PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI

MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

Oleh

IKKE MAY JAYANTI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam yakni 17 siswa 58,62% dari 29 siswa di kelas yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar berdasarkan KKM yang telah ditentukan yaitu 75. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe scramble

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri-dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan lembar observasi dan soal-soal tes. Data yang terkumpul kemudian di analisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru menunjukan hubungan yang sangat signifikan terhadap kedua variabel tersebut yaitu adanya peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, dengan perolehan nilai rata siklus I adalah 71,72 dengan kriteria baik dan perolehan nilai rata-rata siklus II adalah 89,99 dengan kriteria sangat baik. Persentase nilai rata-rata-rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 65,37% dengan kriteria aktif, pada siklus II sebesar 80,33% dengan kriteria sangat aktif. Persentase peningkatan yang terjadi dari siklus I sampai siklus II sebesar 14,96%, sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 74,72 dengan persentase 21 siswa tuntas sebesar 72,41% memproleh kriteria tinggi dan 8 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 27,59%. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 81,86 dengan persentase 26 siswa tuntas 89,65% dengan kriteria sangat tinggi dan 3 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 10,34%. Peningkatan persentase ketuntasan klasikal siklus I menuju siklus II sebesar 17,24%.


(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI

MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

Oleh

IKKE MAY JAYANTI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI

MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

(Skripsi)

Oleh

IKKE MAY JAYANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1 Kerangka pikir penelitian ... 30 2 Alur siklus penelitian tindakan kelas ... 32 3 Grafik nilai kinerja guru siklus I dalam menerapakan model

cooperatve learning tipe scramble ... 54 4 Grafik persentase aktivitas siswa aktif secara klasikal siklus I ... 56 5 Grafik persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal siklus I ... 58 6 Grafik nilai kinerja guru siklus II dalam menerapkan model

cooperatve learning tipe scramble ... 73 7 Grafik persentase aktivitas siswa aktif secra klasikal siklus II

... 75 8 Grafik persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal siklus II ... 78


(5)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Belajar ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Hasil Belajar………. 12

3. Pengertian Aktivitas Belajar ... 13

B. Model Cooperative Learning ... 14

1. Pengertian Model Cooperative Learning ... 14

2. Karakteristik Model Cooperative Learning ... 15

3. Tujuan Model Cooperative Learning ... 16

4. Macam-Macam Model Cooperative Learning ... 17

C.Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 18

1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 18

2. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe Scramble………. 19

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 21

D.Ilmu Pengetahuan Alam ... 22

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 22

2. Tujuan Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar ... 23

E. Kinerja Guru ... 24

F. Kerangka Pikir ... 29


(6)

xiv BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian ... 31

B.Setting Penelitian ... 32

C.Subjek Penelitian ... 33

D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 33

E. Teknik Analisis Data ... 35

F. Prosedur Penelitian ... 38

G.Indikator Keberhasilan ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Sekolah ... 44

B.Deskripsi Awal ... 46

C.Hasil Penelitian ... 47

1. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 47

2. Hasil Penelitian Siklus 1 ... 48

3. Hasil Penelitian siklus II ... 68

D.Pembahasan Hasil Penelitian dalam Proses Pembelajaran ... 83

1. Kinerja Guru... 83

2. Aktivitas Siswa ... 84

3. Hasil Belajar ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 88

B.Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(7)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman SURAT

1 Surat izin penelitian pendahuluan dari UNILA ... 97

2 Surat izin penelitian dari UNILA ... 98

3 Surat keterangan dari UNILA ... 99

4 Surat izin penelitian pendahuluan dari SD 100

5 Surat pernyataan dari SD ... 101

6 Surat keterangan penelitian dari SD ... 102

PERANGKAT PEMBELAJARAN 1 Pemetaan ... 104

2 Silabus ... 109

3 Rencana perbaikan pembelajaran siklus I ... 116

4 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus I... 126

5 Lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus I ... 127

6 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus I... 129

7 Lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus I ... 130

8 Kisi-kisi soal formatif 1 ... 132

9 Kunci jawaban tes formatif 1 ... 133

10 Hasil tes formatif siswa dengan nilai terendah siklus I ... 134

11 Hasil tes formatif siswa dengan nilai tertinggi siklus I ... 137

12 Pemetaan ... 140

13 Silabus ... 146

14 Rencana perbaikan pembelajaran siklus II ... 156

15 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus II ... 165

16 Lembar kerja siswa pertemuan 1 siklus II... 166

17 Lembar kunci jawaban lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus II ... 168

18 Lembar kerja siswa pertemuan 2 siklus II... 169

19 Kisi-kisi soal tes formatif 2 ... 171

20 Kunci jawaban tes formatif 2 ... 172

21 Hasil tes formatif siswa dengan nilai terendah siklus II ... 173

22 Hasil tes formatif siswa dengan nilai tertinggi siklus II ... 176

PENILAIAN 01 Lembar observasi kinerja guru siklus I/I ... 181


(8)

xviii

03 Lembar Rekalpitulasi observasi kinerja guru siklus I ... 185

04 Lembar observasi kinerja guru siklus II/I ... 187

05 Lembar observasi kinerja guru siklus II/II ... 189

06 Lembar Rekalpitulasi observasi kinerja guru siklus II ... 191

07 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus I/I ... 194

08 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus I/II ... 196

09 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus II/I ... 198

10 Lembar panduan observasi aktivitas belajar siswa siklus II/II... 200

11 Tes hasil belajar kognitif siswa ... 203


(9)

xv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 Persentase hasil ulangan mid semester ganjil siswa kelas IV SD

Negeri 5 Metro Pusat mata pelajaran Ilmu Penegetahuan Alam

Tahun Pelajaran 2014/2015 ... . 5

2 Aspek penilaian aktivitas belajar siswa ... 34

3 Kriteria penilaian kinerja guru dalam pembelajaran ... 35

4 Kriteria nilai aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal ... 36

5 Persentase kriteria siswa aktif secara klasikal dalam pembelajaran ... 37

6 Ketuntasan hasil belajar ... 37

7 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa ... 38

8 Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ... 48

9 Nilai kinerja guru siklus 1 ... 53

10 Aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal siklus 1 ... ... 55

11 Hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran siklus 1 ... 58

12 Nilai kinerja guru siklus II ... 73

13 Aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal siklus I ... ... 74


(10)

(11)

(12)

SESUNGGUHNYA BERSAMA KESULITAN ADA KEMUDAHAN, MAKA APABILA ENGKAU TELAH SELESAI DARI SUATU URUSAN, TETAPLAH

BEKERJA KERAS UNTUK URUSAN YANG LAIN” (Q.S Al-Insyirah: 6-7)


(13)

(14)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Alhamdulillahirobbil’alamin, berhimpun syukur kepada Sang Maha, dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yaitu Basuki dan Astiah, terima kasih atas segala cinta dan kasih sayang tanpa batas, serta segala untaian doa yang senantiasa dimohonkan pada Illahi untuk kebaikan ananda.

