Analisis potensi pertumbuhan ekonomi di propinsi Lampung periode 2004-2009 (analisis location dan shift share)

(1)

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI

DI PROPINSI LAMPUNG PERIODE 2004 – 2009

(Analisis Location Quetiont dan Shift Share)

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1

SKRIPSI

Disusun oleh :

Nama

:Muhammad Averroes Fadlan

NIM

:106084003608

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

ANALISIS P

DI PROPI

(Analisi

Diajuk Untuk memenuhi P

Pembimbing I

Prof. Dr. Abdul Hamid

JURUSAN ILMU

FAKU

UN

SY

POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI

PINSI LAMPUNG PERIODE 2004 – 2009

isis Location Quetiont dan Shift Share)

Skripsi

ukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Muhammad Averroes fadlan NIM: 106084003608

Di Bawah Bimbingan

I Pembimbing II

id, MS Zuhairan Yunmi Yunan,

U EKONOMI DAN STUDI PEMBANG

ULTAS EKONOMI DAN BISNIS

NIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

I

mi (SE)

n, SE, M.Sc


(3)

Pada hari jumat tanggal nama Muhammad Aver

“ANALISI POTENSI LAMPUNG PERIODE

DAN SHIFT SHARE)”

ujian berlangsung, maka untuk memperoleh gelar Pembangunan Fakultas Hidayatullah Jakarta.

Dr. Lukman MS

Penguji I

al 08 Oktober 2010 telah dilakukan ujian kompre verroes Fadlan NIM: 106084003608 dengan jud

SI PERTUMBUHAN EKONOMI DI P ODE 2004 – 2009 (ANALISIS LOCATION QU

”. Memperhatikan penampilan mahasiswa terseb ka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah lar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ilmu Ekonomi as Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Neg

Jakarta, 08 Ok

Tim Penguji Komprehensif

S.i Fitri Amalia, S.Pd

Penguji II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. Penguji Ahli

rehensif atas judul skripsi

PROVINSI

QUETIONT sebut selama

h satu syarat mi Dan Studi egeri Syarif

ktober 2010

.Pd, MS.i


(4)

Pada hari Kamis tangga Muhammad Averroes

“ANALISIS POTENS LAMPUNG PERIODE

DAN SHIFT SHARE)”

ujian berlangsung, maka untuk memperoleh gelar Pembangunan Fakultas Hidayatullah Jakarta.

Prof. Dr. Ahmad Rodo Ketua

Prof. Dr. H. Abdul Ham Pembimbing I

gal 17 Maret 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi s Fadlan NIM: 106084003608 dengan jud

NSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI P ODE 2004 – 2009 (ANALISIS LOCATION QU

”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa terseb ka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah lar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ilmu Ekonomi as Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Neg

Jakarta, 17 M

Tim Penguji Ujian Skripsi

doni, MM Utami Baroroh, SE, M Sekretaris

Hamid, MS Zuhairan Yunmi Yunan, Pembimbing II

Dr. Lukman M.Si Penguji Ahli

si atas nama udul skripsi

PROVINSI

QUETIONT sebut selama

h satu syarat mi Dan Studi egeri Syarif

7 Maret 2011

, M.Si

n, SE, M.Sc II


(5)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Muhammad Averroes Fadlan

NIM : 106084003608

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya mmengutip dari karya orang lain, maka saya mencantumkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan skripsi ini, apabila terbukti melakukan plagiat.

Demikian surat ini saya buat sebenarnya.

Penulis

Muhammad Averroes Fadlan NIM : 106084003608


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Muhammad Averroes Fadlan

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Juli 1988

Alamat : Jl. Pesanggrahan No. 36 RT 003/03 Ciputat – Tangerang Selatan, Banten

Anak ke : 2 (dua) dari 6 bersaudara

Jenis Kelamin : Laki - Laki

No. Telepon : 021-922 15 426 / 0856 923 44 193

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK : TK Ketilang

SD : SD Negeri Legoso - Banten

SMP : Mts. Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta

SMA : SMA Negeri 6 Jakarta

UNIVERSITAS : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : H. Adnan Rasyid

Ibu : Dra. Hj. Sri Nirmalawati

Alamat : Jl. Pesanggrahan No. 36 RT 003/03 Ciputat – Tangerang Selatan, Banten


(7)

ABSTRACT

Economic growth in a sector of the economy that occurred in a region will have an impact on growth nationally. Added revenue taken one of them is added Gross Regional Domestic Product (GDP), a region which has a 9 (nine) major sectors, namely: (1). Agriculture, (2) Mining and Quarrying, (3) Manufacturing Industry, (4) Sector Electricity, Gas and Water Supply, (5) Building Sector, (6) Trade, Hotel and Restaurant, (7) Sector Transportation and Communications, (8) Financial Sector, Renting and Business Services, (9) Services. The most dominant economic sector in the province of Lampung is the Agricultural Sector which has Subsector namely: (1) Food Crops Sub-sector, (2) subsector Plantation, (3) Livestock Sub-sector and result, (4) forestry and hunting, and (5) Fisheries. From the research there can be an excellent sub-sector export commodities and are also experiencing rapid growth, namely the potential for plantation subsector leading from Lampung Province, although still below the Food Crops Sub-sector contribution to GDP will Agricultural Sector, but proved that Plantation is one Subsector - the only sub-sector that can compete with other sub-sector in donations to National. And other sub-sectors still have the potential to be improved within the province of Lampung own.

Keywords: Agriculture Sub-sector GDP, Location Analysis and Shift Share Quetiont.


(8)

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi suatu sektor perekonomian yang terjadi di suatu wilayah akan berdampak terhadap pertumbuhan secara Nasional. Pertambahan pendapatan yang diambil salah satunya adalah pertambahan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah yang memiliki 9 (sembilan) sektor utama yaitu : (1). Sektor Pertanian, (2) Sektor Pertambangan dan Penggalian, (3) Sektor Industri Pengolahan, (4) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Sektor Bangunan, (6) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, (7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, (9) Jasa – Jasa. Sektor ekonomi yang paling dominan di Propinsi Lampung adalah Sektor Pertanian yang memiliki Subsektor yaitu : (1) Subsektor Tanaman Pangan, (2) Subsektor Perkebunan, (3) Subsektor Peternakan dan Hasilnya, (4) Kehutanan dan Perburuannya, dan (5) Perikanan. Dari hasil penelitian terdapat Subsektor unggulan yang dapat dijadikan komoditas ekspor dan juga yang mengalami pertumbuhan cepat, yaitu subsektor perkebunan yang menjadi potensi unggulan dari Propinsi Lampung, walaupun masih dibawah dari Subsektor Tanaman Pangan akan sumbangannya terhadap PDRB Sektor Pertanian, tetapi membuktikan bahwa Subsektor Perkebunan adalah satu – satunya Subsektor yang dapat bersaing dengan Subsektor lainnya dalam sumbangan terhadap Nasional. Dan subsektor lainnya masih berpotensi untuk ditingkatkan didalam Propinsi Lampung sendiri.

Kata kunci : PDRB Subsektor Pertanian, Analisis Location Quetiont dan Shift Share.


(9)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikain kepada:

1. Ayahanda H. Adnan Rasyid dan Ibunda Dra. Hj. Sri Nirmalawati, atas doa dan kasih sayang yang tidak terbatas kepada peneliti hingga saat ini, banyak hal yang sampai saat ini tidak dapat penulis berikan untuk mereka. Semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi peneliti.

2. Kakak penulis yang pertama yaitu Fauziah Yulia Adriani yang sudah banyak memberikan data tentang Lampung yang sangat berguna bagi penulis, Terima kasih uni yani.

3. Kakak kandung penulis Avicenna dan Naviri, serta Adik – adik kandung penulis Razes dan Fuad.


(10)

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS,. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membaca, mengoreksi dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.

5. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE, M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terimakasih bapak yang masih belum sempat bermain futsal bersama, jasa dan support tiada henti yang bapak telah berikan.

6. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekretaris jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Kepada Ibu Fitri Amalia, dan juga Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku penguji ujian komprehensif yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan soal dan juga nilainya.

9. Seluruh Staf dan karyawan/karyawati khususnya Ibu Lilih, Ibu Dewi dan yang telah membantu penulis dalam hal – hal akademik sehingga dapat dilancarkan segala urusan penulis saat iniUni Yani sebagai kakakku paling teramat banyak bantuannya sampai – sampai tidak dapat disebutkan apa saja yang sudah diberikannya olehnya, serta teman – teman satu kantor Uni Yani yang telah banyak membantu untuk memperoleh data skripsi, terima kasih.

