkan observasi rill tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan

menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel yang tidak dapat dilihat secara langsung.

3. Level simbolik : representasi dari suatu kenyataan seperti representasi sim-bol dari atom, molekul dan senyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar mau-pun bentuk-bentuk hasil pengolahan komputer.

Menurut Johnstone (1982) ketiga level representasi tersebut saling berhubungan dan digambarkan dalam tiga tingkatan (dimensi) seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Submikroskopis

Makroskopis

Simbolik Gambar 2.1. Tiga dimensi pemahaman Kimia


(26)

Ketiga dimensi tersebut saling berhubungan dan berkontribusi pada siswa untuk dapat paham dan mengerti materi kimia yang abstrak. Hal ini didukung oleh per-nyataan Tasker dan Dalton (2006), bahwa kimia melibatkan proses-proses peru-bahan yang dapat diamati dalam hal (misalnya peruperu-bahan warna, bau, gelembung) pada dimensi makroskopik atau laboratorium, namun dalam hal perubahan yang tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti perubahan struktur atau proses di tingkat submikro atau molekul imajiner hanya bisa dilakukan melalui pemodelan. Perubahan-perubahan ditingkat molekuler ini kemudian digambarkan pada tingkat simbolik yang abstrak dalam dua cara, yaitu secara kualitatif menggunakan notasi khusus, bahasa, diagram, dan simbolis, dan secara kuantitatif dengan mengguna-kan matematika (persamaan dan grafik).

Pembelajaran kimia yang utuh dengan menggabungkan ketiga dimensi tersebut dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep kimia yang abstrak dan menghadirkan miskonsepsi yang muncul dari pemikiran siswa itu sendiri (Fauzi, 2012).

2.6 Analisis Konsep

Herron dkk. dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisi-kan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satu-pun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.


(27)

Tabel 2.1 . Analisis konsep materi reaksi oksidasi reduksi Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konse p

Atribut Posisi Konsep Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4 ) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Reaksi Reduksi Reaksi reduksi adalah reaksi yang melibatkan penglepasan oksigen, penerimaan elektron dan penurunan bilangan oksidasi. Konsep berdasar kan prinsip. Reaksi reduksi Reaksi penglepasa n oksigen Reaksi penerimaan elektron Reaksi penurunan bilangan oksidasi Komponen reaksi Larutan elektrolit dan nonelektrolit Reaksi oksidasi Bilangan oksidasi Oksidator dan reduktor Reaksi autoredoks

Tata nama senyawa

Reaksi Reduksi a. HgO(s)

Hg(l) + O2(g) b. Cl2 + 2e

- 2Cl -c. CuO  Cu

Reaksi-reaksi di atas merupakan reaksi reduksi.

Reaksi a. N2(g) +

2O2(g)  2NO2(g) b. 2Na(s) 

2Na+(s) + 2e -c. H2 H2O Reaksi-reaksi di atas bukan termasuk dalam reaksi reduksi. Reaksi Oksidasi Reaksi oksidasi adalah reaksi yang melibatkan pengikatan oksigen, penglepasan elektron dan kenaikan bilangan oksidasi. Konsep berdasar kan prinsip  Reaksi oksidasi  Reaksi pengikata n oksigen  Reaksi penglepas an elektron  Rekasi kenaikan bilangan oksidasi komponen reaksi

Reaksi reduksi Reaksi reduksi Bilangan oksidasi Oksidator dan reduktor Reaksi autoredoks

Tata nama senyawa

Reaksi Oksidasi a.N2(g) +

2O2(g) 2NO2(g) b.2Na(s) 

2Na+(s) + 2e -c.H2  H2O

Reaksi a.HgO(s)

Hg(l) + O2(g) b.Cl2 + 2e

- 2Cl c.CuO  Cu

Bilangan oksidasi Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi suatu unsur merupakan bilangan bulat positif atau negatif yang diberikan kepada suatu unsur dalam membentuk senyawa. Konsep berdasa rkan simbol  Bilangan oksidasi  Bilangan bulat positif atau negatif

Jenis reaksi

Komponen senyawa Bilangan oksidasi Reaksi reduksi dan oksidasi

- Dalam

senyawa H2SO4, jumlah bilangan oksidasi dari 2 atom H + 1 atom S + 4 atom O = 0

-

Oksidator Oksidator adalah zat yang dalam reaksi redoks menyebabk an zat lain mengalami reduksi. Konsep berdasar kan prinsip  Oksidator

 Zat

 Reduksi  Kompon en reaksi  Oksidat or Bilangan Oksidasi  Redukto r - Reaksi Fe(s) +2HCl(aq) 

FeCl (aq) + H2(g) Pada reaksi di atas spesi atau zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi adalah HCl. Reaksi Fe(s) +2HCl(aq) 

FeCl (aq) + H2(g) Pada reaksi di atas spesi atau zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi adalah Fe


(28)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Reduktor Reduktor

adalah zat yang dalam reaksi redoks menyebabka n zat lain mengalami oksidasi Konsep berdasark an prinsip  Reduktor

 Zat

 Oksidasi

Kompone

n reaksi

Reduktor

Oksidator Oksidator Reaksi

Cr2O7

2-(aq) + 3C2O42-(aq) +

14H+

2Cr3+(aq) + 6CO2(q) + 7H2O(l) Pada reaksi di atas spesi atau zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi adalah C2O42-.