2. Adikku Jihan Zahwa Syafira, yang telah menghadirkan keceriaan dan semangat di sela-sela kepenatan. Teruslah belajar dan berikanlah prestasi terbaikmu untuk Bapak dan Ibu serta jadilah anak sholehah dan bermanfaat bagi umat berikan akhlak terbaik bagi Bapak dan Ibu.

3. Sahabatku Rembol’s dan orang-orang luar biasa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi luar biasa ku ucapkan terima kasih. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan kalian semua semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik, Aamiin.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Rumbia, pada tanggal 14 Mei 1993. Peneliti adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Basuki dan Ibu Astiah.

Peneliti memulai pendidikan di TK Pertiwi diselesaikan di Rumbia, pada tahun 1999, Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD IT Bustanul Ulum, pada tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP 3 Way Pengubuan, pada tahun 2008. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA 1 Terusan Nunyai, pada tahun 2011.

Tahun 2011 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa peneliti aktif di beberapa kegiatan organisasi kampus maupun luar kampus. Beberapa organisasi yang pernah peneliti ikuti adalah Forum Mahasiswa Studi Islam (FORMASI) PGSD, Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (HIMAJIP).


(16)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridha-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui Model Cooperative Learning tipe Scramble Siswa Kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi terbaik di lingkup nasional.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan sermangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan


(17)

sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

5. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung dan selaku penguji skripsi. Terima kasih atas kritik dan saran yang berharga, mulai dari seminar proposal hingga ujian skripsi.

6. Bapak Drs. Hi. Siswantoro, M.Pd., selaku Koordinator Kampus B FKIP Unila yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

7. Bapak Dr. H. Suwarjo, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

8. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd., selaku Pembimbing Utama atas kesediaan untuk memberikan keleluasaan waktu dalam membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan memberikan waktu untuk membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

10. Ibu Imiarti, S. Pd, selaku kepala SD Negeri 5 Metro Pusat yang telah mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian, terimakasih atas kerjasama selama ini.


(18)

11. Ibu Dwi Jayanti, S.Pd., selaku guru kelas IV B yang berperan sebagai guru kelas dalam melaksanakan penelitian dan terima kasih atas bantuannya dalam melaksanakan penelitian.

12. Siswa-siswi kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat, yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

13. Sahabat-sahabatku yang memotivasi dan menemani perjuangan untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih Mba Nuke, Risti, Aulia, Imma, Gusti, Azka, Maknyak, Umi, Via, Icha, Mba Noviana, Mba Wiwin, Astri, Yuyun, Lita Yulianti, Nurlita, Sri Maryati, Sari Puspa Dewi, Dwi Iswahyudi, Septi Yuyun, Juwita, Atika, Suci Amel, Sella Eva, Putri Permata, Tio Antoro, Rizal Avira, Dita, Fitri, Anissa.

14. Teman-temanku angkatan 2011, HIMALASA dan FORMASI yang selalu menghadirkan semangat dan kebersamaan yang tak terlupakan.

15. Seseorang yang telah menghadirkan semangat tersendiri untuk peneliti. Terima kasih atas doa, bantuan, dan motivasi yang diberikan.

16. Seluruh pihak yang tak dapat peneliti sebutkan namanya, terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap skripsi yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Metro, 15 Juni 2015 Peneliti


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting karena setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pemerintah sudah menerapkan wajib belajar sembilan tahun artinya setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan sampai sembilan tahun, kenyataannya banyak anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. Banyak sekali anak-anak yang berada di jalanan untuk membantu orang tua mereka karena tidak adanya biaya. Pendidikan merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa.

Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan: proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Pendidikan merupakan dasar dari segala bidang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan


(20)

2

dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Perkembangan global inilah yang menuntut guru untuk menghadapi tantangan karena masa depan yang tidak menentu dengan berbagai tantangan yang akan dihadapi. Hal tersebut menuntut guru untuk mendorong dan memotivasi siswa agar belajar pengetahuan dan keterampilan yang saling signifikan.

Siswa yang ingin mengembangkan potensinya, hendaknya mengikuti kegiatan belajar di sekolah, dengan begitu diharapkan mereka dapat memiliki wawasan yang lebih luas dan dapat lebih mengembangkan diri. Sebagai seorang gurupun demikian, hendaknya harus memiliki wawasan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa untuk dapat menyalurkan pengetahuan mereka kepada siswa melalui KTSP kiprah guru lebih dominan dalam menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tidak hanya dalam program tertulis, tetapi juga dalam pembelajaran nyata di kelas.

KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan dalam proses


(21)

3

pembelajaran dan diharapkan guru memiliki tanggung jawab yang memadai. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga sejalan dengan undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-undang Sisdiknas juga dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal. Setiap kelompok mata pelajaran di atas dilaksanakan secara holistic, sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mempengaruhi pemahaman dan penghayatan siswa dan semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam menentukan kelulusan.

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Mulyasa, 2007: 13). KTSP berhubungan erat pada setiap mata pelajaran salah satunya adalah mata pelajaran IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPA berhubungan dengan alam sekitar dan alam semesta (Kurikulum 2006).

Pendidikan dasar khususnya pendidikan pada sekolah dasar sangat menentukan langkah kedepan seseorang dalam melanjutkan jenjang


(22)

4

pendidikannya. Pendidikan di sekolah dasar memiliki beberapa mata pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dikemudian hari. Seperti halnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang berhubungan dengan alam sekitar dan berguna dalam kehidupan manusia yang selalu berhubungan dengan alam. Bruner dalam Nasution (2005: 6) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut sains memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam harus senantiasa dapat melibatkan siswa sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran serta dapat merangsang siswa berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.

