DAERAH ALIRAN SUNGAI SIKLUS HIDROLOGI

5 sebagai suatu prosedural untuk menentukanmemperkirakan waktu dan besaran banjir di suatu titik di sungai berdasarkan data yang diketahui di sungai sebelah hulu Lawler, 1964 dalam Andik P, 2000. Keberlanjutan dari sistem inflow dan outflow pada ruas sungai tersebut antara titik A dan titik B dinyatakan sebagai berikut: I – O = dSdt ......................................................................... 1 Dimana: I = aliran masuk inflow m 3 dtk O = aliran keluar outflow m 3 dtk dSdt = perubahan storage terhadap waktu selang waktu dalam persamaan diatas dapat di dekati dengan : ½ I 1 +I 2 t + S i -12 O 1 t = S 2 +12 O 2 t ...............................2 Dimana: I 1 = aliran masuk pada permulaan waktu ke t I 2 = aliran masuk pada akhir waktu ke t O 1 = aliran keluar pada permulaan waktu ke t O 2 = aliran keluar pada akhir waktu ke t Proses penelusuran waduk atau reservoir routing terdiri dari masukan nilai-nilai yang diketahui untuk mendapatkan S 2 +12 O 2 t dan kemudian O 2 dicari dari hubungan antara tampungan storage terhadap tinggi muka air waduk dan debit terhadap ketinggian muka air waduk. Pengembangan metode ini pertama kali dikembangkan oleh L.G. Puls dari US Army Corps of Engineers.

2.2 DAERAH ALIRAN SUNGAI

Daerah Aliran Sungai DAS adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerha tersebut akan ditampung dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama Asdak, 1995. Suatu DAS dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah, dan hilir. Daerah hulu merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase yang lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15 . dalam Andik P, 2000. Daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan dengan kemiringan lereng lebih kecil dari 8, pada beberapa tempat merupakan daerah banjir atau genangan. Daerah ini merupakan daerah yang pengaturan pemakaian airnya ditentukan oelh bangunan irigasi. Sedangkan daerah tengah DAS merupakan daerah transisi antara daerah hulu dan daerah hilir Asdak, 1995. Seyhan 1977, faktor-faktor yang mempengaruhi DAS adalah faktor iklim, faktor tanah yang meliputi topografi, jenis tanah, geologi, dan geomorfologi, serta faktor tata guna lahan.

2.3 SIKLUS HIDROLOGI

Silklus hidrologi didefinisikan sebagai suksesi tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi hingga kembali lagi ke atmosfer Sehyan, 1977. Sumber tenaga dari siklus ini adalah matahari. Dengan adanya tenaga tersebut , maka dari seluruh permukaan di bumi akan dapat terjadi penguapan, baik dari muka air tanah, permukaan pepohonan, dan permukaan air. Penguapan yang terjadi pada 6 permukaan air dikenal dengan istilah Evaporasition , sedangkan penguapan yang terjadi dari permukaan pepohonan diistilahkan dengan transpiration Sri Harto, 1993. Adanya penguapan akan menimbulkan uap air yang terkondensasi membentuk awan yang pada akhirnya akan menghasilkan hujan Prepitation. Hujan yang jatuh ke bumi akan menyebar dengan cara dan arah yang berbeda-beda. Pada umumnya sebagian besar hujan untuk sementara waktu pada saat hujan akan tertahan pada tajuk-tajuk tanaman yang pada akhirnya akan dikembalikan lagi ke atmosfir oleh penguapan yang merupakan intersepsi selama dan sesudah hujan berlangsung. Sebagian besar lagi akan mengalir melalui permukaan dan bagian atas tanah menuju sungai , sementara lainnya akan menembus mauk ke dalam tanah infiltrasi dan perkolasi menjadi air tanah ground water. Di bawah pengaruh gravitasi, baik aliran permukaan maupun air tanah bergerak menuju tempat yang lebih rendah yang pada akhirnya akan bermuara ke laut. Namun, selama pengaliran sejumlah besar air permukaan dan bawah tanah dikembalikan ke atmosfir oleh penguapan evaporasi dan transpirasi sebelum sampai ke laut Linsley, et al, 1975. Komponen siklus hidrologi dalam DAS berdasarkan uraian diatas adalah hujan,evaporasi,intersepsi,transpirasi,infiltrasi,perkolasi,aliran permukaan, dan aliran bawah permukaan serta total aliran yang terjadi di sungai outlet. 1. Hujan Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses ini, karena jumlah curah hujan rain fall ini yang akan dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan surface run off, aliran antara interflow, sub surface flow maupun aliran sebagai aliran air tanah ground water flow. Untuk memperoleh besaran hujan yang dapat dianggap sebagai curah hujan yang sebenarnya terjadi seluruh daerah aliran sungai DAS, maka diperlukan sejumlah stasuiun hujan yang dibentuk demikian rupa sehingga dapat mewakili besaran hujan yang terjadi di DAS tersebut Sri Harto, 1993. Beberapa cara yang lazim digunakan dalam menghitung hujan rata-rata DAS Catchment rainfall menurut Sri Harto 1993 adalah: a. Rata-rata Aljabar Curah hujan DAS didaptkan dengan mengambil nilai rata-rata hujan dari semua stasiun hujan dalam DAS yang bersangkutan. Cara ini merupakan metode yang paling sederhana, tetapi memberikan hasil yang tidak teliti. Hai ini dikarenakan penyamanan bobot yang dialami setiap stasiun adalah sama. b. Poligon Thiessen Daerah hujan yang diukur oleh suatu alat pengukur yang dibatasi oleh garis berat antara tempat pengukuran pada peta. Hasil segi banyak yang mengelilingi stasiun tertentu menunjukkan daerah efektifnya. Misalkan daerah segi banyak yang mengelilingi stasiun ke-i yang mencatat hujan di adalah Ai, maka besarnya hujan rata-rata untuk DAS tersebut dinyatakan dengan rumus: .......................................................... 3 Dimana : di = tinggi curah hujan areal Ai mm d = tinggi curah hujan rata-rata areal mm A = luas DAS km 2 n = Jumlah stasiun pengukur hujan Ai = luas areal mewakili hujan di km 2 7 c. Isohyet Cara ini menggunakan peta DAS dengan garis isohyet, yaitu garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai kedalaman hujan pada saat bersamaan. Curah hujan rata-rata bagi suatu DAS diperoleh dengan mengalikan curah hujan rata-rata diantara isohyet-isohyet dengan luas daerah antara kedua isohyet dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan luas seluruh DAS tersebut. Jika luas antara di-1 dan di adalah Ai, maka hujan rata-rata suatu DAS seluas A dengan n jarak isohyet , dapat dinyatakan dengan persamaan : .................................................................... 4 Dimana: d = tinggi curah hujan rata-rata areal mm A = luas DAS yang bersangkutan km 2 n = jumlah jarak isohyet d i-1 = nilai curah hujan pada isohyet ke i-1 mm d i = nilai curah hujan pada isohyet ke –i mm A i = luas bagian areal antara isohyet ke i-1 dengan isohyet ke-i km 2

2.4 LIMPASAN