Pengaruh pengasuhan, Self Efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik siswa Smp

PENGARUH PENGASUHAN, SELF EFFICACY, DAN
KECEMASAN TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA
SMP

TRI SUSANDARI

ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pengasuhan,
Self Efficacy, dan Kecemasan terhadap Prestasi Akademik Siswa SMP adalah
benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Bogor, Agustus 2014
Tri Susandari
NIM I24100050

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
TRI SUSANDARI. Pengaruh Pengasuhan, Self Efficacy, dan Kecemasan terhadap
Prestasi Akademik Siswa SMP. Dibimbing oleh MELLY LATIFAH.
Prestasi akademik merupakan suatu pencapaian yang dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal yang dimiliki seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis: (1) pengaruh karakteristik anak dan keluarga terhadap gaya pengasuhan,
(2) pengaruh gaya pengasuhan terhadap self efficacy, (3) pengaruh pengasuhan dan self
efficacy terhadap kecemasan, (4) pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan,
self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik. Jumlah contoh dalam penelitian
ini sebanyak 151 orang yang berasal dari SMPN Kota dan Kabupaten Bogor. Pemilihan
lokasi dan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Gaya pengasuhan, self

efficacy, kecemasan, dan prestasi akademik diukur menggunakan instrumen Persepsi
Gaya Pengasuhan, Academic Self Efficacy and Efficacy for Self Regulated Learning,
Cognitive Test Anxiety, dan nilai rapor. Analisis parsial menunjukan bahwa jenis kelamin
dan lama pendidikan orangtua berpengaruh terhadap gaya pengasuhan demokratis. Gaya
pengasuhan demokratis berpengaruh positif terhadap self efficacy, sedangkan kecemasan
tidak dipengaruhi oleh gaya pengasuhan. Self efficacy memiliki pengaruh yang negatif
terhadap kecemasan. Faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap prestasi
akademik adalah karakteristik anak dan keluarga, self efficacy, dan kecemasan.
Pengasuhan tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik.
Kata kunci: gaya pengasuhan, kecemasan, prestasi akademik, self efficacy

ABSTRACT
TRI SUSANDARI. Influence of Parenting Styles, Self Efficacy, and Anxiety
toward Academic Achievement. Supervised by MELLY LATIFAH.
Academic achievement is an achievement that influenced by internal and external
factor. The present study aimed to analyze: (1) effect of characteristics of children and
families on parenting styles, (2) effect of parenting styles on self efficacy, (3) effect of
parenting and self efficacy on anxiety, (4) the influence of characteristic of children and
families, parenting, self efficacy, and anxiety on academic achievement. Data were
collected from student of Bogor Junior High School (n= 151). Cluster random sampling

was used in selection of those junior high schools and sample. Parenting styles, self
efficacy, anxiety and academic achievement were used a questionnaire Perceived
Parenting Styles, Academic Self Efficacy and Efficacy for Self Regulated Learning,
Cognitive Test Anxiety, and grade’s report. This findings suggest that gender and parents
education have influence on authoritative parenting styles. Authoritative parenting styles
has a positive influence on self-efficacy, whereas anxiety is not influenced by parenting
style. Self efficacy has a negative influence on anxiety. The factors that have influenced
toward academic achievement were children and family characteristic, self efficacy, and
anxiety. Parenting has no influence on academic achievement.
Keywords: academic achievement, anxiety, parenting styles, self efficacy

PENGARUH PENGASUHAN, SELF EFFICACY, DAN
KECEMASAN TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA
SMP

TRI SUSANDARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains

pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Pengaruh Pengasuhan, Self
Efficacy, dan Kecemasan terhadap Prestasi Akademik berhasil diselesaikan. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia membimbing, membantu memberikan saran dan kritik kepada
penulis dalam pembuatan skripsi.
2. Alfiasari, SP, M.Si dan Neti Hernawati, SP, M.Si selaku dosen penguji
skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

3. Dr. Tin Herawati, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang
telah banyak memberi saran.
4. Dinas Pendidikan Kota dan Kabupaten Bogor serta pihak sekolah yang
telah membantu selama pengumpulan data.
5. Bapak Sarmada dan Ibu Emmy Erih selaku orangtua penulis, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
6. Zervina Rubyn DS, Leni Novita, dan Nuraini Novianti selaku rekan
dalam penelitian ini.
7. Dwi Laksono, Ati Cahya, Hani, Dewi, Rizqi, Yunita, Hayuningtyas,
Anggie, Mardi, Bella, dan seluruh mahasiswa Ilmu Keluarga dan
Konsumen angkatan 47 yang telah memberikan masukan dan dukungan
selama penulisan skripsi.
8. Seluruh pihak yang terkait yang belum disebutkan namanya yang telah
memberikan kontribusinya dalam penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Tri Susandari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian


1
3
4
4

KERANGKA PEMIKIRAN

4

METODE

6

Desain, Lokasi, dan Waktu
Teknik Penarikan Contoh
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Karakteristik Anak dan Keluarga
Pengasuhan
Self Efficacy
Kecemasan
Prestasi Akademik
Pengaruh Karakteristik Anak dan Keluarga terhadap Pengasuhan
Pengaruh Pengasuhan terhadap Self Efficacy
Pengaruh Pengasuhan dan Self Efficacy terhadap Kecemasan
Pengaruh Karakteristik Anak dan Keluarga, Pengasuhan, Self Efficacy, dan
Kecemasan terhadap Prestasi Akademik
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

6
7
7
8

9
10
10
10
11
12
12
13
14
14
14
15
16
20
20
20

DAFTAR PUSTAKA

21


LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9


Jenis dan cara pengumpulan data
Jenis dan pengategorian data
Sebaran anak berdasarkan pendapatan per kapita per bulan
Sebaran anak berdasarkan karakteristik keluarga
Sebaran anak berdasarkan gaya pengasuhan
Sebaran anak berdasarkan self efficacy
Sebaran anak berdasarkan kecemasan
Sebaran anak berdasarkan prestasi akademik anak
Koefisien pengaruh karakteristik anak dan keluarga terhadap
pengasuhan
10 Koefisien pengaruh pengasuhan dan self efficacy terhadap kecemasan
11 Koefisien pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self
efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik

7
9
11
11
12
12
13
13
14
15
15

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan
kecemasan terhadap prestasi akademik
2 Model akhir pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan
terhadap prestasi akademik

6
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Analisis butir pertanyaan dimensi pengasuhan demokratif
Analisis butir pertanyaan dimensi pengasuhan otoriter
Analisis butir pertanyaan dimensi pengasuhan permisif
Sebaran anak berdasarkan dimensi self efficacy
Nilai outer loading
Nilai AVE, composite reliability, dan R square
Nilai koefisien pengaruh tidak langsung

25
25
26
26
27
27
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian mengenai prestasi akademik telah menjadi fokus utama para
peneliti pada dua dekade terakhir ini, dan faktor-faktor yang memengaruhi
prestasi akademik terutama pada kognisi telah menjadi perhatian utama untuk
diteliti (Savoji, Niusha, dan Boreiri 2012). Sekolah merupakan suatu tempat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar secara formal untuk mendapatkan
pendidikan. Di Indonesia, kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan diatur
dalam UU nomor 20 tahun 2003. Pasal 2 UU nomor 20 tahun 2003 menyebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Untuk mengetahui
berjalannya fungsi dan tercapainya tujuan pendidikan nasional dibutuhkan suatu
acuan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur, yaitu prestasi akademik. Prestasi
akademik remaja Indonesia menurut data Programme for International Student
Assesment (PISA) pada tahun 2009, berada pada peringkat 62 dalam hal sains dan
peringkat 59 dalam hal membaca dari 67 negara. Berdasarkan data Trend in
International Mathematics and Science Studies (TIMSS) untuk bidang
Matematika, Indonesia berada pada peringkat 38 dari 42 negara. Paparan data
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan remaja Indonesia masih jauh di bawah
rata-rata internasional.
Menurut Santrock (2003), remaja adalah masa peralihan dari anak-anak
menuju kedewasaan yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang remaja tidak
hanya berasal dari genetik, tetapi dipengaruhi juga oleh proses belajar sejak usia
dini. Secara umum, masa remaja dimulai dari proses pubertas yang merupakan
proses kematangan seksual dan membawa perubahan yang besar, serta berkaitan
dalam semua ranah perkembangan (Papalia et al. 2008). Masa remaja merupakan
masa yang unik dengan ciri-ciri yang melekat pada tahapan perkembangan
tersebut. Menurut Gunarsa (2008), ada beberapa ciri yang melekat pada remaja
yaitu sikap menentang dan menantang orangtua untuk menghindari
ketergantungan, merasa cemas akan cita-cita yang banyak namun belum tentu
dapat terpenuhi, dan merasa rendah diri dengan kemampuan belajar yang rendah.
Berdasarkan teori psikososial, usia remaja berada pada tahapan identity vs role
confusion yang menekankan bahwa tugas perkembangan utama remaja adalah
mencapai identitas diri. Untuk mencapai identitas diri yang baik termasuk
didalamnya pencapaian prestasi akademik yang baik dibutuhkan dukungan dari
dalam diri remaja dan juga keluarga.
Menurut Khayyer dan Delacey dalam Nugrasanti (2006) menyebutkan
bahwa faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik adalah faktor
kepribadian, faktor demografi, dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang
mendukung prestasi akademik antara lain lingkungan sekolah ataupun keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan terdekat yang paling sering berinteraksi dengan
anak, serta dapat memengaruhi kepribadian melalui pengasuhan yang diterapkan
orangtua. Menurut Baumrind (1991), gaya pengasuhan merupakan cara yang
digunakan oleh orangtua untuk mengontrol dan mensosialisasikan anaknya yang

2
terdiri dari gaya pengasuhan otoriter, demokratis, dan permisif. Papalia et al.
(2008) menyebutkan bahwa gaya pengasuhan demokratis yang diterapkan oleh
orangtua lebih mendorong prestasi akademik anak dibandingkan dengan gaya
pengasuhan otoriter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan
otoriter memiliki pengaruh yang negatif terhadap prestasi akademik (Huey,
Sayler, dan Rinn 2013). Gaya pengasuhan merupakan faktor penting yang
memengaruhi segala aspek perkembangan individu dan pembentukan kepribadian
yang kemudian akan berdampak kepada pencapaian akademik (Ishak, Low, dan
Lau 2011). Hasil penelitian menyatakan bahwa anak yang dibesarkan dengan gaya
pengasuhan demokratis dilaporkan memiliki self efficacy yang tinggi (Turner,
Chandler, dan Heffer 2009). Selain itu, Smith dan Renk (2007) menyatakan
bahwa gaya pengasuhan otoriter yang diterapkan orangtua saat masa anak-anak
memengaruhi kecemasan akademik anak saat mereka sudah berada di bangku
perkuliahan. Paparan tersebut menunjukkan bahwa pengasuhan yang diterapkan
oleh orangtua akan memengaruhi kepribadian yang dimiliki oleh anak seperti self
efficacy dan kecemasan, terutama dalam hal akademik.
Self efficacy adalah keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi
suatu tugas atau masalah. Dalam hal akademik self efficacy berarti keyakinan
seseorang akan kemampuannya untuk mengatur pencapaian akademik. Keyakinan
yang kuat akan mendorong seseorang untuk merancang tujuan yang menantang,
membuat strategi, dan melakukan usaha yang lebih keras untuk mendapatkan
tujuan yang diharapkan seperti prestasi akademik yang baik. Orang yang memiliki
self efficacy rendah akan menunjukkan prestasi akademik yang rendah pula. Hasil
penelitian secara signifikan membuktikan bahwa self efficacy berpengaruh positif
terhadap prestasi akademik (McTigue dan Liew 2011; Mohammadyari 2012).
Bandura (1994) menyatakan bahwa self efficacy dapat ditingkatkan melalui
mastery experiences, vicarious experiences (modeling), social persuasion, dan
somatic and emotional state. Dalam beberapa penelitian, self efficacy biasanya
bergabung dengan beberapa variabel seperti self concept, kecemasan, atau self
regulatory practice (Pajares dan Graham 1999). Spielberger (1983) dalam
Vitasari et al. (2010) menyebutkan bahwa kecemasan adalah perasaan subjektif
seseorang yang meliputi ketegangan, kegelisahan, atau kekhawatiran. Kecemasan
akademik berarti kecemasan sesaat yang terjadi selama proses belajar dan bisa
mengganggu performa akademik (Vitasari et al. 2010). Kecemasan terjadi ketika
seseorang tidak memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya untuk
menyelesaikan suatu masalah. Dengan kata lain, kecemasan disebabkan oleh self
efficacy seseorang yang rendah. Dordinejad et al. (2011) menyatakan bahwa
kecemasan berpengaruh negatif terhadap prestasi akademik. Semakin tinggi
tingkat kecemasan yang dirasakan anak maka akan semakin rendah prestasi
akademik yang dapat dicapai oleh anak.
Penelitian mengenai variabel yang berhubungan dengan prestasi akademik
akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan mampu memprediksi
variabel yang dapat memengaruhi prestasi akademik di sekolah (Savoji, Niusha,
dan Boreiri2012). Saat ini masih sedikit penelitian yang menggali pengaruh
pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti merasa perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi
akademik.