Depdiknas dalam Nasution (2005: 25) menyatakan bahwa agar tujuan dapat tercapai, maka sains perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif, yaitu melalui proses dan sikap ilmiah peningkatan mutu pembelajaran sains perlu ditingkatkan untuk mengimbangi dengan kemajuan dan perkembangan teknologi. Agar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat tercapai perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif, yang diciptakan oleh guru agar siswa lebih nyaman dalam pembelajaran. Selain itu, guru harus dapat memberikan inovasi dalam pembelajarannya seperti penggunaan model-model pembelajaran yang bervariasi.

Berdasarkan hasil penelitian awal dengan guru kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat pada hari Senin tanggal 8 Desember 2014, didapatkan hasil bahwa pada saat pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa belum


(23)

5

sepenuhnya berpartisipasi aktif di dalam kelas dikarenakan guru kurang efektif dalam menggunakan model pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat saat guru memberi pertanyaan, hanya sedikit siswa yang mau menjawab pertanyaan dari guru. Demikian pula dalam hal berpendapat dan bertanya, hanya sebagian kecil siswa yang menunjukkan keaktifan berpendapat dan bertanya. Kebanyakan dari siswa yang lainnya masih malu, takut atau ragu untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat mereka. Hal ini menunjukkan bahwa siswa terlihat pasif dalam pembelajaran. Guru belum optimal dalam menggunakan model pembelajaran yaitu cooperative learning tipe scramble. Hal ini dapat dilihat dengan data hasil ulangan mid semester ganjil.

Tabel 1 Persentase hasil ulangan mid semester ganjil siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Pusat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Tahun Pelajaran 2014/2015

KKM Kelas Jumlah siswa Jumlah siswa yang tuntas Persentase siswa yang tuntas (%) Jumlah siswa yang belum tuntas Persentase siswa yang belum tuntas (%)

75 IV A 29 24 82,76 5 17,24

75 IV B 29 12 41,38 17 58,62

75 IV C 30 22 73,33 8 26,67

Sumber: Hasil penelitian awal

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada pembelajaran semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diperoleh hasil belajar dengan KKM 75, hanya 24 siswa 82,76% yang tuntas dari 29 siswa yang ada di kelas IV A di kelas IV B hanya 12 siswa 41.38% dari 29 siswa yang tuntas adalah dan di kelas IV C hanya 22 siswa 73,33%. dari 30 siswa yang tuntas. Dapat disimpulkan bahwa, berdasarkan data diatas


(24)

6

diperoleh persentase ketuntasan yang masih jauh dari ketuntasan belajar adalah kelas IV B yaitu hanya 58,62%. Siswa dikatakan tuntas apabila 75% dari jumlah siswa yaitu 29 orang yang telah memenuhi KKM 75 yang ditetapkan oleh sekolah.

Berbagai permasalahan yang telah dikemukakan diatas pemilihan model pembelajaran dapat menentukan kualitas pengajaran dalam proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran diperlukan penggunaan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang membuat siswa aktif bekerjasama baik secara emosional maupun sosial tanpa ada perbedaan kemauan antar-siswa dan menanggapi berbagai permasalahan hendaknya terus dikembangkan dan diarahkan oleh guru sedemikian rupa, sehingga siswa lebih aktif dan mampu mencapai hasil belajar yang optimal.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul

“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui

Model Cooperative Learning Tipe Scramble Siswa Kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Saat pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa belum sepenuhnya berpartisipasi aktif.


(25)

7

2. Guru belum optimal dalam menggunakan model pembelajaran yaitu cooperative lerning tipe scramble.

3. Rendahnya aktivitas belajar siswa.

4. Rendahnya persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat dengan persentase ketuntasan 41,37 % hanya 12 siswa yang tuntas dari jumlah siswa 29 dengan KKM 75.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan Model Cooperative Learning Tipe Scramble untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat?

2. Apakah Model Cooperative Learning Tipe Scramble dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:

1. Meningkatkan dan menganalisis data aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat melalui Model Cooperative Learning Tipe Scramble.


(26)

8

2. Meningkatkan dan menganalisis data hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat melalui Model Cooperative Learning Tipe Scramble.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa

Berguna untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru dalam memperbaiki pembelajaran dan professional serta mengembangkan kemampuan mengajar dengan menggunakan model cooperative learning tipe scramble pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Sekolah

Hasil penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan mutu sekolah dan menjadi bahan rujukan sebagai inovasi kegiatan pembelajaran guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa baik untuk mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran lainnya.

4. Ke-SD-an

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu


(27)

9

Pengetahuan Alam melalui penerapan model cooperative learning tipe scramble khususnya di bidang ke SD-an.


(28)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Siswa dapat memiliki pengetahuan dan pengalaman mereka dengan belajar. Komalasari (2010: 2) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal. Trianto, (2010: 15), mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan)yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Selain itu, belajar memiliki Banyak teori yang dikembangkan oleh para ahli yang relevan dengan model cooperative learning tipe scramble diantaranya teori kontruktivisme.


(29)

11

Trianto (2013: 28) menjelaskan teori konstruktivisme memiliki satu prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Winataputra, dkk. (2007: 6.7) perspektif konstruktivisme pada pembelajaran di kelas dilihat sebagai proses „konstruksi‟ pengetahuan oleh siswa. Perspektif ini mengharuskan siswa bersikap aktif. Proses ini siswa mengembangkan gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis dan pemikiran ulang terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa lalu dan masa kini. Rusman (2014: 202) mengemukakan bahwa belajar merupakan sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Dengan menyusun pengetahuan siswa di dalam pikirannya, ini sesuai dengan karateristik teori konstruktivisme.

Teori belajar konstruktivisme merupakan teori yang tepat untuk melandasi penelitian ini. Prinsip belajar operatif, kolaboratif, dan autentik terdapat dalam penerapan model cooperative learning tipe scramble. konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, menekankan pada belajar autentik, dan proses sosial. Belajar operatif merupakan prinsip belajar yang tidak hanya menekankan pada pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang apa), namun pengetahuan struktural (pengetahuan tentang mengapa), serta pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana).

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran melalui model cooperative learning tipe


(30)

12

scramble yaitu teori konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme menekankan bahwa dalam belajar siswa dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator.

