Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada Interprofessional Education (IPE)

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Winda Yani Sinambela 111101040

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada

Interprofessional Education (IPE)

SKRIPSI

Oleh:

Winda Yani Sinambela 111101040

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

(5)

Judul : Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada

Interprofessional Education (IPE).

Nama : Winda Yani Sinambela

NIM : 111101040

Fakultas : Keperawatan

Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

IPE adalah suatu proses pembelajaran antara dua atau lebih disiplin ilmu dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi, kualitas pelayanan, dan praktik disiplin ilmu masing-masing. Salah satu faktor

keberhasilan proses pendidikan interprofessional di perguruan tinggi tidak

terlepas dari peran dosen sebagai pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga dosen harus mengenali dan menyadari potensi pembelajaran dalam dinamika kelompok interprofesional untuk mengubah sistem pendidikan yang terintegrasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi, motivasi, dan kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan desain penelitian deskriptif dan teknik

penentuan sampel secara simple random sampling. Data dianalisis secara univariat

dan dengan uji statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dalam kategori baik sebesar 83.7%. Motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dalam kategori tinggi sebesar 72.1%. Kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dalam kategori tinggi sebesar 46.5%. Kepada institusi pendidikan disarankan untuk mulai mengembangkan model pembelajaran IPE dalam kurikulum pendidikan karena mayoritas dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara memiliki persepsi yang baik dan motivasi yang tinggi pada IPE, sehingga apabila diterapkan dapat menimbulkan kesiapan dosen yang lebih baik.


(6)

Title of the Thesis : The Analysis on the Perception, Motivation, and Preparedness of the Instructors of the Faculty of Health Science, University of Sumatera Utara, in Inter-professional Education (IPE)

Name of Student : Winda Yani Sinambela

Std. ID Number : 111101040

Faculty : Nursing

Academic Year : 2014-2015

Abstract

IPE (inter-professional education) is a learning process between two or more disciplines with, from, or about one to another in order to increase the collaboration, service quality, and practical work of each discipline. One of the factors of success in IPE in higher education cannot be separated from the role of instructors as professional and scientific educators whose principal duty is to transform, develop, and propagate science, technology, and art through education, research, and public service. Therefore, instructors should know and realize learning potency in the dynamics of inter-professional group to change into an integrated educational system. The objective of the research was to describe the perception, motivation, and preparedness of the instructors of the Faculty of Health Science, University of Sumatera Utara, by using descriptive analytic design; the samples were taken by using simple random sampling technique. The data were analyzed by using univatriate analysis and descriptive statistic test. The result of the research showed that 83.7% of the respondents’

perception was in good category, 72.1% of the respondents’ motivation was in high category, and 46.5% of the respondents’ preparedness was in high category.

It is recommended that the management of the educational institution develop IPE learning model in the curriculum since the majority of the instructors of the Faculty of Health Science have good perception and high motivation in IPE so that their preparedness will be better if they can apply them.


(7)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas karunia-Nya skripsi yang berjudul: Analisa Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sumatera Utara pada Interprofessional Education (IPE), dapat

diselesaikan dengan baik.

Selama proses skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik mulai dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, tentulah akan terasa sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Salbiah, S.Kp., M.Kep., sebagai pembimbing yang telah meluangkan

banyak waktu dan perhatiannya dengan penuh kesabaran dalam memberikan masukan, arahan, dukungan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Mula Tarigan, S.Kp., M.Ns. selaku dosen penguji I yang telah

memberikan masukan pada skripsi ini.

4. Ibu Diah Arruum, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen penguji II yang telah

memberi masukan pada skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara


(8)

6. Kedua orang tua saya, yakni Bapak saya Agussalim Sinambela dan Ibu saya Armawaty Siregar yang telah memberikan bantuan, dukungan material dan moral serta doa demi kemudahan dalam menyelesaikan pendidikan, juga kakak saya Rizka Wita Sinambela, S.KM dan adik saya Yoni Heriawan Sinambela yang telah memberikan dukungan dan doa untuk saya.

7. Sahabat – sahabat terbaik saya, Teuku Reza Budiansyah, Jenny F. Tarigan,

Rovina Winata, Rica Lestari, Najmi Usyaira, serta semua teman-teman S1 2011 Fakultas Keperawatan yang telah membantu dan memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.

8. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menempuh

pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya, dan penulis juga menerima saran yang membangun dari semua pihak untuk hasil yang lebih baik. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih

Medan, Juli 2015 Penulis


(9)

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... Halaman Orisinalitas... i ii

Halaman Pengesahan... iii

Abstrak... Abtract... Prakata... iv v vi Daftar Isi... viii

Daftar Gambar... xi

Daftar Tabel... xii

Daftar Lampiran... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1

2. Rumusan Masalah... 5

3. Pertanyaan Penelitian... 5

4. Tujuan Penelitian... 5

5. Manfaat Penelitian... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Dosen ... 7

1.1 Definisi Dosen ... 7

2. IPE ... 7

2.1 Definisi IPE ... 7

2.2 Tujuan IPE ... 8

2.3 Aplikasi Konsep Kurikulum IPE ... 11

2.4 Kompetensi IPE ... 12

2.5 Hambatan IPE ... 13

3. Persepsi ... 14

3.1 Definisi Persepsi ... 14

3.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 14


(10)

4. Motivasi ... 16

4.1 Definisi Motivasi ... 16

4.2 Teori Motivasi ... 16

4.2.1 Teori Kebutuhan ... 16

4.2.2 Teori Harapan ... 17

4.2.3 Teori Keadilan ... 17

4.3 Motivasi pada IPE ... 18

5. Kesiapan ... 19

5.1 Definisi Kesiapan ... 19

5.2 Kesiapan pada IPE ... 19

6. IPE dalam Konsep Berubah ... 20

7. Kerangka Teori ... 22

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian ... 23

2. Definisi Operasional ... 24

BAB 4. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 25

2. Populasi dan Sampel ... 25

2.1 Populasi Penelitian ... 25

2.2 Sampel Penelitian ... 25

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4. Pertimbangan Etik ... 27

5. Instrumen Penelitian ... 28

5.1 Kuesioner Penelitian ... 28

6. Validitas dan Realibilitas... 31

7. Pengumpulan Data... 32

8. Analisa Data... 33

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 34

1.1 Karakteristik Responden... 34


(11)

1.3 Motivasi pada IPE... 37

1.4 Kesiapan pada IPE... 39

2. Pembahasan... 40

2.1 Karakteristik Responden... 40

2.2 Persepsi pada IPE... 41

2.3 Motivasi pada IPE... 42

2.4 Kesiapan pada IPE... 44

BAB. 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 46

2. Saran... 47

2.1 Institusi Pendidikan... 47

2.2 Penelitian Selanjutnya... 47 Daftar Pustaka


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Sistem Pendidikan Kesehatan ... 9

2.2 Aplikasi Konsep Kurikulum IPE ... 11

2.3 Kerangka Teori ... 22


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kompetensi IPE ... 13

3.1 Definisi Operasional ... 24

4.1 Instrumen Persepsi ... 29

4.2 Instrumen Motivasi ... 29

4.3 Instrumen Kesiapan ... 30

5.1 Distribusi frekuensi karakteristik demografi dosen FKep dan dosen FK USU (n=43)... 35

5.2 Distribusi frekuensi persepsi dosen FKep dan dosen FK USU (n=43)... 36

5.3 Distribusi frekuensi komponen persepsi dosen FKep dan dosen FK USU (n=43)... 36

5.4 Distribusi frekuensi motivasi dosen FKep dan dosen FK USU (n=43)... 37

5.5 Distribusi frekuensi komponen motivasi dosen FKep dan dosen FK USU (n=43)... 38

5.6 Distribusi frekuensi kesiapan dosen FKep dan dosen FK USU (n=43)... 39

5.7 Distribusi frekuensi komponen kesiapan dosen FKep dan dosen FK USU (n=43)... 40


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan tentang Penelitian Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Instrumen Penelitian

Lampiran 4 Hasil Reliabilitas Kuesioner Lampiran 5 Hasil Penelitian

Lampiran 6 Master Tabel

Lampiran 7 Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 8 Taksasi Dana

Lampiran 9 Surat Validitas Kuesioner Lampiran 10 Surat Etik Penelitian

Lampiran 11 Surat Uji Reliabilitas Kuesioner

Lampiran 12 Surat Balasan Uji Reliabilitas Kuesioner Lampiran 13 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 14 Surat Izin Penelitian

Lampiran 15 Surat Permohonan Selesai Penelitian Lampiran 16 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 17 Surat Keterangan Terjemahan Lampiran 18 Riwayat Hidup


(15)

Judul : Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada

Interprofessional Education (IPE).

Nama : Winda Yani Sinambela

NIM : 111101040

Fakultas : Keperawatan

Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

IPE adalah suatu proses pembelajaran antara dua atau lebih disiplin ilmu dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi, kualitas pelayanan, dan praktik disiplin ilmu masing-masing. Salah satu faktor

keberhasilan proses pendidikan interprofessional di perguruan tinggi tidak

terlepas dari peran dosen sebagai pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga dosen harus mengenali dan menyadari potensi pembelajaran dalam dinamika kelompok interprofesional untuk mengubah sistem pendidikan yang terintegrasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi, motivasi, dan kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan desain penelitian deskriptif dan teknik

penentuan sampel secara simple random sampling. Data dianalisis secara univariat

dan dengan uji statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dalam kategori baik sebesar 83.7%. Motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dalam kategori tinggi sebesar 72.1%. Kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dalam kategori tinggi sebesar 46.5%. Kepada institusi pendidikan disarankan untuk mulai mengembangkan model pembelajaran IPE dalam kurikulum pendidikan karena mayoritas dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara memiliki persepsi yang baik dan motivasi yang tinggi pada IPE, sehingga apabila diterapkan dapat menimbulkan kesiapan dosen yang lebih baik.


