SIKAP PETANI MELON (CUCUMIS MELO L.) TERHADAP KENAIKAN HARGA PUPUK (Studi Kasus di Kelompok Tani Wahanakusuma, Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo)

(1)

SIKAP PETANI MELON (CUCUMIS MELO L.) TERHADAP KENAIKAN HARGA PUPUK

(Studi Kasus di Kelompok Tani Wahanakusuma, Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo)

Skripsi

Disusun Oleh: Akhmad Khusaini

20120220111

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 Dan seandainya pohon-pohon dibumi menjadi pena dan laut

menjadi tinta ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (keringnya) niscaya tidak akan habisnya kalimat Allah (Ilmu dan Hikmah-Nya). Sesugguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S. Luqman : 27)

 Waktu adalah barang paling berharga untuk kujaga, karena ia adalah barang yang paling mudah hilang dariku (Akhmad Khusaini)

 Jangan pernah takut untuk mencoba, karena pengalaman adalah

guru yang sarat dengan ilmu, jangan pernah menunggu segalanya menjadi sempurna karena justru dengan berani memulai mencoba berbuat maka jalan untuk menyempurnakan semakin terbuka lebar, tentu saja bukan berarti harus tergesa-gesa dan ceroboh (Abdullah Gymnastiar).

Karya ini kupersembahkan kepada:

 Ayah-Ibu, ”terimakasih atas segalanya”

 Adikku Aris dan Satria “semoga sukses selalu

menyertaimu”


(3)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Sikap Petani Melon (Cucumis Melo L.) Terhadap Kenaikan Harga Pupuk (Studi Kasus di Kelompok Tani Wahanakusuma, Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo)”. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan yang berbahagia ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tercinta, Ayahanda dan Ibunda, kedua orang tua terhebat dan terbaik di dunia ini, penyemangat hidup penulis yang telah membesarkan penulis dan dengan tulus ikhlas selalu memberikan doa, dukungan, mencurahkan segenap kasih sayang dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan meraih gelar sarjana.

2. Dr. Ir. Indardi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

3. Ibu Ir. Diah Rina Kamardiani, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dr. Susanawati, SP. MP selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan kepada penulis saat ujian skripsi dan memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

5. Ibu Ir. Sarjiyah, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Ibu Ir. Eni istiyanti, M.P selaku ketua jurusan Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam proses pendidikan dan khususnya dalam penelitian ini.

8. Bapak Suprayitno selaku ketua Kelompok Tani Wahanakusuma yang telah bersedia memberikan informasi, membantu dalam memperoleh data dan arahan dalam proses penelitian skripsi ini.

9. Teman-teman dan kakak-kakak Agribisnis angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014 serta teman-teman kontrakan Rumah Oren terimakasih atas dukungannya selama ini.

10. Wilda Fitri Kh, S.P, Nala Rohmayani SP dan Sri Utami Lestari SP selaku teman satu kelas di Agribisnis C, terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.


(5)

iii

11. Rasyid Hadi Wijaya Kusuma, SP dan Ediyanto selaku teman satu kelas di Agribisnis C sekaligus teman satu perjuangan, terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan penuh kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi pembaca dan semoga Allah SWT selalu meridhoi setiap langkah dan senantiasa membalas budi kebaikan Bapak / Ibu / sdr sekalian.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 20 Juli 2016


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 4

D. Kegunaan... 4

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Melon ... 5

2. Pupuk ... 10

3. Kebijakan pemerintah tentang pupuk ... 12

4. Sikap ... 23

B. Kerangka Pemikiran ... 28

III. METODE PENELITIAN ... 31

A. Metode Dasar ... 31

B. Penentuan Lokasi ... 31

C. Metode Pengambilan Responden ... 33

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 38

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO ... 41

A. Keadaan Geografis ... 41

B. Keadaan Penduduk Desa Bugel ... 44

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Profil Petani ... 49


(7)

v

2. Pendidikan ... 50

3. Anggota keluarga ... 50

4. Luas Lahan ... 51

5. Pengalaman usahatani ... 52

6. Pendapatan usahatani ... 53

B. Harga Pupuk ... 54

C. Sikap Petani Melon Terhadap Kenaikan Harga Pupuk ... 58

1. Sikap kognitif ... 58

2. Sikap afektif ... 63

3. Sikap konatif ... 67

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Luas Lahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo. ... 2

Tabel 2. Jumlah Luas Lahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo. ... 7

Tabel 3. Komposisi Kandungan Gizi Buah Melon per (100 g) ... 8

Tabel 4. Nama Kelompok Tani yang ada di Desa Bugel ... 32

Tabel 5. Skala Pengukuran Sikap Kognitif. ... 36

Tabel 6. Skala Pengukuran Sikap Afektif ... 37

Tabel 7. Skala Pengukuran Sikap Konatif. ... 38

Tabel 8. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi kognitif ... 39

Tabel 9. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi afektif ... 39

Tabel 10. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi konatif ... 40

Tabel 11. Pengukuran Kategori Sikap ... 40

Tabel 12. Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo... 41

Tabel 13. Pembagian Wilayah Berdasarkan Keadaan Topografi ... 42

Tabel 14. Penggunaan Lahan Desa Bugel... 43

Tabel 15. Keadaan Penduduk Bedasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, dan Jenis Mata Pencaharian di Desa Bugel Tahun 2016 ... 45

Tabel 16. Profil Petani Berdasarkan Umur ... 49

Tabel 17. Profil Petani Berdasarkan Pendidikan... 50

Tabel 18. Profil Petani Berdasarkan Anggota Keluarga ... 51


(9)

vii

Tabel 20. Profil Petani Berdasarkan Pengalaman Usahatani Melon... 53

Tabel 21. Profil Petani Berdasarkan Pendapatan Per Musim ... 54

Tabel 22. Harga Pupuk di Dinas Pertanian Tiga Tahun Terakhir ... 55

Tabel 23. Harga Pupuk di Pedagang Pengecer ... 56

Tabel 24. Harga Pupuk di Petani ... 57

Tabel 25. Distribusi Perolehan Skor Sikap Kognitif Petani Melon Terkait Kenaikan Harga Pupuk. ... 59

Tabel 26. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi kognitif ... 62

Tabel 27. Distribusi Perolehan Skor Sikap Afektif Petani Melon Terkait Kenaikan Harga Pupuk. ... 64

Tabel 28. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi afektif ... 67

Tabel 29. Distribusi Perolehan Skor Sikap Konatif Petani Melon Terkait Kenaikan Harga Pupuk. ... 68

Tabel 30. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi konatif ... 71

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Melon ... 6


(10)

(11)

ix

SIKAP PETANI MELON (CUCUMIS MELO L.) TERHADAP KENAIKAN HARGA PUPUK

(Studi Kasus di Kelompok Tani Wahanakusuma, Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo)

ATTITUDE OF FARMERS MELON ( CUCUMIS MELO L. ) ON FERTILIZER PRICE ASCENT

(Case Study in Wahanakusuma Farmers Group , Bugel Village , Panjatan District, Kulon Progo Regency )

Akhmad Khusaini

Dr. Ir. Indardi M.Si / Ir. Diah Rina K. MP Agribusiness Department of Agriculture Faculty

Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT

The purpose of this research to knows about the profil and the attitude of melon’s farmer about the fertilizer price ascent. The research conducted at Bugel Village Panjatan Subdistrict Kulonprogo Regency by purposive. The farmers samples take using sensus method as many as 30 farmers. The data of respondents were taken by using interview and questionnaire. Then, the data were analyzed using descriptive method. The result

showed that the profil of melon’s farmer influence about the fertilizer price ascent

indirectly and the attitude of melon’s farmer to knows about the ferlizer price ascent, the melon’s farmer felt unhappy about the fertilizer price ascent and the melon’s farmer want

to doing about the fertilizer price ascent.


(12)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari daerah Mediterania di perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dari Afrika Timur tanaman melon menyebar dan berkembang ke Spanyol, Iran, Uzbekistan, Afghanistan, Cina dan Jepang, juga menyebar secara luas ke Denmark, Belanda dan Jerman (Eropa). Dari Eropa melon dibawa ke Amerika pada abad ke-16 dan ditanam secara luas di daerah Colorado dan Texas. Akhirnya melon menyebar ke segala penjuru dunia. Dewasa ini melon ditanam secara luas di daerah Asia, mulai dari Turki sampai Jepang. Empat produsen melon dunia terbesar saat ini ialah China, Turki, Iran dan Amerika yang menguasai 57 % produksi melon sedunia (Anonim, 2011).

Di Indonesia, melon mulai dikenal sejak tahun 1980-an, pertama kali ditanam di Kaliandan - Lampung dan Cisarua - Bogor. Hal yang mendorong pengusaha agribisnis (PT Jaka Utama Lampung) mengembangkan melon di Indonesia saat itu adalah karena adanya peraturan pemerintah yang membatasi peredaran buah impor. Dewasa ini areal penanaman melon tersebar mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah sampai Jawa Timur, bahkan telah dibudidayakan juga di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Sentra produksi melon diantaranya berada di Kabupaten Ngawi, Madiun, Ponorogo (Provinsi Jawa Timur), Kabupaten Sragen, Sukoharjo dan Klaten (Provinsi Jawa Tengah) (http://www.hargasumut.org)


(13)

2

Desa Bugel, kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sentra produksi melon, namun sentra produksi melon yang diusahakan oleh petani di kabupaten Kulon Progo tidak begitu banyak seperti di Provinsi Kabupaten Ngawi, Madiun, Ponorogo (Provinsi Jawa Timur), Kabupaten Sragen, Sukoharjo dan Klaten (Provinsi Jawa Tengah).

Tabel 1. Jumlah Luas Lahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo.