2. Hasil belajar

Hasil belajar siswa dapat diperoleh pada saat proses pembelajaran berlangsung. Saat belajar, siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa dan faktor dari luar atau faktor lingkungan. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi pembelajaran. Penilaian hasil belajar merupakan bagian dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mengevaluasi keberhasilan siswa dalam belajar. Kunandar (2010: 62) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik.

Menurut Bloom dalam Thobroni (2012: 23), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Susanto (2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini aspek yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes tertulis adalah ranah


(31)

13

kognitif yang mendominasi sedangkan ranah afektif dan ranah psikomotor masuk dalam aktivitas belajar siswa.

3. Pengertian Aktivitas Belajar

Proses belajar erat kaitannya dengan aktivitas, sebab aktivitas berlangsung dalam proses belajar. Keterkaitan tersebut dikemukakan oleh Poerwanti (2008: 7.4) bahwa selama proses belajar berlangsung dapat terlihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, seperti aktif bekerjasama dalam kelompok, memiliki keberanian untuk bertanya, atau mengungkapkan pendapat.

Menurut Sardiman (2009: 100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Sejalan dengan pendapat Sardiman, Kunandar (2010: 277) mendefinisikan aktivitas siswa sebagai keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, minat, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Aktivitas belajar meliputi memperhatikan penjelasan guru atau teman, memberikan ide, usul atau saran dalam kelompok, menanggapi pendapat yang dikemukakan oleh teman atau kelompok lain, bekerjasama dalam diskusi kelompok, dan menyampaikan hasil diskusi berdasarkan hasil konstruksi berpikir dalam kelompok.

Berdasarkan peryataan diatas, peneliti menyimpulkan aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa menyangkut sikap, perhatian, partisipasi, dan presentasi ketika proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dikelas, sehingga dengan adanya aktivitas


(32)

14

belajar, maka akan tercapai suasana aktif dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan yang diharapkan oleh guru dapat tercapai. Aktivitas yang akan diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru atau teman, memberikan ide, usul atau saran dalam kelompok, menanggapi pendapat yang dikemukakan oleh teman atau kelompok lain, bekerjasama dalam diskusi kelompok dan menyampaikan hasil diskusi berdasarkan hasil konstruksi berpikir dalam kelompok.

B. Model Cooperative Learning

1. Pengertian Model Cooperative Learning

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Komalasari (2010: 57) cooperative learning adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sejalan dengan Komalasari, Rusman (2014: 202) cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang.

Menurut Isjoni (2007: 23) model cooperative learning dapat memungkinkan siswa meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berfikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti


(33)

15

keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.

Berdasarkan pendapat ahli, maka peneliti menyimpulkan model cooperative learning ialah model pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Model ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar, serta melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial yang membutuhkan kerja sama tim atau kelompok.

2. Karakteristik Model Cooperative Learning

Pembelajaran model cooperative learning memiliki beberapa karakteristik yang khas, yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lainnya. Model cooperative learning merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa secara berkelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Rusman (2014: 207) ada empat karakteristik atau ciri-ciri cooperative learning, yaitu (1) pembelajaran secara tim, (2) didasarkan pada manajemen kooperatif, (3) kemauan untuk bekerja sama, (4) keterampilan bekerja sama. Slavin (2005: 10) ada tiga konsep penting cooperative learning, yaitu penghargaan tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama.


(34)

16

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan karakteristik cooperative learning yaitu pembelajaran secara tim, didasarkan pada manajemen kooperatif, kemauan untuk bekerjasama, keterampilan bekerjasama, mendapatkan penghargaan tim, tanggung jawab individu dan kesempatan sukses yang sama.

3. Tujuan Model Cooperative Learning

Model cooperative learning pada penerapannya memiliki tujuan-tujuan yang dikembangkan sesuai apa yang diharapkan oleh guru. Menurut Trianto (2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Menurut Ibrahim dalam Isjoni (2007: 27) model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya ada tiga tujuan, yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam cooperative learning meskipun mencangkup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Disamping mengubah norma yang berhubung dengan hasil belajar, cooperative learning dapat member keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. c. Pengembangan keterampilan social

Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.


(35)

17

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan penerapan cooperative learning memiliki tujuan-tujuan tertentu diantaranya meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial.

4. Macam-macam Model Cooperative Learning

Terdapat macam-macam model pembelajaran yang ada di dalam dunia pendidikan. Model cooperative learning terdapat enam variasi model yang telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Empat model yang dapat diterapkan pada sebagian besar mata pelajaran yaitu:

Model Cooperative Learning Tipe Scramble, Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan Jigsaw. Dua yang lain adalah model kooperatif yang digunakan untuk mata pelajaran tertentu, seperti Cooperative Integrated Reading Compotition (CIRC) untuk keterampilan mengarang dan membaca dalam mata pelajaran bahasa dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika. Slavin (2005: 11).

Sedangkan menurut Isjoni (2007: 51), model cooperative learning ini terbagi menjadi beberapa jenis variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: 1) Cooperative Learning Tipe Scramble, 2)Student Team Acievement Division (STAD), 3) Jigsaw, 4) Group Investigastion (GI), 5) Rotating Trio Exchange, 6) Group Resume. Berdasarkan pemaparan model-model pembelajaran di atas, peneliti memilih model pembelajaran cooperative learning tipe scramble karena model ini sangat sederhana, mudah diterapkan dan siswa sangat aktif dalam pembelajaran.


(36)

18

C. Model Cooperative Learning Tipe Scramble

1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Scramble

Model cooperative learning tipe scramble ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran cooperative dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Solihatin dan Raharjo (2008 : 4-5) Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model cooperative harus ada “Struktur dorongan dan tugas yang bersifat cooperative” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok. Kemudian, Huda (2013: 303) model scramble merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa model ini mengharuskan siswa untuk menggabungkan otak kanan dan otak kiri, siswa tidak hanya diminta untuk menjawab soal, tetapi juga menerka dengan cepat jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam kondisi acak. Komalasari (2010: 84) model scramble merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan/pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga membentuk suatu jawaban/pasangan konsep yang dimaksud. Yusiriza dalam wordpress.com (2011) menjelaskan model scramble merupakan suatu model mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban


(37)

19

yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti simpulkan bahwa model scramble merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk lebih kreatif dan teliti dalam mencari jawaban dengan menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak. Model pembelajaran scramble dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab model scramble menuntut siswa untuk lebih kreatif dan teliti. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tri Rakhmawati yaitu

dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Scramble untuk

Peningkatan Motivasi IPA (Fisika) pada Siswa SMP Negeri 16 Purworejo

Tahun Pelajaran 2011/2012” serta penelitian yang dilakukan oleh Septi

Arianingsih dengan judul ”Penerapan Model Cooperative Learning Tipe

Scramble dengan menggunakan Media Grafis untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat TP.2012/2013. Kedua penelitian di atas relevan dengan penelitian yang peneliti laksanakan dalam hal model pembelajaran cooperative learning tipe scramble.

2. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Scramble

Cooperative learning seperti halnya model pembelajaran yang lainnya mempunyai karakteristik dan langkah-langkah dalam penerapannya. Rusman (2014: 212) menjelaskan ada empat prosedur atau langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a) penjelasan materi, b) belajar kelompok, c) Penilaian, d) pengakuan tim.


(38)

20

Penerapan Cooperative Learning membutuhkan kreativitas. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator. Trianto (2013: 66) terdapat enam langkah utama di dalam Cooperative Learning, yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, (6) memberikan penghargaan.

Menurut Hanafiah (2010: 53) langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model scramble, yaitu: (1) guru membuat pertanyaan yang sesuai dengan indikator pembelajaran, (2) guru membuat jawaban yang diacak hurufnya, (3) guru menyajikan materi, (4) guru membagikan lembar kerja kepada siswa. Menurut Komalasari (2010: 84) menjelaskan ada beberapa langkah model scramble, yaitu: guru menyajikan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, kemudian guru membagikan lembar kerja kepada siswa.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti simpulkan langkah-langkah pembelajaran model cooperative learning tipe scramble sebagai berikut. a) Guru mempersiapkan lembar kerja yang sesuai dengan indikator

pembelajaran berupa pertanyaan dan jawaban yang diacak hurufnya. b) Guru menyampaikan materi pembelajaran.

c) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa.

d) Guru memberikan lembar kerja berupa pertanyaan dan jawaban yang diacak hurufnya kepada setiap kelompok.

e) Setiap kelompok mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan oleh guru.


(39)

21

f) Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi di depan kelompok yang lain.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Scramble Model pembelajaran cooperative learning tipe scramble memiliki keunggulan dan kelemahan seperti halnya dengan model-model pembelajaran yang lainnya. Menurut Komalasari (2010: 86) model cooperative learning tipe scramble memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu, sebagai berikut.

Kelebihan model pembelajaran scramble: 1. Memudahkan mencari jawaban.

2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut 3. Semua siswa terlibat.

4. Kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

5. Melatih untuk disiplin.

Kekurangan model pembelajaran scramble: 1. Siswa kurang berfikir kritis.

2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya. 3. Mematikan kreativitas siswa.

4. Siswa tinggal menerima bahan mentah.

Berdasarkan pendapat ahli, dapat diketahui kelebihan model cooperative learning tipe scramble yaitu memudahkan mencari jawaban dan mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Sedangkan kelemahan model cooperative learning tipe scramble terletak pada keakuratan pemerolehan jawaban siswa, bisa saja siswa hanya mencontek jawaban teman lainnya.


(40)

22

D. Ilmu Pengetahuan Alam

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam suatu mata pelajaran yang senantiasa mengkaji hal-hal yang terjadi didalam semesta. Menurut Sutrisno,dkk. (2007: 1.19) Ilmu Pengetahuan Alam merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul. Oleh karena itu, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang diajarkan di sekolah harus membekali siswa tentang berbagai cara untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu dengan tujuan membantu siswa memahami alam secara mendalam serta memberikan pengetahuan dan pengajaran secara nyata.

Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Ilmu Pengetahaun Alam mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera.

Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan


(41)

23

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Beberapa pendapat ahli, peneliti menyimpulkan Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan alam. Pengetahuan yang mengupas tentang alam sekitar yang berupa fisik serta teori-teori yang berhubungan dengan alam. Selain itu, dalam Ilmu Pengetahuan Alam juga menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai ilmiah, serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Sang pencipta.

2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) menyatakan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara Ilmu Pengetahuan Alam, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan Ilmu Pengetahuan Alam sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.


(42)

24

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan untuk mendidik dan membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan diri yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupannya. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan guru dapat mendidik dan memberi bekal kepada siswa dengan pengetahuan dan keterampilan agar dapat bermanfaat bagi kehidupannya.

E. Kinerja Guru

Peran guru dalam dunia pendidikan sangatlah penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Guru memberikan pelayanan maksimal untuk siswanya. Guru sebaiknya mengoptimalkan kompetensi yang dimilikinya agar siswa dapat memiliki prestasi yang maksimal. Guru merupakan suatu profesi atau jabatan fungsional dalam bidang pendidikan dan pembelajaran atau seseorang yang menduduki dan melaksanakan tugas dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 bagian kelima pasal 32 ayat 2, bahwa dalam pembinaan dan pengembangan profesi guru, para guru professional dituntut untuk menguasai empat kompetensi, meliputi:

1) Kompetensi pedagogik, merupakan pemahaman terhadap siswa, perancangan, dan pelaksanaan, pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian, merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan beribawa, menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia.

3) Kompetensi professional, merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mecangkup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan


(43)

25

substansi kelimuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

4) Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa untuk itu para guru yang sudah tersertifikasi (profesional) wajib meningkatkan kinerja dan potensi yang dimiliki untuk memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik.

Menurut Rusman (2012: 75) tugas guru adalah harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, pilihan hidup dan praktik-praktik komunikasi. Uno (2007: 72) mengungkapkan bahwa secara konseptual kinerja guru adalah kecakapan yang dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam tiga kompetensi yaitu pedagogik, profesional, sosial, dan personal. Hal tersebut sejalan dengan Depdiknas (2006: 21) yang menyatakan bahwa hal yang berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar. a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru diantaranya adalah kompetensi pedagogik. Sagala (2013: 31) kompetensi pedagogik merupakan mengembangkan kemampuan bersifat kognitif berupa pengertian dan pengetahuan, afektif berupa sikap dan nilai, maupun performasi berupa perbuatan-perbuatan yang mencerminkan pemahaman keterampilan dan sikap. Sedangkan Rusman (2014: 54) berpendapat bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan


(44)

26

kemampuannya di kelas dan guru juga harus mampu melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Rusman (2014: 54) terdapat kriteria kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru, yaitu:

1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.

