HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN FLOW AKADEMIK PADA SISWA AKSELERASI SMP NEGERI 1 SIDOARJO.

(1)

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN FLOW AKADEMIK PADA SISWA AKSELERASI SMP NEGERI 1 SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata

Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Mashubatul Akmaliyah B07212022

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

INTISARI

Flow akademik adalah kondisi dimana individu merasa nyaman, dapat berkonsentrasi, memiliki motivasi dalam diri, serta mampu menikmati aktivitas akademik yang sedang dijalani. Self efficacy adalah keyakinan yang ada dalam diri seseorang bahwa individu tersebut mempunyai kemampuan untuk menentukan perilaku yang tepat sehingga dapat mencapai keberhasilan seperti yang diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan flow

akademik pada siswa akselerasi. Self efficacy diakui sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang hingga mengalami kondisi

flow. Penelitian ini memiliki variabel bebas dan variabel terikat yaitu

self efficacy dan flow akademik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasi dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala self efficacy dan skala flow akademik yang disusun penulis sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian berjumlah 24 orang siswa akselerasi. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis product moment dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi p = 0.000 < 0.05 dan r = 0.886 > 0.423 artinya Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara self efficacy dengan flow akademik pada siswa akselerasi. Berdasarkan hasil tersebut juga dapat dipahami bahwa korelasinya bersifat positif menunjukkan adanya hubungan yang searah, artinya semakin tinggi self efficacy maka semakin tingi pula

flow akademik pada siswa akselerasi. Siswa akselerasi dengan self efficacy yang tinggi maka mereka mampu mengontrol perilaku untuk mempertahankan usaha dalam mengerjakan tugas sehingga mereka akan mudah mencapai kondisi flow akademik.


(7)

xii

ABSTRACT

Academic Flow is a condition where person feel comfortable, able to concentrate, has inner motivation, and also able to enjoy doing academic activity. Self efficacy is believe inside someone self that a person has the ability to decide correct behavior to achieve desired success. Purpose of this research is to know the correlation between self efficacy and academic flow on student acceleration. Self efficacy is acknowledged as the trigger which pushes someone learning activity until they had flow condition. This research has dependent variable and independent variable which is self efficacy and academic flow. This research is correlational quantitative research which use self efficacy scale and academic flow scale as data collecting method which is designed by researcher itself. This research is population research. The subject of this research is 24 acceleration students. The data analysis technique used in this research was product moment analysis with significant level 0.05. The result of the study showed correlation value p = 0.000 < 0.05 and r = 0.886 > 0.423 which is mean Ha is accepted. This result showed there is correlation between self efficacy and academic flow on acceleration students. Also based on the result it can be understood that positive correlation show linear correlation which is mean the higher self efficacy the higher academic flow on the acceleration students. High self efficacy on Acceleration students mean they are able to control their behavior to maintain the effort to do the assignment which make them easy to reach the academic flow.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Keaslian Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik ... 18

1. Pengertian Flow Akademik ... 18

2. Dimensi-Dimensi Flow ... 20

3. Aspek-Aspek Flow ... 23

4. Prasyarat Mencapai Kondisi Flow ... 24

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Flow ... 25

6. Flow Akademik dalam Perspektif Islam ... 26

B. Self Efficacy ... 29

1. Pengertian Self Efficacy ... 29

2. Aspek-Aspek Self Efficacy ... 31

3. Sumber Self Efficacy ... 33

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy ... 35

5. Self Efficacy dalam Perspektif Islam ... 37

C. Akselerasi ... 42

1. Pengertian Akselerasi ... 42

2. Siswa Akselerasi ... 43

3. Tujuan Akselerasi ... 45

4. Manfaat Akselerasi ... 46

5. Kelemahan Akselerasi... 47

D. Hubungan antara Self Efficacy dengan Flow Akademik ... 48

E. Kerangka Teoritis ... 51


(9)

vii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Definisi Operasional ... 55

