Kendala-Kendala yang Dihadapi Dalam Penanganan Kasus Tindak

82 Penulis menyimpulkan, bahwa aparat penegak hukum belum sanggup menyelesakin permasalahan penipuan jual beli secara online. Dilihat dari kendala-kendala diatas, bahwa jumlah kasus yang ada dengan personil dan peralatan yang ada tidak sesuai, sehingga banyak kasus yang tidak terselesaikan. Pihak kepolisian sendiri bersifat pasif, jadi tidak akan bertindak jika tidak ada laporan dan kepolisian tidak semata-mata ada laporan langsung melakukan tindakan penyelidikan, harus disaring terlebih dahulu apakah laporan tersebut harus ditangani atau tidak. Saat ini, belum ada mekanisme pengaduan yang mudah bagi pihak yang menderita kerugian. Mekanisme yang ada saat ini hanyalah sistem pengaduan sesuai dengan KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Mekanisme ini dinilai kurang cocok jika diterapkan pada sistem pengaduan dalam perdagangan online. Nilai transaksi yang tidak terlalu besar menjadi salah satu pertimbangan bagi pihak yang menderita kerugian untuk tidak melaporkan kerugian itu kepada aparat penegak hukum. Terlebih lagi, terdapat paradigma bahwa biaya untuk pelaporan tersebut lebih besar daripada kerugiannya itu sendiri. Untuk itu, dibutuhkan suatu sistem pengaduan yang cepat, mudah dan terutama harus secara online juga. Ada baiknya aparat penegak hukum juga mengeluarkan daftar hitamblacklist bagi pengguna perdagangan secara online ini yang telah terbukti merugikan pihak lain. 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yaitu : 1. Bentuk perlindungan hukum terhadap korban penipuan dalam jual beli online : a. memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya b. ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan; c. mendapatkan ganti kerugian yang diberikan oleh pelaku, apabila pelaku tidak mampu memberikan ganti kerugian, maka diganti sepenuhnya oleh negara sesuai dengan Pasal 1 ayat 4 PP nomor 44 tahun 2008 d. mendapat pendampingan. 2. Kendala - kendala yang dihadapi aparat penegak hukum : a. Sulitnya melacak pelaku kejahatan penipuan online dikarenakan pelaku biasanya akan menggunakan identitas palsu atau juga meminjam identitas orang lain. b. Sulitnya membuka rekening pelaku karena perijinan birokrasi bank, nasabah sebagai pemilik rekening bank mempunyai hak untuk dilindungi 84 identitasnya yang dimana dapat diartikan tidak sembarang orang dapat mengetahui identitas dari setiap pemilik rekening bank tersebut. Proses untuk membuka rahasia bank tersebut tidak lah mudah. c. Keterbatasan alat-alat khusus cyber crime yang dimiliki oleh Aparat penegak hukum untuk menunjang sarana prasarana penyidik dalam mengungkap tindak pidana penipuan online. d. Tidak seimbangnya antara jumlah kasus yang ditangani oleh aparat penegak hukum dengan jumlah personil aparat penegak hukum yang menangani kasus penipuan jual beli online.

B. Saran

Saran penulis dari hasil penelitian ini adalah : 1. Sampai saat ini pemerintah belum bisa melindungi masyarakatnya secara maksimal khususnya dalam hal ini melindungi masyarakat atas tindak pidana penipuan transaksi di internet, seharusnya pemerintah melakukan berbagai cara melindungi masyarakatnya dari tindak pidana, seperti melakukan sosialisai atau himbauan kepada masyarakat melalui upaya preventif dan represif. Atau membuat website sebagai wadah agar masyarakat mengetahui Online Shop yang baik dan buruk, jadi bila satu orang tertipu yang lain tidak akan kena, dan toko online tersebut di hapus sepihak karena telah menipu. 2. Setiap orang hendaknya lebih waspada dan hati-hati untuk melakukan transaksi pembelian barang pada sebuah Online Shop, 85 3. Pihak kepolisian berada di setiap kelurahan hendaknya lebih efektifkan perannya didalam masyarakat dan di usahakan menindak lanjuti kasus tersebut kalau bisa sampai tuntas. Sebelum membeli suatu barang melalui Online Shop baiknya memeriksa atau mencari tahu website resmi toko tersebut dan cari tahu apakah ada yang sudah pernah membeli barang di toko tersebut tanpa pernah mengalami penipuan di dalamnya. 86 DAFTAR PUSTAKA Buku A. Djazuli, Fiqh Jinayah, 1997, cet II, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Abd al-Qadir Awdah, 1963, at-Tasyri al-Jinai al-lslami, Juz I, Beirut: Dar al- Kutub. Abdul Halim Barakatullah dan Teguh Prasetyo, 2005, Bisnis E-Commerce Study System Keamanan dan Hukum di Indonesia. Ahmad M. Ramli, 2004, Cyber Law Dan Haki Dalam Sistem Hukum Indonesia, Bandung : PT Refika Aditama. Ahmad Warson Munawwir, 1997, “Kizb”, Kamus Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif. Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana : Memahami Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana sabagai Syarat Pemidanaan, Yogyakarta. Ananda S, 2009, Kamus Besar Bahasa Inodenesia, Kartika, Surabaya. Andi Hamzah, 2004, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Andi Hamzah, 2010, Delik-Delik Tertentu Speciale Delicten di dalam KUHP, Sinar Grafika, Jakarta. Arif Gosita, 1993, masalah korban kejahatan . Akademika Pressindo. Jakarta Bambang Waluyo, 2011, S.H, M.H, Viktimologi,Perlindungan Saksi dan Korban, Sinar Grafika, Jakarta. Barda Nawawi Arief, 2008, Masalah penegakan hukum dan kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan kejahatan, Kencana Prenada Group Jakarta Bryan A Graner. 2004, Black’s Law Dictionary Eighth Edition.St. Paul. West Thomson. Budi Suharyanto, 2013, Tindak Pidana Teknologi Informasi Cyber Crime : Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya, Jakarta : Rajawali Pers. Budi Sutedjo Dharma Oetomo, 2002, e-Education : Konsep Teknologi dan Aplikasi Internet Pendidikan, Yogyakarta : Andi Daryanto, 2004, Memahami Kerja Internet, Bandung : Yrama Widya David kosiur, 1997, Understanding Electronic Commerce, Washington: Microsoft press. Efendi Erdianto, et al, 2011, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, Bandung : PT Refika Aditama.