2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

8) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi peserta didik melalui pengelolaan dan proses pembelajaran di kelas.

9) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru merupakan kompetensi kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi peserta didik melalui pengelolaan dan proses pembelajaran di kelas. Mengembangkan kemampuan bersifat kognitif berupa pengertian dan pengetahuan, afektif berupa sikap dan nilai, maupun performasi berupa perbuatan-perbuatan yang mencerminkan pemahaman keterampilan dan sikap.


(45)

27

b. Kompetensi Kepribadian

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Sanjaya (2012: 18) kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru berhubungan dengan pengembangan kepribadian. Hal ini berkaitan dengan peran guru sebagai model atau panutan yang harus digugu dan ditiru. Rusman (2014: 55) terdapat kriteria kompetensi kepribadian yang dimiliki guru, yaitu:

1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa arif, dan berwibawa.

4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru merupakan kompetensi pengembangan kepribadian yang berkaitan dengan kepribadian guru yang akan selalu ditiru oleh peserta didik. Kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan beribawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat merupakan panutan dan suri teladan yang patut dicontoh. Sanjaya (2012: 19) kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial. Rusman (2014: 56) berpendapat bahwa terdapat kriteria yang dimiliki guru dalam kompetensi sosial, yaitu:


(46)

28

1. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif kerena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi.

2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

3. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan lingkungan sosial. Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. d. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran. Sanjaya (2012: 18) kompetensi profesional adalah kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan yang berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Rusman (2014: 58) berpendapat bahwa terdapat kriteria yang dimiliki guru dalam kompetensi profesional yaitu:

1) Menguasi materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. 3) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

5) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam hal penyelesaian tugas-tugas keguruan, baik dalam proses pembelajaran maupun administrasi


(47)

29

yang berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencangkup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, mengembangkan materi pembelajaran yang di mampu kreatif adalah kompetensi professional yang harus dimiliki oleh guru.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan kinerja guru adalah segala kegiatan guru baik kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik yang dilandasi dengan kecakapan dan kompetensi seorang guru. Kompetensi yang dimaksud mencangkup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.

F. Kerangka Pikir

Prestasi belajar siswa ditentukan oleh berbagai faktor, satu diantarannya yang dominan ditentukan oleh pemilihan model pembelajaran oleh guru. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran sangat mendukung dari keberhasilan proses kegiatan belajar.

Model pembelajaran cooperative learning tipe scramble merupakan model pembelajaran dimana siswa diberikan sebuah masalah melalui pertanyaan yang sesuai dengan indikator pembelajaran yang jawabannya diacak hurufnya untuk dipecahkan baik secara individu maupun kelompok, sehingga membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan memecahkan


(48)

30

masalah melalui kegiatan penyelidikan. Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan dalam bagan kerangka berpikir sebagai berikut.

(Gambar 1 Kerangka pikir penelitian)

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas ini adalah “Apabila dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam menerapkan model Cooperative Learning tipe Scramble sesuai konsep dan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat”.

Process

Penerapan Model Cooperative Learning tipe Scramble

Output

Meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sesuai dengan indikator keberhasilan.

Input

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar


(49)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau lazim dikenal dengan classroom action research prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Wardhani, dkk., (2006: 1.3) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sejalan dengan pendapat Wardhani, dkk. Menurut Arikunto (2013: 16) setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi dua kali dengan tujuan pembelajaran di kelas telah tercapai. Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.


(50)

32

Gambar 2 Alur siklus penelitian tindakan kelas Sumber: Arikunto (2013: 137)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai laporan hasil penelitian (bulan Desember 2014 sampai April 2015).

Siklus II Perencanaan I

Pelaksanaan I Siklus I

Pengamatan I Refleksi I

Perencanaan II

Pengamatan II

Pelaksanaan II Refleksi II


(51)

33

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipatif antara peneliti dan guru kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat. Guru kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat bertugas sebagai guru sedangkan peneliti berperan sebagai observer. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas IV B dan 1 orang guru, jumlah siswa sebanyak 29 orang siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu nontes dan tes.

a. Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan adalah observasi, teknik tersebut dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif. Variabel yang diukur dengan menggunakan teknik observasi adalah aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui model cooperative learning tipe scramble. b. Teknik Tes

Bentuk teknik tes yang digunakan adalah tes tertulis untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif. Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran melalui model cooperative learning tipe scramble.


(52)

34

2. Alat Pengumpul Data a. Lembar Observasi

Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran sedang berlangsung. Setiap data yang diamati selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan cara memberi skor dalam lembar observasi yang telah disediakan.

1. Lembar observasi kinerja guru

Lembar observasi kinerja guru atau Intrumen Penilaian Kinerja Guru digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan guru dalam melaksanakan praktik mengajar.

2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa di dalam proses pembelajaran.

Tabel 2 Aspek penilaian aktivitas belajar siswa

No Aspek

penilaian Indikator

1 A Memperhatikan penjelasan guru atau teman 2 B Memberikan ide, usul atau saran dalam

kelompok

3 C Menanggapi pendapat yang dikemukakan oleh teman atau kelompok lain

4 D Bekerjasama dalam diskusi kelompok 5 E Menyampaikan hasil diskusi berdasarkan

hasil konstruksi berpikir dalam kelompok Sumber: Kunandar (2010: 277)


(53)

35

b. Tes Formatif

Tes formatif menggunakan butir soal. Jenis butir soal yang digunakan adalah pilihan ganda dan essay. Butir soal digunakan untuk memperoleh data mengenai peningkatan hasil belajar siswa. Melalui tes ini, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, dan ketercapaian indikator pembelajaran dapat diketahui.

E. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Teknik Analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk menganalisis data penilaian aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

a. Kinerja guru

Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus: NK =

x 100 Keterangan:

NK = nilai kinerja guru

TS = total skor yang diperoleh

SM = total skor maksimum ideal dari aspek yang diamati Sumber: Aqib (2009: 41)

Tabel 3 Kriteria penilaian kinerja guru dalam pembelajaran

No Skor Tingkat

keberhasilan Kriteria

1 5 81-100 Sangat Baik


(54)

36

No Skor Tingkat

keberhasilan Kriteria

3 3 41-60 Cukup Baik

4 2 21-40 Kurang Baik

5 1 10-20 Sangat Kurang

Sumber: Aqib (2009: 41)

b. Aktivitas siswa

1. Nilai aktivitas siswa setiap indikator dapat diperoleh dengan rumus: N =

x 100% Keterangan:

N = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Jumlah skor yang diperoleh siswa SM = Skor Maksimal ideal yang diamati 100% = Bilangan Tetap

(Sumber: Purwanto 2012: 102)

Tabel 4 Kriteria nilai aktivitas siswa setiap indikator dalam pembelajaran secara klasikal

No Skor Tingkat

keberhasilan Kriteria

1 5 81%-100% Sangat Aktif

2 4 61%-80% Aktif

3 3 41%-60% Cukup Aktif

4 2 21%-40% Kurang Aktif

5 1 10%-20% Pasif

Sumber: Aqib (2009: 41)

2. Persentase siswa aktif secara klasikal diperoleh dengan rumus P =

x 100 % Sumber: Purwanto (2012: 102)


(55)

37

Tabel 5 Persentase kriteria siswa aktif secara klasikal dalam pembelajaran

No Skor Tingkat

keberhasilan Kriteria

1 5 81%-100% Sangat Aktif

2 4 61%-80% Aktif

3 3 41%-60% Cukup Aktif

4 2 21%-40% Kurang Aktif

5 1 10%-20% Pasif

Sumber: Aqib (2009: 41)

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan oleh guru. Menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual menggukan rumus:

NP =

x 100 Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor yang diperoleh siswa

SM = Skor Maksimal ideal yang diamati 100 = Bilangan Tetap

Sumber: Purwanto (2012: 112)

Tabel 6 Ketuntasan hasil belajar

No Skor Keterangan

1 75 Belum tuntas

2 75 Tuntas

Sedangkan untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa digunakan rumus:


(56)

38

X = Keterangan:

X : rata-rata hitung N : banyaknya siswa Xi : nilai siswa

Sumber: Muncarno (2010: 15)

Untuk menghitung persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut.

P =

x 100 %

Sumber: Aqib, dkk. (2009: 41)

Tabel 7 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa

No Presentase Kriteria

1 81%-100% Sangat tinggi

2 61%-80% Tinggi

3 41%-60% Sedang

4 215-40% Rendah

5 10%-20% Sangat Rendah

Sumber: Aqib (2009: 41)

F. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus penelitian terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut.


(57)

39

Siklus 1

1. Perencanaan

Tahap perencanaan, peneliti membuat perangkat pembelajaran dan menyiapkan materi yang akan digunakan dengan menggunakan model cooperative learning tipe scramble dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat materi pembelajaran tentang perubahan kenampakan bumi sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). b. Peneliti bersama guru berdiskusi membuat kesepakatan mengenai

kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe scramble.

c. Membuat perangkat pembelajaran berupa pemetaan, silabus dan rencana perbaikan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model cooperative learning tipe scramble.

d. Menyiapkan media pembelajaran.

e. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi kinerja guru.

f. Menyiapkan soal tes formatif untuk memperoleh data hasil belajar kognitif siswa.

2. Pelaksanaan

Tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran IPA menggunakan model cooperative learning tipe scramble pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut.


(58)

40

Kegiatan awal

a) Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. b) Mengondisikan siswa.

c) Berdoa. d) Absensi. e) Apersepsi.

- Guru menyanyikan sebuah lagu “tik-tik bunyi hujan”

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti

a) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. b) Siswa mendengarkan penjelasan guru.

c) Siswa dibagi dalam kelompok kecil, setiap kelompok beranggota 5 orang siswa.

d) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.

e) Siswa secara berkelompok berdiskusi untuk mengerjakan LKS yang sudah diberikan oleh guru.

f) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru, kemudian setiap kelompok menukarkan hasil kerjanya dengan kelompok lain.

g) Kemudian setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi di depan kelompok yang lain.


(59)

41

Kegiatan penutup

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari atau melakukan refleksi (membuat penegasan atau kesimpulan mengenai pembahasan).

b) Guru menyampaikan pesan moral untuk selalu menjaga lingkungan. c) Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.

d) Guru memberi pekerjaan rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut. e) Guru menyiapkan kondisi psikis dan fisik siswa untuk mengakhiri

kegiatan pembelajaran dengan berdoa sebelum pulang. 3. Pengamatan

Tahap ini peneliti melakukan pengamatan tentang jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dan keterampilan siswa dengan lembar observasi dan lembar penilaian yang telah dibuat sebelumnya.

4. Refleksi

Peneliti bersama guru kelas menganalisa hasil pengamatan kinerja guru, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar kognitif siswa. Analisa hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan ketuntasan nilai belajar siswa. Hasil analisis digunakan sebagai kajian dan pembanding terhadap hasil siklus II.


(60)

42

Siklus II

Siklus II dilaksanakan sebagai usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa seperti halnya siklus I dengan menggunakan model cooperative learning tipe scramble. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Perencanaan

Tahap perencanaan, peneliti berkolaborasi dengan guru membuat perangkat pembelajaran dan menyiapkan materi yang akan digunakan dengan menggunakan model cooperative learning tipe scramble.

2. Pelaksanaan

Tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran IPA menggunakan model cooperative learning tipe scramble pada siklus II sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

3. Pengamatan

Tahap ini peneliti melakukan pengamatan tentang jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dan keterampilan siswa dengan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya.

4. Refleksi

Peneliti bersama guru kelas menganalisa hasil pengamatan kinerja guru, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar kognitif siswa serta membandingkan dengan hasil pengamatan pada siklus I dalam bentuk persentase. Apakah aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa meningkat. Analisa hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan ketuntasan nilai hasil kognif siswa.


(61)

43

G. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan dalam menerapkan model cooperative learning Tipe Scramble dapat dilihat dari beberapa indikator.

1. Persentase aktivitas belajar mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. 2. Adanya peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam di kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat pada setiap siklusnya.

3. Pada akhir penelitian adanya peningkatan aktivitas dan ketuntasan hasil belajar siswa mencapai ≥ 75 % dari jumlah siswa 29 siswa dengan KKM 75.