3
Perumusan Masalah
Pada tahun 2012/2013, tingkat kelulusan siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP) mengalami penurunan sebesar 0.02 persen dengan nilai rata-rata yang juga
menurun sebanyak 1.37 poin dibandingkan dengan tahun ajaran 2011/2012.
Selain itu, berdasarkan data PISA dan TIMSS peringkat remaja Indonesia masih
berada pada peringkat 10 terbawah dunia. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa
remaja Indonesia masih memiliki prestasi akademik yang rendah, padahal banyak
remaja yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Hal ini menunjukan bahwa
remaja masih belum mampu mengoptimalkan kemampuannya untuk mencapai
prestasi akademik yang baik, serta ada faktor-faktor lain yang memengaruhi
prestasi akademik remaja seperti faktor internal dan eksternal.
Faktor eksternal terdekat remaja dalam memengaruhi prestasi akademik
adalah keluarga. Keluarga dapat memengaruhi prestasi akademik remaja secara
langsung ataupun tidak langsung melaui pengasuhan yang diterapkan orangtua.
Brooks (2001) mengatakan bahwa pendidikan orangtua yang baik memiliki
hubungan dengan penerapan gaya pengasuhan terhadap anak. Semakin tinggi
tingkat pendidikan orangtua, diduga orangtua akan semakin demokratis dalam
mengasuh anaknya. Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan demokratis
pada anak akan meningkatkan prestasi akademik anak (Turner, Chandler, dan
Heffer 2009). Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa semakin baik latar
belakang yang dimiliki oleh orangtua diduga akan memberikan pengaruh terhadap
gaya pengasuhan dan berdampak pada prestasi akademik anak. Pada faktanya,
remaja dengan keadaan status sosial-ekonomi yang rendah terkadang memiliki
prestasi akademik yang lebih baik daripada anak dengan status sosial-ekonomi
tinggi. Selain itu, tidak selalu orangtua yang memiliki status sosial-ekonomi tinggi
menerapkan gaya pengasuhan demokratis yang mendorong prestasi akademik
remaja yang baik.
Faktor internal yang juga turut memengaruhi prestasi akademik remaja
adalah self efficacy dan kecemasan. Self efficacy memiliki pengaruh yang besar
terhadap motivasi seseorang (Bandura 1994). Orang yang memiliki motivasi
tinggi akan mengerahkan segala kemampuannya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan seperti pencapaian prestasi akademik. Berdasarkan hal tersebut
dapat dikatakan bahwa self efficacy memiliki peranan penting bagi seorang remaja
untuk meraih prestasi akademik yang baik. Menurut penelitian terdahulu,
kecemasan memiliki pengaruh yang negatif terhadap prestasi akademik
(Dordinejad et al. 2011). Kecemasan terjadi ketika seseorang tidak mampu
mengelola ancaman yang sedang dihadapi. Kemampuan mengelola ancaman
berkaitan dengan self efficacy yang dimiliki oleh seseorang. Orang yang memiliki
self efficacy tinggi akan mampu mengelola ancaman yang dihadapi (Bandura
1994). Hal tersebut menyiratkan bahwa kecemasan dihasilkan dari self efficacy
seseorang yang rendah. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa
seseorang akan memiliki prestasi akademik yang baik jika memiliki self efficacy
yang tinggi dan kecemasan yang rendah. Faktanya, self efficacy seseorang
menurun pada usia remaja (Mckay et al. 2012) dan kecemasan meningkat seiring
bertambahnya usia. Selain itu, remaja terkadang merasa tidak yakin akan
kemampuannya dalam belajar dan rentan dengan emosi yang berkaitan dengan
kecemasan. Pada kenyataannya setiap orang memiliki tingkat self efficacy dan

4
kecemasan yang berbeda-beda. Berdasarkan penjelasan di atas, rumusan masalah
yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana keadaan karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self
efficacy, kecemasan, dan prestasi akademik?
2. Bagaimana pengaruh karakteristik anak dan keluarga terhadap
pengasuhan?
3. Bagaimana pengaruh pengasuhan terhadap self efficacy?
4. Bagaimana pengaruh pengasuhan dan self efficacy terhadap kecemasan?
5. Bagaimana pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self
efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy,
kecemasan, dan prestasi akademik
2. Menganalisis pengaruh karakteristik anak dan keluarga terhadap
pengasuhan
3. Menganalisis pengaruh pengasuhan terhadap self efficacy
4. Menganalisis pengaruh pengasuhan dan self efficacy terhadap kecemasan
5. Menganalisis pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self
efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran akan
pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik
bagi orangtua sehingga lebih memerhatikan gaya pengasuhan yang diterapkan
yang dapat meningkatkan prestasi akademik. Penelitian ini juga diharapkan
mampu memberikan gambaran kepada pihak sekolah untuk menciptakan suasana
belajar yang kondusif untuk menunjang self efficacy anak dan menurunkan tingkat
kecemasan anak, sehingga anak lebih nyaman untuk belajar dan mampu
meningkatkan prestasi akademiknya. Pemerintah juga diharapkan mampu
memberikan kebijakan-kebijakan baru yang berhubungan dengan pendidikan
remaja. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
keilmuan pada bidang ilmu perkembangan anak dan keluarga.