Cr2O72-(aq) + 3C2O4

2-(aq)

+ 14H+

2Cr3+(aq) + 6CO2(q) + 7H2O(l) Pada reaksi di

atas spesi atau zat yang menyebabk an zat lain mengalami oksidasi adalah Cr2O7 2-Reaksi Autoredo ks Reaksi autoredoks adalah suatu zat dalam reaksi redoks yang mengoksida si atau mereduksi dirinya sendiri Konsep berdasa rkan prinsip Reaksi autoredoks Reaksi redoks Mengoksida si Mereduksi Kompone n reaksi Bilangan Oksidasi Oksidator dan reduktor Reaksi oksidasi Reaksi reduktor Reaksi 3I2(g) +

6KOH(aq) 

5KI(aq) + KIO3(aq) + 3H2O(l) Dalam reaksi

di atas, I2 oksidasi sekaligus ada yang mengalami reduksi. Artinya atom I mengoksidasi atom I yang lain dan sebalikny mereduksi yang lain. Reaksi 3I2(g) +

6KOH(aq) 

5KI(aq) + KIO3(aq) + 3H2O(l) Dalam reaksi di atas, atom-atom kalium, oksigen dan hidrogen tidak mengalami oksdasi dan reduksi. 70


(29)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media animasi kimia yang ber-basis representasi kimia yang meliputi representasi makroskopis, submikroskopis dan simbolis. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengem-bangan (Research and Development / R&D). Metode penelitian tersebut berisi rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu pro-duk baru atau menyempurnakan propro-duk yang telah ada agar dapat dipertanggung-jawabkan. Produk tersebut tidak selalu dalam bentuk benda atau perangkat keras

(hardware) seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di labora-torium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software) seperti perangkat komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan dan laboratorium ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem manajemen dan lain-lain.

Pada penelitian ini, langkah-langkah penelitian disusun berdasarkan model pene-litian dan pengembangan menurut Sugiyono (2008). Menurut Sugiyono (2008), langkah-langkah penelitian pengembangan terdiri dari sepuluh langkah, yaitu 1) potensi dan masalah, 2) mengumpulkan informasi, 3) desain produk , 4) vali-dasi desain. 5) perbaikan desain, 6) uji coba produk dilakukan pada kelompok


(30)

terbatas, 7) revisi produk 8) uji coba pemakaian dilakukan untuk melihat efektivi-tas produk jika digunakan dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi, 9) revisi pro-duk dilakukan apabila dalam pemakaian pada skala lebih luas terdapat kekurang-an, dan 10) pembuatan produk massal.

Produk yang dihasilkan dari pengembangan ini adalah media animasi kimia yang berbasis representasi kimia, yaitu representasi makroskopis, submikroskopis, dan simbolis. Media animasi kimia tersebut dibuat dengan menggunakan perangkat lunak Macromedia Flash 2008.

3.2Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan suatu yang dikenai perlakuan. Pada penelitian ini terdapat dua subjek yaitu, subjek penelitian dan subjek ujicoba. Subjek penelitian dalam pengembangan ini adalah media animasi kimia. Sedangkan subjek ujicoba merupakan subjek yang diujicoba dengan menggunakan media animasi yang di-kembangkan, dan subjek itu pula yang menilai media animasi tersebut. Terdapat dua subjek ujicoba, yaitu subjek materi dan siswa. Subjek ujicoba pada pengem-bangan media animasi ini adalah materi reaksi oksidasi reduksi dan siswa-siswi kelas X di SMA Xaverius di kabupaten Pringsewu.

3.3Sumber Data

Sumber data adalah asal dari mana data diperoleh. Sumber data pada pengem-bangan ini berasal dari tahap studi pendahuluan dan tahap uji coba terbatas. Pada tahap studi pendahuluan, data diperoleh dari wawancara kepada guru dan penja-ringan respon siswa mengenai pembelajaran kimia khususnya pada materi reaksi


(31)

oksidasi reduksi yang dilakukan pada enam SMA di Pringsewu. Pada tahap uji coba terbatas, data diperoleh dari pengisian angket uji kesesuaian isi dan angket uji keterbacaan media animasi kimia yang dilakukan oleh guru kimia kelas X, serta angket uji keterbacaan dan kemenarikan yang dilakukan oleh siswa di salah satu sekolah di Kabupaten Pringsewu.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi media ani-masi reaksi oksidasi reduksi, angket uji kesesuian isi, angket uji keterbacaan, dan angket uji kemenarikan. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Lembar observasi media animasi reaksi oksidasi reduksi

Instumen observasi media animasi reaksi oksidasi reduksi terdiri dari pedoman wawancara terhadap guru dan angket respon siswa. Pedoman wawancara guru di-gunakan untuk mengetahui media pembelajaran yang didi-gunakan dan mengetahui sumber media yang digunakan dalam pembelajaran. Angket respon siswa diguna-kan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai media pembelajaran yang di-gunakan guru dan mengetahui pendapat siswa mengenai media yang diinginkan dalam pembelajaran. Informasi yang diperoleh tersebut digunakan sebagai ma-sukan dan referensi untuk mengembangkan media animasi kimia.


