xxix statistik regional, baik berupa pendapatan per kapita, output, tenaga kerja
maupun data lainnya. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengamati struktur perekonomian daerah dan perubahannya secara deskriptif, dengan
cara menekankan bagian-bagian dari pertumbuhan sektor atau industri di daerah, dan memproyeksikan kegiatan ekonomi di daerah tersebut dengan
data yang terbatas Firdaus, 2007. Penentuan komoditas unggulan dapat dijelaskan menggunakan
analisis shift-share. Penentuan komoditas unggulan dicirikan oleh komponen differential shift D dan proportional shift P. Komponen ini
digunakan sebagai kriteria kinerja komoditas pada tahap pertama. Komponen D yang positif menunjukkan keunggulan komoditas tertentu
dibandingkan dengan komoditas serupa di daerah lain, sedangkan komponen p yang positif menunjukkan komposisi industri yang sudah
relatif baik dibandingkan dengan nasional Firdaus, 2007.
B. Penelitian Terdahulu
Annisah 2007 dalam penelitiannya tentang “Identifikasi Sektor Pertanian dalam Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Cirebon”
mengatakan bahwa dari analisis LQ, sektor perekonomian yang menjadi sektor basis adalah sektor pertanian; bangunan; perdagangan; pengangkutan
dan komunikasi; keuangan; dan jasa. Subsektor tanaman perkebunan, peternakan, dan perikanan merupakan subsektor pertanian basis. Dengan
menggunakan gabungan analisis LQ, PP, dan PPW dapat diketahui prioritas pengembangan sektor pertanian. sektor yang menjadi prioritas pertama untuk
dikembangkan tidak ada. Prioritas kedua adalah sektor pertanian; bangunan; keuangan; persewaan dan jasa perusahaan; pengangkutan dan komunikasi;
perdagangan; listrik, gas, dan air bersih; serta jasa. Prioritas ketiga adalah pertambangan dan penggalian. Prioritas keempat adalah industri pengolahan.
Subsektor pertanian yang menjadi prioritas per-tama untuk dikembangkan adalah subsektor tanaman perkebunan dan peternakan, prioritas kedua yaitu
xxx perikanan, prioritas ketiga adalah kehutanan, prioritas keempat tidak ada yang
memenuhi, prioritas kelima adalah tanaman bahan makanan. Berdasarkan hasil penelitian Lusminah 2008 yang berjudul “Analisis
Potensi Wilayah
Kecamatan berbasis
Komoditi Pertanian
dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Cilacap Pendekatan Location Quotient
dan Shift Share Analysis ” dapat diketahui komoditi pertanian basis masing- masing kecamatan di Kabupaten Cilacap,Komoditi pertanian yang
dipertimbangkan untuk di kembangkan di tiap kecamatan di Kabupaten Cilacap adalah padi sawah di Kecamatan Kedungreja, Patimuan,
Gandrungmangu, dan Cilacap Utara; padi gogo di Kecamatan Sidareja dan Jeruklegi; ketela pohon di Kecamatan Majenang, Karangpucung, Cipari,
Cilacap Selatan, dan Cilacap Tengah; kacang hijau di Kecamatan Kampung Laut; tomat di Kecamatan Binangun; rambutan, manggis, karet dan kunyit di
Kecamatan Dayeuhluhur; kapulogo di Kecamatan Majenang; kakao dan jambu mete di Kecamatan Jeruklegi; jati di Kecamatan Cimanggu; ayam ras
pedaging di Kecamatan Maos dan Kroya; itik di Kecamatan Sampang; itik manila di Kecamatan Adipala; nila di Kecamatan Wanareja; lele di Kecamatan
Kesugihan; udang tambak di Kecamatan Bantarsari dan Kawunganten; tongkol tuna, bawal putih, dan cucut di Kecamatan Cilacap Selatan; udang
rebon di Kecamatan Cilacap Utara. Chambali 2004 dalam penelitiannya “Kontribusi Sektor Pertanian
dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Wonogiri dengan Pendekatan Analisis Location Quotient dan Shift Share” dapat diketahui sektor
perekonomian basis di Kabupaten Wonogiri adalah sektor pertanian, angkutan dan perusahaan, jasa-jasa dan pemerintahan dengan nilai LQ masing-masing
2,41; 1,79; 1,28 dan 1,57. Sedangkan untuk subsektor pertanian yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah prioritas pertama tidak ada, prioritas
kedua subsektor tanaman bahan pangan dan tanaman perkebunan, prioritas ketiga tidak ada, prioritas keempat subsektor perikanan dan peternakan, dan
prioritas alternatif subsektor kehutanan. Ropingi
dan Agustono
dalam penelitiannya
yang berjudul
“Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditi Pertanian di
xxxi Kabupaten Boyolali Pendekatan Shift – Share Analisis” dapat diketahui
komoditi pertanian basis di Kabupaten Boyolali yang paling banyak menjadi prioritas utama di masing-masing kecamatan 7 kecamatan adalah jagung,
diikuti komoditi kacang tanah menjadi prioritas utama di 5 kecamatan, ternak sapi dan buah rambutan menjadi prioritas utama di 4 kecamatan. Kecamatan
yang paling banyak mempunyai komoditi basis prioritas utama adalah Kecamatan Kemusu.
Beberapa penelitian tersebut di atas digunakan sebagai referensi karena penelitian tersebut menggunakan metode analisis yang sama dengan penelitian
ini yaitu analisis Location Quotient dan Shift Share.
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah