The Involvement of School Committee In Improving the Education Quality (A Case Study in State Vocational School 2 Metro) Peran Komite Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan ( Stusi Kasus di SMK Negeri 2 Metro )
ABSTRACT
The Involvement of School Committee In Improving the Education Quality
(A Case Study in State Vocational School 2 Metro) By
MAKMUN
The objectives of these research are to describe and analyze the involvement of the school committee as the advisor, support as the controller and mediator in improving the quality of vocational education in SMKN 2 Metro.
The research was conducted through a qualitative approach with a case study design. The data were collected by in-depth interview techniques, observations, and study documentations from some informans as follow : school commitee, headmaster, teachers, SMK advisor, and students parents. The data analysis were analyzed by applying data reductions, data displays, and giving conclusions. The checking of data validity is done in credibility, dependability and confirmability. The reserch findings show that the establishment of the committee was referring to the provisions of laws and involved elements of teacher councils, communities, government, business communities or industries. The prominent roles of the committee are their giving considerations related to the provision and support , while the committee's role as a controller is still limited in the use of school budgets and less touching on academic issues and evaluation of school performance. So that the role of mediation needs to be improved since the school requires collaboration with many elements. The school commitee is as an independent organization who help the school in giving supports to realize the qualified education in SMK N 2 Metro.
(2)
ABSTRAK
Peran Komite Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan ( Stusi Kasus di SMK Negeri 2 Metro )
Oleh MAKMUN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendiskripsikan peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan, dukungan, pengontrol dan mediator, dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro.
Penelitian dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik wawancara yang mendalam, observasi, dan studi dokumentasi dengan informan sebagai berikut : Komite sekolah, Kepala sekolah, guru, pengawas, orang tua siswa SMK Negeri 2 Metro. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk pengecekan keabsahan data dilakukan dengan kredibilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan komite telah mengacu pada ketentuan peraturan perundangan dan melibatkan unsur dewan guru, masyarakat, pemerintah dan kalangan dunia usaha dan industri. Peran komite sekolah yang menonjol terkait dengan pemberian pertimbangan dan dukungan, sedangkan peran komite sebagai pengontrol masih terbatas dalam penggunaan anggaran sekolah dan kurang menyentuh pada masalah akademik dan evaluasi kinerja sekolah. Begitu juga peran mediasi didukung oleh stakeholder, mengingat SMK melakukan kerjasama dengan banyak unsur. Komite sekolah sebagi organisasi independen sangat membantu mewujudkan pendidikan yang bermutu di SMK Negeri 2 Metro.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Makmun, adalah sosok yang pantang menyerah dalam segala hal dan selalu yakin keberhasilan karena kesungguhan, lahir di Boyolali pada tanggal 8 Maret 1973, merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara dari pasangan bapak Ambari ( Alm. ) dan ibu Suparti.
Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh, SD Negeri 1 Candigatak, Cepogo, Boyolali lulus tahun 1987, SMP Negeri 1 Boyolali lulus tahun 1990, STM Ganesha Tama Boyolali lulus tahun 1994, Akademi Teknologi Semarang lulus tahun 2000, Institut Teknologi Pembangunan Surabaya lulus tahun 2003. Penulis mulai bekerja di SMK Ganesha Tama Boyolali dari tahun 2003 s.d tahun 2009. Disela-sela aktivitasnya sebagai seorang pendidik juga bekerja di PT. Kartabina Kontraktor Semarang, PT. Karya Perkakas Yogyakarta. Awal tahun 2009 sampai sekarang bekerja sebagai tenaga pendidik di SMK Negeri 2 Metro pada Mata Pelajaran Kejuruan Teknik Kendaraan Ringan.
(8)
MOTO
“
Kemenangan yang seindah
–
indahnya dan sesukar
–
sukarnya
yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukkan diri
sendiri
”
(Ibu Kartini )
“Jangan Pernah Menuntut Hak Jika Tugas
-Tugas Tak
Tertunaikan”
(9)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukur alkhamdulillah dan kerendahan hati serta rasa syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan tesis ini kepada :
Kedua orang tuaku, yang terhormat Bapak Ambari ( Alm ) dan Ibu Suparti
atas do’a dan restunya.
Istri tercinta Mihati Latifah, S.Pd yang telah mendampingi dalam penyusunan tesis dan dalam segala kegiatan suka maupun duka.
Putra-putraku tersayang Bagus Budi Darmawan dan Singgih Almas Zuhair, atas support dan segala pengertiannya
Kakak-kakakku dan adik-adikku tercinta atas pengertian dan motivasinya. Rekan-rekan ditempat kerja maupun teman-teman kuliah yang selalu
(10)
SANWACANA
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, karunia, taufiq, dan hidayah-Nya tesis ini dapat penulis selesaikan dengan judul Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan studi kasus di SMK Negeri 2 Kota Metro, ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Penddikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat diselesaikan berkat dukungan, arahan, bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap tesis ini. 2. Prof. Dr. Sudjarwo M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap tesis ini.
3. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan moril dan materiil dalam penyelesaian tesis ini.
4. Dr. Sumadi, M.S. selaku Ketua Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus selaku pembimbing I, mohon berkenan membantu dan memberikan saran, masukan serta motivasinya dalam penelitian dan penulisan tesis ini.
(11)
dalam penyelesaian tesis ini.
6. Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd. selaku Sekretaris Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memberikan dorongan, motivasi, dan banyak kemudahan dalam proses penyelesaian tesis ini.
7. Seluruh dosen Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memberikan dorongan dalam penyusunan tesis ini.
8. Drs. H. Sutarman, MM. selaku Kepala Sekolah, Ketua komite, anggota komite, Koordinator Pengawas SMK kota Metro, Wakil Kepala sekolah, Wakil Manajemen Mutu, Guru dan Staf serta Siswa/siswi SMK Negeri 2 Metro, dan orangtua siswa yang telah memberi kesempatan, mengijinkan, dan memberikan informasi pelaksanaan penelitian di SMK Negeri 2 Metro.
9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2012 Magister pendidikan Universitas Lampung yang memberi motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penulis yang terbatas Atas semua saran dan masukan yang diberikan penulis ucapkan terima kasih, Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan, amin.
Bandar Lampung, 28 April 2014
Penulis
MAKMUN
(12)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ... i
ABSTRAK ... ... ii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... ... iv
MOTTO ... .. . v
PERSEMBAHAN ... ... vi
LEMBAR PERNYATAAN ... ... vii
SANWACANA ... ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... .... ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Fokus Penelitian ... 9
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 9
1.4 Tujuan Penelitian. ... 10
1.5 Kegunaan Penelitian ... 10
1.5.1 Secara Teoritis ... 10
1.5.2 Secara Praktis ... 10
1.6 Definisi Istilah ... 11
1.6.1 Komite Sekolah ... 11
1.6.2 Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi pertimbangan ... 12
1.6.3 Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Dukungan... 12
1.6.4 Peran Komite Sekolah sebagai Pengontrol ... 12
1.6.5 Peran Komite Sekolah sebagai Mediator ... 13
1.6.6 Keanggotaan Komite Sekolah ... 13
1.6.7 Pembentukan Komite Sekolah ... 13
1.6.8 Mutu Pendidikan ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ( MMT ) ... 15
2.2 Komite Sekolah ... 18
2.3 Hubungan Sekolah dan Masyarakat . ... 30
2.4 Kerangka Pemikiran ... 33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian ... 36
3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 37
3.3 Kehadiran Peneliti ... 38
3.4 Sumber Data Penelitian ... 40
(13)
3.8.1 Tahap Pra Lapangan ... 49
3.8.2 Tahap Pekerjaan Lapangan ... 49
3.8.3 Penyusunan Laporan ... 50
3.8.4 Tahap Konsultasi ... 50
3.8.5 Seminar Hasil Penelitian ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 51
4.1.1 Sejarah SMK Negeri 2 Metro ... 51
4.1.2 Keadaan Sekolah ... 52
4.1.3 Profil Sekolah ... 53
4.1.4 Diskripsi Komite SMK Negeri 2 Metro ... 54
4.1.5 Keanggotaan Komite Sekolah ... 55
4.1.6 Pembentukan Komite Sekolah ... 58
4.2 Diskripsi Hasil Penelitian ... 60
4.2.1 Pemahaman Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SMK Negeri 2 Metro ... 60
4.2.2 Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SMK Negeri 2 Metro ... 63
4.2.2.1 Peran Komite Sekolah sebagai Pertimbangan .. 63
4.2.2.2 Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Dukungan ... 66
4.2.2.3 Peran Komite Sekolah sebagai Pengontrol ... 68
4.2.2.4 Peran Komite Sekolah sebagai Penghubung ... 71
4.2.3 Dampak Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di SMK Negeri 2 Metro ... 74
4.2.3.1 Mutu Pengelolaan Manajemen Sekolah ... 75
4.2.3.2 Mutu Proses Pembelajaran ... 78
4.2.3.3 Mutu Hasil Belajar Siswa ... 79
4.3 Temuan Hasil Penelitian ... 85
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 93
4.4.1 Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan.. 95
4.4.2 Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Dukungan ... 96
4.4.3 Peran Komite Sekolah sebagai Pengontrol ... 98
4.4.4 Peran Komite Sekolah sebagai Penghubung ... 99
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN 5.1 Simpulan ... 110
5.2 Implikasi ... 112
5.3 Saran ... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 117 LAMPIRAN
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jadwal Kehadiran Peneliti ... 39
3.2 Daftar Informan Penelitian ... 40
3.3 Indikator Observasi ... 41
3.4 Taksonomi Domain Penelitian ... 42
3.5 Dokumen Penelitian ... 44
