Biopsi nasofaring Perbedaan Berat Badan pada Pasien Karsinoma Nasofaring Sebelum dan Sesudah Radioterapi pada tahun 2012-2015 di RSUP Haji Adam Malik Medan

antibodi IgA terhadap EBV pada keluarga penderita KNF. Ini mengindikasikan keluarga penderita KNF merupakan kelompok resiko terjadinya KNF, sehingga screening ini baik untuk dilakukan. 20

c. Biopsi nasofaring

Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring. Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: dari hidung atau dari mulut. Agar biopsi dapat dilakukan dengan tepat sasaran, sebaiknya biopsi dilakukan di bawah kontrol endoskopi dan dengan bantuan anastesi. 9,12,14

2.3.9 Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring

Penatalaksanaan karsinoma nasofaring terdiri dari beberapa bentuk yaitu: radiasi, kemoterapi, pembedahan, atau kombinasinya. Karsinoma nasofaring tidak dapat diangkat melalui pembedahan disebabkan oleh lokasinya secara anatomis berdekatan dengan basis tengkorak. Karena itu, radioterapi merupakan pilihan pertama untuk penanganan karsinoma nasofaring. 9 a. Radioterapi Radioterapi merupakan modalitas utama dalam penatalaksanaan karsinoma nasofaring, karena tumor ini bersifat radiosensitif 19 dengan angka harapan hidup 5 tahun sekitar 84 pada stadium I dan 68 pada stadium II. Namun angkanya berkurang pada pasien dengan stadium yang lebih lanjut. Hasil radioterapi untuk karsinoma nasofaring stadium dini cukup baik dengan complete response sekitar 80-100. 11 b. Kemoterapi Kemoterapi merupakan alternatif lain untuk karsinoma nasofaring pada stadium lanjut. Kombinasi radioterapi dan kemoterapi telah diterima kebanyakan ahli onkologi sebagai standart terapi untuk karsinoma nasofaring stadium lanjut. 11 Universitas Sumatera Utara c. Pembedahan Terapi bedah tidak banyak mendapat peran dalam penganggulangan karsinoma nasofaring. Terapi bedah ini dapat berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi. Tindakan bedah diseksi leher terbatas hanya untuk reseksi sisa masa tumor pasca radioterapi. Nasofaringektomi merupakan operasi paliatif pada kasus kambuh atau adanya residu di nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain. 14

2.3.10 Komplikasi Karsinoma Nasofaring

Toksisitas dari radioterapi mencakup: Xerostomia atau mulut kering yang diakibatkan oleh penurunan laju saliva pada mulut akibat kerusakan dari kelenjar saliva. 21 Mukositis oral akibat paparan radiasi yang menginduksi kematian sel basal dari mukosa epitel. Gejala dapat berupa eritema, edema, dan sakit saat menelan. 21 Dysfagia dapat terjadi berkaitan dengan neurotoksin langsung pada taste buds , xerostomia, infeksi, dan kondisi patologis lainnya. 21 Trismus merupakan sindroma musculoskeletal yang terjadi akibat radiasi dan operasi. Termasuk fibrosis jaringan, dan diskontinuitas mandibular akibat operasi. 21 Toksisitas pada kulit berupa eritema, hiperpigmentasi, deskuamasi pada kulit. Beberapa faktor resiko yang dapat memicu toksisitas pada kulit adalah status nutrisi yang tidak baik, adanya riwayat terpapar sinar matahari yang ekstensif, juga penyakit seperti DM dan penyakit vascular scleroderma atau lupus. 21

2.3.11 Prognosis Karsinoma Nasofaring

Prognosis karsinoma nasofaring sebenarnya cukup baik pada stadium I. Hanya saja pada stadium I biasanya tidak menujukkan gejala atau gangguan sehingga kebanyakan pasien memeriksakan diri setelah sampai ke stadium yag lebih lanjut, dimana sudah menimbulkan gejala atau gangguan. 11 Universitas Sumatera Utara Adapun angka harapan hidup penderita karsinoma nasofaring dalam waktu 5 tahun five year survival rate menurut American Joint Commitee on Cancer AMJC Cancer Staging Manual edisi ke-7: 8 Stadium Angka Harapan Hidup I 72 II 64 III 62 IV 38 Tabel 2.3.11 Prognosis Pasien KNF 2.4 Radioterapi pada Karsinoma Nasofaring 2.4.1 Definisi Radioterapi