VANDALISME DALAM KEGIATAN WISATA HUTAN DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

VANDALISME DALAM KEGIATAN WISATA HUTAN DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA BANDAR LAMPUNG

OLEH

ANGGIH PARARINARNO

Taman Kupu-Kupu Gita Persada adalah salah satu bentuk model wisata hutan yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan. Wisata jenis ini memiliki daya tarik yang tinggi, sehingga menimbulkan minat bagi wisatawan untuk mengunjunginya. Wisatawan yang berkunjung ke taman ini diduga akan menimbulkan dampak negatif, antara lain vandalisme. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi bentuk-bentuk vandalisme pada pohon dan kelompok umur wisatawan yang melakukan vandalisme, serta mengetahui persepsi wisatawan terhadap vandalisme. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2015 dengan menggunakan metode pengamatan dan wawancara. Persentase individu tumbuhan yang terkena vandalisme pada lokasi yang digunakan sebagai wisata sebesar 8,91%. Persentase individu tumbuhan yang terkena vandalisme pada lokasi yang tidak digunakan sebagai kegiatan wisata 10,91%. Secara umum, pengunjung memiliki persepsi bahwa kegiatan vandalisme ini merusak pohon dan keindahan tempat wisata serta diperlukan tindakan pencegahan oleh pengelola Taman Kupu-Kupu Gita Persada terhadap kegiatan vandalisme.


(2)

ABSTRACT

VANDALISM ON FOREST TOURISM ACTIVITIES IN THE GITA PERSADA BUTTERFLY PARK BANDAR LAMPUNG

BY

ANGGIH PARARINARNO

The Gita Persada Butterfly Park is one of the examples of a region that can be selected as an object of forest tourism which is located near city areas. This kind of tourism has own interest, so make enthusiasts of the travellers to visit this forest tourism. The travellers who visiting this park were assumed would create the negative impacts such as vandalism. The goals of this research are to identify the forms of the tree's vandalism and the group of ages from the travellers who did the vandalism, and than knowing the perceptions of the travellers against the vandalism. This research was done in January-February 2015 by using an observation method and interview. The plant’s percentage that suffered vandalism at the location that used as a tourism activity is 8,91%. The plant’s percentage that suffered vandalism at the location that not used as a tourism activity is 10,91%. Generally, the visitors have perceptions these vandalism activities damage trees and the beauty of the tourism object as well as they are needed the prevention acts by the orginizer of Gita Persada Butterfly Park about vandalism activities.


(3)

VANDALISME DALAM KEGIATAN WISATA HUTAN DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA BANDAR LAMPUNG

Oleh

ANGGIH PARARINARNO

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

T:.::;;rII.',. i,r"ii,,

i;;'

: ,:: i-:fa:ii'ii;j:::i:::i... . ' ,.._r i-t I ,i. i j:i. ;.rar.,j,ll i .- . '-. i,' .1, :.

:. : il..rr,r:l:rti:,ir..,:,'l . ii::,...:- "'r'' - " :. :"." 1..

!x,.,.ir+i,::j;:+:iii.1+i-:' .., ! iilr,il:.,:,ltr',;i":. --'i:' r'.r"1 '.

rnit tt,

ri..,.t',

'

t't'ttt':'r.l ,,,,t,1 t':;''

iirr'.'' . ;.., i 1', r'. I i.;1.1:l:'l i,',,1., , ,,,. -' :' .'';. r,:

i''fi' :1i,:. i.i'. 'ii)::.' j ir..i : ,., '' ':' , . iiI arjrl::i;':: : "itt;i.i::

:..-..,.,I..I:'..;j:ii;.i.l:iii,;.-ii.-;..'li;.i,.-'...,:i;.,l'..

,,;;1 i ;:,,li.iii::ii..i!\,iii, . i

.jr;jj .t,.,j.jt.f\ __ . ,.-::

,:.. r il' i 1..: ,; l, ,., ,,. " t', .-. ' , ..., .

:.it ,-i.:: ...

,].,'..:1.r:.ii1.;i: . ,. ,-,,;...,i.,.. , tl ...:...

I}t.Slj.ii,ii,' : .,, ,, '-i'i;.,'.,;,.,,.

l2l&}t.,i_.,,.n,,,,."it;.. 1.,.,.

i ; 1 ;

;

;.,.;.,. .

l.s;1"*,'"4#

l+piili

*,

-

-

I-.r -'* ; ;,,,1

i

IditJi _,aii,j.t-.r

' r''rn1:1rr""' I i1''::

r:1ffi\.:x.;...,..,';:..'li;;...'.,,..'.',..-.i.'..,.'''....,.,...r.,.i,.:,..,'1

-;

;

.;r"i,;;-

i,;;::;,;::

ir;;;

,;

:

;

';,.,,

,o

':*;,

;-.,:

i,i,";,,

,

1_ .!1:.. : I

. ,ii'-l! :i r..-'

.,,r:: I i::,i,ri :l:'i,j l'.;i-:; i.: ]t; I i ;'l ii i i - - ..-:,,i.n i_.i j. ,::t:ij:;' ,...1,:'.ii

-. _:.jt t-._:; ; . :':;..11_.,.;.

:: :r,.i,ii i.,*i=,'i:,::,,..1--'',lj '-..iiir,..

...,O;;t*

Iri;ffiLt'"t*",

-''.,,,,

.-:,;r';,:r',

"o't t:"'.t

i+ .i; i,'-:'::_,,'..'.:; , ,"t.:t.-.,t..:,r i':..,:

-

"

"ii'.t{S:rf*&Otft

;.rl.r i',, ...-,t t:t;':,,' I j.,!;r,,'i: i:.rir.,:'i.i::-::t r ;':i;:;i!ji;i';:1;: , ,,,,ii',li-i'i;i

.i:r,i:ii ii i.i iiri i ;i t., :,:,.,-'-

".' ".1 i,:..1i .,,


(5)

rl,':jrillt

NIENGES

!{

-*rl


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 06 November 1992 dari pasangan Bapak Sancoko, BA. dan Ibu Syamsidar. Penulis memulai pendidikannya dari Taman Kanak-Kanak Al-Azhar 2 Way Halim pada tahun 1998 dan Sekolah Dasar di SDN 1 Sepang Jaya pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2005. Penulis lalu melanjutkan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 29 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2008. Pendidikan Sekolah Menengah Atas penulis selesaikan di SMAN 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Kehutanan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tertulis. Selama masa perkuliahan, penulis pernah mengikuti Kulih Kerja Nyata (KKN) pada awal 2014 di Desa Sukorahayu Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur selama ± 40 hari. Pada tahun yang sama, penulis mengikuti Praktek Umum di BKPH Temuireng KPH Randublatung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah selama ± 30 hari.


(7)

Penulis menjadi Anggota Utama Himpunan Mahasiswa Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (HIMASYLVA) pada tahun 2012. Pada tahun 2013, penulis dipercaya menjadi Ketua Pelaksana Training Kewirausahaan HIMASYLVA. Pada tahun yang sama, penulis mendapatkan amanah untuk menjadi Sekretaris Umum HIMASYLVA periode kepengurusan 2013/2014.


(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji syukur saya panjatkan

kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Ku persembahkan

karya luar biasa ini kepada:

Bapak dan Ibu tercinta. Terimakasih atas ketulusan kalian mendidikku dengan kesabaran yang luar biasa hingga aku bisa menjadi lebih baik hingga saat ini. Terimakasih telah

membesarkan dan merawatku serta mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tak terhingga kepadaku,

yang selalu memberikan doa dan dukungan kalian sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adikku tersayang M. Dicky Septian yang selalu memberikan semangat serta menanti keberhasilanku dengan penuh

kesabaran

Terimakasih kuucapkan kepada sahabat-sahabat KKN Desa Sukorahayu (Andi, Anas, Aldi, Angga, Diana, Maya, Anissa,

Asih, Lili) dan rekan tim PU BKPH TEMUIRENG (Audy, Kiki, Olla, Liana, Yunita) atas dukungannya dan

kerjasamanya selama ini.

Terimakasih juga saya ucapkan atas kebersamaan untuk keluarga besar “FOREVER”

Terimakasih juga kuucapkan kepada almamater tercinta Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(9)

MOTO HIDUP

Dan tolong menolonglah kalian dalam melaksanakan kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan

(Q.S. Al-Maidah: 2)

Barangsiapa meringankan beban orang lain yang dalam kesulitan

maka Allah SWT akan meringankan bebannya di dunia dan akhirat

(H.R. Muslim)

Saat orang lain meragukan impianmu, itu berarti mereka belum

melihat sejauh Anda melihat. Kejarlah apa yang ada dalam

pikiran besar Anda. Namun, hargailah apa yang ada dalam

genggaman kecil Anda (Bong Chandra)

Bertahan hidup harus bisa lembut walau hati

panas bahkan terbakar sekalipun (Iwan Fals)

Kadang yang terindah bukanlah yang terbaik Yang sempurna tak selalu menjanjikan kebahagiaan Namun jika dapat menerima kekurangan menjadi kelebihan

itulah kesempurnaan

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk

mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan

dan belajar membangun kesempatan untuk sukses.

Berdoa dan bertawakal adalah kunci kesuksesan

Menghargai orang yang membantumu adalah kunci keberhasilan

Bapak dan Ibu tercinta adalah kunci kebahagian


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini yang berjudul ”Vandalisme dalam Kegiatan Wisata Hutan di Taman Kupu-Kupu Gita Persada Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna langkah penulis selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terselesaikannya penulisan dan penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir berkat bantuan dan kemurahan hati dari berbagai pihak yang turut memberikan motivasi, bimbingan, ide dan dorongan bahkan fasilitas moril dan materiil.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1) Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan dan Pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan, saran dan kritikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.


(11)

2) Bapak Jani Master, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3) Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P., selaku Pembahas yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

4) Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis dan menjadi orang tua selama menuntut ilmu di Jurusan Kehutanan Universitas Lampung.

5) Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Pegawai di Jurusan Kehutanan Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Kehutanan Universitas Lampung.

6) Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bapak/Ibu Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III, serta seluruh staf pegawai Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah membantu penulis.

7) Bapak Martinus, Mbak Pusi, Kang Ahsan, Kang Jaja, Kang Dede, Mang Suhaili, serta pegawai Taman Kupu-Kupu Gita Persada atas kekeluargaan dan informasi yang sangat membantu selama penelitian.