(32)

2. Instrumen uji kesesuaian isi

Instumen ini digunakan untuk menguji kesesuaian isi media animasi kimia yang dikembangkan yang berkaitan dengan kesesuaian materi yang ditampilkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kesesuaian konsep dengan materi yang disampaikan, sistematika penyampaian materi, kesesuaian animasi kimia dengan materi serta mengidentifikasi adanya representasi kimia dari media animasi kimia yang dikembangkan.

3. Instrumen uji keterbacaan

Instrumen ini digunakan untuk menguji keterbacaan media animasi yang dikem-bangkan yang berkaitan dengan ukuran huruf, variasi bentuk huruf, kejelasan tu-lisan, dan perpaduan warna tulisan dengan background.

4. Angket uji kemenarikan untuk siswa

Instumen ini digunakan untuk menguji kemenarikan media animasi kimia berbasis representasi kimia yang meliputi desain tampilan media animasi, seperti ukuran huruf, variasi bentuk huruf, tata letak gambar dengan tulisan, perpaduan warna, tampilan gambar, gerakan animasi dan lain-lain.

Agar diperoleh data yang sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang digu-nakan harus valid. Suatu instumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang di-teliti secara tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang digunakan. Pengujian instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah


(33)

vailditas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgement . Oleh karena dalam melakukan judgement diperlukan ketelitian dan keahlian pe-nilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing untuk memvalidasinya.

3.4Prosedur Penelitian

Prosedur pengembangan media animasi kimia ini berdasarkan model penelitian dan pengembangan Borg and Gall dalam Putra (2012). Adapun tahapan pengem-bangan media animasi terdapat 3(tiga) langkah yaitu studi pendahuluan yang me-liputi analisis kebutuhan atau identifikasi masalah, setelah itu pengembangan pro-duk dan uji coba propro-duk, dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Studi

pendahuluan

Analisis kebutuhan (identifikasi masalah)

Studi Pustaka

Studi Lapangan

Lembar wawancara

guru

Lembar angket respon

siswa Studi


(34)

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pembuatan animasi kimia berbasis

multipel representasi

Validasi Desain

Uji Validitas (uji keterbacaan) Uji Validitas

(uji kesesuaian isi)

Revisi pertama media animasi kimia

Uji Coba Terbatas

Uji kesesuaian isi dan uji keterbacaan oleh

guru

Uji kemenarikan oleh sisiwa

Analisis data

Revisi kedua media animasi kimia

Produk Akhir Uji Coba

produk

Pengembangan produk


(35)

Prosedur dalam pengembangan ini terbagi menjadi tiga tahap, sebagai berikut: 1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan adalah tahap persiapan dalam mengembangkan media animasi kimia ini. Ada dua langkah yang dilakukan pada tahap studi pendahuluan yaitu, studi pustaka dan studi lapangan. Adapun langkah-langkah pengembangan pada studi pendahuluan adalah sebagai berikut:

1. Studi Pustaka

Langkah ini dilakukan untuk menemukan landasan teoritis yang memperkuat pro-duk yang akan dikembangakan. Pada langkah ini dilakukan penyusunan perang-kat pembelajaran, yang terdiri atas analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, analisis konsep, pengembangan pemetaan dan silabus, dan rancangan pe-laksanaan pembelajaran. Selain itu, dilakukan juga pengkajian terhadap animasi-animasi kimia yang ada. Kajian yang dilakukan meliputi isi materi, identifikasi dimensi representasi yang ditampilkan, desain animasi, dan kelemahan dari ani-masi tersebut. Hasil studi pustaka tersebut menjadi salah satu acuan dalam mengembangkan media animasi ini.

2. Studi Lapangan

Setelah melakukan studi pustaka, dilakukan studi lapangan di enam Sekolah Menengah Atas di Pringsewu yang terdiri dari 3 SMA negeri dengan mutu tinggi, sedang dan rendah, 3 SMA swasta dengan mutu tinggi, sedang dan rendah. Pemi-lihan sampel didasarkan pada perbedaan mutu sekolah karena sekolah dengan mutu yang berbeda memiliki perbedaan dalam proses belajar mengajar. Studi


(36)

lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berkait-an dengberkait-an proses pembelajarberkait-an. Instrumen yberkait-ang digunakberkait-an adalah pedomberkait-an wawancara kepada guru kimia di sekolah tersebut khususnya guru kimia kelas X. Hal-hal yang ditanyakan berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi reaksi oksidasi reduksi. Selain itu, dilakukan juga penjaringan respon siswa dengan menyebarkan angket kepada siswa. Dalam hal ini, siswa diminta keterangan mengenai media pembelajaran yang digunakan guru, cara guru dalam menyampaikan materi reaksi oksidasi reduksi, dan menanyakan pendapat siswa mengenai pembelajaran yang menggunakan media animasi kimia.

