II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Bahan Penelitian
Ikan nila Oreochromis niloticus yang digunakan adalah ikan nila strain GIFT merupakan hasil pemuliaan berasal dari Instalasi Tiset Plasma Nutfah,
Cijeruk dengan ukuran panjang rata-rata 4,30±0,44cm dan bobot 1,61±0,52 gram, ikan nila BEST berasal dari danau Lido milik Balai Riset Perikanan Budidaya Air
Tawar BRPBAT Bogor dengan ukuran panjang rata-rata 3,68±0,46 cm dan
bobot 0,98±0,32 gram, dan ikan nila merah jenis red NIFI National Inland
Fishery Institute juga diambil dari danau Lido milik Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Tawar BRPBAT Bogor dengan ukuran panjang rata-rata
4,57±0,70 cm dan bobot 1,74±0,56 gram. Jumlah ikan yang ditebar dalam
akuarium sebanyak 10 ekor per akuarium, dan diberi pakan buatan pellet yang diberikan 3 kali sehari pada pukul 08.00, 13.00, dan 17.00 dengan metode
pemberian pakan tetap diberikan secara at satiation. Wadah yang digunakan dalam penelitian berupa akuarium berukuran
20x20x20 cm sebanyak 18 unit dengan tahapan persiapan wadah meliputi pencucian akuarium, pengeringan akuarium, dan pengisian air. Pencucian
akuarium dilakukan dengan menggunakan detergen untuk menghilangkan lumut atau kotoran-kotoran yang menempel pada dinding akuarium. Kemudian setiap
wadah diisi dengan air setinggi 10 cm yang sebelumnya telah diendapkan dan diaerasi dalam tandon selama beberapa hari. Setiap akuarium dilengkapi dengan
sistem aerasi satu titik pada setiap akuarium yang besumber dari hi-blow. Media pemeliharaan yang digunakan adalah air ber-pH asam yang diperoleh
dengan menambahkan air sebanyak 4 liter yang sudah diaerasi selama 3 hari dengan 25 gram daun ketapang dan dipotong masing-masing ±2 cm. Daun
ketapang yang digunakan adalah daun yang sudah jatuh ke tanah terlebih dahulu dikeringkan selama 3 hari yang kemudian disimpan selama 1 bulan di dalam
plastik tertutup. Air yang sudah bercampur daun ketapang tersebut didiamkan selama 4 hari untuk mendapatkan pH pada kisaran 5. Sedangkan air ber-pH
normal diperoleh dengan mengaerasi air tandon sebanyak 4 liter selama minimal 2 hari. Untuk adaptasi, digunakan air yang diperoleh dengan cara mencampurkan air
ber-pH asam dan ber-pH normal dengan perbandingan 1:1. Kualitas air dikelola dengan dilakukannya penyiponan kotoran dan air pemeliharaan diganti setiap 10
hari sekali Rahmawati, 2009. Preparat histologi organ insang difiksasi terlebih dahulu dengan larutan
Bouin’s selama 24 jam untuk mencegah pembusukkan jaringan. Setelah itu dilakukan tahap dehidrasi dengan menggunaka alkohol 70 selama 24 jam,
kemudian direndam dengan alkohol berturut-turut 80, 90, 95, dan 95 masing- masing selama 2 jam dan dilanjutkan direndam alkohol 100 selama 12 jam.
Tahap selanjutnya adalah clearing, yaitu jaringan direndam dengan xylol alkohol selama 30 menit, kemudian direndam dengan xylol I, xylol II, xulol III masing-
masing selama 30 menit. Kemudian tahap impregnasi, yaitu jaringan direndam dalam paraffin I, paraffin II, paraffin III dalam oven dengan suhu 65-70
o
C masing-masing selama 45 menit. Setelah itu dilakukan blocking dengan
dicetaknya jaringan, kemudian baru dapat dilakukan pencetakkan dan pewarnaan dengan Hematoksilin Eosin. Preparat histologi diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 400x. jaringan insang yang dibuat preparat histologi memiliki ketebalan 5 mikron Lampiran 1.
2.2 Metode Penelitian 2.2.1 Rancangan Percobaan