8) Riopranata Sembiring, Melda Yanti, dan Dwi Syafitri yang telah banyak membantu selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

9) Serta pihak-pihak lainnya yang yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuan dan pertolongan yang telah diberikan.


(12)

Demikian yang dapat penulis sampaikan, penulis sangat berterimakasih atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bandar Lampung, 23 Juni 2015 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ………. iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah………... 3

C. Tujuan Penelitian………... 3

D. Manfaat Penelitian………... 3

E. Kerangka Pemikiran………. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pariwisata dan Wisata Alam …...……….... 6

B. Dampak Pariwisata ……....………. 8

C. Vandalisme ... 10

D. Perkembangan Wisatawan ……..……….... 12

E. Persepsi Wisatawan ...………...………... 13

F. Pengertian Taman ... 16

G. Habitat Kupu-Kupu ... 17

H. Keanekaragaman Kupu-Kupu ... 21

I. Taman Kupu-Kupu Gita Persada ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 25

1. Penetapan Areal Pengamatan ... 25

2. Jumlah Responden ... 26

B. Alat dan Bahan……….. 26

C. Tahapan Penelitian………....………... 27

D. Metode Pengumpulan Data………... 27

1. Jenis Data Yang Dikumpulkan ... 27

2. Batasan Penelitian ... 28

3. Tahapan Kegiatan Penelitian ... 28


(14)

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 30

A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada ... 30

B. Keadaan Geografis ... 31

C. Keadaan Iklim ... 32

D. Topografi ... 35

E. Vegetasi ... 36

F. Habitat ... 36

G. Keragaman Spesies Kupu-Kupu ... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Kerusakan Akibat Vandalisme ... 39

B. Karakteristik/Profil Wisatawan ... 46

C. Persepsi Wisatawan ... 50

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar jenis tumbuhan pada lokasi kegiatan wisata di Taman

Kupu-Kupu Gita Persada ... 39 2. Bentuk vandalisme yang ditemukan pada Taman Kupu-Kupu Gita

Persada ... 41 3. Jenis tumbuhan dan bentuk vandalisme yang dijumapai pada lokasi

yang digunakan wisata ... 60 4. Jenis tumbuhan dan bentuk vandalisme yang dijumapai pada lokasi

yang tidak digunakan wisata ... 62 5. Daerah asal responden yang mengunjungi Taman Kupu-Kupu Gita

Persada ... 63 6. Umur responden yang dijumpai di Taman Kupu-Kupu Gita Persada 63 7. Pendidikan responden yang dijumpai di Taman Kupu-Kupu Gita

Persada ... 63 8. Pekerjaan responden yang dijumpai di Taman Kupu-Kupu Gita

Persada ... 64 9. Jenis kelamin responden yang dijumpai di Taman Kupu-Kupu Gita

Persada ... 64 10. Status perkawinan responden yang dijumpai di Taman Kupu-Kupu

Gita Persada ... 64 11. Penghasilan responden yang dijumpai di Taman Kupu-Kupu Gita

Persada ... 64 12. Frekuensi kunjungan responden ke Taman Kupu-Kupu Gita Persada 64 13. Motivasi responden mengunjungi Taman Kupu-Kupu Gita Persada 65 14. Keutamaan tujuan responden ke Taman Kupu-Kupu Gita Persada .... 65 15. Bentuk kunjungan responden ke Taman Kupu-Kupu Gita Persada .... 65


(16)

16. Jenis kendaraan yang digunakan responden dalam kunjungannya

ke Taman Kupu-Kupu Gita Persada ... 65 17. Pihak pengatur kunjungan responden ke Taman Kupu-Kupu Gita

Persada ... 65 18. Sumber informasi responden mengenai Taman Kupu-Kupu Gita

Persada ... 66 19. Responden yang pernah melakukan vandalisme di tempat wisata .... 66 20. Persepsi responden yang mengetahui arti vandalisme ... 66 21. Persepsi responden yang mengetahui bentuk-bentuk vandalisme

pada pohon ... 66 22. Persepsi responden tentang kegiatan mencoret-coret, menggores

atau membacok pohon di tempat wisata ... 66 23. Persepsi responden yang mengetahui bahwa kegiatan vandalisme

akan merusak pohon dan keindahan tempat wisata ... 67 24. Persepsi responden tentang kegiatan mencoret-coret, menggores, atau

membacok pohon akan merusak pohon dan keindahan tempat wisata 67 25. Persepsi responden tentang tindak lanjut dari pengelola Taman Kupu-


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Bagan alir kerangka penelitian vandalisme dalam kegiatan wisata

hutan di Taman Kupu-Kupu Gita Persada, Kota Bandar Lampung 5

2. Taman Kupu-Kupu Gita Persada ... 25

3. Bentuk vandalisme berupa goresan/ukiran ... 44

4. Batang pohon yang terkena bacokan dan ditumbuhi jamur ... 44

5. Bacokan pada batang pohon untuk tujuan stressing ... 44

6. Umur pengunjung yang dijumpai di Taman Kupu-Kupu Gita Persada ... 47

7. Pendidikan pengunjung yang dijumpai di Taman Kupu-Kupu Gita Persada ... 48

8. Piramida Kebutuhan Dasar Maslow ... 50

9. Persepsi pengunjung tentang tindak lanjut dari pengelola Taman Kupu-Kupu Gita Persada untuk menangani kegiatan vandalisme .. 52

10. Contoh bentuk vandalisme berupa goresan/ukiran ... 68

11. Wawancara dengan pengunjung Taman Kupu-Kupu Gita Persada 68

12. Pertumbuhan batang pohon yang terkena bacokan ... 69


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan memiliki keunikan tersendiri dari segi lansekap maupun segi keanekaragaman hayati. Pemanfaatan hutan selain sebagai sistem pendukung kehidupan, salah satunya adalah sebagai wahana wisata hutan. Menurut Bharuna (2009), perkembangan pariwisata, yang pada umumnya didorong oleh munculnya kegiatan pariwisata massal dan perubahan radikal industri pariwisata, bahwa pariwisata massal telah membuka jalan untuk berkembangnya “pariwisata baru”. Perubahan yang terjadi lebih banyak berasal dari karakteristik wisatawan. Dalam perkembangan “baru” tersebut terungkap istilah untuk pariwisata pilihan (alternative tourism), yang mempunyai pengertian ganda, yaitu: (1) sebagai salah satu bentuk kepariwisataan yang timbul sebagai reaksi terhadap dampak negatif pengembangan wisata konvensional; (2) sebagai bentuk pilihan pengganti pariwisata konvensional untuk menunjang pelestarian lingkungan.

Menurut Bharuna (2009), wisata alam merupakan salah satu bentuk wisata alternatif. Kualitas kawasan atau objek wisata hutan adalah unsur penentu dalam memikat daya tarik wisatawan untuk mengunjungi lokasi wisata hutan. Menurut Fandeli (2002), objek wisata hutan pada kawasan-kawasan hutan yang berdekatan dengan daerah perkotaan diprediksi akan menjadi salah satu pengembangan


(19)

2

wisata hutan masa mendatang yang mampu menarik minat wisatawan dan meningkatkan kunjungan wisatawan. Perkembangan tersebut terjadi akibat pergeseran pola wisatawan bermula dari pola massal yang bersifat rekreatif menjadi pola wisata secara kelompok kecil atau individual yang bersifat menikmati objek wisata alami dan edukasi dalam perjalanan wisata yang lebih berkualitas.

Kecenderungan ekowisata secara internasional memang mengalami peningkatan (Fandeli dan Nurdin, 2005). Guna mengoptimalkan wisata alam agar tetap berkelanjutan, maka perlu diketahui beberapa hal terkait aspek pengelolaannya yaitu dari aspek jumlah pengunjung yang dapat diakomodasi dalam menikmati aktivitas wisata alam dan dari upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan manfaat wisata alam (Siswantoro, 2012).

Taman Kupu-Kupu Gita Persada merupakan kawasan konservasi dan kawasan wisata yang khusus menangani kupu-kupu. Indonesia adalah negara nomor satu dalam sumber alam hayati kupu dan Lampung memiliki 60% spesies kupu-kupu yang terdapat di Indonesia, oleh karena itu Taman Kupu-Kupu Gita Persada harus memenuhi syarat habitat yang baik agar jumlah spesies kupu-kupu tidak mengalami kepunahan (Handayani, Sugiyanta, dan Zulkarnain, 2012).

Aktivitas wisatawan yang cenderung merusak, perlahan-lahan akan berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan. Kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas wisatawan yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan kerusakan objek wisata. Hal ini dapat menjadi perhatian agar kawasan wisata tetap terjaga kelestariannya. Bagaimana dampak yang dapat ditimbulkan oleh wisatawan


(20)

3

terhadap kegiatan wisata? Apakah kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan yang mengunjungi tempat wisata menimbulkan dampak terhadap kegiatan wisata? Sehubungan dengan hal tersebut, maka mengidentifikasi dampak kegiatan wisata ini sangat diperlukan untuk mengurangi dampak kerusakan akibat dari aktivitas wisatawan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana bentuk-bentuk vandalisme pada pohon sebagai dampak kegiatan wisata hutan ?

2. Kelompok umur wisatawan mana yang melakukan vandalisme ? 3. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap vandalisme ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah :

1. Mengidentifikasi bentuk-bentuk vandalisme pada pohon sebagai dampak kegiatan wisata hutan.

2. Mengidentifikasi kelompok umur wisatawan yang melakukan vandalisme. 3. Mengetahui persepsi wisatawan terhadap vandalisme.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan menjadi bahan masukan bagi pengelola Taman Kupu-Kupu Gita Persada maupun pihak terkait lainnya dalam upaya mencegah vandalisme pada pohon.


(21)

4

E. Kerangka Pemikiran

Wisata hutan merupakan salah satu pilihan wisata yang dapat dijadikan sebagai tempat berwisata sekaligus sebagai media edukasi pendidikan konservasi. Pada dasarnya, wisata hutan merupakan salah satu langkah konservasi yang dapat dilakukan di kawasan hutan. Pemanfaatan hutan sebagai produk wisata, tidak hanya menjaga hutan secara konservasi tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menjaga kawasan hutan dan mengenalkan masyarakat untuk melestarikan kawasan hutan sebagai wisata hutan melalui edukasi konservasi sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran wisatawan. Upaya-upaya pengelolaan berwawasan konservasi dibutuhkan agar objek wisata yang diunggulkan dapat dinikmati secara berkelanjutan.