10.Saudara kandung penulis yaitu : Uni Yani, Abang Avicenna, Kakak Naviri “riri”, adik Razes, dan adik Fuad atas segala pemberian kenangan – kenangan indah dan juga tidak, walaupun tidak indah tetap kalian adalah keluarga kandung yang sangat tidak ingin kehilangan kalian.

11.Seluruh staff dari “ATDEEHHH..!!!” Rizky “Arsy” Ristya, Ilham “Reza”, Anda Agus, Rezi, Jaka, Prabu, Iwan Pulang, Zidney, Bakar, Randi “Bdul”, Aris”dekan”, Anwar “awang” dan yang laen lagi masih banyak.


(11)

12. Keluarga besar IESP (Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) seluruh angkatan, khususnya angkatan 2006 : kelas B yaitu Mba Fera, Ajun, Zahra, Sapi, Tunjung “cantik”, Wulan dan semua teman dari kelas B yang lain. 13. Dumbriders (Ciwiers, Toms, Rangga’s, Lingga’s) dan juga Josie Junkie

“Ryan Himawan”.

14. Federasi olahraga Mahasiswa (FORSA) UIN : Ade, Lingga, Ucup, Bosek, Imam, Bang Orixs, Bang Itay, Bang Bgenk, Nceks, Awal, dan semua anak FORSA Divisi FUTSAL terima kasih mau bermain bersama.

15. Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi. Kami berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Jazákumullah Khoiron Katsiron.

Ciputat, Maret 2011


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ……….... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Perumusan Masalah ……….... 12

C. Batasan Masalah ………... 13

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian ………... 14

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……….. 15

A. Landasan – landasan Teori …………....…... 15

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 15

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 17


(13)

b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik ... 19

c. Teori Harold-Domar dalam Sistem Regional .. 19

3. Teori Pembangunan Daerah ... 20

4. Pendapatan Domestik Regional Bruto ... 22

a. Metode Perhitungan PDRB atas Dasar Harga Berlaku ... 25

b. Metode Perhitungan PDRB atas Dasar Harga Konstan ... 26

c. Kegunaan Data PDRB ... 29

5. Konsep dan Definisi Subsektor Pertanian ... 30

6. Model Basis Ekonomi ... 32

a. Location Quetiont ... 34

b. Analisis Shift Share ... 35

B. Penelitian Terdahulu ... 36

C. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 45

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………... 47

A. Lokasi Penelitian………... 47

B. Batasan penelitian………... 47

C. Jenis data dan Sumber Data ... 47

D. Metode Pengumpulan Data ... 48

E. Teknis Analisis Data ... 49

1. Location Quotient ... 49


(14)

b. Keunggulan LQ ... 52

c. Kelemahan LQ ... 52

2. Shift Share ... 53

a. Keunggulan Shift Share ... 58

b. Kelemahan Shift Share... 58

3. Tipologi ... 59

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 63

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Sekilas Gambaran Umum Objek penelitian ... 64

1. Gambaran Umum Propinsi Lampung ... 64

a. Keadaan Geografis ... 64

b. Kependudukan ... 67

c. Pemerintahan ... 69

d. Pendidikan ... 70

e. Kesehatan ... 71

B. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi ... 72

1. Analisis Perkembangan PDB dan PDRB ... 72

a. Indonesia ... 73

b. Propinsi Lampung ... 74

2. Analisis Location Quetiont (LQ) ... 75

3. Analisis Shift Share ... 77

C. Pembahasan ... 82


(15)

a. Propinsi Lampung ... 82

1. Subsektor Tanaman Pangan ... 82

2. Subsektor Perkebunan ... 83

3. Subsektor Peternakan dan Hasilnya ... 85

4. Subsektor Kehutanan dan Perburuannya ... 87

5. Subsektor Perikanan ... 88

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... xiv


(16)

DAFTAR TABEL

NO KETERANGAN HALAMAN

1.1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan... 2

1.2. PDRB Propinsi Lampung ... 3

1.3. PDRB dan PDRB Per Kapita Propinsi Lampung ... 4

1.4. PDRB Sektortal ADH Berlaku Daerah Otonom ... 6

1.5. PDRB Sektortal ADH Berlaku Daerah Otonom ... 8


(17)

DAFTAR GAMBAR

NO KETERANGAN HALAMAN

2.1. Kerangka Berpikir ... 46

3.1. Makna Tipologi Sektor Ekonomi ... 62


(18)

DAFTAR LAMPIIRAN

NO KETERANGAN HALAMAN

1. Produk Domestik Bruto ADH Konstan 2000 ... xvi

2. Produk Domestik Regional Bruto ADH Konstan 2000 ... xvii

3. Perhitungan Location Quetiont ... xviii

4. Location Quetiont rata – rata ... xx

5. Komponen Shift Share ... xxi

6. Pertambahan PDRB (Gj) Subsektor ... xxii

7. Komponen Share (National Share) ... xxiv

8. National Share Sektoral (Nj) ... xxv

9. (P+D)j Propinsi Lampung ... xxvii

10.Komponen Differential Shift ... xxviii

11.Komponen Proportional Shift ... xxx


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu negara tidak hanya diperlukan rakyat,dan juga pemerintahan, tetapi juga diperlukan suatu ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang mendukung adanya percepatan pertumbuhan ke arah yang lebih baik, hal itu dapat diwujudkan dalam kegiatan pembangunan segala bidang. Untuk melakukan pembangunan diperlukan landasan yang kuat antara lain pengambilan kebijakan yang tepat, akurat, dan terarah supaya hasil yang dicapai benar – benar sesuai dengan yang direncakan.

Upaya pembangunan yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan oleh pemerintah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat, memperluas kesempatan kerja, dan meratakan hasil – hasil pembangunan. Keberhasilan upaya ini ditentukan oleh adanya perencanaan, yang didukung oleh informasi dan hasil kajian berbagai data dan indikator sosial ekonomi (BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 1).

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung


(20)

menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. (www.bps.go.id.2011)

Tabel 1.1. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) ADH Konstan di Indonesia Periode Tahun 2005 – 2008 (milyar Rp.)

Periode PDB Periode PDB Periode PDB Periode PDB 2005,1 421.018 2006,1 442.201 2007,1 469.162 2008,1 497.309

2 424.010 2 445.351 2 472.347 2 501.253

3 427.003 3 448.501 3 475.533 3 505.198

4 430.039 4 451.592 4 466.344 4 509.855

5 433.075 5 454.683 5 457.195 5 514.512

6 436.110 6 457.775 6 448.025 6 519.170

7 440.237 7 463.533 7 467.406 7 525.646

8 444.364 8 469.291 8 486.787 8 532.122

9 448.493 9 475.049 9 506.168 9 538.599

10 445.346 10 472.025 10 501.901 10 532.182

11 442.199 11 469.001 11 497.634 11 525.765

2005,12 439.051 2006,12 465.977 2007,12 493.365 2008,12 519.349

sumber : Data BPS 2010. (Diolah)

Dijelaskan dalam data berikut ini adalah bagaimana perkembangan PDB Indonesia dalam kurun waktu 2005 sampai 2008. Dimana data ini menggambarkan bagaimana pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto Indonesia yang selalu mengalami perubahan yang positif, walaupun terjadi fluktuasi yang tidak terlalu besar perubahannya.


(21)

Tabel 1.2. PDRB Provinsi Lampung Periode 2005 – 2007 (juta Rp.)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan perikanan 15.139.552 18.166.620,11 22.732.965,82 Pertambangan dan

Penggalian 2.041.820 2.152.283,71 2.190.111,88

Industri Pengolahan 5.259.706 6.146.604,43 8.313.987,95 Listrik dan Air Bersih 292.424 360.462,66 401.210,45

Bangunan 1.972.439 2.650.103,32 3.079.057,18

Perdagangan, Restoran dan

Hotel 6.150.316 7.573.094,71 8.714.733,36

Angkutan dan Komunikasi 2.759.254 3.813.853,99 5.094.877,47 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 2.744.480 2.968.016,43 3.665.181,66

Jasa-jasa 4.546.797 5.287.949,55 6.729.840,47

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2009 (Data Diolah)

Dapat dilihat dari PDRB Provinsi Lampung bahwa sektor yang dominan dalam penyumbang potensi ekonomi tertinggi dikuasai oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, restoran dan hotel, sektor industri pengolahan dan sektor jasa – jasa. Dimana sektor pertanian terdapat subsektor : tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sektor perdagangan, restoran, dan hotel terdiri dari subsektor : perdagangan besar dan eceran, restoran dan rumah makan, hotel dan akomodasi lainnya. Untuk sektor industri pengolahan terbagi menjadi subsektor : industri sedang/besar, industri kecil dan industri rumah tangga. Dan terakhir untuk sektor jasa – jasa terdiri dari subsektor : pemerintahan dan HANKAM, jasa hiburan dan rekreasi, seubsektor jasa perorangan dan rumah tangga, dan jasa sosial kemasyarakatan.