4.1 Daftar Pengurus Komite SMK N 2 Metro Th. 2012/2013 ... 58
4.2 Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu SMK Negeri 2 Metro ... 73
4.3 Nilai Rata-Rata Ujian SMK Negeri 2 Metro ... 81
4.4 Matrik Dampak Peran Komite Sekolah terhadap Mutu ... 84
4.5 Temuan Penelitian Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan ... 85
4.6 Temuan Penelitian Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Dukungan ... 87
4.7 Temuan Penelitian Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pengontrol ... 89
(15)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir Penelitian... 35 3.1 Pola Interaktif data Penelitian Miles dan Hubberman ( 1992:20) ... 46 4.1 Diagram Proses Manajemen Mutu di SMK Negeri 2 Metro... 74 4.2 Diagaram Kontek Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi
Pertimbangan di SMK Negeri 2 Metro ... 86 4.3 Diagaram Kontek Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi
Dukungan di SMK Negeri 2 Metro ... 88 4.4 Diagaram Kontek Peran Komite Sekolah sebagai Pengontrol
di SMK Negeri 2 Metro ... 90 4.5 Diagram Kontek Peran Komite Sebagai Mediator ... 92
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Penelitian ... 120
2. Transkrip Wawancara Diskripsi Komite ekolah ... 121
3. Transkrip Wawancara Keanggotaan Komite Sekolah ... 122
4. Transkrip Wawancara Pembentukan Komite Sekolah ... 123
5. Transkrip Wawancara Pemahaman Peran Komite Sekolah ... 124
6. Transkrip Wawancara Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan ... 126
7. Transkrip Wawancara Peran komite Sekolah sebagai Pemberi Dukungan ... 128
8. Transkrip Wawancara Peran Komite Sekolah sebagai Pengawas .... 132
9. Transkrip Wawancara Peran Komite Sekolah sebagai Mediator ... 136
10. Hasil Observasi Penelitian ... 139
11. Indikator Kinerja Komite Sekolah ... 141
12. SK Kemendiknas No. 044/U/2002 ... 144
13. AD/ART Komite SMK Negeri 2 Metro ... 153
14. SK Kepengurusan Komite SMK Negeri 2 Metro ... 158
15. Data Guru dan Sarana Prasarana ... 161
16. Pedoman Mutu SMK Negeri 2 Metro ... 165
17. Peta Wilayah Kota Metro ... 177
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, masyarakat, orang tua dan stake holder yang lain. Pemerintah telah memberikan otonomi kepada satuan pendidikan untuk dapat mengelola dan menyelenggarakan pendidikan bersama masyarakat. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, kemudian Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tetang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah berpengaruh terhadap pemerintah daerah (kabupaten/kota) meningkatkan kualitas pembangunan termasuk dalam pendidikan, sehingga keterlibatan peran serta masyarkat lebih terbuka.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 35 ayat 1 menjelaskan bahwa Standart Nasional Pendidikan merupakan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan yang terdiri dari : kurikulum pendidikan, standar proses pendidikan, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana pendidikan, pengelolaan pendidikan, dan pembiayaan pendidikan. Kebijakan pemerintah ini disambut oleh SMK Negeri 2 Metro dengan berbenah dalam upaya peningkatan kualitas dan mutu pendidikan dengan mengoptimalkan peran dan fungsi dari semua unsur termasuk komite sekolah. Dalam pembinaan
(18)
pendidikan dasar dan menengah merupakan wujud dalam peningkatan mutu pendidikan yang berbasis sekolah dan masyarakat dengan membentuk Dewan Pendidikan dan komite sekolah.
Penerapan otonomi dibidang pendidikan yaitu sesuai dengan bertambahnya respon masyarakat terhadap dunia pendidikan sebagai pengaruh perbaikan dibidang pendidikan. Dalam hal decentralisasi secara luas kepada daerah untuk mengatur daerahnya sendiri termasuk dibidang pendidikan memunculkan ide dan gagasan untuk mengembangkan sistem pendidikan didaerah dalam pengelolaan pendidikan nasional. Dalam meningkatkan peran serta dan tanggung jawab masyarakat di dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional menerbikan Kemendiknas Nomor 044/U/2002 tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Komite sekolah pada satuan pendidikan merupakan cerminan/representasi dari stakeholder di sekolah yang mempunyai peran memberikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan disekolah, mendukung dalam pelaksanaan kebijakan dan program, mengawasi pelaksanaan program dan kebijakan, serta sebagai penghubung sekolah dengan pemerintah, masyarakat dan pihak lain.
Menurut Simon dalam Komariah dan Triatna, (2004 :70) mendefenisikan desentralisasi sebagai suatu organisasi administratif adalah sentralisasi yang luas apabila keputusan yang dibuat pada level organisasi yang tinggi, desentralisasi yang luas apabila keputusan didelegasikan dari top management kepada level yang rendah dari wewenang eksekutif. Berdasarkan pengertian tersebut, desentralisasi merupakan wujud kepercayaan pusat kepada daerah untuk
(19)
melaksanakan pembangunannya berdasarkan prakarsa sendiri. Implikasinya adalah daerah harus bertanggung jawab secara profesional untuk menampilkan kinerja terbaiknya.
Pemberian kewenangan kepada daerah adalah suatu bentuk peningkatan kepedulian masyarakat dan daerah untuk mewujudkan taraf hidup masyarakat disegala bidang juga tidak ketinggalan pendidikan. Untuk mewujudkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat maka peran serta masyarakat dalam pendidikan, maka perlu dibentuk organisasi penyalur aspirasi tersebut adalah komite sekolah dengan harapan untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas dan kebersamaan dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
Komite sekolah dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di satuan pendidikan, dan mepunyai harapan untuk pengelolaan sekolah disatuan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di satuan pendidikan diselenggarakan dengan mengacu asas partisipasi, transparansi dan akuntabilitas, yaitu dalam penyelenggaraan sekolah di satuan pendidikan khususnya kepala sekolah bekerja sama dengan masyarakat pendidikan. Maka dibutuhkan wadah yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk turut serta dalam melaksanakan amanat tersebut, yaitu komite sekolah satuan pendidikan. Semua satuan pendidikan sekolah-sekolah di Indonesia memiliki memiliki komite sekolah, karena hal ini disambut antusias oleh masyarakat, dengan harapan partisipasi dari semua unsur lebih dapat terkontribusi.
Komite Sekolah adalah amanat dari rakyat yang dituangkan dalam Undang-Undang. Selaras dengan pelaksanaan otonomi daerah khususnya dibidang pendidikan, yang menempatkan pemerintah kabupaten/kota sebagai pelaksana
(20)
kewenangan dan tanggung jawab untuk menyelengarakan pendidikan. Kewenangan penyelenggaraan pendidikan ditingkat daerah bukan hanya dilimpahkan kepada pemerintah kabupaten/kota, tetapi dalam kebijakan-kebijakan yang lain telah diserahkan kepada pengelola satuan pendidikan, baik dengan pengelolaan pendidikan disekolah atau pendidikan diluar sekolah. Dalam arti lain, kesuksesan dalam penyelenggaraan pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi pemerintah tingkat propinsi, kabupaten/kota, dan sekolah, orang tua, dan masyarakat turut bertanggung jawab. Dengan demikian pendidikan mengacu pada keterlibatan unsur masyarakat dan pelaksanaan sistem manajemen berbasis sekolah dapat diterapkan pendidikan di seluruh satuan pendidikan. Sehingga tidak hanya sebuah wacana belaka.
Komite SMK Negeri 2 Metro merupakan lembaga independen sebagai wakil masyarakat untuk turut serta dalam pelaksanaan pendidikan di satuan pendidikan dan melakukan perannya antara lain : (1) orang tua dan masyarakat turut serta dalam meningkatkan partisipasinya dalam perencanaan, kepengawasan, dan melaksanakan evaluasi program-program pendidkan disatuan pendidikan badan yang independen yaitu komite sekolah. (2) Peran masyarakat melalui komite sekolah dapat ditingkatkan dengan melaksanakan melalui peran pertimbangan, memberikan dukungan, memberikan pengawasan pendidikan di satuan pendidikan. (3) Peran masyarakat melalui komite sekolah adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan pelayanan sebagai mediator pemerintah, masyarakat dan sekolah.
Pernyataan Maya. H (2012:167) yaitu, Salah satu bentuk peran serta masyarakat peran serta masyarakat adalah melakukan pemberdayaan masyarakat
(21)
dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan, yang meliputi peran serta organisasi kemasyarakatan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan dalam hal penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Dengan demikian sekolah perlu meingkatkan peran masyarakat dengan bekerjasama dengan pemangku kebijakan yang lainnya (stakeholder) dan meningkatkan pemanfaatan potensi-potensi yang ada, sehingga keterlibatan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat terwujud. Dengan kata lain dukungan masyarakat adalah kekuatan potensi yang kuat dalam membangun masyarakat dalam mewujudkan demokrasi pendidikan.
Kemudian Sagala (2011:236) berpendapat bahwa kelompok masyarakat biasanya merupakan sumber keuangan bagi sekolah, mereka digerakkan oleh pemimpin masyarakat setempat untuk tugas tertentu. Era otonomi sekarang ini keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari peran masyarakat. Pendidikan yang selalu didukung masyarakat melalui wadah komite sekolah, maka pelaksanaan mutu pendidikan akan lebih mudah diwujudkan. Sehingga untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu maka peran komite sebagai pemberi pertimbangan, pemberi dukungan, pengontrol dan penghubung harus dapat terlaksana secara efektif. Kondisi ini direspon SMK Negeri 2 Metro, yang dari tahun ketahun berbenah dalam meningkatkan mutu pendidikannya. SMK negeri 2 Metro merupakan sekolah tua yang berdiri pada tahun 1968 dengan sebagai kelompok sekolah pertanian. Dalam perjalanan masa penyelenggaran pendidikan sampai tahun1997, SMK Negeri 2 Metro mempunyai segudang prestasi baik prestasi akademis maupun non akademis. Dilihat animo pendaftar siswa baru juga sangat tinggi. Untuk penyiapan tenaga kerja baik
(22)
perkebunan, pertanian, kehutanan, dan bidang yang lainnya. Para tamatan dikala itu selalu tersalurkan diatas 75 % dengan masa tunggu satu tahun. Semua itu dapat terselenggara berkat dukungan dan kerjasama dengan masyarakat dan pemangku kebijakan pendidikan.