(62)

88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Kinerja guru menunjukan hubungan yang sangat signifikan terhadap kedua variabel tersebut yaitu adanya peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, dengan perolehan nilai rata-rata siklus I adalah 71,72 dengan kriteria baik dan perolehan nilai rata-rata siklus II adalah 89,99 dengan kriteria sangat baik. Maka dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, perlu adanya perbaikan kinerja guru. Dengan mengadakan perbaikan pada kinerja guru maka aktivitas siswa dan hasil belajar siswa diharapkan hasilnya semakin meningkat. Apabila kinerja guru baik maka aktivitas siswa dan hasil belajar baik.

2. Penerapan model cooperative learning tipe scramble dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan setiap siklusnya. persentase nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 65,37% dengan kriteria


(63)

89

aktif, pada siklus II sebesar 80,33% dengan kriteria sangat aktif. Persentase peningkatan yang terjadi dari siklus I sampai siklus II sebesar 14,96% dengan demikian, aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

3. Penerapan model cooperative learning tipe scramble dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 74,72 dengan persentase 21 siswa tuntas sebesar 72,41% memproleh kriteria tinggi dan 8 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 27,59%. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 81,86 dengan persentase 26 siswa tuntas 89,65% dengan kriteria sangat tinggi dan 3 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 10,34%. Peningkatan persentase ketuntasan klasikal siklus I menuju siklus II sebesar 17,24%.

Dengan demikian, penerapan model cooperative learning tipe scramble dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan tersebut, peneliti memberikan saran dalam memperbaiki aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui model cooperative learning tipe scramble:


(1)

aktif, pada siklus II sebesar 80,33% dengan kriteria sangat aktif. Persentase peningkatan yang terjadi dari siklus I sampai siklus II sebesar 14,96% dengan demikian, aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

3. Penerapan model cooperative learning tipe scramble dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 74,72 dengan persentase 21 siswa tuntas sebesar 72,41% memproleh kriteria tinggi dan 8 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 27,59%. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 81,86 dengan persentase 26 siswa tuntas 89,65% dengan kriteria sangat tinggi dan 3 siswa yang tidak tuntas yaitu sebesar 10,34%. Peningkatan persentase ketuntasan klasikal siklus I menuju siklus II sebesar 17,24%.

Dengan demikian, penerapan model cooperative learning tipe scramble dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV B SD Negeri 5 Metro Pusat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan tersebut, peneliti memberikan saran dalam memperbaiki aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui model cooperative learning tipe scramble:


(2)

1. Bagi siswa

Diharapkan siswa antusias dan berperan aktif dalam pembelajaran serta termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang baik. Siswa harus mempersiapkan bahan materi terlebih dahulu sebelum materi disampaikan oleh guru. Proses mengkonstruksi dan menemukan konsep materi, hendaknya melibatkan pengetahuan dan pengalaman siswa. Pengetahuan yang dibangun hendaknya diperluas dengan berbagai pengetahuan dari berbagai sumber belajar dan pengalaman, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat memberikan kebermanfaatan secara nyata. Selain itu, siswa berani berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi, sebab diskusi dapat membantu siswa lebih memahami konsep. Siswa harus semangat untuk belajar, siswa jangan takut belajar IPA karena mempelajari IPA sangat menyenangkan dan siswa supaya berani bertanya pada saat mengalami kesulitan atau ada hal yang belum dipahami.

2. Bagi guru

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, sebagai pelaksana pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning tipe scramble. Hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain kelengkapan perangkat pembelajaran (pemetaan kompetensi, silabus, RPP, kisi-kisi soal, dan soal tes), penunjang pelaksanaan pembelajaran (LKS, bahan ajar, dan media), dan pemberian tindak lanjut baik pengulangan terhadap materi yang telah dipelajari, maupun dasar-dasar untuk materi selanjutnya. Selain itu, pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah yang


(3)

dapat menunjang kegiatan pembelajaran, hendaknya perlu dioptimalkan oleh guru serta memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi walaupun dalam bentuk pujian.

3. Bagi sekolah

Sekolah mendukung dan memfasilitasi penerapan model cooperative learning tipe scramble dalam pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar tidak hanya berfokus pada apa yang harus diperoleh siswa, melainkan bagaimana memberikan pengetahuan dan pengalaman bermakna bagi siswa dan sekolah hendaknya memberikan dukungan kepada guru untuk melaksanakan inovasi pembelajaran.

4. Bagi peneliti

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan bagi peneliti lain untuk dapat menerapkan model cooperative learning tipe scramble dalam pembelajaran dengan materi yang berbeda. Selain itu, model cooperative learning dapat diterapkan melalui kolaborasi dengan pendekatan, strategi, dan model pembelajaran yang lain, sesuai dengan kebutuhan siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitan Tindakan Kelas: Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka cipta.Jakarta.

Arianingsih, Septi. 2013. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Scramble dengan Menggunakan Media Grafis Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Kelas IV B SD Negeri 8 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013. Universitas Lampung.Bandar Lampung. Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK.

Yrama Widya. Bandung.

Depdiknas. 2006. Pembelajaran Tematik. Ditjen Dikdasmen. Jakarta.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi.PT. RajaGrafindo Persada.Jakarta.

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Muncarno. 2010. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD. Metro.

Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.PT. Bumi Aksara. Bandung.


(5)

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. . 2014. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sagala, Syaiful. 2013. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.

Penerbit Alfabeta. Bandung.

Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers.Jakarta. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Nusa Media. Bandung.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2008. Cooperative Learning. PT Bumi Aksara. Jakarta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di sekolah Dasar.

Jakarta. Kencana Prenadamedia Group.

Sutrisno, Leo, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Depdiknas Dirjen Dikti, Jakarta.

Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Tim Penyusun. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya. Bumi Aksara. Jakarta. Wardhani,IGAK. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Universitas Terbuka. Jakarta. Winataputra, Udin S. 2007. Materi Pokok Teori Belajar dan Pembelajaran.


(6)

Yusiriza. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. http: //yusiriza. wordpress.com/author/yusiriza/page/2/. Diakases pada tanggal 4 Desember 2014 @ 11.00.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

1 10 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VC SD NEGERI 06 METRO BARAT

0 6 65

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD KRISTEN 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 2 42

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO PUSAT

0 7 51

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VB SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV B SD NEGERI 4 METRO PUSAT

0 4 77

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT

0 4 76

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV C SD NEGERI 5 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 5 57

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Berpikir-Berpasangan-Berempat Pada Murid Kelas IV SDN 2 Jipang

0 0 17