Sebelum tahun 1999 wilayah provinsi Lampung terbagi menjadi dalam 7 (tujuh) daerah tingkat II, yakni Kabupaten Lampung Barat, Lampung


(22)

Selatan, Tanggamus, Lampung Tengah, Kota Metro. Kabupaten Lampung Utara mengalami Pemekaran menjadi Lampung utara dan Way Kanan. Dengan berlakunya UU No.16 tahun 1999 tentang otonomi daerah, maka ke-10 (sepuluh) tingkat II tersebut menjadi daerah otonom Kabupaten/Kota. (BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 7)

Pada tingkat perekonomiannya, maka Bandar Lampung menempati posisi tertinggi diantara sepuluh daerah otonom se – Provinsi Lampung. Posisi berikutnya ditempati oleh Lampung Tengah dan Lampung Selatan. Nilai PDRB masing – masing daerah otonom tersebut adalah Rp. 3.615,03 Milyar, Rp. 3.586,56 Milyar, dan Rp. 3.491,85 Milyar. Tingkat perekonomian terendah adalah Kota Metro, dengan nilai PDRB sebesar Rp. 338,46 Milyar. (BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 9)

Tabel 1.3. PDRB dan PDRB Per Kapita di Provinsi Lampung Tahun 2000.

No. Kab/Kota PDRB

PDRB per Kapita

1 Lampung Barat 966.956 2.641,96

2 Tanggamus 2.247.475 2.809,06

3 Lampung Selatan 3.491.855 3.081,46 4 Lampung Timur 2.768.737 3.184,54 5 Lampung Tengah 3.586.565 3.428,24 6 Lampung Utara 2.048.641 3.858,51

7 Way Kanan 909.623 2.543,66

8 Tulang Bawang 2.947.619 4.260,66 9 Bandar Lampung 3.615.027 4.864,73

10 Metro 338.455 2.857,41

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2009 (Data Diolah)

Sebagaimana dimaklumi bahwa besaran PDRB merupakan nilai tambah yang diciptakan oleh unit kegiatan ekonomi, berdasarkan kesamaan


(23)

karakteristik dari barang dan jasa yang dihasilkan, masing – masing unit kegiatan ekonomi tersebut dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) sektor ekonomi. (BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 10)

Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB Atas Dasar harga (ADH) berlaku masing – masing sektor terhadap total PDRB. Dengan mengetahui struktur sekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi dan potensi wilayah. Struktur ekonomi wilayah juga dapat dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan dan penciptaan struktur ekonomi yang ideal di masa mendatang. Tahun 2000 sebagian besar daerah otonom di provinsi Lampung kecuali Bandar Lampung didominasi oleh (diatas 50 persen) oleh sektor pertanian. Struktur ekonomi kota Bandar Lampung didominasi oleh sektor perdagangan/hotel/restoran (22,24 Persen), jasa – jasa (20,14 persen), industri pengolahan (17,25 persen) dan sektor angkutan/komunikasi (14,84 persen). Untuk kota Metro, Struktur perekonomiannya didominasi sektor jasa –jasa(27,40 persen), Pertanian (22.55 persen), dan perdagangan/hotel/restoran (21,18 persen). (BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 11).

Tingkat perekonomian suatu wilayah akan mengalami perubahan sejalan dengan pemanfataan sumber daya alam dan faktor produksi oleh unit usaha atau unit kegiatan ekonomi. Tingkat perekonomian tersebut tercermin dari besaran nilai PDRB atau nilai tambah bruto yang diciptakan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi yang berada di wilayah yang bersangkutan selama periode tertentu. Berdasarkan kesamaan karakteristik dari barang dan jasa


(24)

atau komoditas yang dihasilkan, masing – masing komoditas atau unit kegiatan ekonomi tersebut dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) lapangan usaha atau sektor ekonomi. Dari besaran PDRB ini dapat juga diketahui pendapatan perkapita penduduk, yakni dengan membagi PDRB dengan jumlah penduduk. (BPS Provinsi Lampung. Hal 14)

Tabel 1.4. PDRB Sektoral Atas Dasar harga (ADH) Berlaku Lima Daerah Otonom Tahun 2000 (juta Rp.)

Lapangan Usaha / Industrial

Origin

Lampung

Barat Tanggamus

Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan 634.329 1.273.048 1.834.116 1.388.461,00 1.807.959,00 Pertambangan

dan Penggalian 10.931 41.176 48.124 358.860,00 61.962,00 Industri

Pengolahan 26.918 135.731 411.568 168.036,00 583.732,00 Listrik dan Air

Bersih 2.514 3.908 7.424 4.684,00 13.011,00

Bangunan 36.175 139.226 176.249 133.528,00 153.151,00 Perdagangan,

Restoran dan

Hotel 181.846 287.297 507.208 419.990,00 465.674,00

Angkutan dan

Komunikasi 19.381 45.666 193.986 86.136,00 98.509,00 Keuangan,

Persewaan dan Jasa

Perusahaan 16.340 89.374 80.343 85.715,00 113.553,00 Jasa-jasa 38.516 232.045 232.834 123.225,00 289.981,00

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2010 (data diolah)

Peranan daerah otonom terhadap perekonomian Provinsi Lampung akan terlihat dari kontribusi PDRB Provinsi Lampung. Selama kurun waktu 2003 – 2008, Bandar Lampung tetap menempati urutan pertama dalam


(25)

penciptaan nilai tambah. Kontribusinya terus naik 16,91 persen tahun 2003 menjadi 18,98 persen tahun 2008. Urutan kedua ditempati oleh Kabupaten Lampung Tengah yaitu 15,75 persen tahun 2003 dan 15,67 persen tahun 2008. Perubahan cukup besar pada Kabupaten Lampung Selatan, hal ini karena terjadi pemekaran wilayah tersebut menjadi Lampung Selatan dan Pesawaran. Tahun 2003 Lampung Selatan menempati urutan ketiga dengan kontribusi sebesar 14,75 persen, sedangkan pada tahun 2008 setelah terjadi pemekaran berubah ke urutan kelima yaitu 10,24 persen dbawah Tulang Bawang dan Lampung Timur, yang masing – masing sebesar 14,31 persen dan 11,55 persen. (BPS Provinsi Lampung 2009. Hal 14).

Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masing – masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Dengan mengetahui struktur ekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi wilayah. Struktur ekonomi juga dapat dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan struktur, maupun penciptaan struktur ekonomi wilayah yang ideal dalam jangka waktu panjang. Perekonomian Lampung tahun 2008 masih didominasi oleh 4 (empat) sektor utamanya, yakni : sektor pertanian, sektor perdagangan/hotel/restoran, sektor industri dan pengolahan, sektor jasa – jasa. Kontribusi masing – masing sektor terhadap pembentukan PDRB Provinsi Lampung tercatat sebesar 38,63 persen, 13,64 persen, 13,06 persen dan 11,24 persen.


(26)

Tabel 1.5. PDRB Sektoral Atas Dasar harga (ADH) Berlaku Lima Daerah Otonom Tahun 2000 (juta Rp.)

Lapangan Usaha / Industrial Origin Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Bandar

Lampung Metro Pertanian,

Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan 991.709 582.448 1.394.682,00 162.682,00 76.331,00 Pertambangan

dan Penggalian 14.143 17.297 3.398 65.056

Industri

Pengolahan 260.730 93.953 628.012 623.509 18.110

Listrik dan Air

Bersih 5.335 869 77 37.553 3.424

Bangunan 75.729 40.728 54.344 361.044 17.962

Perdagangan, Restoran dan

Hotel 321.540 93.241 554.360 803.950 71.672

Angkutan dan

Komunikasi 94.809 21.515 129.684 536.588 35.520

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 92.010 15.688 78.571 296.643 22.699

Jasa-jasa 192.635 53.883 103.792 728.002 92.734

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2010 (data diolah)

Sektor pertanian terbagi menjadi 5 (lima) subsektor yaitu : (1) Subsektor Tanaman Pangan, (2) Subsektor Tanaman Perkebunan, (3) Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, (4) Subsektor kehutanan dan Perburuan, dan (5) Subsektor Perikanan.

