PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN

KONTEKSTUAL SISWA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT

Oleh

IMMA SHOFIANA TSANI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat pada pembelajaran IPS yakni 10 siswa (37,03%) dari 27 siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar berdasarkan KKM yang telah ditentukan yaitu ≥66. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan setiap siklus, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan soal tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas siswa siklus I sebesar 69,77 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar (66,66%) kategori aktif dan siklus II yaitu 80,88 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar (85,18%) kategori sangat aktif, peningkatan aktivitas dari siklus I ke siklus II sebesar (11,11%). Hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata yaitu 69,40 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar (66,66%) kriteria tinggi dan siklus II yaitu 80,92 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar (85,18%) dengan kriteria sangat tinggi, peningkatan persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar (18,52%).


(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN

KONTEKSTUAL SISWA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT

Oleh

IMMA SHOFIANA TSANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Metro, pada tanggal 18 Februari 1993. Peneliti adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Drs. Hi. Rokhiman dan Ibu Hj. Supriyati. Penulis memulai pendidikan formalnya di Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di Aisyiyah Bustanul Athfal Metro Pusat, pada tahun 1999, Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 6 Metro Barat, pada tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Muhammadiyah 1 Metro, pada tahun 2008. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Muhammadiyah 1 Metro, pada tahun 2011.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa peneliti aktif di beberapa kegiatan organisasi kampus maupun luar kampus. Beberapa organisasi yang pernah peneliti ikuti adalah Forum Mahasiswa Studi Islam (FORMASI) PGSD, Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (HIMAJIP), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Nasiyatul Aisyiyah (NA) dan Griya Baca Komunitas (GBK).


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

A ’ , y Sang Maha, dengan segala

kerendahan hati, ku persembahkan karya sederhana ini kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yaitu Drs. Hi. Rokhiman dan Hj. Supriyati, terimakasih atas segala cinta dan kasih sayang tanpa batas, serta segala untaian doa yang senantiasa dimohonkan pada Illahi untuk kebaikan ananda.

2. Kakakku Abdul Rahman Wahid, A.Md. Kep. dan Risna Sulistyawati, A.Md. Keb. Adikku Nadia Hasanah Tsalisah, semoga karya ini menjadi motivasi bagi kalian untuk menjadi lebih baik dari ku. Aamiin. Teruslah belajar dan berikanlah prestasi terbaik bagi Ayah dan Ibunda dan yang lebih penting adalah berikan akhlak terbaik bagi Ayah dan Ibunda. 3. Keponakanku Haidar Affan Al-Fatih, yang telah menghadirkan keceriaan dan semangat

di sela-sela kepenatan. Semoga kelak menjadi anak sholeh dan bermanfaat bagi umat. 4. ’ O -orang luar biasa yang tidak bisa disebutkan satu persatu

yang telah memberikan dukungan dan motivasi luar biasa ku ucapkan terimakasih. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan kalian semua semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik. Aamiin.


(8)

MOTTO

BARANG SIAPA YANG MENEMPUH JALAN UNTUK MENCARI ILMU, MAKA ALLAH AKAN MEMUDAHKAN JALANNYA MENUJU SURGA

(HR. Muslim : 2699)

ALLAH MENGANGKAT ORANG-ORANG YANG BERIMAN DI ANTARA KALIAN DAN ORANG-ORANG YANG DIBERIKAN ILMU KE BEBERAPA DERAJAT


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridha-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Pendekatan Kontekstual Siswa Kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini masih belum sempurna sehingga terdapat kekurangan bahkan kesalahan yang penulis tidak sadari. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan, petunjuk, serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional;

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;


(10)

program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung dan selaku penguji skripsi. Terimakasih atas kritik dan saran yang berharga, mulai dari seminar proposal hingga ujian skripsi;

5. Bapak Drs. Hi. Siswantoro, M.Pd., selaku Koordinator Kampus B FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini;

6. Bapak Dr. Hi. Suwarjo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Utama yang telah bersedia untuk memberikan keleluasaan waktu dalam membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan memberikan waktu untuk membimbing, serta motivasi yang sangat luar biasa dalam proses penyelesaian skripsi ini;

8. Seluruh Dosen dan Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung, yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah;

9. Bapak Drs. Budi Susetia, selaku kepala SD Negeri 7 Metro Barat yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, terimakasih atas kerja sama selama ini;


(11)

yang diberikan kepada penulis untuk mempelajari keadaan yang sesungguhnya dalam mendidik;

11. Anak-anakku kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat, semoga kalian menjadi anak yang taqwa, cerdas, dan berprestasi;

12. Sahabat-sahabatku yang memotivasi dan menemani perjuangan untuk menyelesaikan skripsi ini, terimakasih Mba Nuke, Risti, Aulia, Ikke, Gusti, Azka, Maknyak, Umi, Via, Icha, Mj, Mas Jum, Tante Rizky, Mba Rimba; 13. Teman-temanku angkatan 2011, khususnya HIMALASA yang selalu

menghadirkan semangat dan kebersamaan yang tak terlupakan;

14. Seseorang yang telah menghadirkan semangat tersendiri untuk peneliti. Terimakasih atas doa, bantuan, dan motivasi yang diberikan;

15. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya, terimakasih atas doa dan dukungan yang diberikan.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi calon guru khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Metro, 08 April 2015 Peneliti,


(12)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Pengertian Teori Belajar ... 11

3. Pengertian Aktivitas Belajar ... 13

4. Pengertian Hasil Belajar ... 14

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 15

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 15

2. Tujuan Pembelajaran IPS ... 16

C. Pendekatan Kontekstual ... 18

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 18

2. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ... 20

3. Komponen-komponen Pendekatan Kontekstual ... 21

4. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual ... 25

5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual ... 26

D. Kinerja Guru Profesional ... 27

1. Pengertian Kinerja Guru ... 27

2. Kompetensi Profesional Guru ... 28

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

F. Kerangka Pikir ... 33

G. Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 36


(13)