Kecamatan Melon + semangka

1. Temon 512

2. Wates 97

3. Panjatan 727

4. Galur 443

5. Lendah 128

6. Sentolo 23

7. Pengasih 10

8. Kokap 2

9. Girimulyo 4

10.Nanggulan -

11.Kalibawang 1

12.Samigaluh -

Kulon Progo 1947

2013 1789

2012 1466

Sumber : BPS, 2016

Kecamatan Panjatan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kulonprogo yang usahatani melon terbesar pertama dari dua belas kecamatan yang ada di Kabupaten Kulonprogo. Hal tersebut didukung dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu di Kecamatan Panjatan yang berjumlah 727 ha, Kecamatan Temon yang berjumlah 512 ha, dan Kecamatan Galur 443 ha. Namun jumlah ini gabungan antara melon dan semangka. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelompok Tani Wahanakusuma luas lahan yang disewa oleh anggota Koleompok Tani Wahanakusuma yaitu mencapai 53 ha dan Kelompok Tani tersebut berdiri sejak tahun 2000. Selain itu Kelompok Tani Wahanakusuma


(14)

merupakan kelompok tani yang terfokus dalam usahatani melon. Kelompok tani Wahanakusuma juga sudah mendapat kejuaraan “Prima Tiga” Pada Tahun 2011 dan perlombaan tingkat profinsi Kelompok Tani Wahanakusuma mendapat juara satu pada tahun 2012.

Salah satu sarana produksi yang berperan penting dalam usahatani melon yaitu pupuk. Namun, petani melon kurang diuntungkan dengan adanya kenaikan harga pupuk tersebut. Adapun standarisasi pupuk yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) tiga tahun belakangan ini yaitu 2014, 2015, dan 2016 tidak mengalami kenaikan, namun dilapangan harga pupuk terbukti mengalami kenaikan. Hal tersebut sangat membebankan petani melon sebagai petani produksi. Adanya kenaikan harga pupuk menarik penulis untuk meneliti cara petani dalam menyikapi hal tersebut karena keberadaan pupuk sangat diperlukan petani dalam memproduksi melon dan harga jual melon tidak sebanding dengan harga beli pupuk.

Salah satu kelompok tani melon di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo yaitu kelompok tani melon Wahanakusuma merasakan kenaikan harga pupuk yang berdampak pada kerugian usahatani melon. Terkait dengan hal tersebut tentu saja memberatkan petani melon dan diperlukan informasi yang ilmiah untuk mengetahui sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk.


(15)

4

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana profil petani melon Wahanakusuma di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo?

2. Bagaimana sikap anggota kelompok tani melon wahanakusuma di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo terhadap kenaikan harga pupuk?

C.Tujuan

1. Mengetahui profil petani melon Wahanakusuma di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo.

2. Mengetahui sikap anggota kelompok tani melon Wahanakusuma di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo terhadap kenaikan harga pupuk.

D.Kegunaan

Bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan harga pupuk dapat mempertimbangkan dampak baik dan buruknya terhadap petani. Bagi petani dapat mengupayakan membuat pupuk organik sendiri dan tidak ketergantungan dengan pupuk kimia yang ada. Bagi pihak peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan atau bahan pustaka pada masalah yang sama.


(16)

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka 1. Melon

Tanaman melon (Cucumis melo L.) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari daerah Mediterania di perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Hal ini dikuatkan berdasarkan bukti-bukti sejarah berupa artefak konsumsi melon di daerah tersebut dan juga dari beberapa kerabat jauh melon yang di temukan di daerah tersebut. Di Afrika Timur tanaman melon dibudidayakan sejak 3000 tahun silam. Dari Afrika Timur tanaman melon menyebar dan berkembang ke Spanyol, Iran, Uzbekistan, Afghanistan, Cina dan Jepang, juga menyebar secara luas ke Denmark, Belanda dan Jerman (Eropa). Dari Eropa melon dibawa ke Amerika pada abad ke-16 dan ditanam secara luas di daerah Colorado dan Texas. Akhirnya melon menyebar ke segala penjuru dunia. Dewasa ini melon ditanam secara luas di daerah Asia, mulai dari Turki sampai Jepang. Empat produsen melon dunia terbesar saat ini ialah China, Turki, Irandan Amerika yang menguasai 57 % produksi melon sedunia (Anonim, 2011).

Di Indonesia, melon mulai dikenal sejak tahun 1980-an, pertama kali ditanam di Kaliandan - Lampung dan Cisarua - Bogor. Hal yang mendorong pengusaha agribisnis (PT Jaka Utama Lampung) mengembangkan melon di Indonesia saat itu adalah karena adanya peraturan pemerintah yang membatasi peredaran buah impor. Hal tersebut, karena melon berada di Indonesia sebagai buah impor yang dikonsumsi oleh kalangan atas terutama tenaga ahli asing yang


(17)

6

tinggal di Indonesia. Teknologi budidaya melon diperkenalkan oleh para ahli dari Taiwan kepada para petani. Benih yang ditanam pertama kali berasal dari beberapa negara, namun yang mendominasi berasal dari Pulau Formosa. Dewasa ini areal penanaman melon tersebar mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah sampai Jawa Timur, bahkan telah dibudidayakan juga di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Sentra produksi melon diantaranya adalah di Kabupaten Ngawi, Madiun, Ponorogo (Provinsi Jawa Timur), Kabupaten Sragen, Sukoharjo dan Klaten (Provinsi Jawa Tengah). Varietas melon yang ditanam di Indonesia (yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian) adalah Sky Rocket, Action 434, MAI 119, Ladika, Sumo, Melindo, dll (http://www.hargasumut.org).

Gambar 1. Melon

Menurut dinas pertanian Kabupaten Kulonprogo jenis melon yang diusahakan oleh petani melon yaitu ivory, action, adinda dan legita. Jenis-jenis melon ini memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan memiliki harga jual yang relatif mahal, oleh sebab itu banyak petani di Desa Bugel yang mengusahakan melon jenis ini. Berikut tabel luas lahan menurut Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo.


(18)

Tabel 2. Jumlah Luas Lahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo.

Kecamatan Melon + semangka

13.Temon 512

14.Wates 97

15.Panjatan 727

16.Galur 443

17.Lendah 128

18.Sentolo 23

19.Pengasih 10

20.Kokap 2

21.Girimulyo 4

22.Nanggulan -

23.Kalibawang 1

24.Samigaluh -

Kulon Progo 1947

2013 1789

2012 1466

Sumber : BPS, 2016

Jumlah luas lahan menurut kecamatan yang paling banyak yaitu di Kecamatan Panjatan yang berjumlah 727 ha, Kecamatan Temon yang berjumlah 512 ha dan Kecamatan Galur 443 ha, namun jumlah ini gabungan antara melon dan semangka. Pada tahun 2014, jumlah keseluruhan tanaman melon yaitu 1.947. Jumlah ini merupakan jumlah yang terbesar dari tahun sebelumnya 2012 dan 2013.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kulonprogo, jumlah rumah tangga usaha tani melon musim 2013, rumah tangga yang usahatani melon berjumlah 1902, yang luas lahannya 6.777.366 dan rata – rata luas tanam yang diusahakan 3500. Adapun kandungan gizi buah melon setiap 100 gram bahan yang dapat dikonsumsi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(19)

8

Tabel 3. Komposisi Kandungan Gizi Buah Melon per (100 g)

Komponen Jumlah

Energi (kal) 21,0

Protein (g) 0,60

Lemak (g) 0,10

Karbohidrat (gr) 5,10

Kalsium (mg) 15,00

Fosfor (mg) 25,00

Serat (g) 0,30

Besi (mg) 0,50

Vitamin A (SI) 640,00

Vitamin B1 (mg) 0,03

Vitamin B2 (mg) 0,02

Vitamin C (mg) 34,00

Niacin (g) 0,80

Sumber: (http://repository.usu.ac.id)

Menurut Samadi (1995), vitamin dan mineral yang terkandung dalam buah melon sangat baik untuk kesehatan tubuh manusia. Kandungan protein dan karbohidrat yang terkandung dalam buah melon sangat penting bagi tubuh manusia untuk pembentukan jaringan sel. (http://repository.usu.ac.id)

Adapun Manfaat Buah Melon untuk obat tradisional yaitu sebagai berikut: 1. Anti Aging (penuaan), kolagen adalah sebuah zat yang sering digunakan untuk

mengurangi efek penuaan pada beberapa wanita di dunia agar terlihat awet muda. Zat kolagen terdapat pada buah melon. Selain mencegah penuaan juga berguna untuk mempercepat penyembuhan luka.

2. Baik untuk diet, air didalam buah melon bisa memberikan efek menyegarkan dan mencegah panas dalam. Melon sangat rendah kalori bebas lemak serta kolestrol. Sehingga cocok dikonsumsi saat sedang diet.

3. Anti kanker, buah melon juga memiliki kemampuan untuk menangkal serangan kanker karna kandungan karotenoid. Kandungan karotenoid yang tinggi pada


(20)

buah melon ini dapat mencegah serangan kanker, seperti kanker paru-paru dan payudara.

4. Mencegah serangan jantung, kandungan adenosine pada buah melon mampu menghentikan penggumpalan sel darah yang dapat mengakibatkan serangan jantung dan stroke. Adenosine bekerja melancarkan peredaran sel - sel darah merah sehingga memperkecil resiko serangan jantung dan stroke.

5. Menjaga kesehatan mata, buah melon juga diperkaya beta-karoten yang berguna untuk meningkatkan ketajaman dan menjaga kesehatan mata, beta-karoten diubah menjadi vitamin A.

6. Mencegah impotensi, arginine dalam melon berguna meningkatkan aliran darah, aliran darah yang utama menuju organ seksual. Arginine sebagai stimulator yang memperlebar pembuluh darah, dan aliran darah menuju organ seksual menjadi lancer serta terhindar dari disfungsi ereksi (http://rsud.rokanhulukab.go.id).

Melon adalah buah yang memiliki nilai komersial yang tinggi di Indonesia dengan kisaran pasar yang luas dan beragam, mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern, restoran, dan hotel. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas melon sangat potensial untuk diusahakan karena memiliki nilai ekonomi dan daya saing dibandingkan komoditas buah yang lain. Sejak tahun 1980-an, melon berkembang cukup pesat di Indonesia karena petani mulai banyak menanam melon. Sebelum tahun 1980, melon masih asing bagi penduduk Indonesia, tetapi kini sudah menjadi buah “pencuci mulut” yang popular bersama dengan buah semangka dan


(21)

10

pepaya. Buah melon dimanfaatkan sebagai buah segar dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi (Sobir, 2010) (http://www.hargasumut.org).