Sektor pertambangan dan penggalian terdiri dari : (1) Subsektor penggalian tanah urug, (2) Subsektor penggalian tanah liat, (3) Subsektor penggalian batu kapur, dan (4) Subsektor penggalian batu kali dan tanah kapur. Sektor industri dan pengolahan terdiri dari 3(tiga) subsektor yaitu : (1)


(27)

Subsektor industri besar/sedang, (2) Subsektor industri kecil, dan (3) Subsektor industri rumah tangga. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih terdiri dari 2(dua) : (1) Subsektor listrik, dan (2) Subsektor Air Minum.

1.6. Peranan Sektor Pertanian di Daerah Otonom Tahun 2003 – 2006

Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006

Lampung Barat 62,77 61,72 62,38 60,88

Tanggamus 52,28 52,9 53,09 52,79

Lampung Selatan 48,72 46,57 46,70 41,74

Lampung Timur 41,11 41,33 38,09 38,70

Lampung Tengah 48,77 47,94 47,23 46,00

Lampung Utara 41,09 37,25 33,94 32,90

Way Kanan 60,15 57,65 54,89 50,75

Tulang Bawang 42,64 42,74 43,29 44,08

Pesawaran * * * *

Bandar Lampung 5,14 5,21 4,96 5,49

Metro 16,49 15,36 14,38 13,62

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2009 (diolah)

*Data Tidak Tersedia di BPS Provinsi Lampung

Sektor Perdagangan terdiri dari 3(tiga) : (1) Subsektor perdagangan besar dan eceran, (2) Subsektor restauran dan rumah makan, (3) Subsektor hotel dan akomodasi lainnya.

Sektor Angkutan dan Perhubungan terdiri dari 3(tiga) : (1) Subsektor angkutan darat, (2) Subsektor jasa penunjang angkutan, dan (3) Subsektor pos dan telekomunikasi. Sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan,terdiri dari 3(tiga) : (1) Subsektor bank dan lembaga keuangan bukan bank, (2) Subsektor sewa bangunan, dan (3) Subsektor perusahaan.

Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan di suatu wilayah. Posisi strategis ini


(28)

berdasarkan kemampuan teknis (tanah dan iklim), sosial ekonomi dan kelembagaan. Penentuan ini penting untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif terbatas. Pada era pasar bebas hanya komoditas yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi serta memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang akan mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas yang sama di wilayah yang lain (Rachman 2003).

Pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan daerah, keberhasilan pembangunan tidak lagi hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh atau berapa besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat diterima keberhasilan pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih strategis yang meliputi semua aspek kehidupan baik materil dan non materil. Agar dapat memenuhi kriteria luas dan strategi tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus diawali berdasarkan prioritas dan pemilihan sasaran-sasaran yang mempunyai nilai strategis dan memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan citra Provinsi Lampung dengan membangun sektor- sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Untuk mengetahui potensi pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi Lampung diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.


(29)

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah.

Atas dasar anggapan diatas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah (Tarigan, 2004:27).

Dalam menggunakan pendekatan model basis ekonomi pada umumnya didasarkan atas nilai tambah maupun lapangan kerja. Namun menggunakan data pendapatan (nilai tambah) adalah lebih tepat dibandingkan menggunakan data lapangan kerja. Hal ini dikarenakan lapangan kerja memiliki bobot yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto


(30)

(PDRB). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah. Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung disumbang oleh 9 (sembilan) sektor yaitu: pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air minum; bangunan dan konstruksi; perdagangan,hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; bank dan lembaga keuangan lainnya; jasa-jasa.

Berdasarkan data – data yang didapat maka dapat diperoleh data yang menguatkan penulis untuk melakukan penelitian tentang analisis sektor perekonomian yang mempengaruhi Pendapatan Domestik Regional Bruto di Provinsi Lampung. Dengan adanya data yang menguatkan tentang Pendapatan Domestik regional Bruto (PDRB) seperti di atas maka penulis ingin menganalisis data yang diperoleh dari Departemen Pertanian, Dinas Pertanian dan kantor BPS kabupaten Lampung Selatan, sehingga penulis mengambil judul “ ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG PERIODE 2004 – 2009 (PENDEKATAN ANALISIS LOCATION QUETIONT DAN SHIFT SHARE)

B. Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perubahan struktur perekonomian di Provinsi Lampung pada enam tahun antara 2004 – 2009


(31)

2. Subsektor pertanian apa yang merupakan sektor unggulan dan spesialisasi subsektor di Provinsi Lampung dengan pendekatan Location Quetiont.

3. Subsektor pertanian mana yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung dan seberapa besar sumbangannya terhadap PDB.

4. Diantara subsektor – subsektor pertanian penunjang pertumbuhan di Provinsi Lampung, manakah yang paling memiliki potensi untuk lebih dikembangkan dengan pendekatan Shift Share.

C. Batasan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis hanya membatasi pada nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh sektor ekonomi yang paling berpotensi diantara sektor – sektor lainnya di Provinsi Lampung yaitu Sektor pertanian yang memiliki Subsektor – subsektornya : (1) Subsektor Tanaman Pangan, (2) Subsektor Tanaman Perkebunan, (3) Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, (4) Subsektor kehutanan dan Perburuan, dan (5) Subsektor Perikanan.

D. Tujuan Penelitian

Atas dasar latar belakang dan permasalahan seperti dikemukakan diatas, maka penelitian ini dimaksudkan :


(32)

1. Mengetahui perubahan yang terjadi pada sektor – sektor perekonomian dalam enam tahun antara 2004 – 2009.

2. Untuk mengetahui subsektor yang menjadi sektor potensial dan penunjang dalam struktur perekonomian di Provinsi Lampung.

3. Mengetahui subsektor pertanian manakah yang paling potensial untuk dikembangkan dan dimajukan di Provinsi Lampung.

4. Mengetahui subsektor – subsektor potensial yang dapat lebih dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :

1. Mengevaluasi arah kebijakan ekonomi pemerintah daerah, terutama dalam rangka perencanaan makro regional dalam menghadapi era otonomi daerah, khususnya di Provinsi Lampung.

2. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi para pemerintah daerah untuk penetapan kebijakan yang akan datang yang akan berkaitan dengan pembangunan regional.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan – Landasan Teori. 1. Teori Pertumbuhan Ekonomi.

Dalam Teori Klasik Adam Smith dalam Purwaningsih (2009:24) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah akan memperluas pangsa pasar, dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Lebih lanjut, spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumber daya termanfaatkan.

Sementara itu David Ricardo dalam Purwaningsih (2009:24), mengemukakan pandangan yang berbeda dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah penduduk rendah dan sumber daya alam yang relatif melimpah.

Keynes melihat pertumbuhan dalam kondisi jangka pendek dan menyatakan bahwa pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dari suatu negara. Semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan, semakin besar pendapatan Nasional yang diperoleh, demikian juga sebaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif ditentukan


(34)

pada titik saat harga permintaan agregat sama dengan harga penawaran agregat. Keynes juga menyatakan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta pengawasan secara langsung.

Teori Harrod Domar dalam Purwaningsih (2009:24) muncul untuk melengkapi Teori Keynes, yang melihat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Harrod Domar menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap, dimana seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar, hanya dapat dicapai jika memenuhi syarat-syarat keseimbangan yaitu g = k = n, dimana g adalah tingkat pertumbuhan output (growth), k adalah tingkat pertumbuhan modal (capital), dan n adalah tingkat pertumbuhan angkatan kerja (Priyarsono, et al, 2007).

Proses pertumbuhan ekonomi menurut Schumpeter adalah proses peningkatan dan penurunan kegiatan ekonomi yang berjalan secara siklikal. Pembaruan-pembaruan yang dilakukan oleh para pengusaha berperan dalam peningkatan kegiatan ekonomi. Dalam proses siklikal tersebut, tingkat keseimbangan yang baru akan selalu berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat keseimbangan sebelumnya. Menurut Adam Smith dalam Boediono (1982) yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan output (Gross National Product) total dan pertumbuhan penduduk. Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok yaitu sumber daya alam yang tersedia (faktor produksi tanah), sumber daya manusiawi (jumlah penduduk) dan stok barang kapital yang ada.


(35)

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Menurut Robinson Tarigan (2010:46) pertumbuhan ekonomi daerah didefinisikan sebagai:

“ Pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah tersebut “.

Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambahan dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.

Terdapat beberapa teori pertumbuhan ekonomi daerah/wilayah sebagai berikut:

a. Teori Ekonomi Klasik

Sukirno (2006:244), mengemukakan bahwa Adam Smith ternyata bukan saja pelopor ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang pertama kali mengemukakan kebijakan laissez faire, tetapi juga merupakan orang pertama yang membahas pertumbuhan ekonomi secara sistematis. Inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan yang seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi yang terbaik untuk dilakukan.


(36)

Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptaka efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stationer. Sementara peranan pemerintah adalah menjamin keamanan dan ketertiban serta memberi kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi.

John Maynard Keynes mengoreksi pandangan Smith dengan mangatakan bahwa pertumbuhan dalam kondisi jangka pendek dan pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dari suatu negara, semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan, semakin besar pendapatan Nasional yang diperoleh, demikian juga sebaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif.

Permintaan efektif ditentukan pada saat titik harga permintaan agregat sama dengan penawaran agregat. Keynes juga menyatakan untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan moneter, dan pengawasan langsung.

Sementara proses pertumbuhan ekonomi menurut Schumpeter adalah proses peningkatan dan penurunan kegiatan ekonomi yang berjalan secara siklikal. Pembaruan-pembaruan yang dilakukan oleh pengusaha berperan dalam peningkatan kegiatan ekonomi.

Dalam proses siklikal tersebut, tingkat keseimbangan yang baru akan selalu berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat keseimbangan sebelumnya


(37)

b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari Amerika Serikat dan TW. Swan (1956) dari Australia. Menurut teori ini tingkat pertumbuhan berasal dari 3 sumber yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja dan peningkatan teknologi. Teori neo klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna perekonomian bisa tumbuh maksimal. Analisis lanjutan dari paham neo klasik menunjukkan bahwa terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat s (saving) yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali di wilayah itu. (Tarigan, 2007:52).

c. Teori Harrod-Domar dalam Sistem Regional

Teori ini dikembangkan hampir dalam waktu bersamaan oleh Roy F. Harrod (1984) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957), teori ini didasarkan atas asumsi:

1. Perekonomian bersifat tertutup

2. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan

3. Proses produksi memiliki koefesien yang tetap, serta

4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

Atas dasar asumsi-asumsi tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap


(38)

(seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :

Dimana : g = Growth (tingkat pertumbuhan output) k = Capital (tingkat pertumbuhan modal) n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Agar terjadi keseimbangan antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (rasio modal output). (Tarigan, 2007:49).

3. Teori Pembangunan daerah

Pembangunan daerah adalah bagian integral dari pembangunan Nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang andal dan profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta kemampuan untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat (Depdagri, 2009). Pembangunan daerah juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju tenteram dan sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat dan harga diri.


(39)

Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan Nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilakukan di daerah. Pembangunan sektoral disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahan. Tujuan pembangunan daerah hanya dapat dicapai apabila pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan suatu usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab (Sjafrizal, 2008).

Dengan pemahaman pembangunan daerah sebagai penjabaran dari pembangunan Nasional, kinerja pembangunan Nasional merupakan agregat dari kinerja pembangunan seluruh daerah. Pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan Nasional merupakan agregasi dari pencapaian semua provinsi, dan pencapaian tujuan pembangunan di tingkat provinsi merupakan agregasi pencapaian kabupaten/kota. Dengan demikian tanggung jawab untuk mencapai tujuan dan sasaran-sasaran dalam pembangunan Nasional menjadi kewajiban bersama antar pemerintah pusat dan daerah. Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan Nasional. Sinkronisasi kebijakan, program dan


(40)

kegiatan pembangunan sangat penting untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang terbatas.

4. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk domestik adalah semua barang dan jasa sebagai hasil dari penelitian -penelitian ekonomi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut. Yang dimaksud produk regional adalah produk domestik ditambah dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi pendapatan yang dibayarkan ke luar daerah/negeri tersebut. Jadi produk regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah (BPS Provinsi Lampung. 2009).

Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Unsur- unsur pokok dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut:

a. Output

Output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Jenis output ada 3 macam, yaitu:

1) Output utama, yaitu output yang menjadi tujuan utama produksi 2) Output sampingan, yaitu bukan menjadi tujuan utama produksi,


(41)

3) Output ikutan, yaitu output yang terjadi bersama-sama/tidak dapat dihindarkan dengan output utamanya.

b. Biaya Antara

Biaya antara adalah barang-barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan/habis dalam proses produksi. Barang-barang yang tahan lama umumnya lebih dari satu tahun, dan tidak habis dalam proses produksi tidak termasuk sebagai biaya antara.

c. Nilai Tambah

1) Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto merupakan selisih antara output dan biaya antara, dengan kata lain merupakan produk dari proses produksi. Produk ini terdiri atas:

a) Pendapatan faktor, yang terdiri atas: (1) Upah/gaji sebagai balas jasa pegawai

(2) Surplus usaha (sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan) b) Penyusutan barang modal tetap (turunnya nilai barang modal) c) Pajak tak langsung netto

Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak langsung dengan subsidi. (BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 3) Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Produk Domestik = NP - NBA Keterangan:


(42)

2) Nilai Tambah Netto

Apabila penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto akan diperoleh nilai tambah netto.

d. PDRB Menurut Lapangan Usaha

PDRB sektoral adalah jumlah seluruh nilai tambah bruto dari sektor/subsektor di suatu wilayah. Sektor/lapangan usaha ini terdiri dari:

1) Sektor Pertanian.

2) Sektor Pertambangan dan Penggalian. 3) Sektor Industri Pengolahan.

4) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. 5) Sektor Bangunan

6) Sektor Perdagangan.

7) Sektor Angkutan dan Perhubungan.

8) Sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan. 9) Sektor jasa-jasa.

Agregat – agregat PDRB disajikan dalam bentuk distribusi persentase, indeks perkembangan, indeks berantai, dan indeks harga implisit.

a. Distribusi Persentase

Besar masing-masing subsektor/sektor diperoleh dengan cara membagi nilai subsektor/sektor dengan nilai PDRB dikali 100 persen. Persentase ini mencerminkan besarnya peranan masing-masing


(43)

subsektor/sektor dalam perekonomian daerah, serta menunjukkan perekonomian daerah tersebut.

b. Indeks Perkembangan

Indeks perkembangan diperoleh dengan cara membagi nilai subsektor/sektor/PDRB pada tahun dasar, dikalikan dengan 100. Dengan indeks perkembangan pada tahun dasar sama dengan 100.

c. Indeks Berantai

Indeks berantai diperoleh dengan cara membagi nilai subsektor / sector / PDRB tahun berjalan dengan nilai subsektor / sektor / PDRB tahun sebelumnya, dikalikan 100 (tahun sebelumnya = 100). Angka indeks berantai PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan pertumbuhan ekonomi untuk tahun berjalan.

d. Indeks Harga Implisit

Indeks harga implisit diperoleh dengan cara membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan dikalikan 100.

a. Metode Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku dihitung melalui dua metode, yaitu metode langsung dan metode tak langsung.

Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan 3 macam pendekatan.


(44)

Yaitu dengan menghitung nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. Pendekatan ini biasa juga disebut dengan pendekatan nilai tambah.

2) Pendekatan Pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi, yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung netto.

3) Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa.

Metode tidak langsung adalah dengan menghitung pendapatan regional Kabupaten dengan cara mengalokir pendapatan angka pendapatan regional Provinsi untuk tiap-tiap kabupaten dengan menggunakan alokator nilai produksi bruto, jumlah produksi, tenaga kerja dan penduduk.

b. Metode Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat juga mencerminkan kuantum produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas dasar harga pada tahun dasar. dari segi metode statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan cara.


(45)

1) Revaluasi atas kuantum pada tahun berjalan dengan harga tahun dasar. Cara ini adalah mengalikan kuantum pada tahun berjalan dengan harga tahun dasar.

2) Ekstrapolasi atas nilai tahun dasar dengan suatu indeks kuantum. Cara ini adalah mengalikan nilai tahun dasar dengan suiatu indeks kuantum dibagi 100.

3) deflasi atas suatu nilai pada tahun berjalan dengan suatu indeks harga. Cara ini adalah membagi nilai tahun berjalan dengan suatu indeks harga dibagi 100.

