Keanekaragaman Binatang Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada Keadaan Curah Hujan yang Berbeda

RINGKASAN
NUR JANUAR ISNUGROHO (E 30. 0439). Keanekaragaman Binatang Tanah di Hutan
Pendidikan Gunung Walat pada Keadaan Curah Hujan yang Berbeda, dibawah bimbingan
Ir. Purwowidodo, MS.

Hutan Pendidikan Gunung Walat disamping memiliki nilai ekonomis, juga ~nempunyainilai
pendidikan yang strategis bagi masyarakat umum dan

mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB pada

khususnya, maka kelestarian sumber daya bayati yang terkandung di dalamnya sebagai ha1 yang sangat
penting untuk dipertahankan. Peristiwa alam El Nino yang terjadi pada tahun 1997 dengan intensitas
yang tergolong kuat telah menimbulkan kemarau panjang, dan terjadi pembahan pola curah hujan dari
tahun-tahun sebelumnya. Peristiwa ini berpengaruh terhadap kondisi lingkungan termasuk binatang
tanah di hutan sebagai bagian dari komponen keanekaragaman hayati (biodiversity) hutan. Binatang
tanah mempunyai peran yang cAxp besar dalam proses-proses pembentukan tanah dan mendukung
kesuburan tauah. Aktivitasnya d i p e n g a d oleh berbagai faktor antara lain iklim, tanah dan vegetasi.
(Ilakim el. al., 1986). Keberadaan binatang tanah juga memerlukan kondisi habitat yang kondusif.
Perubahan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap aktivitas dan kelangsungan hidupnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya pembahan keanekaragaman
binatang tanah pada beberapa macam penutupan lahan di Hutan Pendidikan Gunung Walat akibat adanya

pembahan iklim dan untuk mengetahui peringkat besamya pembahan keanekaragaman binatang tanah
antar macall1 penutupan Iahan.
Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan IPB, Kabupateu
Sukabumi, Perum Perhutani Unit 111 Jawa Barat

pada bulan Oktober 1999.

Plot-plot penelitian

ditempatkan pada : a) tegakan agathis, b) tegakan pinus, c) tegakan puspa dan e) lahan alang-alang.
Kegiatan pengamatan binatang tanah dilakuknan
Lubang berukuran 0,5 x 0,5 m

dengan cara menggali lubang dan menangkapnya.

sejumlah 15 buah untuk setiap ekosistem. Binatang tanah yang diteliti

adalall binatang yang ditemukan dan tertangkap di lapisan serasah, lapisan tanah 0 - 10 cm dan 10 - 20
cm.


Analisis keanckaragaman binatang tanah dilakukan berdasarkan nilai kekayaan jenis (indeks

Margallen, kelimpahan jenis (indeks Shannorz-Wefner) dan kenlerataan jenis (indeks Evenes) (Magwan
1988). Hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan hasil penelitian Laboratorium Pengaruh Hutan
Fakultas Kehutanan IPB pada bulan Oktober 1997 yang dilakukan oleh Ir. Purwowidodo, MS. dan
Ir. Noor Farikhah Haneda, MS.
Pada tahun 1996 curah hujan di wilayah Hutan Peudidikau Gunung Walat dan sekitamya adalah
3395 mm atau 283 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 178 atau rata-rata 15 hari hujanhulan. Pada
tahun 1997 curah hujan di wilayah HP Gunung Walat dan sekitamya tercatat 2132 mm atau 177,7
mmibulan dengan jumlah hari hujan 76 atau rata-rata 6,3 hari hujanhulan dan pada bulan Aystus Oktober 1997 tidak terjadi hujan atau curah hujan 0. Pada tahun 1998 curah hujan di wilayah tersebut
adalah 5339 mm atau rata-rata 444,9 d u l a n dan tahun 1999 tercatat 4948 mm atau rata-rata 412,3
mmibulan. Kelembaban udara rata-rata bulanan pada tahun 1996 (86,s %), pada tahun 1997 menurun