KERANGKA PEMIKIRAN
Pencapaian prestasi akademik tidak dapat terlepas dari proses belajar yang
dilakukan oleh anak. Belajar merupakan suatu proses mendapatkan pengetahuan
dan perilaku baru yang melibatkan berbagai aspek perkembangan seperti kognitif,
motorik, sosial, emosi, atau kemandirian. Prestasi akademik dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal yang saling memengaruhi. Keluarga
merupakan lingkungan terdekat remaja yang berpengaruh terhadap kepribadian

5
dan secara tidak langsung memengaruhi prestasi akademik yang dicapai anak.
Pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua diduga memiliki pengaruh terhadap
prestasi akademik anak. Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan demokratis
lebih mendorong prestasi akademik anak dibandingkan dengan gaya pengasuhan
nondemokratis (Papalia et al. 2008). Selain memengaruhi prestasi akademik,
pengasuhan juga diduga memengaruhi kepribadian anak seperti self efficacy dan
kecemasan yang kemudian faktor kepribadian ini akan memengaruhi prestasi
akademik. Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan demokratis diduga akan
meningkatkan self efficacy dan menurunkan kecemasan yang dimiliki anak.
Menurut Darling (1999), orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan otoriter
hanya akan menghasilkan anak dengan rasa percaya diri yang rendah dan rentan
dengan kecemasan. Erozkan (2012) menyebutkan bahwa gaya pengasuhan
menjadi prediktor yang kuat terhadap kecemasan anak.
Self efficacy merupakan faktor internal yang memiliki peranan penting
dalam pencapaian prestasi akademik. Orang yang memiliki self efficacy tinggi
akan memiliki motivasi yang besar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
dengan mengerahkan segala usahanya (Bandura 1994). Berdasarkan hal tersebut,
diduga bahwa tingginya self efficacy yang dimiliki seseorang akan meningkatkan
prestasi akademik yang dapat dicapai. Self efficacy merupakan keyakinan
seseorang akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu masalah. Orang yang
memiliki self efficacy rendah akan memiliki kesulitan dalam menyelesaikan
masalah. Kesulitan yang dirasakan akan menimbulkan kecemasan, sehingga
diduga self efficacy memiliki pengaruh yang negatif terhadap kecemasan.
Kecemasan merupakan salah satu faktor internal yang diduga turut memengaruhi
prestasi akademik. Menurut Theresia (2013), prestasi akademik remaja masih
rendah meskipun memiliki self efficacy dan self regulated learning yang tergolong
dalam kategori sedang, serta mendapat pengasuhan dengan gaya demokratis
disebabkan karena remaja masih sulit mengendalikan kecemasannya.
Karakteristik anak dan keluarga diduga memiliki pengaruh terhadap prestasi
akademik. Menurut Castillo et al. (2011) pekerjaan dan tingkat pendidikan
orangtua memiliki kaitan dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh anak.
Selain itu, Ahmad, Husein, dan Azeem (2012) menyebutkan bahwa prestasi
akademik perempuan lebih baik daripada anak laki-laki. Karakteristik anak dan
keluarga juga diduga memiliki pengaruh terhadap penerapan gaya pangasuhan.
Brooks (2001) menyatakan bahwa status sosial-ekonomi orangtua memiliki kaitan
dalam penerapan gaya pengasuhan. Semakin tinggi status sosial-ekonomi
orangtua, maka orangtua akan memiliki kecenderungan untuk menerapkan gaya
pengasuhan demokratis. Orangtua lebih menggunakan gaya pengasuhan
demokratis pada anak perempuan, sedangkan anak laki-laki lebih dididik dengan
keras agar menjadi pribadi yang kuat. Kerangka pemikiran pengaruh pengasuhan,
self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik disajikan pada gambar 1.

6

Karakteristik anak
- Jenis
kelamin
- Usia

Karakteristik keluarga
- Pendidikan
- Pendapatan
- Besar keluarga
- Usia orangtua

Pengasuhan
- Demokratis
- Otoriter
- permisif
Kecemasan

Self efficacy

Prestasi
akademik
Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan
kecemasan terhadap prestasi akademik

METODE
Desain, Lokasi, dan Waktu
Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan topik penelitian FaktorFaktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik dengan menggunakan desain cross
sectional study. Lokasi dari penelitian ini adalah dua Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) yang berada di Kota Bogor (SMPN X) dan Kabupaten Bogor
(SMPN Y). Pemilihan lokasi tersebut menggunakan teknik cluster random
sampling berdasarkan data sekolah yang didapatkan dari Dinas Pendidikan Bogor.

7
Pemilihan dilakukan dengan cara memisahkan SMPN yang berada di wilayah
Bogor menjadi SMPN kota dan kabupaten, setelah itu dilakukan pengacakan pada
masing-masing cluster sampai terpilih SMPN X Kota Bogor dan SMPN Y
Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Mei 2014.
Teknik Penarikan Contoh
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMPN Bogor. Contoh
dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII dari masing-masing sekolah yang
terpilih menjadi lokasi penelitian. Pemilihan contoh ini dikarenakan kelas VIII
tidak memiliki kesibukan untuk persiapan ujian nasional seperti kelas XI dan
memiliki pengalaman yang lebih lama dibandingkan dengan kelas VII. Penarikan
contoh dilakukan dengan cara mengacak jumlah kelas VIII reguler yang ada di
SMPN X dan SMPN Y, setelah itu dipilih dua kelas yang mewakili kelas VIII
untuk dijadikan contoh dalam penelitian ini. Seluruh siswa yang berada di kelas
terpilih dijadikan contoh penelitian dengan jumlah anak sebanyak 153. Setelah
dilakukan pengambilan data hanya sebanyak 151 anak yang dianalisis lebih lanjut
karena ada beberapa anak yang tidak hadir saat pengambilan data.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui teknik self report dengan alat bantu kuesioner yang
diisi oleh contoh setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti. Data primer
meliputi karakteristik keluarga (lama pendidikan orangtua, pendapatan orangtua,
usia orangtua, dan besar keluarga), karakteristik anak (usia, jenis kelamin),
persepsi gaya pengasuhan, kecemasan, dan self efficacy. Data sekunder yang
dikumpulkan meliputi data sekolah dan prestasi akademik contoh yang diperoleh
melalui rapor dari pihak sekolah. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Jenis Data