v

B. Setting Penelitian ... 37

1. Lokasi Penelitian ... 37

2. Waktu Penelitian ... 37

C. Subjek Penelitian ... 38

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 38

1. Teknik Pengumpulan Data ... 38

2. Alat Pengumpulan Data ... 39

E. Teknik Analisis Data... 39

1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 39

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 43

F. Prosedur Penelitian ... 44

G. Indikator Keberhasilan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Profil SD Negeri 7 Metro Barat ... 53

2. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 54

3. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus I ... 55

4. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus II ... 76

B. Pembahasan Hasil Penelitian dalam Proses Pembelajaran ... 89

1. Kinerja Guru ... 90

2. Aktivitas Siswa ... 92

3. Hasil Belajar ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Persentase ketuntasan belajar siswa kelas IV pada

mid semester ganjil ... 5

3.1 Pedoman penskoran kinerja guru... 40

3.2 Kriteria penilaian kinerja guru secara klasikal dalam pembelajaran ... 40

3.3 Instrumen aktivitas belajar siswa ... 41

3.4 Rubrik aktivitas belajar siswa ... 42

3.5 Persentase ketuntasan aktivitas belajar siswa secara klasikal dalam pembelajaran ... 42

3.6 Ketuntasan hasil belajar ... 43

3.7 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa ... 44

4.1 Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas ... 54

4.2 Nilai kinerja guru siklus I ... 62

4.3 Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus I ... 63

4.4 Hasil belajar kognitif dalam kegiatan pembelajaran siklus I ... 65

4.5 Nilai kinerja guru siklus II ... 83

4.6 Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus II ... 84

4.7 Hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus II ... 87

4.8 Rekapitulasi kinerja guru dalam pembelajaran... 90

4.9 Rekapitulasi aktivitas siswa tiap siklus... 93


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

SURAT

1. Penelitian pendahuluan dari fakultas ... 105

2. Keterangan penelitian dari fakultas ... 106

3. Izin penelitian dari fakultas ... 107

4. Keterangan telah melaksanakan penelitian dari SD ... 108

5. Izin penelitian dari SD ... 109

6. Surat penelitian teman sejawat ... 110

PERANGKAT PEMBELAJARAN 1. Pemetaan siklus I... 112

2. Pemetaan siklus II ... 115

3. Silabus siklus I ... 119

4. Silabus siklus II ... 123

5. Rencana perbaikan pembelajaran siklus I ... 128

6. Kisi-kisi soal tes formatif siklus I ... 135

1. Hasil tes formatif siswa dengan nilai terendah siklus I ... 145

2. Hasil tes formatif siswa dengan nilai tertinggi siklus I ... 146

3. Rencana perbaikan pembelajaran siklus II ... 147

4. Kisi-kisi soal tes formatif siklus II ... 154

5. Hasil tes formatif siswa dengan nilai terendah siklus II ... 164

6. Hasil tes formatif siswa dengan nilai tertinggi siklus II ... 165

PENILAIAN 1. Instrumen penilaian kinerja guru siklus I ... 166

2. Rekapitulasi kinerja guru siklus ... 170

3. Instrumen penilaian kinerja guru siklus II ... 172

4. Rekapitulasi kinerja guru siklus II ... 176

5. Aktivitas belajar siswa siklus I ... 178

6. Rekapitulasi nilai aktivitas belajar siswa siklus I ... 180

7. Aktivitas belajar siswa siklus II ... 181

8. Rekapitulasi nilai aktivitas belajar siswa siklus II ... 183

9. Daftar nilai hasil belajar tes formatif 1 ... 184

10.Daftar nilai hasil belajar tes formatif 2 ... 185

11.Rekapitulasi hasil belajar tes formatif siswa siklus I dan siklus II ... 186


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka pikir penelitian ... 33 3.1 Alur siklus penelitian tindakan kelas ... 37


(17)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Peningkatan persentase kinerja guru dalam menerapkan pendekatan

kontekstual ... 91 4.2 Peningkatan nilai aktivitas siswa melalui penerapan pendekatan

kontekstual ... .. 93 4.3 Peningkatan persentase hasil belajar kognitif siswa melalui penerapan


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan modal utama untuk siswa agar dapat mengembangkan dirinya menjadi insan yang berpengetahuan, bersikap, dan berketerampilan sesuai dengan apa yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 (ayat 1) yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas, 2003: 1).

Undang-undang di atas menjelaskan bahwa pendidikan dilaksanakan dengan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran aktif untuk mengembangkan potensi siswa. Suasana belajar dan proses pembelajaran aktif yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang interaktif, menantang, dan dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pemerintah melalui dinas pendidikan berupaya melakukan inovasi pendidikan guna tercapainya tujuan pendidikan nasional. Mutu dan kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh proses dan hasil suatu pendidikan dalam mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan. Salah satu bentuk inovasi


(19)

pendidikan adalah perubahan kurikulum, hal ini merupakan bentuk usaha dalam memajukan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya. Peran pendidikan dalam upaya pembentukan generasi di masa mendatang menuntut guru sebagai bagian dari elemen pendidikan untuk proaktif dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas, sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang mengarah pada tujuan pendidikan. Jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling fundamental dalam pemberian konsep pengetahuan

Pendidikan khususnya pada sekolah dasar sangat menentukan langkah ke depan seseorang dalam melanjutkan jenjang pendidikannya. Pendidikan di sekolah dasar memiliki beberapa mata pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dikemudian hari. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial (Depdiknas, 2006: 575). Kurikulum IPS di SD dalam pelaksanaannya, selain menuntut para guru memiliki wawasan pengetahuan yang luas dalam mengembangkan materi, juga mampu menentukan teknik dan pendekatan pembelajaran yang beragam sehingga pembelajaran lebih bermakna dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan mata pelajaran IPS yaitu, (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Permendiknas, No. 22: 2006).


(20)

Guru sebagai pendidik harus mengoptimalkan kemampuannya untuk membentuk dan mengembangkan potensi dan nilai-nilai yang dimiliki siswa. Upaya mengoptimalkan kemampuan ini akan menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada indikator pembelajaran dan hasil pembelajaran secara efektif.

Menurut Dworeztky (dalam Suwarjo, 2008: 3) potensi anak dapat dikembangkan melalui potensi berpikir, potensi kebahasaan, potensi moral, dan potensi sosiokultural. Jika guru dapat memanfaatkan potensi-potensi tersebut secara baik, terbuka, dan terarah, kelak, anak didik akan menjadi manusia yang berpengetahuan dan berbudi pekerti luhur.

Peneliti memberikan banyak perhatian yang tidak hanya difokuskan pada pemahaman siswa terhadap konsep, tetapi juga pada penguasaan dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pemberian pengalaman belajar tersebut dapat berupa pemberian pengalaman lingkungan, melakukan sesuatu, pengalaman dramatisasi maupun dalam bentuk pemberian pengalaman mengkaji sesuatu hal atau peristiwa. Untuk memberikan pengalaman-pengalaman pembelajaran yang bermakna kepada siswa guru harus mampu memilih salah satu bagian penting dalam belajar mengajar yaitu pemilihan pendekatan pembelajaran. Hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat yang dilakukan peneliti pada pada tanggal 02 Desember 2014, diketahui bahwa ketika pembelajaran IPS berlangsung, guru kurang berupaya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, baik ketika penanaman konsep maupun penugasan. Penugasan hanya menggunakan sumber buku pegangan


(21)

siswa tanpa menggunakan buku lainnya yang relevan sehingga siswa hanya sebatas buku pegangan siswa.

