Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Tanaman Umbi-umbian yang Berpotensi Sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif di Kabupaten Tapanuli Selatan

(1)

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI JENIS TANAMAN UMBI-UMBIAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT ALTERNATIF

DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

SKRIPSI

AKHMAL SUHADIN SIREGAR 080307007/PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI JENIS TANAMAN UMBI-UMBIAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT ALTERNATIF

DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

SKRIPSI

Oleh:

AKHMAL SUHADIN SIREGAR 080307007/PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Tanaman Umbi-umbian yang Berpotensi Sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif di Kabupaten Tapanuli Selatan

Nama : Akhmal Suhadin Siregar

NIM : 080307007

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Emmy Harso Kardhinata, M.Sc Ir. Isman Nuriadi Ketua Anggota

Mengetahui

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc Ketua Program Studi Agroekoteknologi


(4)

ABSTRAK

AKHMAL SUHADIN SIREGAR: Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Tanaman Umbi-umbian yang Berpotensi Sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif di

Kabupaten Tapanuli Selatan dibimbing oleh EMMY HARSO KARDHINATA dan ISMAN NURIADI.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penyebaran jenis, penyebaran serta teknik budidaya tanaman umbi-umbian sumber karbohidrat alternatif di Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Tapanuli Selatan dari Januari hingga Maret 2014. Untuk mendapatkan data penelitian, dilakukan survey ke Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan (judgemental sampling) dan pengambilan sampel petani dilakukan melalui rancangan sampling nonprobabilitas, yaitu sampling kebetulan (accidental sampling). Dari hasil penelitian dapat ditemukan beberapa jenis umbi-umbian yaitu Ubi Kelapa, Gembili, Keladi, Talas, Ganyong, Garut, Suweg dan juga penyebaran jenis umbi-umbian, tingkat pemeliharaan, budidaya serta penggunaan hasil di lokasi penelitian.


(5)

ABSTRACT

AKHMAL SUHADIN SIREGAR: Identification and Inventory of Tuber Crops that Potential as a Source of Alternative Carbohydrates in Tapanuli Selatan district supervised by EMMY HARSO KARDHINATA and ISMAN NURIADI.

This study aims to gain an overview of type, deployment and cultivation techniques tubers alternative carbohydrate sources in Tapanuli Selatan regency. This research was conducted at the Tapanuli Selatan district from January to March 2014. To obtain data intensive search, conducted a survey to Tapanuli Selatan regency. Sampling was done based considerations (judgmental sampling) and sampling of farmers conducted through nonprobabilitas sampling design, i.e. sampling accidental (accidental sampling). The primary data obtained through interviews to farmers that were found in the location of the research, and secondary data obtained from various other sources. From the results of this research is the type of bulbs i.e. Dioscorea alata L., Dioscorea esculenta L., Colocasia esculenta L., Xantosoma sagittifolium (L.) H.W.Schott & Endl., Canna edulis Ker.,Maranta arundinacea L., Amorphophallus campanulatus BI. , tubers deployment type, and level of maintenance, cultivation and use of the results of the research sites.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Akhmal Suhadin Siregar, lahir pada tanggal 23 Maret 1989 di Padangsidimpuan, Kota Padangsidimpuan , Sumatera Utara, anak dua dari lima bersaudara, putra dari Ayahanda Soaloon Siregar dan Ibunda Emmi Mariati Hasibuan.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain : tahun 1996-2002 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1424442 Kota

Padangsidimpuan; tahun 2002-2005 menempuh pendidikan di MTsS Baharuddin; tahun 2005-2008 menempuh pendidikan di MAN 2 Kota Padangsidimpuan dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2008 melalui jalur PMP di Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Ketua Pengajian Nahdatussu’ban pada tahun 2011, Penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian (HIMADITA). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN.IV Kebun Sidamanik, Siantar pada bulan Juni sampai Juli 2011.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Tanaman Umbi-Umbian Yang Berpotensi Sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif Di Kabupaten Tapanuli Selatan” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : Ayahanda Soaloon Siregar dan Ibunda tercinta Emmi Mariati Hasibuan serta

abang dan adik-adik saya yang selalu memberikan dukungan nasehat dan doa nya kepada saya, Bapak Ir. Emmy Harso Kardhinata, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Isman Nuriadi selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan MILITAN 08 yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan, penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2014 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DARTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Plasma Nutfah ... 6

Jenis Umbian (Aracea dan Dioscorea) ... 8

Manfaat dan kandungan Kimia Umbi ... 10

BAHAN DAN METODE Jenis Penelitian dan Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 13

Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 13

Metode Pengumpulan Data ... 13

Metode Analisis Data ... 14

Batasan Operasional Penelitian ... 14

PELAKSANAAN PENELITIAN Survey Lokasi Penelitian ... 15

Kegiatan Identivikasi dan Inventarisasi ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian ... 17

Jenis Umbi-umbian di Lokasi Penelitian ... 17

Penyebaran Jenis Umbi-umbian di Lokasi Penelitian ... 30

Tingkat Pemeliharaan, Budidaya dan Penggunaan Hasil ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1 Daftar Nama Umbi-umbian sumber karbohidrat 8

2 Lokasi penelitian identifikasi umbi-umbian 17

3 Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 desa di kecamatan Angkola Sangkunur

30 4 Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 desa di kecamatan

Marancar

31 5 Penyebaran jenis umbi-umbi di 3 desa di kecamatan Batang

Angkola

32


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 1 Ubi kelapa yang ditemukan di kecamatan Angkola Sangkunur,

Marancar, dan Batang Angkola

19

2 Gadung yang ditemukan di desa Marancar Godang, kecamatan Marancar

20

3 Ganyong dari desa Bandar Tarutung kecamatan Angkola Sangkunur serta dari desa Marancar Godang kecamatan Marancar

22

4 Suweg dari desa Marancar, desa Marancar Godang 23 5 Keladi dari desa Bandar Tarutung dan desa Marancar Godang 25

6 Talas yang di temukan di desa Bandar Tarutung 26


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian 44

2. Peta kecamatan Angkola Sangkunur 45

3. Peta kecamatan Marancar 46

4. Peta kecamatan Batang Angkola 47


(12)

ABSTRAK

AKHMAL SUHADIN SIREGAR: Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Tanaman Umbi-umbian yang Berpotensi Sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif di

Kabupaten Tapanuli Selatan dibimbing oleh EMMY HARSO KARDHINATA dan ISMAN NURIADI.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penyebaran jenis, penyebaran serta teknik budidaya tanaman umbi-umbian sumber karbohidrat alternatif di Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Tapanuli Selatan dari Januari hingga Maret 2014. Untuk mendapatkan data penelitian, dilakukan survey ke Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan (judgemental sampling) dan pengambilan sampel petani dilakukan melalui rancangan sampling nonprobabilitas, yaitu sampling kebetulan (accidental sampling). Dari hasil penelitian dapat ditemukan beberapa jenis umbi-umbian yaitu Ubi Kelapa, Gembili, Keladi, Talas, Ganyong, Garut, Suweg dan juga penyebaran jenis umbi-umbian, tingkat pemeliharaan, budidaya serta penggunaan hasil di lokasi penelitian.


(13)

ABSTRACT

AKHMAL SUHADIN SIREGAR: Identification and Inventory of Tuber Crops that Potential as a Source of Alternative Carbohydrates in Tapanuli Selatan district supervised by EMMY HARSO KARDHINATA and ISMAN NURIADI.

This study aims to gain an overview of type, deployment and cultivation techniques tubers alternative carbohydrate sources in Tapanuli Selatan regency. This research was conducted at the Tapanuli Selatan district from January to March 2014. To obtain data intensive search, conducted a survey to Tapanuli Selatan regency. Sampling was done based considerations (judgmental sampling) and sampling of farmers conducted through nonprobabilitas sampling design, i.e. sampling accidental (accidental sampling). The primary data obtained through interviews to farmers that were found in the location of the research, and secondary data obtained from various other sources. From the results of this research is the type of bulbs i.e. Dioscorea alata L., Dioscorea esculenta L., Colocasia esculenta L., Xantosoma sagittifolium (L.) H.W.Schott & Endl., Canna edulis Ker.,Maranta arundinacea L., Amorphophallus campanulatus BI. , tubers deployment type, and level of maintenance, cultivation and use of the results of the research sites.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam pencapaian ketahanan pangan, banyak sekali hambatan yang dihadapi pemerintah. Seperti yang kita ketahui, sejak timbulnya krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter pada bulan Juli tahun 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini tumbuh dengan pesat terhenti dan laju inflasi meningkat secara tidak terkendali yang berakibat pada menurunnya taraf hidup rakyat Indonesia secara tajam. Langkah-langkah pemulihan dan reformasi ekonomi untuk mengembalikan tingkat pertumbuhan ekonomi dan menggerakkan

ekonomi serta mensejahterakan rakyat masih belum memenuhi harapan masyarakat (Hardyatuti, 2002).

Kekurangan pangan bukanlah hal baru, sejarah manusia hampir selalu berkisar pada usaha mereka untuk memperoleh pangan dan mencegah penyakit. Persoalan baru tentang kekurangan pangan adalah berupa kecenderungan para petani di negara-negara bukan industri beralih ke tanaman perdagangan dan pada saat yang bersamaan jumlah pertambahan penduduk meningkat cepat. Petani yang khusus memproduksi beberapa hasil pertanian seperti beras, jagung atau ubi jalar untuk dijual jumlahnya semakin bertambah, sehingga untuk konsumsi keluarganya sendiri tidak cukup. Selanjutnya pola pembelian dan perdagangan mereka tidak dapat mengatasi kekurangan gizi yang diakibatkan oleh berkurangnya petani yang menanam tanaman pangan bagi kebutuhan rumah tangganya. Berhubung orang perlu mengkonsumsi pangan yang beraneka ragam, perubahan pola pertanian ini menambah gawatnya masalah gizi


(15)

yang sudah banyak terdapat pada tingkatan masyarakat dan rumah tangga (Suhardjo, et al., 1986).

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Namun ironisnya, dengan kenaekaramgaman yang begitu kaya, ternyata Indonesia hanya mengandalkan satu jenis tanaman sebagai sumber pangan utamanya, yaitu beras. Sebagian besar penduduk mengkonsumsi beras, sehingga seiring dengan terus naiknya jumlah penduduk, semakin meningkat pula kebutuhan akan beras.