(16)

Title of the Thesis : The Analysis on the Perception, Motivation, and Preparedness of the Instructors of the Faculty of Health Science, University of Sumatera Utara, in Inter-professional Education (IPE)

Name of Student : Winda Yani Sinambela

Std. ID Number : 111101040

Faculty : Nursing

Academic Year : 2014-2015

Abstract

IPE (inter-professional education) is a learning process between two or more disciplines with, from, or about one to another in order to increase the collaboration, service quality, and practical work of each discipline. One of the factors of success in IPE in higher education cannot be separated from the role of instructors as professional and scientific educators whose principal duty is to transform, develop, and propagate science, technology, and art through education, research, and public service. Therefore, instructors should know and realize learning potency in the dynamics of inter-professional group to change into an integrated educational system. The objective of the research was to describe the perception, motivation, and preparedness of the instructors of the Faculty of Health Science, University of Sumatera Utara, by using descriptive analytic design; the samples were taken by using simple random sampling technique. The data were analyzed by using univatriate analysis and descriptive statistic test. The result of the research showed that 83.7% of the respondents’

perception was in good category, 72.1% of the respondents’ motivation was in high category, and 46.5% of the respondents’ preparedness was in high category.

It is recommended that the management of the educational institution develop IPE learning model in the curriculum since the majority of the instructors of the Faculty of Health Science have good perception and high motivation in IPE so that their preparedness will be better if they can apply them.


(17)

Medical Error adalah setiap kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan kesehatan yang tidak tepat atau membahayakan pasien (NCC MERPP, 2012). Di Amerika Serikat, angka kejadian

medical error antara 2.0-14.0% dari jumlah pasien dengan 1.0-2.0%. Medical error diperkirakan mengakibatkan 7000 pasien meninggal per tahun di AS. (Gianiazzi, Corina, Karin, Claudia, & Gisela, 2015). Sedangkan di Indonesia,

dilaporkan sekitar 3.0-6.9% angka kejadian medical error akibat kesalahan tenaga

kesehatan di pelayanan kesehatan (Dwiprahasto, 2010).

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Levey & Loomba, 1973 dalam Azwar, 1994).

Pelayanan kesehatan terdiri dari komponen tenaga kesehatan. Menurut Undang-Undang tentang kesehatan (2009), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, psikolog, dan analis


(18)

kesehatan. Berdasarkan kondisi di lapangan, tenaga kesehatan yang sering berkolaborasi adalah perawat dan dokter sebagai mitra yang paling penting dalam pelayanan kesehatan.

Keith (2008) menyatakan kunci pelayanan kesehatan yang bermutu adalah dengan meningkatkan kolaborasi yang efektif antar tenaga kesehatan. Kolaborasi tenaga kesehatan yang efektif berdampak positif dalam penyelesaian berbagai masalah kesehatan. Salah satu upaya untuk mewujudkan kolaborasi antar tenaga kesehatan adalah dengan memperkenalkan sejak dini praktik kolaborasi melalui proses pendidikan (WHO, 2010).

Salah satu upaya untuk memperkenalkan proses pendidikan sejak dini dapat

melalui sebuah kurikulum Interprofessional Education (IPE). Menurut World

Health Organization (WHO, 1988), the Center for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 2002), dan American College of Clinical Pharmacy (ACCP, 2009), IPE adalah sebuah proses pembelajaran antara dua atau lebih disiplin ilmu dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi, kualitas pelayanan, dan praktik disiplin ilmu masing-masing. WHO merancang program ini dan telah membuat suatu kerangka sistem pendidikan

kesehatan dimana sekelompok group kecil yang berisi mahasiswa kesehatan

dengan berbagai latar belakang belajar bersama untuk membangun sebuah jalinan komunikasi dan merencanakan perawatan pasien dengan optimal dan menyeluruh, dengan pembatasan wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bidang sehingga tidak ada diskriminasi antar profesi.

Hasil penelitian oleh Bruno et al., (2014) di 40 Universitas di dunia, IPE meningkatkan partisipasi mahasiswa di masyarakat dan meningkatkan kolaboratif


(19)

antar mahasiswa keperawatan dan kedokteran. Hasil penelitian ini menjadikan

National University of Singapore sebagai pusat pengembangan IPE.

Di Indonesia, penelitian yang dilakukakn pada dosen Program Pendidikan Dokter, Program Studi Ilmu Keperawatan dan Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada oleh Aryakhiyati (2011), bahwa dosen dari ketiga program studi tersebut menunjukkan sikap dan kesiapan yang baik pada IPE. Hasil ini juga menjadi dasar bagi Fakultas Kedokteran UGM untuk memulai IPE. Begitu pula riset yang dilakukan oleh Yuniawan (2013) di Universitas Jendral Soedirman bahwa hasil pengukuran persepsi dan kesiapan dosen Fakultas Kedokteran Unsoed pada IPE dalam kategori baik.

Pengembangan kurikulum IPE belum dikembangkan secara merata di instansi pendidikan. WHO (2010) mengeluarkan data tentang penerapan IPE pada tatanan universitas, dari 42 negara menyatakan bahwa sebanyak 24.6% sudah mendapatkan kurikulum IPE pada tahap akademik. Sementara di Indonesia belum termasuk di dalamnya, untuk itu perlu adanya sosialisasi tentang metode pembelajaran IPE ini secara menyeluruh di seluruh instansi pendidikan mengingat sekolah tinggi ilmu kesehatan merupakan penyedia utama calon tenaga kesehatan yang nantinya diharapkan mempunyai kompetensi yang baik terutama kemampuan untuk bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.

Salah satu faktor keberhasilan proses pendidikan interprofessional di

perguruan tinggi tidak terlepas dari peran dosen. Menurut Undang-undang Nomor 14 (2005 dalam Dikti, 2010) mengenai Guru dan Dosen dijelaskan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni


(20)

melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga dosen harus mengenali dan menyadari potensi pembelajaran dalam dinamika kelompok interprofesional untuk mengubah sistem pendidikan yang terintegrasi.

Menurut Hidayat (2008 dalam Yuniawan, 2013), dalam mengubah sistem pendidikan yang terfragmentasi ke arah yang terintegrasi dibutuhkan tahap pencairan (unfreezing) yang terdiri dari persepsi, motivasi, dan kesiapan. Komponen presepsi terdiri dari pandangan, kebutuhan, dan pemahaman pada IPE. Komponen motivasi terdiri dari daya tarik, harapan, dan kemauan pada IPE. Dan komponen kesiapan terdiri kolaborasi dan peran dan tanggung jawab pada IPE.

Penelitian pada IPE merupakan bentuk riset awal yang penting dan paling sering dilakukan dibeberapa negara yang telah menerapkan dan mengembangkan IPE (Yuniawan, 2013). Di USU, sedang dikembangkan penelitian mengenai IPE oleh Fakultas Keperawatan USU yang didukung oleh Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Farmasi USU.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi, motivasi, dan kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE?

3. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE?

2. Bagaimana motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE?


(21)

4. Tujuan Penelitian 4.1 Tujuan Umum

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi, motivasi, dan kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE. 4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE

berdasarkan pandangan, kebutuhan, dan pemahaman pada IPE.

2. Mengidentifikasi motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE

berdasarkan daya tarik, harapan, dan kemauan pada IPE.

3. Mengidentifikasi kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE

berdasarkan kolaborasi dan peran dan tanggung jawab pada IPE.

5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

5.1Pendidikan Keperawatan

Sebagai bahan referensi untuk perbaikan dan pengembangan IPE di instansi penddidikan keperawatan.

5.2Pelayanan Keperawatan

Sebagai bahan referensi dan pertimbangan bagi perbaikan pelayanan keperawatan yang lebih baik.

5.3Penelitian keperawatan

Sebagai sumber data bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan ruang lingkup yang sama.


(22)

1. Dosen

1.1 Definisi Dosen

Menurut Undang-undang Nomor 14 (2005 dalam Dikti, 2010) mengenai Guru dan Dosen dijelaskan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen yang profesional adalah dosen yang menjalankan tugasnya. Pada bagian kedua mengenai hak dan kewajiban pasal 60 (c), bahwa dosen berkewajiban untuk meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Hal tersebut menunjukkan bahwa dosen memiliki peran strategis dalam pengembangan pendidikan termasuk untuk mengembangkan model pembelajaran interprofesi.

2. IPE

2.1 Definisi IPE

Menurut CAIPE (2002), IPE adalah dua atau lebih profesi belajar dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan. IPE merupakan pendekatan proses pendidikan dua atau lebih disiplin ilmu yang berbeda berkolaborasi dalam proses belajar-mengajar dengan tujuan untuk membina interdisipliner/interaksi interprofesional yang meningkatkan


(23)

praktik disiplin masing-masing (ACCP, 2009). IPE terjadi ketika dua atau lebih mahasiswa profesi kesehatan yang berbeda melaksanakan pembelajaran interaktif bersama dengan tujuan untuk meningkatkan kolaborasi interprofesional dan meningkatkan kesehatan atau kesejahteraan pasien.