Pengamatan dan wawancara kembali dilakukan oleh peneliti tanggal 05 Desember 2014 dengan guru dan siswa. Guru masih mengutamakan pemberian materi ajar yang mengarahkan siswa untuk memahami sesuatu yang abstrak tanpa proses yang real dan berkaitan dengan konteks dunia nyata, sehingga dalam pelaksanaannya siswa hanya belajar secara terstruktur sesuai dengan prosedur yang tertulis dalam buku pelajaran. Hal ini disebabkan karena cara penyampaian materi ajar oleh guru masih terpaku pada buku pelajaran yang digunakan, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan belum menampakkan adanya proses konstruktivis yang optimal dan bermakna bagi siswa.

Pengamatan dan wawancara kembali dilakukan oleh peneliti tanggal 09 Desember 2014 dengan guru dan siswa. Hasil pengamatanmenunjukan bahwa sebagian besar siswa cenderung pasif untuk bertanya dan mengajukan pendapat, sehingga proses pembelajaran menjadi kurang komunikatif. Pengamatan-pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diduga ada keterkaitan antara aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS. Siswa yang belum tuntas memiliki aktivitas yang rendah sedangkan siswa yang tuntas memiliki aktivitas yang tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran. Selaras dengan hal di atas, berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan wali kelas serta penelusuran dokumen hasil belajar siswa diketahui terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran diantaranya adalah hasil belajar siswanya masih tergolong rendah.


(22)

Tabel 1.1 Persentase ketuntasan belajar siswa kelas IV pada mid semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015

KKM yang Ditetap kan Jumlah Seluruh Siswa (orang) Jumlah Siswa yang Tuntas (orang) Jumlah Siswa yang Belum Tuntas (orang) Persentase Siswa yang Tuntas (%) Persentase Siswa yang Belum Tuntas (%)

≥66 27 10 17 37,04% 62,96%

Melihat fakta-fakta yang telah dipaparkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu ≥66, hanya 10 siswa yang tuntas dari 27 siswa yang ada di kelas IV. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa masih rendah, hanya 37,04% yang idealnya ≥75%. Menurut Depdiknas (dalam Suryosubroto, 2009: 47) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal sebesar ≥75% dari jumlah siswa.

Permasalahan yang telah dikemukakan di atas tentu saja tidak diharapkan. Berkenaan dengan hal ini, upaya yang akan dilakukan peneliti antara lain dengan membangun pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Melihat kebutuhan tersebut, perlu diterapkan pembelajaran bermakna yang dapat menjebatani siswa memperoleh pengalaman belajar yang paling sesuai dengan kebutuhan dirinya dan lingkungan. Pembelajaran dapat menjadi bermakna karena berbagai faktor, salah satunya adalah penerapan pendekatan pembelajaran yang dipandang mampu menunjang proses belajar.

Salah satu altermatif pendekatan yang peneliti pilih dalam upaya memperbaiki memperbaiki proses pembelajaran tersebut adalah pendekatan


(23)

kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menarik bagi siswa. Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran secara tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa serta mempermudah guru dalam menyampaikan materi kepada siswanya.

Pendekatan kontekstual merupakan alternatif perbaikan yang tepat. Hal ini didukung oleh Trianto (2010: 109) bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Depdiknas (dalam Supinah, 2008: 9) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan dengan produktif dan bermakna bagi siswa adalah pembelajaran kontekstual. Selaras dengan pendapat tersebut, Komalasari (2010: 7) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat”.


(24)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Guru kurang berupaya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran baik ketika penanaman konsep maupun penugasan.

2. Penugasan hanya menggunakan sumber buku pegangan siswa tanpa menggunakan buku lainnya yang relevan sehingga siswa hanya sebatas buku pegangan siswa.

3. Guru mengarahkan siswa untuk memahami sesuatu yang abstrak tanpa proses yang real dan berkaitan dengan konteks dunia nyata.

4. Guru masih memberikan materi ajar yang terpaku pada buku pelajaran, sehingga penerapan proses konstruktivis belum optimal.

5. Sebagian besar siswa cenderung pasif untuk bertanya dan mengajukan pendapat, sehingga proses pembelajaran menjadi kurang komunikatif. 6. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat, hanya

10 siswa (37,04%) dari 27 siswa yang mencapai KKM yaitu ≥66.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Apakah penerapan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat?


(25)

2. Apakah penerapan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitan tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat melalui pendekatan kontekstual.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat melalui pendekatan kontekstual.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Siswa

Melalui penerapan pendekatan kontekstual, diharapkan siswa dapat memperoleh pembelajaran bermakna yang berkaitan dengan situasi dunia nyata, dan mampu mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan pengalaman belajar yang dialami, dan meningkatkan hasil belajar siswa.


(26)

2. Guru

Melalui penerapan pendekatan kontekstual, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam melakukan inovasi pembelajaran dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, sehingga dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman melaksanakan pembelajaran didalam kelasnya.

3. Sekolah

Melalui penerapan pendekatan kontekstual, dapat sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan diharapkan sekolah akan lebih meningkatkan mutu pendidikan, berupaya untuk beradaptasi, dan selektif terhadap perubahan serta pembaharuan dalam dunia pendidikan.

4. Peneliti

Penelitian ini dapat memotivasi peneliti untuk terus belajar, dan menggali pengetahuan mengenai perkembangan dalam dunia pendidikan yang dinamis, guna menambah wawasan dan pengalaman kontekstual. Sehingga, diharapkan memiliki kredibilitas tinggi dalam dunia pendidikan.

5. Keilmuan Ke-PGSD-an

Penelitian ini dapat dijadikan referensi pendekatan pembelajaran yang bisa diterapkan dalam kelas sehingga meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di biang ke-SD-an.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar bukanlah istilah baru, pengertian belajar terkadang diartikan secara common sense atau pendapat umum saja. Komalasari (2010: 2) bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.

