Pengaruh nutrien nitrat, nitrit, fosfat dan silikat terhadap pertumbuhan

Chaetoceros sp. terjadi pada fase eksponensial hari kesepuluh sebesar 1,35 vol. diikuti dengan peningkatan biomassa sebesar 960.000 selml akibat kecepatan reproduksi sel yang maksimal. Pada penelitian ini, dalam satu siklus fotobioreaktor 14 hari Chaetoceros sp. mampu menyerap 10,56 vol. CO 2 dari total 12 vol. CO 2 yang diinjeksikan ke dalam fotobioreaktor dengan laju penyerapan rata-rata 0,56 vol. CO 2 per hari.

4.3 Pengaruh nutrien nitrat, nitrit, fosfat dan silikat terhadap pertumbuhan

Chaetoceros sp. Nutrien dalam jumlah yang sedikit di perairan menjadi faktor pembatas. Pada penelitian ini pengukuran nutrien dikhususkan kepada nitrat, nitrit, fosfat dan silikat Lampiran 2. Nitrat adalah senyawa anorganik yang berperan sebagai nutrisi makhluk hidup autotrof untuk tumbuh dan berkembang Alaerts, 1987. Nitrit bersifat toksik, peningkatan konsentrasi nitrit dapat menyebabkan penurunan biomassa Chaetoceros sp.. Fosfat berperan dalam proses metabolisme serta transfer energi di dalam sel Boyd, 1982. Silikat lebih banyak digunakan oleh diatom dalam pembentukan dinding sel. Ketersediaan nutrien pada fotobioreaktor sangat terbatas, hal ini dikarenakan sistem batch tertutup, dimana tidak adanya pergerakan massa air yang membawa sejumlah nutrien, gas dan organisme lain ke dalam fotobioreaktor. Pertumbuhan Chaetoceros sp. pada penelitian ini memiliki hubungan korelasi negatif terhadap nitrat, artinya pertumbuhan biomassa Chaetoceros sp. berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi nitrat Gambar 10 . Gambar 10. Pertumbuhan Chaetoceros sp. terhadap nitrat, nitrit dan fosfat Pada awal kultur, konsentrasi nitrat berkisar antara 1,37 µmolkg sampai dengan 1,51 µmolkg. Namun pada hari kedelapan dan seterusnya berkurang menjadi 1,24 µmolkg hingga 0,69 µmolkg. Nitrat adalah hasil proses nitrifikasi oleh bakteri Nitrosomonas sp. yang mengoksidasi nitrit Hendersen dan Markland, 1987. Proses tersebut diduga akibat ketersediaan oksigen yang melimpah pada fotobioreaktor. Pada saat kultur, penurunan biomassa Chaetoceros sp. akan mengurangi ketersediaan oksigen pada fotobioreaktor, sehingga nitrat yang dihasilkan dari proses nitrifikasi juga berkurang. Menurut Mackentum 1969, konsentrasi nitrat yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton pada perairan laut berkisar antara 3,9 mgL 82,71 µmolkg hingga 15,5 mgL 328,73 µmolkg, sedangkan pada fotobioreaktor konsentrasi nitrat jauh lebih kecil dengan kisaran 0,69 µmolkg hingga 1,51 µmolkg. Gambar 10 menunjukkan keterkaitan antara nitrit dengan pertumbuhan biomassa Chaetoceros sp. adalah korelasi positif dimana peningkatan konsentrasi nitrit diikuti dengan penurunan biomassa Chaetoceros sp.. Hal ini diduga akibat nitrit yang bersifat toksik menyebabkan kematian Chaetoceros sp. sehingga biomassanya mengalami penurunan seperti yang terlihat pada hari kesepuluh hingga keduabelas. Pada awal kultur konsentrasi nitrit adalah 0,106 µmolkg dan terus bertambah hingga mencapai 4,75 µmolkg. Bila dibandingkan dengan perairan terbuka, menurut Effendi 2003 pada perairan alami konsentrasi nitrit sekitar 0,001 mgL 0,02 µmolkg, sulit menemukan nitrit dengan konsentrasi melebihi 1 mgL 21,21 µmolkg. Hal tersebut menunjukkan konsentrasi nitrit pada fotobioreaktor lebih tinggi dari perairan alami tetapi tidak menyebabkan kematian massal bagi fitoplankton karena kurang dari 0,5 mgL 10,6 µmolkg. Fosfat memiliki hubungan korelasi negatif dengan kelimpahan biomassa Chaetoceros sp.. Hal tersebut terlihat dari penurunan konsentrasi fosfat sejak hari pertama kultur 10,67 µmolkg hingga pada akhir kultur menjadi 1,94 µmolkg. Penurunan konsentrasi fosfat pada fotobioreaktor diduga akibat pemanfaatan fosfat oleh fitoplankton untuk transfer energi di dalam sel Effendi, 2003. Hal tersebut menyebabkan konsentrasi fosfat pada fotobioreaktor lebih tinggi daripada konsentrasi nitrat dan nitrit. Kandungan fosfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 1,03 µmolkg, kecuali pada perairan yang menerima limbah dan pemupukan fosfat Perkins, 1974. Pada fotobioreaktor konsentrasi fosfat berkisar antara 1,94 µmolkg hingga 10,67 µmolkg, lebih tinggi daripada perairan terbuka. Fosfat yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton berkisar antara 2,77 µmolkg hingga 56,58 µmolkg Mackentum, 1969. Pada kultur fotobioreaktor terlihat bahwa silikat dan Chaetoceros sp. memiliki hubungan korelasi negatif, artinya peningkatan kelimpahan Chaetoceros sp. diikuti dengan penurunan kadar silikat seperti yang terlihat pada Gambar 11. Gambar 11. Pertumbuhan Chaetoceros sp. terhadap silikat Hal ini diduga akibat pemanfaatan silikat oleh Chaetoceros sp. untuk pembentukan dinding sel. Konsentrasi silikat mengalami penurunan dari 268,50 µmolkg hingga 98,98 µmolkg seperti yang terlihat pada Gambar 11. Pada perairan terbuka, konsentrasi silikat tertinggi sebesar 17,8 mgL 289,43 µmolkg terdapat di sungai dan terendah 0,128 mgL 2,08 µmolkg di perairan Okinawa Mkadam et al., 2005. Menurut Kamatani dan Takano 1984, konsentrasi silikat air laut Teluk Tokyo adalah 0,280 mgL 4,55 µmolkg. Bila dibandingkan dengan konsentrasi silikat air laut, fotobioreaktor memiliki konsentrasi silikat yang cukup tinggi. Hal ini diduga akibat pemupukan silikat pada awal kultur serta dipengaruhi oleh salinitas dengan kisaran antara 25 - 27‰. Selain itu juga diduga akibat perbedaan kepadatan diatom Chaetoceros sp. pada fotobioreaktor lebih tinggi karena volumenya yang terbatas. Konsentrasi nitrogen penjumlahan antara konsentrasi nitrat dan nitrit pada fotobioreaktor lebih rendah bila dibandingkan dengan konsentrasi fosfat dan silikat sehingga nitrogen merupakan faktor pembatas pada pertumbuhan Chaetoceros sp..

4.4 Pertumbuhan Chaetoceros sp. dan sistem karbonat dalam fotobioreaktor