Upaya peningkatan swasembada pangan tidak hanya berorientasi pada beras dan gandum saja namun didukung pula oleh jenis-jenis komoditas strategis lainnya seperti umbi-umbian, dan pohon-pohon penghasil pangan seperti sagu, sukun, aren serta pohon serba guna lainnya (multipurpose tree specieses). Dengan demikian diversifikasi bahan pangan melalui pemanfaatan komoditi pangan spesifik perlu diupayakan, karena ketergantungan pada satu jenis pangan dan pangan impor terbukti menyebabkan kerentangan pangan. Ketahanan pangan akan mantap bila konsumsi masyarakat berasal dari berbagai sumber, terutama komoditi spesifik sebagai sumber pangan lokal (Alfons, 2012).

Tingginya konsumsi beras tergambar dari besarnya alokasi pengeluaran. Dalam struktur pengeluaran keluarga, beras merupakan pengeluaran yang cukup besar. Menurut World Bank (1999) 70% pengeluaran keluarga miskin digunakan untuk pangan dan sebesar 34% pengeluaran rumah tangga dialokasikan untuk membeli beras sebagai makanan pokok (Dewan Ketahanan Pangan, 2005).

Sumatera Utara sebagai daerah agraris yang memprioritaskan pertanian sebagai sektor andalan pembangunan daerahnya, juga mengalami permasalahan


(16)

kekurangan pangan khususnya beras setiap tahunnya. Ketergantungan terhadap beras sebenarnya dapat dikurangi dengan penganekaragaman pangan melalui perubahan citra bahan pokok selain beras, sedangkan perbaikan gizi sepenuhnya tergantung pada peningkatan pendapatan. Umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat non beras dan kacang-kacangan yang dikenal sebagai sumber protein nabati, vitamin dan mineral belum optimal pemberdayaannya. Peningkatan kontribusi kacang dan ubi sebagai sumber pangan alternatif dalam pemenuhan kebutuhan pangan berkualitas dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan dan kualitas sumberdaya masyarakat berpenghasilan rendah.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan tentang pembangunan ketahanan pangan. Pembangunan pangan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Konsumsi pangan penduduk Indonesia masih belum memenuhi kecukupan gizi. Kuantitas, kualitas, dan keragaman pangan belum memenuhi kaedah berimbang, karena masih didominasi oleh serealia khususnya beras, sebaliknya kontribusi jagung, umbi-umbian, kacangan-kacangan, pangan hewani, sayur-sayuran dan buah-buahan masih sangat kurang. Ketergantungan terhadap beras dapat diperlonggar dengan penganekaragaman pangan melalui perubahan citra bahan pangan pokok berbasis umbi-umbian yang diperkaya nutrisinya oleh kacang-kacangan.

Sejalan dengan hal tersebut, untuk mengatasi ketergantungan terhadap beras yang cukup tinggi yang terjadi selama ini di Indonesia khususnya di Sumatera Utara, maka perlu dilakukan berbagai upaya yang salah satunya adalah dengan cara merubah pola konsumsi masyarakat dengan mengurangi


(17)

ketergantungan akan beras yang masih cukup tinggi dengan mengalihkan kepada makanan yang berasal dari non beras.

Para ahli pertanian mempunyai peranan penting dalam menekan prevalensi kurang gizi yang dimulai keluarga petani sebagai anggota dari tim pembangunan desa atau kelompok yang bekerja dengan para petani dan pemimpin-pemimpin desa lainnya. Para ahli pertanian dapat membantu memutuskan lingkaran spiral yang berbahaya dari mata rantai produksi pangan yang rendah, kemiskinan dan kurang gizi. Mereka dapat membantu petani dengan cara :

1. memperbaiki cara bertani

2. meningkatkan jumlah tanaman pangan yang diusahakan 3. meningkatkan keragaman pangan yang ditanam

4. memperbaiki cara peranan, penyimpanan, pengawetan dan pengolahan pangan, dan lain-lain.

(Suhardjo,et al., 1986).

Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis 0˚58’35” - 2˚07’33” Lintang utara dan 98˚ 42’50” - 99˚34’16” Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara. Sebelah Timur berbatasann denga Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padangl Lawas Utara serta Kabupaten Labuhan Batu. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Mnadailing Natal dan Samudera Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan yang mencapai 4.444,22 Km². Sedangkan ketinggiannya berkisar antara 0-1.985 m diatas permukaan laut. Curah hujan di Tapanuli Selatan cenderung tidak teratur disepanjang tahunnya. Pada bulan november terjadi curah hujan tertinggi


(18)

(2.076 mm) dan terendah terjadi dibulan Januari (348 mm). Sedangkan hari hujan terbanyak terjadi dibulan November 21 hari,sebaliknya hari hujan paling sedikit terjadi di bulan Januari dan Agustus yaitu 10 hari. Dengan keadaan iklim dan luas areal yang dimiliki oleh pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan, daerah tersebut memiliki sektor pertanian yang lumayan luas dengan salah satu komoditas unggulannya adalah buah salak pada sektor tanaman Hortikultura. Untuk luas pada tanaman karet perkebunan rakyat pada tahun 2012 mencapai 24.218,95 Ha (www.bps.go.id, 2012).

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan indentifikasi sekaligus menginventarisasikan jenis umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat alternatif yang dapat dijadikan sebagai bahan pangan di Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran penyebaran jenis umbi-umbian dan teknik budidayanya di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Plasma Nutfah

Berbagai jenis komoditas non beras adalah merupakan sumber karbohidrat yang sangat potensial di Indonesia, khususnya dalam usaha penganekaragaman pangan sesuai dengan Inpres No.20 Tahun 1979. Sumber bahan pangan non beras tersebut menjanjikan banyak harapan sebagai sumber kalori bagi manusia yang mengkonsumsinya (Dahlia, 2006).

Menurut Alfons (2012) bahwa Indonesia dengan sumber pangan utama yaitu beras. Sebagian besar penduduk di Indonesia mengkonsumsi beras, sehingga seiring dengan terus meningkatnya jumlah penduduk, semakin meningkat pula kebutuhan akan beras. Upaya peningkatan swasembada pangan tidak hanya berorientasi pada beras dan gandum saja,namun didukung pula oleh jenis-jenis komoditi strategis lainnya seperti umbi-umbian, pohon penghasil pangan seperti sagu, sukun, serta lainnya. Ketahanan pangan akan mantap bila konsumsi masyarakat berasal dari berbagai sumber, terutama komoditi spesifik sebagai sumber pangan lokal.

Syukur, dkk. (2012) menyebutkan bahwa plasma nutfah merupakan sumber kekayaan keragaman genetik bagi kegiatan pemuliaan tanaman. Koleksi plasma nutfah merupakan hasil eksplorasi dari tempat dimana terdapat keragaman genetik yang tinggi, yaitu dari tempat asal berkembangnya spesies tanaman itu (center of origin) atau dari tempat dimana ranaman itu secara intensif dibudidayakan sejak lama (center of diversity). Koleksi plasma nutfah bertujuan


(20)

untuk mempelajari tingkat keragaman yang ada dan untuk bertujuan konservsi/penyelamatan keragaman genetik.

Menurut Hanum (2009), macam plasma nutfah dapat berupa Jenis tumbuhan liar termasuk didalamnya varietas primitif, varietas pembawa sumber sifat khusus, varietas unggul yang sudah unggul, varietas unggul masa kini. Jenis liar atas dasar sejarah pembudidayaan dan penggunaan potensinya dapat digolongkam menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Jenis-jenis yang mungkin memiliki potensi ekonomi, tetapi sama sekali belum dibudidatakan atau di petik hasilnya.

2) Jenis-jenis yang sudah dipetik dan dimanfaatkan hasilnya tetapi belum atau tidak dibudidayakan.

3) Jenis-jenis yang tidak dipetik hasilnya, akan tetapi setelah mengalami atau melalui hibridisasi baru kemudian dibudidayakan dan dimanfaatkan.

Varietas primitif adalah kultifar yang pembudidayaannya masih sederhana, belum mengalami pemuliaan. Tumbuahan yang termasuk kelompok ini biasanya di daerah tumbuhnya mempunyai daya adaptasi yang lebih baik, seperti lebih tahan terhadap tekanan lingkungan yang bersifat fisik maupun biologi. Hal ini dimungkinkan karena sudah ada seleksi gen secara alamiah yang tahan terhadap dingin, panas, hama ataupun penyakit di daerah tumbuhnya. Semua jenis tanaman yang dibudidayakan pada saat ini berasal dari varietass lebih baik secara langsung atau tidak langsung. Varietas sumber sifat yang khusus adalah kultivar yang mempunyai kelebihan dalam sifat-sifat tertentu, misalnya kepekaan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim, hama dan penyakit, atau responnya terhadap


(21)

pemupukan. Produksinya yang tinggi dengan aroma dan warna yang khas juga termasuk kedalam kelompok ini (Hanum, 2009).

Jenis Umbian (Aracea dan Discorea)

Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1980) melaporkan selain ubi kayu dan ubi rambat, diperoleh berbagai jenis tanaman umbi-umbian yang potensial sebagai sumber karbohidrat. Berdasarkan hasil survey di beberapa Provinsi di Jawa diperoleh jenis umbi-umbian sebagaimana tertera pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Daftar Nama Umbi-Umbian Sumber Karbohidrat

No Daftar Nama Umbi Nama Latin

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ubi Kelapa Gembili Gadung Ganyong Garut Talas Bogor Talas Belitung Suweg Acung Iles-iles

Dioscoreaalata L. Dioscorea aculeateL. Dioscorea hispida Dennst. Canna edulis Ker.

Maranta arundinaceaL. Colocasia esculenta Xantosoma sagittifolium Amorphophallus campanulatus Amorphophallus variabilis Amorphophallus oncophyllus

Ubi Uwi (Dioscorea alata L.) merupakan tumbuhan yang menghasilkan umbi, hidup semusim dan merambat. Memiliki sumber karbohidrat yang tinggi yaitu sekitar 27,06 gram per 100 gram bahan. Umbi Uwi memiliki kandungan karbohidrat yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung komponen gula, pati, maupun selulosa. Bioetanol biasanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman keras, untuk keperluan medis, sebagai zat pelarut, dan yang sedang popular saat ini adalah pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif. Penggunaan bioetanol sebagai bahan


(22)

bakar dicampur dengan bensin yang biasa disebut gasohol. Hasil penelitian bahwa pembuatan bioetanol dari umbi uwi dengan variabel penambahan ragi 7%, 8%, 9%, 10%, dan 11% didapatkan bioetanol dengan kadar alkohol tertinggi 51% yaitu pada variabel keempat dengan penambahan ragi 10% dan didapatkan bioetanol dengan kadar alkohol terendah adalah 32% yaitu dengan penambahan ragi 10% (Dian,2011).