Berbeda dengan kondisi sekolah setelah tahun 1998, perubahan yang cukup drastis. SMK Negeri 2 Metro dari tahun ketahun mengalami kemunduran. Animo pendaftar makin menurun, sarana sekolah banyak yang rusak, fasilitas pembelajaran makin tertinggal, sehingga kepercayaan masyarakat makin hilang. Kalau dilihat dari segi geografis SMK Negeri 2 Metro cukup potensi untuk dikembangan. Karena merupakan sekolah pertanian negeri di Kota Metro yang didukung dengan wilayah Lampung sebagai daerah pertanian dan perkebunan.
Berkenaan dengan hasil akreditasi tahun 2010, SMK Negeri 2 Metro memperoleh nilai A untuk kompetensi keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Sedangkan yang lainnya masih mendapatkan nilai B. SMK Negeri 2 Metro sudah dinyatakan sebagai Rintisan Sekolah Berstandar Internasional sejak tahun 2007 oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Dan pada akhir tahun 2008 SMK Negeri 2 Metro ditunjuk sebagai sekolah SBI Invest, dan mendapat bantuan dana dari ADB Invest. Pemberian predikat sebagai sekolah SBI Invest belum memberikan peningkatan yang cukup signifikan baik kualitas pembelajaran, sarana dan prasarana, maupun animo pendaftar siswa baru. Bahkan yang cukup ironis adalah jumlah pendaftar siswa baru selalu kurang dan tidak mencapai kuota yang akan diterima, walaupun ada kompetensi keahlian tertentu animo pendaftar melebihi kuota yang diharapkan. Dengan seiring waktu SMK Negeri 2 Metro pada tahun 2010 mendapat bantuan dana dari Asean Devolepment Bank untuk
(23)
merahap ruang kelas maupun sarana lainnya. Selain untuk perbaikan sarana prasarana bantuan dana tersebut dipergunakan untuk perbaikan pembelajaran, melalui diklat kompetensi tenaga pendidik maupun kependidikan. Pada tahun 2011 dan 2012 SMK negeri 2 Metro masih mendapat bantuan dari ADB Invest. Tentunya ini merupakan peluang bagi SMK Negeri 2 Metro untuk berbenah dan meningkatkan kualitas pendidikan. Hasil yang dicapai membuktikan bahwa mulai tahun ajaran 2012/2013 jumlah pendaftar siswa baru mulai meningkat, walupun belum sesuai yang diharapkan. Untuk kompetensi tertentu jumlah pendaftar mulai melebihi jumlah siswa yang akan diterima. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat mulai terbuka terhadap SMK Negeri 2 Metro. Disamping itu peran serta masyarakat dalam mendukung kebijakan di SMK Negeri 2 Metro mulai nampak, yaitu pada tahun 2010 orang tua siswa telah sepakat akan membangun ruang kelas baru sejumlah enam ruang yang dibauat lantai dua. Dari segi fisik utamanya bangunan sarana pembelajaran peran komite sekolah makin meningkat yaitu dengan rencana pembangunan masjid yang sudah mulai penggalian dana mulai tahun 2011.
Bantuan yang diberikan pemerintah pusat melalui ABD Invest dari tahun 2010 sampai tahun 2012 dipandang cukup berhasil, dalam mendukung dan menunjang sarana pendidikan maupun fasilitas pembelajaran. Dari kesuksesan tersebut pemerintah pusat melalui kemendikbud tahun 2013 menunjuk SMK Negeri 2 Metro sebagai sekolah rujukan bagi SMK-SMK di Indonesia. Hal tersebut menjadikan SMK Negeri 2 Metro untuk selalu bekerja keras untuk meningkatkan mutu pendidikan. Bersama dengan komite sekolah membuat
(24)
kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan kualitas, yaitu pendidikang yang bermutu, sehingga kepercayaan masayarakat akan selalu meningkat.
Berdasarkan uraian diatas komite bersama sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar selalu berbenah dalam meningkatkan perannya dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro. Hal ini ditandai dengan masih lemahnya sumberdaya yang ada. Di sisi lain komite SMK Negeri 2 Metro sebagai lembaga otonom sudah berusaha menunjukkan respon positif terhadap peningkatan mutu pendidikan, yaitu dengan memperbaiki sarana pembelajaran antara lain menambah ruang kelas baru, revitalisasi peralatan dan perbaikan lingkungan pembelajaran walaupun belum mencapai standart.
Hal lain yang diperhatikan adalah agar dapat tercipta rasa saling memiliki terhadap sekolah dan menanamkan bahwa komite sekolah merupakan wadah penyalur dan penyelesaian masalah yang dapat menghambat pencapaian pendidikan yang bermutu. Untuk mewujudkan ini semua perlu kematangan internal pada penyelenggara pendidikan, perubahan pola pikir, mengutamakan kebersamaan, keterbukaan, dan akuntabilitas.
Berdasarkan observasi pada SMK Negeri 2 Metro diperoleh informasi/data, bahwa Komite Sekolah dalam perannya baik sebagai badan pertimbangan, pendukung, pengontrol maupun mediator di SMK Negeri 2 Metro, belum dapat berperan secara maksimal, peran yang dilakukan komite lebih fokus pangawasan anggaran dan minim dalam pengawasan pembelajaran.
(25)
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana peran komite ekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro.
1.2 Fokus Penelitian
Dari uraian di latar belakang maka fokus dari penelitian yaitu peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro, dengan sub fokus sebagai berikut :
1.2.1 Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan, 1.2.2 Peran komite sekolah sebagai pemberi dukungan, 1.2.3 Peran komite sekolah sebagai pengontrol dan 1.2.4 Peran komite sekolah sebagai penghubung
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro, dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.3.1 Bagaimanakah peran komite sekolah sebagai pemberi
pertimbangan di SMK Negeri 2 Metro?
1.3.2 Bagaimanakah peran komite sekolah sebagai pemberi dukungan dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro? 1.3.3 Bagaimanakah peran komite sekolah sebagai pengontrol dalam
peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro?
1.3.4 Bagaimanakah peran komite sekolah sebagai mediator dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro?
(26)
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendiskripsikan peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro. Dengan sub fokus dari penelitian adalah untuk menganalisis dan mendiskripsikan :
1.4.1 Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan di SMK Negeri 2 Metro.
1.4.2 Peran Komite Sekolah sebagai pemberi dukungan di SMK Negeri 2 Metro.
1.4.3 Peran komite sekolah sebagai pengontrol di SMK Negeri 2 Metro. 1.4.4 Peran komite sekolah sebagai mediator di SMK Negeri 2 Metro
dengan dunia usaha dan industri, pemerintah, dan masyarakat.
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini berguna secara teoritis dan praktis sebagai berikut : 1.5.1 Secara teoritis.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut dalam perencanaan pendidikan antara komite sekolah, sekolah, dan dunia pendidikan dalam pengembangan implementasi Manajemen mutu pendidikan.
1.5.2 Secara praktis. 1.5.2.1 Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk membuat suatu perencanaan pendidikan dengan mengungkap hambatan dan kendala
(27)
dalam meningkatkan peran komite sekolah dalam memperbaiki mutu pendidikan di satuan pendidikan.
1.5.2.2 Bagi Komite Sekolah
Sebagai masukan yang berupa pertimbangan dan gagasan-gagasan untuk penyelenggaraan pendidikan sehingga peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan dirasa sangat penting.
1.5.2.3 Bagi Pemerintah Daerah
Sebagai sumbangan pemikiran dan memberikan masukan kepada Pemerintah untuk menyusun kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung peran Komite Sekolah untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Kota Metro.
1.5.2.4 Bagi Peneliti
Menjadi wacana bagi peneliti untuk berperan aktif dalam meningkatkan dan mewujudkan pendidikan yang bermutu, khususnya penyelenggaraan pendidikan di SMK Negeri 2 Metro.
1.6 Definisi Istilah
Untuk memperjelas pengertian dan pemahaman dalam penyusunan laporan penelitian ini, maka definisi istilah dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.6.1 Komite Sekolah
Pengertian komite sekolah merupakan badan independen yang menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dalam peningkatan mutu pendidikan, dalam penyelenggaraan pendidikan secara transparan, akuntabel dan dipercaya oleh
(28)
masyarakat. Sehingga pelaksanaan pendidikan dapat efektif dan efisien.
1.6.2 Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan
Pengertian komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan atau masukan, bahwa komite sekolah berfungsi memberikan masukan, nasehat secara terus-menerus dalam pengambilan kebijakan. Hal ini diawali dengan mengidentifikasi masukan-masukan atau aspirasi dari masyarakat tentang penyelenggaraan pendidikan di sekolah, Karena dalam otonomi daerah, keberhasilan penyelenggaran pendidikan diukur dari seberapa besar partisipasi dari masyarakat dalam mendudkung kebijakan dan program-program yang dilaksanakan.
1.6.3 Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Dukungan
Komite sekolah sebagai pemberi dukungan (supporting agency), bahwa Komite Sekolah mempunyai tugas memberi dukungan terhadap perencanaan pendidikan, pelaksanaan proses pendidikan, dan melaksanakan evaluasi terhadap keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Evaluasi ini dilaksanakan untuk menentukan prioritas kebijakan-kebijakan selanjutnya, sehingga hal-hal yang menghambat penyelenggaraan pendidikan dapat tekan sekecil mungkin.