2. Pengembangan produk

Setelah dilakukan studi pendahuluan, dilanjutkan dengan pengembangan produk. Dalam pengembangan produk ini ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu: 1. Pembuatan animasi kimia

Pembuatan animasi kimia berbasis representasi kimia dilakukan setelah diketahui kebutuhan siswa dari tahap studi pendahuluan. Pengembangan media animasi kimia ini didasarkan pada beberapa aspek, seperti penyesuaian animasi dengan materi yang disampaikan, desain tampilan, serta cakupan representasi kimia pada materi yang disampaikan.


(37)

2. Validasi desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan pro-duk secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan demi-kian karena validasi masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan (Sugiyono, 2008). Produk awal dikonsultasikan kepada dosen pembimbing yang bertujuan untuk mengevaluasi produk awal yang berkait-an dengberkait-an kelengkapberkait-an materi, kebenarberkait-an konsep, sistematika materi, dberkait-an segala hal yang berkaitan dengan materi, serta mengevaluasi kemenarikan produk dan kesesuaian visualisasi dengan materi untuk selanjutnya divalidasi oleh validator. Dalam hal ini, penilaian terhadap produk awal yang dilakukan oleh ahli (expert judgement ). Uji kesesuaian isi meliputi kesesuaian isi media animasi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kesesuaian konsep dengan materi yang disampaikan, sistematika penyampaian materi, kesesuaian animasi kimia dengan materi serta mengidentifikasi adanya representasi kimia dari media animasi kimia yang dikembangkan. Sedangkan uji keterbacaan meliputi keterbacaan media ani-masi yang dikembangkan yang berkaitan dengan ukuran huruf, variasi bentuk huruf, kejelasan tulisan, dan perpaduan warna tulisan dengan background. Sedangkan uji kemenarikan produk yang meliputi desain produk, ukuran huruf, tata letak, pewarnaan, kesesuaian visualisasi dengan materi dan lain-lain yang ber-kaitan dengan animasi diuji oleh ahli media.

3. Revisi pertama animasi kimia

Setelah dilakukan validasi oleh ahli, produk tersebut direvisi sesuai dengan masukan dari ahli untuk menghasilkan produk yang lebih baik.


(38)

3. Uji coba produk

Setelah dilakukan revisi pertama pada tahap pengembangan produk, selanjutnya dilakukan uji coba terhadap produk hasil revisi. Pada tahap uji coba ini dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Uji coba terbatas

Produk yang sudah direvisi kemudian diujicobakan secara terbatas. Uji coba ter-batas dilakukan untuk menilai lebih lanjut media animasi yang dibuat. Uji coba terbatas ini dilakukan oleh guru kimia dan siswa. Produk diujicobakan pada ke-lompok kecil yang terdiri dari 20 siswa, yang kemudian siswa-siswi tersebut di-minta untuk mengisi angket untuk menjaring informasi tentang apa-apa yang perlu dibenahi dan diperbaiki dari produk tersebut. Instrumen yang digunakan adalah angket uji keterbacaan dan uji kemenarikan. Selain itu, produk tersebut juga dinilai oleh guru kimia kelas X menggunakan instrumen uji kesesuaian isi dan uji keterbacaan.

2. Analisis data

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ujicoba terbatas, melakukan analisis terhadap data yang diperoleh tersebut. Analisis data ini dilakukan untuk memper-oleh informasi mengenai jawaban dari uji kesesuaian, uji keterbacaan, dan uji ke-menarikan yang telah dilakukan. Data hasil analisis menjadi referensi dalam me-revisi media animasi lebih lanjut untuk menghasilkan media animasi yang lebih baik.


(39)

3. Revisi kedua animasi kimia

Setelah dilakukan analisis data, maka akan diketahui hal-hal yang perlu diperbaiki pada produk, baik dari segi materi maupun dari segi kemenarikan desain produk. Kemudian dari data tersebut, produk direvisi kembali untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Produk hasil revisi di-konsultasikan pada dosen pembimbing. Apabila dosen pembimbing menilai bahwa produk hasil revisi sudah bagus, maka produk tersebut adalah produk akhir pada pengembangan media animasi kimia ini.

Berdasarkan prosedur penelitian yang digambarkan di atas, setelah dilakukan revisi kedua, langsung dihasilkan produk akhir. Sebenarnya penelitian pengem-bangan menurut Gall & Borg setelah revisi kedua, produk yang dihasilkan di uji coba kembali, kemudian dilakukan revisi terakhir berdasarkan hasil uji coba, dan tahap yang terakhir adalah mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk. Pada penelitian skala kecil seperti ini, alur yang dilakukan hanya sampai revisi produk kedua karena untuk melakukan alur penelitian selanjutnya diperlukan waktu yang cukup lama.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam pene-litian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka pengembang tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan


(40)

observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya (Sugiyono, 2008).