Meyer (dalam Suwarjo, 2008: 35) menjelaskan belajar adalah mengonstruksi perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Adanya pengetahuan yang dikonstruksikan, secara garis besar tingkah laku seseorang akan berubah karena latihan dan pengalaman yang telah diperolehnya. Hakim (2009: 27) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Sejalan dengan hal tersebut Sutikno (2014: 180) mengemukakan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang


(28)

untuk perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh perubahan perilaku yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2. Pengertian Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa. Ada beberapa teori belajar yang melandasi pembelajaran melalui pendekatan kontekstual yaitu teori belajar konstruktivisme, teori belajar perkembangan kognitif, teori penemuan, dan teori pembelajaran perilaku.

Trianto (2013: 28-39) berpendapat bahwa salah satu teori yang melandasi pembelajaran melalui pendekatan kontekstual adalah teori konstruktivisme. Hanafiah (2010: 62) menyatakan bahwa teori konstruktivisme pada dasarnya dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran.

Trianto (2013: 28) menjelaskan teori konstruktivisme memiliki satu prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.


(29)

Winataputra, dkk (2007: 6.7) menyatakan bahwa perspektif konstruktivisme pada pembelajaran di kelas dilihat sebagai proses „konstruksi‟ pengetahuan oleh siswa. Perspektif ini mengharuskan siswa bersikap aktif. Dalam proses ini siswa mengembangkan gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis dan pemikiran ulang terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa lalu dan masa kini.

Piaget (dalam Rusman, 2014: 202) mengemukakan bahwa belajar merupakan sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Dengan menyusun pengetahuan siswa di dalam pikirannya, ini sesuai dengan karateristik teori konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme merupakan teori yang tepat untuk melandasi penelitian ini. Prinsip belajar operatif, kolaboratif, dan autentik terdapat dalam penerapan pendekatan kontekstual. Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, menekankan pada belajar autentik, dan proses sosial. Belajar operatif merupakan prinsip belajar yang tidak hanya menekankan pada pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang apa), namun pengetahuan struktural (pengetahuan tentang mengapa), serta pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana).

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual yaitu teori konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme menekankan bahwa dalam belajar siswa dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator. Di samping itu, guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa melainkan juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya.


(30)

3. Pengertian Aktivitas Belajar

Hidup manusia dari bayi sampai dewasa selalu mengalami berbagai perubahan, untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam hidupnya manusia selalu berusaha untuk belajar dalam mempertahankan hidupnya. Setiap manusia akan belajar, namun kondisi-kondisi belajar dapat diatur untuk mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang, mempertinggi kemampuannya atau mengubah kelakuannya. Aktivitas siswa bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Sardiman (2009: 100) berpendapat bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Poerwanti (2008: 7.4) menyatakan bahwa selama proses belajar berlangsung dapat terlihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, seperti aktif bekerjasama dalam kelompok, memiliki keberanian untuk bertanya, atau mengungkapkan pendapat. Kunandar (2013: 277) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran, guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh rangkaian kegiatan secara sadar yang dilakukan siswa, untuk memperoleh berbagai konsep sebagai hasil belajar siswa, baik secara fisik maupun mental. Adapun indikator aktivitas yang ingin dikembangkan dalam penelitian ini adalah (1) siswa memperhatikan penjelasan guru atau teman, (2) mengemukakan pendapat berdasarkan


(31)

pengetahuan yang dimiliki dan dikaitkan dengan situasi dunia nyata, (3) mengajukan pertanyaan kepada teman atau guru untuk memperoleh konsep pengetahuan yang dibutuhkan, (4) berdiskusi kelompok untuk memperoleh berbagai pendapat teman dalam menyelesaikan soal, (5) menanggapi pendapat yang dikemukakan oleh kelompok lain, (6) menyampaikan hasil diskusi berdasarkan konstruksi berpikir dalam kelompok, (7) menyimpulkan hasil pembelajaran melalui diskusi aktif antara guru dan siswa, dan (8) merefleksikan pembelajaran yang dilakukan melalui proses komunikatif.

4. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar, dengan hasil belajar tujuan pendidikan dan pembelajaran yang diinginkan dapat diukur apakah sudah tercapai atau belum. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan. Sapriya, dkk. (2006: 7) mengemukakan bahwa faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa.

Suprijono (2011: 7) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif, sehingga hasil belajar meliputi berbagai aspek perkembangan.


(32)

Lebih lanjut Gagne (dalam Suprijono, 2011: 5), menyebutkan bahwa hasil belajar berupa:

a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempretasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c) Strategi kognitif yaitu kemampuan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran secara keseluruhan. Perubahan ini tidak dilihat secara parsial, melainkan terhubung secara komprehensif sehingga hasil belajar meliputi berbagai aspek perkembangan.

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Mata pelajaran di sekolah dasar terdiri dari beberapa mata pelajaran pokok, salah satunya yaitu mata pelajaran IPS. Sapriya, dkk. (2006: 3) menjelaskan IPS merupakan perpaduan dari pilihan konsep ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan


(33)

sebagainya yang diperuntukkan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan.

Rosdijati, dkk. (2010: 58) menyatakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Sapriya, dkk. (2006: 7) mengemukakan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lain yang dipadukan dalam suatu program pendidikan yang ditujukan pada jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Setiap pembelajaran memiliki tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran, dengan adanya tujuan pembelajaran dapat dijadikan sebagai arah untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut.

a. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.


(34)

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial).

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, global.

Supriatna, dkk. (2007: 5) menjelaskan tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Solihatin & Raharjo (2007: 14) mengemukakan bahwa pembelajaran IPS bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS bertujuan untuk mendidik dan membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan diri yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupannya, dalam pembelajaran IPS diharapkan guru dapat mendidik dan memberi bekal kepada siswa dengan pengetahuan dan keterampilan agar dapat bermanfaat bagi kehidupannya.


(35)

C. Pendekatan Kontekstual

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran kontekstual diartikan sebagai pembelajaran yang berhubungan dengan konteks tertentu. Secara harfiah, kontekstual berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana, dan keadaan

konteks”. Komalasari (2010: 7) menyatakan bahwa pendekatan

pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Johnson (dalam Suwarjo, 2008: 22) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu sistem pengajaran yang didasarkan pada sebuah pernyataan bahwa makna muncul atau dibangun atas dasar hubungan antara isi dan konteks.