1.6.4 Peran Komite Sekolah sebagai Pengontrol
Komite sekolah sebagai pengontrol penyelenggaran pendidikan adalah meliputi pengontrol dalam perencanaan pendidikan,
(29)
pengontrol dalam pelaksanaan program-program pendidikan, dan dan mengontrol pelaksanaan evaluasi dari hasil pembelajaran. Sehingga penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dapat lebih akuntabel dan transparan sesuai dengan program yang telah disusun bersama stakeholder yang lain.
1.6.5 Peran Komite Sekolah sebagai Penghubung
Komite sekolah sebagai penghubung disatuan pendidikan yaitu antara sekolah dengan masyarakat, Dinas Pendidikan dan dengan institusi lainnya. Sebab selama ini kendala yang banyak dialami sekolah adalah minimnya keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan kebijakan-kebijakan pendidikan di sekolah. 1.6.6 Keanggotaan Komite Sekolah
Komite Sekolah terdiri dari unsur masyarakat yaitu : tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, orang tua siswa, Dunia usaha dan industri, alumni, wakil peserta didik, Unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan.
1.6.7 Pembentukan Komite Sekolah
Dalam pembentukan Komite Sekolah menganut prinsip-prinsip : Transparan, akuntabilitas, dan demokratis serta merupakan mitra kerja satuan pendidikan.
1.6.8 Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan akan dapat terwujud apabila didukung oleh input, proses, output dan outcome. Input dalam pendidikan dikatakan bermutu apabila sudah siap diproses. Selanjutnya proses
(30)
pendidikan bermutu apabila dapat mewujudkan kondisi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Kemudian output pendidikan dikatakan bermutu apabila hasil belajar siswa baik secara akademis maupun non akademis siswa tinggi. Dan outcome dikatakan bermutu jika para tamatan/lulusan dapat terserap didunia kerja, dan semua pihak merasa puas.
(31)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
2.1 Manajemen Mutu Terpadu
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu ( MMT ) pada dasarnya adalah mengutamakan kepuasan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang bermutu. Kalau dikaitkan dengan dunia pendidikan, penerapan dari hasil Manajemen Mutu Terpadu yaitu pelaksanaan perbaikan manajemen pendidikan, peningkatan pelayanan pendidikan, pengurangan pembiayaan pendidikan, dan tingkat kepuasan pelanggan. Manajemen Mutu Terpadu menurut Tjitptono & Diana dalam Husaini Usman (2009:567) adalah pendekatan dalam usaha memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus-menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan. Kaitannya dengan kualitas dalam manajemen mutu pendidikan adalah mengharapkan peran, partisipasi dan tanggung jawab dari semua pihak di dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, di dalam pendekatan manajemen mutu tidak hanya secara individu, melainkan secara keseluruhan dan melibatkan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan untuk sebuah hasil produk yang diharapkan. Didalam kualitas bukan hanya dipandang dan diartikan sebagai permasalahan teknis, melainkan harus lebih berorientasi pada tercapainya kepuasan pelanggan. Pencapaian Manajemen Mutu Terpadu melibatkan juga
(32)
faktor fisik dan non fisik, sebagai contoh gaya kepemimpinan organisasi, budaya organisasi dan gaya pengikut organisasi. Perpaduan antara factor-faktor tersebut akan menghasilkan dan meningkatkan sebuah pelayanan sehingga kualitas mutu menjadi lebih baik.
Menurut Howard M. Carlisle dalam Deden. M (2011:39) menyatakan bahwa manajemen adalah proses mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mempengaruhi operasional organisasi untuk memperoleh hasil yang diinginkan, serta meningkatkan performa organisasi secara keseluruhan. Dengan demikian pelaksanaan manajemen dalam organisasi akan saling mengarahkan dan berkoordinasi satu dengan yang lainnya sehingga tujuan organisasi akan tercapai sesuai yang diinginkan. Sedangkan menurut Deden. M (2011:45) berpendapat bahwa Manajemen mutu dapat dipahami sebagai framework pemikiran yang berproses secara berturut-turut, yaitu mendefinisikani, dan memperbaiki sistem administrasi. Sehingga dalam mutu terpadu diartikan sebagai suatu proses perbaikan yang terus menerus dan melibatkan dalam memusatkan untuk kepuasan pelanggan. Dengan demikian Pelanggan memiliki kekuasaan yang harus diberikan pelayanan sebaik mungkin.
Menurut Usman H (2009:567) berpendapat bahwa MMT menyangkut filosofi dan metodologi, filosofinya adalah pola pikir untuk mengadakan perbaikan terus-menerus, dan metodologinya adalah menjelaskan alat-alat dan teknik-teknik seperti curah pendapat dan analisis medan kekuatan yang digunakan sebagai sarana untuk melakukan perbaikan terus-menerus. Suatu organisasi harus melakukan tindakan dalam mewujudkan mutu dengan mendasarkan kualitas dalam kerja tim. selanjutnya dlam pelaksanaan mutu perbaikan harus
(33)
dilaksanakan terus-menerus pada proses organisasi sehingga diharapkan hasil yang dicapai dapat bermutu tinggi. Didalam pengembangan budaya perbaikan yang terus-menerus, maka kepala sekolah mempunyai tugas yaitu meningkatkan kepercayaan kepada seluruh warga sekolah dan lebih mengefektifitaskan dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan pada bidang masing-masing sehingga stafnya dapat turut bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sesuai fungsingya.
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu dapat diartikan sebagai suatu sistem manajemen yang mengelompokkan sumber daya secara terencana, terus menerus dengan meningkatkan kualitas hasil dari semua aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Harapannya bahwa fungsi manajemen yang ada dan semua tenaga dapat turut berpartisipasi dalam proses perbaikan.
Dalam peningkatan kualitas manajemen dan budaya yang kualitas, maka proses manajemen mutu bermula dari pelanggan dan berakhir pada pula pelanggan. Manajemen Mutu Terpadu mempunyai masukan yang jelas yaitu keinginan, kebutuhan dan harapan dari pelanggan, memproses masukan dalam organisasi sehingga dapat membentuk hasil yang dapat memberikan kepuasan pada pelanggan. Sehingga mutu dari hasil harus sesuai dengan apa yangmenjadi keinginan pelanggan, karena hasil mutu merupakan keinginan dari pelanggan bukan keinginan dari organisasi atau sekolah.
Menurut Goetsch & Davis dalam Usman H (2009:574) komponen-komponen MMTP mempunyai 10 unsur utama sebagai berikut : 1) Fokus pada kepuasan pelanggan; 2) Memiliki obsesi terhadap mutu; 3) Menggunakan pendekatan ilmiah; 4) Mempunyai komitmen jangka penjang; 5) Membutuhkan kerja sama tim; 6) Perbaikan sistem secara terus menerus; 7) Melaksanakan
(34)
pendidikan dan pelatihan; 8) kebebasan yang terkendali dalam pelaksanaan tugas; 9) Mempunyai kesatuan tujuan; 10) Adanya keterlibatan dan pemberdayaan guru dan staf tata usaha.
2.2 Komite Sekolah
Komite Sekolah adalah suatu lembaga independen yang dibentuk untuk berperan dalam peningkatan mutu pendidikan. Komite sekolah dapat berperan dalam satuan pendidikan sebagai pemberi pertimbangan, dukungan baik tenaga maupun sarana dan prasarana, juga sebagai pengawasan pada tingkat pendidikan. Pengertian partisipasi komite sekolah merupakan peningkatan kualitas baik perencanaan sekolah maupun dalam pengambilan keputusan kebijakan yang memberikan pandangan terhadap perubahan cara pikir, peningkatan keterampilan, dan juga memberikan kewenangan dalam melaksanakan perannya pada komite sekolah, sehingga dapat memperluas kapasitas manusia untuk meningkatkan taraf hidup dalam sistem manajemen pemberdayaan sekolah. Dalam Pemberdayaan Komite Sekolah merupakan cara untuk membuat pengurus dan anggota komite sekolah dapat menjalankan perannya untuk membantu penyelenggaraan pendidikan secara maksimal. Sebagai contoh, dalam menggerakkan bantuan dana dari masyarakat maupun dalam bentuk sumbangan lain seperti memberikan pertimbangan pemikiran dan juga dukungan. Pemahaman konsep keterlibatan masyarakat dan juga stakeholder yang lain dalam penyelenggaraan pendidikan mengandung maksud agar pihak terkait dapat melaksanakan tugas dan fungsinya. Kedudukan komite sekolah sebagai lembaga mandiri yang berada di tengah-tengah antara pemerintah, masyarakat, sekolah, orang tua murid, murid, guru, dan kalangan swasta, sehingga komite sekolah harus dapat menjembati
(35)
kepentingan-kepentingan dari berbagi unsur tersebut. Menurut Sagala (2011:234) berpendapat bahwa Masyarakat pendidikan adalah segenap komponen terkait yang memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam merencanakan, melaksanakan, dan melakukan pengawasan terhadap program pendidikan, sehingga lazim muncul pernyataan tentang stake-holder atau pihak yang berkepentingan yang berkenan untuk melakukan tugas tersebut.
