8
Kawasan pesisir pantai Kelapa lima Kota Kupang, daerah sekitar hotel Aston.
M. Arch 11, UNWIRA - Kupang
Panorama sering digunakan dalam makna yang sama walaupun ada perbedaan diantara keduanya.
Ur a skyli e represe ts erti al pla proje tio of ur a for , that is, its two dimensional presentation 2D. Panorama represents three dimensional
prese tatio s D of ur a for , at hi g it fro a ele ated poi t D , Lukic, 2011
Gambar 1.1 Siluet garis langit kota New York Urban Skyline secara dua dimensional Sumber :
www.dreamstime.com
Gambar 1.2 Pemandangan kota Urban panorama New Yo rk se ara 3 Di e sio al atas dan ketika
dilihat dari keti ggia awah Sumber :
www.dreamstime.com
2.2 PROSES TERBENTUKNYA GARIS LANGIT KOTA
Garis Langit kota tidak begitu saja terjadi, melainkan ada sebuah proses perencanaan yang mengiringinya, terutama dari segi ekonomi dan politik. Proses
terbentuknya garis langit kota juga berkaitan erat dengan perkembangan arsitektur bangunan tinggi dan atau bangunan pencakar langit karena garis langit kota
merupakan penampilan siluet maupun pemandangan dari kumpulan bangunan tinggi da atau pe aka la git. Ditegaska oleh Li da Heath
, The environmental i pa t of tall uildi gsis sy
oli a d aestheti as ell as isual sehi gga The effe t of tall buildings is greatest in
elatio to the u a skyli e
9
Kawasan pesisir pantai Kelapa lima Kota Kupang, daerah sekitar hotel Aston.
M. Arch 11, UNWIRA - Kupang
Gambar 1.3 Kronologi perkembangan pencakar langit
Dilihat dari sejarahnya, pembangunan bangunan tinggi dan atau bangunan pencakar langit sudah dimulai sejak abad ke-19. Bangunan tinggi dan bangunan
pencakar langit pada masa itu sangat dipengaruhi oleh arsitektur Eropa, namun Amerika-lah pada empat dekade pertama di abad ke-20, banguna pencakar langit
tidak lagi menjadi sesuatu yang aneh dalam arsitektur komersil, melainkan menjadi lambang kejayaan sekaligus cerminan abad ke-20.
Davis 1989, arsitek bangunan tinggi dan bangunan pencakar langit pertama New York mengatakan bahwa pencakar langit di New York adalah sebuah visi baru
dan modernisme dan sebagai pintu gerbang menuju dunia baru. Bangunan –
bangunan tinggi kemudian menjadi citra kota New York setelah tahun 1900, dan lebih lanjut menjadi citra kota-kota Amerika yang menuju kedewasaan dalam
berarsitektur. Bangunan komersil terus berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi rangka baja dan lift, dua bentuk inovasi teknologi yang pada satu sisi memungkinkan pembangunan pencakar langit dan pada sisi lain menyebabkan
bangunan pencakar langit menjadi praktis dan dapat mempunyai ketinggian lebih tinggi Goldberger,1994:5
Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, muncul kebutuhan akan sistem transportasi massal yang baik di pertengahan tahun 1800-an. Kota-kota di Amerika
mulai melakukan inovasi dalam menggabungkan bangunan perkantoran yang merupakan bangunan pencakar langit dengan kereta listrik agar tetap dapat
terlihat baik secara keruangan dengan cara kereta listrik tersebut dioperasikan diatas ataukah dibawah tanah sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, pada
10
Kawasan pesisir pantai Kelapa lima Kota Kupang, daerah sekitar hotel Aston.
M. Arch 11, UNWIRA - Kupang
abad ke-20, masyarakat telah terbiasa dengan pemandangan garis langit kota yang memiliki banyak bangunan tinggi dan dilengkapi dengan infrastrukstur yang
canggih, seperti sistem transportasi massal. Selain itu, garis langit skyline kota diatur dalam peraturan tata kota dimana
dapat e ghasilka it a ak o se a a isual. y u a egulatio s e ould impact on its affirmation and desirable shape, could be summarized through four
fields, luki , . Kee pat atu a te se ut yaitu :
1 Aesthetic Visual Regulation
Elemen visual sangat dibutuhkan dalam perancangan kota karena perancangan perkotaan yang baik akan membuat kota menjadi lebih
berkarakter dan berkualitas sehingga mendapat penghargaan dari banyak orang. Lynch Stamps et al.2005 adalah perintis dari peraturan visual saat ini,
dia e gataka ah a : its should e lead y isual pla : se ies of e o
e datio s a d egulatio s… all i i o e of visual form in urban s ale . “e uah pe elitia e u juka ah a kei daha uka te letak pada
su yekti itas pe o a ga , elai ka ditegaska oleh La gdo , o a g
biasanya sependapat terhadap hal- hal ya g e ye a gka da ya g tidak
Goldberger, 1994-2000
2 Height Regulation
Peraturan tentang ketinggian dimulai dari kota-kota di Amerika dimana landmark atau monumen penting diatur agar tetap menjadi yang tertinggi di
se uah kota Washi gto is the atio s ho izo tal ity, tha ks to a unrepealed act of 1910 which set the maximum building height at 130 feet
.6 Koostof
: .
3 Regulation of view corridors Important Vistas
“kyli e of the ity ould e pe ei ed o ly y o se i g it f o a lo g distance long view which incorporates larger part of the city and neglects
details of spa e ele e ts. Ada tiga je is pe a da ga ga is la git kota, yaitu sepanjang jalan jika dilihat dari tempat kita berdiri. Pemandangan tepi air
11
Kawasan pesisir pantai Kelapa lima Kota Kupang, daerah sekitar hotel Aston.
M. Arch 11, UNWIRA - Kupang
sungai atau tepi laut dan yang terakhir dilihat dari ketinggian dari puncak gunung atau dari bangunan tinggi.
Untuk merencanakan sebuah perlakuan terhadap suatu jalur lalu lintas di perkotaan, ada sebuah teori mengenai pertimbangan jarak multiple
considerations di dalam perancangan kota. Teori ini dipakai untuk menentukan penempatan dan bentuk bangunan-bangunan yang berdekatan di
dalam perancangan ruas jalan. Contohnya untuk mendapatkan suatu jalur yang memiliki pemandangan lingkungan yang baik, penempatan bangunan tinggi
harus dikomposisikan secara bergantian di kiri dan kanan jalur dengan bangunan berketinggian rendah diantaranya, sehingga terhindar dari efek
di di g e e us ya g dapat e utupi pe andangan indah pada suatu jalur.
4 Choosing locations for positioning urban landmark
Menempatkan bangunan tinggi atau landmark kota yang menarik dapat berkontribusi terhadap citra buruk garis langit sebuah kota. Namun yang harus
diperhatikan adalah lokasi landmark tersebut harus dipilih dengan hati-hati sehingga layak. Kumpulan bangunan tinggi harus diletakan secara menarik dan
seimbang komposisinya. Dari keempat peraturan tersebut, apabila diterapkan dapat menghasilkan
garis langit kota yang sesuai dengan identitaskarakter kota dan diharapkan dapat memiliki daya tarik bagi orang yang melihatnya.
2.3 GARIS LANGIT KOTA SEBAGAI FUNGSI ESTETIKA