Matriks SWOT Identifikasi Faktor Eksternal Peluang dan Ancaman 1. Faktor Peluang

dan perpolitikan yang berkembang kurang mendukung untuk terciptanya usaha tersebut. Oleh karena itu kebijakan-kebijakan yang telah dibuat untuk pengembangan agroinustri harus diaplikasikan dengan sebaik-baiknya, karena menurut Hubeis 2011 kebijakan pemerintah yang berupa undang-undang baik di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten yang akan menentukan beroperasinya suatu perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memfasilitasi dan membangun kemitraan antara UKM-UKM yang ada dengan industri-industri yang lebih besar serta antara industri hulu pertanian dengan industri hilir proses pengolahan. Tanpa adanya keterpaduan tersebut perkembangan usaha agroindustri ini akan sulit untuk dicapai. 4.7. Perumusan Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret di Kabupaten Sambas.

4.7.1. Matriks SWOT

Alat yang biasa digunakan dalam merumuskan alternatif strategi untuk merumuskan suatu kebijakan atau program adalah dengan matriks SWOT. Matriks ini akan menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang ada dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks SWOT ini dapat menghasilkan empat macam kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T dan strategi W-T. Hasil analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 26. Strategi yang bisa dilakukan dalam pengembangan produk sebutret di kabupaten Sambas dalam upaya untuk memaksimalkan kekuatan dan memanfaatkan peluang serta meminimalkan kelemahan dan megatasi ancaman yang ada adalah sebagai berikut: 1. Strategi S-O Strategi ini dibuat untuk memanfaatkan semua kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang ada dengan sebesar-besarnya, yaitu: a. Memanfaatkan teknologi pengolahan sebutret untuk meningkatkan nilai tambah pada komoditas karet dan kelapa. S1,S3,O1,O2,O3,O6. Adanya teknologi pengolahan sebutret merupakan suatu jalan yang sangat baik untuk meningkatkan nilai tambah value added pada komoditas karet dan kelapa. Karena dengan adanya teknologi tersebut sabut kelapa yang selama ini dianggap limbah akan dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai jual. b. Memanfaatkan peluang pasar dengan menciptakan produk sebutret yang bervariasi dan bermutu yang disesuaikan dengan selera konsumen. S1,S2,S5,O1,O2,O3,O4,O5.O6. Kemampuan suatu usaha sangat penting untuk melihat tren yang sedang berkembang di masyarakatkonsumen, yaitu mengenai produk apa yang diminati konsumen dan produk apa yang mulai ditinggalkan oleh konsumen. Oleh karena itu, pengembangan variasi produk-produk baru sangat penting untuk dilakukan dalam upaya peningkatan usaha, baik dari pengusaha maupun dari tenaga kerja untuk melihat peluang dengan adanya variasi produk, sehingga ada proses timbal balik antara tenaga kerja dengan pengusaha sebutret, hubungan baik yang terbina akan memperlancar proses produksi dan pemasaran hasil produk sebutret. 2. Strategi S-T Strategi ini adalah untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada seperti: a. Meningkatkan konsistensi dalam penerapan kebijakan tentang pembangunan industri khususnya untuk pengembangan agroindustri sebutret. S1,S2,S3,T3,T4,T5,T9. Kebijakan-kebijakan tentang pengembangan agroindustri yang ada saat ini dirasakan masih banyak kekurangannya. Salah satu contoh kebijakan yang ada sekarang ini adalah kebijakan tentang program Kawasan Industri Semparuk KIS yang berlokasi di kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas belum berjalan sebagaimana perencanaannya, dimana tujuan dari program tersebut adalah menjadikan kabupaten Sambas menjadi kawasan yang berwawasan industri. Oleh karena itu masih diperlukan penyempurnaan terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah ada. Baik kebijakan mengenai sarana dan prasarana seperti lokasi yang akan dijadikan tempat pengembangan, penyediaan bahan baku disektor hulu sampai pada kebijakan- kebijakan disektor hilirnya. b. Meningkatkan kemitraan antara pemerintah daerah, akademisi, petani dan swasta melalui pengembangan agroindustri sebutret. S1,S3,S5,T1,T2,T5,T8. Kurangnya kemitraan antara pemerintah daerah, akademisi, petani dan swasta merupakan suatu hal sangat sulit untuk dilaksanakannya suatu kegiatan pengembangan agroindustri sebutret tanpa bersinerginya pilar-pilar tersebut dalam pengembangan usaha industri. Pilar-pilar tersebut adalah pemerintah daerah, yang merupakan pembuat kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan agroindustri, akademisi yang merupakan pencipta dari teknologi yang terbaru, masyarakat petani sebagai penyedia bahan baku dan pengusaha atau swasta sebagai pemilik modal. Oleh karena itu pemerintah, akademisi, masyarakat petani dan pengusahapemilik modal harus bersama- sama dalam memanfaatkan potensi dan sumber daya alam seperti karet dan kelapa yang ada dengan sebaik-baiknya untuk menghasilkan produk sebutret yang berkualitas sehingga mampu bersaing di pasaran. Adanya kemitraan tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan produk unggulan dibidang agroindustri, meningkatkan kemampuan masyarakat petani yang berbasis teknologi tepat guna. Agar semua kekuatan dan peluang yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Sehingga tujuan utama dari pembangunan yang berupa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. 