Sebagai pelaksanaan pendidikan di sekolah mengacu dalam standart pelayanan minimal pendidikan terdiri dari : kurikulum tingkat satuan pendidikan, tenaga pendidik dan kependidikan, peserta didik, pembiayaan pendidikan, sarana prasarana, organisasi pendidikan, manajemen sekolah, dan partisipasi masyarakat. Dalam konteks ini pemberdayaan Komite Sekolah diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang ada dari komite sekolah yang merupakan lembaga independen sebagai wadah penyaluran aspirasi dari masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka pelayanan pendidikan, pemerataan, efektifitas, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan dapat terlaksana. Dengan penyelenggaraan pendidikan secara efektif dan efisien terebut maka mutu pendidikan akan tercapai. Menurut Maya H (2012:167) menyatakan bahwa salah satu bentuk peran serta masyarakat adalah melakukan pemberdayaan masyarakat dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan, yang meliputi peran perorangan, kelompok, keluarga profesi, dan organisasi kemasyarakatan dalam hal penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Selain itu komite sekolah merupakan organisasi masyarakat, utamanya dari orang tua siswa yang mempunyai respon dalam pelaksanaan pendidikan dan meningkatkan pelayanan pendidikan di tingkat satuan pendidikan, antara lain pemenuhan
(36)
kebutuhan sarana sekolah, pemenuhan kebutuhan pembelajaran, dan pemenuhan kompetensi tenaga pendidik. Komite sekolah mempunyai tugas memikirkan dalam mempercepat peningkatan pelayanan mutu pendidikan, selain itu komite sekolah bertugas menyampaikan informasi-informasi kepada masyarakat tentang kebiajakan dan program-program yang akan dilaksanakan disekolah. Dengan demikian dalam penyelenggaraan pendidikan akan selalau mendapat dukungan dan respon dari masyarakat.
Peran masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan harus mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Seperti tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002, yaitu mengenai tujuan pembentuan komite ditingkat satuan pendidikan sebagai berikut :
1) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.
2) Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan
3) Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
Sedangkan komite sekolah sesuai dengan Kemendiknas Nomor 044/U/2002
mempunyai peran dalam penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut : (1) komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan, (2) komite sekolah sebagai
(37)
sebagai penghubung. Keempat peran komite sekolah tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan, dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang lebih efektif maka peran dari komite sekolah harus lebih diperdayakan. Sehingga komite sekolah yang merupakan wakil dari masyarakat dapat aktif berperan memberikan masukan dalam perencanaan pendidikan maupun dalam memberikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan. Seperti disampaiakan oleh Sagala, (2001:239) menyatakan bahwa konsep partisipasi dan pemberdayaan masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam manajemen sekolah melalaui suatu wadah dalam konteks menyeimbangkan tujuan pendidikan dengan lingkungan, yang merupakan komponen penting untuk menjalin hubungan yang interaktif dan positif dalam menyukseskan proses pembelajaran dan tujuan pendidikan yang diharapkan.
2) Peran Komite Sekolah sebagai Penberi Dukungan, Masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya baik melalui pikiran, tenaga maupun sumbangan materi. Dukungan dari masyarakat melalui komite sekolah ini dapat memperlancar dalam penyelenggaraan pendidikan. Dikemukakan oleh Sagala, (2011:245) berpenadapat bahwa peran aktif dewan sekolah atau komite sekolah diperlukan untuk memberi dukungan (supporting agency) atas kelancaran manajemen sekolah dan memenuhi kebutuhan sekolah meningkatkan kualitas layanan belajar.
(38)
3) Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pengontrol, Penyelenggaraan pendidikan ditingkat satuan pendidikan harus mendapat kepercayaan masyarakat, maka peran pengontrol dari masyarakat melalui komite sekolah harus dapat di optimalkan, sehingga penyelenggaraan pendidikan dapat akuntabel dan transparan. Seperti di sampaikan oleh Satori dalam Sagala, (2011:243) berpendapat bahwa peran serta masyarakat adalah melakukan monitoring internal dan evaluasi diri secara reguler, serta melaporkan dan membahas hasilnya dalam forum komite sekolah.
4) Peran Komite Sekolah sebagai Penghubung, komite sekolah harus dapat menjembati hubungan antara sekolah dengan masyarakat. Sehingga masyarakat sebagai partner sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan dapat terwujud secara efektif. Disampaikan oleh Sagala, (2011:247) berpendapat bahwa tujuan pembentukan komite sekolah untuk mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Selanjutnya partisipasi masyarakat melalui komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan diuraikan sesuai yang tertuang dalam Departemen Pendidikan Nasional (2001:17), sebagai berikut :
1) Membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pembelajaran di sekolah baik sarana, prasarana maupun teknis pendidikan.
2) Melakukan pembinaan sikap dan prilaku siswa. Membantu usaha pemantapan sekolah dalam mewujudkan pembinaan dan
(39)
pengembangan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan demokrasi sejak dini (kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan pendahuluan bela negara, kewarganegaraan, berorganisasi, dan kepemimpinan), keterampilan dan kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolah raga, daya kreasi dan cipta, serta apresiasi seni dan budaya.
3) Mencari sumber pendanaan untuk membantu siswa yang tidak mampu.
4) Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan kurikulum, baik intrakulikuler maupun ekstrakulikuler dan pelaksanaan manajemen sekolah, kepala/wakil kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan.
5) Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah 6) Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran
Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS)
7) Meminta sekolah agar mengadakan pertemuan untuk kepentingan tertentu.
Selanjutnya tujuh peran dari komite diatas dapat diuraikan dalam pelaksanaan kegiatan di satuan pendidikan sebagai berikut :
Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan melakukan tugas-tugas antara lain :
a. Melakukan identifikasi kondisi peserta didik baik dari kehidupan sosial, ekonomi, maupun sumber daya yang lain.
(40)
b. Memberikan nasehat dan pertimbangan dalam penentuan kebijakan kepada sekolah termasuk menentukan profil sekolah.
c. Hasil identifikasi dapat dijadikan masukan dalam memberikan nasehat dan pertimbangan kepada sekolah dalam menentukan kebijakan maupun program-program sekolah.
d. Memberikan nasehat yang berupa masukan pertimbangan, atau rekomendasi kepada sekolah dan dengan tembusan Kepala Dinas Pendidikan dan Dewan Pendidikan.
e. Menyampaikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, dan meningkatkan proses pembelajaran dan pelayanan pendidikan.
f. Melakukan evaluasi terhadap RAPBS yang diajukan oleh kepala sekolah, kemudian melakukan pengesahan dari RAPBS tersebut setelah dilaksanakan verifikasi oleh rapat pleno komite sekolah. Komite sekolah dalam melaksanakan perannya sebagai pemberi dukungan melakanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a) Komite sekolah memberikan dukungan terhadap sekolah untuk secara preventif dalam memberantas penyebarluasan narkoba di sekolah, serta pemeriksaan kesehatan siswa.
b) Memberikan dukungan kepada sekolah dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
c) Mencari bantuan dana dari dunia industri untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu.
(41)
d) Melaksanakan konsep subsidi silang dalam penarikan iuran dari orang tua siswa.
Sedangkan dalam peran sebagai pengontrol Komite Sekolah melakukan beberapa hal seperti ;
a. Meminta penjabaran kepada sekolah tentang hasil belajar siswa.
b. Menyebarkan kuisioner untuk memberoleh masukan, saran, dan ide kreatif dari masyarakat.
c. Menyampaikan laporan kepada sekolah secara tertulis tentang hasil pengamatan Komite Sekolah terhadap sekolah.
Peran sebagai penghubung/mediator Komite Sekolah melaksanakan berbagai kegiatan seperti;
a. Membantu sekolah dalam menciptakan hubungan dan kerja sama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat.
b. Mengadakan rapat atau pertemuan secara rutin atau insidental dengan kepala sekolah dan dewan guru.
c. Mengadakan kunjungan atau silaturahmi ke sekolah, atau dengan dewan guru di sekolah.
d. Bekerja sama dengan sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni. e. Membina hubungan dan kerja sama yang harmonis dengan seluruh
stake holder pendidikan dengan dunia usaha/dunia industri.
f. Mengadakan penjajakan kerja sama atau MOU dengan lembaga lain untuk memajukan sekolah.
(42)
g. Mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkatkan kesadaran dan kemitraan masyarakat, misalnya panggung hiburan untuk sekolah dan masyarakat.
h. Mengadakan rapat atau pertemuan secara berkala dan insidental dengan orang tua dan anggota masyarakat.
Komite Sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, melakukan akuntabilitas sebagai berikut :
1. Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada stakeholders secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah.
2. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban bantuan masyarakat baik berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun bergerak), maupun non materi (tenaga, pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah setempat.
Seperti dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 ditegaskan bahwa Komite sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah.
Hubungan sekolah dengan komite sekolah dalam partisipasinya meningkatkan mutu pendidikan adalah partisipasi baik individu atau kelompok masyarakat untuk mengembangkan sekolah. Kemudian bentuk partisipasi komite
(43)
sekolah adalah mewujudkan perilaku pendidik dalam masyarakat secara aktif dalam rangkaian kerjasama dan keterlibatan diri dalam hubungan sekolah dengan masyarakat. Kemudian pengertian dalam keterlibatan di sini adalah keikut sertaan masyarakat baik secara lansung, atau secara fisik atau dengan memfokuskan pada pendanaan, barang, dan sumbangan pikiran lain dalam pengelolaan dan turut bertanggung jawab terhadap hasil penyelenggaraan pendidikan yang telah dicapai. Peran dan partisipasi masyarakat merupakan pengontrol dalam pelaksanaan program-program pemerintah dalam kebijakan-kebijakan penting. Begitu juga bidang pendidikan turut serta masyarakat dalam berbagai peran sangat strategis. Karena peran dan keikutsertaan masyarakat tersebut dapat menjadi sebuah kekuatan pengontrol dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dengan mengutamakan pelayanan mutu pendidikan. Dalam penerapan manjemen berbasis sekolah, bahwa sekolah mempunyai kewenangan dalam mengatur penyelenggaraan pendidikan sacara mandiri bersama masyarakat. Sehingga keberadaan komite sekolah akan sangat membantu terwujudnya mutu dan kualitas pendidikan di satuan pendidikan. Dan dengan manajemen pendidikan berbasis sekolah ini kedudukan komite sekolah sangat tepat dalam menyalurkan aspirasi dalam satuan pendidikan. Komite sekolah merupakan lembaga independen yang menjadi mitra sekolah dalam mewujudkan pengelolaan pendidikan yang berkualitas. Besarnya dukungan komite sekolah merupakan bentuk cerminan dukungan masyarakat terhadap dunia pendidikan di satuan pendidikan.