Umbi gembili juga mempunyai prospek cerah untuk menggantikan beras. Dalam kondisi segar, gembili yang berasal dari Indocina ini mengandung air sebesar 75%. Akan tetapi, gembili yang dikeringkan seperti beras (giling) atau gandum (tepung terigu) memiliki gizi yang sepadan atau bahkan lebih baik daripada beras atau gandum. Selain itu, umbi ini memiliki kandungan vitamin C cukup tinggi (4 mg/100 g) sehingga bisa dimanfaatkan untuk mencegah sariawan dan menjaga stamina tubuh. Kelebihan ini tidak ditemukan pada beras, jagung atau terigu. Gembili mentah yang dimasak cepat dan langsung dimakan bisa menimbulkan gatal-gatal. Zat pemicu gatal-gatal ini berarti di dalam gembili mengandung khasiat obat, bisa untuk menyembuhkan luka dan bengkak-bengkak, koreng, payudara bengkak dan rasa sakit (Saleh, dkk., 2001).

Suweg (Amorphophallus campanulatus B.) merupakan tanaman herbal yang dapat tumbuh pada nuangan hingga 60%. Suweg mulai bertunas di awal musim kemarau dan pada akhir tahun di musim kemarau umbinya bisa dipanen.Umbi suweg mengandung serat tinggi dan lemak rendah, masing-masing 13,71% dan 0,28%. Secara tradisional umbi suweg dikonsumsi setelah direbus. Umbi suweg dapat dibuat tepung yang memiliki IG (Indeks Glisemik) sebesar 42. Pangan dengan nilai IG di bawah 55 bisa menekan peningkatan kadar gula darah,


(23)

sehingga sesuai bagi penderita diabetes mellitus. Tepung suweg dapat dibuat kue basah, kue kering. Suweg kaya serat dan konsumsi serat pangan dalam jumlah tinggi dapat menangkal berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah, dan kencing manis. (Kasno, dkk, 2009)

Ganyong adalah tanaman lir-lili yang menghasilkan rizhoma bawah tanah yang berpati dan bercabang.tanaman beradaptasi pada tanah lembab. Suhu pertumbuhan terbaik antara 25˚C dan 28˚C, tanaman peka terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Sifat penting ganyong adalah kemampuan adaptasinya terhadap ketinggian hingga 2600 m, dan terhadap suhu rendah yang menyebabkan tanaman berpati lain, seperti ubi kayu, kurang produktif. Rizoma ini mengandung sekitar 25% pati yang khas dan mudah di cerna, sebagian besar terdiri dari butiran pati, yang kira-kira 100 kali lebih besar ketimbang butiran pati talas. Produksi ganyong terpusat di Amerika Selatan, khususnya di Peru dan Kolumbia, walaupun di Australia tanaman ini di produksi dalam skala yang agak terbatas untuk pati industri. Di Vietnam, pati ganyong yang bernilai tinggi ini digunakan untuk produksi mi, dan berbagai tempat di Asia Timur sebagai makanan mewah. (Rubatzky, Yamaguchi, 1998)

Manfaat dan Kandungan Kimia Umbi-Umbian (Aracea dan Discorea)

Selain sebagai sumber bahan makanan, umbi-umbian juga memiliki berbagai khasiat lain. Hasil penelitian oleh peneliti PSPG UGM menunjukkan umbi-umbian mempunyai potensi meningkatkan kesehatan, antara lain, sebagai immunomodulator (meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan menurunkan risiko penyakit alergi serta hipersensitivitas), juga menurunkan risiko


(24)

terjadinya penyakit degeneratif kanker, diabetes mellitus, dan penyakit kardiovaskular (http://www.ugm.ac.id, 2011).

Hasil penelitian Richana dan Sunarti (2004) menunjukkan bahwa ganyong, suweg, ubi kelapa, dan gembili mempunyai kadar pati yang tinggi

berkisar 39,36-52,25%. Kandungan lemak (0,09-2,24%), dan protein (0,08-6,65%) pada tepung umbi dan tepung pati dapat meningkatkan manfaat

tepung dan pati tersebut sebagai tepung komposit. Ganyong dan ubi kelapa mempunyai ukuran granula pati lebih besar (22,5 dan 10 m). Tepung suweg mempunyai absorbsi air maupun minyak tertinggi (2,69- 4,13 dan 2,34-2,98 g/g). Hasil rendemen menunjukkan bahwa ganyong lebih prospektif dikembangkan untuk produk tepung pati. Suweg dan gembili mempunyai prospek untuk produk tepung umbi maupun tepung pati sedangkan ubi kelapa untuk tepung umbi. Sifat fisikokimia ganyong dan suweg mempunyai amilosa rendah (18,6% dan 19,2%) dan viskositas puncak tinggi (900-1080 BU dan 780-700 BU).

Menurut Richana, N (2012) di samping dapat dipergunakan sebagai bahan makanan, talas juga dapat digunakan sebagai obat tradisional. Akar rimpang yang dilumatkan jadi bubur dapt digunakan sebagai obat encok dan rematik. Sedangkan cairan akarnya dapat digunakan untuk menghentikan pendarahan dan obat bengkak. Umbi talas dapat juga digunakan untuk penawar bisa (racun) ular dan obat urus-urus. Di daerah Pasifik, terutama di Hawaii, talas memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat asli, yaitu sebagai persembahan atau sesajian kepada Tuhan.

Sesuai dengan penelitian Richana, N. (2004) umbi-umbian yang diamati yaitu ganyong, suweg, ubikelapa, dan gembili mempunyai kadar pati yang tinggi


(25)

berkisar 39,36-52,25%. Adanya lemak (0,09-2,24%), dan protein (0,08-6,65%) pada tepung dan pati dapat meningkatkan manfaat tepung dan pati tersebut sebagai tepung komposit. Ganyong dan ubikelapa mempunyai ukuran granula lebih besar (22,5 dan 10 m), sedangkan suweg dan gembili kecil (5 m dan 0,75 m). Tepung suweg mempunyai absorbsi air maupun minyak tertinggi (2,69- 4,13 dan 2,34-2,98 g/g).Ditinjau dari sifat fisiko kimianya ganyong dan suweg mempunyai amilosa rendah (18,6% dan 19,2%) dan viskositas puncak tinggi (900-1080 BU dan 780-700 BU), sehingga baik dikembangkan untuk bahan pengental maupun pengisi. Sedangkan ubikelapa dan gembili mempunyai kadar protein yang tinggi dengan viskositas rendah baik dikembangkan sebagai tepung komposit untuk produk pangan.


(26)

BAHAN DAN METODE

Jenis Penelitian dan Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian survey. Penelitian ini dilakukan untuk mensurvey dan mendapatkan data tentang jenis umbi-umbian sumber karbohidrat yang dilakukan di Kabupaten Tapanuli Selatan. Penentuan daerah penelitian berdasarkan metode purposive sampling dimana daerah yang dipilih terlebih dahulu ditentukan kriterianya yaitu sebagai berikut daerah tersebut berpotensi sebagai lokasi atau tempat tumbuh umbi-umbian berdasarkan atas rekomendasi dari Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Metode Penentuan Sampel Penelitian

Pengambilan sampel petani dilakukan melalui metode sampling nonprobabilitas, dengan menggunakan metode purposive sampling. Petani yang dijadikan sampel adalah petani yang dikriteriakan sebagai berikut :1) petani tersebut mengetahui keberadaan umbi-umbian 2) petani tersebut mengenal tanaman jenis umbi-umbian 3) petani tersebut mengetahui secara umum mengenai budidaya, penggunaan hasil dan harga.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada petani yang dijumpai di lokasi penelitian sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan


(27)

yaitu informasi daerah yang berpotensi ditemukannya jenis umbi-umbian, Studi Pustaka, Googlemap untuk melihat sebaran dan lokasi umbi-umbian dan Badan Pusat Statistik (BPS) Selatan berupa demografi daerah Kabupaten Tapanuli Selata.

Metode Analisis Data

Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan dan menjelaskan hasil penelitian. Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi

1. Identifikasi yaitu sekumpulan kegiatan yang dilakukan untuk menentukan klasifikasi dari tanaman umbian yang ditemukan pada saat penelitian. 2. Inventarisasi adalah pencatatan dan pengumpulan data tentang berbagai

jenis umbi-umbian yang terdapat di lokasi penelitian.

3. Pencatatan yaitu kegiatan yang meliputi dokumentasi tentang jenis tanaman umbi-umbian, penyebaran jenis umbi-umbian, tingkat pemeliharaan, budidaya, penggunaan hasil dan harga.

Batasan Operasional Penelitian

1. Lokasi penelitian ini dilakukan di daerah Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Waktu penelitian penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Maret 2014.


(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Survey Lokasi Penelitian

Survey ke lokasi penelitian dilakukan dengan mendatangi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tapanuli Selatan untuk memperoleh gambaran lokasi yang akan di survey. Dari kantor kecamatan diperoleh gambaran desa yang diduga dapat ditemukan jenis umbi-umbian yang akan dicari. Informasi juga diperoleh dari para penyuluh pertanian, kepala desa dan sumber-sumber lain. Survey dilakukan di 9 desa yang ada di 3 Kecamatan, 1 Kabupaten dengan skema sebagai berikut :

Gambar : Penentuan Lokasi Survey yaitu 1 Kabupaten, 3 Kecamatan, 9 desa, 27 petani

Kegiatan Indentifikasi dan Inventarisasi

Identidikasi dan inventarisasi merupakan kegiatan dokumentasi terhadap keberadaan dan keberagaman umbi-umbian yang diukur secara kualitatif, yang meliputi pengumpulan data mengenai:

a. Jenis tanaman umbi-umbian

Sumatera Utara 

Tapanuli Selatan

Kec.Angkola Sangkunur Kec. Batang Angkola 

Desa. Desa.

3 petani  3 petani  Kec. Marancar

Desa. 3 petani  Desa.

Desa. 3 petani 3 petani

Desa. 3 petani Desa. 