Perkiraan Produk/pendapatan domestik atas dasar harga konstan dapat dilakukan pada PDRB menurut lapangan usaha dengan cara menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan untuk berbagai lapangan usaha. Nilai tambah bruto sektoral atas dasar harga konstan dihitung dengan cara menggunakan dua teknik, yaitu teknik indikator ganda dan teknik indikator tunggal. Pada teknik indikator ganda perkiraan atas dasar harga konstan untuk masing-masing nilai produksi dan biaya antara dilakukan secara terpisah. Perhitungan atas dasar harga konstan bagi masing-masing nilai produksi dan biaya antara dapat dilakukan dengan cara revalusi, cara ekstrapolasi, dan cara deflasi. Setelah perkiraan atas dasar harga konstan diperoleh, maka nilai output atas dasar harga konstan akan menghasilkan nilai tambah atas dasar harga konstan, atau dengan rumus :


(46)

NTBk = NPk - NBAk

(Sumber : BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 15) dimana;

NTBk = nilai tambah bruto atas dasar harga konstan

NPk = nilai produksi atas dasar harga konstan

NBAk = nilai biaya antara atas dasar harga konstan

Pada teknik indikator tunggal, maka perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh secara langsung dengan cara menggunakan metode deflasi dan metode ekstrapolasi. Dengan metode deflasi, nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah bruto tahun yang berjalan dengan indeks harga pada masing-masing tahun dibagi 100.

(Sumber : BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 16) dimana;

NTBT.k = nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun

NTBT.b = nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun t

IHT = indeks harga tahun t

Dengan metode ekstrapolasi, nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah bruto pada tahun dasar dengan indeks kuantum masing-masing tahun dibagi 100


(47)

dimana;

NTB0 = nilai tambah bruto tahun dasar

IKT = indeks kuantum tahun t c. Kegunaan Data PDRB

Data PDRB dapat digunakan untuk mengetahui berbagai kebutuhan, antara lain.

1. Pertumbuhan ekonomi baik regional maupun sektoral Untuk menghitung rata-rata laju pertumbuhan PDRB dalam suatu periode dapat dipakai rumus :

(Sumber : BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 20) Dimana ;

g = Rata-rata laju pertumbuhan Yit = PDRB tahun ke-t

Yi.t-1 = PDRB tahun sebelumnya

N = Jumlah tahun dalam satu periode

2. Tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah Tinggi rendahnya tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah biasanya diukur dengan besar kecilnya angka pendapatan perkapita yang diperoleh dari pembagian antara pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.


(48)

3. Perubahan harga barang secara keseluruhan Perbandingan antara atas harga berlaku dan atas harga konstan merupakan angka indeks implisit yang dapat digunakan untuk mengetahui 4. adanya perubahan harga barang dan jasa. secara sederhana

indeks implisit dapat dihitung dengan rumus :

(BPS Provinsi Lampung. 2009. Hal 21) dimana :

It = indeks implisit

Xit = PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun ke-t

Yit = PDRB atas dasar harga konstan pada tahun ke-t 5. Konsep dan Definisi Subsektor Pertanian

Sektor pertanian adalah salah satu lapangan usaha yang melakukan kegiatan sebgai berikut:

1. Mengusahakan tanaman padi dan palawija 2. Mengusahakan tanaman hortikultura 3. mengusahakan tanaman perkebunan 4. Mengusahakan tanaman kehutanan 5. Mengusahakan ternak/unggas

6. membudidayakan ikan/biota lain di air tawar

7. Membudidayakan ikan/biota lain ditambak air payau 8. Mengusahakan penangkaran satwa liar


(49)

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik dalam pembentukan PDB maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian terdiri dari dari :

1. Subsektor Tanaman Bahan Makanan

Subsektor tanaman bahan makanan adalah suatu sektor pertanian yang kegiatannya menanam padi/palawija, dengan tujuan seluruh hasilnya untuk dikonsumsi sendiri maupun dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

2. Subsektor Tanaman Perkebunan

Usaha tanaman perkebunan adalah kegiatan yang menghasilkan produk tanaman perkebunan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

3. Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya

Usaha peternakan adalah kegiatan yang menghasilkan produk peternakan (melakukan pemeliharaan ternak/unggas) dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

4. Subsektor Kehutanan dan Perburuan

Usaha tanaman kehutanan adalah kegiatan yang menghasilkan produk tanaman kehutanan (kayu) dengan tujuan


(50)

sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

5. Subsektor Perikanan

Usaha perikanan adalah kegiatan pembenihan , pembesaran dan penangkapan ikan/biota dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

6. Model Basis Ekonomi

Menurut Sjafrizal (2008) dalam Purwaningsih (2009:29) penjelasan mengenai sektor basis dan non basis yaitu :

“Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif yang cukup tinggi, sehingga mampu mengekspor barang dan jasa ke luar batas-batas perekonomian wilayah yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis merupakan kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian wilayah tersebut. Sektor basis ini berfungsi sebagai sektor penunjang sektor basis atau service industri.”

Adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah akan meningkatkan proses produksi di sektor industri. Proses produksi di suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan bakunya, yang hasil output akhirnya diekspor akan menghasilkan


(51)

pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut.

Pengertian basis ekonomi di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan dinamis, maksudnya pada tahun tertentu mungkin saja sektor basis tersebut bisa beralih ke sektor lain. Sektor basis bisa mengalami kemajuan atau kemunduran. Penyebab kemajuan sektor basis adalah perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, perkembangan teknologi, dan adanya perkembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab kemunduran sektor basis adalah adanya perubahan permintaan dari luar daerah dan kehabisan cadangan sumber daya.

Dalam model basis ekonomi dinyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah keuntungan kompetitif yang berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Berdasarkan teori ini perekonomian suatu wilayah dibagi menjadi dua yaitu sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif yang cukup tinggi, sehingga mampu mengekspor barang dan jasa ke luar batas-batas perekonomian wilayah yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis merupakan kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian wilayah tersebut. Sektor non basis ini berfungsi sebagai sektor penunjang sektor basis atau service indusrtries (Sjafrizal, 2008).


(52)

Adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah akan meningkatkan proses produksi di sektor industri. Proses produksi di suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan bakunya, yang hasil output akhirnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut.

Pengertian basis ekonomi di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan dinamis, maksudnya pada tahun tertentu mungkin saja sektor basis tersebut bisa beralih ke sektor lain. Sektor basis bisa mengalami kemajuan atau kemunduran.

a. Location Quotient (LQ)

Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sectors).(rachmat

Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

1. Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan.

2. Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri.

Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang barang dan jasa-jasa untuk


(53)

pasar di daerah maupun diluar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru.

Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan akan sektor non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada sektor yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari kenaikan sektor basis.

b. Analisis Shift Share (SS)

Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingnkan dengan perekonomian Nasional. Tujuan analisis ini sendiri adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkanya dengan daerah yang lebih besar (region/Nasional).

Analisis SS, memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yitu:

• Pertambahan Ekonomi daerah diukur dengan cara

menganalisis perubahan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.


(54)

• Pergeseran Proposional merupakan perbedaan antara

pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan Nasional sektoral dan pertumbahan daerah dengan menggunakan pertumbuhan Nasional. Daerah dapat tumbuh lebih cepat/lebih lambat dari rata-rata Nasional jika mempunyai sektor atau industri yang tumbuh lebih cepat/lambat dari Nasional. Dengan demikian, perbedaan laju pertumbuhan dengan Nasional disebabkan oleh komposisi sektor yang berbeda.

• Pergeseran Diferensial, digunakan untuk menentukan seberapa

jauh daya asing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.

B. Penelitian Terdahulu

Di samping pembahasan teori-teori, pengkajian terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan. Pengkajian atas hasil-hasil terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Selain itu juga memberikan pemahaman mengenai posisi peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu.