Sanjaya (2014: 109) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh, untuk dapat memahami materi yang dipelajari, dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Muchith (2008: 86), bahwa pendekatan kontekstual merupakan pembelajaran yang bermakna dan menganggap tujuan pembelajaran adalah situasi yang ada dalam konteks tersebut, konteks itu membantu siswa dalam belajar bermakna dan


(36)

juga untuk menyatakan hal-hal yang abstrak. Suprijono (2009: 79), pendekatan pembelajaran kontekstual atau Contexstual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu siswa memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari, dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Sehingga, proses belajar tidak hanya berpengaruh pada hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran, namun memberikan kebermaknaan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat dalam konteks dunia nyata siswa.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan pendekatan dengan konsep belajar mengajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi dunia nyata siswa, konteks itu membantu siswa dalam belajar bermakna dan juga untuk menyatakan hal-hal yang abstrak, dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan nyata siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat, secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah senantiasa bersentuhan dengan


(37)

situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungannya (keluarga dan masyarakat).

2. Karakteristik Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas, yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lainnya. Delapan karakteristik pendekatan kontekstual menurut Johonson (2007: 15), yaitu:

a. Making meaningful connections (membuat hubungan penuh makna)

b. Doing significant work (melakukan kerja signifikan) c. Self-regulated learning (belajar mengatur sendiri) d. Collaborating (kerjasama)

e. Critical and creative thinking (berpikir kritis dan kreatif) f. Nurturing the individual (memelihara pribadi)

g. Reaching high standard (mencapai standar yang tinggi) h. Using authentic assessment (penggunaan penilaian autentik).

Sounders (dalam Komalasari, 2010: 8) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan pada REACT (Relating: belajar dalam konteks pengalaman hidup; Experiencing: belajar dalam konteks pencarian dan penemuan; Applying: belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks penggunaannya; Cooperating: belajar melalui konteks komunikasi interpersonal dan saling berbagi; Transfering: belajar penggunaan pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi baru). Trianto (2010: 101) menambahkan bahwa karaketristik pendekatan kontekstual, yaitu (1) kerjasama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan, mengasyikkan; (4) tidak membosankan (joyfull, comfortable); (5) belajar


(38)

dengan bergairah; (6) pembelajaran terintegrasi; dan (7) menggunakan berbagai sumber siswa aktif.

Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Komalasari (2010: 13) bahwa karakteristik pembelajaran kontekstual meliputi pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan (relating), konsep pengalaman langsung (experiencing), konsep aplikasi (applying), konsep kerjasama (cooperating), konsep pengaturan diri (self-regulating), dan konsep penilaian autentik (authentic assessment).

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual memiliki ciri khusus, yakni pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi kehidupan nyata, mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dengan melakukan eksplorasi terhadap konsep dan informasi yang dipelajari, serta adanya penerapan penilaian autentik untuk menilai pembelajaran secara holistik.

3. Komponen-komponen Pendekatan Kontekstual

Menurut Trianto (2013: 111) menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yakni:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan filosofis pendekatan pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit melalui sebuah proses. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengonstruksi pengetahuan itu dan


(39)

memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut pandangan konstruktivisme, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara: (a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apa bila selalu diuji dengan pengalaman baru.

b. Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya adalah cerminan dalam kondisi berpikir. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya dimaksudkan untuk menggali informasi, mengkomunikasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya adalah proses


(40)

dinamis, aktif, dan produktif serta merupakan fondasi dari interaksi belajar mengajar.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual di dalam kelas, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya.

e. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk dengan memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahui.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan ketika pembelajaran. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru dipelajari. Nilai hakiki dari komponen ini adalah semangat instropeksi untuk perbaikan pada kegiatan pembelajaran berikutnya.


(41)

g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran.

Depdiknas (2003: 4-8) mengemukakan bahwa pendekatan pengajaran kontekstual harus menekankan pada hal-hal sebagai berikut: 1) belajar berbasis masalah (problem-based learning), 2) pengajaran autentik (authentic instruction), 3) belajar berbasis inkuiri (inquiry-based learning), 4) belajar berbasis proyek (project-based learning), 5) belajar berbasis kerja (work-based learning), 6) belajar jasa layanan (service learning), 7) belajar kooperatif (cooperative learning).

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran memiliki komponen yang komprehensif. Komponen-komponen tersebut mencakup proses konstruktivis, melakukan proses berpikir secara sistematis melalui inkuiri, kegiatan bertanya antara siswa dengan guru maupun sesama siswa, membentuk kerjasama antarsiswa melalui diskusi, adanya peran model untuk membantu proses pembelajaran, melibatkan siswa dalam melakukan refleksi pembelajaran, serta penilaian sebenarnya yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung sampai diperoleh hasil belajar.


(42)

4. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual

Setiap pendekatan, model atau teknik pembelajaran memiliki prosedur pelaksanaan yang terstruktur sesuai dengan karakteristiknya. Begitupun dengan pendekatan kontekstual berikut ini langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Trianto (2013: 111), yaitu:

a. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan bertanya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar.

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) dengan berbagai cara.

Pendapat selaras dikemukakan oleh Mulyasa (2013: 111), bahwa terdapat tujuh elemen yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendekatan kontekstual, yakni:

a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.

b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).

c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: menyusun konsep sementara

d. Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain

e. Merevisi dan mengembangkan konsep.

f. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajari.

g. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam penerapan pendekatan kontekstual, diawali dengan pengontruksian pengetahuan yang dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari, dan


(43)

dikaitkan dengan konteks dunia nyata. Mengembangkan pengetahuan awal siswa dengan bertanya. Adanya model sebagai alat bantu penyampaian materi. Dilanjutkan dengan proses inkuiri melalui kegiatan diskusi antara siswa dengan guru, maupun sesama siswa. Hasil dari proses ini dipresentasikan melalui diskusi kelas dan diakhiri dengan refleksi berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual a) Kelebihan Pendekatan Kontekstual

Setiap pendekatan pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun, kelebihan dan kekurangannya tersebut hendaknya menjadi referensi untuk penekanan-penekanan terhadap hal yang positif dan meminimalisir kelemahan-kelemahannya dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Trianto (2010: 111) mendefinisikan bahwa kelebihan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut.

1) Menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

2) Dalam pembelajaran kontekstual siswa belajar dalam kelompok, kerjasama, diskusi, saling menerima dan memberi. 3) Berkaitan secara riil dengan dunia nyata.

4) Kemampuan berdasarkan pengalaman.

5) Dalam pembelajaran kontekstual perilaku dibangun atas kesadaran sendiri.

6) Pengetahuan siswa selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.

7) Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan kebutuhan.

8) Pembelajaran kontekstual dapat diukur melalui beberapa cara, misalnya evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, observasi, rekaman, wawancara, dan lain-lain.