3. Strategi W–O Strategi ini merupakan strategi yang digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan sebesar-besarnya untuk meminimalkan kelamahan- kelamahan yang ada, seperti: a. Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penyerapan teknologi dan informasi tentang pengolahan dan pasar sebutret. W2,W4,W5,W7,W9,O3,O4.O6. Masih banyaknya masyarakat yang berpendidikan lulusan Sekolah Dasar SD merupakan salah satu faktor penghambat dalam upaya penyerapan teknologi dan informasi. Olehkarena itu, untuk mengantisipasi hambatan tersebut salah satu upaya yang bisa dan dapat dilakukan adalah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan tentang pengoperasian teknologi dan informasi, selain dari pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun. Adanya program-program tersebut diharapkan dapat mengatasi kelemahan- kelemahan yang dimiliki untuk merebut semua peluang-peluang yang ada. b. Memperkuat pendanaan untuk pengembangan agroindustri sebutret dan peningkatan sarana dan prasarana pendukungnya. W3,W6,W8,O1,O2,O3,O6. Permodalan atau pendanaan menjadi salah satu poin yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam upaya pengembangan agroindustri. Karena dalam pengembangan agroindustri banyak faktor-faktor yang terlibat. Faktor-faktor tersebut, selain penganggaran mengenai pembangunan agroindustri itu sendiri juga mengenai sarana dan prasarana penunjang lainnya. Adapun sarana dan prasarana penunjang tersebut seperti infrastruktur jalan, jembatan, telekomunikasi, listrik dan air. Karena tanpa adanya dukungan dari elemen itu akan sangat mengganggu dalam pengadaan bahan baku dan proses pemasaran yang berakibat pada tingginya biaya yang akan dikeluarkan sehingga akan sangat berpengaruh pada harga produk. Olehkarena itu pemanfaatan terhadap alokasi anggaran yang telah ada harus dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya yang didasarkan pada skala prioritas untuk pembangunan. Walaupun dalam proses pengembangan tersebut tidak bisa dilakukan dalam satu waktu, paling tidak tahapan-tahapan untuk menuju kearah pengembangan tersebut dapat terlaksana dan terwujud dalam bentuk yang nyata. 4. Strategi W – T Strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelamahan dan menghindari ancaman yang ada, antara lain: a. Meningkatkan sosialisai dan promosi tentang teknologi pengolahan maupun hasil produk sebutret. W4,W6,W7,T2. Kegiatan sosialisasi dan promosi tentang teknologi dan produk sebutret harus semakin ditingkatkan. Hal tersebut dimaksudkan agar teknologi dan produk sebutret tidak hanya diketahui oleh masyarakat yang berpendidikan tinggi dan melek informasi saja, melainkan oleh semua lapisan masyarakat dari perkotaan sampai ke desa-desa. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, perlu meningkatkan sosialisasi teknologi dan produk dengan memanfaatkan media-media yang ada, misalnya melalui poster-poster, selebaran-selebaran dan gambar-gambar yang disebarkan dengan memanfaatkan institusi yang bersifat struktural pemerintah daerah maupun melalui radio-radio lokal. Hal ini dilakukan agar ancaman-ancaman dapat diminimalkan sehingga masyarakat tidak hanya terpaku pada produk-produk peralatan rumah tangga yang berbahan baku sintetis saja. b. Mengadakan kegiatan peremajaan dan perluasan lahan tanaman karet dan kelapa. W1,T3,T4,T5. Program-program yang berbasis pada perkebunan rakyat hendaknya semakin ditingkatkan, misalnya seperti program penanaman pohon karet dan kelapa yang bertujuan untuk melakukan upaya rehabilitasi kebun dan lahan secara terpadu dan terencana dengan melibatkan semua instansi pemerintah terkait, swasta dan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki sehingga peremajaan dan perluasan lahan perkebunan dapat dilakukan. Selain itu pelaksanaan program-program seperti ini diharapkan dapat meminimalkan ancaman yang ada seperti tingginya animo masyarakat dan investor untuk melakukan ekspansi perkebunan kelapa sawit, sehingga perkebunan dan hutan yang tersisa tidak hanya dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit melainkan untuk peremajaan dan perluasan lahan perkebunan karet dan kelapa. c. Meningkatan koordinasi antar lembaga yang terkait dalam fungsi dan tata guna lahan khususnya lahan