12
pidananya ditujukan kepada orang yang melakukan atau orang yang menimbulkan kejadian tersebut.
3. Pengertian Korban
Terjadinya suatu tindak pidana dalam masyarakat mengakibatkan adanya korban tindak pidana dan juga pelaku tindak pidana. Dimana dalam
terjadinya suatu tindak pidana ini tentunya yang sangat dirugikan adalah korban dari tindak pidana tersebut. Ada beberapa pengertian mengenai
korban, pengertian ini diambil dari beberapa penjelasan mengeni korban. Pengertian korban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI
Nomina kata benda, 1 pemberian untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya; kurban: jangankan harta, jiwa sekalipun kami
berikan sebagai korban; 2 orang, binatang, dan sebagainya yang menjadi menderita mati dan sebagainya akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan
sebagainya.
21
Menurut kamus Crime Dictionary yang dikutip seorang ahli Abdussalam, sebagaimana dikutip Bambang waluyo dalam bukunya bahwa
victim adalah “orang yang telah mendapat penderitaan fisik atau penderitaan mental, kerugian harta benda atau mengakibatkan mati atas
perbuatan atau usaha pelanggaran ringan dilakukan oleh pelaku tindak pidana dan lainnya”.
22
21
Kamus Besar Bahasa Indonesia, op, cit.,
22
Bambang Waluyo, dan Abdussalam,
2011, Viktimologi,Perlindungan Saksi dan Korban, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 9
13
Menurut UU no. 31 tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban pasal 1 ayat 3, Korban adalah orang yang mengalami penderitaan
fisik, mental, danatau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.
Pada tahap perkembangannya korban kejahatan bukan saja merupakan orang perorangan tetapi meluas dan kompleks. Berbicara
mengenai korban kejahatan pada awalnya tentu korban perseorangan atau individu. Namun, persepsi tentang korban tidak hanya orang perseorangan
tetapi juga korporasi, institusi, pemerintah bahkan bangsa dan Negara dapat menjadi sebagai korban. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Arif Gosita,
1989: 75-76 sebagaimana dikutip oleh Bambang Waluyo dalam bukunya bahwa korban dapat berarti ”individu atau kelompok baik swasta maupun
pemerintah”.
23
4. Pengertian Tindak Pidana Penipuan
Penipuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Disebutkan bahwa tipu berarti kecoh, daya cara, perbuatan, atau perkataan
yang tidak jujur bohong, palsu, dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung. Penipuan berarti proses,
perbuatan, cara menipu, perkara menipu mengecoh. Dengan demikian, berarti yang terlibat dalam penipuan adalah 2 dua pihak, yaitu orang yang
menipu disebut dengan penipu dan orang yang tertipu. Jadi, penipuan dapat
23
Ibid. hlm 11
14
diartikan sebagai suatu perbuatan atau membuat, perkataan seseorang yang tidak jujur atau bohong dengan maksud untuk menyesatkan atau mengakali
orang lain untuk kepentingan dirinya atau kelompok.
24
Pengertian tindak pidana penipuan dengan melihat dari segi hukum sampai saat ini belum ada, kecuali yang dirumuskan dalam KUHP.
Rumusan penipuan dalam KUHP bukanlah suatu defenisi melainkan hanyalah untuk menetapkan unsur-unsur suatu perbuatan sehingga dapat
dikatakan sebagai penipuan dan pelakunya dapat dipidana. Penipuan menurut Pasal 378 KUHP yang dirumuskan sebagai berikut
: “Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau
supaya memberi utang atau menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat Tahun.”
Pidana bagi tindak pidana penipuan adalah pidana penjara maksimum empat tahun tanpa alternatif denda. Jadi, delik penipuan dipandang lebih
berat daripada delik penggelapan karena pada delik penggelapan ada alternatif denda. Oleh karena itu, penuntut umum yang menyusun dakwaan
primair dan subsidair kedua pasal ini harus mencantumkan tindak pidana penipuan pada dakwaan primair, sedangkan dakwaan subsidair adalah
24
Kamus Besar Bahasa Indonesia, op, cit.,
15
penggelapan. Menurut Cleiren bahwa tindak pidana penipuan adalah tindak pidana dengan adanya akibat gevolgsdelicten dan tindak pidana berbuat
gedragsdelicten atau delik komisi.
25
5. Transaksi Elektronik E- Commerce
Electronic Commerce Perniagaan Elektronik, dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdaganganperniagaan barang atau jasa
trade of goods and service dengan menggunakan media elektronik. E- commerce merujuk pada semua bentuk transaksi komersial yang
menyangkut organisasi dan individu yang didasarkan pada pemprosesan dan transmisi data yang digitalisasikan, termasuk teks, suara dan gambar.
Termasuk juga pengaruh bahwa pertukaran informasi komersial secara elektronik yang mungkin terjadi antara institusi pendukungnya dan aktivitas
komersial pemerintah.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif, yaitu ”suatu
proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang
dihadapi”.
26
dengan cara mempelajari doktrin-doktrin dan asas-asas yang
25
Andi hamzah, 2010, Delik-Delik Tertentu Speciale Delicten di dalam KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 112.
26
Peter Mahmud , 2005, Penelitian Hukum,Jakarta : Kencana,
hlm. 35