(44)

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan pendekatan kontekstual adalah siswa dapat menjadi aktif dan berpikir kritis secara riil dalam menganalisis suatu masalah dari pengalaman yang dialaminya.

b) Kekurangan Pendekatan Kontekstual

Selain keunggulan seperti yang telah disebutkan di atas, pembelajaran kontekstual juga memiliki kelemahan. Trianto (2010 : 114) mengemukakan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam konteks pembelajaran, kemudian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual juga membutuhkan waktu yang lama.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekurangan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang kompleks dan dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengumpulkan informasi dalam konteks pembelajaran.

D. Kinerja Guru Profesional 1. Pengertian Kinerja Guru

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi guru yang profesional, guru harus dapat mengaktualisasikan dirinya. Hal ini berguna untuk menunjang kinerjanya. Rusman (2014: 50) bahwa kinerja adalah performance atau unjuk kerja yang dapat diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau


(45)

hasil unjuk kerja. Sanjaya (2014: 15) kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia.

Rusman (2014: 51) mengemukakan bahwa kinerja merupakan suatu wujud perilaku seorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan menilai hasil belajar.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru profesional merupakan wujud perilaku guru dalam mengemban tugas yang berkaitan dengan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja secara profesional.

2. Kompetensi Profesional Guru

Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan dan penerapan kompetensinya. Menurut Johnson (dalam Sanjaya, 2014: 17) menjelaskan kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sebagai suatu profesi terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2009 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, terdapat empat standar kompetensi yang dikembangkan, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial dan (4) kompetensi profesional.


(46)

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru diantaranya kompetensi pedagogik. Sanjaya (2014: 19) bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa. Sedangkan Rusman (2014: 54) berpendapat bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi siswa untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan guru juga harus mampu melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Rusman (2014: 55) bahwa terdapat kriteria kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru, yaitu:

1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual. 2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik.

3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

8) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi peserta didik melalui pengelolaan dan proses pembelajaran di kelas. 9) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.


(47)

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru merupakan merupakan kompetensi kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi siswa melalui pengelolaan dan proses pembelajaran di kelas.

b. Kompetensi Kepribadian

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Sanjaya (2014: 18) bahwa kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru berhubungan dengan pengembangan kepribadian. Hal ini berkaitan dengan peran guru sebagai model atau panutan yang harus digugu dan ditiru. Rusman (2014: 56) menjelaskan bahwa terdapat kriteria kompetensi kepribadian yang dimiliki guru, yaitu:

1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,

dewasa arif, dan berwibawa.

4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru merupakan kompetensi pengembangan kepribadian yang berkaitan dengan kepribadian guru yang akan selalu ditiru oleh siswa.

c. Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat merupakan panutan dan suri teladan yang patut dicontoh. Sanjaya (2014: 20) bahwa kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat


(48)

dan sebagai makhluk sosial. Rusman (2014: 58) menjelaskan bahwa terdapat kriteria yang dimiliki guru dalam kompetensi sosial, yaitu:

1) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif kerena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi.

2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

3) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan lingkungan sosial.

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran. Sanjaya (2014: 22) bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan yang berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Rusman (2014: 59) berpendapat bahwa terdapat kriteria yang dimiliki guru dalam kompetensi profesional yaitu:

1) Menguasi materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

3) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

5) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam hal penyelesaian


(49)

tugas-tugas keguruan, baik dalam proses pembelajaran maupun administrasi yang berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas dalam penelitia ini sebagai berikut.

1. Komalasari (2009) dalam disertasinya membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kompetensi siswa SMP di Jawa Barat pada mata pelajaran PKn.

2. Astuti (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 2 Purwodadi Tahun Pelajaran 2011/2012”, membuktikan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika.

3. Septiyani (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Pendekatan

Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas VA SDN 8 Metro Barat”, membuktikan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

4. Hesti (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IVA SD Negeri 05 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”, membuktikan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam Pembelajaran Tematik.


(50)

Keempat penelitian diatas relevan dengan penelitian yang peneliti laksanakan dalam hal pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu, pendekatan kontekstual.

F. Kerangka Pikir

Pengamatan, wawancara dan penelusuran dokumen yang dilakukan peneliti menghasilkan data fakta yang mendasari dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, peneliti melakukan identifikasi masalah untuk menemukan alternatif perbaikan yang dapat dilakukan dengan cara menerapkan pendekatan kontekstual. Sehingga, upaya perbaikan yang dilakukan dapat mengubah kondisi pembelajaran lebih baik dari sebelum dilakukan perbaikan. Adapun kerangka pikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

INPUT PROSES OUTPUT

Gambar 2.1 Kerangka pikir penelitian Rendahnya

aktivitas dan hasil belajar

Pendekatan kontekstual

Aktivitas dan hasil belajar memenuhi

indikator

Konstruktivis dan mengamati Inkuiri dan menalar

Bertanya

Diskusi dan membentuk jaringan Perodelan dan mencoba

Refleksi Penilaian autentik


(51)

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti, diperoleh data bahwa aktivitas dan hasil belajar masih rendah. Hal ini disebabkan karena guru kurang berupaya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, baik ketika penanaman konsep maupun penugasan. Penugasan hanya menggunakan sumber buku pegangan siswa tanpa menggunakan buku lainnya yang relevan sehingga siswa hanya sebatas buku pegangan siswa. Guru masih mengutamakan pemberian materi ajar yang mengarahkan siswa untuk memahami sesuatu yang abstrak tanpa proses yang real dan berkaitan dengan konteks dunia nyata, sehingga dalam pelaksanaannya siswa hanya belajar secara terstruktur sesuai dengan prosedur yang tertulis dalam buku pelajaran. Hal ini disebabkan karena cara penyampaian materi ajar oleh guru masih terpaku pada buku pelajaran yang digunakan, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan belum menampakkan adanya proses konstruktivis yang optimal dan bermakna bagi siswa. Hasil pengamatan menunjukan bahwa sebagian besar siswa cenderung pasif untuk bertanya dan mengajukan pendapat, sehingga proses pembelajaran menjadi kurang komunikatif.

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diduga ada keterkaitan antara aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS. Siswa yang belum tuntas memiliki aktivitas yang rendah sedangkan siswa yang tuntas memiliki aktivitas yang tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran. Wawancara yang telah peneliti lakukan dengan wali kelas serta penelusuran dokumen hasil belajar siswa diketahui terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran diantaranya adalah hasil belajar siswanya masih tergolong


(52)

rendah hal ini terbukti siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat, hanya 10 siswa (37,04%) dari 27 siswa yang ada di kelas IV yang mencapai KKM ≥66.