WHO (2010) menyatakan bahwa banyak sistem kesehatan di negara-negara di dunia yang sangat terfragmentasi pada akhirnya tidak mampu menyelesaikan masalah kesehatan di negara itu sendiri. Hal ini kemudian disadari karena permasalahan kesehatan sebenarnya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan, dan untuk dapat memecahkan satu persatu permasalahan tersebut atau untuk meningkatkan kualitas kesehatan itu sendiri, tidak dapat dilakukan hanya dengan

sistem uniprofessional. Kontribusi berbagi disiplin ilmu ternyata memberi

dampak positif dalam penyelesaian berbagai masalah kesehatan. 2.2 Tujuan IPE

Secara umum IPE bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk lebih mengenal peran profesi kesehatan yang lain, sehingga diharapkan mahasiswa akan mampu untuk berkolaborasi dengan baik saat proses perawatan pasien. Proses perawatan pasien secara interprofessional akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan meningkatkan kepuasan pasien (Tim CFHC-IPE, 2013). Menurut Cooper (2001 dalam Fauziah, 2010) tujuan pelaksanaan IPE antara lain: 1) meningkatkan pemahaman interdisipliner dan meningkatkan kerjasama; 2) membina kerjasama yang kompeten; 3) membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien; 4) meningkatkan kualitas perawatan pasien yang komprehensif. WHO (2010) juga menekankan pentingnya penerapan kurikulum IPE dalam meningkatkan hasil perawatan pasien.


(24)

Gambar berikut menunjukkan bahwa IPE merupakan langkah yang sangat penting untuk dapat menciptakan kolaborasi yang efektif antar tenaga kesehatan profesional sehingga dapat meningkatkan hasil perawatan.

Gambar 2.1 Sistem Pendidikan Kesehatan

Gambar 2.1 memperlihatkan bagaimana IPE memegang peranan penting

yaitu sebagai jembatan agar di suatu negara collaborative practice dapat

dilaksanakan. IPE berdampak pada peningkatan pemahaman tentang peran, tanggung jawab, dan untuk mengarahkan siswa agar dapat berpikir kritis dan menumbuhkan sikap profesional (Yuniawan, 2013).

WHO (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang dampak dari penerapan collaborative practice dalam dunia kesehatan. Hasil dari penelitian ternyata sangat menjanjikan bukan hanya bagi negara terkait, namun juga apabila digunakan di negara-negara lain. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa

collaborative practice dapat meningkatkan 1) keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan, 2) penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, 3) outcome kesehatan bagi penyakit kronis, dan 4) pelayanan serta keselamatan


(25)

pasien. Disamping itu, collaborative practice dapat menurunkan 1) total komplikasi yang dialami pasien, 2) jangka waktu rawat inap, 3) ketegangan dan

konflik di antara pemberi layanan (caregivers), 4) biaya rumah sakit, 5) rata-rata

clinical error, dan 6) rata-rata jumlah kematian pasien.

Thistlethwaite dan Monica (2010 dalam Yuniawan, 2013), proses IPE membentuk proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar, sampai kemudian menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para pekerja profesi kesehatan yang berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah atau untuk peningkatan kualitas kesehatan. IPE harus menjadi bagian dari partisipasi dosen dan mahasiswa terhadap sistem pendidikan tinggi ilmu kesehatan. Dosen dan mahasiswa merupakan elemen penting dalam IPE serta modal awal untuk terjadinya

collaborative practice di suatu negara. Oleh karena itu, sebagai sesuatu hal yang baru, IPE haruslah pertama-tama dipahami konsep dan manfaatnya oleh para dosen yang mengajar mahasiswa agar termotivasi untuk mewujudkan IPE dalam proses pendidikannya (Yuniawan, 2013).

Secara umum IPE mengandung beberapa elemen berikut, yang setidaknya harus dimiliki agar konsep pembelajaran ini dapat dilaksanakan dalam pendidikan profesi kesehatan di Indonesia yaitu kolaborasi, komunikasi yang saling menghormati, refleksi, penerapan pengetahuan dan keterampilan, dan pengalaman dalam tim interprofesional. Konsep inilah yang seharusnya ditanamkan oleh dosen kepada mahasiswa sejak awal proses pendidikan. Untuk mampu terlibat dalam IPE dalam pendidikan kesehatan di Indonesia, dosen setidaknya memahami elemen-elemen yang diperlukan dalam pelaksanaan IPE sehingga mampu membekali dirinya dengan elemen-elemen tersebut (HPEQ-Project, 2011).


(26)

2.3 Aplikasi Konsep Kurikulum IPE

Kurikulum IPE tidak dapat dipisahkan dari bagian kolaborasi

interprofesional. Interprofessional education dapat meningkatkan kompetensi

tenaga kesehatan terhadap praktik kolaborasi. Kompetensi tersebut meliputi

pengetahuan, sklill, attitute dan perilaku terhadap kolaborasi interprofesi. Hal

tersebut akan membuat tenaga kesehatan lebih mengutamakan bekerjasama dalam melakukan perawatan pada pasien ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 2.2 Aplikasi Konsep Kurikulum IPE (ACCP, 2009)

2.4 Kompetensi IPE

Proses pembelajaran IPE membutuhkan pengajar (dosen) yang memiliki kompetensi pembelajaran IPE. Freeth et al., (2005) mengungkapkan kompetensi dosen atau fasilitator IPE antara lain adalah 1) sebuah komitmen terhadap pembelajaran dan praktik interprofesional, 2) kepercayaan dalam hubungan pada


(27)

fokus tertentu dari pembelajaran interprofesional di mana staf pendidik berkontribusi, 3) model peran yang positif, 4) pemahaman yang dalam terhadap metode pembelajaran interaktif dan percaya diri dalam

menerapkannya, 5) kepercayaan dan fleksibilitas untuk menggunakan perbedaan profesi secara kreatif dalam kelompok, 6) menghargai perbedaan dan kontribusi unik dari masing-masing anggota kelompok, 7) menyesuaikan kebutuhan individu dengan kebutuhan kelompok, dan 8) meyakinkan dan memiliki selera humor dalam menghadapi kesulitan. Kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dengan metode pembelajaran IPE adalah kemampuan untuk mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk berkolaborasi.

Barr (1998) menjelaskan kompetensi kolaborasi yaitu yaitu: 1) memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas, 2) bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan dan pengobatan pasien, 3) bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau perawatan pasien, 4) menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi lain, 5) memfasilitasi pertemuan interprofesional, dan 6) memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain.

Kompetensi IPE terdiri atas empat bagian yaitu: Tabel 2.1 Kompetensi IPE (ACCP, 2009)

No. Kompetensi IPE Komponen Kompetensi IPE

1. Kompetensi

pengetahuan

Strategi koordinasi

Model berbagi tugas/pengkajian situasi Kebiasaan karakter bekerja dalam tim Pengetahuan terhadap tujuan tim Tanggung jawab tugas spesifik


(28)

2. Kompetensi keterampilan

Pemantauan kinerja secara bersama-sama

Fleksibilitas/penyesuaian

Dukungan/prilaku saling mendukung Kepemimpinan tim

Pemecahan konflik Umpan balik

Komunikasi/pertukaran informasi

3. Kompetensi sikap

Orientasi tim (moral) Kemajuan bersama

Berbagi pandangan/tujuan

4. Kompetensi

kemampuan tim

Kepaduan tim Saling percaya Orientasi bersama Kepentingan bekerja tim

2.5 Hambatan IPE

Hambatan-hambatan yang mungkin muncul adalah penanggalan akademik, peraturan akademik, struktur penghargaan akademik, lahan praktek klinik, masalah komunikasi, bagian kedisiplinan, bagian profesional, evaluasi, pengembangan pengajar, sumber keuangan, jarak geografis, kekurangan pengajar interdisipliner, kepemimpinan dan dukungan administrasi, tingkat persiapan peserta didik, logistik, kekuatan pengaturan, promosi, perhatian dan penghargaan, resistensi perubahan, beasiswa, sistem penggajian, dan komitmen terhadap waktu (ACCP, 2009). Sangat penting untuk mengatasi hambatan-hambatan ini sebagai persiapan mahasiswa dan praktisi profesi kesehatan yang lebih baik demi praktik kolaborasi hingga perubahan sistem pelayanan kesehatan.


(29)

3. Persepsi 3.1 Definisi Persepsi

Ben (2009 dalam Yuniawan, 2013) berpendapat bahwa presepsi merupakan suatu proses atau pandangan dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorisnya dalam usahanya memberikan suatu

makna tertentu dalam lingkungannya. Persepsi adalah suatu proses

mengorganisasi dan menginterpretasi informasi yang diterima oleh panca indra sensori, tidak hanya melihat dan mendengar secara fisik saja namun juga terhadap maksud dari pola sebuah informasi yang didapatkan. Persepsi juga merupakan keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan) yang diterima pancaindra, kemudian stimulus diantar ke otak di mana ia didekode serta diartikan dan selanjutnya mengakibatkan pengalaman yang disadari (Maramis, 2006).

3.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Siagian (1999 dalam Tobing, 2007), secara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu:

1. Diri sendiri

Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual seperti sikap, motif, minat, pengalaman, dan harapan.

2. Sasaran

Sasaran dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran tersebut berpengaruh terhadap presepsi seseorang yang melihatnya. Hal-hal yang menentukan presepsi seseorang terhadap sasaran adalah gerakan, suara, ukuran, dan ciri-ciri seseorang.