karet dan kelapa serta penanggulangan hama tanaman. W1,T3,T4,T5.T7,T9. Koordinasi mengenai fungsi dan tata guna lahan dan penanggulangan hama tanaman yang dilakukan oleh instansi yang terkait sangat perlu untuk ditingkatkan. Hal tersebut dilakukan agar kelemahan yang dimiliki dapat di atasi dan berbagai ancaman dapat diminimalkan secepat mungkin. Contoh yang ada sekarang ini adalah kurangnya kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait seperti antar bidang dalam Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional BPN Kabupaten Sambas maupun dengan Badan Perencanaan Daerah berakibat pada tumpang-tindihnya lahan yang digunakan Tabel 26. Matriks SWOT IFE EFE Kekuatan Strenghts 1. Ketersediaan bahan baku yang banyak. 2. Tenaga kerja lokal cukup tersedia. 3. Karet dan kelapa merupakan komoditas andalan masyarakat sebagai sumber pendapatan. 4. Kondisi tanah yang cocok untuk budidaya tanaman karet dan kelapa. 5. Tersedianya pasar produk sebutret. Kelemahan Weakness 1. Skala usahatani yang dilakukan relatif kecil. 2. Tingkat pendidikan relatif rendah. 3. Sarana dan prasarana transportasi, listrik dan telekomunikasi yang kurang mendukung. 4. Penguasaan teknologi oleh petani masih rendah. 5. Belum adanya tenaga ahli tentang proses produksi pembuatan sebutret. 6. Produk masih belum dikenal oleh masyarakat. 7. Kurangnya akses terhadap informasi pasar. 8. Keterbatasan modal. 9. Daya saing rendah hanya sebatas lokal desa dan kecamatan. Peluang Opportunities 1. Meningkatkan pendapatan petani dan lapangan pekerjaan. 2. Masih belum adanya industri pengolahan sabut kelapa. 3. Adanya dukungan yang diberikan oleh pemda. 4. Perekonomian masyarakat yang semakin meningkat. 5. Jumlah penduduk yang semakin meningkat. 6. Teknologi pembuatan sebutret sudah ada. Strategi S – O 1. Memanfaatkan teknologi pengolahan sebutret untuk meningkatkan nilai tambah pada komoditas karet dan kelapa. S1,S3,O1,O2,O3,O6. 2. Memanfaatkan peluang pasar dengan menciptakan produk sebutret yang bervariasi dan bermutu yang disesuaikan dengan selera konsumen. S1,S2,S5,O1,O2,O3,O4,O5.O6. Strategi W – O 1. Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penyerapan teknologi dan informasi tentang pengolahan dan pasar sebutret. W2,W4,W5,W7,W9,O3,O4.O6. 2. Memperkuat pendanaan untuk pengembangan agroindustri sebutret dan peningkatan sarana dan prasarana pendukungnya. W3,W6,W8, O1,O2,O3,O6. Ancaman Threats 1. Ketidakpastian harga bahan baku ditingkat petani. 2. Pasar masih dikuasai oleh produk yang berbahan baku dari sintetis. 3. Pemerintah belum konsisten dalam mengaplikasikan kebijakan. 4. Ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit. 5. Politik dan keamanan. 6. Perubahan cuaca. 7. Hama tanaman. 8. Belum adanya kemitraan usaha yang kuat. 9. Kurangnya koordinasi dari instansi yang terkait. Strategi S – T 1. Meningkatkan konsistensi dalam penerapan kebijakan tentang pembangunan industri khususnya untuk pengembangan agroindustri sebutret. S1,S2,S3,T3,T4,T5,T9. 2. Meningkatkan kemitraan antara pemerintah daerah, akademisi, petani dan swasta melalui pengembangan agroindustri sebutret. S1,S3,S5,T1,T2,T5,T8. Strategi W – T 1. Meningkatkan sosialisai dan promosi tentang teknologi pengolahan maupun hasil produk sebutret. W4,W6,W7,T2. 2. Mengadakan kegiatan peremajaan dan perluasan lahan tanaman karet dan kelapa. W1,T3,T4,T5. 3. Meningkatan koordinasi antar lembaga yang terkait dalam fungsi dan tata guna khususnya lahan karet dan kelapa serta penanggulangan hama tanaman. W1,T3,T4,T5.T7,T9. untuk perkebunan kelapa sawit, perkebunan rakyat, program transmigrasi dan Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL. Kejadian ini terjadi terjadi di beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Sambas, diantaranya yang terjadi di kecamatan Galing, kecamatan Sajingan dan kecamatan Sajad. Karena sangat disayangkan, pada lahan yang sama dikeluarkannya izin pengolahan lahan untuk Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan perkebunan kelapa sawit. Selain itu, ada lahan yang sudah diperuntukan untuk berdirinya rumah-rumah untuk mendukung program transmigrasi jga diberikan izin untuk pengembanagn kelapa sawit sehingga terjadi penggusuran oleh perusahaan yang akan berinvestasi di kelapa sawit. Bahkan di kecamatan lain ada lahan pekebunan karet yang telah dikelola oleh masyarakat bertahun-tahun yang telah siap panen masuk ke dalam areal atau lokasi yang akan dijadikan untuk perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut tentu saja tidak akan terjadi jika adanya koordinasi antar elemen dan instansi yang terkait. Selain itu kurang akuratnya data yang dimiliki oleh Badan Pertanahan di Kabupaten Sambas, sehingga banyak tanah yang mempunyai kepemilikan yang ganda.

5.4.2. Analisis Matriks IFE Internal Factor Evaluation Matrix