Penentuan Kualitas Karet Remah Standar Indonesia Rubber

kelabu kelabu 13. Bau setelah dinetralkan dengan asam borat Tidak boleh berbau busuk Tidak boleh berbau busuk Sumber : Thio Goan Loo.1980.

2.4.3. Karet Remah

Karet remah atau crumb rubber adalah produk karet alam yang relative baru. Dalam perdagangan dikenal dengan sebutan “karet sperelatif baru”, karena penentuan kualitas atau penjenisannya dilaksanakan secara teknis dengan analisa yang teliti di laboratorium dan dengan menggunakan perlengkapan analisis yang mutakhir. Dengan pengolahn karet remah diperoleh beberapa keuntungan yaitu proses pengolahannya lebih cepat, produk lebih bersih dan lebih seragam dan penyajiannya lebih menarik. Karet spesifikasi teknis adalah jenis produk karet : a. Yang diperdagangkan dengan spesifikasi mutu teknis dengan bermacam-macam karakteristik antara lain : SIR 5 CV, SIR 5 LV, SIR 5 L, SIR 5, SIR 10, SIR 20 dan SIR 50. b. Yang diperdagangkan dengan bentuk bongkah berukuran 28 x 14 x 6,5 inci 3 atau 70 cm x 35 x 16,25 cm dengan bobot 33,3 kg, 34 kg, dan 35 kg per bongkah, terbungkus rapi dengan plastik polietin setebal 0,03 mm dengan titik pelunakan 108 o C, berat jenis specific gravity 0,92 dan bebas dari macam-macam pelapis coating. Berbagai bahan olahan karet dapat diolah menjadi karet remah. Dalam pengolahan karet remah digolongkan dua macam bahan baku, yaitu lateks kebun dan lump serta gumpalan mutu rendah. Proses pengolahan karet remah dapat dilaksanakan dengan bermacam-macam processing.

a. Penentuan Kualitas Karet Remah

Tiap jenis kualitas karet remah mempunyai standar tertentu. Klasifikasi kualitas dilaksanakan menurut cara-cara baru dengan penggolongan berdasarkan ciri-ciri Universitas Sumatera Utara teknis. Yang menjadi dasar spesifikasi teknis adalah kadar beberapa zat dan unsur- unsur tertentu yang terdapat dalam karet yang berpengaruh terhadap sifat akhir produk yang dibuat dari karet. Unsur-unsur dalam penetapan kualitas secara spesifikasi teknis adalah : 1. Kadar kotoran dirt content Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan kriterium terpenting dalam spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan retak dan kelenturan barang-barang dari karet. 2. Kadar abu ash content Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen terhadap penambahan bahan-bahan pengisi kedalam karet pada waktu pengolahan. 3. Kadar zat menguap volatile content Penentuan kadar zat menguap ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa karet yang disajikan cukup kering. Selain penentuan ketiga bahan tersebut di atas, masih dianalisis juga kadar tembaga, mangan, dan nitrogen. Pada akhirnya hasil spesifikasi teknis disimpulkan dalam suatu standar yaitu Standar Indonesia Rubber SIR.

b. Standar Indonesia Rubber

Standar Indonesia Rubber SIR adalah produk karet alam yang baik processing ataupun penentuan kualitasnya, dilakukan secara spesifikasi teknis. Ketentuan- ketentuan tentang SIR mulanya didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 147KepV1969 yang isinya berupa ketentuan-ketentuan yang menyangkut SIR yang kriterianya tercantum pada tabel. Tabel 2.3. Standar Spesifikasi SIR Spesifikasi SIR 5 SIR 20 SIR 35 SIR 50 Kadar Kotoran 0,05 0,20 0,35 0,50 Universitas Sumatera Utara Kadar Abu 0,50 0,75 1,00 1,25 Kadar Zat Menguap 1,00 1,00 1,00 1,00 Untuk tiap golongan SIR tersebut harus ditentukan nilai Plastisity Retention Index PRI-nya dan digolongkan dengan menggunakan symbol huruf H, M, dan S. H menunjukkan nilai PRI-nya sebesar 80; M untuk nilai PRI-nya antara 60- 79; dan S untuk nilai PRI-nya antara 30- 59. Karet remah dengan nilai PRI kurang dari 30 tidak boleh dimasukkan kedalam anggota golongan SIR. PRI adalah ukuran terhadap tahan usangnya karet dan juga sebagai penunjuk mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Makin tinggi nilai PRI makin tinggi pula kualitas karet tersebut. Untuk menentukan nilai PRI digunakan alat yang disebut Wallace Plasatemeter. Dengan perkembangnya penelitian dewasa ini sebagai dasar penetuan SIR dipakai Surat Keputusan Menteri Perdagangan tahun 1972. Tabel 2.4. Spesifikasi karet SIR yang diubah revised sesuai SK Menperdeg No. 230KpX1972 Spesifikasi Standar Indonesia Rubber SIR 5 CV 5 LV 5 L 5 10 20 50 Kadar Kotoran ,maks. 0,05 0,05 0,05 0,05 0,10 0,20 0,50 Kadar abu ,Maks. 0,05 0,50 0,50 0,50 0,75 1,00 1,50 Kadar zat menguap ,maks. 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 PRI min. - - 60 60 50 40 30 Po min. - - 30 30 30 30 30 Universitas Sumatera Utara Indeks warnaLovibond, maks. - - 6 - - - - ASH-T maks. 8 8 - - - - - Sari aseton - 6 - 8 - - - - - Warna kode Hijau Hijau Hijau Hijau Coklat Merah Kuning Dengan demikian hingga saat ini, semua karet remah SIR yang diekspor harus memiliki persyaratan mutu seperti yang ditetapkan dalam surat keputusan Menpardag tersebut. Untuk mengamankan kualitas SIR, suatu produk SIR harus mendapat pengawasan 4 macam laboratorium, yaitu laboratorium standard, laboratorium control, laboratorium komersial, dan laboratorium pabrik. Semua sarana penentu kualitas ini dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet bongkah yang berasal dari Negara produsen karet bongkah selain Indonesia yang memiliki standar sendir-sendiri, seperti Standard Malaysian Rubber SMR dari Malaysia, Standard Singapore Rubber SSR dari Singapura, dan sebagainya Djoehana Setyamidjaja.,1993.

2.5. Compound Senyawa

Dokumen yang terkait

Pengaruh Variasi Karbon Sebagai Bahan Pengisi Pada Proses Pengolahan Senyawa Terhadap Kekerasan (Hardness) Pada Proses Pembuatan Dock Fender Di PT. Industri Karet Nusantara

1 46 53

Pengaruh Penambahan Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Pada Proses Pengolahan Compound Terhadap Kekerasan (Hardness) Pada Proses Pembuatan Packing Pintu Rebusan Di PT. Industri Karet Nusantara

3 56 38

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

6 66 53

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 1

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 13

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 2

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 3

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Variasi Karbon Sebagai Bahan Pengisi pada Proses Pengolahan Senyawa Terhadap Kekeran (Hardness) pada Proses pembuatan Dock Fender di PT. Industri Karet Nusantara

0 1 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Variasi Karbon Sebagai Bahan Pengisi Pada Proses Pengolahan Senyawa Terhadap Kekerasan (Hardness) Pada Proses Pembuatan Dock Fender Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 24