Harga buah melon mengalami penurunan, petani buah melon di kabupaten Kulonprogo kembali harus prihatin disaat panen raya buah melon, ternyata harga jualnya justru menurun drastis sampai 50 persen. Kondisi tersebut sudah berlangsung sebulan ini, ditingkat petani sampai tengkulak, harga buah melon hanya berkisar antara Rp 1.000-2.000 per kilogramnya. Padahal, pada musim panen bulan sebelumnya harga perkilogram melon mencapai Rp 3.000-5.000 per kilogram. Dengan penurunan harga jual melon itu, para petani harus menanggung kerugian besar. Pasalnya, hasil jual buah melon tak mencukupi modal yang telah digunakan selama semusim.

Sejumlah tengkulak yang ditemui egatama.com mengatakan, anjloknya harga melon disebabkan oleh panen raya buah melon yang terjadi bersamaan di banyak daerah lain seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Alhasil, pasokan buah melon di sejumlah pasar induk buah di Bandung - Jawa Barat dan Jakarta menumpuk. Selain itu, musim panen raya buah melon tahun ini juga bersamaan dengan musim panen buah manga (http://economy.okezone.com).

2. Pupuk

Pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat dari proses rekayasa biologis, kimia, dan fisika atau juga sering disebut dengan pupuk buatan. Pupuk kimia bisa dibedakan menjadi pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal, Pupuk kimia tunggal merupakan pupuk yang hanya mengandung salah satu unsur hara makro saja. Sebagai contoh adalah pupuk sumber nitrogen seperti


(22)

urea (CO(NH₂)₂) dan ZA atau amonium sulfat (NH )₂SO ). Kedua pupuk ini bereaksi masam sehingga tidak cocok untuk tanah yang ber pH rendah. Pupuk sumber phospat adalah SP36 yang mengandung 36% p₂O dan pupuk sumber

kalium adalah kalium khlorida atau KCl yang mengandung 45% K₂O, pupuk ini

bereaksi masam dan tidak bagus untuk tanaman tembakau dan wortel, pupuk kimia tunggal hanya memiliki satu macam hara. Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung unsur N, P dan K. Sebagai contoh adalah pupuk NPK Phonska yang mengandung unsur N : P : K 15% : 15% : 15%, pupuk kimia majemuk memiliki kandungan hara lengkap. Pupuk kimia yang sering digunakan antara lain Urea dan ZA untuk hara N; pupuk TSP, DSP, dan SP-26 untuk hara P, Kcl atau MOP untuk hara K. Sedangkan pupuk majemuk biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk - pupuk tunggal. Komposisi haranya bermacam - macam, tergantung produsen dan komoditasnya (http://isroi.com).

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. (Rosmarkan dan Yuwono, 2002). Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman (Lingga, 2002) (www.scribd.com).

Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan kelemahan pupuk anor-ganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik


(23)

12

antara lain: mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah larut dan mudah hilang, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah unsur N, P, dan K. (http://e-library.uniska-kediri.ac.id).

3. Kebijakan pemerintah tentang pupuk

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 122/Permentan/SR.130/11/2013 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014.

a. Bahwa dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional pupuk sangat berperan penting dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian;

b. Bahwa untuk meningkatkan kemampuan petani dalam penerapan pemupukan berimbang diperlukan subsidi pupuk;

c. Bahwa atas dasar hal tersebut di atas dan agar dalam pelaksanaan subsidi pupuk dapat berjalan lancar dan berhasil baik, perlu menetapkan Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014;

Ketentuan umum dari peraturan Mentri Pertanian yang tertuang pada pasal 1 yang berbunyi:


(24)

1. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. 2. Pupuk An-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan

atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk.

4. Pupuk Bersubsidi adalah barang dalam pengawasan yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan kelompoktani dan/atau petani di sektor pertanian.

5. Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disebut HET adalah harga Pupuk Bersubsidi yang dibeli oleh petani/kelompok tani di Penyalur Lini IV yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

6. Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak, dan budidaya ikan dan/atau udang.

Peruntukan dan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi dari Peraturan Mentri Pertanian yang tertuang pada pasal 2 yang berbunyi:

(1) Pupuk bersubsidi diperuntukan bagi Petani, Pekebun, Peternak yang mengusahakan lahan dengan total luasan maksimal 2 (dua) hektar atau Petambak dengan luasan maksimal 1 (satu) hektar setiap musim tanam per keluarga.

(2) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan atau perusahaan perikanan budidaya.


(25)

14

Peruntukan dan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi dari peraturan mentri pertanian yang tertuang pada Pasal 6 yang berbunyi:

Dinas bersama kelembagaan penyuluhan setempat wajib melaksanakan pembinaan kepada Kelompoktani dalam penyusunan (RDKK) Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok tani sesuai luas areal usahatani dan/atau kemampuan penyerapan pupuk di tingkat petani di wilayahnya.

Peruntukan dan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi dari peratuan mentri pertanian yang tertuang pada Pasal 11 yang berbunyi :

(1) Penyalur di Lini IV yang ditunjuk harus menjual Pupuk Bersubsidi sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).

(2) HET Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:

- Pupuk Urea = Rp. 1.800; per kg; - Pupuk SP-36 = Rp. 2.000; per kg; - Pupuk ZA = Rp. 1.400; per kg; - Pupuk NPK = Rp. 2.300; per kg; - Pupuk Organik = Rp. 500; per kg;

(3) HET Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk pembelian oleh Kelompok tani atau Petani, Pekebun, Peternak, Petambak di Lini IV secara tunai dalam kemasan sebagai berikut:

- Pupuk Urea = 50 kg; - Pupuk SP-36 = 50 kg; - Pupuk ZA = 50 kg;


(26)

- Pupuk NPK = 50 kg atau 20 kg; - pupuk Organik =40 kg;

Peruntukan dan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi dari peraturan mentri pertanian yang tertuang pada Pasal 12 yang berbunyi:

(1) Kemasan Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) harus diberi label tambahan berwarna merah, mudah dibaca dan tidak mudah hilang/terhapus yang bertuliskan:

(2) Khusus pengadaan dan penyaluran Pupuk Urea bersubsidi berwarna pink dan Pupuk ZA bersubsidi berwarna orange (http://perundangan.pertanian.go.id).

Peraturan Bupati Kulonprogo, Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Standarisasi Harga Barang dan Jasa Tahun Anggaran 2015.

a. Bahwa berdasarkan Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 33 Tahun 2013 telah diatur mengenai Standarisasi Harga Barang dan Jasa tahun Anggaran 2015; b. Bahwa agar pelaksanaan kegiatan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah berjalan

lancar, perlu dilakukan penyesuaian terhadap beberapa komponen dalam standarisasi harga barang dan jasa;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 33 Tahun 2014 tentang Standarisasi Harga Barang dan Jasa Tahun Anggaran 2015; (file:///C:/Users/User/Downloads/PB-63-2014.pdf)


(27)

16

HET Pupuk Bersubsidi yang telah di standarisasi oleh pemerintah Kabupaten Kulonprogo ditetapkan sebagai berikut:

- Urea = 1.800 / kg - SP-36 / TSP = 2.000 / kg - ZA = 1.400 / kg

- KCL = 315.000 / zak dan 6.000 / kg

- NPK phonska = 2.300 / kg. (Dinas Pertanian Kulonprogo)

Peraturan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomer: 60/permentan/SR.310/12/2015 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran tertinggi pupuk Bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2016.

a. Bahwa dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional, pupuk sangat berperan penting dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian;

b. Bahwa dalam rangka penerapan pemupukan berimbang oleh petani diperlukan subsidi pupuk.

c. Bahwa atas dasar hal tersebut di atas dan agar pengelolaan subsidi pupuk dapat berjalan optimal, perlu menetapkan kebutuhan dan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi untuk sector pertanian tahun anggaran 2016.

Ketentuan Umum dari peraturan mentri pertanian yang tertuang pada Pasal 1 yang berbunyi:

1. Pupuk an-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan/biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk.


(28)

2. Pupuk bersubsidi adalah barang dalam pengawasan yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan kelompok tani dan/atau petani disektor pertanian.

3. Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disebut HET adalah harga pupuk bersubsidi yang dibeli oleh petani/kelompok tani di Penyalur Lini IV yang ditetapkan oleh mentri pertanian.

4. Sector pertanian adalah sector yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebuanan, hijauan pakan ternak dan budidaya ikan dan/atau udang (termasuk pemanfaatan lahan perhutani dan kehutanan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura.

Jenis Pupuk Bersubsidi dari peraturan mentri pertanian yang tertuang pada Pasal 2 yang berbunyi:

1. Pupuk Bersubsidi terdri atas pupuk an-organik dan pupuk organik yang diproduksi dan / atau diadakan oleh pelaksana subsidi pupuk.

2. Pupuk An-organik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Urea, SP36, ZA dan NPK.

Peruntukan Dan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi dari peratuan mentri pertanian yang tertuang pada Pasal 3 yang berbunyi:

1. Pupuk Bersubsidi diperuntukkan bagi petani dan / atau petambak yang telah bergabung dalam kelompok tani dan dan menyusun RDKK(Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok tani) dengan ketentuan:

a. Petani yang melakukan usaha tani dibidang tanaman pangan sesuai areal yang diusahakan setiap musim tanam.


(29)

31

III. METODE PENELITIAN

A.Metode Dasar

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sebagai metode dasarnya. Metode deskriptif menurut Darmansyah (2012) adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa dimasa sekarang. Metode ini digunakan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan sistematis, faktual atau akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki peneliti mengenai sikap petani terhadap kenaikan harga pupuk di Kelompok Tani Wahanakusuma.

B.Penentuan Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Wahanakusuma yang berlokasi di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo. Terletak sekitar 35 kilometer arah Barat Kota Yogyakarta atau sekitar 5 kilometer dari ibukota Kecamatan Panjatan. Dusun V merupakan salah satu dari 11 dusun di Desa Bugel, dan penelitian ini dilakukan di wilayah Dusun V yang berada pada ketinggian 4 meter di atas permukaan laut dengan suhu kelembaban rata-rata 270C. Dusun V memiliki wilayah dengan batas wilayah antara lain, sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun I, sebelah Barat berbatasan dengan Dusun VI, sebelah Timur berbatasan dengan Dusun IX dan sebelah Utara berbatasan dengan Dusun VII.

