Kebijakan pemerintah tentang pupuk
1. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung.
2. Pupuk An-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk.
4. Pupuk Bersubsidi adalah barang dalam pengawasan yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan
kelompoktani danatau petani di sektor pertanian. 5. Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disebut HET adalah harga Pupuk
Bersubsidi yang dibeli oleh petanikelompok tani di Penyalur Lini IV yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
6. Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak, dan budidaya ikan
danatau udang. Peruntukan dan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi dari Peraturan Mentri
Pertanian yang tertuang pada pasal 2 yang berbunyi: 1 Pupuk bersubsidi diperuntukan bagi Petani, Pekebun, Peternak yang
mengusahakan lahan dengan total luasan maksimal 2 dua hektar atau Petambak dengan luasan maksimal 1 satu hektar setiap musim tanam per
keluarga. 2 Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak diperuntukkan
bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan atau perusahaan perikanan budidaya.
Peruntukan dan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi dari peraturan mentri pertanian yang tertuang pada Pasal 6 yang berbunyi:
Dinas bersama kelembagaan penyuluhan setempat wajib melaksanakan pembinaan kepada Kelompoktani dalam penyusunan RDKK Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok tani sesuai luas areal usahatani danatau kemampuan penyerapan pupuk di tingkat petani di wilayahnya.
Peruntukan dan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi dari peratuan mentri pertanian yang tertuang pada Pasal 11 yang berbunyi :
1 Penyalur di Lini IV yang ditunjuk harus menjual Pupuk Bersubsidi sesuai Harga Eceran Tertinggi HET.
2 HET Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan sebagai berikut:
- Pupuk Urea = Rp. 1.800; per kg;
- Pupuk SP-36 = Rp. 2.000; per kg;
- Pupuk ZA = Rp. 1.400; per kg;
- Pupuk NPK = Rp. 2.300; per kg;
- Pupuk Organik = Rp. 500; per kg; 3 HET Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berlaku untuk
pembelian oleh Kelompok tani atau Petani, Pekebun, Peternak, Petambak di Lini IV secara tunai dalam kemasan sebagai berikut:
- Pupuk Urea = 50 kg;
- Pupuk SP-36 = 50 kg;
- Pupuk ZA = 50 kg;
- Pupuk NPK = 50 kg atau 20 kg;
- pupuk Organik =40 kg; Peruntukan dan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi dari peraturan mentri
pertanian yang tertuang pada Pasal 12 yang berbunyi: 1 Kemasan Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 3
harus diberi label tambahan berwarna merah, mudah dibaca dan tidak mudah hilangterhapus yang bertuliskan:
2 Khusus pengadaan dan penyaluran Pupuk Urea bersubsidi berwarna pink dan Pupuk ZA bersubsidi berwarna orange http:perundangan.pertanian.go.id.
Peraturan Bupati Kulonprogo, Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Standarisasi
Harga Barang dan Jasa Tahun Anggaran 2015. a. Bahwa berdasarkan Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 33 Tahun 2013 telah
diatur mengenai Standarisasi Harga Barang dan Jasa tahun Anggaran 2015; b. Bahwa agar pelaksanaan kegiatan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah berjalan
lancar, perlu dilakukan penyesuaian terhadap beberapa komponen dalam standarisasi harga barang dan jasa;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan atas Peraturan
Bupati Kulon Progo Nomor 33 Tahun 2014 tentang Standarisasi Harga Barang dan Jasa Tahun Anggaran 2015; file:C:UsersUserDownloadsPB-63-
2014.pdf
HET Pupuk Bersubsidi yang telah di standarisasi oleh pemerintah Kabupaten Kulonprogo ditetapkan sebagai berikut:
- Urea
= 1.800 kg -
SP-36 TSP = 2.000 kg -
ZA = 1.400 kg
- KCL
= 315.000 zak dan 6.000 kg -
NPK phonska = 2.300 kg. Dinas Pertanian Kulonprogo Peraturan
Mentri Pertanian
Republik Indonesia
Nomer: 60permentanSR.310122015 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran tertinggi
pupuk Bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2016. a. Bahwa dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional, pupuk sangat
berperan penting dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian;
b. Bahwa dalam rangka penerapan pemupukan berimbang oleh petani diperlukan subsidi pupuk.
c. Bahwa atas dasar hal tersebut di atas dan agar pengelolaan subsidi pupuk dapat berjalan optimal, perlu menetapkan kebutuhan dan harga eceran tertinggi
pupuk bersubsidi untuk sector pertanian tahun anggaran 2016. Ketentuan Umum dari peraturan mentri pertanian yang tertuang pada
Pasal 1 yang berbunyi: 1.
Pupuk an-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika danbiologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk.
2. Pupuk bersubsidi adalah barang dalam pengawasan yang pengadaan dan
penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan kelompok tani danatau petani disektor pertanian.
3. Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disebut HET adalah harga pupuk
bersubsidi yang dibeli oleh petanikelompok tani di Penyalur Lini IV yang ditetapkan oleh mentri pertanian.
4. Sector pertanian adalah sector yang berkaitan dengan budidaya tanaman
pangan, hortikultura, perkebuanan, hijauan pakan ternak dan budidaya ikan danatau udang termasuk pemanfaatan lahan perhutani dan kehutanan untuk
meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura. Jenis Pupuk Bersubsidi dari peraturan mentri pertanian yang tertuang pada
Pasal 2 yang berbunyi: 1.
Pupuk Bersubsidi terdri atas pupuk an-organik dan pupuk organik yang diproduksi dan atau diadakan oleh pelaksana subsidi pupuk.
2. Pupuk An-organik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas Urea,
SP36, ZA dan NPK. Peruntukan Dan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi dari peratuan mentri pertanian yang
tertuang pada Pasal 3 yang berbunyi: 1.
Pupuk Bersubsidi diperuntukkan bagi petani dan atau petambak yang telah bergabung dalam kelompok tani dan dan menyusun RDKKRencana Definitif
Kebutuhan Kelompok tani dengan ketentuan: a.
Petani yang melakukan usaha tani dibidang tanaman pangan sesuai areal yang diusahakan setiap musim tanam.
31
III. METODE PENELITIAN