secara berlebihan, sementara itu fungsi jaringan neuron eksiatorik Glutamat berlebihan.
23
Berbagai macam penyakit dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan antara neuron inhibitor dan eksiator, misalnya kelainan
heriditer, kongenital, hipoksia, infeksi, tumor, vaskuler, obat atau toksin. Kelainan tersebut dapat mengakibatkan rusaknya faktor inhibisi dan atau
meningkatnya fungsi neuron eksitasi, sehingga mudah timbul epilepsi bila ada rangsangan yang memadai.
24
Daerah yang rentan terhadap kerusakan bila ada abnormalitas otak antara lain di hipokampus. Oleh karena setiap serangan kejang cenderung
berulang dan selanjutnya menimbulkan kerusakan yang lebih luas. Pada pemeriksaan jaringan otak penderita epilepsi yang mati selalu didapatkan
kerusakan di daerah hipokampus. Oleh karena itu tidak mengherankan bila lebih dari 50 epilepsi parsial, fokus asalnya berada di lobus temporalis
dimana terdapat hipokampus dan merupakan tempat asal epilepsi dapatan.
24
2.1.5 Usia, jenis kelamin dan epilepsi
Pada bayi dan anak-anak, sel neuron masih imatur sehingga mudah terkena efek traumatik, gangguan metabolik, gangguan sirkulasi, infeksi dan
sebagainya. Efek ini dapat berupa kemusnahan neuron-neuron serta sel-sel glia atau kerusakan pada neuron atau glia, yang pada gilirannya dapat
membuat neuron glia atau lingkungan neuronal epileptogenik. Kerusakan otak akibat trauma, infeksi, gangguan metabolisme dan sebagainya,
semuanya dapat mengembangkan epilepsi. Akan tetapi anak tanpa brain damage dapat juga menjadi epilepsi, dalam hal ini faktor genetik dianggap
penyebabnya, khususnya grand mal dan petit mal serta benigne controtemporal epilepsy. Walaupun demikian proses yang mendasari
seranga epilepsi idiopatik, melalu mekanisme yang sama.
25
Pada perempuan, hormon steroid yang dihasilkan ovarium akan mempengaruhi keparahan dan frekuensi dari kejang epilepsi. Sistem
hormonal mempengaruhi tipe kejang dan epilepsi. Kebanyakan wanita dengan epilepsi mengalami perubahan pengeluaran phenotypic sebagai
respon jika terjadi epilepsi saat masa reproduksi dan siklus reproduksi menjadi berlebihan. Frekuensi dan keparahan kejang mungkin akan
meningkat saat pubertas, saat menstruasi, kehamilan dan menopause. Peningkatan ini terjadi akibat hormone steroid yang dihasilkan ovarium
berpengaruh pada saraf-saraf di sistem saraf pusat.
32
Telah lama diketahui bahwa masa haid dapat mencetuskan serangan epilepsi pada banyak penderita wanita. Kenapa terjadi hal demikian belum
dapat diterangkan dengan baik. Ada ilmuwan yang menduga bahwa tertahannya cairan tubuh sewaktu haid memegang peranan. Penelitian lain
menduga bahwa perubahan keseimbangan hormone semasa haid ikut berperan dalam mencetuskan serangan.
32
Gambar 2.1. Bagan pengaruh ketidakseimbangan neurotansmitter otak terhadap kejang
31
2.1.6 Faktor Risiko Epilepsi