I. Skema Langkah Kerja
J. Analisis Data
Pada analisis data, langkah yang dilakukan terlebih dahulu adalah melakukan pengolahan data. Kegiatan dalam mengolah data menurut Cholid
Narbuko dan Achmadi 2002 adalah sebagai berikut : a.
Editing Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi dari
data yang didapatkan.Editing juga digunakan untuk pengecekan kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.
Gambar 1.Skema Langkah Kerja
Tahap Persiapan a.
Mencari tinjauan pustaka dan jurnal b. Mempersiapkan kuesioner
c. Menentukan dan mencari informasi
sampel yang akan digunakan
Tahap pengambilan data
Tahap pengumpulan data
Tahap pengolahan data
Presentasi hasil penelitian
b. Scoring
Scoring merupakan kegiatan untuk memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi penilaian atau skor.Jika jawaban bernilai
positif akan mendapatkan skor 4 pada pilihan “selalu”, skor 3 pada
pilihan “sering”, skor 2 pada pilihan“jarang” dan skor 1 pada pilihani
“tidak pernah”.Jika item pertanyaan bernilai negatifmaka akan berlaku skor sebaliknya yaitu skor 4 pada pilihan
“tidak pernah”, skor 3 pada pilihan “jarang”, skor 2 pada pilihan “sering” dan skor 1 pada pilihan
“selalu”. Jawabanpada pengisian kues
ionerdikatakan “selalu” jika frekeuensi dalam melakukan dan merasakan kegiatan yang ada pada item
pertanyaan kuesioner tersebut dirasa terus dilakukan. Dikatakan “sering” jika frekeunsi melakukan kegiatan tersebut tidak setiap saat,
dikatakan “jarang” jika frekuensi merasakan serta melakukan kegiatan pada item pertanyaan tersebut dirasa hampir tidak setiap saat.
Dikatakan “tidak pernah” jika responden merasa sama sekali tidak merasakan dan melakukan kegiatan yang ditanyakan pada item
pertanyaan tersebut. c.
Coding Coding merupakan kegiatan pengkodean dengan mengubah data
yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan sesuai dengan kategori.
Berdasarkan hasil penjumlahan serta penilaian skor jawaban dari data kuesioner yang diperoleh, menurut Syah 1995 dapat
dikategorikan sebagai berikut : 1. Sangat baik jika persentase skor adalah 81-100.
2. Baik jika persentase skor adalah 61-80. 3. Cukup jika persentase skor adalah 41-60.
4. Kurang jika persentase skor adalah 21-40. 5. Sangat kurang jika persentase skor adalah 20.
Persentase skor ini didapatkan dari rumus : Persentase
Keterangan :
∑p= jumlah skor yang didapatkan mahasiswa ∑q=jumlah skor maksimum yang didapatkan mahasiswa
∑q berasal dari nilai skor tertinggi yaitu skor bernilai 4 yang kemudian skor 4 tersebut dikalikan dengan total keseluruhan jumlah dari 33
item kuesioner sehingga didapatkan hasil 132. Nilai 132 ini merupakan nilai yang digunakan sebagai nilai
∑q untuk mendapatkan hasil kategori.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Berdasarakan data yang diambil di FKIK UMY periode Juni-September 2015 didapatkan 100 responden dengan dua program studi, masing-masing 50
responden dengan program studi farmasi dan 50 responden program studi ilmu keperawatan FKIK UMY yang telah mengikuti program pembelajaran IPE.
Karakteristik masing-masing responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik responden mahasiswa farmasi dan ilmu keperawatan FKIK UMY yang mengikuti program pembelajaran IPE
No. Karakterisik
Frekuensi f Persentase
1 Program Studi
Farmasi 50
50 Ilmu Keperawatan
50 50
2 Jenis Kelamin
Perempuan 75
75 Laki-laki
25 25
TOTAL 100
100
Berdasarkan Tabel 6 mengenai karakteristik responden penelitian yang ikut serta dalam penelitian ini terdiri dari 50 orang responden dari mahasiswa
program studi farmasi dan 50 orang responden dari mahasiswa program studi ilmu keperawatan FKIK UMY yang telah mengikuti program pembelajaran IPE. Total
keseluruhan adalah 100 responden.
49
Responden yang mengikuti penelitian ini merupakan responden dengan pendidikan tingkat strata satu S1 untuk program studi farmasi dan responden
dengan pendidikan tingkat pendidikan profesi untuk mahasiswa program studi ilmu keperawatan. Perbedaan pada tingkat pendidikan antar program studi ini
disebabkan karena mahasiswa program studi farmasi yang telah melakukan program pembelajaran IPE belum memasuki tingkat profesi. Hal ini juga
disebabkan karena selama pelaksanaan IPE berlangsung prodi farmasi belom memiliki pendidikan tingkat pendidikan profesi.