(83,X %) bahkan pada bulan Ays[us - Oktober kelembaban udara rata-ratanya sekitar 77 - 78 %, tahun
1998 (86,9 %) dan tahun 1999 (86,4 %).
Dalam penelitian tersebut ditemukan sebanyak 3 film, 6' kelas dan 71 jenis dan hasil penelitian
( 1997) ditemukan 3 f i l m 6kelas dan 60 jenis. Binatang tanah yang ditemukan terdiri dari : filum

Artluopoda, Annelida dan Molluska. F i l m Arthropods meliputi kelas Hexapoda (insekta), Araclmida
(laba-laba dan kalajengking), Myriapoda (kaki seribu dan kelabang), serta Crustacea (Isopoda). F i l m

Annelida yang ditemukan berasal dari Oligochaeta (cacing tanall), sedangkan film Molluska hanya dari
kelas Gastropods (siput).
Pada bulan Oktober 1997, nilai kekayaan jenis @mg) biatang tanah tertinggi di lahan alangalang dibandingkan dengan macam penutupan lahan lainnya, dengan urutan sebagai berikut : lahan
alang-alang ( Dmg = 7,lO) > tegakan pinus (Dmg = 5,47)

2

tegakan agathis (Dmg = 4,59) > tegakan

puspa (Dmg = 4,33). Kelimpahan jenisnya (H~)adalah :tegakan pinus (H' = 2,40) > lahan alang-alang
(H1= 1,92) > tegakan agathis (H' = 1,71) > tegakan puspa @
= 1,68).
I'
Tegakan pinus memiliki nilai
kemerataan jenis (E) yang lebih tinggi dengan u t a n sebagai berikut : tegakan pinus (E = 0,73) >
tegakan agathis (E = 0,53) lahan alang-alang (E = 0,52) > tegakan puspa (E = 0,5 1).
Pada bulan Oktober 1999, lahan alang-alang memiliki nilai kekayaan jenis (Dmg) binatang tanah
tertinggi ( Dmg = 7,61) > tegakan agathis @mg = 6,lX) > tegakan puspa (Dmg = 6,lO) > tegakan pinus
(Dmg = 5,85). K e l i p a h a n jenisnya (H') adalah : tegakan pinus (H' = 2,46) > lahan alang-alang (H' =
2,40)


> tegakan puspa @T = 2,27) > tegakan agathis (H'

=

1,94). Tegakan pinus memiliki nilai

kemerataan jenis (E) yang lebih tinggi dengan urutan sebagai berikut : tegakan pinus (E = 0,71) >
tegakan agathis (E = 0,53) > tegakan puspa (E = 0,64) > lahan alang-alang (E = 0,63).
Pada bulan Oktober 1999, menunjukan adanya pembahanan keanekaragaman binatang tanah di
setiap ekosistem penutupan lahan.

Peningkatan

nilai kekayaan jenis (Dmg) tertinggi terjadi pada

ekosistem tegakan puspa sebesar 1,77, kemudian b e m t - t u r u t tegakan agathis 1,53, lahan alang-slang
0,51 dan tegakan pinus 0,36. Besamya peningkatan nilai kelimpahannya (H') untuk tegakan puspa 0,59
> lahan alang-alang 0,48 > tegakan agathis 0,23 > tegakan pinus 0,06. Perubahan nilai kemerataan jenis
Q hanya terjadi pada tegakan puspa sebesar 0,13 dan lahan alang-alang sebesar O,11 sedangkan di


tegakan agathis dan pinus tidak terjadi perubahan.
Secara vertikal, distribusi binatang tanah menunjukkan nilai kekayaan yang berbeda pada setiap
lapisan. Namun pada dua musim yang berbeda tersebut (Bdan Oktober