Pada penelitian ini dilakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi (pengamatan)

Observasi (pengamatan) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Pada pene-litian ini, dilakukan pengamatan dengan datang ke sekolah untuk melihat kegiatan belajar mengajar di sekolah tempat lokasi penelitian. Pengamatan ini dilakukan pada tahap analisis kebutuhan untuk mendapatkan informasi mengenai media yang digunakan guru, mengamati aktivitas pembelajaran di dalam kelas, dan me-lihat respon siswa terhadap multimedia media yang digunakan oleh guru. Peneliti menggunakan buku-buku atau hasil penelitian yang terkait dengan penelitian ini untuk mendapatkan data-data lain yang dianggap perlu dalam penelitian ini. Buku-buku yang digunakan berfungsi untuk mendapatkan data tentang media ani-masi kimia dan pengembangannya.

2. Wawancara (interview)

Esterberg (Sugiyono, 2008) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan menggunakan wawancara terstruktur. Wawan-cara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah


(41)

menyiapkan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini wawancara ditujukan kepada guru kimia. Wawancara dengan guru kimia untuk mendapatkan informasi mengenai media apa yang digunakan untuk menyampai-kan materi reaksi oksidasi reduksi, apakah guru telah menggunamenyampai-kan animasi kimia berbasis representasi kimia, serta mengetahui bagaimanakah respon siswa ter-hadap media yang digunakan. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai ma-sukan untuk mengembangkan animasi kimia berbasis representasi kimia. Selain itu wawancara dengan guru juga dilakukan untuk menguji kesesuaian animasi kimia dengan materi ajar seperti, kesesuaian isi materi, sistematika materi dan ke-benaran konsep setelah produk animasi kimia diujicobakan.

3. Kuesioner (angket)

Angket digunakan untuk memperoleh informasi mengenai respon siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan, kecepatan pemahaman siswa terhadap materi reaksi oksidasi reduksi yang disampaikan menggunakan media, serta efek-tivitas pembelajaran menggunakan media. Penyebaran angket juga dilakukan se-telah produk diuji coba untuk mengetahui kemenarikan animasi kimia yang di-kembangkan dan mengetahui pemahaman siswa terhadap materi reaksi oksidasi reduksi yang disampaikan menggunakan animasi kimia.

3.6 Teknik analisis data

Pada tahap ini data yang dianalisis adalah data dari hasil wawancara dan angket. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:


(42)

1. Teknik analisis data hasil wawancara

Tahap pengumpulan data dari hasil wawancara adalah:

1. Mengkode atau mengklasifikasi data, kegiatan ini bertujuan untuk mengelom-pokkan jawaban berdasarkan pertanyaan pada angket. Dalam pengkodean ini, dibuat tabel yang berisi pertanyaan-pertanyaan sebagai alat untuk mengukur substansi-substansi yang akan diukur dan kode jawaban dari setiap pertanyaan tersebut.

2. Tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan per-tanyaan angket dan banyaknya sampel.

3. Menghitung frekuensi jawaban, berfungsi untuk memberikan informasi tentang kecenderungan jawaban yang banyak dipilih siswa dalam setiap pertanyaan angket. Untuk setiap siswa yang memilih satu jawaban maka diberi point satu. 4. Menghitung persentase jawaban siswa, bertujuan untuk melihat besarnya

per-sentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dia-nalisis sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban siswa per item adalah sebagai berikut:

% 100

% 

N J

Jin i (Sudjana, 2005)

Keterangan: %Jin= Persentase pilihan jawaban-i

Ji= Jumlah siswa yang memilih pilihan jawaban-i N = Jumlah seluruh siswa (responden)


(43)

2. Teknik analisi data angket

Tahap pengumpulan data dari hasil wawancara adalah:

1. Mengkode atau mengklasifikasi data, kegiatan ini bertujuan untuk mengelom-pokkan jawaban berdasarkan pernyataan pada angket. Dalam pengkodean ini, dibuat tabel yang berisi pernyataan-pernyataan sebagai alat untuk mengukur substansi-substansi yang akan diukur dan kode jawaban dari setiap pertanyaan tersebut.

2. Tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan per-nyataan angket dan banyaknya sampel.

3. Menghitung skor jawaban siswa.

Penskoran setiap jawaban siswa dalam uji kesesuaian isi, uji keterbacaan dan uji kemenarikan berdasarkan skala Likert.

Tabel 3.1. Penskoran pada angket uji kesesuaian isi, uji keterbacaan dan uji ke-menarikan untuk setiap pernyataan.