Desa.  3 petani  3 petani 


(29)

b. Penyebaran jenis umbi-umbian yang dijumpai di lokasi penelitian c. Tingkat pemeliharaan, budidaya, penggunaan hasil dan harga d. Gambar Umbi-Umbian


(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian

Identifikasi umbi-umbian dilaksanakan di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan mengambil 3 (tiga) kecamatan sebagai sampel, dan tiap kecamatan dipilih 3 desa. Lokasi sampel tertera pada tabel berikut :

Tabel 2. Lokasi Penelitian Identifikasi Umbi-umbian

Kabupaten Kecamatan Desa

Tapanuli Selatan 1. Angkola Sangkunur

1. Batu Godang 2. Bandar Tarutung 3. Tangsi Baru 2. Marancar 1. Marancar Godang

2. Tangsi Dua 3. Pasar Marancar 3. Batang Angkola 1. Tahalak

2. Sigalangan 3. Pintu Padang

Penentuan kecamatan dan desa yang menjadi sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menghubungi dinas penyuluhan dan ketahanan pangan kabupaten Tapanuli Selatan untuk mendapatkan daftar lokasi yang berpotensi ditemukannya umbi-umbian yang diteliti serta lokasi tersebut dapat mewakili lokasi kabupaten dengan berdasarkan ketinggian tempat yaitu dataran tinggi (kecamatan Marancar), sedang (kecamatan Batang angkola) dan rendah (kecamatan Angkola sangkunur).

B. Jenis Umbi-umbian di Lokasi Penelitian

Beberapa dari tanaman umbi-umbian di lokasi penelitian rata-rata sudah sulit ditemukan sehingga target menemukan 3 (tiga) petani setiap desa tidak dapat dilakukan untuk setiap jenis umbi-umbian yang diteliti. Untuk menemukan


(31)

yang telah didapat dan juga dibantu oleh penyuluh untuk memperoleh informasi, dilanjutkan dengan kunjungan ke desa dan mencari informan atau key person yang mengetahui dan mengenal jenis umbi-umbian yang akan diteliti. Informan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah petugas Penyuluh Pertanian, dan petani yang dijumpai di lahan tempat mereka bekerja.

Dari pengamatan secara langsung yang di lakukan di lapangan diperoleh beberapa jenis tanaman umbi-umbian yang potensial sebagai sumber karbohidrat. Jenis-jenis tanaman umbi-umbian tersebut adalah suweg, ubi kelapa, gadung, gembili, ganyong, garut, dan beberapa jenis talas-talasan. Secara taksonomi tanaman umbi-umbian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1.

Ubi Kelapa (Dioscorea alata L.) Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas :Liliopsida Sub Kelas : Liliidae Ordo : Liliales Famili : Dioscoreaceae Genus :Dioscorea

Spesies : Dioscorea alataL.

Nama lainnya adalah uwi payau, uwi batang bersayap, atau uwi ubi. Berasal dari Asia Tenggara, tetapi sekarang merupakan spesies yang paling tersebar luas. Batangnya membelit ke kanan. Daunnya ovate (bundar telur) dan tersusun saling berhadapan. Umbinya tunggal atau jamak, bermacam macam ukuran, bentuk dan warnanya, dan memiliki masa dormansi yang panjang (Rubatzky dan Yamaguci,1998).


(32)

Untuk memperoleh panen yang maksimum, curah hujan yang baik adalah kisaran 100-1500 mm dan ini harus terbagi rata dalam 7-8 bulan. Curah hujan dibawah 1000 mm biasanya menghambat pertumbuhan normal (Tindal, 1983).

Tanah subur yang gembur, dalam, dan berdrainase baik diperlukan agar hasil umbi tinggi, sistem perakaran uwi bersifat khas, dangkal dan menyebar dan pada tanah gersang, produktivitasnya terbatas, Uwi biasanya merupakan tanaman pertama yang ditanam dalam sistem pertanian ‘tebas dan bakar’ atau untuk memanfaatkan sistem nitrogen, tanaman ini ditanam setelah tanaman kacang-kacangan.

Gambar 1. Umbi Kelapa ( Dioscorea Alata L.) yang ditemukan di kecamatan Angkola Sangkunur, Marancar, Batang Angkola

Keterangan : (1 dan 2) Ubi kelapa yang ditemukan dari desa Bandar Tarutung. (3) ubi kelapa yang di temukan dari desa Tangsi Dua. (4) Ubi kelapa yang ditemukan dari desa Batu Godang .(5) Ubi kelapa yang di temukan dari desa Tahalak.(6) Ubi kelapa yang di temukan dari desa Tangsi Baru.


(33)

Selain ubi kelapa yang paling dikenal dengan nama uwi, dilapangan ditemukan juga jenis uwi yang mengandung racun tetapi bisa diolah untuk dikonsumsi yaitu Gadung (Dioscorea hispidaDennstedt.)

Jenis ini adalah jenis uwi penyebab mabuk, nama lainnya adalah uwi pati. Berasal dari India dan Asia Tenggara. Batangnya membelit ke kiri, tidak menghasilkan umbi laying. Umbi yang terbentuk dekat tanah sering berbentuk bulat, kadang juga memanjang. Beberapa klon harus dibuang dahulu racunnya sebelum bisa dimakan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Umbi yang dihasilkan gadung mengandung racun, yang menyebabkan rasa mual atau mabuk bagi pemakannya. Karena itu sebelum dimasak racun tersebut harus dihilangkan dengan cara merendamnya dalam air abu selama semalam, sesudah itu umbi dapat dimasak atau di iris-iris untuk dijadikan keripik gadung. Gadung memang termasuk jenis uwi, hanya saja daunnya bercangap liama

sehingga mudah dibedakan dengan uwi kelapa atau gembili. Tempat penyebaran aslinya ialah Asia. Dapat tumbuh dari ketinggian 500 -1000 mdpl

(Sastrapradja, 2012).

Gambar 2. Gadung (Dioscorea hispidaDennstedt.) yang di temukan di desa Marancar Godang.


(34)

2.

Ganyong (Canna edulis Ker.)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Cannaceae

Genus : Canna

Spesies : Canna edulisKer.

Tanaman Ganyong atau Ganyong (Canna edulis Ker.) adalah tanaman ubi-ubian yang dapat dimakan dan kebanyakan digunakan sebagai makanan cadangan. Nama lainnya adalah Canna. Queensland arrow root, indian shot (Inggris). Ganyong (Jawa, Sunda), buah tasbeh (Jawa), ubi pikul (Sumatera), daun tasbeh, ganyong, pisang sebiak (Malaysia). Sampai saat ini, tanaman ganyong belum diusahakan secara serius dan intensif, tetapi memberikan harapan untuk menunjang program diversifikasi pangan dan gizi, memanfaatkan lahan kosong dan meningkatkan ketahanan pangan.

Ganyong tumbuh baik pada daerah dengan distribusi curah hujan 1000 mm sampai 1200 mm per tahun. Toleran terhadap kelebihan kadar air (tetapi tidak

tahan jenuh air) dan naungan. Pertumbuhan normal terjadi pada suhu di atas 10o C, tetapi dapat melalui suhu tinggi 30-32o C. Ganyol tumbuh sampai

ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Tumbuh subur pada berbagai macam tanah, termasuk tanah marginal bagi kebanyakan tanaman umbi. Tanah yang disukai adalah lempung berpasir dan kaya humus. Tanaman ini toleran terhadap interval pH 4,5-8,0 (Sukarsa, 2013).


(35)

Tepung pati ganyong mudah dicerna dan baik sekali untuk makanan bayi

atau orang yang sedang sakit. Di Amerika Selatan, umbi muda tanaman ini dimakan sebagai sayuran dan kadang-kadang digunakan sebagai makanan ringan. Umbi yang sudah tua dapat dimakan dengan cara merebus dan memiliki rasa yang manis dan aroma yang wangi. Pucuk dan tangkai daun dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan

ternak (Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, 1980).

Gambar 3. Ganyong dari desa Bandar Tarutung (Angkola Sangkunur) dan dari desa Marancar Godang (Marancar).

Keterangan: (1) Tanaman ganyong (2) Umbi dan batang ganyong (3) daun dan umbi ganyong.

3.

Suweg (Amorphophallus campanulatus BI.)

Kingdom : Plantae

Subkingdom :Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas :Arecidae

Ordo : Arales

Famili : Araceae

Genus :Amorphophallus


(36)

Sebagian besar spesies Amorphophallus diyakini berasal dari India atau Sri Lanka, atau mungkin dari Asia Tenggara. Tanaman ini adalah tanaman tropika dan subtropika. Dengan siklus vegetatif dan dorman semusim. Suweg menyukai

suhu antara 25o dan 35o C, kondisi kelembaban yang tinggi dan sangat lengas. Suhu dan kelengasan rendah cenderung merangsang dormansi dini.

Pertumbuhan daun-daun baru dimulai setelah dormansi. Struktur daunnya berbeda dengan talas-talas lain dan menyerupai struktur daun tanaman

dikotiledone (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Suweg ditanam untuk diambil dan makan umbinya. Umbinya dapat digunakan sebagai makanan sumber karbohidrat untuk pengidap diabetes dan Parutan umbinya yang segar dapat dipakai untuk obat luka. Seperti halnya talas, umbi suweg mengandung kristal Kalsium Oksalat yang membuat rasa gatal, namun dapat hilang melalui perebusan.

Gambar 4. Suweg dari kecamatan Marancar, desa Marancar Godang. Keterangan: Tanaman Suweg yang sudah besar


(37)

4.

Keladi (Colocasia esculenta (L.) Schott)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arales

Famili : Araceae

Genus : Colocasia

Spesies : Colocasia esculenta (L.) Schott

Tanaman keladi banyak tersebar di Indonesia, dapat dibudidayakan dengan baik karena umbinya banyak mengandung zat tepung (sebagai pembuat berbagai jenis makanan) maka akan sangat menunjang dalam mencukupi kebutuhan pangan. Tanaman ini bagi pertumbuhannya hanya memerlukan daerah dengan rata-rata curah hujan setahunnya sekitar 1.200 mm, daerah dengan ketinggian tempat antara 900 m sampai 1800 mdpl. Jenis colocasia dapat bertahan pada lahan yang tergenang air. Jenis colocasia sering kita dapati tumbuh ditepi sungai, ditanah yang banyak tergenang air atau rawa-rawa, di pinggir kolam, tetapi di tanah perkampungan pun dapat tumbuh dengan baik asal pengairan terjamin (Kartasapoetra, 1988).