Kabupaten Kulonprogo terdapat 144 Kelompok Tani, yang terdiri dari Desa Bojong terdapat 24 kelompok, Desa Bugel terdapat 14 kelompok, Desa


(30)

Cerme terdapat 10 kelompok, Desa Depok terdapat 11 kelompok, Desa Garongan terdapat 17 Kelompok, Desa Gotakan terdapat 6 kelompok, Desa Kanoman terdapat 11 kelompok, Desa Krembangan terdapat 20 kelompok, Desa Panjatan terdapat 4 kelompok, Desa Pleret terdapat 12 kelompok dan Desa Tayuban terdapat 15 kelompok. Pengambilan responden merupakan terdapat di Kelompok Tani Wahanakusuma yang terletak di Desa Bugel, adapun kelompok tani yang terdapat di Desa Bugel sebagai berikut.

Tabel 4. Nama Kelompok Tani yang ada di Desa Bugel

No Kelompok Tani Tahun Terbentuknya Kelompoktani

1 Gisik wonotoro 1985

2 Gisik pranaji 1985

3 Bumi kerto 1985

4 Ngudi rahayu 1983

5 Wahana kusuma 1983

6 Agri makmur 1997

7 Bugel peni 2007

8 Sido makmur 2007

9 KWT. Bumi kerta 2008

10 Mina jaya 2008

11 Mina lestari 2008

12 Mino sembodo 2008

13 PA Bulu seblo 2011

14 PA Subur sempulur 2011

Sumber: BPP (Pusat Penyuluhan Pertanian), 2016

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan alasan Kecamatan Panjatan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kulonprogo yang usaha tani melon terbesar pertama dari dua belas kecamatan yang ada di Kabupaten Kulonprogo. Hal tersebut didukung dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu di Kecamatan Panjatan yang berjumlah 727 ha, Kecamatan Temon yang berjumlah 512 ha, dan Kecamatan Galur 443 ha. Namun jumlah ini gabungan antara melon dan semangka, karena kedua buah tersebut merupakan


(31)

33

buah yang digolongkan sejenis dalam pengelompokan buah oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelompok Tani Wahanakusuma luas lahan yang disewa oleh anggota Koleompok Tani Wahanakusuma yaitu mencapai 53 hektar dan berdiri sejak tahun 2000. Selain itu Kelompok Tani Wahanakusuma merupakan kelompok tani yang terfokus dalam usahatani melon. Kelompok tani

Wahanakusuma juga sudah mendapat kejuaraan “Prima Tiga” Pada Tahun 2011

dan perlombaan tingkat Provinsi Kelompok Tani Wahanakusuma mendapat juara satu pada tahun 2012.

C.Metode Pengambilan Responden

Pengambilan sampel petani dilakukan dengan teknik sensus yaitu semua petani melon di kelompok tani Wahanakusuma dijadikan responden. Sehingga, petani melon yang terdapat di Kelompok Tani Wahanakusuma diambil seluruhnya sebagai sampel petani. Jumlah responden petani melon secara keseluruhan sebanyak 30 responden, yang terdiri dari tiga orang pengurus dan 27 orang anggota Kelompok Tani Wahanakusuma. Dari 30 responden tersebut merupakan petani yang terfokus dalam usahatani melon.

D.Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah semua data yang didapat secara langsung dari objek penelitian meliputi profil petani yakni meliputi (nama, umur, pendidikan dan anggota keluarga), sikap petani terhadap kenaikan harga pupuk meliputi sikap kognitif, afektif dan konatif, harga pupuk meliputi data harga


(32)

pupuk dipedagang dan data harga pupuk di petani. Data dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner, teknik pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi langsung antara dua pihak yaitu peneliti dan narasumber. Narasumber diminta untuk menceritakan pengalaman serta perasaannya. Selain itu peneliti juga mengumpulkan data lewat telphon, hal tersebut dilakukan karena terkadang ada beberapa data yang sudah diperoleh namun harus di crosscheck

ulang kepada responden.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti dari kantor desa yang berhubungan dengan profil Desa Bugel, data Kelompok Tani Wahanakusuma yang meliputi data jumlah anggota, BPS meliputi data luas lahan menurut Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, Dinas Pertanian meliputi data standar harga pupuk dan beberapa instansi terkait lain yang berhubungan dengan penelitian, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mencatat atau menduplikat dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data-data tersebut dilakukan tidak hanya dalam satu kali waktu saja, tetapi membutuhkan beberapa kali pendekatan atau frekuensi denga durasi waktu dan lokasi yang berbeda-beda.

E.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Profil anggota kelompok tani melon Wahanakusuma di Desa Bugel adalah informasi data diri responden yang menunjukkan keterangan umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pengalaman usahatani.

a. Umur adalah usia petani pada saat penelitian dilakukan dalam satuan tahun (tahun).


(33)

35

b. pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh petani.

c. Anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah termasuk masyarakat petani itu sendiri, diukur dengan satuan orang.

d. Pengalaman usahatani adalah berupa intensitas lamanya waktu dalam melakukan usahatani dalam satuan tahun (tahun).

e. Luas lahan adalah jumlah keseluruhan luas lahan pertanian baik lahan milik petani sendiri maupun lahan sewa dalam satuan meter persegi (m2).

f. Pendapatan adalah pendapatan bersih yang diterima oleh petani dari proses sekali produksi atau sekali masa tanam dalam satuan rupiah (Rp).

2. Sikap petani melon adalah kecendrungan petani melon untuk mengetahui atau tidak mengetahui (Aspek kognitif), perasaan senang atau tidak senang (aspek afektif) dan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan (aspek konatif) terhadap kenaikan harga pupuk. Dari keseluruhan aspek sikap diatas tersebut dapat digabungkan dan dapat dikategorikan menjadi:

a. Sikap kognitif adalah kecendrungan petani melon untuk ingin mengetahui berkembangnya kenaikan harga pupuk. Indikator dan pengukuran sikap kognitif ditunjukkan pada tabel berikut.


(34)

Tabel 5. Skala Pengukuran Sikap Kognitif. No Indikator profil

Skor

Kurang tahu Tahu Sangat tahu Sangat tidak ingin (1) Tidak ingin (2) Cukup ingin (3) Ingin (4) Sangat ingin (5) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kecendrungan petani melon untuk ingin mengetahui kenaikan harga pupuk.

Kecendrungan petani untuk ingin mengetahui tentang sebab kenaikan harga pupuk.

Kecendrungan petani melonuntuk ingin mengetahui tentang berkembangnya kenaikan harga pupuk.

Kecendrungan petani melon untuk ingin mengetahui akan adanya dampak kenaikan harga pupuk.

Kecendrungan petani melon untuk ingin mengetahui tentang ketersediaan pupuk.

Kecendrungan petani melon untuk ingin mengetahui tentang kenaikan pupuk.

Kecendrungan petani melon untuk ingin mengetahui tentang penurunan daya beli konsumen terhadap pupuk akibat kenaikan harga pupuk.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Sikap sangat baik adalah sikap yang memperoleh skor antara 62,40 sampai 85,00. Sikap petani melon dihitung menggunakan analisis skor dari masing-masing kategori. Kategori yang dinilai meliputi mengetahui kenaikan harga pupuk, mengetahui sebab kenaikan harga pupuk, mengetahui berkembangnya kenaikan harga pupuk, mengetahui dampak kenaikan harga pupuk, mengetahui ketersediaan pupuk dan mengetahui penurunan daya beli pupuk.

b. Sikap afektif adalah kecendrungan perasaan yang menyangkut emosional petani melon terhadap kenaikan harga pupuk. Indikator dan pengukuran sikap afektif ditunjukkan pada tabel berikut.


(35)

37

Tabel 6. Skala Pengukuran Sikap Afektif No Indikator profil

Skor

Kurang senang Senang Sangat senang Sangat tidak senang (1) Tidak senang (2) Cukup senang (3) Senang (4) Sangat senang (5) 1. 2. 3. 4. 5.

Kecendrungan perasaan petani melon terhadap adanya kenaikan harga pupuk

Kecendrungan perasaan petani melon terhadap dampak yang diakibatkan adanya kenaikan harga pupuk

Kecendrungan perasaan petani melon terhadap berkurangnya ketersediaan pupuk

Kecendrungan perasaan petani melon terhadap harga buah melon yang tidak sebanding dengan harga pupuk.

Kecendrungan perasaan petani jika modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Sikap kurang baik adalah sikap yang memperoleh skor antara 17.00 sampai 39,60. Sikap petani melon dihitung menggunakan analisis skor dari masing-masing kategori. Kategori yang dinilai meliputi perasaan adanya kenaikan harga pupuk, perasaan dampak yang diakibatkan adanya kenaikan harga pupuk, perasaan berkurangnya ketersediaan pupuk dan perasaan harga melon yang tidak sebanding dengan harga pupuk.

c. Sikap konatif adalah kecendrungan petani melon untuk tetap melakukan usahatani melon pada saat kenaikan harga pupuk. Indikator dan pengukuran Sikap konatif ditunjukkan pada tabel berikut.


(36)

Tabel 7. Skala Pengukuran Sikap Konatif. No Indikator profil

Skor

Kurang mau Mau Sangat mau Sangat tidak mau (1) Tidak mau (2) Cukup mau (3) Mau (4) Sangat mau (5) 1. 2. 3. 4. 5.

Kecendrungan petani melon untuk tetap membeli pupuk anorganik.

Kecendrunan petani melon untuk meningkatkan pembelian pupuk anorganik. Kecendrungan petani melon untuk mempertahankan penggunaan pupuk anorganik.

Kecendrungan petani untuk memperluas lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan.

