1 Nilai Premi
Nilai Premi asuransi atau biaya berasuransi merupakan pra- syarat adanya perjanjian asuransi, karena tanpa adanya premi
tidak akan ada asuransi. Pada umumnya premi asuransi dibayar dimuka
namun biasanya
diberikan tenggang
waktu pembayaran.untuk itu dibutuhkan premi yang seimbang, premi
yang seimbang di sini adalah Untuk memastikan biaya pembayaran
premi tertanggung
seimbang dan
wajar dibandingkan dengan resiko yang dialihkannya kepada
penanggung. Nilai premi yang harus dibayarkan tertanggung dihitung berdasarkan suatu tarip premi dikalikan dengan Nilai
Pertanggungan. 2
Klaim Sebuah permintaan resmi kepada perusahaan asuransi, untuk
meminta pembayaran berdasarkan ketentuan perjanjian. Klaim Asuransi yang diajukan akan ditinjau oleh perusahaan untuk
validitasnya dan
kemudian dibayarkan
kepada pihak
tertanggung setelah disetujui.Pembayaran Klaim merupakan hal yang penting atas kerugian yang di alami pihak tertanggung
namun sangat disayangkan karena proses dalam Pembayaran Klaim kadang kala dibutuhkan waktu yang cukup lama sehingga
merugikan nasabah
3 Underwriting
Underwriting
, yang bisa disebut juga dengan
risk selection
, adalah suatu fungsi manajemen risiko asuransi yang bertugas
atas seleksi dan klasifikasi risiko yang dimiliki oleh calon tertanggung perorangan maupun kumpulan. Dengan kata lain,
underwriting
berfungsi untuk menilai tingkat risiko yang dimiliki seorang calon nasabah, baik perorangan maupun
kumpulan, serta memberi keputusan yang berhubungan dengan pertanggungan atas risiko tersebut.
2. Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi
a. Pengertian Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi harus memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas paling sedikit 100
seratus persen, dan jika belum memenuhi akan diberikan kesempatan melakukan penyesuaian dalam jangka waktu tertentu
untuk memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas. Keputusan Menteri Keuangan No. 504KMK.062004 tentang Kesehatan Keuangan Bagi
Perusahaan Asuransi yang Berbentuk Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas. Jadi, ditinjau dari segi hukum Pemerintah telah
memberikan payung hukum untuk melindungi kepentingan nasabah perusahaan asuransi dengan menetapkan
Risk Based Capital
. Dengan demikian, diharapkan perusahaan asuransi memiliki
kekuatan modal yang cukup dan menghindarkan resiko merugikan
nasabahnya dalam hal terjadi masalah atau kerugian sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
Ketentuan kesehatan
keuangan perusahaan
asuransi tercantum di dalam UU No.2 tahun 2004 pada pasal 11 ayat 1
menyatakan bahwa, pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian juga meliputi kesehatan keuangan perusahaan asuransi
yang terdiri atas : 1
Batas Tingkat solvabilitas 2
Retensi Sendiri, 3
Reasuransi, 4
Investasi, 5
Cadangan Teknis, dan 6
Ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan kesehatan keuangan.
Pemerintah sudah menentukan salah satu tolok ukur kesehatan
asuransi bukan
satu-satunya yaitu
melalui
mekanime RBC
Risk Based Capital
. Kalau angka RBC-nya besar,
ini berarti perusahaan tersebut dinilai dalam kondisi baik. Tetapi kita tidak boleh terpaku semata-mata dengan angka RBC. Sebab, bisa
pula terjadi perusahaan besar yang sedang melakukan ekspansi besar-besaran seperti membuka banyak kantor cabang, maka angka
RBC-nya pasti akan kecil. Sebaliknya, ada perusahaan asuransi yang kecil tetapi tidak pernah melakukan ekspansi, maka angka RBC-nya
mungkin jauh lebih besar. Jadi, angka RBC tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya ukuran, apakah perusahaan asuransi itu sehat
atau tidak. Oleh karena itu indikator lain juga dibutuhkan untuk