(30)

3. Situasi

Faktor situasi menjadi faktor ketiga yang dapat mempengaruhi seseorang terhadap persepsinya. Dalam hal ini, tinjauan terhadap persepsi dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi tertentu, apabila persepsi muncul maka akan mendapat perhatian secara langsung oleh seseorang.

3.3 Persepsi pada IPE

Persepsi dosen pada IPE adalah hal yang sangat berpengaruh dalam pencapaian IPE ke depan karena merupakan suatu pendekatan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan kurikulum IPE (HPEQ-Project, 2011). ACCP (2009) menyebutkan bahwa komponen persepsi pada IPE terdiri dari:

1. Pandangan: Proses individu menginterpretasikan IPE sebagai sebuah

makna yang berarti.

2. Kebutuhan: Segala sesuatu yang harus dipenuhi dengan cara bekerja

sama secara profesional.

3. Pemahaman: Kemampuan untuk memahami tugas antarprofesi.

4. Motivasi 4.1 Definisi Motivasi

Menurut Manullang (1982 dalam Dahlia, 2010) motivasi adalah pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan. Motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak, dimana setiap perasaan atau keinginan yang sangat mempengaruhi orang, sehingga individu


(31)

didorong untuk bertindak. Motivasi adalah pengaruh, kekuatan yang menimbulkan kelakuan.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis dan merupakan suatu proses yang dapat menimbulkan prilaku dalam bentuk kesiapan untuk mencapai tujuan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.

4.2 Teori Motivasi

Beberapa teori tentang motivasi yaitu:

4.2.1 Teori Kebutuhan

Teori kebutuhan Maslow menurut Swansburg (2001 dalam Dahlia, 2010) terdiri dari kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri. Teori ini didasari oleh asumsi bahwa manusia tidak pernah puas, artinya jika kebutuhan fisiologis terpenuhi maka individu termotivasi untuk memenuhi kebutuhan berikutnya.

Begitu pula dengan kebutuhan dosen akan meningkatkan motivasinya dalam bekerja. Sehingga motivasi harus terus menerus digerakkan secara bebas, melalui rangsangan dan respon yang tidak berhenti pada satu titik pencapaian. Melalui IPE diharapkan dapat meningkatkan motivasi dosen yang lebih dinamis dan berkelanjutan.

4.2.2 Teori Harapan

Teori harapan (ekspektasi) yang dikembangkan oleh Vroom (1964 dalam Erwina, 2007) menyatakan bahwa kuatnya kecendrungan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu. Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan dapat


(32)

memotivasi seseorang untuk menjalankan tingkat upaya yang lebih tinggi bila ia mayakini upaya untuk kinerja yang lebih baik seperti kenaikan gaji, promosi jenjang kerja, dan lain-lain.

4.2.3 Teori Keadilan

Teori keadilan yang dikembangkan oleh Adam (1965 dalam Erwina, 2007) menyatakan bahwa yang menentukan kinerja seoran pegawai adalah rasa adil atau tidaknya keadaan di lingkungan kerjanya. Tingkat keadilan itu dapat diukur dengan rasio antara kerja dan upah yang diterima seorang pegawai lain dalam satu lingkungan kerja yang sama.

Komponen utama teori ini terdiri dari: 1) masukan (input) yaitu sesuatu yang

bernilai bagi seseorang yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah kerja, dan peralatan pribadi yang

digunakan untuk pekerjaannya. 2) hasil (outcome), sesuatu yang dianggap

bernilaioleh pegawai yang diperoleh dari pekerjaannya, seperti gaji, keuntungan sampingan, simbol status, fasilitas, penghargaan, serta kemampuan untuk berhasil. 3) perbandingan antara masukan dan hasil, seseorang akan membandingkan masukan dan hasilnya dengan orang lain (Erwina, 2007).

4.3 Motivasi pada IPE

Menurut Manulang (1982 dalam Dahlia, 2010), teori motivasi dibagi atas 3 bagian; teori kebutuhan, teori keadilan, dan teori harapan (ekspektasi). Berdasarkan penjelasan mengenai teori motivasi di atas, maka teori harapan (ekspektasi) baik digunakan untuk mengukur motivasi pada IPE.


(33)

Pada dasarnya teori harapan (ekspektasi) menyatakan bahwa kekuatan dan kecendrungan untuk bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil tertentu serta pada daya tarik hasil tersebut bagi individu. Oleh karena itu, teori ini mengemukakan tiga variabel berikut ini:

1. Daya tarik: Pentingnya individu mengharapkan outcome dan penghargaan

yang mungkin dapat dicapai dalam bekerja. Variabel ini

mempertimbangkan kebutuhan individu yang tidak terpuaskan.

2. Harapan: Keyakinan individu bahwa dengan menunjukkan kinerja pada

tingkat tertentu aka mencapai outcome yang diinginkan.

3. Kemauan: Dorongan dari dalam diri individu untuk menggunakan

sejumlah upaya tertentu akan menghasilkan kinerja (Erwina, 2007).

Motivasi dosen berdasarkan teori harapan (ekpektasi) sangat diperlukan untuk kesiapan pencapaian kompetensi IPE.

5. Kesiapan

5.1 Definisi Kesiapan

Kesiapan (readiness) merupakan keseluruhan sifat atau kemauan yang

membuat seseorang beraksi dengan cara tertentu. Kesiapan juga diartikan sebagai keseluruhan kondisi seseorang atau individu untuk menanggapi atau mempraktekkan suatu kegiatan yang mana sikap tersebut membuat mental, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki dan dipersiapkan selama melakukan kegiatan tertentu (Yuniawan, 2013).


(34)

5.2 Kesiapan pada IPE

Menurut Parsell dan Bligh (2009 dalam Yuniawan, 2013), kesiapan dapat dilihat dari antusiasme dosen dan keinginan dosen terhadap penerimaan sesuatu yang baru. Kesiapan dosen sangat mempengaruhi pelaksanaan IPE. Dosen yang siap dan mampu untuk menerapkan IPE adalah syarat mutlak dari penerapan IPE. Kesiapan IPE dapat dilihat dengan dua domain umum yaitu: 1) Kolaborasi, 2) peran dan tanggung jawab. Kedua domain ini saling berhubungan dalam membangun kesiapan untuk penerapan IPE.

Peran dan tanggung jawab merupakan suatu hal yang penting karena hal ini menjadi ciri khas profesi yang akan membedakan dengan profesi lain. Pullon (2008 dalam Fauziah, 2010) menjelaskan peran dan tanggung jawab adalah komponen kunci dari sebuah profesionalisme yang merupakan bagian integral dari filosofi pelayanan kesehatan. Peran dan tanggung jawab harus dikembangkan seiring perkembangan zaman. Ini dapat dilakukan melalui interaksi dengan profesi lain untuk membentuk dasar pemahaman mengenai interprofesional antar tenaga kesehatan.

Kerja sama dalam kolaborasi merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa dalam IPE. Kompetensi kolaborasi meliputi: 1) kekompakan tim, yaitu kekuatan tim yang membuat anggotanya untuk tetap setia menjadi bagian sebuah tim yang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi sebuah tim, 2) saling percaya, yaitu sebuah sikap positif dari anggota tim terhadap anggota yang lainnya, meliputi perasaan, mood dan lingkungan internal kelompok, 3) berorientasi kolektif, maksudnya sebuah keyakinan bahwa pendekatan secara tim merupakan cara yang lebih kondusif dari pendekatan secara


(35)

personal dalam menyelesaikan persoalan, 4) mementingkan kerja sama, yaitu sikap positif yang ditunjukkan anggota tim dengan mengacu pada bekerja sebagai tim (ACCP, 2009).

Peran dosen dalam IPE diharapkan mampu membentuk peserta didik yang dapat memahami tugas dan kewenangan masing-masing profesi sehingga akan muncul tanggung jawab yang sesuai dalam penyelesaian suatu masalah. Peran dan tanggung jawab sebagai tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk kesiapan dan pencapaian kompetensi IPE.

6. IPE dalam Konsep Berubah

Pengembangan IPE di institusi pendidikan kesehatan tidak terlepas dari konsep berubah. Perubahan merupakan suatu proses di mana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu. Hidayat (2008 dalam Yuniawan, 2013) mengungkapkan bahwa seseorang yang akan berubah harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam tahap proses perubahan agar perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai

tujuan yang ada. Tahapan tersebut meliputi unfreezing, moving dan refreezing.

Tahap Pencairan (unfreezing) merupakan tahap awal. Pada kondisi ini mulai

muncul persepsi terhadap hal yang baru. Persepsi mencakup penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus dan penterjemahan atau penafsiran stimulus yang telah terorganisir yang akhirnya mempengaruhi pembentukan sikap. Persepsi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor


(36)

internal terdiri dari karakteristik individu, pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal yaitu stimulus dan lingkungan sosial. Sikap dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (Tobing, 2007). Sikap dosen yang positif pada IPE mendorong untuk berperilaku mendukung sistem IPE yang baru.

Berikutnya merupakan tahap bergerak (moving). Pada tahap ini sudah dimulai

adanya suatu pergerakan ke arah sesuatu yang baru. Tahap ini dapat terjadi apabila seseorang telah memiliki informasi yang cukup serta kesiapan untuk berubah, juga memiliki kemampuan dalam memahami masalah serta mengetahui langkah-langkah dalam menyesuaikan masalah atau hambatan dalam penerapan IPE.