Kecendrungan petani untuk mempertahankan fungsi lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Sikap baik adalah sikap yang memperoleh skor antara 39,70 sampai 62,30. Sikap petani melon dihitung menggunakan analisis skor dari masing-masing kategori. Kategori yang dinilai meliputi tetap akan membeli pupuk, tetap akan meningkatkan pembelian pupuk, tetap akan mempertahankan penggunaan pupuk, tetap memperluas lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan dan tetap mempertaankan fungsi lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan dalam penggambaran data karakteristik petani. Analisis deskriptif dipilih karena dinilai mampu mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik serta sikap petani di kelompok tani melon Wahanakusuma. Kemudian, hasil wawancara kuisioner akan


(37)

39

diklasifikasikan dan dihitung presentasenya. Profil dan sikap petani dalam kelompok tani melon Wahanakusuma dapat dilihat dari hasil klasifikasi dan perhitungan.

1. Untuk mengetahui kategori sikap petani melon Wahanakusuma terhadap kenaikan harga pupuk (kognitif) adalah sebagai berikut:

Interval = skor tertinggi – skor terendah Jumlah kategori skor

= 35-7 3 = 9,33

Tabel 8. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi kognitif

Kategori Skor Skor

Kurang tahu 7,00 - 16,33

Tahu 16,34 - 25,67

Sangat tahu 25,68 - 35,00

2. Untuk perasaan kategori sikap petani melon Wahanakusuma terhadap kenaikan harga pupuk (afektif) adalah sebagai berikut:

Interval = skor tertinggi – skor terendah

Jumlah kategori skor

= 25-5 3 = 6,66

Tabel 9. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi afektif

Kategori Skor Skor

Kurang senang 5,00 - 11,66

Senang 11,67 - 18,33

Sangat senang 18,34 - 25,00

3. Untuk melakukan sesuatu kategori sikap petani melon Wahanakusuma terhadap kenaikan harga pupuk (konatif) adalah sebagai berikut:


(38)

Interval = skor tertinggi – skor terendah

Jumlah kategori skor

= 25-5 3 = 6,66

Tabel 10. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi konatif

Kategori Skor Skor

Kurang mau 5,00 - 11,66

Mau 11,67 - 18,33

Sangat mau 18,34 - 25,00

Untuk mengetahui sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk secara keseluruhan yang meliputi sikap kognitif, afektif dan konatif, dapat diukur dengan perhitungan interval dan dijelaskan secara deskriptif.

Interval = skor tertinggi – skor terendah Jumlah kategri skor = 85 – 17

3 = 22,6

Tabel 11. Pengukuran Kategori Sikap

No Kategori Skor

1 Kurang baik 17,00 – 39,60

2 Baik 39,70 – 62,30

3 Sangat baik 62,40 – 85,00

Untuk mengetahui profil petani melon berdasarkan sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk yang meliputi umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman usahatani, dianalisis dengan analisis deskriptif. Sedangkan untuk memperkuat analisis setiap pertanyaan, pada seluruh aspek sikap meliputi sikap kognitif, afektif dan konatif digunakan rata–rata skor pada setiap pertanyaan dan dibagi dengan tiga kategori kelas sesuai dengan jawaban setiap pertanyaan.


(39)

41

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO

A. Keadaan Geografis

1. Letak dan keadaan fisik Kabupaten Kulonprogo

Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten / kota di Propinsi D.I. Yogyakarta yang terletak paling Barat, secara astronomi wilayah Kabupaten Kulonprogo terletak antara 11001’37” sampai 110016’26” bujur timur dan antara 7038’26” sampai 7059’3” lintang selatan. Kabupaten Kulonprogo secara keseluruhan memiliki batas - batas wilayah, bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Bantul, bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Kulonprogo memiliki luas wilayah 58.623 hektar terbagi dalam 12 kecamatan. Dengan luas wilayah antara 3.2 ha (Kecamatan Wates) sampai 7.379 ha (Kecamatan Kokap). Tabel 12. Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase (%)

1 Temon 3.629 6.1

2 Wates 3.2 5.4

3 Panjatan 4.459 7.6

4 Galur 3.291 5.6

5 Lendah 3.559 6.0

6 Sentolo 5.265 8.9

7 Pengasih 6.166 10.5

8 Kokap 7.379 12.5

9 Girimulyo 5.49 9.3

10 Nanggulan 3.96 6.7

11 Kalibawang 5.296 9.0

12 Samigaluh 6.929 11.8

jumlah 58.623 100

rata-rata 4.885


(40)

Berdasarkan data tersebut, responden berasal dari Kecamatan Panjatan, dengan luas wilayah yaitu 4.459 hektar. Luas wilayah tersebut merupakan di bawah rata - rata luas wilayah secara keseluruhan di Kabupaten Kulonprogo.

Secara umum Kabupaten Kulonprogo memiliki topografi yang bervariasi dengan ketinggian antara 0 - 1000 meter di atas permukaan laut. Secara garis besar berdasarkan keadaan topografi, Kabupaten Kulonprogo terbagi menjadi 3 bagian, yaki wilayah utara terdiri dari 4 kecamatan, wilayah tengah terdiri dari 3 kecamatan sebagian lendah dan wilayah selatan terdiri dari 4 kecamatan sebagian lendah. Untuk keterangan lebih lanjut dapat melihat tabel berikut.

Tabel 13. Pembagian Wilayah Berdasarkan Keadaan Topografi

Wilayah Utara Wilayah Tengah Wilayah Selatan

Girimulyo Nanggulan Temon

Kokap Sentolo Wates

Kalibawang Pengasih Panjatan

Samigaluh Sebagian Lendah Galur

Sebagian Lendah Sumber : BPS

Daerah bagian Utara merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 500 - 1000 meter di atas permukaan laut, daerah bagian tengah merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 - 500 meter dari permukaan laut dan daerah bagian Selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 - 100 meter dari permukaan laut. Lokasi penelitian berada di wilayah Selatan, yang merupakan wilayah yang berpotensi untuk pertanian.


(41)

43

2. Keadaan Fisik Desa Bugel

Desa Bugel merupakan desa yang mempunyai keadaan wilayah dataran rendah dan dataran Pantai yang membujur dari selatan ke utara. Desa bugel terletak di Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo. Adapun batas - batas wilayah desa tersebut sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kanoman dan Depok Kecamatan Panjatan.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tirtorahayu dan Karangsewu Kecamatan Galur

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pleret Kecamatan Panjatan.

Desa Bugel termasuk berada pada posisi ketinggian 0.5 sampai dengan 10 meter dari permukaan laut dengan suhu udara 280C – 300C. Desa Bugel mempunyai luas wilayah 632.32 ha, yang tentunya penggunaan lahan memiliki luas yang beragam. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Penggunaan Lahan Desa Bugel

Penggunaan lahan Luas wilayah (ha)

Pemukiman 443.69

Persawahan 127.63

Lain-lain 71

Jumlah 632.32

Sumber: Profil PDPT (Pegembangan Desa Pesisir Tengah) Kab. Kulonprogo Semakin laju pertumbuhan penduduk maka kebutuhan masyarakat akan lahan sebagai tempat bermukim semakin tinggi pula seperti dapat dilihat pada tabel 12 bahwa penggunaan lahan sebagai pemukiman sebesar 443.69 ha. Disisi lain diketahui bahwa penggunan lahan persawahan juga cukup luas yaitu sebesar


(42)

127.63 hektar. Lahan tersebut sangat mendukung sebagai tempat untuk petani bercocok tanam. Maka dari itu dapat digunakan petani untuk sumber mata pencaharian. Selain itu petani yang usahatani melon lahan yang digarap merupakan lahan sewa, petani menyewa lahan didaerah Desa Bugel hingga Bantul dan Purworejo. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelompok Tani Wahanakusuma luas lahan yang disewa oleh anggota Kolompok Tani Wahanakusuma yaitu mencapai 53 ha. Usahatani melon lahan yang dibutuhkan memang harus berpindah-pindah, sebab jika tidak berpindah-pindah maka kualitas melon yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang petani inginkan.

B.Keadaan Penduduk Desa Bugel

Keadaan penduduk suatu wilayah tentunya mengalami perubahan tiap tahunnya, hal ini disebabkan adanya kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk keluar maupun masuk. Hasil data penduduk Desa Bugel Kecamatan Panjatan pada tahun 2016 menyebutkan total jumlah penduduk sebanyak 4.366 orang.

Struktur jenis kelamin akan sangat menentukan tentang kebutuhan dasar penduduk serta penyediaan jumlah tenaga kerja yang dapat diikutsertakan dalam kegiatan pertanian. Jumlah penduduk Desa Bugel berdasarkan jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak sebesar 51.56 % dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 48.44 %. Jumlah perempuan lebih dominan dikarenakan angka kelahiran banyak didominasi oleh kaum perempuan dibanding kaum laki-laki. Untuk hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.


(43)

45

Tabel 15. Keadaan Penduduk Bedasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, dan Jenis Mata Pencaharian di Desa Bugel Tahun 2016

Uraian ∑ Jiwa (orang) Persentase %

jenis kelamin

Laki-laki 2.115 48.44

Perempuan 2.251 51.56

Jumlah Total (orang) 4.366 100

Jumlah KK 361

Umur

0-4 286 7.04

9-May 333 8.19

14-Oct 334 8.22

20-24 342 8.41

25-29 243 5.98

30-34 279 6.86

35-39 322 7.92

40-44 369 9.08

45-49 376 9.25

50-54 263 6.47

>54 915 22.52

Jumlah 4.062 99.94

Pendidikan

PAUD 120 9.56

TPA 150 11.96

TK 75 5.98

SD 375 29.90

SMP 288 22.96

SMA 212 16.90

Mahasiswa 34 2.71

Jumlah 1.254 99.97

Jenis mata pencaharian

Pegawai Negeri Sipil 114 4.94

TNI/Polri 32 1.38

Wiraswata/pedagang 418 18.12

Petani/pekebun 1.455 63.09

Ternak 2 0.08

Nelayan/Perikanan 1 0.04

Industri 2 0.08

Karyawan 169 7.32

Buruh 41 1.77

Pembantu rumah tangga 1 0.04

Pertukangan 3 0.14

Jasa 21 0.91

Pensiunan 47 2.03

Jumlah 2.306 99.94


(44)

Pembangunan suatu daerah tidak terlepas dari tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan suatu penduduk. Masyarakat yang memiliki kondisi pendidikan yang memadai akan dengan mudah dalam percepatan pembangunan. Perpindahan informasi secara cepat merupakan suatu hal yang penting untuk kemajuan suatu daerah. Pada Desa Bugel tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) menjadi paling dominasi yaitu sebanyak 29.90 % sedangkan yang terendah ada pada tingkat mahasiswa sebanyak 2.71 %. Rendahnya pendidikan dikarenakan tingkat kemampuan keluarga untuk dapat menyekolahkan anaknya sampai tingkat mahasiswa masih kurang. Akibatnya kualitas sumber daya manusia menjadi rendah. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan pada daerah tersebut.

Keadaan penduduk berdasarkan jenis pekerjaan pada Desa Bugel didominasi jenis pekerjaan sebagai petani / pekebun sebesar 63.09 % jiwa dan dominasi kedua bekerja sebagai wiraswasta / pedagang sebanyak 18.12 %. Salah satu faktor luas lahan pertanian menjadikan peluang yang kuat bagi masyarakat untuk dapat memilih pekerjaannya dalam bidang pertanian. Selain itu jenis pekerjaan sebagai karyawan menjadi dominasi ketiga terbanyak sebesar 7.32 % dibanding jenis pekerjaan lainnya.

1. Luas dan letak wilayah Dusun V

Dusun V merupakan salah satu dari 11 dusun di Desa Bugel, dan penelitian ini dilakukan di wilayah Dusun V yang berada pada ketinggian 4 meter dari permukaan laut dengan suhu kelembaban rata-rata 270C. Dusun V memiliki wilayah dengan batas wilayah antara lain, sebelah Selatan berbatasan dengan


(45)

47

Dusun I, sebelah Barat berbatasan dengan Dusun VI, sebelah Timur berbatasan dengan Dusun IX dan sebelah Utara berbatasan dengan Dusun VII.

Dusun V memilki luas lahan pertanian kurang lebih 35 hektar. Dusun V sendiri terbagi menjadi empat RT yaitu RT 17, 18, 18 dan 20. Jumlah penduduk yang ada di Dusun V sebanyak 600 orang dengan jumlah laki-laki 280 orang dan perempuan 320 orang serta memiliki 141 Kepala Keluarga (Sumber: Data Primer).

2. Kelompok Tani Wahanakusuma

Kelompok Tani Wahanakusuma merupakan sebuah kelompok tani yang mengusahakan usahatani khusus melon yang berdiri pada tahun 2000 atas binaan dari Dinas Pertanian Kulonprogo dengan 30 anggota lainnya membentuk sebuah

kelompok tani dengan nama “Wahanakusuma”. Kelompok Tani Wahanakusuma

di Kutuai oleh Bapak Suprayitno. Secara keseluruhan Kelompok Tani Wahanakusuma memiliki luas lahan 53 ha. Kelompok tani Wahanakusuma juga

mendapat kejuaraan “Prima Tiga”, Pada Tahun 2011 dan perlombaan tingkat

Profinsi Kelompok Tani Wahanakusuma mendapat juara satu pada tahun 2012. Pada awal pembentukan Kelompok Tani Wahanakusuma jenis usahatani yang dilakukan pertama kali adalah usahatani melon berjalan hingga sampai saat ini.

Kelompok Tani Wahanakusuma kurang lebih tiga bulan sekali mendapat bantuan berupa pupuk dan obat - obatan dari Pemerintah Kabupaten Kulonprogo. Hal ini dilakukan pemerintah supaya untuk meringankan biaya yang dikeluarkan oleh petani melon dan bertujuan untuk meningkatkan produksi buah melon. Setiap bulan sekali Kelompok Tani Wahanakusuma mengadakan rapat bergiliran pada


(46)

tiap-tiap rumah anggota kelompok tani melon dan setiap rapat yang diadakan PPL mendampingi jalannya rapat tersebut, PPL bukan hanya hadir dirapat saja melainkan PPL juga hadir dilapangan untuk memantau usahatani melon petani. Petani dalam menjual hasil produksi lebih memilih jual ijon.


(47)

49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Petani

Profil petani merupakan identitas petani yang meliputi usia, pendidikan, jumlah keluarga, luas lahan yang digarap, pengalaman usahatani pada melon dan pendapatan usahatani per musim. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani yang usahatani melon. Terkait dengan sikap yang ada pada petani perlu diuangkapkan bagaimana gambaran petani yang dilihat dari profil petani, aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif.

1. Umur

Petani responden pada usahatani melon sebagaian besar berada pada usia produktif. Pada usia produktif petani masih memiliki kemampuan optimal untuk bekerja. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16. Profil Petani Berdasarkan Umur

Umur (tahun) Jumlah Responden Persentase (%)

25-35 3 10

36-45 6 20

46-55 12 40.00

56-60 8 26.67

> 61 tahun 1 3.33

Jumlah 30 100

Sumber: Data Primer

Lebih dari 90 % petani responden berada pada usia produktif dan sisanya sudah tidak produktif. Pada usia produktif merupakan usia dimana petani masih memiliki kemampuan untuk bekerja dan memiliki sikap yang baik untuk memenuhi hal-hal baru yang berguna bagi perbaikan usahataninya. Berbeda


(48)

dengan usia yang sudah tidak produktif lagi, petani akan mengalami kemunduran penglihatan, pendengaran, daya tangkap atau penalaran serta kemampuan fisiknya yang akan berpengaruh terhadap kegiatan usahatani.

2. Pendidikan

Berdasarkan tabel berikut menunjukkan bahwa hampir sebagian petani responden memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), sebaliknya tingkat pendidikan paling rendah sangat minim. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Profil Petani Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah Responden Persentase %

Tidak sekolah 2 6.67

SD 7 23.33

SMP 9 30

SMA 12 40

Sarjana 0 0

Jumlah 30 100

Sumber: Data Primer

Sebagian besar petani memiliki pendidikan menengah yaitu SMA sebesar 40 %. Untuk pendidikan yang paling rendah adalah tidak sekolah sebesar 6.67 %. Dalam kondisi pendidikan yang menengah ini petani belom mampu memaksimalkan usahatani melon. Sehingga petani masih membutuhkan penyuluhan dari PPL (Petugas Penyuluh Lapangan).

3. Anggota keluarga

Anggota keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan petani, dalam hal ini petani sebagai kepala keluarga. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.


(49)

51

Tabel 18. Profil Petani Berdasarkan Anggota Keluarga

Anggota keluarga Jumlah Responden Persentase %

Belum berkeluarga 3 10

1 sampai 2 3 10

3 sampai 4 24 80

Lebih dari 5 0 0

Jumlah 30 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel berikut, 80 % petani memiliki anggota keluarga cukup banyak yaitu 3 sampai 4. Kemudian 10 % petani memiliki anggota keluarga sedikit dan belum memiliki keluarga. Anggota keluarga yang sedikit hanya terdiri dari istri saja, maupun bersama satu orang anak dan belum memiliki keluarga. Semakin banyak anggota keluarga maka petani akan semakin terbebani yang mengakibatkan jumlah pendapatan petani harus semakin tinggi.

4. Luas Lahan

Luas lahan merupakan hal yang penting, karena kita dapat mengetahui besarnya yang digarap oleh petani dalam melakukan usaha taninya. Luas lahan petani yang digarap yaitu luas lahan petani yang ditanami tanaman melon. Secara keseluruhan petani yang mengusahakan usatani melon yaitu berjumlah 30 orang. Luas lahan yang digarap petani berbagai variasi luas lahan. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.


(50)

Tabel 19. Profil Petani Berdasarkan Luas Lahan Melon yang Digarap

Luas Lahan Jumlah Responden Persentase %

Dibawah 1000 m² 11 36.67

1100-2000 m² 2 6.67

2100-3000 m² 4 13.33

3100-4000 m² 1 3.33

4100-5000 m² 3 10.00

5100-10000 m² 6 20

Diatas 11000 m² 3 10.00

Jumlah 30 100

Sumber: Data Primer

Pada tabel diatas diketahui bahwa dari 30 petani yang masih menanam melon, 36.67 % luas lahan yang digarap petani relatif sempit dalam usahatani melon yaitu dibawah 1000 m2. Petani yang memiliki lahan yang tidak begitu luas cenderung kurang maksimal untuk mengusahakan kualitas dan kuantitas panen yang lebih baik. Selian itu, petani melon yang memiliki lahan cukup luas sangat berhati-hati dalam usahatani melon. Lahan yang lebih luas maka biaya sarana produksi lebih banyak dan panen juga harus lebih maksimal.

5. Pengalaman usahatani

Pengalaman berusahatani merupakan lamanya petani dalam melakukan usahatani. Lamanya pengalaman usahatani akan memberikan pengalaman yang cukup untuk mengembangkan usahataninya. Pengalaman usahatani yaitu penagalaman usahatani melon. Pengalaman usahatani melon terdapat 30 orang petani yang masih mengusahakan usahatani melon dengan berbagai variasi lamanya pengalaman. Berikut tabel daftar petani dalam pengalaman usahatani melon selama ini.


(51)

53

Tabel 20. Profil Petani Berdasarkan Pengalaman Usahatani Melon

Pengalaman usahatani Jumlah Responden Persentase %

Kurang dari 5 tahun 3 10

5 s/d 10 tahun 9 30

11 s/d 15 tahun 9 30

16 s/d 20 tahun 6 20

Lebih dari 21 tahun 3 10

Jumlah 30 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel berikut, seluruh petani yang lahannya ditanam melon dan tetap mempertahankan menanam melon rata-rata memiliki pengalaman bertani cukup lama yaitu 5 s/d 15 tahun dan beberapa lainnya tidak begitu lama yaitu kurang dari 5 tahun. Lamanya (15 tahun) petani yang lahannya masih ditanami melon karena paling tidak dua bulan sekali memperoleh pendapatan dari usahataninya. Adapun petani melon yang kurang dari 5 tahun dikarenakan petani baru memulai menggeluti usahatani melon.