1. Tresno Sumbodo (2005) dalam jurnal “ Peranan Sektor Pertanian Dalam Struktur Perekonomian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” yang menjelaskan bahwa hasil Location Quotient dari Kota Yogyakarta


(55)

khususnya Kabupaten Bantul memiliki empat sektor yang menjadi basis yaitu sektor pertanian, Industri dan Pengolahan, Bangunan, dan Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Hal ini menunjukkan bahwa keempat sektor tersebut sangat berperan dalam perekonomian di Kabupaten Bantul dan layak mendapat prioritas sebagai sektor unggulan. Nilai LQ berdasarkan indikator penyerapan tenaga kerja, menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya menjadi sektor basis di kulonprogo. Hal ini berarti sektor pertanian layak mendapat prioritas dalam pembangunan di kulonprogo karena di satu sisi mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah lebih besar dibandingkan sektor lain dan pada sisi lain kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi dari daerah tersebut. Untuk Bantul dan Sleman, berdasarkan indikator penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah lebih besar dari sektor lain dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor pertanian harus dipenuhi dari luar daerah. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perkembangan perekonomian Provinsi DIY. Sektor in memiliki kontibusi terbesar kedua setelah sektor jasa. Kontribusi cukup besar dari produksi tanaman pangan yang mencapai 10,87 persen terhadap PDRB tahun 2002. Sektor pertanian di Bantul dan Kulonprogo merupakan sektor basis dengan nilai LQ pertanian masing – masing diatas 1,21 (Bantul) dan 1,71 (kulonprogo). Hal ini menggambarkan bahwa sektor pertanian mampu memenuhi kebutuhan dalam daerahnya dan bahkan mampu mengekspor keluar daerah. Di daerah Sleman LQ berkisar di 0,7 sampai


(56)

0,9 selama periode 1993 – 2002, menunjukkan bahwa sektor pertanian di Sleman masih belum bisa memenuhi kebutuhan daerahnya dan bahkan harus mengimpor dari luar daerah.

2. Wali I. Mondal (2009), menganalisis mengenai “ An Analysis of The Industrial Development Potential of Malaysia: A Shift-Share Approach “. Melalui pendekatan shift share penelitian ini mencari mix industri yang dapat dikembangkan dan berpotensi dalam memajukan pembangunan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa PDB menurut lapangan usaha periode 2001-2005 yang mencakup 11 sektor ekonomi di Malaysia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa malaysia mempunyai sektor basis di wilayah Klantan, Terengannu, Pahong dan Johar Utara dimana ke empat wilayah tersebut mempunyai mix industri yang unik dibandingkan wilayah lainya di Malaysia, hal tersebut didukung dengan sumberdaya alam yang berlimpah. Pada Semenanjung Malaysia kaya akan sektor pertanian dan sektor perikanan, selain itu konstribusi sektor pariwisata memiliki peranan penting dalam perekonomian Malaysia.

3. Rininta Putri Purwantina (2009) dalam skripsinya yang berjudul “analisis perekonomian kota depok periode 2003 – 2007 (analisis Shift Share dan LQ) menjelaskan Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dengan mengukur tingkat perubahan sektor-sektor ekonomi


(57)

wilayah tersebut melalui Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing wilayah. Perkembangan pembangunan perekonomian daerah tergantung dari kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki masing-masing daerah untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi digunakan analisis Shift Share dan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan digunakan analisis Location Quotient (LQ).

Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 periode 2003-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kontribusi PDRB terbesar adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp 2.188.502,81 juta pada tahun 2007. Sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian (karena ketidaktersediaan data) dan sektor pertanian sebesar Rp 161.095,98 juta pada tahun 2007. Sektor yang mengalami laju pertumbuhan tercepat adalah sektor memiliki laju pertumbuhan yang terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian (karena ketidaktersediaan data) dan sektor pertanian sebesar 5,24 persen.

Daya saing sektor-sektor perekonomian Kota Depok pada umumnya masih kurang baik jika dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian di wilayah lain di Provinsi Jawa Barat, kecuali sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor unggulan Kota Depok adalah sektor listrik, gas dan air minum; sektor bangunan atau konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan


(58)

komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Kelompok sektor progresif Kota Depok terdiri atas sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Regulasi yang diterapkan Pemerintah Kota Depok pada tiap sektor perekonomian mendukung pelaksanaan pembangunan Kota Depok ke arah perekonomian modern yang lebih fokus pada sektor tersier dengan dukungan sektor sekunder.

Untuk lebih dapat memajukan perekonomian Kota Depok, hendaknya Pemerintah Kota Depok memberikan perhatian yang lebih pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang sangat potensial untuk dikembangkan di Kota Depok melalui pemberian izin yang selektif, pemberian bantuan permodalan bagi UMKM dan perbaikan infrastruktur pasar tradisional dengan dukungan dan implementasi regulasi yang lebih nyata di lapangan sebagai upaya untuk lebih memajukan perekonomian Kota Depok. Perlu Penetapan peraturan daerah Pemerintah Kota Depok yang dapat disosialisasikan, dilaksanakan dan tidak bertentangan dengan kepentingan para pelaku ekonomi di dalamnya.

4. Dini Sapta Wulan Fatmasari (2007) Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode Location Quotient, sektor yang memiliki indeks LQ lebih besar dari satu dan merupakan sektor basis konomi adalah sektor industri pengolahan dengan LQ rata-rata sebesar 1,06 %, kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan LQ rata-rata sebesar 1,43 %, serta


(59)

sektor Angkutan dan Komunikasi dengan LQ rata-rata sebesar 1,59 %. Hasil metode analisis Shift Share menggunakan komponen pertumbuhan differential (Dj) menunjukkan terdapat 4 sektor dengan rata-rata Dj positif, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai rata-rata Dj sebesar 6277,27; sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai rata-rata sebesar 47076,89; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai rata-rata sebesar 54818,93; sektor jasa-jasa dengan nilai rata-rata sebesar 1835,37, hal tersebut mengindikasikan bahwa ke-4 sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor ekonomi yang sama dengan Provinsi Banten sehingga ke-4 sektor tersebut memiliki daya saing tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kota Lampung, sedangkan komponen pertumbuhan proportional (Pj) menunjukkan bahwa terdapat 4 sektor yang memiliki nilai rata-rata positif yaitu sektor listrik, gas dan air minum, sektor angkutan dan komunikasi, sektor bangunan dan konstruksi serta sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, hal ini berarti Kota Lampung berspesialisasi pada sektor yang sama dengan sektor yang tumbuh cepat di perekonomian Banten.

Pengembangan sektor industri sebagai sektor basis disarankan kepada terciptanya industri yang memanfaatkan bahan baku lokal, efisien dan berdaya saing, dan diarahkan pada berkembangnya industri hulu-hilir, serta peningkatan produk yang berkualitas dan ekonomis. Pengembangan ketiga sektor unggulan yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor angkutan dan komunikasi


(60)

tanpa mengabaikan pengembangan sektor yang juga memiliki potensi untuk dikembangkan seperti sektor bank dan lembaga keuangan lainnya serta sektor jasa-jasa diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Lampung.

5. Fahrurrazy (2009), menganalisis mengenai “ Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB “. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 1993-2007. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Klassen Tipology, analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.

Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan sektor pertanian. Sub sektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan sebagai sub sektor unggulan, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dan sub sektor perikanan.

6. Ropingi dan Agustuno (2004), dalam jurnal “ Aplikasi Analisis Shift Share Eteban-Marquillas Pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali”.


(61)

Jurnal ini berisi Efek alokasi adalah komponen dalam shift share yang menunjukkan apakah suatu daerah terspesialisasi dengan sektor perekonomian yang ada dimana akan diperoleh keunggulan kompetitif. Semakin besar nilai efek alokasi semakin baik pendapatan atau kesempatan kerja didistribusikan diantara sektor perekonomian dengan keunggulan masing-masing Berdasarkan efek alokasi tersebut terlihat bahwa sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali mempunyai alokasi PDRB yang baik untuk setiap sektor perekonomian yang ada. Hal ini bisa dilihat dari nilai total efek alokasi yang bernilai positif yang berarti semakin baik PDRB didistribusikan di antara sektor-sektor yang berbeda sesuai dengan elebihan masing-masing sektor tersebut. Dilihat dari distribusi per sektor ternyata sektor industri pengolahan mendapatkan keuntungan yang paling tinggi yaitu sebesar Rp 12925941.97 ribu disusul sektor penggalian dan pertambangan sebesar Rp 1916219.28 ribu, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 1679104.66 ribu dan sektor pertanian sebesar Rp 1404329.40 ribu. Ternyata sektor petanian di Kabupaten Boyolali berdarkan nilai efek alokasi yang positif berarti sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai potensi sebagai penyumbang pendpatan daerah Kabupaten Boyolali. Spesialisasi sektor pertanian yang terjadi di Kabupaten Boyolali ini disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah daerah yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor prioritas/unggulan untuk menopang pembangunan wilayah bersangkutan. Hal ini diperkuat dengan relatif masih tingginya kontribusi


(62)

sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Boyolali selama lima tahun terakhir dengan rata-rata 32.10 persen.