Taman Kupu-Kupu Gita Persada adalah salah satu bentuk model wisata hutan yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan. Wisata jenis ini memiliki daya tarik tersendiri sehingga menimbulkan minat bagi wisatawan untuk mengunjunginya. Wisatawan yang berkunjung ke taman ini tentunya akan memiliki dampak yang dapat ditimbulkan, tak jarang perilaku wisatawan melakukan tindakan perusakan terhadap keindahan objek wisata atau vandalisme. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, vandalisme adalah: (1) perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam,dsb), (2) perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas. Kerusakan objek wisata hutan yang disebabkan oleh wisatawan atau vandalisme sering terjadi pada kawasan objek wisata. Wisatawan yang ingin menunjukkan ekspresi dirinya terkadang melakukan aksi corat-coret atau mengukir namanya di


(22)

5

pepohonan sebagai bentuk dari bukti eksistensi diri, tanpa disadari aktivitas ini merusak pohon dan keindahan wisata itu sendiri.

Penelitian tentang vandalisme ini dilakukan di Taman Kupu-Kupu Gita Persada yaitu vandalisme yang dijumpai pada pepohononan berupa coretan, goresan atau bacokan. Secara umum kerangka penelitian disajikan dalam bentuk bagan alir yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan alir kerangka penelitian vandalisme dalam kegiatan wisata hutan di Taman Kupu-Kupu Gita Persada, Kota Bandar Lampung.

Wisata Hutan

Taman Kupu-Kupu Gita Persada

Vandalisme pada Pohon

Pengamatan

Kelompok Umur Wisatawan yang Melakukan Vandalisme

Persepsi Wisatawan terhadap Vandalisme

Upaya Pencegahan Vandalisme pada Pohon

Persepsi Wisatawan

Coretan Goresan Wawancara

Dewasa Remaja

Pengunjung/Wisatawan Dampak Kegiatan Wisata

Vandalisme

Bacokan Wawancara


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pariwisata dan Wisata Alam

Salah satu upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya melalui penetapan kawasan hutan yang salah satu fungsi pemanfaatannya sebagai objek dan daya tarik wisata alam untuk dijadikan pusat pariwisata dan kunjungan wisata alam (Nugroho, 2011). Hal ini sejalan dengan pengertian ekowisata yaitu suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian areal yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat (Maulida, Anggoro, dan Susilowati, 2012). Pariwisata adalah pergerakan manusia yang bersifat sementara ke tujuan-tujuan wisata di luar tempat kerja dan tempat tinggalnya sehari-hari, dimana aktivitasnya dilaksanakan selama tinggal dalam tempat tujuan wisata dan untuk itu disediakan fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhan mereka (Mathieson and Wall, 1982). Menurut Yoeti (1993) bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan berkreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.


(24)

7

Sebagai objek wisata alam, kelestarian lingkungan merupakan daya tarik utama. Kerusakan lingkungan alam akan menyebabkan penurunan dan perubahan citra objek. Wisatawan yang memilih objek wisata alam, seyogyanya menyadari bahwa unsur utama yang akan dinikmati adalah suasana alam yang alamiah (Bharuna, 2009). Secara umum, pada dasarnya ada dua aspek dalam pemanfaatan wisata yaitu melindungi sumber daya dan kualitas pengalaman berwisata (Sayan dan Atik, 2011).

Ciri penting pada pengembangan wisata alam hakekatnya yaitu upaya pelestarian lingkungan alam. Tujuan dasarnya yaitu: (1) penyelamatan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang alami, (2) penyelamatan warisan alam dan budaya, dan (3) pilihan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (Soeriatmadja, 1996).

Terdapat delapan prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pariwisata: (1) sumber daya yang unik yang menjadi daya tarik utama harus mendapat perlindungan, (2) fasilitas dan atau sarana diletakkan pada jarak yang cukup dari lokasi-lokasi yang sensitif dari daya tarik utama, (3) prasarana dibuat seperlunya untuk memberikan akses, tetapi tidak untuk memberi peluang timbulnya lalu lintas yang menggangu kegiatan di tempat strategis, (4) prasarana pejalan kaki menuju tempat-tempat yang peka lingkungan atau jalur untuk kendaraan-kendaraan tak bermotor, (5) lokasi-lokasi dimana ada perubahan lansekap (perbatasan antara pemanfaatan lahan yang berbeda) yang dapat menjadi daya tarik, agar tidak tertutup oleh bangunan, (6) perlu diciptakan daya tarik di kawasan “luar”/pinggiran, untuk mengurangi beban kawasan, (7)


(25)

kawasan-8

kawasan pertanian, peternakan atau lainnya yang merupakan bagian lingkungan

asli hendaknya tidak digusur habis untuk mempertahankan citra aslinya, (8) perlindungan lansekap alamiah dari komponen-komponen pengganggu

(Gunawan, 1997). B. Dampak Pariwisata

Daya dukung berkaitan dengan jumlah dan tipe pemanfaatan yang dapat diterima oleh kawasan dan areal terkait tanpa mengakibatkan dampak negatif terhadap kawasan dan kualitas berwisata (Manning, 2001). Pada kenyataannya, kegiatan pariwisata secara umum hanya tertarik untuk memanfaatkan dan sangat bergantung pada aset lingkungan selaku daya tarik wisata, khususnya sumber alaminya yang unik. Namun, eksploitasi berlebihan pada saatnya akan menimbulkan dampak-dampak yang tidak diinginkan (Bharuna, 2009).

Waluya (2013) menjelaskan, perkembangan pariwisata yang sangat pesat dan terkonsentrasi dapat menimbulkan berbagai dampak. Secara umum dampak yang ditimbulkan adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari pengembangan pariwisata: (1) memperluas lapangan kerja, (2) bertambahnya kesempatan berusaha, (3) meningkatkan pendapatan, (4) terpeliharanya kebudayaan setempat, (5) dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan. Sedangkan dampak negatif dari pariwisata adalah: (1) terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah, (2) timbulnya komersialisasi, (3) berkembangnya pola hidup konsumtif, (4) terganggunya lingkungan, (5) semakin terbatasnya lahan pertanian, (6) pencemaran budaya, (7) terdesaknya masyarakat setempat.


(26)

9

Waluya (2013) menjelaskan juga dampak-dampak negatif yang timbul dari pariwisata dari sektor ekonomi, yaitu: (1) semakin ketatnya persaingan harga antar sektor, (2) harga lahan yang semakin tinggi, (3) mendorong timbulnya inflasi, (4) dapat meningkatkan pencemaran lingkungan seperti sampah, vandalisme (corat-coret), rusaknya habitat flora dan fauna tertentu, polusi air, udara dan tanah. Menurut Waluya (2013), dampak negatif potensial pariwisata terhadap lingkungan alami:

1. Flora dan fauna, dampak negatifnya:

a. Hilangnya atau kepunahan binatang, meliputi: (1) perburuan liar, (2) hewan yang diawetkan atau cinderamata yang dibuat dari bagian tubuh hewan, (3) lingkungan alam yang dipadati pengunjung.

b. Perubahan pola migrasi hewan, meliputi kegiatan pariwisata di jalur migrasi.

c. Kerusakan vegetasi, meliputi: (1) pembangunan sarana wisata baru, (2) kegiatan wisatawan di kawasan lindung.

2. Erosi, terdiri dari: (a) pengikisan permukaan tanah, karena lalu lintas yang terlalu padat, (b) tanah longsor, dikarenakan lingkungan binaan yang tak terkendali dan penggundulan hutan, (c) kerusakan kawasan tepi sungai, karena wisata berperahu yang tak terkendali dan daerah tepi sungai yang terlampau padat oleh pengunjung/penghuni.

3. Sumber daya alam, terdiri dari: (a) habisnya cadangan air tanah dan air permukaan, dikarenakan oleh terlalu banyaknya kawasan yang dibangun dan kerusakan sumber air, (b) tingginya kemungkinan kebakaran dikarenakan api yang tak terkendali dan wisatawan yang tak bertanggung jawab.


(27)

10

4. Dampak pemandangan, terdiri dari: (a) Kawasan terbangun yang tampak,

dikarenakan tidak ada perencanaan dan pengendalian (lansekap), (b) Pemandangan yang kotor, dikarenakan sampah dan kebersihan yang tak

terjaga.

Adanya dampak negatif dari wisata alam terhadap kawasan, diperlukan pengelolaan dan perencanaan yang sesuai untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan (Purnomo, Sulistyantara, dan Gunawan, 2013).

C. Vandalisme

Vandalisme sering dijumpai dalam bentuk sebuah corat-coret dengan cat warna-warni di tembok gedung, di tugu, di atas jalanan aspal, di batu besar, atau pada tembok pagar dengan berbentuk tulisan atau gambar. Bentuk lain yang dapat dijumpai yaitu sebuah goresan atau irisan pada sebuah permukaan, seperti pada sebuah pohon yang ada di daerah pegunungan, ataupun di tengah hutan belantara. Bentuk corat-coret seperti diatas merupakan salah satu bentuk perlakuan dari perorangan atau kelompok. Perlakuan dari seseorang atau kelompok dengan melakukan suatu bentuk corat-coret pada beberapa tempat tertentu yang dapat disaksikan oleh orang banyak adalah suatu bentuk ekspresi diri dan juga sebagai tanda bukti kalau dirinya telah mengunjungi tempat tersebut. Hal ini juga akan membuat kebanggaan tersendiri pada sang pelaku (Celebes, 2015).

Soemarwoto (2004) menyebutnya bentuk-bentuk tersebut sebagai vandalisme. Vandalisme ini dapat beraksi di mana-mana, baik itu di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Perlakuan manusia dengan melakukan suatu kegiatan yang


(28)

11

dapat merusak ini, bukan hanya dalam bentuk corat-coret pada gedung, akan tetapi dengan melakukan kerusakan pada tanaman, candi, karang, juga termasuk bagian dari perbuatan dari manusia vandalis. Namun yang sangat umum dari tindakan seseorang atau kelompok vandalis adalah melakukan kegiatan corat-coret (Celebes, 2015).