Di beberapa daerah Indonesia dimana padi tidak dapat tumbuh, antara lain di Kepulauan Mentawai dan Papua, keladi dimakan sebagai makanan pokok, dengan cara dipanggang, dikukus atau dimasak dalam tabung bambu. Saat ini keladi merupakan makanan pokok di banyak pulau di Pasifik termasuk Papua Nugini, yang berpengaruh secara ekonomi pada permainan tradisional dan upacara-upacara. Umbi keladi, dan helaian daun dan tangkai daun bila dimasak


(38)

lebih dulu dapat dimakan. Bubur keladi dapat melancarkan pencernaan sehingga dapat dikonsumsi untuk makanan bayi dengan tingkat alergi yang rendah.

Gambar 3. Keladi dari desa Bandar Tarutung (Angkola Sangkunur) dan dari desa Marancar Godang (Marancar).

Keterangan: (1), (2), dan (3) Umbi keladi, (4) dan (5) Tanaman keladi

5.

Talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) H.W. Schott & Endl.) Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Arecidae Ordo : Arales Famili : Araceae Genus :Xanthosoma

Spesies : Xanthosoma sagittifolium (L.) H.W.Schott&Endl.

Talas adalah jenis asli Indonesia. Entah kapan mulai ditanam dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, tidak diketahui secara pasti. Menurut para pakar, talas mulai dibudidayakan di papua yang kemudian menyebar ke seluruh pasifik, termasuk kawasan barat Indonesia (Sastrapradja, 2012).


(39)

Talas adalah tanaman herba monokotil tahunan, kecuali spesies Amorphophallus, daun yang muncul dari apikal kormus berupa gulungan dengan tangkai daun panjang dan tegak yang menopang lembar daun dan besar, berbentuk peltate (tameng) atau sagittate (kepala anak panah), tangkai daunnya lembut panjang padat berisi, tetpai memiliki banyak rongga. Sifat umum talasan adalah

terdapatnya banyak getah menggigit yang ditemukan diseluruh bagian jaringan. Talas umumnya memiliki tinggi antara 1 hingga sekitar 2 m, dan lembar daun berbentuk tameng dengan panjang 20-50 cm. Tangkai daun

menempel pada sekitar bagian tengah agak ke atas pada permukaan bawah lembar daun (Rubatzky dan Yamaguci,1998).

Tanaman talas merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki peranan cukup strategis tidak hanya sebagai sumber bahan pangan, dan bahan baku industri tetapi juga untuk pakan ternak. Oleh karena itu tanaman talas menjadi sangat penting artinya didalam kaitannya terhadap upaya penyediaan bahan pangan karbohidrat non beras, diversifikasi/ penganekaragaman komsumsi pangan lokal/budaya lokal (Ermayuli, 2011).

Gambar 3. Talas dari desa Bandar Tarutung (Angkola Sangkunur) Keterangan: (1) dan (3) Umbi talas (2) Tanaman talas


(40)

6.

Garut/Irut (Maranta arundinacea L.)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophya

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Marantaceae

Genus : Maranta

Spesies : Maranta arundinaceaL.

Tanaman garut atau irut bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Garut berasal dari daerah Amerika tropik yang kemudian menyebar ke daerah tropik termasuk Indonesia. Daerah penyebarannya merata, meliputi India, Indonesia, Sri Lanka, Hawai, Filipina, Australia, dan St. Vincent. Di Indonesia,tanaman garut dapat dijumpai di berbagai daerah seperti Jawa, Sulawesi, dan Maluku. Garut dikenal dengan nama daerah yang berbeda-beda, misalnya sagu Banban (Batak Karo), sagu rare (Minangkabau), sagu andrawa (Nias), sagu (Palembang), larut/pata sagu (Sunda), arut/jelarut/irut/larut/garut (Jawa Timur), labia walanta (Gorontalo), dan huda sula (Ternate) (Djaafar,T.F, et al., 2008).

Umbi tanaman garut dapat diolah menjadi pati Dengan bentuk serat yang pendek lebih mudah dicerna dan cocok sebagai bahan baku makanan bayi, penyandang autis, dan down syndrom.


(41)

Gambar 8. Garut hanya ditemuka kecamatan Angkola Sangkunur.

Keterangan : (1) Tanaman garut (2) Umbi dan akar tanaman garut (3) Umbi tanaman garut. Tanaman ini hanya ditemukan di desa Bandar tarutung.

7.

Gembili (Dioscorea esculentaL.)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas :Liliidae

Ordo : Liliales

Famili : Dioscoreaceae

Genus : Dioscorea

Spesies : Dioscorea esculenta L.

Nama lainnya adalah uwi kentang, uwi asia, uwi cina. Berasal dari indocina, tetapi ditemukan diseluruh wilayah asia.Dalam bahasa Latin, tanaman gembili ini memiliki beberapa sinonim antara lain; Oncus esculentus Lour. Dioscorea fasciculata Roxb. Dioscorea sativa Auct. Sedangkan di berbagai daerah namanya juga berbeda-beda, antara lain Lesser yam, Chinese yam, Asiatic yam (Inggris), ubi aung (Jawa Barat), ubi gembili (Jawa Tengah), kombili (Ambon).

Batangnya membelit ke kiri, ramping, berbentuk silinder, berbulu halus, dan berduri. Daunnya sedikit, tunggal, cordate, dan berselang seling. Tidak


(42)

menghasikan umbi layang. Tanaman ini memiliki umbi banyak, berukuran kecil, ramping, berkulit, sebagian besar berbentuk silinder, dan dihasilkan didekat permukaan tanah sehingga mudah dipanen, beberapa forma menghasilkan umbi tunggal besar. Masa dormansi umbi pendek. Tanaman ini tergolong terna memanjat dan dapat mencapai tinggi antara 3-5 m, seringkali berduri. Setiap 1 tanaman terdapat 4-20 umbi; umbi tua berbentuk silinder, kadangkala berlobi, kulit lapisan luar coklat atau abu-abu-coklat, tipis, seringkali kasar; daging putih. Batang tegak, memanjat melingkar ke kiri, berduri di bagian dasar dan di bagian atas tidak berduri. Daun tunggal, berseling, menjantung, seringkali terdapat 2 duri di pangkal. Perbungaan jantan di ketiak, perbungaan betina melengkung ke bawah, bulir menyerupai tandan, soliter. Buah (sangat jarang ditemukan) kapsul, pipih. Biji bersayap membundar. Susunan senyawa umbi gembili bervariasi menurut spesies dan varietas menyatakan bahwa komponen terbesar dari umbi gembili adalah karbohidrat 27-33% (Rubatzky dan Yamaguci, 1998).

Tanaman ini biasanya diusahakan pada dataran rendah, akan tetapi masih dapat tumbuh pada ketinggian 900 mdpl. Pembentukan umbi ditunjang oleh kondisi hari yang pendek, yaitu hari pada saat matahari bersinar kurang dari 12 jam. Kondisi tanah yang diinginkan adalah tanah yang gembur dengan tekstur ringan (berpasir), berdrainase baik banyak mengandung bahan organik, dan memiliki pH 5.5 – 6.5 (eBookPangan, 2009).

Tanaman gembili tersebut susah ditemukan di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Disamping habitatnya yang kurang di pahami dan dikenal oleh masyarakat umumnya, tanaman tersebut juga kurang mendapat peratian dari masyarakat yang mengetahuinya untuk membudidayakan baik dalam jumlah


(43)

massal (membudidayakan secara khusus) ataupun hanya sekedar menanam dipekarangan rumah sebagai tanaman panganan untuk konsumsi rumahan.

C. Penyebaran jenis umbi-umbian di lokasi penelitian

Dari hasil identifikasi di lapangan ditemukan penyebaran dari umbi-umbian tidak merata terdapat di seluruh desa yang menjadi sampel untuk daerah identifikasi. Penyebarannya adalah sebagai berikut :

a. Kecamatan Angkola Sangkunur

Tabel 3. Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 Desa di Kecamatan Angkola Sangkunur

No Desa Jenis Umbi-umbian

1 2 3 4 5 6 7

1 Batu Godang √ - - √ √ √ -

2 Bandar Tarutung √ - √ √ √ √ √

3 Tangsi Baru √ - √ √ √ √ -

Ket : 1. Ubi Kelapa, 2. Gembili, 3. Ganyong, 4. Suweg, 5. Keladi, 6. Talas, 7. Garut.

(√) Ada, (-) Tidak Ada

Dari tabel 3 diperoleh gambaran bahwa tanaman talas, keladi, garut dan suweg serta ubi kelapa masih dijumpai di seluruh desa yang diamati, sedangkan tanaman ganyong dan gembili hanya ditemukan masing-masing di satu desa saja. Dibandingkan dengan kecamatan lain yang menjadi daerah sampel identifikasi, kecamatan Angkola Sangkunur memiliki jenis-jenis umbian yang lebih lengkap. Dimana ditemukan 7 jenis umbian alternatif yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber pangan alternatif.