Akhirnya, tahap pembekuan (freezing), yaitu ketika telah tercapai tingkat atau

tahapan yang baru. Proses pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan selalu terdapat upaya mempertahankan perubahan yang telah dicapai. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap model pembelajaran terintegrasi setelah dilakukan pergerakan dan merasakan adanya manfaat dari pembelajaran IPE ini.

7. Kerangka Teori

Pengembangan IPE di institusi pendidikan kesehatan tidak terlepas dari konsep berubah. Sebagai gambaran dalam mengubah sistem pendidikan yang terfragmentasi ke arah yang terintegrasi berikut ini merupakan tahap perubahan menurut Hidayat (2008 dalam Yuniawan, 2013):


(37)

Gambar 2.3 Kerangka Teori Langkah 1 Pencairan (Unfreezing) Sistem

Pembelajaran yang Terfragmentasi

Presepsi

Motivasi

Kesiapan Langkah 2 Bergerak (Moving) Integrasi

Sistem Pembelajaran

Langkah 3 Pembekuan (Refreezing) Interprofessional Education

1. Memiliki informasi

2. Memiliki kemampuan

3. Mengetahui langkah menyelesaikan hambatan

1. Kompetensi dalam IPE 2. Manfaat IPE

3. Pendekatan pembelajaran IPE


(38)

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan :

: Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

IPE Presepsi Dosen

1. Pandangan pada IPE 2. Kebutuhan pada IPE 3. Pemahaman pada IPE

(ACCP , 2009)

Kesiapan Dosen 1. Kolaborasi pada IPE 2. Peran dan tanggung jawab

pada IPE

(Parsell & Bligh, 2009 dalam Yuniawan, 2013)

Motivasi Dosen

1. Daya tarik pada IPE 2. Harapan pada IPE 3. Kemauan pada IPE


(39)

Komponen presepsi pada IPE terdiri dari pandangan dosen pada IPE, kebutuhan dosen pada IPE, dan pemahaman dosen pada IPE. Komponen motivasi pada IPE terdiri dari daya tarik dosen pada IPE, harapan dosen pada IPE, dan kemauan dosen pada IPE. Dan komponen kesiapan pada IPE terdiri dari kolaborasi dosen pada IPE dan peran dan tanggung jawab dosen pada IPE.

2. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Persepsi Pandangan untuk

mengembangkan IPE yang diukur berdasarkan pandangan, kebutuhan, dan pemahaman dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU. Kuesioner Jumlah: 11 pertanyaan Skor Hasil: Baik Buruk Ordinal

2. Motivasi Harapan pada IPE

berdasarkan daya tarik, harapan, dan kemauan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU. Kuesioner Jumlah: 10 pertanyaan Skor Hasil: Tinggi Sedang Rendah Ordinal

3. Kesiapan Kemauan untuk

memfasilitasi pembelajaran IPE yang diukur berdasarkan

kolaborasi dan peran dan tanggung jawab dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU. Kuesioner Jumlah: 11 pertanyaan Skor Hasil: Tinggi Sedang Rendah Ordinal


(40)

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, jenis penelitian kuantitatif,

dengan metode pengambilan data secara cross sectional artinya pengukuran

variabel hanya dilakukan satu kali pada satu waktu, dan tidak melihat hubungan sebab akibat berdasarkan perjalanan waktu (Dharma, 2011). Metode ini digunakan untuk mengetahui persepsi, motivasi, dan kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada metode pembelajaran IPE.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi Penelitian

Fakultas Ilmu Kesehatan terdiri atas Fakultas Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Psikologi. Berdasarkan kondisi di lapangan, tenaga kesehatan yang sering berkolaborasi adalah perawat dan dokter sebagai mitra yang paling penting dalam pelayanan kesehatan. Maka dari itu, kriteria inklusi pada penelitian ini adalah dosen Fakultas Keperawatan (FKep) dan Fakultas Kedokteran (FK) USU. Sedangkan kriteria ekslusi adalah dosen Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Psikologi. Menurut data yang didapatkan oleh peneliti dari direktori USU (2014), terdapat 28 dosen Fkep yang tersebar di enam departemen, dan 241 dosen FK yang tersebar di 30 departemen. Total populasi adalah sebanyak 269 orang.


(41)

2.2 Sampel Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menentukan jumlah sampel berdasarkan formula Arikunto (2002 dalam Dharma, 2011) sebesar 20%, dimana syarat yang ditetapkan yaitu jumlah total populasi lebih dari 100 orang telah memenuhi syarat. Dengan demikian, berdasarkan rumus:

54 269 100

20

  

n

didapatkan hasil untuk total sampel berjumlah 54 orang dosen.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan probability

sampling dengan metode random sampling (pengambilan sampel secara acak). Metode tersebut dipilih karena karakteristik populasi cendrung homogen, dan populasi tidak menyebar secara geografis. Sedangkan cara untuk pengambilan

sampel menggunakan simple random sampling karena n (jumlah sampel) tidak

kurang dari 30 dengan kelebihan sederhana dan mudah dilakukan.

Kriteria sampel penelitian ini adalah: 1) Dosen Fkep atau dosen FK USU, 2) Bersedia menjadi responden, 3) Bukan termasuk dalam responden uji validitas.

Dari jumlah 54 orang dosen yang menjadi target responden, hanya 47 orang dosen yang berkenan menjadi responden dan dari kuesioner yang telah dibagikan, jumlah kuesioner yang berhasil dikumpulkan kembali adalah 43 kuesioner.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Keperawatan dan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Peneliti memilih Fkep dan FK USU sebagai tempat penelitian dengan alasan IPE merupakan isu model pembelajaran yang sedang


(42)

berkembang di USU sejak tahun 2014. Penelitian dilakukan pada bulan Maret - Juni 2015.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini mempertimbangkan tiga aspek penting terkait dengan etik yaitu

Informed Consent, Anonimity, dan Confidentiality. Secara administrasi diawali dari izin atau persetujuan dari institusi pendidikan FKep USU, dan telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan FKep USU, dilanjutkan dengan mengajukan surat permohonan penelitian kepada Dekan Fkep dan FK USU. Setelah mendapat persetujuan dari Dekan FKep dan FK USU, diteruskan kepada Bidang Kepegawaian masing-masing fakultas. Peneliti selanjutnya merekrut calon responden yang memenuhi kriteria penelitian. Responden yang telah terpilih akan diberi penjelaan tentang maksud, tujuan, prosedur penelitian yang dilakukan kepada responden yang telah dipilih. Kemudian peneliti menanyakan kepada responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Jika responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti

akan memberikan surat persetujuan (Informed Consent) untuk ditanda tangani.

Bila responden tidak bersedia menandatangani Informed Consent, responden

dapat menyampaikan persetujuanya secara lisan. Tetapi apabila responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden.

Kepada responden yang setuju mengikuti penelitian ini, peneliti akan memberi kuesioner. Dalam menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak


(43)

pengumpulan data. Peneliti menjamin kerahasiaan (Confidentiality) responden dan data-data responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian 5.1 Kuesioner Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur persepsi, motivasi, dan kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE. Pengukuran persepsi menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian dan kerangka konsep penelitian. Jenis skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Menurut Hidayat (2008 dalam Fauziah, 2010) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada atau yang dialaminya. Instrumen ini menggunakan 4 (empat) skala Likert dengan tujuan untuk memudahkan responden menentukan pilihan jawaban.

Pengukuran motivasi menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian dan kerangka konsep penelitian. Instrumen ini menggunakan 4 (empat) skala Likert.

Tabel 4.1 Instrumen Persepsi

Komponen Favorable Unfavorable Jumlah

Pandangan pada IPE 1,2,3 10 4

Kebutuhan pada IPE 4,6,11 7 4

Pemahaman pada IPE 5,8,9 3


(44)

Tabel 4.2 Instrumen Motivasi

Pengukuran kesiapan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian dan kerangka konsep penelitian. Instrumen ini menggunakan 4 (empat) skala Likert.

Tabel 4.3 Instrumen Kesiapan

Komponen Favorable Unfavorable Jumlah

Kolaborasi pada IPE 25,28,29,31 22 5

Peran dan tanggung jawab pada IPE

23,24,26,32 27,30 6

Jumlah 8 3 11

Menurut Muller (2013) persepsi dikategorikan menjadi baik dan buruk, sehingga data persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE dikategorikan menjadi baik dan buruk. Data persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE digolongkan menjadi:

28<X<44 Baik

11<X<27 Buruk

Komponen Favorable Unfavorable Jumlah

Daya tarik pada IPE 12,13 15 3

Harapan pada IPE 16,17,18,20 4

Kemauan pada IPE 14,21 19 2


(45)

Sedangkan data motivasi dan kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Data motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada IPE digolongkan menjadi:

30<X<40 Tinggi

20<X<29 Sedang

10<X<19 Rendah (Muller, 2013)

Data kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada IPE digolongkan menjadi:

33<X<44 Tinggi

22<X<32 Sedang

11<X<21 Rendah (Tyastuti, Onishi, Ekayanti, & Kitamura, 2014)

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas berarti untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya. Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengumpulan itu mampu memberikan gambaran mengenai perubahan sekecil-kecilnya diantara subjek yang satu dengan yang lain (Azwar, 2005).

