Gambar 2.1. Bagan pengaruh ketidakseimbangan neurotansmitter otak terhadap kejang
31
2.1.6 Faktor Risiko Epilepsi
Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya epilepsi adalah:
26
a. Bayi yang lahir kurang bulan. b. Bayi yang mengalami kejang pada satu bulan pertama setelah
dilahirkan. c. Bayi yang lahir dengan struktur otak abnormal.
d. Perdarahan di dalam otak e. Pembuluh darah abnormal di dalam otak.
f. Trauma otak berat atau kurangnya oksigen g. Tumor otak
h. Infeksi pada otak, abses meningitis atau ensefalitis i. Serebral palsy.
Faktor yang dapat memicu terjadinya kejang yaitu:
26
a. Lupa minum obat
b. Kurang tidur c. Sakit dengan atau tanpa demam
d. Stress psikologi yang berat e. Pengguna alkohol yang berat
f. Pengguna kokain atau ekstasi g. Kurangnya nutrisi seperti vitamin dan mineral
h. Siklus menstruasi Penelitian terdahulu menunjukan insidensi epilepsi pada anak-anak
adalah tinggi dan memang merupakan penyakit neurologis utama pada kelompok usia tersebut. Bahkan dari tahun ke tahun ditemukan bahwa
prevalensi epilepsi pada anak-anak cenderung meningkat. Pada usia dewasa kejadian epilepsi menurun. Epilepsi pada kelompok usia ini biasanya
dikarenakan cedera otak akut kejang akut simptomatik.
10
2.1.7 Klasifikasi
Berkaitan dengan letak focus :
34
1. Idiopatik primer a. Epilepsi anak benigna dengan gelombang paku di
sentrotemporal Rolandik benigna. b. Epilepsi pada anak dengan paroksismal oksipital
c. Primary reading epilepsy
2. Simtomatik sekunder
a. Lobus temporalis b. Lobus frontalis
c. Lobus parietalis d. Lobus oksipitalis
e. Kronik progresif parsialis kontinua 3. Kriptogenik
Umum : 1. Idiopatik primer
a. Kejang neonatus familial benigna b. Kejang neonatus benigna
c. Kejang epilepsi mioklonik pada bayi d. Epilepsi absans pada anak
e. Epilepsi absans pada remaja f. Epilepsi mioklonik pada remaja
g. Epilepsi dengan serangan tonik klonik pada saat terjaga h. Epilepsi tonik kionik dengan serangan acak
2. Kriptogenik atau simtomatik a. Sindroma West spasmus infantil dan hipsaritmia
b. Sindroma Lennox Gastaut c. Epilepsi mioklonik astatic
d. Epilepsi absans miokionik 3. Simtomatik
a. Etiologi non spesifik
1 Ensefalopati miokionik neonatal 2 Sindrom Ohtahara
b. Etiologi sindrom spesifik 1 Malformasi serebral
2 Gangguan metabolisme
Klasifikasi kejang epilepsi:
14,15
a. Bangkitan Parsialfokal
1 Bangkitan parsial sederhana tanpa gangguan kesadaran
a Dengan gejala motorik.
b Dengan gejala sensorik.
c Dengan gejala otonomik.
d Dengan gejala psikis.
2 Bangkitan parsial kompleks dengan gangguan kesadaran
a Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran.
b Dengan gangguan kesadaran sejak awal bangkitan.
3 Bangkitan umum sekunder tonik-klonik, tonik atau klonik
a Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi bangkitan umum
b Bangkitan parsial kompleks berkembang menjadi bangkitan umum
c Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks, dan berkembang menjadi bangkitan umum
b. Bangkitan umum konvulsi atau non-konvulsi
1Bangkitan lena absence
Ciri khas serangan lena adalah durasi singkat, onset dan terminasi mendadak, frekuensi sangat sering, terkadang disertai gerakan
klonik pada mata, dagu dan bibir.
2Bangkitan mioklonik
Kejang mioklonik adalah kontraksi mendadak, sebentar yang dapat umum atau terbatas pada wajah, batang tubuh, satu atau lebih
ekstremitas, atau satu grup otot. Dapat berulang atau tunggal.
3Bangkitan tonik
Merupakan kontraksi otot yang kaku, menyebabkan ekstremitas menetap dalam satu posisi. Biasanya terdapat deviasi bola mata
dan kepala ke satu sisi, dapat disertai rotasi seluruh batang tubuh.
Wajah menjadi pucat kemudian merah dan kebiruan karena tidak dapat bernafas. Mata terbuka atau tertutup, konjungtiva tidak
sensitif, dan pupil dilatasi.
4Bangkitan atonik
Berupa kehilangan tonus. Dapat terjadi secara fragmentasi hanya kepala jatuh ke depan atau lengan jatuh tergantung atau
menyeluruh sehingga pasien terjatuh.
5Bangkitan klonik
Pada kejang tipe ini tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang kelojot. dijumpai terutama sekali pada anak.
6Bangkitan tonik-klonik
Merupakan suatu kejang yang diawali dengan tonik, sesaat kemudian diikuti oleh gerakan klonik.
2.1.8 Diagnosis