Pada Tabel 6 dapat dilihat untuk responden dengan program studi farmasi dan ilmu keperawatan yang ikut serta dalam penelitian kali ini didominasi oleh
mahasiswa dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 75 orang dan responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang.
B. Tingkat kemampuan komunikasi antarprofesi mahasiswa farmasi dan ilmu keperawatan pada pembelajaran IPEFKIK UMY
Tingkat kemampuan komunikasi terhadap IPE antarprofesi dikategorikan menjadi kategori
“sangat baik”, “baik”, “cukup”, “kurang” dan kategori “kurang baik
”. Hasil pengukuran tingkat kemampuan komunikasi IPE antar profesi pada mahasiswa farmasi dan ilmu keperawatan FKIK UMY dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Tingkat kemampuan komunikasi antar profesi mahasiswa farmasi dan
ilmu keperawatan pada pembelajaran IPE FKIK UMY
No. Kategori
Frekuensi f Persentase
1
Sangat baik 30
30
2 Baik
69 69
3 Cukup
1 1
4 Kurang
5 Sangat kurang
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa 30 dari 100 mahasiswa FKIK UMY 30 memiliki tingkat kemampuan komunikasi IPE antar profesi dengan
kategori “sangat baik”. Pada kategori “baik” dengan persentase 69, kategori
“cukup”pada persentase 1, kategori “kurang”pada persentase 0, dan kategori “sangat kurang” pada persentase 0. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa tingkat
kemampuan komunikasi antar profesi mahasiswa farmasi dan ilmu keperawatan pada pembelajaran Interprofessional Education FKIK UMY masuk dalam
kategori dengan persentase tertinggi yaitu pada kategori “baik” 69. Hasil
kategori “baik”didapatkan dengan didukung dari kemampuan komunikasi,
pengalaman dan kerjasama yang baik dalam pembelajaran IPE antar profesi. Menurut Jalaluddin 2008, komunikasi yang efektif ditandai dengan
adanya pengertian, dapat menimbulkan rasa senang, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu
tidakan. Hal ini didapatkan dalam pembelajarn IPE sehingga hasil menunjukkan bahwa tingkat kemampuan komunikasi terhadap IPE antar profesi mahasiswa
program studi farmasi dan ilmu keperawatan dikatakan “baik” dengan persentase
tertinggi yaitu 69.
C. Kategori komponen komunikasi antar profesi
Pada penelitian ini terdapat beberapa komponen komunikasi pada kuesioner yang dapat dianalisis setiap komponennya. Komponen tersebut dapat
dilihat pada Tabel 8.Berdasarkan Tabel 8 pada komponen komunikasi kuesioner terdapat 10 komponen yang dapat dianalisis. Komponen-komponen tersebut
diantaranya adalah komponen pengungkapan diri, kesadaran diri, evaluasi dan
feedback, kemampuan mengekspresikan diri, perhatian, kemampuan mengatasi perasaan, klarifikasi, penghindaran, kekuasaan dan kemampuan mengatasi
perbedaan.
Tabel 8. Distribusi frekuensi komponen komunikasi kuesioner terhadap tingkat
kemampuan komunikasi antar profesi mahasiswa farmasi dan ilmu keperawatan pada pembelajaran IPE FKIK UMY
Komponen Sangat
Baik Baik
Cukup Kurang
Sangat Kurang
F F
F F
F
Pengungkapan Diri 36
36 58
58 6
6
Kesadaran Diri 20
20 70
70 10
10
Evaluasi dan feedback
63 63
32 32
4 4
1 1
Kemampuan Mengekspresikan Diri
21 21
62 62
16 16
Perhatian 38
38 9
9 40
40 12
12 1
1
Kemampuan Mengatasi Perasaan
26 26
36 36
35 35
3 3
Klarifikasi 8
8 37
37 19
19 31
31 5
5
Penghindaran
19 19
31 31
24 24
25 25
1 1
Kekuasan 10
10 35
35 19
19 36
36
Kemampuan Menghadapi Perbedaan
28 28
21 21
29 29
22 22
Ket : Frekuensi F; Persentase Komponen pada Tabel 8 dapat dijabarkan dalam beberapa poin :
a. Pengungkapan diri Komponen ini memiliki persentasetertinggi pada kategori
“baik” yaitu 58. Hal ini menjelaskan bahwa dalam pengungkapan diri antar profesi
dalam IPE, mahasiswa sudah mampu menyampaikan infornasi, pikiran,