Ketiga instrumen dimodifikasi oleh peneliti, sehingga perlu dilakukan uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi yaitu uji validitas pada pakar atau orang yang ahli melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang


(46)

hendak diukur, dan memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria. Dikatakan valid

apabila nilai Content Validity Index (CVI) lebih besar dari 0.80 (Dharma, 2011).

Nilai CVI pada penelitian ini adalah 0.81. Maka dari itu dapat dimaknai bahwa hasil > CVI (0.81 > 0.80).

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien dengan angka 0 sampai 1.00. Semakin tinggi koefisien mendekati angka 1.00 berarti reliabilitas instrumen semakin tinggi. Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah 0.7-0.8 (cukup baik), di atas 0.8 (baik).

Selanjutnya untuk menghitung reliabilitas instrumen digunakan rumus Cronbach’s Alpha sebagai berikut:

         

2

2 1 1 1 St S k k ri Keterangan:

ri = koefisien reliabilitas yang dicari k = banyaknya item pertanyaan

S12 = jumlah varians item

St2 = varians pertanyaan

Uji reliabilitas telah dilakukan pada 30 orang dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada bulan Maret 2015. Instrumen yang diuji yaitu kuesioner persepsi, motivasi, dan kesiapan yang berjumlah 32 pernyataan. Dari hasil analisa sistem


(47)

maka didapat nilai reliabilitas 0.852. Dengan demikian, kuesioner tersebut dinyatakan reliabel karena memiliki nilai reliabilitas > 0.7.

7. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan data primer, dimana data di dapat dari hasil pengukuran oleh peneliti. Adapun tahap-tahap pengumpulan data dimulai dari meminta surat izin dari Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian, kemudian dikirimkan ke FKep dan FK USU, setelah mendapat izin dari Dekan, kemudian peneliti melakukan pengumpulan data.

Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tujuan dan manfaat penelitian. Jika pasien dan keluarga setuju,

diminta menandatangani informed consent yang disediakan peneliti kemudian

menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner yang diberikan peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti. Setelah kuesioner diisi, kuesioner tersebut dikumpulkan kembali dan diperiksa kelengkapannya. Apabila ada yang belum lengkap maka kuesioner tersebut dilengkapi pada saat itu juga.

8. Analisa Data

Melakukan analisa terhadap suatu penelitian digunakan statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Analisa data dalam penelitian

ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu editing untuk memeriksa kelengkapan


(48)

setiap kuesioner diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Pengolahan data dilakukan dengan teknik komputerisasi untuk analisis data deskriptif yaitu analisis distribusi frekuensi dan univariat. Data yang telah diolah selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase untuk mendeskripsikan data demografi, persepsi, motivasi, dan kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE.


(49)

mengenai persepsi, motivasi, dan kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28 Maret sampai tanggal 24 Juni 2015.

1. Hasil Penelitian 1.1 Karakteristik Dosen

Dari 43 orang dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU, didapatkan karakteristik dosen mencakup jenis kelamin, asal fakultas, pernah mendengar IPE, dan pernah mendapatkan materi IPE. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan, didapatkan hasil jumlah dosen FKep sebanyak 6 orang (14.0%) dan dosen FK sebanyak 48 orang (86.0%). Data yang menunjukkan jenis kelamin pada dosen FKep dan dosen FK adalah 13 orang (30.2%) laki-laki dan 30 orang (69.8%) perempuan. Dosen yang pernah mendengar IPE sebanyak 23 orang (53.5%) dan tidak pernah mendengar IPE sebanyak 20 orang (46.5%). Dosen yang pernah mendapat materi IPE sebanyak 3 orang (7.0%) dan tidak pernah mendapat materi IPE sebanyak 40 orang (93.0%). Berikut tabel distribusi frekuensi karakteristik demografi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU.


(50)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik demografi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU

Karakteristik Demografi Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total 13 30 43 30.2 69.8 100 Fakultas Keperawatan Kedokteran Total 6 37 43 14.0 86.0 100 Pernah Mendengar IPE

Pernah Tidak Pernah Total 23 20 43 53.5 46.5 100 Pernah Mendapat Materi

IPE Pernah Tidak Pernah Total 3 40 43 7.0 93.0 100 Sumber: Data Primer

1.2 Persepsi pada IPE

Data persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE dideskripsikan menggunakan rumus persentase dan digolongkan menjadi baik dan buruk (Fauziah, 2010 dalam Yuniawan, 2013). Berikut tabel distribusi frekuensi persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada IPE

Kategori FKep FK Total

Frekuensi (%) Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Baik 4 66.7 31 83.8 35 81.4

Buruk 2 33.3 6 16.2 8 18.6

Total 6 100 37 100 43 100

Sumber: Data Primer

Tabel 5.2 menunjukkan persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE dalam kategori baik sebesar 81.4%. Secara rinci, persepsi dosen FKep pada IPE dalam kategori baik (66.7%) dan persepsi dosen FK pada IPE juga dalam kategori baik (83.8%).


(51)

Untuk mengetahui lebih dalam tentang persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE, dilakukan analisis pada komponen persepsi IPE yang meliputi pandangan, kebutuhan, dan pemahaman pada IPE.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi komponen persepsi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada IPE

Komponen (pada IPE)

FKep FK Total

Baik (%) Buruk (%) Baik (%) Buruk (%) Baik (%) Buruk (%)

Pandangan 83.8 16.7 86.5 13.5 85.0 15.0

Kebutuhan Pemahaman 83.3 66.7 16.7 33.3 89.2 81.1 10.8 18.9 86.2 73.9 13.8 26.1 Sumber: Data Primer

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa pandangan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan baik (85.0%) pada IPE. Kebutuhan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan juga dalam kategori baik (86.2%). Begitu pula dengan pemahaman dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada IPE dalam kategori baik sebesar 73.9%. Dari ketiga komponen tersebut, kebutuhan pada IPE berada pada proporsi tertinggi dibanding komponen persepsi lainnya.

Secara rinci, pandangan dosen FKep pada IPE dalam kategori baik (83.8%), kebutuhan dosen FKep pada IPE baik (83.3%), dan pemahaman dosen FKep pada IPE baik (66.7%). Pandangan dosen FK pada IPE dalam kategori baik (86.5%), kebutuhan dosen FK pada IPE baik (89.2%), dan pemahaman dosen FK pada IPE baik (81.1%). Berdasarkan ketiga komponen persepsi tersebut, komponen kebutuhan pada IPE merupakan komponen yang lebih tinggi dibanding komponen lainnya.

1.3 Motivasi pada IPE

Data motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE dideskripsikan menggunakan rumus persentase dan digolongkan menjadi tinggi


(52)

(T), sedang (S), dan rendah (R) (Arikunto, 2010). Berikut tabel distribusi frekuensi motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada IPE

Kategori FKep FK Total

Frekuensi (%) Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Tinggi 4 66.7 8 21.6 12 27.9

Sedang Rendah 2 0 33.3 0.0 28 1 75.7 2.7 30 1 69.8 2.3

Total 6 100 37 100 43 100

Sumber: Data Primer

Tabel 5.4 menunjukkan motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU berada pada kategori sedang sebesar 69.8%. Secara rinci, motivasi dosen FKep pada IPE tinggi (66.7%) dan motivasi dosen FK pada IPE sedang (75.7%). Dikarenakan proporsi motivasi dosen FK lebih besar pada kategori sedang (75.7%) dibanding dosen FKep pada kategori tinggi (66.7%), hal tersebut menyebabkan motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan berada pada kategori sedang (69.8%).

Untuk mengetahui lebih dalam tentang motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE, dilakukan analisis pada komponen motivasi IPE yang meliputi daya tarik, harapan, dan kemauan pada IPE.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi komponen motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Komponen

(pada IPE)

FKep FK Total

T (%) S (%) R (%) T (%) S (%) R

(%) T (%) S (%) R (%)

Daya tarik 66.7 33.3 0.0 0.0 78.4 21.6 33.4 55.8 10.8

Harapan 100 0.0 0.0 43.3 43.2 13.5 71.6 21.6 6.8

Kemauan 66.7 33.3 0.0 37.8 59.5 2.7 52.2 46.4 1.4

Sumber: Data Primer

Tabel 5.5 menunjukkan komponen motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE. Daya tarik dosen Fakultas Ilmu Kesehatan berada pada kategori sedang (55.8%), harapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan tinggi (71.6%), dan kemauan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan tinggi (52.2%) pada IPE.


(53)

Secara rinci, daya tarik dosen FKep tinggi (66.7%), harapan dosen FKep tinggi (100%), dan kemauan dosen FKep tinggi (66.7%) pada IPE. Daya tarik dosen FK sedang (78.4%), harapan dosen FK tinggi (43.3%), dan kemauan dosen FKep sedang (59.5%) pada IPE.

1.4 Kesiapan pada IPE

Data kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE dideskripsikan dengan persentase dan digolongkan menjadi tinggi, sedang, dan rendah (Yuniawan, 2013).

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada IPE

Kategori FKep FK Total

Frekuensi (%) Frekuensi (%) Frekuensi (%)

Tinggi 5 83.3 15 40.5 20 46.5

Sedang Rendah 1 0 16.7 0.0 22 0 59.5 0.0 23 0 53.5 0.0

Total 6 100 37 100 43 100

Sumber: Data Primer

Tabel 5.6 menunjukkan distribusi frekuensi kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE dalam kategori sedang sebesar 53.5%. Secara rinci, kesiapan dosen FKep pada IPE tinggi (83.3%) dan kesiapan dosen FK pada IPE sedang (59.5%).