Dari keterangan petani dan penyuluh setempat bahwa tanaman seperti suweg (pada ketinggian 34mdpl Lintang N.01˚25’37,7” Bujur E.099˚00’19,9” ), garut ( pada ketinggian 23mdpl Lintang N.01˚25’36.0” Bujur 099˚00’23,2” ) dan ganyong (pada ketinggian 37mdpl Lintang N.01˚25”57,4” Bujur E.099˚00’19,9” )


(44)

masih banyak tumbuh liar dan dibiarkan begitu saja karena beberapa alasan. Seperti suweg, di desa Bandar Tarutug menurut informasi yang disampaikan bapak Ir. Sarmak Harahap selaku penyuluh yang bertugas didesa tersebut, suweg masih banyak tumbuh dan sering dijumpai secara tidak sengaja di lahan-lahan perkebunan kelapa sawit, karet dan bahkan perkebunan masyarakat yang dibiarkan begitu saja karena tidak semua masyarakat tahu akan kegunaan suweg yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat, sehingga tanaman ini kadang masih di anggap tanaman yang tidak penting. Begitu juga tanaman ganyong, kemungkinan masih ada tumbuh liar, tetapi ditempat-tempat yang jelas karena tidak dibudidayakan lagi. Hal ini terbukti karena dari beberapa warga yang dijumpai masih mengenal tanaman ganyong. Sedangkan pada tanaman talas ( pada ketinggian 46mdpl Lintang N.01˚24’46,0” Bujur E.099˚03’57,5”) dan keladi ( pada ketinggian 40mdpl Lintang N.01˚24’54,2” Bujur E.099˚03’28,7”) masyarakat masih membudidayakannya untuk di jadikan panganan sehari-hari. Dengan berbagai macam olahan pangan seperti dibuat menjadi keripik, dikolak, direbus, bahkan dibuat menjadi sayuran yang lezat seperti yang dilakukan oleh ibu Misna.

b. Kecamatan Marancar

Tabel 4. Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 Desa di Kecamatan Marancar

No Desa Jenis Umbi-umbian

1 2 3 4 5 6 7

1 Marancar Godang - - - √ √ √

-2 Tangsi Dua √ - √ √ √ √

-3 Pasar Marancar - - - - √ √

-Ket : 1. Ubi Kelapa, 2 Gembili, 3. Ganyong, 4. Suweg, 5. Keladi, 6. Talas, 7. Garut

(√) Ada, (-) Tidak Ada

Dari tabel 4 diperoleh gambaran bahwa tanaman suweg, talas, dan keladi masih dijumpai di seluruh desa yang diamati. Untuk tanaman ubi kelapa hanya


(45)

dijumpai di satu desa saja yaitu di desa Tangsi Dua (pada ketinggian 714mdpl Lintang N.01˚30’31,0” Bujur 099˚10’30,4”), sedangkan tanaman gembili tidak ada ditemukan saat identifikasi, begitu juga tanaman ganyong hanya di temukan pada satu tempat saja yaitu desa Tangsi Dua ( pada ketinggian 771mpl Lintang N.01˚30’16,3” Bujur E.099˚10’30,4”). Berdasarkan keterangan bapak Iran selaku Ketua Kelompok Tani (KAPOKTAN) desa Tangsi Dua, tanaman gembili dan garut memang sepertinya sudah sangat sulit dijumpai di daerah ini tidak banyak yang mengenal tanaman ini sehingga tidak ada yang memeliharanya, sedangkan untuk ganyong masih ada kemungkinan tumbuh beberapa tempat dan dapat dijumpai saat identifikasi. Untuk tanaman talas dan keladi masih banyak ditemukan tumbuh di kecamatan ini. Berbagai macam olahan tanaman pangan pun di olah oleh masyarakat sekitar untuk dijadikan cemilan atau panganan saja. c. Kecamatan Batang Angkola

Tabel 5. Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 Desa di Kecamatan Batang Angkola

No Desa Jenis Umbi-umbian

1 2 3 4 5 6 7

1 Tahalak - - - - √ √

-2 Sigalangan √ - - - √ √

-3 Pintu Padang - - - - √ √

-Ket : 1. Ubi Kelapa, 2 Gembili, 3. Ganyong, 4. Suweg, 5. Keladi, 6. Talas, 7. Garut

(√) Ada, (-) Tidak Ada

Dari tabel 5 diperoleh gambaran bahwa tanaman keladi dan talas masih dijumpai di seluruh desa yang diamati. untuk tanaman ubi kelapa hanya ditemukan didesa Tahalak (pada ketinggian 241mdpl Lintang N.01˚15’55,8” Bujur E.099˚20’10.4”), sedangkan tanaman gembili, ganyong dan garut tidak dijumpai sama sekali. Berdasarkan keterangan Mhd. H. Kisam warga yang dijumpai dilapangan, tanaman seperti ubi kelapa, gembili, ganyong, suweg,dan


(46)

garut memang sangat sulit dijumpai di daerah tersebut. Ini bisa diakibatkan dari kultur atau budaya yang lebih dominan di daerah tersebut. Bisa juga diakibatkan penyebutan nama daerah yang berbeda pada tanaman umbi yang dimaksud sehingga menyulitkan untuk ditemukannya tanaman tersebut saat identifikasi. Beberapa warga hanya mengenal ganyong sebagai tanaman hias dn beberapa warga yang lain bahkan tidak mengenal tanaman tersebut. Sedangkan pada tanaman talas dan keladi, masyarakat masih sangat mengenal bahkan ada yang menanamnya di pekarangan rumah untuk dijadikan sebagai tanaman hias. Dan tidak sedikit juga yang tumbuh liar seperti di desa Sigalangan (pada ketinggian 242mdpl Lintang N.01˚15’35,2” Bujur E.099˚20’17,9”) dan desa Pintu Padang (pada ketinggian 374mdpl Lintang N.01˚14’44,0” Bujur E.099˚20’38,1”)

D.Tingkat pemeliharaan, budidaya dan penggunaan hasil dari tanaman. Tanaman umbi-umbian yang dijumpai di lokasi penelitian umumnya tidak dibudidayakan secara khusus oleh petani sehingga tidak dilakukan pemeliharaan yang intensif untuk mencapai hasil tanaman yang maksimal .

1. Ubi Kelapa (Dioscorea alata L.)

Dari 9 desa yang disurvey, tanaman ubi kelapa ditemukan di 5 desa yaitu di semua desa sampel Kecamatan Angkola Sangkunur meliputi desa Batu Godang, Bandar Tarutung, Tangsi Baru. Di kecamatan Marancar yaitu desa Tangsi Dua dan di kecamatan batang Angkola ditemukan di desa Tahalak. Hampir semua tanaman di seluruh lokasi penelitian ditemukan dalam jumlah sedikit yang dibudidayakan tanpa perawatan khusus oleh pemiliknya .

Tingkat budidaya masih sangat sederhana bahkan tanpa ada perlakuan pemupukan khusus, perlakuan jarak tanam dan pemeliharaan yang intensif.


(47)

Tanaman yang tumbuh di areal pertanaman petani dibiarkan merambat ke tanaman yang ada disekitarnya. Sesekali pemilik melakukan penimbunan untuk menutupi umbi yang keluar kepermukaan tanah agar umbi tetap berkembang, selain itu jika umbi dibiarkan lama timbul kepermukaan akan mengalami perubahan warna dan rasa sehingga tidak enak lagi untuk dikonsumsi.

Hasil dari tanaman ini hanya untuk konsumsi rumah tangga, sebagai makanan tambahan atau selingan. Umbi dapat dipanen saat tanaman berusia kurang lebih 1 tahun. Kadang dipanen lebih lama lagi untuk hasil umbi yang lebih besar. Pengolahan untuk konsumsi biasa dilakukan hanya dengan mengukus atau merebus umbi dan mebuatnya menjadi keripik.

Di desa Tangsi Baru, pemilik tanaman menanamnya di dekat kandang ternak itik miliknya dengan membuat rambatan yang seadanya dari batang bambu. Sebagian pemilik tanaman menanamnya hanya dalam karung goni atau pot yang di isi tanah bercampur kompos atau pupuk kandang dan membiarkannya merambat ke pagar pekarangannya seperti yang ditemukan di desa Bandar Tarutung.

Khusus di desa Bandar tarutung, berdasarkan identifikasi dan informasi yang diperoleh dari ibu Saliah selaku masyarakat yang membudidayakan ubi kelapa dan ganyong di desa Bandar Tarutung bahwa tanaman ubi kelapa masih cukup banyak ditemukan. Bahkan beliau memiliki menganjurkan masyarakat sekitar rumahnya untuk menganjurkan setiap rumah memiliki setidaknya 1 tanaman ini. Beberapa tanaman sengaja ditanaman untuk tujuan hasil panen di hari-hari besar. Hal ini dibenarkan oleh ibu Khoiriah selaku penyuluh di Badan Pelaksanaan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP). Di desa ini tanaman


(48)

ubi kelapa umumnya ditanaman di bawah tanaman karet,cokelat dan juga pohon disekitar lokasi pertanaman petani. Tingkat budidaya masih sangat sederhana tanpa ada pemupukan dan perawatan khusus secara intensif. Hanya dibiarkan merambat kemudian akan dipanen apabila dibutuhkan. Masyarakat juga mengolah umbi tanaman ini hanya dalam jumlah yang sedikit. Hanya dijadikan sebagai panganan kecil (cemilan) seperti diolah menjadi keripik,direbus dan di jadikan kolak.

2. Ganyong (Canna edulis Ker.)

Di lokasi penelitian, tanaman ini hanya ditemukan di dua desa saja yaitu di desa Bandar Tarutung, Tangsi Baru, dan Marancar Godang. Tanaman ada yang tumbuh secara liar dan sebagian ditanam menumpuk disekitar lahan pertanaman petani (di desa Bandar Tarutung) dan di pinggir jalan sebagai tanaman hias (di Desa Tangsi Baru), belum ada petani yang membudidayakan tanaman ini secara komersil. Hanya untuk sebagai makanan tambahan dan konsumsi keluarga.

Budidaya tanaman ganyong yang ada di dua desa di atas masih secara tradisional tanpa menggunakan jarak tanam yang jelas, pemupukan dan pemberantasan hama penyakit tanaman. Tanaman umumnya dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri tanpa perawatan khusus hingga tiba saat pemanenan. Beberapa tanaman diberi jarak tanam hanya karena fungsinya sebagai tanaman hias bukan untuk tujuan hasil panen umbi.

Pengolahan hasil umbi ganyong juga masih sederhana, biasanya petani hanya cukup dengan merebusnya saja. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pak Suroto, penyuluh di desa Pergulaan tempat yang masih ditemukannya keberadaan ganyong dan juga dari beberapa petani yang dijumpai dilapangan


(49)

bahwa tanaman ini dapat diambil patinya dan dipernah dijual untuk diolah menjadi bahan pembuatan makanan seperti kue. Tanaman sudah bisa dipanen mulai berumur 4 sampai 8 bulan.

3. Suweg (Amorphophallus campanulatus BI.)

Di lokasi penelitian tanaman suweg masih dijumpai hampir di seluruh desa yang menjadi sampel identifikasi. Tanaman ini sudah dibudidayakan oleh beberapa petani. Penanaman dilakukan tanpa perlakuan jarak tanam yang jelas dan tanpa pemupukan yang intensif. Dengan memindahkan anakan-anakan dari tanaman indukannya dan menanamnya di lokasi sekitar areal pertanamannya dan kemudian dibiarkan tumbuh begitu saja hingga tiba saat untuk dipanen membantu penyebaran tanaman tersebut. Para petani menanam tanaman suweg ini hanya untuk kebutuhan komsumsi sendiri, belum ada budidaya untuk tujuan komersil.

