Karakteristik Organ Reproduksi Karakteristik Spermatozoa Asal Epididimis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari-Juli 2011 di Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua, Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi dan Laboratorium Riset Anatomi Departermen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan 21 ekor Bandikut E. kalubu jantan dari kabupaten Manokwari yang dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan berat badan, yaitu kelompok prapubertas: 370-640 g, dewasa muda: 640-850 g dan dewasa: 850 g dewasa. Echymipera kalubu jantan mulai kawin dengan berat badan 650 g Lyne 1964, diacu dalam Warsono 2009 dan jantan dewasa dengan kisaran berat badan 840-1500 g Flannery 1995. Penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga macam pengamatan, yaitu pengamatan karakteristik organ reproduksi bagian dari organ reproduksi, karakteristik spermatozoa asal kauda epididimis motilitas spermatozoa, konsentrasi spermatozoa dan morfologi yang meliputi abnormalitas spermatozoa serta morfometri spermatozoa dan gambaran tahapan spermatogenesis yang diamati melalui gambaran tubuli seminiferi dari sediaan histologi. Untuk pengamatan ini hewan dikorbankan dengan cara pengeluaran darah exsanguinasi dari arteri carotis communis setelah hewan dianastesi dengan kombinasi ketamin- hidroklorida 50 mgkgBB dan xylazin-hidroklorida 10 mgkgBB Schaeffer 1997; Fowler 2008.

1. Karakteristik Organ Reproduksi

Pengamatan makroskopis dilakukan terhadap bentuk dari organ reproduksi jantan. Pengamatan morfometri dilakukan melalui pengukuran panjang, lebar dan berat dari organ-organ reproduksi yang meliputi: Testis, Epididimis, Vas deferens, Kelenjar Prostat, Kelenjar Cowper Kelenjar Cowper 1 dan Cowper 2, Crus Penis, Penis, Glans penis Thodunter Gemmel 1987; Renfree 1993. Bahan yang digunakan kertas tissue, NaCl fisiologis, sedangkan alat yang digunakan adalah spuit 1 mL, scalpel, pinset, gunting, kaliper mm dan pita ukur cm. Testis: pengukuran panjang dan diameter dilakukan dengan menggunakan kaliper. Pengukuran panjang dimulai pada ujung testis dari salah satu sisi ke sisi yang lain tanpa epididimis. Pengukuran diameter dilakukan pada bagian tengah dari testis kemudian dilakukan penimbangan. Epididimis: pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan kaliper, dimulai dari kaput hingga kauda epididimis, kemudian dilakukan penimbangan. Vas deferens: panjang vas deferens diukur dengan menggunakan kaliper yang dimulai dari akhir kauda epididimis hingga ujung akhir vas deferens yang berada dekat prostat. Kelenjar Prostat: pengukuran panjang, lebar dan tebal menggunakan kaliper dan selanjutnya ditimbang. Kelenjar Cowper 1: pengukuran tebal menggunakan kaliper selanjutnya ditimbang. Kelenjar Cowper 2: pengukuran tebal menggunakan kaliper selanjutnya ditimbang. Crus Penis: pengukuran tebal menggunakan kaliper dan selanjutnya ditimbang. Penis: pengukuran panjang total penis dimulai dari pangkal penis hingga ke ujung penis dan juga dilakukan pengukuran panjang glans penis.

2. Karakteristik Spermatozoa Asal Epididimis

Koleksi spermatozoa dilakukan dengan menyayat kauda epididimis. Evaluasi yang dilakukan terhadap spermatozoa epididimis meliputi: Motilitas spermatozoa, Konsentrasi spermatozoa dan Morfologi spermatozoa. Bahan dan alat yang digunakan adalah epididimis, NaCl, formolsaline, pewarna Carbofuchsin William’s stain, alkohol absolut, chloramin 0.5, alkohol 95, air destilasi dan kertas tissue. Peralatan yang digunakan meliputi object glass, cover glass, jarum suntik 5 mL, mikropipet 1-10 µL, kotak hitung Neubauer, bak pewarna, sentrifuse dan mikroskop cahaya Olympus CH20. Motilitas spermatozoa Motilitas spermatozoa dihitung dengan menempelkan kauda yang telah disayat pada object glass kemudian diteteskan NaCl sebanyak 1 tetes. Campuran spermatozoa dan NaCl tadi diambil satu tetes dan diteteskan pada object glass yang lain dan ditutup dengan cover glass. Motilitas spermatozoa selanjutnya diamati aktivitas gerak spermatozoa dimana spermatozoa hidup akan bergerak dan spermatozoa dinilai dari lima lapang pandang. Spermatozoa yang motil akan bergerak ke depan dan spermatozoa yang bergerak ditempat, bergerak melingkar, bergerak mundur dan diam sebagai spermatozoa yang tidak motil, penilaian menggunakan skoring 0-100. Konsentrasi spermatozoa Kauda epididimis disayat-sayat kemudian di flushing menggunakan NaCl sebanyak 5 mL. Spermatozoa yang telah di flushing kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit Setiadi et al. 2006. Cairan diatas kemudian dibuang, suspensi padat yang terdapat di bagian bawah diambil sebanyak 5 μL dan diencerkan dengan formolsaline, dihomogenkan dan diteteskan satu tetes pada kotak hitung Neubauer. Konsentrasi spermatozoa merupakan jumlah spermatozoa yang telah diperoleh dikalikan dengan faktor pengencer dan faktor hemositometer. Morfologi spermatozoa Morfologi spermatozoa diamati pada sediaan ulas yang diwarnai dengan Carbofuchsin William’s stain. Spermatozoa epididimis yang telah dicampur dengan NaCl, dihomogenkan dengan batang pengaduk, dibuat preparat ulas tipis smear dan dikeringudarakan. Kemudian preparat ulas ini difiksasi dan dicuci dengan alkohol absolut selama 4 menit dan keringudarakan. Setelah itu preparat dimasukkan di dalam chloramin 0.5 selama 2 menit dan dicuci dengan air destilasi, alkohol 95 dan diwarnai dengan larutan William’s selama 8-10 menit. Tahap akhir preparat dicuci dengan air mengalir perlahan dan dikeringkan. Morfologi dan abnormalitas spermatozoa dievaluasi dari 10 lapang pandang menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran lensa objektif 40X Arifiantini et al. 2006.

3. Tahapan Spermatogenesis