NO Pilihan

Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4. Mengolah jumlah skor jawaban responden

Pengolahan jumlah skor jawaban responden (ΣS) adalah sebagai berikut: 1. Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)


(44)

2. Skor untuk pernyataan Setuju (S)

Skor = 4 x jumlah responden yang menjawab 3. Skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS)

Skor = 3 x jumlah responden yang menjawab 4. Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS)

Skor = 2 x jumlah responden yang menjawab 5. Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS)

Skor = 1 x jumlah responden yang menjawab

5. Menghitung persentase jawaban angket pada tiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100

% 

maks in

S S

X Sudjana, 2005)

Keterangan : %Xin = Persentase angket-i pada tiap item

S= Jumlah skor jawaban

maks

S = Skor maksimum yang diharapkan

6. Menghitung rata-rata persentase angket siswa untuk mengetahui tingkat keme-narikan animasi kimia berbasis representasi kimia, dengan persamaan sebagai berikut:

n X

Xi

% in

% (Sudjana, 2005)

Keterangan : %Xi = Rata-rata persentase angket-i

%Xin = Jumlah persentase angket-i n = Jumlah pernyataan pada angket


(45)

7. Memvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia (Marzuki, 1997).

8. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui kemampuan siswa secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto (1997), sebagai berikut:

Tabel 3.2. Tafsiran persentase angket Persentase Kriteria 80,1%-100%

60,1%-80% 40,1%-60% 20,1%-40% 0,0%-20%

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan penelitian ini adalah dihasilkan produk pengembangan berupa media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi. Selain itu, berdasarkan tujuan penelitian, hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi memiliki karakteristik yaitu 1) menampilkan materi reaksi oksidasi reduksi yang dijelaskan melalui representasi kimia, 2) memiliki bagian-bagian berupa bagian opening, petunjuk penggunaan, SK, KD, indikator, menu materi per-kembangan redoks dan tata nama, profil pengembang, dan tombol keluar dari program, 3) memiliki tingkat kesesuaian isi yang tinggi yaitu 80 % menurut guru, dan 4) memiliki tingkat kemenarikan yang tinggi yaitu 83,45 % menurut siswa.

2. Menurut guru, media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi sangat menarik, membuat siswa lebih memahami pada materi reaksi oksidasi reduksi, dan memiliki keunggulan yaitu materi pada level sub-mikroskopis lebih detail dalam proses terjadi reaksi pada perkembangan konsep redoks.


(47)

3. Menurut siswa, media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi yang dikembangkan ini cukup menarik, membuat lebih me-mahami materi reaksi oksidasi reduksi, dan memiliki keunggulan yaitu gambar-nya menarik dan ada animasi pada reaksigambar-nya.

4. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi yaitu 1) Kurangnya re-ferensi (buku) yang berkaitan dengan perangkat lunak (software) media ani-masi, 2)Ketika aplikasi media animasi sedang beroperasi, kadang-kadang tidak merespon perintah yang diberikan sehingga terjadi kesalahan (error) yang me-nyebabkan jendela aplikasi tertutup dengan sendirinya. Apabila animasi yang sudah dibuat belum sempat disimpan dan terjadi seperti yang disebutkan di atas, maka media animasi yang dibuat akan hilang, 3) Dalam pengembangan media animasi kimia ini dibutuhkan waktu yang cukup karena untuk meng-hasilkan media animasi kimia yang baik dibutuhkan ketelitian dan ketekunan yang tinggi , 4) Pemadaman listrik juga menjadi kendala yang sangat ber-pengaruh 5) siswa kurang antusias dalam mengisi angket pada uji coba ter-batas, dan 6) kurang cukupnya waktu yang disediakan pihak sekolah untuk uji coba secara terbatas.

5. Faktor pendukung dalam pengembangan media animasi berbasis representasi pada materi reaksi oksidasi reduksi yaitu 1) antusias dari dosen pembimbing, 2) antusias guru pada uji coba terbatas terhadap media animasi, dan 3) sikap ko-operatif pihak sekolah pada saat uji coba terbatas.


(48)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi yang dikembangkan ini hanya dilakukan sampai uji secara terbatas dan revisi setelah uji coba secara terbatas sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektifitasnya secara luas.

2. Media animasi yang dikembangkan ini hanya menampilkan materi reaksi oksidasi reduksi secara representasi kimia sehingga diharapkan peneliti lain untuk melakukan pengembangan media animasi pada materi kimia yang lain.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Annu’man, M. A. Hafidz. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Animasi Pada Mata Kuliah Literaturgeschichte jurusan sastra Jerman Universitas Malang. Journal. Universitas Negeri Malang. Malang

Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Arsyad, Azhar . 2005 . Media Pembelajaran . Jakarta : Raja Grafindo Persada Asyhar, Rayandra . 2012 . Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran .

Jakarta: Referensi

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. Jakarta : BSNP

Borg, W & V.Gall, M.D . 1983 . Educational Research An Introduction (4nd ed).

New York : Longman

Burke, K.A., T.J. Greenbowe, dan M.A. Windschitl. 1998. Developing and Using Conceptual computera animations for Chemistry Instruction. Dalam

Journal Of Chemical Education. 75: 1658. Tersedia: http://www.library.uq.edu.au

Chittleborough, G.D. 2004. The Role of Teaching Models and Chemical Representations in Developing Mental Models of Chemical Phenomena. Thesis. Science and Mathematics Education Centre.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur Atom dari SMA hingga Perguruang Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung.