Cohen (1973) mengategorikan tipe vandalisme berdasarkan motivasi yang mendorong melakukan tindakan vandalisme.

a. Acquisitive Vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan dengan motivasi untuk mendapatkan uang atau properti. Contohnya adalah penempelan iklan, spanduk, poster, baliho atau bentuk-bentuk pemasaran lainnya yang merusak lingkungan tempatnya berada.

b. Tactical Vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan dengan motivasi mencapai suatu tujuan tertentu, seperti memperkenalkan suatu ideologi. c. Vindictive Vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan dengan motivasi

untuk membalas dendam atas suatu kesalahan. Contohnya adalah sekumpulan anak yang dengan sengaja melempar jendela tetangga mereka dengan batu hingga pecah, karena tetangga tersebut sering memarahi mereka karena bermain dengan ribut.

d. Malicious Vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan karena pelaku vandalisme mendapat kenikmatan dengan memberikan gangguan pada orang lain, atau merasa terhibur saat menghancurkan properti milik orang lain. Contohnya adalah dengan sengaja mencoret kendaraan orang lain karena si pelaku senang melihat pemilik kendaraan marah.


(29)

12

e. Play Vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan dengan motivasi untuk menunjukkan dan mendemonstrasikan kemampuan yang dia miliki, dan bukan bertujuan untuk mengganggu orang lain. Contohnya adalah seorang anak sekolah yang mencoret-coret bangku atau meja belajar di kelasnya. D. Perkembangan Wisatawan

Secara umum wisatawan dibedakan dalam 4 jenis, yaitu: (1) wisatawan terorganisir secara rombongan (the organized mass tourists), yaitu jenis

wisatawan yang seluruh aktivitasnya dikoordinir oleh biro perjalanan, (2) wisatawan perseorangan (the individual tourist), jenis wisatawan yang hampir

sama dengan di atas, hanya saja dalam mengambil keputusan perjalanannya lebih mandiri, (3) wisatawan pengembara/avonturir (the drifter tourist), yaitu wisatawan yang meluluhkan dirinya dengan lingkungan setempat, (4) wisatawan peneliti (the explorer tourist), yaitu wisatawan yang datang berkunjung dengan kepentingan untuk melakukan penelitian (Poo, 1993).

Informasi mengenai karakteristik/profil pengunjung sangat diperlukan bagi pengelola objek wisata alam yang bersangkutan. Manfaat yang diperoleh tidak hanya sebatas pada pengetahuan mengenai deskripsi latar belakang sosiodemografi dan psikografi saja, tetapi lebih jauh lagi adalah mengenai gambaran segmen pasar yang paling prospektif, serta menjadikan pengelola lebih terpacu untuk membuat strategi menarik pasar yang kurang prospektif sekaligus mempertahankan pasar lama agar tidak mengalami kejenuhan dan berpindah ke produk lain (Fandeli, Utami, Kaharudin, Susilowati, dan Wijaya, 2004).


(30)

13

Pada hakekatnya pengembangan suatu objek dan daya tarik wisata akan berkait dengan jumlah kunjungan wisata. Di sektor pariwisata tertentu apabila objek wisata mengalami penurunan kualitas, maka pengunjung akan turun secara perlahan. Konsep ini mengikuti model pertumbuhan dalam ekologi yang disebut pertumbuhan sigmodial (Fandeli, 1998).

E. Persepsi Wisatawan

Persepsi merupakan salah satu usaha untuk mencari interpretasi terbaik terhadap informasi sensoris yang didasarkan pada pengetahuan individu terhadap objek persepsi. Persepsi berperan sebagai rantai penghubung antara kita dan lingkungan kita dan berhubungan dengan kepedulian terhadap objek atau kondisi di sekitar kita. Di dalam pengembangan wisata alam, persepsi wisatawan sangat penting dilakukan untuk mengetahui kesediaan, pemahaman serta keinginan agar kelestarian dari objek wisata alam tetap terpelihara (Rusita, 2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud persépsi adalah (1) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, (2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya. Wijanarko (1994) mengatakan, persepsi sebagai cara atau proses penerimaan, pengelolaan dan interpretasi tentang hal-hal yang diterima individu dari lingkungan yang telah diterimanya.

Menurut Taiguri (Kariamansyah, 1998), persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh:

1. Objek persepsi (stimulus)

Individu dalam mengamati dan memberikan penilaian tentang suatu objek banyak dipengaruhi oleh petunjuk yang dapat berwujud verbal maupun non-verbal.


(31)

14

Petunjuk verbal menyangkut isi pembicaraan seseorang sedangkan petunjuk non-verbal merupakan kesimpulan terhadap informasi-informasi yang diperoleh dari kenampakan.

2. Karakter orang yang melakukan persepsi

Selain adanya pengaruh dari yang dipersepsi (stimulus), persepsi juga melibatkan hal-hal yang telah ada dalam individu seperti: sikap, motif, interest (ketertarikan), dan harapan-harapan terhadap stimulus serta pengalaman masa lalu dalam rangka memberikan gambaran secara keseluruhan terhadap stimulus.

3. Stimulus sosial

Situasi sosial pada saat proses ini berlangsung akan berpengaruh terhadap persepsi. Hal ini dikarenakan norma-norma khusus atau pun petunjuk dari perilaku selalu diasosiasikan dengan situasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dibagi menjadi 2, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal (Noordien, 2012).

1. Faktor Internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

 Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indra, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan memengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indra untuk memersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

 Perhatian

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memerhatikan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek. Energi tiap


(32)

15

orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini akan memengaruhi persepsi terhadap suatu objek.

 Minat

Persepsi terhadap suatu obek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk memersepsikan. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memerhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

 Kebutuhan yang searah

Faktor ini dapat dilihat dari seberapa kuat seorang individu mencari objek-objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

 Pengalaman dan Ingatan

Pengalaman dapat dikatakan bergantung pada ingatan, dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

 Suasana hati

Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang yang dapat memengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal, merupakan karakteristik dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan memengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi persepsi adalah:


(33)

16

Bentuk suatu objek akan memengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk atau ukuran suatu objek, individu akan mudah untuk memerhatikan dan mengingat pada gilirannya membentuk persepsi.

 Warna dari objek

Objek-objek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

 Keunikan dan kekontrasan stimulus

Stimulus luar yang penampilannya sama sekali diluar dugaan individu akan banyak menarik perhatian.

 Intensitas dan kekuatan dari stimulus

Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu objek yang bisa memengaruhi persepsi.

Motion atau Gerakan.

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap objek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek yang diam.

F. Pengertian Taman

Menurut Susilo dan Nurhayati (1999) taman adalah sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan dan keamanan bagi pemiliknya atau penggunanya. Jadi, taman adalah sebuah tempat yang terencana atau sengaja direncanakan yang dibuat oleh manusia, biasanya di luar


(34)

17

ruangan, dibuat untuk menampilkan keindahan dari berbagai tanaman dan bentuk alami.

Taman dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu taman alami dan taman buatan. Kecenderungan masyarakat membuat taman rumah tinggal di areal rumah berupa taman bunga, hamparan rumput, dan taman apotek hidup. Selanjutnya mulai berkembang menjadi taman lingkungan, taman bermain, taman rekreasi dan taman botani. Pada masyarakat perkotaan, taman yang indah selain bernilai estetika juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, taman dengan tanahnya berperan dalam memproduksi oksigen, mengontrol iklim setempat, mencegah erosi, menyimpan air tanah, mengurangi polusi, menahan angin, tempat hidup ekosistem, dan menyerap sinar matahari. Dengan alasan tersebut, pada perkembangan selanjutnya mulai bertambah nama dari taman itu sendiri, dari taman hiburan, hingga taman kota dan taman kupu-kupu seperti yang mulai bermunculan pada saat sekarang ini (Handayani, 2012).

G. Habitat Kupu-Kupu

Menurut Polunin (1994) mengemukakan bahwa istilah habitat sederhana saja mengacu kepada tempat (lokalitas atau stasiun) yang dihuni oleh suatu organisme atau komunitas, ahli-ahli ekologi sekarang lebih memberikan makna sejenis tempat yang mencangkup keseluruhan kondisi efektif (pengaruh:operatif) yang mencirikan suatu tipe tempat tertentu atau dihuni oleh suatu jenis tumbuhan atau suatu komunitas tertentu.


(35)

18

Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi untuk jenis-jenis satwa liar. Sebaran geografis satwa liar tidak dapat dilepaskan dari sebaran keadaan tempat hidupnya (habitatnya), sehingga habitat dan satwa membentuk persekutuan mikro yang merupakan hubungan saling ketergantungan baik secara struktural atau fungsional. Salah satunya kekayaan fauna yang dimiliki Indonesia adalah serangga, khususnya kupu-kupu (Handayani, 2012).

Menurut Soekardi (2007), kupu-kupu dapat dijumpai dimana pun di dunia ini, baik pada daerah yang beriklim panas, dingin, penghujan, pada daerah pantai, atau pegunungan yang tinggi kupu-kupu tetap ada. Namun pada iklim yang kurang sesuai, populasi kupu-kupu akan menjadi sangat kecil. Keberadaan kupu-kupu pada suatu wilayah terkait dengan adanya segala yang dibutuhkan oleh kupu-kupu tersebut untuk bertahan hidup, yaitu tumbuhan pakan larva dan tumbuhan berbunga penghasil nektar sebagai sumber makanan bagi kupu-kupu imago. Kupu-kupu dengan mudah tersebar di berbagai habitat dan lokasi dengan keanekaragaman vegetasi yang tinggi akan mempunyai daya dukung terhadap kehidupan kupu-kupu yang tinggi pula. Habitat kupu-kupu ditandai dengan vegetasi yang disukai kupu-kupu (Handayani, 2012), meliputi:

 Tersedianya tumbuhan inang pakan larva sebagai tempat kupu-kupu meletakkan telur-telurnya dan pakan bagi larva seperti Aristolochia tagala, Piper aduncum, Cassia siamea, Cassia alata, Michelia champaca, Ricinus communis, Cleomerutidosperma, dan Persea americana.