6. Pendapatan usahatani

Pendapatan petani merupakan hasil yang diperoleh petani dalam kegiatan usahataninya. Pendapatan usahatani yaitu pendapatan yang diperoleh dari usahatani melon. Petani responden secara keseluruhan yang mengusahakan usahatani melon yaitu berjumlah 30 orang. Pendapatan usahatani melon memiliki jumlah yang bervariasi yang terbagi dalam 5 kategori. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.


(52)

Tabel 21. Profil Petani Berdasarkan Pendapatan Per Musim

Pendapatan Per Musim Jumlah Responden Persentase (%)

Dibawah Rp 20.000.000 10 33.33

Rp 21.000.000-Rp 30.000.000 6 20

Rp 31.000.000-Rp 40.000.000 5 16.67

Rp 41.000.000-Rp 50.000.000 3 10

Diatas 51.000.000 6 20

Jumlah 30 100

Sumber: Data Primer

Untuk dapat memperoleh pendapatan dari usahatani melon maka petani akan menunggu selama 2 bulan. Akan tetapi rata-rata petani memperoleh pendapatan cenderung rendah yaitu dibawah Rp 20.000.000. Tinggi rendahnya (Rp 2.000.000 sampai Rp 200.000.000) pendapatan dipengaruhi oleh luas lahan yang digunakan petani dalam budidaya melon. Luas lahan yang digunakan oleh petani berkisar antara 100 m2 - 20.500 m2. Semakin luas lahan yang digunakan maka hasil panen yang diperoleh akan semakin besar. Namun apabila dilihat dari modal maka akan memerlukan biaya modal yang tinggi pula. Meskipun begitu terdapat faktor penentu yang dapat mempengaruhi ketercapaian pendapatan petani yaitu keberhasilan panen. Keberhasilan ini dikarenakan tidak setiap usahatani yang dilakukan mengalami keberhasilan, terkadang beberapa petani mengalami keberhasilan 100%, dan ada yang kurang dari 100%.

B. Harga Pupuk

1. Harga Pupuk di Dinas Petanian

Berdasarkan surve harga pupuk di Dinas Petanian, bahwa harga pupuk di Dinas Pertanian dalam kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu tahun 2014, 2015, 2016 tidak mengalami kenaikan, berikut tabel harga pupuk dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.


(53)

55

Tabel 22. Harga Pupuk di Dinas Pertanian Tiga Tahun Terakhir

Jenis Pupuk 2014 2015 2016

Pupuk Urea 1.800 / kg 1.800 / kg 1.800 / kg Pupuk SP-36 2.000 / kg 2.000 / kg 2.000 / kg Pupuk ZA 1.400 / kg 1.400 / kg 1.400 / kg Pupuk NPK 2.300 / kg 2.300 / kg 2.300 / kg

Pupuk KCL - 6.000 / kg

Pupuk Organik 500 / kg - 500 / kg

Sumber: Data Skunder 2014, 2015, 2016

Harga pupuk di Dinas Pertanian Kabupaten Kulonprogo memang tidak mengalami kenaikan, ini karena pemerintah sangat memperhatikan pertanian di Kabupaten Kulonprogo maupun di Indonesia sekalipun, dengan demikian tujuan pemerintah agar petani tidak terlalu terbebani dengan harga pupuk yang di tetapkan oleh pemerintah. Petani bisa berusahatani dengan lancar dan memproduksi hasil pertanian dengan kualitas tinggi. Namun hal ini berbanding terbalik dengan harga pupuk yang ada di pedagang pengecer dan petani. Harga pupuk yang ada di pedagang pengecer maupun petani tidak sesuai harga standard yang ditetapkan pemerintah, selisih harga di pemerintah dengan pedagang pengecer rata-rata Rp 500,00 sedangkan selisih harga di pemerintah dengan harga dipetani untuk NPK Rp 6.500,00 sampai Rp 7.500,00 hal ini menjadikan petani sangat terbebani dan terkendala dalam usahatani melon dengan adanya kenaikan harga pupuk di lapangan.

2. Harga Pupuk di Pedagang Pengecer

Setelah melakukan surve harga pupuk di pedagang pengecer subsidi dan nonsubsidi pada kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu tahun 2014, 2015, dan 2016, harga pupuk di pedagang pengecer terbukti mengalami kenaikan. Berikut tabel harga pupuk di pedagang pengecer.


(54)

Tabel 23. Harga Pupuk di Pedagang Pengecer

Jenis Harga

pemerintah

2014 2015 2016

Toko Tani Agung subsidi

Urea 1800 2300 2700 2700

SP36 2000 2500 3000 3000

ZA 1400 1900 2400 2400

NPK 2300 2800 3300 3300

Organik 500 600 600 600

Data primer 2016

Harga pupuk di pedagang pengecer terbukti mengalami kenaikan terlihat pada tahun 2015 dan 2016. Hal ini sangat membebankan petani melon dalam usahatani melon, apalagi petani melon skala kecil, jika hasil yang di peroleh dalam usahatani tidak maksimal atau berhasil maka petani melon terancam tidak bisa usahatani lagi untuk selanjutnya, karena petani sangat terbatas oleh modal. Dalam usahatani melon membutuhkan modal yang banyak dan selain itu tingkat keberhasilan dalam usahatani melon sangat kecil sekali.

3. Harga Pupuk di Petani

Setelah melakukan surve harga pupuk di petani, melalui narasumber petani melon yang bernama Bapak Puja, mengungkapkan bahwa pada kurun waktu tiga tahun terakhir terbukti harga pupuk mengalami kenaikan sangat siknifikan di banding harga di Pemerintah dan di pedagang pengecer. Berikut tabel kenaikan harga pupuk di petani.


(55)

57

Tabel 24. Harga Pupuk di Petani Harga Pupuk di Petani

Jenis Harga

pemerintah

2014 2015 2016

NPK 2300 9000 10000 10000

SP36 2000 2500 3000 3000

Urea Ponska 1800 1600 2300 2300

ZA 1400 1400 1500 1500

KNO/2kg - 13000 18500 18500

Data Primer 2016

Harga pupuk di petani mengalami kenaikan sangat siknifikan, hal ini membuat petani sangat terbebani karena harga pupuk di petani lebih mahal disbanding harga pupuk dipedagang dan di pemerintah. Permasalahannya karena petani dalam melakukan usahatani melon, pupuk yang digunakan merupakan bukan pupuk subsidi melainkan pupuk nonsubsidi. Pupuk nonsubsidi yang digunakan dalam usahatani melon yaitu NPK, KCL dan KNO. Hal tersebut sangat membebankan petani melon, karena pupuk yang digunakan dalam usahatani melon tidak ada hubungannya dengan subsidi. Pupuk yang disubsidi oleh pemerintah hanya Urea, Sp36, ZA dan Organik. Pupuk tersebut tidak membantu petani dalam usahatani melon.

4. Sikap petani terhadap kenaikan harga pupuk

Petani melon dalam menyikapi kenaikan harga pupuk tergolong merespon negatif, sebab biaya pembelian pupuk menambah pengeluaran petani menjadi besar dan dengan harga pupuk yang mahal tersebut, harga buah melon belum tentu sebanding dengan harga pupuknya, kemudian kualitas melon yang dihasilkan kurang maksimal karena asupan pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman melon kurang tercukupi. Keinginan petani disini harga pupuk diturunkan supaya


(56)

petani bisa lancar dalam usahatani melon, hasil yang diperoleh sesuai yang petani inginkan (kualitas) dan mendapat harga jual yang lumayan tinggi.

C.Sikap Petani Melon Terhadap Kenaikan Harga Pupuk

Sikap petani adalah kecendrungan petani untuk berfikir, merasa, dan bertindak dalam menghadapi objek. Objek dalam hal ini adalah adanya kenaikan harga pupuk. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dikategorikan dalam tiga sikap, yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif.

1. Sikap kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang dilakukan atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen kognitif ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan dan kepercayaan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek sikap. Aspek kognitif, berupa seberapa jauh pengetahuan petani melon terhadap kenaikan harga pupuk, yang mencakup pengertian tentang mengetahui adanya kenaikan harga pupuk, perasaan adanya kenaikan harga pupuk dan mempertahankan adanya kenaikan harga pupuk.

a. Mengetahui Adanya Kenaikan Harga Pupuk

Indikator penilaian pengetahuan responden tentang kenaikan harga pupuk, meliputi kenaikan harga pupuk, sebab kenaikan harga pupuk, berkembangnya kenaikan harga pupuk, dampak kenaikan harga pupuk, ketersediaan pupuk, harga buah melon dan penurunan daya beli pupuk. Pengetahuan responden terhadap indikator - indikator tersebut digolongkan pada tingkatan sikap kognitif dari yang terendah sampai tertinggi, yakni skor 1 sangat tidak ingin, skor 2 tidak ingin, skor


(1)

16 2. Sikap Afektif

Tabel 10. Distribusi Perolehan Skor Sikap Afektif Petani Melon Terkait Kenaikan Harga Pupuk.

No

Sikap Afektif Skor

Jumlah

1 2 3 4 5

Kecendrungan petani melon merasakan kenaikan harga pupuk

Jumlah Petani (orang) Presentase (%)

1 Adanya kenaikan harga pupuk 10 19 1 0 0 30

33.33 63.33 3.33 0 0 100 2 Dampak yang diakibatkan adanya kenaikan

harga pupuk 12 18 0 0 0 30

40 60 0 0 0 100

3 Berkurangnya ketersediaan pupuk 7 22 1 0 0 30

23.33 73.33 3.33 0 0 100 4 Harga melon yang tidak sebanding dengan

harga pupuk 14 16 0 0 0 30

46.67 53,33 0 0 0 100

5 Jika modal yang dikeluarkan tidak sebanding

dengan pendapatan 18 12 0 0 0 30

60 40 0 0 0 100

Hasil skoring penilaian petani melon terhadap perasaan adanya kenaikan harga pupuk. Pada penilaian skor untuk perasaan adanya kenaikan harga pupuk sebagian besar petani melon yaitu sebanyak 63.33 % menilai tidak senang dan 33.33 % petani melon lainnya juga menilai sangat tidak senang. Hal ini karena modal yang dikeluarkan petani melon lebih besar dan petani melon terkendala dalam usahatani melon dengan adanya kenaikan harga pupuk. Adapun 3.33 % petani melon menilai netral karena petani melon tidak memandang mahal maupun murah yang terpinting ada pupuk kemudian petani beli.