Variabel

Alat Bantu

Primer

Karakteristik keluarga:
Pendapatan keluarga
Lama pendidikan
orangtua
Usia orangtua
Besar keluarga
Karakteristik contoh:
Usia
Jenis kelamin
Persepsi gaya pengasuhan
Self efficacy
Kecemasan
Prestasi akademik

Kuesioner

Primer

Primer
Primer
Primer
Sekunder

Skala Data
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio

Kuesioner

Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Rapor contoh

Rasio
Nominal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Rasio

Gaya pengasuhan diukur menggunakan instrumen persepsi gaya pengasuhan
yang dikembangkan oleh Latifah (2009). Persepsi gaya pengasuhan yang diukur

8
terbagi menjadi gaya pengasuhan demokratis, otoriter, dan permisif yang
mengandung dimensi responsiveness dan demandingness. Variabel ini memiliki
27 butir pertanyaan yang terdiri atas 9 butir pertanyaan demokratis, 8 butir
pertanyaan otoriter, dan 10 butir pertanyaan permisif dengan skala Likert 1-4 (1=
tidak pernah, 2= hampir tidak pernah, 3= sering, 4= sangat sering). Reliabilitas
dari instrumen persepsi gaya pengasuhan adalah 0.644.
Variabel kecemasan pada penelitian ini diukur menggunakan instrument
Cognitive Test Anxiety yang dikembangkan oleh Cassady dan Johnson (2002).
Variabel ini terdiri atas 25 butir pertanyaan dengan skala Likert 1-4 (1= sangat
tidak sesuai, 2= tidak sesuai, 3= sesuai, 4= sangat sesuai). Nilai reliabilitas dari
instrumen ini sebesar 0.834.
Pengukuran self efficacy pada penelitian ini menggunakan instrumen
Academic Self efficacy and Efficacy for Self Regulated Learning yang
dimodifikasi dari Zimmerman, Bandura, dan Martinez (1992), serta Rudmann.
Variabel ini memiliki 18 butir pertanyaan yang terdiri dari 2 dimensi yaitu
efficacy for self regulated learning (10 butir pertanyaan) dan self efficacy for
academic achievement (8 butir pertanyaan). Pilihan jawaban dari variabel ini
menggunakan skala likert 1-4 (1= sangat tidak sesuai, 2= tidak sesuai, 3= sesuai,
4= sangat sesuai). Nilai reliabilitas dari instrumen ini sebesar 0.827.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry
data, cleaning data, dan analisis data. Pengolahan dan analisis data dilakukan
dengan menggunakan program Microsoft Excel, SPSS for Windows, dan
SmartPLS. Kualitas data pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan dikontrol
dengan melakukan uji reliabilitas dan uji validitas dengan metode cronbach alpha.
Selain itu, data dianalisis menggunakan uji statistik deskriptif dan inferensia.
Data karakteristik contoh terdiri atas usia dan jenis kelamin. Jenis kelamin
dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Data karakteristik keluarga terdiri
atas usia orangtua, pendapatan, lama pendidikan orangtua, dan besar keluarga.
Data pendapatan orangtua dikonversikan menjadi data pendapatan per kapita per
bulan lalu dikategorikan berdasarkan garis kemiskinan Kota dan Kabupaten Bogor
menurut BPS 2011.
Sistem indeks yang dilakukan untuk gaya pengasuhan, self efficacy, dan
kecemasan menggunakan rumus :

Keterangan :
Indeks
Skor anak
Skor minimal
Skor maksimal

= skor anak yang sudah diindeks
= skor yang diperoleh anak berdasarkan pengukuran
= skor minimal pada instrumen
= skor maksimal pada instrumen

Persepsi gaya pengasuhan dikategorikan berdasarkan pada hasil persentase
skor tertinggi diantara ketiga gaya pengasuhan. Semakin tinggi persentase skor
pada salah satu gaya pengasuhan, maka orangtua dinyatakan cenderung
menerapkan gaya pengasuhan tersebut. Self efficacy dan kecemasan dikategorikan
menggunakan cut off yang terdiri atas 3 kategori yaitu : rendah= 80 persen. Prestasi akademik anak
dikategorikan berdasarkan Permendiknas no.81a tahun 2013. Kategori tersebut
terdiri atas: kurang=≤2.49, cukup= 2.50-2.99, baik=3.00-3.49, sangat baik= 3.504.00. Jenis dan pengategorian data disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis dan pengategorian data
Jenis Data
Karakteristik contoh
Jenis kelamin
Karakteristik orangtua
Pendapatan per kapita
Pengasuhan

Self efficacy

Kecemasan

Prestasi akademik

Kategori Pengukuran
perempuan
laki-laki
miskin
tidak miskin
demokratis
otoriter
permisif
rendah (≤60%)
sedang (60-80)
tinggi (≥80%)
rendah (80%)
kurang (≤2.49)
cukup (2.50-2.99)
baik (3.00-3.49)
sangat baik (3.50-4.00)

Uji deskriptif digunakan untuk melihat frekuensi, rataan, dan standar
deviasi dari data yang diperoleh. Uji inferensia yang dilakukan adalah uji
pengaruh antar variabel dan faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik
menggunakan uji Partial Least Square (PLS). Langkah pertama yang harus
diperhatikan dalam menggunakan PLS adalah evaluasi goodness of fit yang
terbagi atas outer model (outer loading, AVE, dan composite reliability) serta
inner model (R-square). Nilai Outer loading (>0.5) digunakan untuk melihat
validitas indikator dari variabel yang diteliti. Nilai AVE (>0.5) digunakan untuk
melihat validitas suatu variabel, dan nilai composite reliability (> 0.7) digunakan
untuk melihat konsistensi variabel yang diteliti. Variabel dikatakan memiliki
pengaruh signifikan ketika memiliki nilai t hitung >1.96.
Definisi Operasional
Karakteristik Anak adalah ciri khas anak yang terdiri atas usia dan jenis
kelamin.
Jenis Kelamin adalah jenis kelamin anak yang dibedakan menjadi laki-laki dan
perempuan.
Usia adalah usia anak pada saat penelitian berlangsung dengan satuan tahun.
Karakteristik Keluarga adalah ciri khas keluarga anak yang terdiri atas usia
orangtua, pendapatan orangtua, lama pendidikan orangtua, dan besar keluarga.
Usia Orangtua adalah usia ayah dan ibu anak yang dihitung dengan satuan tahun.
Pendapatan per Kapita adalah pendapatan per kapita per bulan yang diperoleh
dari pendapatan orangtua ataupun anggota keluarga lain yang sudah bekerja