Untuk mengetahui lebih dalam tentang kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE, dilakukan analisis terhadap komponen kesiapan IPE yang meliputi kolaborasi, peran dan tanggung jawab pada IPE.

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi komponen motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Komponen

(pada IPE)

FKep FK Total

T (%) S (%) R (%) T (%) S (%) R

(%) T (%) S (%) R (%)

Kolaborasi 66.7 33.3 0.0 29.7 70.3 0.0 48.2 51.8 0.0

Peran &

tanggung jawab


(54)

Sumber: Data Primer

Tabel 5.7 menunjukkan komponen kolaborasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU pada IPE sedang (51.8%) dan komponen peran dan tanggung jawab juga berada pada kategori sedang (68.2%). Secara rinci, komponen kolaborasi dosen FKep tinggi (66.7%) dan komponen peran dan tanggung jawab dosen FKep tinggi (50.0%). Komponen kolaborasi dosen FK sedang (70.3%) dan komponen peran dan tanggung jawab dosen FK juga sedang (86.5%). Dikarenakan proporsi dosen FK lebih dominan dibandingkan FKep, maka hasil komponen kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan berada pada kategori sedang.

2. Pembahasan 2.1 Persepsi pada IPE

Persepsi adalah suatu proses mengorganisasi dan menginterpretasi informasi yang diterima oleh panca indra sensori, tidak hanya melihat dan mendengar secara fisik saja namun juga terhadap maksud dari pola sebuah informasi yang didapatkan. Persepsi juga merupakan keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan) yang diterima pancaindra, kemudian stimulus diantar ke otak di mana ia didekode serta diartikan dan selanjutnya mengakibatkan pengalaman yang disadari (Maramis, 2006). Menurut Siagian (1999 dalam Tobing, 2007), secara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu diri sendiri, sasaran, dan situasi.

Faktor diri sendiri yaitu apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual seperti sikap, motif, minat, pengalaman, dan harapan. Faktor sasaran dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran


(55)

tersebut berpengaruh terhadap presepsi seseorang yang melihatnya. Hal-hal yang menentukan presepsi seseorang terhadap sasaran adalah gerakan, suara, ukuran, dan ciri-ciri seseorang. Dan faktor situasi menjadi faktor ketiga yang dapat mempengaruhi seseorang terhadap persepsinya. Dalam hal ini, tinjauan terhadap persepsi dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi tertentu, apabila persepsi muncul maka akan mendapat perhatian secara langsung oleh seseorang (Siagian, 1999 dalam Tobing, 2007). Faktor-faktor persepsi tersebut sangat berpengaruh dalam pencapaian IPE ke depan karena merupakan suatu pendekatan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan kurikulum IPE (HPEQ-Project, 2011).

Dalam pelaksanaan kurikulum IPE, ACCP (2009) menyebutkan terdapat tiga komponen persepsi yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang, dalam hal ini dosen FKep dan dosen FK USU. Tiga komponen persepsi tersebut yaitu pandangan, kebutuhan, dan pemahaman pada IPE.

Hasil pengukuran persepsi menunjukkan bahwa dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU mempunyai persepsi yang baik (81.4%) pada IPE. Secara rinci, persepsi dosen FKep baik (66.7%) dan persepsi dosen FK juga baik (83.8%). Hasil komponen kebutuhan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada IPE menunjukkan hasil tertinggi (86.2%). Secara rinci, komponen pandangan dosen FKep pada IPE tertinggi (83.8%) dan komponen kebutuhan dosen FK tertinggi (89.2%) dibanding komponen lainnya.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa dosen FKep memiliki pandangan yang baik pada IPE sebagai suatu sistem pembelajaran bersama antar mahasiswa program studi ilmu-ilmu kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi


(56)

antar tenaga kesehatan, merupakan sistem pembelajaran yang bagus, dan IPE akan mengalami hambatan bila di terapkan di USU.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dosen FK membutuhkan kontribusi dosen dari profesi lain dalam mengajar, membutuhkan IPE agar dapat membuat mahasiswa program studi ilmu-ilmu kesehatan lebih berkompeten dan dapat berkomunikasi terapetik lebih baik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniawan (2013) menyatakan bahwa mayoritas dosen FKIK Unsoed memiliki persepsi baik terhadap IPE dan tidak ada nilai persepsi yang buruk. Penelitian yang dilakukan oleh Netherwood dan Ruth (2014) didapatkan hasil bahwa dosen cendrung memiliki persepsi yang baik pada IPE. Begitu pula dengan Cameron et al (2009, dalam Fauziah 2010) menunjukkan

peserta IPE Faculty Development Course in May 2006 mempunyai persepsi yang

baik terhadap IPE, dan pemahaman terhadap IPE mempunyai persentase terendah. Menurut Hall (2005) tingginya kebutuhan pada IPE disebabkan tingginya tingkat kebutuhan berkolaborasi antar profesi kesehatan. Oleh karena itu penerapan IPE dalam sistem pembelajaran sangat diharapkan demi tujuan meningkatkan kompetensi masing-masing profesi berdasarkan kompetensinya (Fauziah, 2010).

2.2 Motivasi pada IPE

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan

(Wijono, 2010 dalam Halawa, 2014). Motivasi juga sering diartikan sebagai dorongan. Dorongan tersebut merupakan gerakan untuk melakukan sesuatu dari

jiwa dan jasmaniah. Sehingga juga disebut suatu drifing force yang menggerakkan


(57)

dikerjakannya (As’ad, 1995 dalam Halawa, 2014). Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis dan merupakan suatu proses yang dapat menimbulkan prilaku dalam bentuk kesiapan untuk mencapai tujuan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, Erwina (2007) membagi tiga komponen motivasi berdasarkan teori ekspektasi. Tiga komponen motivasi tersebut terdiri dari daya tarik, harapan, dan kemauan.

Hasil pengukuran motivasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi dosen Fakultas Ilmu Kesehatan sedang (69.8%) pada IPE. Secara rinci, motivasi dosen FKep berada pada kategori tinggi (66.7%) dan motivasi dosen FK sedang (75.7%). Komponen motivasi tertinggi pada dosen Fakultas Ilmu Kesehatan adalah komponen harapan pada IPE sebesar 71.6%. Komponen motivasi dosen FKep yang tertinggi yaitu komponen harapan mencapai 100% begitu pula dengan komponen motivasi tertinggi pada dosen FK adalah harapan sebesar 43.3%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosen Fakultas Ilmu Kesehatan berharap komunikasi antar mahasiswa program studi ilmu-ilmu kesehatan akan lebih baik, adanya fasilitas belajar yang memadai untuk menunjang pembelajaran bersama antar mahasiswa program studi ilmu-ilmu kesehatan, tidak akan terjadi masalah pada jadwal perkuliahan di masing-masing program studi ilmu kesehatan, dan IPE segera diterapkan di USU.

Hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU memiliki harapan yang tinggi pada IPE sehingga dapat dimaknai memiliki daya tarik dan kemauan untuk penerapan IPE sebagai media pembelajaran bersama. Mercer et al (2014) meyebutkan bahwa motivasi mahasiswa keperawatan lebih


(58)

tinggi dibanding mahasiswa kedokteran dan mahasiswa psikologi pada IPE. Hanya saja dalam penelitian tersebut yang menjadi sampel penelitian adalah mahasiswa bukan dosen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Salima et al (2014) kepada guru sekolah dasar, didapatkan hasil bahwa terdapat motivasi yang tinggi dalam menggembangkan kurikulum IPE di tingkat pendidikan dasar. Penelitian tersebut juga tidak menggunakan dosen sebagai sampel, namun dalam penelitian tersebut dapat dilihat bahwa guru sebagai tenaga pendidik memiliki harapan yang tinggi pada penerapan IPE. Begitu pula dengan Bruno (2014) menunjukkan bahwa IPE akan berjalan apabila terdapat motivasi yang tinggi dari dosen sebagai pendidik profesional dalam penerapan dan pengembangan IPE.

2.3 Kesiapan pada IPE

Kesiapan merupakan suatu kondisi yang dimiliki seseorang secara mental, maupun fisik untuk tujuan yang dikehendaki (Arikunto, 2005). Kesiapan dapat dilihat dari antusiasme dosen dan keinginan dosen terhadap penerimaan sesuatu yang baru. Kesiapan dosen sangat mempengaruhi pelaksanaan IPE. Dosen yang siap dan mampu untuk menerapkan IPE adalah syarat mutlak dari penerapan IPE. Kesiapan IPE dapat dilihat dengan dua domain umum yaitu: 1) Kolaborasi, 2) peran dan tanggung jawab. Kedua domain ini saling berhubungan dalam membangun kesiapan untuk penerapan IPE (Parsell & Bligh, 2009 dalam Yuniawan, 2013).

Hasil pengukuran kesiapan pada penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada IPE dalam kategori sedang (53.5%). Komponen peran dan tanggung jawab tertinggi (68.2%) dibanding komponen


(59)

kolaborasi. Secara rinci, kesiapan dosen FKep pada IPE dalam kategori tinggi (83.3%) dan kesiapan dosen FK berada pada kategori sedang (59.5%). Komponen kolaborasi dosen FKep tertinggi (83.3%) dan komponen peran dan tanggung jawab dosen FK sedang (59.65).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosen Fakultas Ilmu kesehatan siap berperan dan betanggung jawab pada sistem pembelajaran IPE dengan sangat baik, siap mengembangkan IPE di USU, siap berkolaborasi antar dosen kesehatan bila IPE diterapkan, siap bertanggung jawab apabila terjadi hambatan pada IPE, dan siap bertanggung jawab untuk berperan dalam penerapan dan pengembangan IPE di USU.