Kebanyakan tanaman tumbuh secara liar di bawah pohon-pohonan seperti pisang, rambutan, kelapa sawit, dan lain-lain. Hal ini seseuai dengan sifat dari tanaman suweg yang membutuhkan naungan. Umumnya yang mengenali tanaman ini adalah generasi lanjut usia, yang memperoleh pengetahuan dari leluhur mereka. Para generasi muda sangat jarang mengenal tanaman ini, apalagi mengkonsumsi.

Pengolahan untuk konsumsi juga masih sangat sederhana. Biasanya konsumsi dilakukan hanya dengan merebus umbi yang sebelumnya direndam terlebih dahulu untuk menghilangkan getah yang dapat menimbulkan rasa gatal saat dikonsumsi apabila tidak dibersihkan dengan baik.


(50)

Tanaman keladi ditemukan di semua desa yang menjadi lokasi penelitian. Para petani yang dijumpai hampir semua mengenal tanaman ini dengan nama suhat, bukan keladi. Hal ini dipengaruhi kultur petani yang kebanyakan adalah batak mandailing. Tanaman ini ditanam di lahan pekarangan dan dibelakang-belakang rumah khususnya di tempat yang tanahnya basah seperti disekitar parit. Di kecamatan Angkola Sangkunur tanaman ini masih cukup banyak tumbuh dan ditanam dengan sengaja tetapi dalam jumlah yang tidak banyak. Seperti yang dijumpai di desa Bandar Tarutung, petani sengaja menanam di parit didepan rumahnya tetapi hanya beberapa rumpun.

Tingkat budidayanya masih tidak jelas dan masih sederhana. Meskipun dilakukan perawatan seperti mengatur pengairan lokasi penanaman dan membersihkan dari tanaman pengganggu tetapi umumnya masyarakat menanam menggunakan jarak tanam yang beragam dan tidak jelas yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia, tanpa pemupukan dan perawatan khusus yang intensif.

Kebanyakan tanaman yang dijumpai dilokasi adalah tanaman yang sengaja ditanam oleh para pemilik, hanya saja tujuannya bukan usaha komersil. Kebanyakan hasil dari tanaman ini dikonsumsi sendiri sebagai makanan selingan atau tambahan. Ada juga beberapa petani yang menjual hasil panen dari tanaman keladi ini tetapi dalam jumlah yang sedikit dan tidak termasuk kedalam usaha pokok dari pertaniannya. Budidaya tingkat komersil yang serius belum dilakukan walaupun dipasar prospek dari tanaman ini tidaklah buruk karena keladi cukup dikenal dikalangan masyarakat sebagai umbi yang enak rasanya. Produksi yang rendah dan masih kurangnya pengetahuan petani akan tenik budidaya keladi yang


(51)

tepat yang dilakukan dilakukan dalam skala besar dan juga waktu panen yang lama menjadi alasan utama petani enggan untuk melakukan budidaya skala besar.

5. Talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) H.W. Schott & Endl.)

Sama seperti keladi, tanaman talas juga masih dijumpai di semua lokasi penelitian. Masyarakat juga mengenal tanaman talas ini dengan nama entik. Di kecamatan Bandar Tarutung dan Marancar talas masih cukup banyak tumbuh dan sengaja ditanam tetapi tidak dalam skala besar. Beberapa tanaman yang dijumpai juga masih ada yang dibiarkan tumbuh liar begitu saja.

Tanaman talas rata-rata ditemukan sebagai tanaman pinggir, ditanam dikebun-kebun kecil dibelakang rumah, di ladang, pembatas lahan dan dibiarkan berkembang tanpa perawatan khusus. Beberapa petani melakukan perawatan seperti pengendalian gulma, pembumbunan dan tetapi belum ada pemupukan yang jelas dan ditanam tanpa jarak tanam tertentu. Tujuan penanaman juga kebanyakan untuk konsumsi sendiri walaupun ada beberapa petani yang menjual hasil panennya ke pasar, karena dipasar peminat tanaman talas ini tidak banyak seperti umbi keladi yang cukup diminati masyarakat. Selain talas putih yang umum dijumpai, dilokasi penelitian ditemukan juga talas yang memiliki batang berwarna hitam yang juga dapat dikonsumsi sering dikenal dengan nama talas ketan.

Pengolahan umbi untuk konsumsi biasanya cukup dengan merebus saja kemudian dimakan dengan campuran gula yang dicairkan atau kelapa parut yang


(52)

diberi gula. Ada juga yang mengolahnya menjadi keripik seperti yang dilakukan istri dari pak Salimun, salah satu warga yang masih memiliki beberapa koleksi umbi disekitar rumahnya seperti ganyong dan keladi di Kampung Koje, Desa Batu godang Kecamatan Angkola Sangkunur. Pengolahan dilakukan dengan cara sederhana yaitu membersihkan getah dari umbi terlebih dahulu dengan merendamnya selama 1 malam kemudian diiris lalu dijemur sampai kering.

6. Garut/Irut (Maranta arundinacea L.)

Tanaman garut sudah jarang bahkan susah dijumpai diseluruh lokasi penelitian. Di ketiga desa penelitian di kecamatan Angkola sangkunur, tanaman ini hanya dijumpai tumbuh liar tanpa perawatan dengan jumlah populasi yang sedikit di desa Bandar Tarutung. Begitulah di Desa Bandar Tarutung dibelakang rumah seorang petani, Semula tanaman ini sengaja ditanam dan dibudidayakan, namum karena hasilnya tidak dapat dipasarkan akhirnya dibiarkan tumbuh dan berkembang secara liar, bahkan dianggap menjadi tanaman penganggu karena sudah tumbuh sangat banyak dan sulit untuk dibersihkan.

Pengolahan tanaman ini cukup dengan direbus saja atau dibakar lalu dimakan langsung dengan mengupas bagian luar umbinya. Mak Jumat (75 tahun) juga pernah mengolah umbi garut ini menjadi tepung lalu digunakan untuk bahan pembuat kue karena pati dari garut ini cukup baik. Pengolahan untuk menbuat tepungnya juga sangat sederhana. Cukup dengan mengupas lalu kemudian ditumbuk halus atau diparut. Pengolahan ini belum ada tujuan tingkat komersil hanya untuk kebutuhan keluarga karena pasarnya tidak jelas. Namun mak Jumat lebih sering mengkonsumsi garut ini hanya dengan dimakan langsung.


(53)

Diseluruh lokasi penelitian tanaman gembili tidak ditemukan sama sekali ditanam atau dibuddidayakan oleh petani. Namun dari penjelasan dari ibu Misna (80 tahun), pemeliharaan yang dilakukan hanya berupa pemasangan ajir yang terbuat dari bambu untuk tempat merambatnya tanaman dan dibiarkan tumbuh begitu saja. Sesekali sekitar tanaman dibersihkan dari gulma tanpa ada pemupukan yang rutin. Hasil yang diperoleh tidak pernah dipasarkan, hanya dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Mengolahnya dengan cara yang sederhana yaitu hanya dengan merebusnya.

Berdasarkan hasil yang didapat dilapangan saat identifikasi, tidak banyak yang mengenal tanaman ini bahkan sangat sedikit. Penanaman gembili ini juga terkait dengan warisan dari leluhur mereka dari Jawa. Kisaran usia yang masih mengenal tanaman ini adalah generasi lanjut usia yang mengenal tanaman ini waktu dulu masih dari orang tua mereka.


(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Ditemukan berbagai jenis tanaman umbi-umbian yang berpotensi sebagai sumber karbohidrat di lokasi penelitian, antara lain adalah Ubi Kelapa (Dioscorea alata L.), Gembili (Dioscorea esculenta L.), Ganyong (Canna edulis Ker.), Garut (Maranta arundinacea L.), Talas (Xantosoma sagittifolium (L.) H.W. Schott & Endl.) Keladi (Colocasia esculenta (L.) Schott) dan juga Suweg (Amorphophallus campanulatus BI.).

2. Tanaman gembili sudah sulit ditemukan dilokasi penelitian karena sudah tidak banyak yang mengenal tanaman ini.

3. Jenis tanaman umbi yang paling banyak ditemukan dilokasi penelitian adalah tanaman keladi, talas, garut serta suweg.

4. Jenis umbi-umbian garut, ganyong dan talas yang temukan di daerah sampel masih belum dibudidayakan dengan teknis yang jelas bahkan sebagian besar tumbuh secara liar.

5. Sebagian besar tanaman umbi-umbian hanya dimanfaatkan sebagai makanan selingan, bukan untuk tujuan komersial.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan di lokasi dan interval ketinggian tempat yang berbeda untuk memperoleh data penyebaran umbi-umbian dalam skala yang lebih besar.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Alfons, J.B. 2012. Inovasi Teknologi Umbi-Umbian Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. Maluku. Litbang. deptan.go.id/ Diakses 13 Juli 2012.

Dewan Ketahanan Pangan, 2005. Peta Kerawanan Pangan Indonesia, Jakarta. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. 1980. Pengumpulan Data Sumber

Karbohidrat ubi-ubian lainnya. Direktorat Bina Produksi.

Dian, 2011. Pemanfaatan Umbi Uwi (Dioscorea alata L) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol Dengan Fermentasi Oleh Sacharomyces cereviceae , http://eprints.undip.ac.id, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ermayuli, 2011. Analisis Teknis dan Finansial Agroindustri Skala Kecil pada Berbagai Proses Pembuatan Keripik Talas di kabupaten Lampung Barat, Universitas Lampung. Lampung.

Flach, M. And F. Rumawas. 1996. Plant Resources of South East Asia No. 9 Plant Yielding non Seed Carbohydrates. Backhuys Publisher. Lieden

Gardjito, M., Djuwardi, A., Harmayani, E., 2013. Pangan Nusantara (karakteristik dan prospek untuk percepatan diversifikasi pangan). Kencana Prenada Media. Jakarta.

Http://www.bps.go.id

Hanum, C. 2009. Ekologi Tanaman. USU Press. Medan.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan Jakarta.

Kartasapoetra, V. A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara, Jakarta.

Kasno, A., Trustinah, M. Anwari, dan B. Swasono, 2009. Prospek Suweg Sebagai Bahan Pangan Saat Paceklik, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

LBN. 1977. Ubi-Ubian. Proyek Sumberdaya Ekonomi. LBN-LIPI. Bogor.

Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 tahun 2002, Tentang Ketahanan Pangan. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.