10
dibagi dengan besar keluarga, serta dikategorikan berdasarkan garis
kemiskinan Kota dan Kabupaten Bogor menurut BPS 2011.
Lama Pendidikan Orangtua adalah lama pendidikan formal yang telah
ditempuh oleh ayah dan ibu anak yang dihitung dengan satuan tahun.
Gaya Pengasuhan adalah pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua terdiri atas
gaya demokratis, otoriter, dan permisif.
Gaya Pengasuhan Demokratis adalah orangtua yang memiliki sikap hangat,
komunikatif, memberikan alasan dalam membuat batasan, dan menggunakan
negosiasi ketika membuat keputusan.
Gaya Pengasuhan Otoriter adalah orangtua yang memiliki sikap sewenangwenang, memaksa dan tidak dapat diubah, serta mendominasi.
Gaya Pengasuhan Permisif adalah orangtua yang memiliki sikap sangat toleran
terhadap anak, tidak pernah mengarahkan, dan tidak pernah memberi batasan.
Self Efficacy adalah keyakinan anak terhadap kemampuannya untuk mengatur
strategi belajar yang digunakan dalam belajar dan keyakinan untuk mampu
berprestasi dalam hal akademik
Kecemasan adalah ketakutan sesaat yang dirasakan anak terhadap proses belajar
dan ketika akan, saat, atau sesudah ujian.
Prestasi Akademik adalah hasil pencapaian akademik anak yang dilihat
berdasarkan nilai seluruh mata pelajaran yang ada dalam rapor.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Anak dan Keluarga
Penelitian ini mengambil anak dengan jenis kelamin yang berbeda dan usia
dengan kategori remaja. Berdasarkan jenis kelamin, lebih dari separuh anak
(58.9%) berjenis kelamin perempuan dan sisanya (41.1%) berjenis kelamin lakilaki. Santrock (2011) menyebutkan bahwa usia remaja awal berkisar antara 11-13
tahun. Pada penelitian ini sebagian besar anak memiliki usia dengan kategori
remaja awal dengan rentang 12-15 tahun. Menurut BPS Jawa Barat pada tahun
2011, garis kemiskinan Kota Bogor sebesar Rp 305 870 dan garis kemiskinan
Kabupaten Bogor sebesar Rp 235 682. Berdasarkan garis kemiskinan tersebut
hampir seluruh anak (82.12%) tergolong ke dalam kategori keluarga tidak miskin
dan sisanya (17.88%) tergolong dalam keluarga miskin. Sebaran anak berdasarkan
pendapatan per kapita per bulan disajikan pada Tabel 3.

11
Tabel 3 Sebaran anak berdasarkan pendapatan per kapita per bulan
Sebaran anak

Pendapatan keluarga (Rp/kap/bl)

n

Miskin
Tidak miskin

27
124

Total
Rata-rata±std
Min-maks

151
100
868 830±1 120 165.4
125 000-8 750 000

%
17.88
82.12

Keterangan : batas garis kemiskinan Kota Bogor Rp 305 870, batas garis kemiskinan Kabupaten Bogor Rp 235 682

Rata-rata usia ayah sebesar 45.98 tahun, dan rata-rata usia ibu sebesar 41.91
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usia orangtua anak berada pada
tahapan dewasa madya yang memiliki rentang usia 40-65 tahun (Santrock 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pendidikan ayah lebih dari 12 tahun
dan lama pendidikan ibu hampir mendekati 12 tahun. Hal tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata pendidikan terakhir orangtua adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA). Sebaran anak berdasarkan karakteristik keluarga disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4

Sebaran anak berdasarkan karakteristik keluarga

Variabel
Usia orangtua
Usia ayah (tahun)
Usia ibu (tahun)
Lama pendidikan orangtua
Lama pendidikan
ayah (tahun)
Lama pendidikan ibu
(tahun)

Rata-rata±std

Min-maks

45.98±6.227
41.91±5.665

31-65
29-57

12.62±2.95

3-20

11.83±2.802

0-20

Pengasuhan
Gaya pengasuhan merupakan strategi yang digunakan orangtua dalam
membesarkan anak (Toyin dan Aderemi 2013). Baumrind mengelompokkan gaya
pengasuhan menjadi 3 yaitu demokratis, otoriter, dan permisif. Ketiga gaya
pengasuhan tersebut mengandung 2 dimensi yaitu responsiveness dan
demandingness. Responsiveness merujuk pada kehangatan dan dukungan yang
diberikan orangtua kepada anaknya, sedangkan demandingness mengacu pada
kontrol yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hampir seluruh orangtua anak menerapkan gaya pengasuhan
demokratis (89.4%). Menurut Darling (1999), orang tua yang menerapkan gaya
pengasuhan demokratis akan menghasilkan anak yang lebih unggul dalam segala
bidang dibandingkan dengan orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan
nondemokratis. Analisis butir pertanyaan (Lampiran 1) menunjukan bahwa lebih
dari separuh anak (55.6%) mempersepsikan bahwa orangtua mereka selalu
memberikan peringatan terlebih dahulu sebelum menjatuhkan sanksi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 8 persen orangtua menerapkan gaya pengasuhan
otoriter kepada anak. Lebih dari separuh anak (55%) merasa orangtua menuntut
agar mereka berperilaku baik di sekolah. Selain itu, hanya 2.6 persen orangtua