Pendekatan kontekstual merupakan salah satu alternatif pendekatan dengan konsep belajar mengajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata. Hasil yang diharapkan melalui penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran adalah meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah “Apabila dalam pembelajaran menerapkan pendekatan kontekstual sesuai konsep dan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat”.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau lazim dikenal dengan classroom action research prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Menurut Arikunto (2013: 16) setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).

1. Perencanaan (plan) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 2. Pelaksanaan (act) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti

sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Pengamatan (observe) adalah pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflect) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya.

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dimana siklus ini berlangsung dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan kontekstual. Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.


(54)

Gambar 3.1 Alur siklus penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2013: 137)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 5 bulan.

Siklus II Perencanaan I

Pelaksanaan I Siklus I

Pengamatan I Refleksi I

Perencanaan II

Pengamatan II

Pelaksanaan II Refleksi II


(55)

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipatif antara peneliti dan guru kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat. Guru kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat bertugas sebagai observer sedangkan peneliti berperan sebagai guru. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas IV dan 1 orang guru. Jumlah siswa sebanyak 27 siswa, dengan rincian 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu nontes dan tes.

a. Teknik nontes (Observasi)

Observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif, namun dapat diwujudkan dalam bentuk kuantitatif. Variabel yang diukur dengan menggunakan teknik nontes ini yaitu, kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual.

b. Teknik tes

Teknik tes ini untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif. Teknik tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa melalui tes formatif.


(56)

2. Alat Pengumpul Data

a. Lembar panduan observasi

Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran sedang berlangsung. Setiap data yang diamati selama berlangsungnya proses pembelajaran dicatat dalam lembar observasi yang telah disediakan.

b. Soal tes hasil belajar

Soal tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data berupa nilai-nilai siswa guna mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa, soal tes ini diberikan kepada siswa di akhir setiap siklus. Untuk mengetahui validitas tes, peneliti membuat kisi-kisi soal sebagai pedoman dalam membuat soal tanpa melakukan uji soal sebelum pelaksanaan tes.

E. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Teknik analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk menganalisis data penilaian aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

a. Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran


(57)

Keterangan:

NK = Nilai kerja

TS = Total skor yang diperoleh

SM = Total skor maksimum ideal dari aspek yang diamati (Sumber: Aqib, 2009: 39)

Tabel 3.1 Pedoman penskoran kinerja guru No Skor Kategori Indikator

1 5 Sangat baik

Dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik, guru melakukannya dengan sempurna dan tanpa kesalahan

2 4 Baik Dilaksanakan oleh guru dengan baik, guru melakukan dengan dua kesalahan 3 3 Cukup

baik

Dilaksanakan oleh guru dengan cukup baik, guru melakukan dengan tiga kesalahan

4 2 Kurang Baik

Dilaksanakan oleh guru dengan kurang baik, guru melakukan lebih dari lima kesalahan

5 1 Sangat kurang

Dilaksanakan tidak dilaksanakan oleh guru

(Sumber: Poerwanti, 2008: 7.8)

Table 3.2 Kriteria penilaian kinerja guru secara klasikal dalam pembelajaran

No Sekor Tingkat

keberhasilan

Kategori

1 5 ≥80% Sangat Baik

2 4 60-79% Baik

3 3 40-59% Cukup Baik

4 2 20-39% Kurang Baik

5 1 <20% Sangat Kurang


(58)

b. Menghitung nilai tingkat pencapaian aktivitas siswa dapat diperoleh dengan rumus:

N =

× 100

Keterangan:

N = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor yang diperoleh siswa

SM = Skor Maksimal ideal yang diamati 100 = Bilangan Tetap

(Sumber: Purwanto 2012: 102)

Tabel 3.3 Instrumen aktivitas belajar siswa

No Kriteria Indikator

1 A Memperhatikan penjelasan guru atau teman 2 B Mengemukakan pendapat berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki dan dikaitkan dengan situasi dunia nyata

3 C Mengajukan pertanyaan kepada guru atau teman untuk memperoleh konsep pengetahuan yang dibutuhkan

4 D Berdiskusi kelompok untuk memperoleh berbagai pendapat teman dalam menyelesaikan soal

5 E Menanggapi pendapat yang dikemukakan oleh kelompok lain

6 F Menyampaikan hasil diskusi berdasarkan hasil konstruksi berpikir dalam kelompok

7 G Menyimpulkan hasil pembelajaran melalui diskusi aktif antara guru dan siswa

8 H Merefleksikan pembelajaran yang dilakukan melalui proses komunikatif


(59)

Tabel 3.4 Rubrik aktivitas belajar siswa

No Skor Kategori Rubrik

1

5 Sangat aktif

Dilaksanakan dengan sangat baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan sempurna, dan siswa terlihat sangat aktif.

2

4 Aktif

Dilaksanakan dengan baik oleh siswa, siswa melakukannya tanpa kesalahan, dan siswa terlihat aktif.

3

3 Cukup aktif

Dilaksanakan dengan cukup baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan sedikit kesalahan, dan siswa terlihat cukup aktif.

4

2 Kurang aktif

Dilaksanakan dengan kurang baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan banyak kesalahan, dan siswa terlihat kurang aktif.

5 1 Pasif Tidak dilaksanakan oleh siswa. (Sumber: Kunandar, 2013: 227)

Sedangkan untuk menghitung persentase siswa aktif secara klasikal menggunakan rumus:

= × % (Sumber: Aqib, dkk, 2009: 41)

Tabel 3.5 Persentase ketuntasan aktivitas belajar siswa secara klasikal dalam pembelajaran

No Skor Tingkat keberhasilan Kategori

1 5 ≥80% Sangat Aktif

2 4 60-79% Aktif

3 3 40-59% Cukup Aktif

4 2 20-39% Kurang Aktif

5 1 <20% Pasif


(60)

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan oleh guru. Menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual menggukan rumus:

N =

× 100

Keterangan:

N = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimal ideal yang diamati 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto 2012: 112)

Tabel 3.6 Ketuntasan hasil belajar

No Skor Keterangan

1 <66 Belum tuntas

2 ≥66 Tuntas

Sedangkan untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa digunakan rumus:

Keterangan:

X = Rata-rata hitung N = Banyaknya siswa Xi = Nilai siswa

(Sumber: Muncarno, 2010: 15). X = X N


(61)

Untuk menghitung persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut.