Hasil skoring penilaian petani melon terhadap perasaan dampak yang diakibatkan adanya kenaikan harga pupuk. Pada penilaian skor untuk perasaan dampak yang diakibatkan adanya kenaikan harga pupuk sebagian besar petani melon menilai tidak senang, yaitu sebanyak 60 %. Selain itu 40 % petani melon menilai bahwa perasaan dampak yang diakibatkan adanya kenaikan harga pupuk sangat tidak senang. Hal ini karena petani melon seharusnnya bisa membeli pupuk lebih banyak


(2)

17

namun dengan adanya dampak tersebut petani menurunkan pembelian pupuk dan biaya yang ada bisa memenuhi semua sektor produksi melon. Selain itu petani ingin menambah luas lahan namun dengan adanya dampak tersebut petani lebih memilih mempersempit lahan.

Hasil skoring penilaian petani melon terhadap Perasaan berkurangnya ketersediaan pupuk. Pada penilaian skor untuk perasaan berkurangnya ketersediaan pupuk sebagian besar petani melon menilai tidak senang, yaitu sebanyak 73.33%. Selain itu 23.33% petani melon menilai sangat tidak senang. Hal ini karena usahatani yang diusahakan petani dapat berpengaruh dalam produksi melon dan kualitas melon yang dihasilkan menurun. Adapun sisanya 3.33 % petani menilai bahwa perasaan berkurangnya ketersediaan pupuk netral, karena petani beranggapan bahwa petani melon mengikuti toko pupuk, jika pupuk tersedia petani bisa menggunakan. Jika tidak tersedia petani menunggu hingga pupuk tersedia di toko tersebut.

Hasil skoring penilaian petani melon terhadap Perasaan harga melon yang tidak sebanding dengan harga pupuk. Pada penilaian skor untuk perasaan harga melon yang tidak sebanding dengan harga pupuk sebagian besar petani melon menilai tidak senang, yaitu sebanyak 53.33%. Selain itu 46.67% petani melon menilai sangat tidak senang. Hal ini karena petani merasa dirugikan dengan adanya harga melon yang tidak sebanding dengan harga pupuk dan petani terancam tidak dapat usahatani melon untuk selanjutnya disebabkan pendapatan yang diperoleh petani menurun dan meodal yang akan digunakan untuk usahatani melon tidak cukup.

Hasil skoring penilaian petani melon terhadap Perasaan jika modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan. Pada penilaian skor untuk perasaan jika modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan sebagian besar petani melon menilai sangat tidak senang, yaitu sebanyak 60%. Selain itu 40% petani melon menilai bahwa perasaan jika modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan tidak senang. Hal ini karena petani melon rugi dan petani tidak dapat usahatani melon untuk tahap selanjutnya.


(3)

18 3. Sikap Konatif

Tabel 11. Distribusi Perolehan Skor Sikap Konatif Petani Melon Terkait Kenaikan Harga Pupuk.

No

Sikap Konatif Skor

Jumlah

1 2 3 4 5

Kecendrungan petani melon melakukan sesuatu terhadap

kenaikan harga pupuk

Jumlah Petani (orang) Presentase (%)

1 Tetap akan membeli pupuk 0 0 2 19 9 30

0 0 6.67 63.33 30 100

2 Tetap akan meningkatkan pembelian pupuk 0 3 8 16 3 30 0 10 26.67 53.33 10 100 3 Tetap akan mempertahankan penggunaan

pupuk 0 0 6 15 9 30

0 0 20 50 30 100

4 Tetap memperluas lahan disaat harga pupuk

mengalami kenaikan 0 13 7 8 2 30

0 43.33 23.33 26.67 6.67 100 5 Tetap mempertahankan fungsi lahan disaat

harga pupuk mengalami kenaikan 0 6 7 14 3 30

0 20 23.33 46.67 10 100

Hasil skoring penilaian petani melon terhadap tetap akan membeli pupuk. Pada penilaian skor untuk tetap akan membeli pupuk sebagian besar konsumen menilai mau, yaitu sebanyak 63.33%. Selain itu 30% petani melon tetap akan membeli pupuk sangat mau. Hal ini karena pupuk kimia yang dibutuhkan petani dalam usahatani melon. Adapun sisanya 6.67% petani melon menilai ragu-ragu. Hal tersebut karena anggapan petani kualitas pupuk kimia dimenurun sehingga saat digunakan memupuk proses pertumbuhan tanaman lamban, dan hasil yang dinginkan tidak sesuai harapan petani.

Hasil skoring penilaian petani melon terhadap tetap akan meningkatkan pembelian pupuk. Pada penilaian skor untuk tetap akan meningkatkan pembelian pupuk sebagian besar petani menilai mau, yaitu sebanyak 53.33 %. Selain itu 10 % petani melon menilai sangat mau. Hal tersebut karena untuk mencukupi kebutuhan tanaman melon. Adapun sisanya 26.67 % petani melon menilai bahwa tetap akan meningkatkan pembelian pupuk ragu-ragu, Selain itu 10 % petani melon menilai tidak mau, alasan petani karena kalau kebanyakan menggunakan pupuk kimia tanah


(4)

19

akan semakin jenuh dan pembelian pupuk disesuaikan dengan dosis yang dibutuhkan tanaman.

Hasil sekoring penilain petani melon terhadap tetap akan mempertahankan penggunaan pupuk. Pada penilaian skor untuk tetap akan mempertahankan penggunaan pupuk sebagian besar petani melon menilai mau, yaitu sebanyak 50%. Selain itu 30% petani melon menilai sangat mau. Hal ini karena kualitas yang dihasilkan oleh buah melon tetap terjaga. Adapun sisanya 20% petani melon menilai bahwa tetap akan mempertahankan penggunaan pupuk ragu-ragu. Hal ini karena pupuk kimia saat ini mahal jadi pembelian atau penggunaan pupuk dikurangi.

Hasil skoring penilaian petani melon terhadap Tetap memperluas lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan. Pada penilaian skor untuk tetap memperluas lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan sebagian besar petani menilai tidak mau, yaitu sebanyak 43.33 %. Selain itu 23.33 % petani melon menilai ragu-ragu. Hal tersebut karena menambah jumlah modal yang dikeluarkan oleh petani melon, selain itu untuk saat ini mencari lahan untuk disewa sulit. Adapun sisanya 26.67 % petani melon menilai mau dan 6.67 % petani melon menilai sangat mau. Hal itu karena untuk menambah pendapatan yang diterima oleh petani melon.

Hasil skoring penilaian petani melon terhadap tetap mempertahankan fungsi lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan. Pada penilaian skor untuk tetap mempertahankan fungsi lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan sebagian besar petani melon menilai mau, yaitu sebanyak 46.67 %. Selain itu 10 % petani melon menilai sangat mau. Hal tersebut karena petani melon tetap mempertahankan fungsi lahan dan lahan merupakan tempat mata pencaharian bagi petani. Adapun 23.33 % petani melon menilai Tetap mempertahankan fungsi lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan ragu-ragu. Selain itu 20 % petani menilai tidak mau. Hal ini karena petani membiarkan lahan kosong, sebab petani tidak memiliki modal yang besar. Selian itu lahan tersebut merupakan lahan sewa.


(5)

20

III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Rata-rata usia petani melon di kecamatan Panjatan Desa Bugel adalah berusia produktif antara umur 20 tahun – 60 tahuan. Tingkat pendidikan, sebagian petani responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik. Dari 30 responden 12 diantaranya berpendidikan SMA dan haya 2 orang tidak sekolah. Anggota keluarga, sebagian besar petani memiliki anggota keluarga berjumlah 3 - 4 orang. Dari 30 responen, 24 diantaranya memiliki anggota keluarga yang besar dan 3 responden memiliki anggota sedikit dan belum berkeluarga. Pengalaman usahatani, rata-rata petani melon memiliki pengalaman bertani cukup lama yaitu 5 s/d 15 tahun. Dari 30 responden, 18 diantaranya memiliki pengalaman usahatani cukup lama dan 3 responden tidak begitu lama yaitu dibawah 5 tahun. 2. Secara umum petani ingin mengetahui tentang hal - hal yang terkait dengan

kenaikan harga pupuk. Secara umum petani merasa tidak senang terhadap kenaikan harga pupuk. Secara umum petani mau melakukan sesuatu terhadap kenaikan harga pupuk.

B. Saran

a. Untuk mendapatkan kualitas melon yang baik, diperlukan penggunaan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman melon, selain itu diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk mengembangkan usahatani melon. Sehingga pendidikan, wawasan, dan pengalaman petani melon harus ditingkatakan.

b. Diperlukan adanya sosialisasi antara pemerintah Kabupaten Kulonprogo, pedagang pengecer dan petani membahas tentang pupuk terutama harga pupuk agar para petani melon dapat menerima jika harga pupuk di naikkan maupun diturunkan oleh pemerintah Kabupaten Kulonprogo maupun pedagang pengecer.


(6)

21

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo.2013. Potret Usaha Pertanian Kulon Progo Menurut Subsector.

Darmansyah.2012.Sikap Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Organik di Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UMY, Yogyakarta.

IB Indonesia. 2012. Pola Pembiayaan Budidaya Melon di Kabupaten Deli Serdang, http://www.hargasumut.org.pdf, Sabtu, 16 Januari, 2016, 14:15 PM.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

122/Permentan/SR.130/11/2013, Tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (Het) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun

Anggaran2014, http://perundangan.pertanian.go.id, Senin, 1 febuari 2016, 08:35 AM.

Peraturan Bupati Kulonprogo Nomor: 33 Tahun 2014, tentang standarisasi harga barang dan jasa tahun anggaran 2015

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

60/Permentan/SR.130/12/2015, Tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (Het) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun

Anggaran2016, http://www.pertanian.go.id, rabu, 3 febuari 2016, 10:35 AM. Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Standarisasi Harga Barang Dan Jasa Tahun Anggaran

2015,file:///C:/Users/User/Downloads/PB-63-2014.pdf, kamis, 11 febuari 2016,23:10 PM