 Tersedianya tumbuhan bunga yang mengandung nektar sebagai pakan kupu-kupu seperti Tridax procumbens, Lantana camara, Clerodendrum


(36)

19

paniculatum, Celosia argenta, Asystasia intrusa, Ixora javanica, dan Stachytarpeta indica.

 Tersedianya tanaman pelindung bagi kupu-kupu.

 Tersedianya tanaman hias yang berbunga karena kupu-kupu menyukai tumbuhan berbunga.

Menurut Jumar (2000) kupu-kupu merupakan serangga bersayap yang realtif indah dengan warna menarik. Kupu-kupu merupakan salah satu jenis satwa liar bangsa serangga yang memiliki sayap yang tertutup bulu atau sisik, memiliki bentuk sayap menarik yang dapat terbang dan memiliki keindahan pada warnanya, memiliki ukuran tubuh kecil sampai besar, memiliki keunikan dalam pertumbuhan, perkembangan dan bereproduksi yaitu mengalami metamorphosis yang sempurna.

Menurut Jumar (2000) faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap habitat kupu-kupu adalah berupa faktor fisik seperti suhu, kelembaban udara curah hujan, cahaya, angin atau dikenal dengan faktor iklim atau topografi, dan faktor makanan seperti vegetasi.

1. Keadaan Iklim

Sejumlah unsur iklim sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan aktifitas dan keanekaragaman spesies pada suatu wilayah. Apabila unsur iklim yang dibutuhkan kupu-kupu pada suatu wilayah sudah terpenuhi atau sesuai kebutuhan kupu-kupu maka kupu-kupu dapat beradaptasi dengan baik didalam lingkungan tersebut. Lingkungan alami kupu-kupu adalah hutan tropis. Dengan demikian


(37)

20

suhu, kelembaban, dan curah hujan menjadi bagian dari unsur iklim yang menentukan kehidupan kupu-kupu (Handayani, 2012).

2. Topografi

Perbedaan ketinggian tempat/topografi tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan kupu-kupu, hanya menyebabkan adanya perbedaan jenis kupu-kupu di daerah yang tinggi dengan daerah yang rendah serta hubungannya dengan suhu karena tiap jenis kupu-kupu memerlukan suhu yang berbeda-beda. Banyaknya jenis kupu-kupu akan berbeda pada tiap habitat, dalam kaitannya dengan persyaratan suhu dan kelembaban, iklim lingkungan sangat menentukan (Handayani, 2012).

3. Vegetasi

Hal yang tidak kalah penting dalam menjaga keanekaragaman satwa liar adalah menjaga lingkungan alami tempat hidupnya (Rahayu dan Basukriadi, 2012). Lingkungan alami kupu-kupu adalah iklim tropis sehingga vegetasi yang dibutuhkan merupakan tumbuhan hutan tropis yang merupakan lahan hutan yang ditumbuhi berbagai campuran jenis pohon, baik pohon dengan kayu keras atau lunak, tumbuh tegak dengan berbagai diameter batang bawah 30 cm sampai 2 meter, bertajuk melebar, berakar dalam atau tumbuh mendatar serta ditumbuhi perdu, semak belukar baik lebat atau jarang pertumbuhannya. Dijumpai di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian juga pulau-pulau atau daerah-daerah lain disepanjang sekitar garis khatulistiwa (Handayani, 2012). Menurut Soekardi (2007) mengemukakan bahwa vegetasi yang disukai kupu-kupu adalah bunga-bunga yang mempunyai nektar, diantaranya bunga-bunga liar seperti Tridax procumbens, Lantana camara, Clerodendrum paniculatum, Celosia


(38)

21

argenta, Asystasia intrusa, Ixora javanica, dan Stachytarpeta indica. Sedangkan tumbuhan inang sebagai pakan kupu-kupu antara lain, Aristolochia tagala, Piper aduncum, Cassia siamea, Cassia alata, Michelia champaca, Ricinus communis, Cleomerutidosperma, dan Persea americana.

H. Keanekaragaman Kupu-Kupu

Indonesia sangat kaya spesies, walau luasnya hanya 1,3% luas daratan dunia, memiliki sekitar 17% jumlah spesies dunia. Paling tidak Indonesia memiliki 11% spesies tumbuhan berbunga, 12% spesies mamalia, 15 % spesies amfibi dan reptilia, 17% spesies burung dan 37% spesies ikan dunia. Kekayaan dunia serangga Indonesia terwakili oleh 666 spesies capung dan 200 spesies kupu-kupu termasuk dalam kategori kupu-kupu terindah di dunia (Fandeli, 2000). Keragaman spesies atau yang dikenal dengan kekayaan jenis adalah jumlah spesies yang beragam yang hidup di lokasi tertentu (Primack, Supriatna, Indrawan, dan Kramadibrata, 1998). Menurut Jumar (2000) spesies (jenis) dianggap sebagai unit terkecil klasifikasi, artinya semua hewan yang berciri khas sama tergolong satu jenis. Karena evolusi dan letak geografis, maka populasi yang membentuk spesies semakin lama semakin berkembang walaupun untuk ini terkadang waktu yang cukup lama.

Secara klasifikasi (taksonomi) atau penggolongan dunia hewan semua serangga masuk ke dalam filum Arthropoda, dari kelas Insecta, dan salah satunya adalah Ordo Lepidoptera. Berdasarkan bentuk tubuh dan aktivitasnya dikelompokkan menjadi dua sub-ordo yaitu Heterocera dan Rhopalocera. Heterocera dikenal dengan sebutan ngengat atau moth. Serangga ini aktif pada malam hari dan warna


(39)

22

ngengat pada umumnya kecoklatan. Sedangkan kupu-kupu termasuk sub-ordo Rhopalocera. Kupu-kupu aktif melakukan perilaku hariannya seperti terbang dan mencari makan pada siang hari. Bentuk, ukuran, warna, dan venasi sayap merupakan bagian paling penting dalam identifikasi kupu-kupu (Handayani, 2012).

Menurut Jumar (2000) Lepidoptera dibagi dalam lima famili, yaitu: Papilionidae, Nymphalidae, Pieridae, Lycaenidae dan Hesperidae. Berikut ini mengenai ciri-ciri dari tiap famili kupu-kupu:

1. Papilionidae, adalah kupu-kupu yang berukuran tubuh besar dengan warna sayap gelap yang mempunyai radius pada sayap depan lima cabang dan biasanya mempunyai perpanjangan seperti ekor pada sisi belakang dari sayap belakang. Papilionidae merupakan kupu-kupu terbesar di dunia, pada beberapa spesies mempunyai rentang sayap kira-kira 225 mm (Borror, Triplehorn, dan Johnson, 1996).

2. Nymphalidae, adalah kupu-kupu yang mempunyai ukuran tubuh cukup besar dan memiliki sayap dengan warna yang beranekaragam atau dikenal dengan kupu-kupu berkaki sikat. Kebanyakan kupu-kupu ini memiliki warna sayap oranye coklat bahkan ada yang berwarna hitam. Sayap bagian bawah terlihat pudar bahkan menyerupai daun mati. Sayap depan agak segitiga sedangkan sayap belakang memanjang ke depan atau membengkok.

3. Pieridae, sayap kupu-kupu ini biasanya berwarna putih kekuning-kuningan dengan tanda-tanda hitam pada tepi sayap, sayap bawah tidak berekor dan kaki depan lebih berkembang. Ukuran rentang sayap biasanya kecil dan sedang antara 46-100 mm.


(40)

23

4. Lycaenidae, adalah kupu-kupu yang kecil, halus dan seringkali berwarna cemerlang. Nama lain kupu ini adalah kupu tembaga dan kupu-kupu bergaris rambut.

5. Hesperidae, mempunyai ukuran tubuh kecil dan gemuk.

I. Taman Kupu-Kupu Gita Persada

Taman Kupu-Kupu Gita Persada merupakan salah satu tempat konservasi dan wisata yang ada di Tahura yang dikelola oleh Yayasan Sahabat Alam dengan maksud meningkatkan pengetahuan konservasi lingkungan hidup, meningkatkan peran dan manfaat flora dan fauna. Berdasarkan tujuan tersebut pada tahun 1999 Yayasan Sahabat Alam membuat Taman Kupu-Kupu Gita Persada yang bertujuan melakukan konservasi kupu-kupu khas Sumatera. Taman Kupu-Kupu Gita Persada merupakan taman percontohan di dalam kota yang berada di alam terbuka seluas 4,8 Ha dengan ketinggian 460 m di atas permukaan laut, letaknya di Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling (Handayani, 2012).

Taman Kupu-Kupu Gita Persada saat ini menjadi tempat konservasi kupu-kupu dan pelestarian alam dimana terdapat anekaragam kupu-kupu khas Sumatera, keindahan warna-warni sayapnya beterbangan di lingkungan yang masih alami. Selain itu dapat juga mengamati perilaku kupu-kupu yang sedang bertelur, mencari makan, melihat secara langsung ulat yang sedang memakan daun atau berkopulasi (kawin), mengamati daur hidup dan metamorphosis dari telur ulat, kepompong, sampai menjadi kupu-kupu dewasa baik di dome penangkaran ataupun di alam bebas. Selain itu terdapat museum kayu yang dijadikan sebagai


(41)

24

tempat menyimpan koleksi kupu-kupu yang telah diawetkan dan dapat dijadikan suvenir (Handayani, 2012).

Taman Kupu-Kupu Gita Persada melakukan konservasi kupu-kupu dari mulai telur, ulat, kepompong sampai menjadi kupu-kupu di dome penangkaran, menyediakan makanannya dan tempat yang layak bagi perkembangan metamorfosisnya. Kupu-kupu mengalami kepunahan seiring berjalannya waktu dan ketidakpedulian manusia terhadap makhluk hidup lainnya. Dengan adanya taman kupu-kupu ini pengembangbiakan kupu-kupu tetap terjaga dengan cara melakukan penangkaran pada habitat aslinya ataupun di luar habitat aslinya dengan membuat jaring penangkaran dan di dalamnya dipenuhi segala faktor-faktor lingkungan agar kupu-kupu mampu bertahan hidup dan berkembang biak dengan baik sehingga informasi kupu-kupu itu sendiri dapat dilestarikan (Handayani, 2012).