(Sumber: Aqib, dkk, 2009: 136)

Tabel 3.7 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa

No Presentase Kriteria

1 >80% Sangat tinggi

2 60-79% Tinggi

3 40-59% Sedang

4 20-39% Rendah

5 < 20% Sangat Rendah

(Sumber: Aqib, dkk 2009: 137)

F. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus penelitian terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

1. Siklus I

Pada siklus pertama dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

a. Tahap Perencanaan (Planning)

1. Bersama guru menetapkan materi pembelajaran yaitu, “Koperasi dan Kesejahteraan Rakyat”.


(1)

Dengan demikian, penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV SDN 7 Metro Barat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan tersebut, peneliti memberikan saran dalam memperbaiki aktivitas dan hasil belajar IPS melalui pendekatan kontekstual, antara lain:

1. Bagi siswa

Diharapkan dapat selalu aktif dan termotivasi serta memiliki antusias menunjukkan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang baik. Siswa harus mempersiapkan bahan materi terlebih dahulu sebelum materi disampaikan oleh guru. Proses mengonstruksi dan menemukan konsep materi, hendaknya melibatkan pengetahuan dan pengalaman kontekstual siswa. Pengetahuan yang dibangun hendaknya diperluas dengan berbagai pengetahuan dari berbagai sumber belajar dan pengalaman, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat memberikan kebermanfaatan secara kontekstual. Selain itu, siswa harus berani berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi, sebab diskusi dapat membantu siswa lebih memahami konsep.

2. Bagi guru

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, sebagai pelaksana pembelajaran melalui penerapan pendekatan kontekstual.


(2)

Secara umum, hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain kelengkapan perangkat pembelajaran (pemetaan kompetensi, silabus, RPP, kisi-kisi soal, dan soal tes), penunjang pelaksanaan pembelajaran (LKS, bahan ajar, dan media), dan pemberian tindak lanjut baik pengulangan terhadap materi yang telah dipelajari, maupun dasar-dasar untuk materi selanjutnya. Selain itu, pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran, hendaknya perlu dioptimalkan oleh guru.

Secara khusus, dalam penerapan pendekatan kontekstual perlu diperhatikan beberapa hal, diantaranya yaitu pemilihan masalah kontekstual, perlunya bimbingan bagi siswa untuk mengonstruksi dan menemukan pengetahuannya sendiri, melakukan pemodelan yang melibatkan siswa secara langsung, mengoptimalkan kegiatan diskusi sebagai bentuk kerjasama memecahkan masalah kontekstual, melakukan refleksi di setiap akhir kegiatan pembelajaran, serta penerapan penilaian autentik dalam kegiatan pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Dinamisasi dunia pendidikan menuntut adanya inovasi, salah satunya adalah inovasi pembelajaran. Bentuk inovasi pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti penggunaan media dan LKS dalam pembelajaran, serta implementasi pendekatan, strategi, atau model pembelajaran. Secara khusus, hendaknya sekolah mendukung dan memfasilitasi penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar tidak hanya berfokus pada apa yang


(3)

harus diperoleh siswa, melainkan bagaimana memberikan pengetahuan dan pengalaman bermakna bagi siswa.

4. Bagi peneliti

Berdasarkan hasil penelitian, penulis merekomendasikan bagi peneliti lain untuk dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran dengan materi yang berbeda. Selain itu, pendekatan kontekstual dapat diterapkan melalui kolaborasi dengan pendekatan, strategi, dan model pembelajaran yang lain, sesuai dengan kebutuhan siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitan Tindakan Kelas: Suatu

Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Astuti, Novita Dwi. 2012. Penggunaan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 2 Purwodadi Tahun Pelajaran 2011/2012 (skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tintakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. PT Yrama Widya. Bandung.

BSNP. 2010. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.

. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 mengenai Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Kemendikbud. Jakarta.

____________. 2009. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Depdiknas. Jakarta.

. 2011. Sosialisasi KTSP Pengajaran dan Pembelajaran

Kontekstual. Depdiknas. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning

(CTL). Ditjen Dikdasmen. Jakarta.

____________. 2006. Pembelajaran Tematik. Ditjen Dikdasmen. Jakarta.

Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. PT Wacana Prima. Bandung.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.


(5)

Hesti, Rimba Hardianto. 2014. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IVA SD Negeri 05 Metro Timur Tahun

Pelajaran 2013/2014 (skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching and Learning. Mizan Learning Center. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013). Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muchith, MS. 2008. Pembelajaran Kontekstual. PT Media Group. Semarang. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Muncarno. 2010. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD. Metro.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rosdijati, Nana, dkk. 2010. Panduan PAKEM IPS SD. PT Gelora Aksara

Pratama. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2014. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Prenada Media Group. Jakarta.

____________. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses

Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Septiyani, Rizky. 2014. Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas VA SDN


(6)

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning. PT Bumi Aksara. Jakarta. Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Supinah, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan

Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Depdiknas. Yogyakarta.

Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. ____________. 2011. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM).

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suwarjo. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Sebuah Inovasi Pembelajaran

Pemahaman Apresiasi Prosa Fiksi di Sekolah Dasar. Surya Pena Gemilang:

Malang.

____________. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi.

Kajian Konsep: Teori dan Strategi Pengembangannya. Surya Pena

Gemilang: Malang.

Suryosubroto, A. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka cipta. Jakarta.

Sutikno, Sobry. 2014. Metode dan Model-model Pembelajaran. Holistica. Lombok.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Winataputra, Udin S. 2008. Materi Pokok Teori Belajar dan Pembelajaran.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KAMPUNG KOTAAGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 34

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN 1 METRO BARAT

0 8 90

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN 1 METRO BARAT

0 13 90

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASI BELAJAR SISWA KELAS II A SD NEGERI 7 METRO PUSAT

0 7 76

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

0 10 68

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Krajan Jatinom Kabupaten Klaten Tahun 2013/

0 3 14

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI BIMBINGAN BELAJAR KELOMPOK PADA SISWA KELAS MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI BIMBINGAN BELAJAR KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 JATIHARJO KECAMATAN JATIPURO KAB

0 0 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL KELAS IV Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Kontekstual Kelas Iv Sd Negeri Bantengurip Tahun 2012/2013.

0 1 17

PENDAHULUAN Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Kontekstual Kelas Iv Sd Negeri Bantengurip Tahun 2012/2013.

0 0 7

SD NEGERI BANTENGURIP TAHUN 2012/2013 Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pendekatan Kontekstual Kelas Iv Sd Negeri Bantengurip Tahun 2012/2013.

0 2 17