(56)

Richana, N., 2012. Araceae dan Dioscorea: Manfaat Umbi-Umbian Indonesia. Nuansa, Bandung.

Richana, N., dan T. C. Sunarti, 2004, Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Umbi Dan Tepung Pati Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi kelapa Dan Gembili, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, J.Pascapanen 1(1)2004: 29-37.

Rubatzky V.E., dan Yamaguchi,M. 1998, Sayuran Dunia 1. Prinsip, Produksi, dan Gizi, ITB, Bandung.

Saleh,N., St. A. Rahayuningsih dan M.M. Adie, 2001. Peningkatan Produksi Dan Kualitas Umbi-Umbian, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), P.O. Box 66.

Sastrapradja, S.D., 2012. Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.

Simanjuntak, D. 2006. Pemanfaatan Komoditas non Beras dalam Diversifikasi Pangan Sumber Kalori. Jurnal penelitian bidang ilmu pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Steenis,V. C. G. G. J., 2003. Flora. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Suhardjo, Laura, J. H., Deaton, J. B., Driskel, A. J., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit UI-Press. Jakarta.

Sukarsa, E., Widyaiswara., 2010. Tanaman Ganyong. BBPP Lembang.

Syukur, M. Sujiprihati, S dan Yunianti, R. Teknik Pemuliaan Tanaman. Anggota IKAPI wisma hijau. Jakarta. 2012.


(57)

Lampiran 1. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 1 Survey Lokasi

2 Indentivikasi dan Inventarisasi 3 Jenis Tanaman Umbi-umbian 4 Penyebaran Tanaman Umbian 5 Tingkat Pemeliharaan dan Budidaya 6 Gambar Umbian


(58)

Lampiran 2. Peta Sebaran di Kecamatan Angkola Sangkunur

Sumber : Googlemap.com (2014) Keterangan:

---- : Batas daerah kecamatan Angkola Sangkunur A : Ibu kota kecamatan Angkola Sangkunur

B : Ditemukan tanaman Talas di Desa Batu Godang pada Lintang 01˚24’46.0” Bujur 099˚03’57,5” pada ketinggian 46 mdpl

C : Ditemukan tanaman Ubi kelapa di Desa Bandar Tarutung pada Lintang 01˚24’57,4” Bujur 099˚02’48,4” pada ketinggian 37 mdpl

D : Ditemukan tanaman Ganyong di Desa Bandar Tarutung pada Lintang 01˚24’57,0” Bujur 099˚02’47,9” pada ketinggian 39 mdpl

E : Ditemukan tanaman Talas di desa Tangsi Baru pada Lintang

01˚25’57,4” Bujur 099˚00’11,6” pada ketinggian 37 mdpl

F : Ditemukan tanaman Ubi kelapa di Desa Bandar Tarutung pada Lintang 01˚25’37,7” Bujur 099˚00’19,9” pada ketinggian 34 mdpl


(59)

Sumber : Googlemap.com (2014) Keterangan:

---- : Batas daerah Kecamatan Marancar A : Ibu kota kecamatan Marancar

A : Ditemukan tanaman Suweg di desa Marancar Godang pada Lintang 01˚30’53,6” Bujur 099˚10’04,6” pada ketinggian 489 mdpl

B : Ditemukan tanaman Ubi uwi di desa Marancar Godang pada Lintang 01˚30’31,0” Bujur 099˚10’13,4” pada ketinggian 714 mdpl

C : Ditemukan tanaman Talas di desa Pasar Marancar pada Lintang 01˚30’32,2” Bujur 099˚09’48,4” pada ketinggian 639 mdpl

D : Ditemukan tanaman Ganyong di Desa Tangsi Dua pada Lintang 01˚30’16,3” Bujur 099˚10’30,4” pada ketinggian 771 mdpl


(60)

Lampiran 4. Peta Sebaran di Kecamatan Batang Angkola

Sumber : Googlemap.com (2014) Keterangan:

---- : Batas daerah Kecamatan Batang Angkola A : Ibu kota kecamatan Batang angkola

B : Ditemukan tanaman Ubi kelapa di Desa Tahalak pada Lintang 01˚16’11.8” Bujur 099˚20’07,6” pada ketinggian 242 mdpl

C : Ditemukan tanaman Talas di Desa Tahalak pada Lintang 01˚15’55,8” Bujur 099˚20’10,4” pada ketinggian 241 mdpl

D : Ditemukan tanaman Talas di Desa Sigalangan pada Lintang 01˚15’35,2” Bujur 099˚20’17,9” pada ketinggian 242 mdpl

E : Ditemukan tanaman Talas di Desa Pintu Padang pada Lintang 01˚14’44,0” Bujur 099˚20’38,1” pada ketinggian 374 mdpl


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alfons, J.B. 2012. Inovasi Teknologi Umbi-Umbian Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. Maluku. Litbang. deptan.go.id/ Diakses 13 Juli 2012.

Dewan Ketahanan Pangan, 2005. Peta Kerawanan Pangan Indonesia, Jakarta. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. 1980. Pengumpulan Data Sumber

Karbohidrat ubi-ubian lainnya. Direktorat Bina Produksi.

Dian, 2011. Pemanfaatan Umbi Uwi (Dioscorea alata L) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol Dengan Fermentasi Oleh Sacharomyces cereviceae , http://eprints.undip.ac.id, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ermayuli, 2011. Analisis Teknis dan Finansial Agroindustri Skala Kecil pada Berbagai Proses Pembuatan Keripik Talas di kabupaten Lampung Barat, Universitas Lampung. Lampung.

Flach, M. And F. Rumawas. 1996. Plant Resources of South East Asia No. 9 Plant Yielding non Seed Carbohydrates. Backhuys Publisher. Lieden

Gardjito, M., Djuwardi, A., Harmayani, E., 2013. Pangan Nusantara (karakteristik dan prospek untuk percepatan diversifikasi pangan). Kencana Prenada Media. Jakarta.

Http://www.bps.go.id

Hanum, C. 2009. Ekologi Tanaman. USU Press. Medan.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan Jakarta.

Kartasapoetra, V. A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara, Jakarta.

Kasno, A., Trustinah, M. Anwari, dan B. Swasono, 2009. Prospek Suweg Sebagai Bahan Pangan Saat Paceklik, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

LBN. 1977. Ubi-Ubian. Proyek Sumberdaya Ekonomi. LBN-LIPI. Bogor.

Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 tahun 2002, Tentang Ketahanan Pangan. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.


(2)

Richana, N., 2012. Araceae dan Dioscorea: Manfaat Umbi-Umbian Indonesia. Nuansa, Bandung.

Richana, N., dan T. C. Sunarti, 2004, Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Umbi Dan Tepung Pati Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi kelapa Dan Gembili, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, J.Pascapanen 1(1)2004: 29-37.

Rubatzky V.E., dan Yamaguchi,M. 1998, Sayuran Dunia 1. Prinsip, Produksi, dan Gizi, ITB, Bandung.

Saleh,N., St. A. Rahayuningsih dan M.M. Adie, 2001. Peningkatan Produksi Dan Kualitas Umbi-Umbian, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), P.O. Box 66.

Sastrapradja, S.D., 2012. Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.

Simanjuntak, D. 2006. Pemanfaatan Komoditas non Beras dalam Diversifikasi Pangan Sumber Kalori. Jurnal penelitian bidang ilmu pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Steenis,V. C. G. G. J., 2003. Flora. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Suhardjo, Laura, J. H., Deaton, J. B., Driskel, A. J., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit UI-Press. Jakarta.

Sukarsa, E., Widyaiswara., 2010. Tanaman Ganyong. BBPP Lembang.

Syukur, M. Sujiprihati, S dan Yunianti, R. Teknik Pemuliaan Tanaman. Anggota IKAPI wisma hijau. Jakarta. 2012.


(3)

Lampiran 1. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 1 Survey Lokasi

2 Indentivikasi dan Inventarisasi 3 Jenis Tanaman Umbi-umbian 4 Penyebaran Tanaman Umbian 5 Tingkat Pemeliharaan dan Budidaya 6 Gambar Umbian


(4)

Lampiran 2. Peta Sebaran di Kecamatan Angkola Sangkunur

Sumber : Googlemap.com (2014) Keterangan:

---- : Batas daerah kecamatan Angkola Sangkunur

A : Ibu kota kecamatan Angkola Sangkunur

B : Ditemukan tanaman Talas di Desa Batu Godang pada Lintang 01˚24’46.0” Bujur 099˚03’57,5” pada ketinggian 46 mdpl

C : Ditemukan tanaman Ubi kelapa di Desa Bandar Tarutung pada Lintang 01˚24’57,4” Bujur 099˚02’48,4” pada ketinggian 37 mdpl

D : Ditemukan tanaman Ganyong di Desa Bandar Tarutung pada

Lintang 01˚24’57,0” Bujur 099˚02’47,9” pada ketinggian 39 mdpl


(5)

Sumber : Googlemap.com (2014) Keterangan:

---- : Batas daerah Kecamatan Marancar A : Ibu kota kecamatan Marancar

A : Ditemukan tanaman Suweg di desa Marancar Godang pada Lintang 01˚30’53,6” Bujur 099˚10’04,6” pada ketinggian 489 mdpl

B : Ditemukan tanaman Ubi uwi di desa Marancar Godang pada Lintang 01˚30’31,0” Bujur 099˚10’13,4” pada ketinggian 714 mdpl

C : Ditemukan tanaman Talas di desa Pasar Marancar pada

Lintang 01˚30’32,2” Bujur 099˚09’48,4” pada ketinggian 639 mdpl

D : Ditemukan tanaman Ganyong di Desa Tangsi Dua pada


(6)

Lampiran 4. Peta Sebaran di Kecamatan Batang Angkola

Sumber : Googlemap.com (2014) Keterangan:

---- : Batas daerah Kecamatan Batang Angkola A : Ibu kota kecamatan Batang angkola

B : Ditemukan tanaman Ubi kelapa di Desa Tahalak pada

Lintang 01˚16’11.8” Bujur 099˚20’07,6” pada ketinggian 242 mdpl

C : Ditemukan tanaman Talas di Desa Tahalak pada Lintang 01˚15’55,8” Bujur 099˚20’10,4” pada ketinggian 241 mdpl

D : Ditemukan tanaman Talas di Desa Sigalangan pada Lintang 01˚15’35,2” Bujur 099˚20’17,9” pada ketinggian 242 mdpl

E : Ditemukan tanaman Talas di Desa Pintu Padang pada