Penyelenggara pendidikan disatuan pendidikan secara substansial mempunyai tanggung jawab yang kuat terhadap komite sekolah. Karena komite sekolah adalah stakeholder yang terdiri dari masyarakat, orang tua siswa, pemerintah dan
(44)
industri. Dengan kata lain bahwa pembentukan komite sekolah adalah untuk membantu suksesnya penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Agar tujuan pendidikan dalam satuan pendidikan dapat tercapai maka komie sekolah seyogyanya melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan partisipasi dari masyarakat, orang tua, lembaga-lembaga swadaya, serta lingkungan sekitarnya, yang mempunyai kepedulian terhadap dunia pendidikan. Disamping itu peran komite sekolah dapat juga berkonstribusi dalam memberikan masukan dalam mengevaluasi perencanaan, pelaksanaan, dan hasil dari penyelenggaraan pendidikan. Bentuk partisipasi komite sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Partisipasi dalam kelancaran penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
2) Melakukan pembinaan sikap dan perilaku siswa dengan mewujudkan pembinaan dan pengembangan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan demokrasi berbangsa dan bernegara, pendidikan berorganisasi, keterampilan dan kewirausahaan.
3) Mencari sumber pendanaan untuk membantu siswa yang tidak mampu, 4) Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan kurikulum,
baik intra maupun ekstrakurikuler dan pelaksanaan manajemen sekolah, kepala/wakil kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan,
5) Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah,
6) Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) dan,
7) Meminta sekolah agar mengadakan pertemuan untuk kepentingan tertentu . Sedangkan menurut Tjokroamidjo dalam Rahmat, (2009:81-82) ada empat
(45)
aspek penting partisipasi komite sekolah (masyarakat) dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu:
1) Terlibatnya masyarakat (komite sekolah), serta ikut serta dalam menentukan arah, stratagi, dan kebijakan sekolah,
2) Meningkatkan kemampuan untuk merumuskan tujuan- tujuan,
3) Partisipasi masyarakat dalam kegiatan- kegiatan yang konsisten dengan arah, strategi, dan rencana yang telah ditentukan,dan,
4) Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipasi dalam sekolah berencana, yang secara lansung memberikan dan menyangkut kesejahteraan masyarakat. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam partisipasi terdapat unsur- unsur yang penting, antara lain:
a) Keterlibatan mental, emosi dan dengan sendirinya fisik,
b) Kehendak sendiri atau prakarsa untuk mengambil bagian di dalam usaha pencapaian tujuan,
c) Swadaya dan,
d) Rasa tanggung jawab. Oleh karena itu partisipasi komite sekolah dapat dikatakan sebagai suatu proses penyaluran aspirasi masyarakat baik yang bersifat dukungan material maupun non material dari seluruh anggota dan kepengurusannya, baik secara individual maupun kolektif, secara langsung maupun tidak langsung dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan, pelaksanaan, serta pengawasan/pengevaluasian pendidikan demi kemajuan mutu sekolah.
(46)
2.3 Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dalam penyelenggaraannya selalu fokus pada masyarakat selaku pelanggan. Begitu sebaliknya masyarakat semestinya berpartisipasi aktif dalam mensukseskan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Menurut Sagala ( 2011:234 ) berpendapat bahwa sekolah dan masyarakat merupakan dua komunitas yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya, bahkan ikut memberikan warna terhadap perumusan model pembelajaran tertentu di sekolah oleh suatu masyarakat tertentu pula. Satuan pendidikan adalah merupakan tempat untuk mentransfer dan melestarikan nilai-nilai, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai-nilai agama sehingga peserta didik merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar, karena pembelajaran yang diterima menyangkut kehidupan di masa depan. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan akan memberikan perbaikan terhadap kehidupan generasi penerus di masyarakat. Sekolah dan masyarakat saling bekerjasama dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, perkembangan peserta anak, memperkuat tujuan pendidikan serta meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, meningkatkan motivasi masyarakat dalam menjalin kerjasama dengan sekolah.
Dalam paradigma lama, pendidikan meruapakan tanggung jawab dari pemerintah, masyarakat, orang tua, keluarga dianggap sebagai unsur yang tiada arti dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah. Pada hal masyarakat adalah kekuatan utama dalam peneyelenggaraan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Maya. H, (2012:145) menyatakan bahwa kesuksesan pendidikan harus ditopang bersama oleh keluarga, sekolah dan masyarakat.
(47)
Namun dalam perkembangan waktu bahwa paradigma ini sedikit demi sedikit ditinggalkan, karena masyarakat, orang tua, keluarga memilki hak untuk turut bertanggung jawab dalam memberikan kebijakan-kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Sehingga pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, pemerintah dan masyarakat.
Kemudian dalam paradigma transisional, pendidikan menjadi tanggung jawab antara sekolah, masyarakat, keluarga dan orang tua mulai terjalin. Namun kontak dari masyarakat belum dapat memperlihatkan perannya. Kemudian dalam paradigma baru, bahwa hubungan antara sekolah, masyarakat, dan orang tua harus dapat terjalin lebih sinergis dalam mewujudkan layanan mutu pendidikan, dan juga dalam memberikan partisipasinya dalam peningkatan mutu hasil belajar siswa. Disamping itu sekolah harus lebih aktif dalam membina hubungan dengan masyarakat, sehingga dalam penyelenggaraan pendidikan ditanggung oleh tiga unsur yang tidak terpisahkan yaitu sekolah, orang tua dan masyarakat. Komponen-komponen tersebut yang akan menentukan hasil penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
Menurut Maya. H (2012:157) bahwa hubungan antara sekolah dengan masyarakat dibangun dengan tujuan popularitas sekolah dimata masyarakat. Peningkatan respon masyarakat terhadap keberadaan satuan pendidikan diiringi dengan program-program dari sekolah yang dapat meyakinkan kepada masyarakat, bahwa pendidikan yang di selenggarakan berkualitas dan bermutu. Sehingga output pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan harapan dari masyarakat.
(48)
Pada proses pendidikan dewasa ini pendidikan di pengaruhi oleh tiga lingkungan yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah. Karena ketiga lingkungan itu mempunyai andil besar dalam pembentukan mental maupun spiritual dari dasar-dasar pendidikan. Pendidikan yang utamanya menjadi tanggung jawab dalam rumah tangga secara konseptual akademik dikembangkan oleh sekolah sehingga pembentukan diri anak akan terarah.
Selanjutnya penyelenggaraan pendidikan perlu dilaksanakan secara harmonis antara masyarakat dan sekolah. Masyarakat mendapat amanat untuk berpartisipasi dalam pendidikan melalui organisasi komite sekolah, melalui komite sekolah ini diharapkan dapat mengoptimalkan peran masyarakat dan orang tua untuk mewujudkan pelaksanaan program-program pendidikan disatuan pendidikan, melalui : memobilisasi bantuan baik dana maupun pemikiran dalam penyelenggaraan pendidikan, memberikan bantuan dalam penyediaan fasilitas pendidikan yang diperlukan.
Penyelenggaraan pendidikan disekolah bahwa orang tua diperlukan dalam memberikan informasi tentang potensi yang dimiliki oleh anak didik. Hal ini untuk meningkatkan perhatian orang tua dan masayarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak. Di samping itu masyarakatberkewajiban dalam memberikan dukungan terhadap program-program, tujuan sekolah, kebutuhan-kebutuhan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Begitu juga sebaliknya bahwa sekolah harus mengetahui dengan pasti akan kebutuhan-kebutuhannya, sehingga segala harapan dari masyarakat terhadap sekolah dapat terpenuhi yaitu penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas .
(49)
Untuk mewujudkan ini semua, maka perlu pembinaan baik pengelola sekolah maupun stake holdernya dalam menjaga hubungan yang harmonis, karena dengan hubungan yang harmonis diharapkan menumbuhkan rasa kepercayaan, saling pengertian antara sekolah, masyarakat, orang tua, dan lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia usaha dan industri. Turut serta masyarakat dalam membantu penyelenggaraan pendidikan ini akan bermanfaat yang besar bagi sekolah maupun masyarakat sendiri, karena masing-masing akan mengetahui pentingnya peran masing-masing di dunia pendidikan. Terjalinnya kerjasama yang baik antara sekolah dengan stake holder yang ada di masyarakat dan mereka turut serta bertanggung jawab terhadap suksesnya penyelenggaraan pendidikan di sekolah akan memupuk motivasi dari unsur-unsur keanggotaan komite.
Kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam memajukan sekolah dan melibatkan orang tua juga tokoh-tokoh masyarakat untuk merencanakan dan mengawasi realisasi program di sekolah. Apabila hubungan antara sekolah dengan masyarakat selalu terjalin dengan baik, maka kesadaran untuk bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan semakin tinggi, dengan demikian partisipasi masyarakat dalam berinovasi dalam memajukan sekolah akan semakin terbuka.
2.4Kerangka Pikir
Perubahan paradigma pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan adalah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, masyarakat dan stake holder yang lain. Hal ini menuntut kinerja unsur-unsur penyelenggara pendidikan tersebut untuk saling aktif dan saling berpartisipasi untuk kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan. Dengan adanya organisasi yang independen yaitu komite sekolah maka peran masyarakat tersebut dapat di optimalkan.