1997 dan Oktober 1999)

memperlihatkan pola penyebaran yang sama, yaitu kekayaan jenis tertinggi terjadi pada lapisan serasah
(Dmg = 7,10 dan 10,92). Kemudian berkurang pada lapisan tanah 0 - 10 cm (Dmg = 4,45 dan 4,02)
serta lapisan I 0 - 20 cm (Dmg = 2,50 dan 1,47).
Nilai keliipahan jenis 01') di ketiga lapisan

pada

bulan Oktober

perbedaan. Nilai kelimpahan jenis pada lapisan serasah sebesar 1,92 ; lapisan 0

1997 menunjukkan


-

10 cul = 1,47 dan

lapisan 10 - 20 cm = 1,51. Pada musim bujan bulan Oktober 1999 terjadi pergeseran nilai kelimpahan,
dimana pada lapisan serasah nilai II' meningkat menjadi 2,29 , namun kelimpahan binatang tanali yang

ditemukan di dalam tanah mengalami p e n m a n , H' pada lapisan 0 - 10 cm

sebesar 1,33 dan H' pada

lapisan 10 - 20 cm sebesar 1,48.
Tingkat kemerataan jenis biiatang tanah antara lapisan serasah, lapisan tanah 0 - 10 cni dan 10

- 20 cm

memiliki nilai yang hampu sama. Data pada bulan Oktober 1997, nilai kemerataan jenis (E)

pada lapisan serasah = 0,52, lapisan 0 - 10 cm = 0,46 dan lapisan 10 - 20 cm = 0 47, kemudian bulan
Oktober 1999 untuk ketiga lapisan tersebut masing-masing sebesar 0,57, 0,41 dan 0,71.

Peningkatan keanekaragaman pada lapisan serasah telutama disebabkan karena ketersediaan
makanan yang lebih melimpah terutama jenis pemakan bahan organik, disamping itu jenis pemangsa
misalnya: laba-laba, semut dan beberapa jenis kumbang, juga meningkat jumlahnya.
keanekaragaman binatang tanah didominasi oleh kelas Hexapoda, terutama

Secara mum

dari ordo Coleoptera

(kumbang), Orthoptera (jengkerik), Blattaria (kecoak), Hymenoptera (semut), Isoptera (rayap),
Hemiptera (kepik). Jenis lain yang banyak ditemui adalah cacing tanah (Lumbricus sp) darklaba-laba
dan kalajengking (Arachnids).
Peningkatan keanekaragaman binatang tanah tersebut tidak lepas dari pengaruh pembahan c u a h
hujan pada tahun 1999 sehingga tercipta kondisi lingkungan yang lebii kondusif untuk kelangsungan
hidup binatang tanah, meningkatnya vegetasi tumbuhan b a d sebagai sumber makanan dan tempat
berlindung. Pada ekosistem tanaman puspa mengalami peningkatan keanekaragaman binatang tanah
tertinggi, kemudian lahan alang-alang, agathis dan pinus.

Hal ini dipengamhi oleh beberapa sebab


antara lain : serasah daun puspa relatif lebih mudah diiancurkan atau terdekomposisi karena tidak
terlalu tebal sellingga binatang tanah khususnya jenis saprofays lebih menyukainya, jika dibandingkan
dengan daun agathis maupun pinus yang cukup tebal sehingga lebii lambat terdekomposisi.
Secara umum perubahan kondisi iklii berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan
keanekaragaman binatang tanah, namun masing-masing jenis

mempunyai daya toleransi terhadap

kondisi liigkungan yang berbeda antara satu jenis dengan jenis lainnya dan memiliki kemampuan yang
berbeda pula untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Hal inilah yang

menjadiian mampu atau

tidaknya suatu jenis binatang tanah bertahan hidup dan berkembang biak dalam berbagai kondisi
lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pada setiap macam tipe ekosistem yang
berbeda, terdapat keanekaragaman binatang tanah yang berbeda pula.

Pembahan iklim Sangat


berpengaruh terhadap keanekaragaman dan perilaku binatang tanah. Keanekaragaman tertinggi terjadi
pada musirn hujan bulan Oktober 1999, sedangkan pada musim k e h g bulan Oktober 1997, tingkat
keanekaragaman binatang tanah mengalami penurunan. Peringkat terjadinya perubahan keanekaragaman
binatang tanah

adalah pada ekosistem Puspa > Alang-alang >Agathis > Pinus. Sedangkan peringkat

terjadinya perubahan keanekaragaman binatang tanah secara vertikal adalah lapisan serasah > lapisan
tanah 10 - 20 cm > lapisan tanah 0 - 10 cm.