12
anak yang menerapkan gaya pengasuhan permisif. Analisis butir pertanyaan
menunjukkan bahwa hampir seluruh anak menjawab tidak pernah pada pertanyaan
orangtua tidak menerapkan aturan apapun kepada anak (76.8%). Hampir seluruh
anak juga menjawab tidak pernah pada pernyataan yang menggambarkan bahwa
orangtua tidak memberikan batasan pergaulan anak (76.8%). Berikut sebaran anak
berdasarkan gaya pengasuhan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Sebaran anak berdasarkan gaya pengasuhan
Gaya pengasuhan
Permisif
Otoriter
Demokratis
Total

n
4
12
135
151

%
2.6
8.0
89.4
100

Self Efficacy
Self efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki
dan menentukan bagaimana seseorang merasakan, berpikir, memotivasi dirinya,
dan bertindak (Bandura 1994). Dalam meningkatkan self effficacy seseorang dapat
menggunakan beberapa mekanisme yaitu diberi tahu orang lain (diarahkan),
kesadaran diri sendiri, atau modeling. Sementara untuk membangun self efficacy
dalam bidang akademik, dibutuhkan lingkungan sekolah yang kondusif dan guru
yang mampu mengarahkan siswanya untuk melakukan self evaluating, serta
mengatur tujuan yang spesifik agar siswa mendapatkan pengalaman yang dapat
meningkatkan self efficacy (McTigue dan Liew 2011). Hasil penelitian
menunjukan bahwa lebih dari setengah anak (74.8%) memiliki self efficacy
dengan kategori rendah, hanya 1.3 persen anak yang memiliki self efficacy dengan
kategori tinggi. Hal tersebut dapat disebabkan berdasarkan dimensi academic self
efficacy dan efficacy for self regulated learning, lebih dari setengah anak memiliki
academic self efficacy (68.2%) dan efficacy for self regulated learning (64.9%)
pada kategori rendah (Lampiran 4). Berikut sebaran anak berdasarkan self efficacy
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran anak berdasarkan self efficacy
Self efficacy

n

(%)

Rendah
Sedang
Tinggi

113
36
2

74.8
23.8
1.3

Total
Rata-rata ± std
Min-maks

151

100
55.251±10.15
29-85

Keterangan: rendah= 80%.

Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan subjektif seseorang mengenai ketakutan
ataupun kegelisahan yang terbagi menjadi state anxiety dan trait anxiety. State
anxiety adalah emosi sesaat seseorang saat mengartikan keadaan stres pada waktu
tertentu, sedangakan trait anxiety berkaitan dengan sifat atau karakter seseorang.

13
Kecemasan mengandung 2 dimensi yaitu emotionality dan worry (Cassady dan
Johnson 2002). Emotionality merupakan respon fisiologis yang terjadi selama
mengevaluasi sesuatu, sedangkan worry berkaitan dengan proses kognitif.
Berdasarkan jenis dan dimensi kecemasan, kecemasan akademik merupakan state
anxiety dan berfokus pada dimensi worry. Pada penelitian ini kecemasan anak
dikategorikan ke dalam tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hampir seluruh anak memiliki kecemasan dengan kategori rendah (89.4%)
dan tidak ada anak yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. Kecemasan dapat
memengaruhi perilaku adaptif seseorang dalam fungsi sosial, kinerja, ketahanan,
dan kesejahteraan subjektif (Kapikiran 2013). Berikut sebaran anak berdasarkan
kecemasan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran anak berdasarkan kecemasan
n

Kecemasan
Rendah
Sedang
Tinggi

135
16
0

Total
Rata-rata ± std
Min-maks

151

(%)
89.4
10.6
0
100
47.867±9.65
16-74

Keterangan: rendah= 80%.

Prestasi Akademik
Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang menggambarkan
keberhasilan belajar seorang siswa dalam mencapai tujuannya (Olivia 2011).
Prestasi belajar menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi dan prestasi
belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata prestasi akademik anak adalah
3.15±0.13. Hampir seluruh anak memiliki prestasi akademik dalam kategori baik
(94.7%). Selain itu, 4.6 persen anak memiliki prestasi akademik dengan kategori
cukup dan 0.7 persen anak memiliki prestasi akademik kurang. Berikut sebaran
anak berdasarkan prestasi akademik anak disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Sebaran anak berdasarkan prestasi akademik anak
Prestasi akademik

n

%

Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik

1
7
143
0

0.7
4.6
94.7
0

Total
Rata-rata±std
Min-maks

151

100
3.15±0.13
2.30-3.44

Keterangan: kurang= 1.96

Pengaruh Pengasuhan terhadap Self Efficacy
Pengasuhan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kepribadian
seorang anak. Pengaruh pengasuhan terhadap self efficacy memiliki nilai R square
0.04. Artinya, pengasuhan mampu menjelaskan keragaman self efficacy sebesar 4
persen. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengasuhan demokratis berpengaruh
positif terhadap self efficacy sebesar 0.20. Semakin orangtua menerapkan
pengasuhan demokratis, maka akan meningkatkan self efficacy yang dimiliki oleh
anak. Cara untuk meningkatkan self efficacy dapat dilakukan dengan cara
vicarious experience dan verbal persuasion yaitu melalui modeling dan kalimat
dorongan (Bandura 1994). Kedua hal tersebut dapat terjadi melalui pengasuhan
yang diterapkan oleh orangtua.

Pengaruh Pengasuhan dan Self Efficacy terhadap Kecemasan
Kecemasaan merupakan suatu perasaan subjektif yang timbul karena
seseorang tidak mampu mengelola suatu ancaman yang sedang dihadapinya.
Pengasuhan dan self efficacy mampu menjelaskan keragaman kecemasan sebesar
15 persen (R square= 0.15). Hasil penelitian menunjukan bahwa pengasuhan
demokratis tidak memiliki pengaruh terhadap kecemasan. Hal ini berarti apapun
gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua, maka tingkat kecemasan yang

15
dirasakan anak akan beragam. Selain itu, self efficacy memiliki pengaruh yang
negatif terhadap kecemasan sebesar 0.38. Semakin tinggi self efficacy yang
dimiliki oleh seorang anak, maka akan menurunkan tingkat kecemasan. Berikut
koefisien pengaruh pengasuhan dan self efficacy terhadap kecemasan disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10 Koefisien pengaruh pengasuhan dan self efficacy terhadap kecemasan
Variabel
Pengasuhan
Demokratis
Self efficacy