(50)
Keberadaan Komite sekolah diharapkan dapat menjawab dan mencari solusi dan permasalahan pendidikan yang ada, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya yang ada. Sumber daya yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi sangat di butuhkan dalam menunjang keberhasilan pendidikan. Dari uraian diatas maka kerangka pikir dalam penelitian ini terdiri dari : (1) Input penelitian ini adalah Komite Sekolah yang pengurusnya terdiri dari praktisi pendidikan, tokoh masyarakat dan pelaku industri yang memahami peran dan fungsinya dalam penyelenggaraan pendidikan di SMK Negeri 2 Metro. Pemahaman peran dan fungsi tersebut berakibat pada partisipasi komite sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi RAPBS dan program kerja sekolah rendah. (2) Proses dalam penelitian ini adalah : (a) Komite sekolah melaksanakan perannya sebagai pemberi pertimbangan dalam perencanaan RAPBS, program kerja, maupun pengelolaan SDM. (b) Peran komite sekolah sebagai pemberi dukungan terhadap kebijakan, sarana, fasilitas pembelajaran dan pengembangan SDM. (c) Peran komite sekolah sebagai pengontrol dalam perencanaan pendidikan, proses pendidikan, dan hasil pendidikan di SMK Negeri 2 Metro. (d) Peran komite sekolah sebagai mediator dalam mensosialisasikan program, mengidentifikasi aspirsai, memobilisasi bantuan masyarakat. (3) Output dalam penelitian ini adalah mutu pendidikan yang merupakan optimalisasi terhadap kepuasan pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. Kerangka pikir digambarkan sebagai berikut :
(51)
Gambar. 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Input
Proses
Komite SMK Negeri 2 Metro
( Pengurus Komite, Kualifikasi pendidikan, latar belakang pekerjaan )
Output Mutu Pendidikan
1. Pemberi
Pertimbangan
2. Pemberi
Dukungan
3. Sebagai
Pengontrol
4. Sebagai Mediator
Pendataan, memberi masukan, menganalisis pendataan, verifikasi RAPBS
Dukungan preventif, dukungan kegiatan ekstra, mencari bantuan pendanaan, dukungan dana dari orang tua Laporan hasil belajar, analisis hasil belajar, laporan hasil pengamatan
Menjaga keharmonisan sekolah dan
masyarakat, rapat rutin, kerjasama dengan sekolah,MoU dengan lembaga lain
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Latar Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan metode deskriptif dan pendekatan yang digunakan adalah analisis kualitatif SMK negeri 2 Metro. Pertimbangan penggunaan metode ini adalah dengan pertimbangan data yang didapatkan dalam penelitian ini akan memberikan gambaran tentang realita sosial yang akan mengungkap fenomena dalam dalam penyelenggaraan pendidikan, terutama peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro. Kondisi komite sekolah secara obyektif merupakan data riil yang akan memberikan diskripsi peran komite di satuan pendidikan. Menurut Sugiyono, (2010:9) berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Sedangkan menurut Moleong, (2013:6) bahwa Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Selanjutnya Jane Richie dalam
(53)
Moleong (2013:6) berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang di teliti. Dalam penelitian ini peneliti berusaha memahami makna peran komite sekolah yang ada di SMK Negeri 2 Metro.
Lokasi penelitian ini adalah di SMK Negeri 2 Metro. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan Desember 2013. 3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan pertimbangan bahwa penelitian kualitatis berkarakterisik natural, mengutamakan proses dari pada hasil, dan penelitian kualitatif bersifat diskriptif, harapannya hasil penelitian yang diperoleh lebih jelas dan menggambarkan kondisi sekolah yang sebenarnya. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2011:8) mengulas sepuluh ciri penelitian kualitatif sebagai berikut (1) latar penelitian alamiah, (2) Manusia sebagai alat (instrumen), (3) Metode yang digunakan kualitatif, (4) Analisis data secara induktif, (5) Teori yang digunakan teori dasar (grounded theory), (6) Penelitian bersifat diskriptif, (7) Penelitian mengutamakan proses daripada hasil (produk), (8) Adanya batas yang ditentukan oleh fokus, (9) Adanya kriteria keabsahan bata, (10) Desain penelitian bersifat sementara. Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 Metro berlangsung di sekolah pada waktu efektif pembelajaran, kondisi ini dengan harapan memberikan hasil dan informasi dari informan seperti komite sekolah, kepala sekolah, dewan guru, tenaga tata usaha, siswa, dan orang tua siswa. Pengambilan data yang berupa kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf, dan dokumen. Penelitian kualitatif mengamati obyek dengan apa adanya
(54)
dan tidak ada unsur manipulasi, sehingga dengan kondisi alami ini data dari hasil wawancara dikumpulkan kemudian analisis secara induktif.
Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan ″ studi kasus ″. Seperti di tegaskan Stake (1995), Creswell (1998) dan Yin (2003) berpendapat bahwa penelitian studi kasus menggunakan berbagai sumber data untuk mengungkapkan fakta di balik kasus yang diteliti. Keragaman sumber data dimaksudkan untuk mencapai validitas dan reliabilitas data, sehingga hasil penelitian dapat diyakini kebenarannya. Fakta dicapai melalui pengkajian keterhubungan bukti-bukti dari beberapa sumber data sekaligus, yaitu dokumen, rekaman, observasi, wawancara terbuka, wawancara terfokus, wawancara terstruktur, dan survey lapangan. Di samping fakta yang mendukung proposisi, fakta yang bertentangan terhadap proposisi juga diperhatikan, untuk menghasilkan keseimbangan analisis, sehingga objektivitas hasil penelitian terjaga.
3.3 Kehadiran Peneliti
Keberhasilan penelitian ditentukan oleh peneliti itu sendiri, karena peneliti merupakan instrumen utama untuk pengumpulan data. Sehingga kehadiran peneliti menjadi tolak ukur dalam keberhasilan penelitian. Seperti di dikemukakan Sugiyono (2010: 222) bahwa instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Selanjutnya juga dikemukakan bahwa peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Selanjutnya Nasution dalam Sugiyono, (2010:223 ) menyatakan : dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia
(55)
sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu di kembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya. Dari pendapat tersebut bahwa kehadiran peneliti harus dapat bekerja sama dengan subyek dalam penelitian, dan juga dapat berkomunikasi dengan para informan secara baik dan wajar di lokasi penelitian, mampu menyesuaikan dengan linhkungan yang ada dengan baik. Sehingga kedatangan peneliti yang dapat diterima oleh subjek penelitian dan dapat berhubungan dan berkomunikasi dengan baik selama di lapangan merupakan kunci keberhasilan dalam pengumpulan data penelitian. Jadwal kehadiran peneliti dilapangan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 3.1 Jadwal kehadiran peneliti
No Tanggal Waktu Materi Instrumen Informan Tempat
1 21 Okt
2013
07.30 s/d
09.30 wib Survey awal - -
Ruang Komite
2 28 Okt
2013
07.00 s/d 09.00 wib
RKS, peran komite Daftar wawancara Kepala sekolah, guru Ruang kepala sekolah
3 9 Nov
2013 07.00 s/d 10.00 wib Prestasi sekolah, peran komite Daftar wawancara Kepala sekolah, guru, komite Ruang kepsek, ruang guru
4 18 Nov
2013
07.00 s/d 08.00 wib
Partisipasi orang tua, peran komite
Daftar wawancara Orang tua siswa, komite SMK Negeri 2 Metro
5 23/25 Nov
2013 12.30 s/d 13.00 wib Peran komite, harapan komite Daftar wawancara Komite sekolah SMK Negeri 2 Metro
6 19/21 Des
2013 10.00 s/d 11.00 wib Kondisi pembelajaran, prestasi sekolah Daftrar wawancara Ketua komite, siswa Ruang komite, ruang kelas
7 23 Des
2013 12.30 s/d 13.00 wib Peran komite, mutu pendidikan Daftar wawancara Pengawas SMK Ruang Kepsek
(56)
8 25 Des 2013
08.00 s/d
10.00 wib AD/ART komite
Alat
perekam Komite
Ruang komite
9 28 Des
2013 08.00 s/d 10.00 wib Pedoman mutu, dapodik Alat
perekam WMM Ruang data
3.4 Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian dapat dari manusia atau bukan manusia. Menurut Miles dan Huberman, (1992:2) berpendapat bahwa sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah manusia dan bukan manusia Sedangkan menurut Lofland dalam Moleong, (2011:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama ( informan ) adalah sebagai berikut :
Tabel. 3.2 Daftar Informan Penelitian
No Informan (Jabatan) Jumlah Kode
1
Kepala Sekolah 1 St
2 Ketua Komite Sekolah 1 Sg
3
Anggota komite sekolah 8 Sh,Sb,Sp,Il, Sr,Sy,Gp,Sn
4 Pengawas 1 Wh
5 Guru SMK Negeri 2 Metro 4 A, Tp, Nw, Sr
6 Orang tua siswa 5 K, Yn, Tn, Nw, Mr
7 Masyarakat 3 Ww, J, Ut
8 Siswa 2 Hd, Pp
Jumlah 25
Selanjutnya dari hasil wawancara akan dirancang dengan mereduksi data, dalam pengkajian data yang dipakai adalah data primer dari sumber data utama. Data yang dikaji tidak hanya data primer melainkan juga data skunder, yaitu data-data
(57)
tambahan yang dapat sumber dari tertulis seperti majalah ilmiah, buku, media cetak dan elektronik seperti artikel, jurnal, poto, data statistik dan lain-lain.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, antara lain :
1. Observasi.
Observasi adalah pencatatan-pencatatan secara sistematis terhadap segala yang tampak pada objek penelitian, Dalam observasi data yang didapat dalam penelitian, akan dilakukan sinkronisasi dengan data hasil wawancara dari para informan pada subjek penelitian.