Fauzi, M. M. 2012. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia melalui Representasi Makroskopis dan Mikroskopis pada Siswa SMA Kelas XI IPA Tahun 2011-2012. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(50)

Heinich, R., Molenda, M.,& Russel, J.D. 1996 . Instructional Technology for Teaching and Learning : Designing Instruction, I

Heuvelen, V. & Zou. X.L. 2001. Multiple representations of work-energy processes. American Journal of Physics. 69, No 2. p 184.

Johnstone, A. H. 1982. Macro- and Micro-Chemistry, School Science Review., 227, No. 64. p. 377-379.

Meltzer, E.D. 2005. Relation between students’ problem-solving performance and representational format. American Journal of Physics.73. No.5. p.463. Muarifin, M. 2010. Media Pembelajaran. Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Kediri.

Nakhleh, M.B. 2008. Learning Chemistry Using Multiple External Represen-tations. Visualization: Theory and Practice in Science Education. Gilbert et al., (eds.), p. 209 – 231.

Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2010. PISA 2009 Results: Executive Summary (Figure 1 only), tersedia :

http://www.oecd.org/dataoecd/54/12/46643496.pdf, retrieved 2012-06-28 Pramono, A. 2004. Panduan Aplikasi Menguasai Macromedia Flash MX.

Yogyakarta.

Putra, Nusa . 2012 . Research & Development . Jakarta : Raja Grafindo Persada Rahmawan, Adji Dovan Tri dan Sukarmin. 2013. Pengaruh Penerapan Media

Animasi Terhadap Pergeseran Konsep Siswa Pada Ketiga Level

Representatif Kimia (Makroskopis, Submikroskopis, Dan Simbolik) Pada Materi Pokok Larutan Penyangga Untuk Siswa Kelas Xi Sma N 1

Kertosono Nganjuk. Journal. PMIPA-UNESA. Surabaya Rodiah, Siti. 2013. Pengembangan Media Animasi Berbasis Multipel

Representasi Pada Materi Asam-Basa Arrhenius. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Alfabeta. Bandung

Sadiman, Arief S dkk. 2006 . Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sudrajat. 2010. Presentasi Multimedia dengan Macromedia Flash. Andi:


(51)

Sugiyono 2008 . Metode Penelitian . Bandung : Alfabeta

Sukiman. 2012 . Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Sunyono, I. W. Wirya, E. Suyanto, dan G. Suyadi.2009. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berorientasi Keterampilan generik Sains pada Siswa SMA di Lampung. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. FKIP Universitas Lampung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Susanto. 2013. Pengembangan Media Animasi Berbasis Multipel Representasi Pada Materi Faktor-Faktor Penentu Laju Reaksi. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tasker, R. & Dalton, R. 2006. Research Into Practice: Visualization of The Molecular World Using Animations. Chem. Educ. Res. Prac. 7, 141-159. Tim Penyusun. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. BSNP.

Jakarta.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Yudhiantoro, Dhani. 2006. Macromedia Flash Professional 8 . Yogyakarta : Penerbit Andi


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan penelitian ini adalah dihasilkan produk pengembangan berupa media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi. Selain itu, berdasarkan tujuan penelitian, hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi memiliki karakteristik yaitu 1) menampilkan materi reaksi oksidasi reduksi yang dijelaskan melalui representasi kimia, 2) memiliki bagian-bagian berupa bagian opening, petunjuk penggunaan, SK, KD, indikator, menu materi per-kembangan redoks dan tata nama, profil pengembang, dan tombol keluar dari program, 3) memiliki tingkat kesesuaian isi yang tinggi yaitu 80 % menurut guru, dan 4) memiliki tingkat kemenarikan yang tinggi yaitu 83,45 % menurut siswa.

2. Menurut guru, media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi sangat menarik, membuat siswa lebih memahami pada materi reaksi oksidasi reduksi, dan memiliki keunggulan yaitu materi pada level sub-mikroskopis lebih detail dalam proses terjadi reaksi pada perkembangan konsep redoks.


(2)

3. Menurut siswa, media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi yang dikembangkan ini cukup menarik, membuat lebih me-mahami materi reaksi oksidasi reduksi, dan memiliki keunggulan yaitu gambar-nya menarik dan ada animasi pada reaksigambar-nya.

4. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi yaitu 1) Kurangnya re-ferensi (buku) yang berkaitan dengan perangkat lunak (software) media ani-masi, 2)Ketika aplikasi media animasi sedang beroperasi, kadang-kadang tidak merespon perintah yang diberikan sehingga terjadi kesalahan (error) yang me-nyebabkan jendela aplikasi tertutup dengan sendirinya. Apabila animasi yang sudah dibuat belum sempat disimpan dan terjadi seperti yang disebutkan di atas, maka media animasi yang dibuat akan hilang, 3) Dalam pengembangan media animasi kimia ini dibutuhkan waktu yang cukup karena untuk meng-hasilkan media animasi kimia yang baik dibutuhkan ketelitian dan ketekunan yang tinggi , 4) Pemadaman listrik juga menjadi kendala yang sangat ber-pengaruh 5) siswa kurang antusias dalam mengisi angket pada uji coba ter-batas, dan 6) kurang cukupnya waktu yang disediakan pihak sekolah untuk uji coba secara terbatas.