Melihat pentingnya peran kupu-kupu bagi alam dan taman kupu-kupu sebagai tempat konservasi kupu-kupu, Taman Kupu-Kupu Gita Persada telah memperbaiki lahan kritis di hutan Gunung Betung dengan menanami berbagai tumbuhan pakan kupu-kupu dan berkembang biak di tempat tersebut. Ketersediaan vegetasi tanaman pakan merupakan faktor penting yang dibutuhkan kupu-kupu untuk kelangsungan hidupnya (Handayani, 2012).


(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang dampak kegiatan wisata hutan berupa vandalisme pada pohon ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 meliputi tahap persiapan, pengambilan data dan dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data.

1. Penetapan Areal Pengamatan

Areal pengamatan ditetapkan dengan cara memilih dua lokasi di dalam Taman Kupu-Kupu Gita Persada yang kondisinya berbeda. Lokasi pertama merupakan areal yang digunakan sebagai tempat kegiatan wisata sedangkan lokasi kedua merupakan areal yang tidak digunakan kegiatan wisata.


(43)

26

2. Jumlah Responden

Populasi penelitian adalah pengunjung Taman Kupu-Kupu Gita Persada. Berdasarkan informasi pengelola taman kupu-kupu, jumlah pengunjung taman kupu-kupu adalah 125 wisatawan perbulan. Jumlah responden yang diwawancarai dihitung menggunakan rumus Slovin (Arikunto, 2010), yaitu sebagai berikut :

n

=

e

2

+ 1

Keterangan:

n : Jumlah resonden N : Jumlah populasi e : presisi 10% 1 : bilangan konstant Maka,

n = 125

125 0,1 2+1

n = 125

1,25+1

n = 125

2,25 = 55,56 => 56 responden

Sehingga jumlah responden pada penelitian ini adalah 56 responden. B. Alat dan Bahan

Objek yang diamati pada penelitian ini adalah pohon dan wisatawan/pengunjung di kawasan Taman Kupu-Kupu Gita Persada. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rol meter, kamera, tally sheet, kuisioner, alat tulis, Phiband, dan komputer/laptop.


(44)

27

C. Tahapan Penelitian

Pelakasanaan penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan, meliputi kegiatan kepustakaan dan observasi lapangan.

2. Tahap pelaksanaan, meliputi kegiatan pengambilan data.

3. Tahap akhir, meliputi kegiatan analisis data yang telah diperoleh berdasarkan

hasil di lapangan dan penyusunan laporan (skripsi).

D. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data yang Dikumpulkan

a. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa informasi dan keterangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian, baik diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan maupun dari sumber informasi terkait berupa: 1) bentuk-bentuk vandalisme pada pohon berupa coretan, goresan, atau bacokan, 2) kelompok umur wisatawan yang melakukan

vandalisme, 3) persepsi wisatawan terhadap vandalisme.

Bentuk vandalisme yang ditemui di lapangan pada areal yang digunakan kegiatan wisata dan pada areal yang tidak digunakan kegiatan wisata kemudian dicatat pada lembar kerja. Lembar kerja ini meliputi nama pohon, diameter pohon, jarak pohon ke jalan, bentuk vandalisme, dan volume vandalisme.

Wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung menggunakan panduan


(45)

28

tentang kelompok umur wisatawan yang melakukan vandalisme dan data terkait

persepsi wisatawan mengenai vandalisme.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari pustaka, jurnal dan terbitan

lainnya untuk melengkapi data primer yang diambil di lapangan.

2. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Spesies tumbuhan yang diamati adalah fase pohon dan tiang.

b. Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah jenis tumbuhan fase pohon &

tiang dan frekuensi vandalisme dari tumbuhan fase pohon & tiang.

c. Wawancara terhadap wisatawan dilakukan pada lokasi kegiatan wisata.

3. Tahapan Kegiatan Penelitian

a. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan adalah langkah awal untuk memulai penelitian, tujuan survei

pendahuluan agar peneliti mengetahui kondisi umum lokasi penelitian,

menentukan areal pengamatan dan metode yang akan digunakan.

b. Pengambilan Data di Lapangan

Pengamatan dilakukan pada titik pengataman yang telah ditentukan. Data yang

dicatat selama pengamatan adalah: 1) bentuk-bentuk vandalisme pada pohon

berupa coretan, goresan, atau bacokan, 2) kelompok umur wisatawan yang


(46)

29

c. Analisis Data

Kegiatan dalam analisis data adalah kegiatan untuk mengelola data dan menguraikan data yang didapat selama penelitian, kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk deskriptif kuantitatif.

4. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan metode, antara lain:

a. Variabel bentuk-bentuk vandalisme pada pohon dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif.

b. Persentase individu tumbuhan terkena vandalisme dihitung menggunakan rumus:

Persentase vandalisme = jumlah individu terkena vandalisme

jumlah keselu ruhan individu x 100%

c. Variabel frekuensi bentuk-bentuk vandalisme pada pohon dihitung menggunakan rumus:

F

=

jumlah ditemukannya suatu bentuk vandalisme jenis ke−�

jumlah seluruh bentuk vandalisme pada pohon

x

100%

d. Rata-Rata vandalisme pada tiap individu dihitung menggunakan rumus: Frekuensi vandalisme = Jumlah vandalisme

jumlah keseluruhan individu

e. Variabel karakteristik wisatawan dan persepsi wisatawan dianalisis secara deskriptif kuantitatif.


(47)

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada

Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung yang tepatnya berada di Lingkungan II RT 10 Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling yang memiliki ketinggian 460 meter di atas permukaan laut. Taman Kupu-Kupu Gita Persada merupakan salah satu tempat konservasi dan wisata yang dikelola oleh Yayasan Sahabat Alam yang berdiri sejak 15 Januari 1999 dengan akte notaris Ny. Agustina Sulistiowati, S.H. No.2 dengan jabatan ketua yayasan Dr. Herawati Soekardi Djausal, M.S. (Handayani, 2012).

Yayasan Sahabat Alam merupakan yayasan yang membuat Taman Kupu-Kupu Gita Persada pada tahun 1999 di kaki Gunung Betung seluas 4,8 Ha dengan ketinggian 460 meter di atas permukaan laut bertujuan meningkatkan pengetahuan konservasi lingkungan hidup, meningkatkan peran dan manfaat flora dan fauna serta melakukan konservasi kupu-kupu khas Sumatera. Taman kupu-kupu ini merupakan taman di lahan terbuka yang sengaja dibuat agar diperoleh mikro habitat yang sesuai bagi kehidupan kupu-kupu sehingga dapat dilakukan konservasi dan kupu-kupu tidak mengalami kepunahan serta menjadi tempat


(48)

31

rekreasi dan sarana pendidikan sekaligus menjadi tempat penelitian (Handayani, 2012).

Awalnya Taman Kupu-Kupu Gita Persada adalah lahan kritis bekas kebun dan ladang yang ditinggalkan oleh masyarakat. Kondisi lahan ini menyebabkan rusaknya habitat sebagai tempat hidup ekosistem sehingga tidak ada satupun kupu-kupu disana. Kemudian oleh pengelola dilakukan perbaikan mikro habitat dengan mengembalikan unsur hara tanah dan menanami lahan dengan tanaman yang disukai kupu-kupu. Dengan adanya vegetasi tumbuhan berbunga penghasil nektar dan beranekaragam tumbuhan inang bagi pakan larvanya maka dengan sendirinya kupu-kupu akan datang untuk berkembang biak sehingga dapat dilakukan konservasi dan menjadi taman kupu-kupu seperti saat ini (Handayani, 2012).

Lingkungan alami kupu-kupu adalah iklim tropis sehingga vegetasi yang dibutuhkan merupakan tumbuhan hutan tropis yang merupakan lahan hutan yang ditumbuhi berbagai campuran jenis pohon, baik pohon dengan kayu keras atau lunak, tumbuh tegak dengan berbagai diameter batang bawah 30 cm sampai 2 meter, bertajuk melebar, berakar dalam atau tumbuh tumbuh mendatar serta ditumbuhi perdu, semak belukar baik lebat atau jarang pertumbuhannya (Handayani, 2012).

B. Keadaan Geografis

Keadaan geografis adalah berbagai bentuk nyata dari lingkungan alam, maupun antara hasil adaptasi manusia dengan alam (Daldjoeni, 1992).


(49)

32

1. Letak Astronomis

Letak astronomis adalah letak suatu tempat atau daerah berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Secara astronomis Kelurahan Kedaung terletak pada 5° 25’ 56” LS - 5° 26’ 47” LS dan antara 105° 21’10” BT - 105° 16’ 23” BT. Titik kordinat lokasi taman berada diantara 5° 25’ 16” LS - 5° 25’ 20” LS dan 105° 11’ 23” BT - 105° 11’ 30” BT (Handayani, 2012).

2. Letak Administratif

Letak administratif suatu daerah berdasarkan pembagian wilayah administratif pemerintahan. Secara administratif Kelurahan Kedaung terletak di wilayah Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung dengan luas 477 Ha. Kelurahan Kedaung memiliki batas-batas administratif (Handayani, 2012) sebagai berikut:  Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Beringin Raya.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Batu Putu.  Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sumber Agung.  Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sukadana Ham.

C. Keadaan Iklim

Iklim di suatu wilayah ditentukan oleh sejumlah unsur iklim yang terdiri dari suhu atau temperatur udara, lengas atau kelembaban udara, curah hujan atau presipitasi, arah dan kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan sebagainya (Subarjo, 2006). Menurut Kartasaputra (2004) bahwa keadaan iklim adalah keadaan rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap. Menurut Brotowidjoyo (1994) iklim menentukan spesies hewan yang ada di suatu wilayah. Indonesia dengan iklim tropis menjadi habitat yang cocok bagi


(50)

33

perkembangan berbagai jenis kupu-kupu karena lingkungan alami kupu-kupu adalah iklim tropis.

Keadaan iklim mempengaruhi aktivitas yang terdapat di Taman Kupu-Kupu Gita Persada, menyebabkan perbedaan pada kupu-kupu dan tanaman yang dapat tumbuh sebagai kebutuhan dari kupu-kupu itu sendiri sehingga berpengaruh terhadap keanekaragaman kupu-kupu yang dapat hidup di lokasi ini.