Tabel. 3.3 Indikator observasi
No Sasaran Indikator
Keterangan Baik Tidak
baik
1 Komite Sekolah 1. Ruangkomite
2. Fasilitas ruang komite
V V
2 Kepala Sekolah Ruang kepala
sekolah
V
3 Sarana Prasarana 1. Ruang kelas
2. Lingkungan
sekolah
3. Lapangan olah
raga
4. Tempat ibadah
5. Ruang guru
V V V V V
4 Pembelajaran 1. Administrasi
ruang kelas
2. Kondisi ruang
kelas 3. Kondisi pembelajaran V V V 2. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk mendapatkan informasiatau data dari informan melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Materi wawancara
(58)
penelitian adalah tentang peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro. Pelaksanaan wawancara dilaksanakan secara bertemu langsung ke sumber informasi sehingga dalam pengumpulan data antara peneliti dan informan dapat berkomunikasi secara baik. Sebelum peneliti melaksanakan wawancara dengan informan terlebih dahulu dipersiapkan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis dan tersusun untuk memberikan kemudahan dalam mengelompokkan jawaban. yang disiapkan oleh peneliti Dalam proses wawancara peneliti mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tertulis untuk mempermudah memperoleh data berupa jawaban-jawaban. Sumber data penelitian diperoleh dari para informan yaitu komite sekolah, kepala sekolah dewan guru, siswa, dan orang tua siswa di SMK Negeri 2 Metro. Data utama dalam penelitian yaitu hasil wawancara informan, dengan daftar pertanyaan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel. 3.4 Taksonomi Domain Penelitian Fokus
Penelitian
Sub Fokus
Penelitian Pertanyaan Informan
Peran komite sekolah dalam peningkatan manajemen mutu pendidikan
sebagai pemberi pertimbangan dalam : a. Perencanaan sekolah b. Pelaksanaan program c. Pengelolaan SDM
a. Bagaimanakah komite sekolah memberikan masukan dalam penyusunan RAPBS?
b. Bagaimana komite sekolah dalam penyelenggaraan rapat RAPBS?
c. Bagaimana komite sekolah dalam memberikan pertimbangan perubahan RAPBS?
d. Bagaimanakah keterlibatan komite sekolah dalam pengesahan RAPBS?
e. Bagaimanakah komite sekolah memberi masukan terhadap proses pembelajaran?
f. Bagaimanakah komite sekolah memberikan pertimbangan
Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, Guru, komite sekolah,
(59)
tentang sarana dan prasarana? g. Bagaimanakah komite sekolah
memberi pertimbangan dalam pengembangan SDM
sebagai pemberi pendukung dalam : a. Pengelolaa SDM b. Pengelolaan saran prasarana c. Pengelolaan anggaran
a. Bagaimanakah komite sekolah memantau SDM?
b. Bagaimana cara komite sekolah memantau sarana dan prasarana?
c. Bagaimana komite sekolah memantu anggaran pendidikan?
d. Bagaimanakah komite sekolah mengevaluasi dukungan anggaran sekolah Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, Guru, komite sekolah
Komite sekolah sebagai
pengontrol dalam :
a.Perencanaan pendidikan b. Memantau pelaksanaan program
c. Memantau out pendidika
a. Bagaimanakah komite sekolah mengontrol kebijakan di sekolah?
b. Bagaimana komite sekolah mengawasi terhadap kualitas perencanaan sekolah?
c. Bagaimana komite sekolah memantau penjadwalan sekolah?
d. Bagaimanakah komite sekolah memantau partisipasi stakeholder?
e. Bagaimanakah komite sekolah memantau angka partisipan sekolah
f. Bagaimanakah komite sekolah memantau hasil ujian akhir?
Kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, Guru, komite sekolah, siswa
Komite sekolah sebagai mediator dalam :
a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Pengelolaan
SDM
a. Bagaimana komite sekolah sebagai penghubung anatara sekolah, masyarakat dan pemerintah dalam merencanakan kebijakan pendidikan?
b. Bagaimana cara komite sekolah mengidentifikasi aspirasi masyarakat?
c. Bagaimankah cara komite menampung pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan dan program sekolah?
d. Bagaimana cara memobilisasi bantuan masyarakat untuk pendidikan? Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, Guru, komite sekolah , pengawas sekolah
(1)
rujukan agar memenuhi aspek dan karateristik pendidikan sebagai sekolah yang diunggulkan ditingkat nasional.
5.3.1.2Pemerintah perlu melakukan perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) untuk mengetahui kebutuhan riil sekolah sehingga kontribusi orang tua dan masyarakat tidak terus-terusan polemik yang mengganggu pelaksanaan pendidikan.
5.3.1.3Pemerintah perlu meningkatkan kompetensi pengawas SMK guna melaksanakan sosialisasi dan penguatan peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah, dalam memberikan dukungan program kerja sebagai sekolah rujukan nasional. 5.3.1.4Pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan
pendidikan untuk efisiensi dan efektifitas anggaran pendidikan. 5.3.2 Kepala Sekolah
5.3.2.1Sekolah perlu mengefektifkan pokja-pokja di SMK Negeri 2 Metro dalam membantu Komite sekolah terhadap peningkatan mutu pengelolaan manajemen sekolah, proses pembelajaran dan hasil belajar yang belum dilakukan oleh komite sekolah.
5.3.2.2Sekolah perlu melakukan monitoring dan evaluasi peran komite bersama orang tua dan masyarakat, sehingga penyelenggaraan pendidikan sebagai sekolah rujukan memenuhi standar yang di syaratkan.
5.3.2.3Sekolah pelu melakukan reorganisasi Komite Sekolah sesuai dengan proses yang diatur dalam Kepmendiknas 044/U/2002
(2)
supaya kualitas pendidikan di SMK Negeri 2 Metro sebagai sekolah rujukan dapat dipercaya dan mendapat dukungan masyarakat luas.
5.3.2.4Sekolah perlu melakukan penyampaian laporan keuangan sekolah secara transparan dan akuntabel supaya kepercayaan orang tua dapat tumbuh dan partisipasi masyarakat, swasta dan alumni lebih meningkat dalam hal pendanaan sekolah.
5.3.3 Komite Sekolah
5.3.3.1Sebaiknya peran komite sekolah dan MBS perlu disosialisasikan secara komprehensif kepada guru dan kepala sekolah, dengan harapan menghindari perbedaan persepsi dari komite sekolah. 5.3.3.2Peran mediasi agar dapat dioptimalkan, terutama dalam
kerjasama dengan dunia usaha dan industri, maupun pemerintah. 5.3.3.3Peran kepengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan
perlu didukung dengan rencana kerja komite.
5.3.3.4Kegiatan pertemuan komite sekolah perlu dilaksanakan lebih efektif, agar pemantauan terhadap segala kegiatan dan peningkatan terhadap kualitas penyelenggaraan pendidikan dapat didukung semua unsur.
5.3.4 Peneliti Selanjutnya.
Untuk peneliti selanjutnya agar meneliti faktor-faktor lain yang dapat mengungkap aspek-aspek yang belum tersentuh atau masih perlu dikaji
(3)
ulang secara mendalam sehingga peran dan fungsi komite sekolah di SMK Negeri 2 Metro dapat maksimal dilaksanakan dalam peningkatan mutu pendidikan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ace Suryadi. 2003. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah : Mewujudkan Sekolah yang Mandiri dan Otonom, http://www/depdiknas.go.id.
Arcaro S. Jerame. 2005. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan. Renaka Cipta, Jakarta.
Berlo, David K. 1960 The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice, Holt, Rinehart and Winstan, Inc. United State of Amirica. Creswell,John W. 2010. Research Desaign: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Partisipasi Masyarakat
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. 2007. Petunjuk Teknis Pemberdayaan Komite Sekolah Tahun 2007 -2009.
Fuad Ihsan. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan Komponen MKDK, PT Rineka Cipta, Jakarta
Hamzah B. Uno 92008). Perencanaan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta Husaini Usman. 2009. Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, CV.
Bumi Aksara, Jakarta
Imam Wahyudi. 2012. Pengembangan Pendidikan( Strategi Inovatif dan Kreatif dalam Mengelola Pendidikan secara Komprehensif ), PT Prestasi Pustakaraya, Jakarta.
Komariah Aan, dan Cepi Triatna. 2010. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, PT.Bumi Aksara, Jakarta.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044 Tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
Maya H. 2012. Kesalahan-kesalahan Umum Kepala Sekolah dalam Mengelola Pendidikan, Bukubiru, Jogjakarta.
(5)
Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Menteri Pendidikan,2002. Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002, tentang Pembentukan Dewan dan Komite sekolah. Jakarta, Depdiknas
Menteri Pendidikan, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tentang tandar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah . jakarta, Depdiknas
Miles, M.B. dan A.M. Huberman. 1994. Qualitation Data Analysis. California : SAGE Publications Inc.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1999. Sosiologi. Jakarta, Erlangga.
Pemerintah Indonesia, 1999. UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, Jakarta. Depdagri.
Pemerintah Indonesia, 2000. PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembagian Kewenangan Pusat & Daerah, Jakarta. Depdagri
Pemerintah Indonesia, 2003. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Depdiknas.
Pemerintah Indonesia, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta, Depdiknas.
Pemerintah Indonesia, 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2008, tentang Wajib Belajar. Jakarta, Depdiknas
Pemerintah Indonesia, 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008, tentang Pendanaan Pendidikan. Jakarta, Depdiknas
Pemerintah Indonesia,2010. Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta, Depdiknas
Samuri. 2011. “ Peran Komite Sekolah Dalam Pengembangan Kualitas Pendidikan Sekolah Dasar Standar Nasional ( Studi Kasus di SDN
Pandean 1 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali ) “.
(6)
Sagala, 2011. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, CV. Alfabeta, Jakarta.
Stake, Robert E, 2005. The Art of Case Study, London: Sage Publication, Inc. Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, CV.
Alfabeta, Bandung
Tim SMK, (2011), Pedoman Mutu Edisi A,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diterbitkan oleh Lembaga Informasi Nasional, Jakarta
Yin, Robert K, 2009. Studi Kasus : Desain dan Metode, Jakarta. Penerbit Raja Grafindo Persada.
Yuniati. 2011. “ Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah studi