Hal ini tidak sebanding dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryakhiyati (2011) yang menunjukkan komponen kolaborasi memiliki nilai tertinggi sedangkan peran dan tanggung jawab memiliki nilai terendah pada dosen FK UGM.

Nilai tertinggi yang ditunjukkan pada komponen kolaborasi dapat diasumsikan bahwa dosen FKep USU telah menyadari bahwa dengan model pembelajaran terintegrasi seperti IPE ini dapat menjadikan mahasiswa siap untuk bekerja dalam tim. Nilai rendah yang ditunjukkan pada komponen peran dan tanggung jawab dapat diasumsikan bahwa pemahaman antar profesi kesehatan tentang peran profesi kesehatan pada dosen FKep USU perlu ditingkatkan. Pemahaman tentang peran dan tanggung jawab profesi membuat profesional di bidang kesehatan akan memahami apa yang sebenarnya akan dilakukan tiap-tiap profesi dalam pekerjaannya (Gilbert et al, 2005 dalam Yuniawan, 2013). Dengan


(60)

mengetahui peran dan tanggung jawab setiap profesi, maka dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU akan siap untuk bekerja bersama dalam tim (Morison et al, 2003).


(61)

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Fakultas Keperawatan dan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa:

a. Mayoritas dosen berasal dari dosen FK USU. Dosen perempuan lebih

banyak dibandingkan dosen laki-laki. Dosen yang pernah mendengar IPE lebih banyak dari dosen yang telah mendapat materi IPE.

b. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU memiliki persepsi yang baik pada

IPE.

c. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU memiliki motivasi yang sedang pada

IPE.

d. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU memiliki kesiapan yang sedang pada

IPE.

2. Saran

2.1 Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan disarankan untuk memulai mengembangkan model pembelajaran IPE dalam kurikulum pendidikan karena mayoritas dosen FKep dan FK USU memiliki persepsi yang baik pada IPE, sehingga apabila diterapkan dapat menimbulkan motivasi dan kesiapan dosen lebih baik. Agar model pembelajaran IPE dapat berkembang di FKep dan FK USU, sebuah bagian khusus diperlukan untuk mengelola dan melakukan manajemen terhadap pelaksanaan IPE. Aplikasi


(62)

IPE dalam kurikulum dan pengelolaannya dapat mencontoh National University of Singapore.

2.2 Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini hanya menggambarkan karaktersistik dari dosen, sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan analisa pada setiap karakteristik dosen terkait hubungan persepsi, motivasi, dan kesiapan terhadap IPE. Penelitian ini juga hanya menggambarkan persepsi, motivasi, dan kesiapan dosen. Sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat diteliti mengenai hubungan antar variabel dengan perlakuan yang sama yaitu menggunakan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data.


(63)

Aryakhiyati, N. (2011). Analisis sikap dan kesiapan dosen fk ugm terhadap interprofessional education (IPE). Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Azwar, A. (1994). Program menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta:

Yayasan Penerbit IDI.

Azwar, S. (2005). Pengkuran skala psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

Barr, H. (1998). Competent to collaborate: Towards a competency-based model

for interprofessional education. Journal of Interprofessional Care, 12, 181-

187.

Bruno, F. Sunguya, Woranich Hinthong, Masamine Jimba, Junko Yasuoka. (2014). Interprofessional education for whom? challenges and lessons learned from its implementation in developed countries and their application

to developing countries: a systematic review. Journal of IPE for Developing

Country, 9, 1-17.

Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE). (2002).

Interprofessional education: a definition. Retrived from

http://www.caipe.org.uk/about-us/defining-ipe/.

Dikti. (2010). Pedoman beban kerja dosen dan evaluasi pelaksanaan tridharma

perguruan tinggi. Retrived from http://www.dikti.go.id/peraturan-perundangan/.

Dahlia, Ratna. (2010). Motivasi mahasiswa DIII keperawatan di medan untuk

melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana Fakultas Keperawatan USU.

Skripsi Mahasiswa Tidak Diterbitkan, USU.

Dharma, K.K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: Trans Info

Media.

Dwiprahasto, I. (2010). Manajemen resiko klinik. Modul MMR: UGM

Erwina, Zur. (2007). Hubungan motivasi dengan disiplin kerja perawat di


(64)

Fauziah, F.A. (2010). Analisis gambaran persepsi dan kesiapan mahasiswa profesi FK UGM terhadap Interprofessional Education di tatanan pendidikan klinik. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Freeth. D. Hammick, M., Reeves, S., Koppel, I. & Barr, H. (2005). Effective

interprofessional education: development, delivery and evaluation. Journal

of Interprofessional, 1, 43-86.

Giazianni, M.E. Corina, S.R. Karin, Z. Claudia, E.K. Gisela, M. (2015). Intra-rater reliability of a medical record abstraction study on transition of care

after chilhood cancer. Research Article. Advance online publication. Doi:

10.137/journal.pone.0124290.

Hall, P. (2005). Interprofessional teamwork: Professional cultures as barriers.

Journal of Interprofessional Care Suplement, 1, 188-196.

Halawa, Natalisda. (2014). Gambaran motivasi kerja dan kepuasan kerja dosen di

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Skripsi Mahasiswa Tidak Diterbitkan, USU.

HPEQ-Project. (2011). Mahasiswa kesehatan harus tahu! berpartisipasi dan

berkolaborasi dalam sistem pendidikan tinggi ilmu kesehatan. Retrived

from http://hpeqstudent.org/kajian-ipe/.

Keith, K.M. & Askin, D. F. (2008). Effective collaboration: the key to better

healthcare. Canadian Journal of Nursing Leadership (CJNL), 21 (2), 51- 61.

Maramis, Willy F. (2006). Perilaku dalam pelayanan kesehatan. Airlangga

University Press: Surabaya.

Mercer, V.S. Martha Y. Zimmerman. Lori A. Schrodt. Walter E. Palmer and Vickie Samuels. (2014). Interprofessional education in rural

community-based falls prevention project: the CHAMP experience. Journal of Physican

Therapy Education, 28 (2), 35-45.

Morison, S., Boohan, M., Moutray, M., & Jenkins, J. (2004). Developing pre- qualification inter-professional education for nursing and medical medical

students: sampling student attitudes to guide development. Journal of Nurse

Education in Practice, 4, 20-29.

Muller, V et al. (2013). Interprofessional collaboration on an internal medicine

ward: role perceptions and expectation among nurses and residents. Journal


(1)

(2)

(3)

Perihal: Surat Pernyataan Selesai Melakukan Penelitian

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Di

Medan

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Winda Yani Sinambela NIM : 111101040

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Memohon kepada Bapak untuk dapat memberikan saya surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Adapun surat tersebut akan saya gunakan untuk memenuhi kelengkapan persyaratan sidang skripsi. Bersama dengan surat ini saya lampirkan hasil dari penelitian yang saya lakukan dengan judul “Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada Interprofessional Education(IPE)”.

Demikianlah surat permohonan ini saya buat, agar Bapak dapat memakluminya. Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2015

Mengetahui, Hormat Saya,

Dosen Pembimbing

Salbiah, S.Kp., M.Kep Winda Yani Sinambela NIP. 197510132001122002 NIM.111101040


(4)

(5)

Lampiran 18

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Winda Yani Sinambela

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/tanggal lahir : Lhokseumawe/ 12 Agustus 1993

Agama : Islam

Alamat : Jalan Picauly no.10, Komplek Perumahan Dosen, Dr. Mansur

No. HP : 085265831010

Nama Ayah : Agus Salim Sinambela

Nama Ibu : Armawaty Siregar

Pendidikan : TK Global Andalan Pangkalan Kerinci (1998-1999)

SD Global Andalan Pangkalan Kerinci (1999-2005)

SMP Global Andalan Pangkalan Kerinci (2005-2008)

SMAN 8 Pekanbaru (2008-2011)

S1 Ilmu Keperawatan USU Medan (2011-2015)


(6)

Dokumen yang terkait

Tingkat Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Setelah Terpapar Interprofessional Education (IPE) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

0 5 20

TINGKAT KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTARPROFESI MAHASISWA FARMASI DAN ILMU KEPERAWATAN PADA PEMBELAJARAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION(IPE) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

5 14 109

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Persepsi Mahasiswa Tentang Interprofessional Education (Ipe) Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 5 19

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG INTERPROFESSIONAL Persepsi Mahasiswa Tentang Interprofessional Education (Ipe) Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 2 16

PENDAHULUAN Persepsi Mahasiswa Tentang Interprofessional Education (Ipe) Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 5 6

Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada Interprofessional Education (IPE)

1 2 28

2. IPE 2.1 Definisi IPE - Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada Interprofessional Education (IPE)

0 6 16

Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada Interprofessional Education (IPE)

0 1 14

PERSEPSI DAN KESIAPAN CIVITAS AKADEMIKA RUMPUN BIDANG ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TERHADAP PELAKSANAAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) - repository perpustakaan

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PERSEPSI DAN KESIAPAN CIVITAS AKADEMIKA RUMPUN BIDANG ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TERHADAP PELAKSANAAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) - repository perpustakaan

0 1 11