5. Faktor pendukung dalam pengembangan media animasi berbasis representasi pada materi reaksi oksidasi reduksi yaitu 1) antusias dari dosen pembimbing, 2) antusias guru pada uji coba terbatas terhadap media animasi, dan 3) sikap ko-operatif pihak sekolah pada saat uji coba terbatas.


(3)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Media animasi berbasis representasi kimia pada materi reaksi oksidasi reduksi yang dikembangkan ini hanya dilakukan sampai uji secara terbatas dan revisi setelah uji coba secara terbatas sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektifitasnya secara luas.

2. Media animasi yang dikembangkan ini hanya menampilkan materi reaksi oksidasi reduksi secara representasi kimia sehingga diharapkan peneliti lain untuk melakukan pengembangan media animasi pada materi kimia yang lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Annu’man, M. A. Hafidz. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Animasi Pada Mata Kuliah Literaturgeschichte jurusan sastra Jerman Universitas Malang. Journal. Universitas Negeri Malang. Malang

Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Arsyad, Azhar . 2005 . Media Pembelajaran . Jakarta : Raja Grafindo Persada Asyhar, Rayandra . 2012 . Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran .

Jakarta: Referensi

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. Jakarta : BSNP

Borg, W & V.Gall, M.D . 1983 . Educational Research An Introduction (4nd ed). New York : Longman

Burke, K.A., T.J. Greenbowe, dan M.A. Windschitl. 1998. Developing and Using Conceptual computera animations for Chemistry Instruction. Dalam Journal Of Chemical Education. 75: 1658. Tersedia:

http://www.library.uq.edu.au

Chittleborough, G.D. 2004. The Role of Teaching Models and Chemical Representations in Developing Mental Models of Chemical Phenomena. Thesis. Science and Mathematics Education Centre.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur Atom dari SMA hingga Perguruang Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung.

Fauzi, M. M. 2012. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia melalui Representasi Makroskopis dan Mikroskopis pada Siswa SMA Kelas XI IPA Tahun 2011-2012. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(5)

Heinich, R., Molenda, M.,& Russel, J.D. 1996 . Instructional Technology for Teaching and Learning : Designing Instruction, I

Heuvelen, V. & Zou. X.L. 2001. Multiple representations of work-energy processes. American Journal of Physics. 69, No 2. p 184.

Johnstone, A. H. 1982. Macro- and Micro-Chemistry, School Science Review.,

227, No. 64. p. 377-379.

Meltzer, E.D. 2005. Relation between students’ problem-solving performance and representational format. American Journal of Physics.73. No.5. p.463. Muarifin, M. 2010. Media Pembelajaran. Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Kediri.

Nakhleh, M.B. 2008. Learning Chemistry Using Multiple External Represen-tations. Visualization: Theory and Practice in Science Education. Gilbert et al., (eds.), p. 209 – 231.

Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2010. PISA 2009 Results: Executive Summary (Figure 1 only), tersedia :

http://www.oecd.org/dataoecd/54/12/46643496.pdf, retrieved 2012-06-28 Pramono, A. 2004. Panduan Aplikasi Menguasai Macromedia Flash MX.

Yogyakarta.

Putra, Nusa . 2012 . Research & Development . Jakarta : Raja Grafindo Persada Rahmawan, Adji Dovan Tri dan Sukarmin. 2013. Pengaruh Penerapan Media

Animasi Terhadap Pergeseran Konsep Siswa Pada Ketiga Level

Representatif Kimia (Makroskopis, Submikroskopis, Dan Simbolik) Pada Materi Pokok Larutan Penyangga Untuk Siswa Kelas Xi Sma N 1

Kertosono Nganjuk. Journal. PMIPA-UNESA. Surabaya Rodiah, Siti. 2013. Pengembangan Media Animasi Berbasis Multipel

Representasi Pada Materi Asam-Basa Arrhenius. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Alfabeta. Bandung

Sadiman, Arief S dkk. 2006 . Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sudrajat. 2010. Presentasi Multimedia dengan Macromedia Flash. Andi:


(6)

Sugiyono 2008 . Metode Penelitian . Bandung : Alfabeta

Sukiman. 2012 . Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Sunyono, I. W. Wirya, E. Suyanto, dan G. Suyadi.2009. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berorientasi Keterampilan generik Sains pada Siswa SMA di Lampung. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. FKIP Universitas Lampung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Susanto. 2013. Pengembangan Media Animasi Berbasis Multipel Representasi Pada Materi Faktor-Faktor Penentu Laju Reaksi. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tasker, R. & Dalton, R. 2006. Research Into Practice: Visualization of The Molecular World Using Animations. Chem. Educ. Res. Prac. 7, 141-159. Tim Penyusun. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. BSNP.

Jakarta.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Yudhiantoro, Dhani. 2006. Macromedia Flash Professional 8 . Yogyakarta : Penerbit Andi