7. Abdul Mukti dan Abdullah Dja’far (2009)dengan judul “ Studi Potensi Ekonomi Wilayah Kota Waringin Timur Peride 2003-2006 “. Dalam penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan di Sampit sebagai ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur, dengan menggunakan alat analisis shif share untuk mendeskripsikan laju pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Kotawaringin Timur serta metode Location Quotient (LQ) untuk menemukan sektor yang paling besar konstribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa selama periode penelitian mengalami kenaikan dengan nasional share semua sektor positif sehingga adanya konstribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Kalimantan Tengah dan proposional shift menunjukan terdapat 5 sektor yang yang mempunyai konstribusi positif terhadap provinsi namun tidak unggul sedangkan 4 sektor lainya mempunyai perkembangan pendapatan lebih kecil dibandingkan pendapatan regional provinsi, untuk nilai differnsial sektor pertanian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih lebih unggul dari pada rata-rata provinsi Kalimantan Tengah. Sementara sektor yang mempunyai konstribusi paling besar atau yang menjadi leading sector adalah sektor pertanian; perdagangan; hotel dan restoran serta industri pengolahan. Komoditas unggulan Kabupaten Kotawaringin Timur yaitu sektor pertanian. yang dimiliki oleh Kecamatan Parenggean


(1)

Lampiran IX

(P + D )J Provinsi Lampung

Y

Yjt (pdrb tot Lamp

Akhir)

Yt (PDB Tot Akhir)

Yo (PDB Tot Awal)

Yjo (pdrb tot Lamp

awal) (P + D)j

2004-2005 12.113,87 253.883,00 247.164,00 11.646,10 151,18 2005-2006 12.976,90 262.403,00 253.883,00 12.113,87 456,50 2006-2007 13.672,65 271.520,00 262.403,00 12.976,90 244,88 2007-2008 14.430,86 284.337,00 271.520,00 13.672,65 112,80 2008-2009 14.872,66 296.372,00 284.337,00 14.430,86 -169,01


(2)

Lampiran X

KOMPONEN DIFFERENTIAL SHIFT

KOMPONEN DIFFERENTIAL SHIFT (Dj) Provinsi Lampung

Y (P+D)j Pj Dj

2004-2005 151,18 23,72 127,46

2005-2006 456,5 42,01 414,49

2006-2007 244,88 39,92 204,96

2007-2008 112,8 22,09 90,71

2008-2009 -169,01 -6,85 -162,16

Total 796,35 120,89 675,46

2004-2005

SEKTOR

Yijt LMP

sektor 2005 Yit Yio Yijo 2004 Dj

tanaman Pangan 5.858,09 125.802 122.612 5.611,78 100,3080883 Perkebunan 2.835,87 39.811 38.849 2.740,98 27,01046723 Peternakan dan

Hasilnya 1.521,10 32.347 31.673 1.503,88 -14,78496313 Kehutanan dan

Perburuannya 156,03 17.177 17.434 145,48 12,69132338 Perikanan 1.742,80 38.746 36.596 1.643,98 2,231669549

Total 12.113,87 253.883,00 247.164,00 11.646,10 127,46

2005-2006

SEKTOR

Yijt LMP

sektor 2006 Yit Yio Yijo 2005 DJ

tanaman Pangan 6.046,40 129.549 125.802 5.858,09 13,82894961 Perkebunan 2.998,96 41.318 39.811 2.835,87 55,74240354 Peternakan dan

Hasilnya 1.671,76 33.430 32.347 1.521,10 99,74170145 Kehutanan dan

Perburuannya 164,55 16.687 17.177 156,03 12,97183178 Perikanan 2.095,23 41.419 38.746 1.742,80 232,2056944


(3)

2006-2007

SEKTOR

Yijt LMP

sektor 2007 Yit Yio Yijo 2006 DJ

tanaman Pangan 6.384,17 133.889 129.549 6.046,40 135,2172695 Perkebunan 3.149,02 43.199 41.318 2.998,96 13,53617311 Peternakan dan

Hasilnya 1.730,39 34.221 33.430 1.671,76 19,06670369 Kehutanan dan

Perburuannya 156,22 16.548 16.687 164,55 -6,95963414 Perikanan 2.252,85 43.663 41.419 2.095,23 44,10053333

Total 13.672,65 271.520,00 262.403,00 12.976,90 204,96

2007-2008 SEKTOR

Yijt LMP

sektor 2008 Yit Yio Yijo 2007 DJ

tanaman Pangan

6.755,15 141.800 133.889 6.384,17

-6,237245027 Perkebunan 3.322,17 44.792 43.199 3.149,02 57,02527756 Peternakan dan

Hasilnya 1.802,95 35.553 34.221 1.730,39 5,207462497 Kehutanan dan

Perburuannya 163,65 16.439 16.548 156,22 8,462524132 Perikanan 2.386,93 45.753 43.663 2.252,85 26,24853025

Total 14.430,86 284.337,00 271.520,00 13.672,65 90,71

2008-2009

SEKTOR

Yijt LMP

sektor 2009 Yit Yio Yijo 2008 DJ

tanaman Pangan

6.945,22 148.692 141.800 6.755,15

-138,2562186 Perkebunan 3.423,11 45.887 44.792 3.322,17 19,72817441 Peternakan dan

Hasilnya 1.923,41 36.745 35.553 1.802,95 60,01866002 Kehutanan dan

Perburuannya 169,14 16.795 16.439 163,65 1,945332975 Perikanan 2.411,76 48.253 45.753 2.386,93 -105,595853


(4)

Lampiran XI

KOMPONEN PROPORTIONAL SHIFT

KOMPONEN PROPORTIONAL SHIFT (Pj) PROVINSI LAMPUNG 2004-2005

(Yit/Yio)-(Yt/Yo) Yijo PJ -0,00116735 5.611,78 -6,550908 -0,002421837 2.740,98 -6,638216 -0,005904425 1.503,88 -8,879534 -0,04192569 145,48 -6,099456 0,031565211 1.643,98 51,892628 2005-2006

(Yit/Yio)-(Yt/Yo) Yijo PJ

-0,003773865 5.858,09 -22,10762 0,004295094 2.835,87 12,180318 -7,80715E-05 1.521,10 -0,118754 -0,062085283 156,03 -9,687121 0,035429001 1.742,80 61,745543

2006-2007

(Yit/Yio)-(Yt/Yo) Yijo PJ

-0,00124343 6.046,40 -7,518271 0,010780685 2.998,96 32,330826 -0,011082885 1.671,76 -18,52797 -0,043074105 164,55 -7,08785

0,019433767 2.095,23 40,718288 2007-2008

(Yit/Yio)-(Yt/Yo) Yijo PJ

0,011881632 6.384,17 75,854402 -0,010328772 3.149,02 -32,52553 -0,008281158 1.730,39 -14,32961 -0,053791525 156,22 -8,403302 0,000661989 2.252,85 1,4913619


(5)

2008-2009

(Yit/Yio)-(Yt/Yo) Yijo PJ

0,006277132 6.755,15 42,40299 -0,017880205 3.322,17 -59,4011 -0,008799125 1.802,95 -15,8644

-0,020670717 163,65 -3,38283


(6)

Lampiran XII

CHECKING PERHITUNGAN SHIFT SHARE

Total Pertambahan PDRB (Gj) = National Share (Nj) + Proporsional Shift (Pj) + Differential Shift (Dj. Maka, hal ini akan sama dengan nilai rata-ratanya, sehingga Nilai rata-rata Gj = Nilai Rata-rata Nj + Nilai Rata-rata Pj + Nilai Rata-rata Dj

PROVINSI LAMPUNG

Y Gj Nj Pj Dj Nj+Pj+Dj

2004-2005 467,77 316,59 23,72 127,46 467,77

2005-2006 863,03 406,53 42,01 414,49 863,03

2006-2007 695,75 450,87 39,92 204,96 695,75

2007-2008 758,21 645,41 22,09 90,71 758,21

2008-2009 441,80 610,81 -6,85 -162,16 441,80

Total 3226,56 2430,21 120,89 675,46 3226,56

Rata - Rata

Sektor Gj Nj Pj Dj Nj+Pj+Dj

tanaman Pangan 1333,45 1146,51 82,08 104,86 1333,45

Perkebunan 682,13 563,14 -54,05 173,04 682,13

Peternakan dan Hasilnya 419,54 308,01 -57,72 169,25 419,54 Kehutanan dan Perburuannya 23,66 29,21 -34,66 29,11 23,66

Perikanan 767,78 383,35 185,24 199,19 767,78