Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

15

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit pulpa dan jaringan sekitar akar gigi secara langsung maupun tidak langsung ada hubungannya dengan mikroorganisme. Bakteri yang paling banyak diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat anaerob. 1 Menurut Sundqvist 1992, Fusobacterium nucleatum merupakan salah satu bakteri yang paling banyak ditemukan pada infeksi saluran akar dengan persentase insidens sebesar 48. 2 Fusobacterium nucleatum adalah bakteri anaerob gram negatif, dan mengadakan perlekatan melalui interaksi spesifik antara lipopolisakarida yang dihasilkannya yang mampu larut dalam saliva. Lipopolisakarida memiliki kemampuan untuk mengadakan perlekatan pada struktur hidroksiapatit, serum, dan sementum. Hal ini menunjukkan bahwa lipopolisakarida dari F.nucleatum memegang peranan penting dalam proses perlekatannya, bukan hanya pada epitel, tetapi juga pada struktur gigi. 3 Fusobacterium nucleatum sering ditemukan pada kasus flare up endodonti, dan keberadaan bakteri ini dapat menyebabkan rasa sakit yang parah disertai dengan pembengkakkan. 4 Kombinasi dari F.nucleatum, Prevotella sp., dan Porphyromonas sp. merupakan faktor resiko terjadinya flare up endodonti, hal ini disebabkan karena adanya sinergi antara bakteri tersebut, sehingga meningkatkan intensitas terjadinya reaksi inflamasi pada jaringan periapeks. 5 Selain itu F.nucleatum bersama dengan Universitas Sumatera Utara 16 P.Gingivalis memegang peranan penting pada lesi endo-perio melalui agregasi kedua bakteri tersebut. 6 Perawatan kasus endodonti membutuhkan penggunaan bahan medikamen yang mampu mengeliminasi endotoksin bakteri yang telah melekat pada struktur gigi yang tidak tereliminasi sempurna saat proses instrumentasi saluran akar. 3 Penggunaan bahan medikamen saluran akar selama perawatan endodonti harus dapat mensterilisasi dan mengurangi jumlah mikroorganisme patogen dalam saluran akar. Berbagai bahan medikamen yang sering digunakan antara lain kalsium hidroksida CaOH 2 , antibiotik, non-phenolic biocides, penolic biocides, dan bahan iodin. Medikamen saluran akar digunakan dengan tujuan mengeliminasi bakteri yang tidak dapat dihancurkan dengan proses chemo-mechanical seperti instrumentasi dan irigasi. 7,8 Bahan medikamen yang umum digunakan saat ini adalah kalsium hidroksida CaOH 2 . Bahan ini digunakan sebagai medikamen antar kunjungan terapi endodonti dan memiliki sifat antibakteri yang sangat baik. Sjorgen et al, 1991 menyatakan bahwa sifat antibakteri kalsium hidroksida disebabkan oleh penguraian ion-ion Ca 2+ dan OH - . 9 Keuntungan lain yang diperoleh dari penggunaan kalsium hidroksida adalah efeknya yang tahan lebih lama jika dibandingkan dengan bahan medikamen lainnya. 10 Namun, menurut Tam et al, 1989 kalsium hidroksida juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya kekuatan kompresif yang rendah sehingga dapat berpengaruh pada kestabilan kalsium hidroksida terhadap cairan di dalam saluran akar yang akhirnya dapat melarutkan bahan medikamen saluran akar. Selain itu, Haapasalo et al dan Porteiner et al melaporkan bahwa dentin dapat Universitas Sumatera Utara 17 menginaktifkan aktivitas antibakteri kalsium hidroksida karena adanya kemampuan buffer dentin yang menghambat kerja kalsium hidroksida. 11 Penelitian oleh Peters et al, 2002 menunjukkan jumlah saluran akar yang positif mengandung bakteri meningkat setelah perawatan saluran akar dengan kalsium hidroksida. 10 Disebutkan juga semakin lama CaOH 2 digunakan sebagai medikamen pada gigi dewasa muda, semakin meningkatkan resiko terjadinya fraktur akar. Kalsium hidroksida mampu menyebabkan resopsi interna yang meningkatkan resiko fraktur akar pada gigi dewasa muda. 12 Oleh karena itu, sangat diharapkan berkembangnya aplikasi bahan medikamen yang berasal dari alam dan kompatibel terhadap jaringan, namun tetap memiliki kemampuan yang sama dengan bahan non-biologi. Bahan alami yang mungkin dapat dikembangkan sebagai alternatif medikamen saluran akar adalah tanaman mahkota dewa Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.. Pemanfaatan tanaman mahkota dewa ini secara tradisional adalah sebagai tanaman yang sejak lama dikenal dapat memiliki khasiat untuk mengobati luka, diabetes, lever, flu, alergi, sesak nafas, desentri, penyakit kulit, diabetes, jantung, ginjal, dan kanker. 13,14 Efek terapeutik buah mahkota dewa erat hubungannya dengan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Telah diketahui bahwa biji mahkota dewa bersifat toksik sedangkan daging buahnya tidak. Potensi penghambatan daging buah mahkota dewa lebih besar jika dibandingkan dengan akar, kulit batang, maupun daunnya. 15 Komposisi aktif buah mahkota dewa adalah tanin, flavonoid, saponin dan alkaloid. 13,14,15 Dalam bidang kedokteran gigi, penelitian mengenai zona hambat infusum daun mahkota dewa pada pertumbuhan Streptococcus mutans memperlihatkan bahwa Universitas Sumatera Utara 18 semakin tinggi konsentrasi infusum daun mahkota dewa, maka semakin besar zona inhibisinya. 16 Penelitian infusum daun mahkota dewa terhadap Staphylococcus aureus menunjukkan kemampuan antibakteri diperoleh dengan nilai KHM 3,125 dan KBM 6,25. 16 Penelitian mengenai daya antibakteri ekstrak buah mahkota dewa dalam menghambat pertumbuhan Enterococcus faecalis, disimpulkan bahwa ekstrak buah mahkota dewa memiliki kemampuan daya antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis dengan nilai KHM dan KBM 12,5. 17 Dari uraian tersebut, timbul pemikiran untuk meneliti daya antibakteri daging buah mahkota dewa terhadap bakteri F.nucleatum. Pengujian aktivitas antibakteri pada penelitian ini menggunakan metode dilusi untuk mencari nilai KHM dan KBM yang merepresentasikan daya antibakteri buah mahkota dewa terhadap F.nucleatum. Kultur bakteri diinkubasi pada suhu 37° C selama 24 jam karena pada suhu dan waktu tersebut F.nucleatum dapat bertumbuh dengan optimal.

1.2 Perumusan Masalah