Kecemasan
0.18
-0.38*

Keterangan: *signifikan pada t>1.96

Pengaruh Karakteristik Anak dan Keluarga, Pengasuhan, Self Efficacy, dan
Kecemasan terhadap Prestasi Akademik
Prestasi akademik merupakan suatu pencapaian yang dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal yang saling memengaruhi. Faktor-faktor yang
memengaruhi prestasi akademik yang diteliti dalam penelitian ini adalah
karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan.
Karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan mampu
menjelaskan keragaman prestasi akademik sebesar 30 persen (R square= 0.30).
Berikut koefisien pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self
efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Koefisien pengaruh karakteristik anak dan keluarga, pengasuhan, self
efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik
Variabel
Karakteristik anak
Karakteristik keluarga
Pengasuhan
Self efficacy
Kecemasan

Prestasi akademik
0.39*
-0.19*
0.07
0.24*
-0.23*

Keterangan: *signifikan pada t>1.96

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik anak yaitu jenis kelamin
memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap prestasi akademik (Tabel 11).
Prestasi akademik anak perempuan cenderung lebih baik dari anak laki-laki.
Selain itu, lama pendidikan orangtua yang menggambarkan karakteristik keluarga
memiliki pengaruh negatif secara langsung terhadap prestasi akademik sebesar
0.19. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendidikan orangtua, prestasi akademik
anak akan menurun. Pada penelitian ini rata-rata pendidikan terendah orangtua
berada pada tingkat SMA. Selanjutnya, pengasuhan tidak memiliki pengaruh
terhadap prestasi akademik. Artinya, apapun gaya pengasuhan yang diterapkan
oleh orangtua, tidak akan memengaruhi prestasi akademik yang dapat dicapai oleh
anak.
Faktor kepribadian yang diteliti dalam penelitian ini adalah self efficacy dan
kecemasan. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel self efficacy memiliki

16
pengaruh yang positif secara langsung terhadap prestasi akademik sebesar 0.24.
Semakin tinggi self efficacy yang dimiliki, maka akan meningkatkan prestasi
akademik seseorang. Secara langsung kecemasan memiliki pengaruh negatif
terhadap prestasi akademik sebesar 0.23. Hal ini berarti semakin tinggi kecemasan
yang dimiliki, maka akan menurunkan prestasi akademik yang dapat dicapai
seorang anak. Selain itu, penelitian ini juga menunjukan bahwa self efficacy
memiliki pengaruh tidak langsung terhadap prestasi akademik (Lampiran 7).
Pengaruh tidak langsung tersebut terjadi melalui kecemasan. Semakin rendah self
efficacy yang dimiliki, maka akan meningkatkan kecemasan dan kecemasan akan
berdampak pada menurunnya prestasi akademik. Berikut model akhir dari
penelitian pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi
akademik yang disajikan pada Gambar 2.

-

Karakteristik anak
- Jenis kelamin
0.18

0.39*
0.39*

Kecemasan
-0.23*
-0.23*

0.19*
0.19*
-0.38*
-0.38*

-

Pengasuhan
- Demokratis
0.20*
0.20*

Self efficacy

0.24*
0.24*

Prestasi
akademik

0.22*
0.22*
-0.19*
-0.19*

0.07

-

Karakteristik keluarga
- Lama pendidikan
orangtua
Keterangan: *signifikan pada t>1.96

Gambar 2 Model akhir pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan
terhadap prestasi akademik

Pembahasan
Pengasuhan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh
orangtua untuk merawat dan mendidik anak. Menurut Darling (1999), pengasuhan
yang diterapkan orangtua akan memengaruhi kepribadian anak. Gaya pengasuhan
yang diterapkan oleh orangtua dipengaruhi oleh berbagai hal seperti karakteristik
anak dan karakteristik keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis
kelamin anak memiliki pengaruh terhadap penerapan gaya pengasuhan. Anak
perempuan lebih cenderung diasuh menggunakan gaya pengasuhan demokratis.
Hal ini senada dengan Kausar dan Shafique (2008) yang menyatakan bahwa anak
perempuan lebih memersepsikan dirinya diasuh menggunakan gaya pengasuhan
demokratis. Pada dasarnya jenis kelamin tidak menjadi sebuah alasan untuk

17
orangtua membedakan pengasuhan. Perbedaan yang dilakukan oleh orangtua lebih
kepada jenis interaksi dan kesempatan melakukan aktivitas bersama anak
perempuan atau laki-laki (Nixon dan Halpenny 2010). Anme et al. (2010) juga
menyatakan bahwa orangtua tidak memberikan sikap yang berbeda kepada anak
berdasarkan jenis kelamin, kecuali pada usia tertentu. Selain karakteristik anak,
karakteristik keluarga yaitu lama pendidikan orangtua memiliki pengaruh yang
positif terhadap gaya pengasuhan demokratis. Orangtua dengan pendidikan tinggi
lebih kecil kecenderungannya untuk menggunakan kontrol yang memaksa dan
protektif (Sleddens et al. 2014). Menurut Brooks (2001), semakin tinggi
pendidikan orangtua maka orangtua akan menjadikan anak sebagai orientasi
sehingga orangtua akan memahami tumbuh kembang anak, memahami motivasi
dan perasaan anak, dan menggunakan alasan serta negoisasi dalam menyelesaikan
masalah.
Baumrind (1991) menyatakan bahwa gaya pengasuhan digunakan untuk
mengetahui cara yang dilakukan oleh orangtua dalam mengontrol dan
mensosialisasikan anaknya. Hampir seluruh anak pada penelitian ini diasuh
menggunakan gaya pengasuhan demokratis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengasuhan demokratis memiliki pengaruh positif terhadap self efficacy. Temuan
ini juga didukung oleh Turner, Chandler, dan Heffer (2009) yang menyatakan
bahwa gaya pengasuhan demokratis memiliki pengaruh terhadap tingginya self
efficacy anak. Tingginya self efficacy anak yang dibesarkan dengan gaya
pengasuhan demokratis dapat disebabkan karena gaya pengasuhan ini
menekankan kontrol dari orang tua dan berfokus dalam melatih kemandirian anak.
Hal ini juga di dukung oleh Brooks (2001) yang menyebutkan bahwa anak yang
dibesarkan dengan pengasuhan demokratis akan memiliki kemandirian dan
kepercayaan diri yang baik, sehingga mereka mampu mengeksplorasi dunia
mereka dengan kesenangan dan kegembiraan. Pada penelitian ini gaya
pengasuhan otoriter dan permisif tidak dimasukkan ke da