1. Suhu

Suhu mencerminkan energi kinetik rata-rata dari gerakan molekul-molekul (Subarjo, 2006). Kupu-kupu memiliki kisaran suhu tertentu, hewan ini akan mati apabila berada pada suhu yang terlalu tinggi atau juga sebaliknya, berada pada suhu yang terlalu rendah. Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah sebagai berikut: suhu minimum 15°C, suhu optimum 25°C, dan suhu maksimum 45°C (Jumar, 2000). Kupu-kupu memiliki kisaran suhu tertentu dimana kupu-kupu dapat hidup dan berkembang biak yaitu pada suhu 15°C - 45°C, di luar kisaran suhu tersebut kupu-kupu akan mati kedinginan atau kepanasan. Sedangkan pada suhu optimum atau efektif dan masih mendekati suhu tersebut kupu-kupu hidup normal aktifitas dan perkembangan juga normal (Handayani, 2012).

Suhu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada, lebih tepatnya berada di daerah perbukitan memiliki suhu sedang dengan suhu rata-rata 25,8°C. Sebagai organisme yang berdarah dingin, suhu tubuh kupu-kupu sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan setiap spesies memiliki kisaran suhu tertentu (Handayani, 2012).


(51)

34

2. Curah Hujan

Menurut Giantoro (1994) bahwa dalam kaitannya dengan persyaratan suhu dan kelembaban, iklim lingkungan sangat menentukan. Oleh karena itu lokasi pemeliharaan harus memperhatikan kedua faktor tersebut, selain itu pada umumnya daerah yang berketinggian 400-1000 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan sedang hingga tinggi berkisar antara 2000-4000 mm pertahun dapat dijumpai kupu-kupu dalam jumlah banyak.

Curah hujan yang tinggi mengakibatkan kematian larva dan pupa spesies kupu-kupu. Lokasi atau wilayah yang menjadi habitat kupu-kupu harus sesuai dengan iklim yang dibutuhkan oleh kupu-kupu karena sejumlah unsur iklim sangat berpengaruh bagi perkembangbiakan kupu-kupu. Penyesuaian tersebut dapat dilakukan dengan mengadaptasikan kupu-kupu dengan lingkungan iklimnya yang sesuai dengan habitat kupu-kupu. Habitat kupu-kupu yang berada pada Taman Kupu-Kupu Gita Persada dengan konsep taman harus mampu menjadi habitat yang cocok bagi perkembangbiakan keanekaragaman kupu-kupu sehingga jenis kupu-kupu tidak punah. Dengan demikian keadaan suhu, curah hujan, dan kelembaban udara menjadi bagian dari unsur iklim yang menentukan (Handayani, 2012).

Lokasi Taman Kupu-Kupu Gita Persada mempunyai tipe iklim C (penggolongan iklim Schmidt-Ferguson) dengan rata-rata curah hujan selama periode sepuluh tahun yaitu 2087,66 mm pertahun. Curah hujan tersebut cukup sesuai untuk habitat kupu-kupu karena curah hujan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kematian larva dan pupa (Handayani, 2012).


(52)

35

3. Kelembaban

Kelembaban adalah salah satu faktor iklim yang sangat penting bagi kupu-kupu karena mempengaruhi kegiatan dan perkembangan kupu-kupu. Kelembaban udara ditentukan oleh banyaknya kandungan uap air yang ada dalam udara. Pada umumnya kupu-kupu menyukai habitat yang mempunyai kelembaban tinggi, seperti lokasi-lokasi yang berada di pinggir sungai yang jernih atau di bawah tegakan pohon, sekitar gua yang lembab karena berair (Handayani, 2012). Menurut Borror et al (1996) kelembaban yang dibutuhkan kupu-kupu untuk berkembang biak berkisar antara 84-92 %.

Berdasarkan data klimatologi Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung tahun 2011, Taman Kupu-Kupu Gita Persada memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu 87,4% sehingga cocok sebagai habitat kupu-kupu. Apabila habitat kupu-kupu memiliki kelembaban yang terlalu tinggi yaitu >92% maka kupu-kupu tidak mampu beradaptasi (Handayani, 2012).

D. Topografi

Menurut Giantoro (1994) pada umumnya daerah yang berketinggian 400-1000 meter di atas permukaan laut spesies kupu-kupu ditemukan dalam jumlah banyak. Taman Kupu-Kupu Gita Persada yang berada diketinggian 460 meter diatas permukaan laut cocok sebagai habitat kupu-kupu. Salah satu spesies yang mendominasi pada ketinggian ini adalah spesies yang berasal dari famili Nymphalidae (Handayani, 2012).


(53)

36

E. Vegetasi

Keadaan iklim pada Taman Kupu-Kupu Gita Persada, pada iklim agak basah dengan suhu yang sesuai akan mempengaruhi pertumbuhan vegetasi dan keragaman spesies kupu-kupu. Berdasarkan hasil pengamatan dan dokumentasi pihak pengelola, sebagian besar vegetasi taman adalah tanaman hutan dan tanaman perkebunan rakyat sebelumnya seperti kopi, kakao dan kelapa. Namun saat ini taman sudah ditumbuhi dengan vegetasi berupa tanaman pohon yang berfungsi sebagai peneduh bagi kupu-kupu, tanaman inang kupu-kupu, dan tanaman berbunga sebagai pakan kupu-kupu, selain itu juga terdapat tanaman buah, tanaman obat, bumbu dapur dan beberapa tanaman penambah estetika (Handayani, 2012).

Vegetasi yang banyak ditemui di taman berupa tanaman perdu, semak belukar, beberapa tanaman bambu dan tanaman perkebunan yang memang merupakan jenis tanaman daerah iklim tropis dan memiliki banyak bulan basah sehingga vegetasi sebagai pakan kupu-kupu dapat tumbuh dengan baik (Handayani, 2012). F. Habitat

Taman Kupu-Kupu Gita Persada adalah taman yang sengaja dibuat sedemikian rupa menyerupai habitat asli kupu-kupu atau habitat binaan yang digunakan sebagai tempat melakukan konservasi kupu-kupu dengan cara membuat rekayasa habitat. Habitat kupu-kupu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada terdiri dari lahan terbuka dan dome penangkaran. Pada habitat lahan terbuka tidak semua lokasi taman dikunjungi kupu-kupu. Hanya beberapa titik lokasi yang dijadikan sebagai


(54)

37

tempat favorit kupu-kupu beraktivitas yaitu pada taman yang terdapat tanaman sebagai pakan kupu-kupu dan pakan larva. Selain itu juga terdapat fasilitas wisata seperti museum yang menyimpan koleksi kupu-kupu dari tahun 1999 sampai saat ini dan terdapat hutan sekunder yang terletak di lokasi paling belakang Taman Kupu-Kupu Gita Persada.

Dome penangkaran merupakan habitat sementara berupa kandang penangkaran yang ditutup jaring-jaring berfungsi sebagai tempat melakukan konservasi kupu-kupu sebelum dilepaskan ke taman terbuka. Pada dome penangkaran disediakan berbagai jenis tanaman untuk pakan kupu-kupu, ulat dan telur kupu-kupu serta tanaman hias. Selain itu, di dome penangkaran terdapat lemari yang berfungsi sebagai tempat menyimpan ulat, telur, kepompong. Hal ini dilakukan agar mengurangi gangguan dari predator. Kegiatan dalam dome penangkaran dilakukan oleh pengelola berupa penanganan pakan, pemeliharaan telur, pemeliharaan ulat, pemeliharaan kepompong, serta pemeliharaan kupu-kupu dewasa (Handayani, 2012).

G. Keragaman Spesies Kupu-Kupu

Berdasarkan hasil penelitian dan dokumentasi pihak pengelola Taman Kupu-Kupu Gita Persada yang telah melakukan konservasi kupu-kupu sejak tahun 1999, hingga tahun 2011 tercatat kurang dari lebih 160 spesies kupu-kupu berhasil ditangkarkan di dalam dome penangkaran dan dilepaskan ke lahan terbuka sehingga Taman Kupu-Kupu Gita Persada memiliki keanekaragaman spesies kupu-kupu yang cukup tinggi (Handayani, 2012).


(55)

38

Jumlah spesies kupu-kupu yang dilindungi sebenarnya sangat sedikit yaitu 20 spesies yang telah dimasukkan ke dalam daftar jenis satwa yang dilindungi di Indonesia dibandingkan dengan jumlah spesies kupu-kupu di Indonesia yang mencapai 200-an jenis. Salah satu kekayaan yang dimiliki Taman Kupu-Kupu Gita Persada adalah keanekaragaman kupu-kupu khas Sumatera. Sampai saat ini Taman Kupu-Kupu Gita Persada terus melakukan konservasi sebagai upaya pelestarian spesies kupu-kupu khas Sumatera (Handayani, 2012).


(56)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Taman Kupu-Kupu Gita Persada, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk vandalisme pada pohon yang ditemui di Taman Kupu-Kupu Gita Persada adalah goresan dan bacokan serta tidak ditemukan bentuk vandalisme berupa coretan.

2. Responden yang mengaku pernah melakukan kegiatan vandalisme di tempat wisata selain Taman Kupu-Kupu Gita Persada adalah kelompok umur remaja dan dewasa dengan jumlah keseluruhan sebanyak 8 responden.

3. Secara umum responden memiliki persepsi bahwa kegiatan vandalisme ini merusak pohon dan keindahan tempat wisata serta diperlukan tindakan pencegahan dan penanganan oleh pengelola Taman Kupu-Kupu Gita Persada terkait kegiatan vandalisme.

B. SARAN

Saran terkait dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan terhadap kegiatan vandalisme oleh pengelola Taman Kupu-Kupu Gita Persada.


(57)

55

2. Perlu dilakukan akomodasi dalam bentuk manajemen wisatawan atau pengunjung secara proporsional dalam upaya pencegahan vandalisme.

3. Jika diperlukan, dilakukan pemerikasaan terhadap pengunjung atau wisatawan agar tidak membawa benda yang dapat dijadikan alat untuk melakukan kegiatan vandalisme.

4. Jika diperlukan, disediakan tempat atau banner khusus bagi pengunjung yang ingin menunjukkan ekspresi dirinya dan ingin meninggalkan tanda bukti bahwa pernah berkunjung ke tempat wisata tersebut.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 413 hal.

Bharuna, A.A.G.D. 2009. Pola perencanaan dan strategi pembangunan wisata alam berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 9 (1) : 121-128.

Borror D.J., C.A. Triplehorn, dan N.F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Brotowidjoyo, M. D. 1994. Zoology Dasar. Erlangga. Jakarta.

Celebes, K.M.J. 2015. Vandalisme. http://www.lingkungan.kampung-media.com/2015/02/04/vandalisme-8223. Diakses pada tanggal 26 Februari 2015.

Cohen, S. 1973. Property Destruction: Motives and Meanings. In C. Word (ed.). Vandalism. London. Architectural Press.

Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru: Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek. Alumni. Bandung.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Buku. Jakarta. Departemen Republik Indonesia. 165 hal.

Fandeli, C. 1998. Studi Objek Dan Daya Tarik Wisata Alam Serta Daya Dukung Pantai Parang Tritis Daerah Istimewa Yogyakarta. PUSPAR UGM. Yogyakarta.

Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Fandeli, C. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Fandeli, C., R. N. Utami, Kaharudin, S. Susilowati, dan Wijaya. 2004. Identifikasi dampak kegiatan wisata alam terhadap komponen biotis di Kawasan Wisata Alam Tlogo Putri Kaliurang. Laporan Akhir. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.


(59)

57

Fandeli, C. dan M. Nurdin. 2005. Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi

di Taman Nasional. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Pusat

Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada dan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup. Yogyakarta.

Gibson, J.L. 2006. Organization Behavior, Structure, Proceesed. Dallas. Bussines Pub.

Giantoro, S. 1994. Budidaya Ulat Sutera. Penebar Swadaya. Bogor.

Gunawan, M.P. 1997. Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan. P2PAR-LP ITB. Bandung.

Handayani, V.D. 2012. Deskripsi habitat kupu-kupu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2012. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Handayani, V.D., I. G. Sugiyanta, dan Zulkarnain. 2012. Deskripsi habitat kupu-kupu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung tahun 2012. Jurnal Penelitian Geografi. Vol 1 (2).

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Kariamansyah. 1998. Studi persepsi masyarakat terhadap OWA Lawe Gorah, Taman Nasional Gunung Leuser, Kutacane, Aceh Tengah. Skripsi. Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.

Kartasaputra, A. G. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Kim, I. dan A. Bruchman. 2005. Juvenile Vandalism & Parents Watch: A New Approach Toward the Eradiction of the Vansalism phenomena. Beit-Berl College.

Laurens, J.M. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta. PT Grasindo. Manning, R.E. 2001. Programs that work visitor experience and resource

protection: a framework for managing carrying capacity of national parks. Journal of Park and Recreation Administration Vol. 19 (1) : 93-108. Mathieson, A. and G. Wall. 1982. Tourism: Economic, Physical and Social

Impact. Longman Group. England.

Maulida, H.F., S. Anggoro, dan I. Susilowati. 2012. Pengelolaan wisata alam air panas cangar di Kota Batu. Jurnal Ekosains. Vol. IV (3).


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Taman Kupu-Kupu Gita Persada, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk vandalisme pada pohon yang ditemui di Taman Kupu-Kupu Gita Persada adalah goresan dan bacokan serta tidak ditemukan bentuk vandalisme berupa coretan.

2. Responden yang mengaku pernah melakukan kegiatan vandalisme di tempat wisata selain Taman Kupu-Kupu Gita Persada adalah kelompok umur remaja dan dewasa dengan jumlah keseluruhan sebanyak 8 responden.

3. Secara umum responden memiliki persepsi bahwa kegiatan vandalisme ini merusak pohon dan keindahan tempat wisata serta diperlukan tindakan pencegahan dan penanganan oleh pengelola Taman Kupu-Kupu Gita Persada terkait kegiatan vandalisme.

B. SARAN

Saran terkait dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan terhadap kegiatan vandalisme oleh pengelola Taman Kupu-Kupu Gita Persada.


(2)

55

2. Perlu dilakukan akomodasi dalam bentuk manajemen wisatawan atau pengunjung secara proporsional dalam upaya pencegahan vandalisme.

3. Jika diperlukan, dilakukan pemerikasaan terhadap pengunjung atau wisatawan agar tidak membawa benda yang dapat dijadikan alat untuk melakukan kegiatan vandalisme.

4. Jika diperlukan, disediakan tempat atau banner khusus bagi pengunjung yang ingin menunjukkan ekspresi dirinya dan ingin meninggalkan tanda bukti bahwa pernah berkunjung ke tempat wisata tersebut.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 413 hal.

Bharuna, A.A.G.D. 2009. Pola perencanaan dan strategi pembangunan wisata alam berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 9 (1) : 121-128.

Borror D.J., C.A. Triplehorn, dan N.F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Brotowidjoyo, M. D. 1994. Zoology Dasar. Erlangga. Jakarta.

Celebes, K.M.J. 2015. Vandalisme. http://www.lingkungan.kampung-media.com/2015/02/04/vandalisme-8223. Diakses pada tanggal 26 Februari 2015.

Cohen, S. 1973. Property Destruction: Motives and Meanings. In C. Word (ed.). Vandalism. London. Architectural Press.

Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru: Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek. Alumni. Bandung.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Buku. Jakarta. Departemen Republik Indonesia. 165 hal.

Fandeli, C. 1998. Studi Objek Dan Daya Tarik Wisata Alam Serta Daya Dukung Pantai Parang Tritis Daerah Istimewa Yogyakarta. PUSPAR UGM. Yogyakarta.

Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Fandeli, C. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Fandeli, C., R. N. Utami, Kaharudin, S. Susilowati, dan Wijaya. 2004. Identifikasi dampak kegiatan wisata alam terhadap komponen biotis di Kawasan Wisata Alam Tlogo Putri Kaliurang. Laporan Akhir. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.


(4)

57

Fandeli, C. dan M. Nurdin. 2005. Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi

di Taman Nasional. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada dan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup. Yogyakarta.

Gibson, J.L. 2006. Organization Behavior, Structure, Proceesed. Dallas. Bussines Pub.

Giantoro, S. 1994. Budidaya Ulat Sutera. Penebar Swadaya. Bogor.

Gunawan, M.P. 1997. Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan. P2PAR-LP ITB. Bandung.

Handayani, V.D. 2012. Deskripsi habitat kupu-kupu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2012. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Handayani, V.D., I. G. Sugiyanta, dan Zulkarnain. 2012. Deskripsi habitat kupu-kupu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung tahun 2012. Jurnal Penelitian Geografi. Vol 1 (2).

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Kariamansyah. 1998. Studi persepsi masyarakat terhadap OWA Lawe Gorah,

Taman Nasional Gunung Leuser, Kutacane, Aceh Tengah. Skripsi.

Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.

Kartasaputra, A. G. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Kim, I. dan A. Bruchman. 2005. Juvenile Vandalism & Parents Watch: A New Approach Toward the Eradiction of the Vansalism phenomena. Beit-Berl College.

Laurens, J.M. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta. PT Grasindo. Manning, R.E. 2001. Programs that work visitor experience and resource

protection: a framework for managing carrying capacity of national parks. Journal of Park and Recreation Administration Vol. 19 (1) : 93-108. Mathieson, A. and G. Wall. 1982. Tourism: Economic, Physical and Social

Impact. Longman Group. England.

Maulida, H.F., S. Anggoro, dan I. Susilowati. 2012. Pengelolaan wisata alam air panas cangar di Kota Batu. Jurnal Ekosains. Vol. IV (3).


(5)

Mulyana, S. 2013. Kajian jenis pohon potensial untuk Hutan Kota di Bandung, Jawa Barat. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. Vol. 10 (1) : 58 – 71. Noordien, A. 2012. Persepsi: Pengertian, Definisi dan Faktor yang

Mempengaruhi. http://www.academia.edu/6123394/Teori_persepsi. Diakses pada tanggal 25 Februari 2015.

Nugroho, I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Polunin, N. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Poo, A. 1993. Tourism, Technology and Competitive Strategies, CAB International-WTO; Tourism to The Year 2000. WTO. Madrid.

Primack, R.B., J. Supriatna, M. Indrawan, dan P. Kramadibrata. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Purnomo, H., B. Sulistryantara, dan A. Gunawan. 2013. Peluang usaha ekowisata di Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu Jawa Timur. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Vol. 10 (4) : 247-263.

Rahayu, S.E. dan A. Basukriadi. 2012. Kelimpahan dan keanekaragaman spesies kupu-kupu (lepidoptera; rhopalocera) pada berbagai tipe habitat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi. Jurnal Biospecies. Vol. 5 (2) : 40-48.

Rusita. 2007. Studi Pengembangan Produk Wisata Alam di Kawasan Taman

Nasional Gunung Palung Kalimantan Barat. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sayan, M. S. and M. Atik. 2011. Recreation carrying capacity estimates for protected areas: a study of Termessos National Park (Turkey). Jurnal Ekoloji Vol. 20 (78): 66-74.

Simanjuntak, N. 2012. Kemunculan vandalisme dan seni graffiti di ruang bawah jalan layang. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.

Siswantoro, H. 2012. Kajian daya dukung lingkungan wisata alam Taman Wisata

Alam Grojogan Sewu Kabupaten Karanganyar. Tesis. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Soekardi, H. 2007. Kupu-Kupu diKampus Unila. Universitas Lampung. Lampung. Soemarwoto, O. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan.


(6)

59

Soeriaatmadja, R.E. 1996. Diklat Kurusus AMDAL. Institut Teknologi Bandung.

Bandung.

Subarjo. 2006. Meteorologi dan Klimatologi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Susilo, H. dan Nurhayati. 1999. Pemeliharaan Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Utaminingtyas, A., A. A. M. Astiningsih, dan I. A. Mayun. 2012. Studi hubungan vandalisme dengan setting Taman Lapangan Puputan Badung I Gusti

Ngurah Made Agung Denpasar – Bali. E-Jurnal Agroekoteknologi

Tropika. Vol. 1 (2).

Waluya, J. 2013. Dampak pengembangan pariwisata. Jurnal Region Vol. 5 (1).

Wijanarko. 1994. Studi Persepsi Masyarakat terhadap upaya konservasi satwa

penyu. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada.

Yoeti, O.A. 1993. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradya Paramita. Jakarta.