1. Variabel Penelitian ... 55

2. Definisi Operasional ... 56

B. Populasi ... 56

C. Teknik Pengumpulan Data ... 58

D. Validitas dan Reliabilitas ... 63

1. Validitas ... 63

a. Uji Validitas Try Out Skala Flow Akademik ... 63

b. Uji Validitas Try Out Skala Self Efficacy... 67

2. Reliabilitas ... 70

E. Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi ... 76

1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 76

a. Persiapan Awal ... 76

b. Penyusunan Instrumen Penelitian ... 77

c. Pelaksanaan Penelitian ... 77

2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 80

a. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Sidoarjo ... 80

b. Letak Geografis ... 81

c. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 1 Sidoarjo ... 82

d. Data Siswa Akselerasi SMP Negeri 1 Sidoarjo ... 83

3. Deskripsi Subjek ... 83

B. Deskripsi dan Reliabilitas Data ... 84

1. Deskripsi Data ... 84

2. Reliabilitas Data ... 87

3. Uji Prasyarat ... 88

a. Uji Normalitas ... 88

b. Uji Linieritas ... 89

C. Hasil Penelitian ... 90

D. Pembahasan ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penilaian Pernyataan Favorable dan Unfavorable ... 59

Tabel 2 : Blue Print Try Out Skala Flow Akademik ... 60

Tabel 3 : Blue Print Try Out Skala Self Efficacy ... 62

Tabel 4 : Sebaran Aitem Valid dan Gugur Skala Flow Akademik... 64

Tabel 5 : Distribusi Aitem Skala Flow Akademik setelah Dilakukan Uji Coba ... 66

Tabel 6 : Sebaran Aitem Valid dan Gugur Skala Self Efficacy ... 68

Tabel 7 : Distribusi Aitem Skala Self Efficacy setelah Dilakukan Uji Coba ... 69

Tabel 8 : Realibilitas Statistik Try Out ... 69

Tabel 9 : Pelaksanaan Penelitian ... 80

Tabel 10 : Data Peserta Didik yang Mengikuti Program Akselerasi ... 83

Tabel 11 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 84

Tabel 12 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84

Tabel 13 : Deskripsi Statistik ... 85

Tabel 14 : Deskripsi Data Berdasarkan Usia Responden ... 86

Tabel 15 : Deskripsi Data Berdasarkan Jenis Kelamin ... 86

Tabel 16 : Hasil Uji Estimasi Reliabilitas... 87

Tabel 17 : Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk ... 89

Tabel 18 : Hasil Uji Linieritas ... 90


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kualitas pengalaman sebagai fungsi hubungan antara tantangan dan

keterampilan ... 36

Gambar 2 : Skema Hubungan Self Efficacy dan Flow Akademik ... 51

Gambar 3 : Skema Kerangka Teoritik Self Efficacy dan Flow Akademik ... 53

Gambar 4 : Grafik Histogram Uji Normalitas... 88


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosial dan budaya yang berlangsung dengan cepat telah memberikan tantangan kepada setiap individu untuk terus belajar melalui berbagai sumber dan media. Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam mempertahankan hidup dan juga menyebabkan perubahan perilaku individu sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimplementasi dalam bentuk informasi dan transformasi dapat memberikan pengaruh yang sangat kuat dalam kehidupan, baik dari segi positif maupun negatif.

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting, karena kebutuhan akan pendidikan merupakan suatu keadaan yang sangat mutlak dan tidak bisa dipisahkan dari setiap individu. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I pasal 1 (2003), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan pendidikan, secara tidak langsung kepribadian seseorang akan terbentuk.


(13)

2

Membincangkan persoalan pendidikan, tentu tidak terlepas dari siapa siswa itu. Dalam pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka melalui proses pendidikan pada jalur dan jenis pendidikan tertentu. Setiap siswa yang mengenyam pendidikan memiliki kemampuan berbeda-beda. Saat ini dalam menghadapi perkembangan zaman yang terus melaju pesat, dunia Pendidikan terus berupaya memaksimalkan kemampuan setiap peserta didik hingga mampu menghasilkan prestasi optimal yang sesuai dengan kemampuannya. Anak yang memiliki bakat dan kemampuan luar biasa membutuhkan layanan khusus dibandingkan peserta didik yang memiliki kemampuan biasa atau normal.

Di Indonesia kesadaran ini telah ada dengan ditetapkannya Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 ayat 4 (2003) yang menyatakan bahwa “warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.” Dan pasal 12 ayat 1 poin b dan f (2003) yang menegaskan “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya, serta menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.” Setelah ditetapkannya undang-undang tersebut, pada tahun 2004 pemerintah memulai mengadakan penyelenggaraan program percepatan belajar di tingkat Sekolah


(14)

3

Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Umum guna memberikan layanan belajar terhadap siswa-siswa berinteligensi tinggi. Program percepatan belajar banyak dikenal dengan sebutan akselerasi.

Menurut Hawadi (2004) akselerasi adalah kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran pada waktu yang lebih cepat atau dalam usia lebih muda dari umumnya. Tujuan dari program akselerasi adalah memberikan pelayanan untuk anak berbakat secara intelektual untuk dapat menyelesaikan masalah pendidikan lebih awal. Akselerasi (acceleration) secara singkat diterjemahkan sebagai “percepatan” dalam 2 pengertian, yaitu Akselerasi sebagai model layanan pembelajaran dengan cara melompat kelas, dan menunjukan pada peningkatan program sehingga dapat dijalankan dalam waktu lebih cepat dengan cara menganalisis materi pelajaran dengan mencari materi yang esensial.

Pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas diatasnya. Sementara itu, sebagai model kurikulum kelas akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa itu sendiri. Dalam hal ini akselerasi dapat dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber ataupun kelas khusus dan bentuk akselerasi yang diambil bisa telescoping dan siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun dengan cara self-paced studies, yaitu siswa mengatur kecepatan belajarnya sendiri. (Hawadi, 2004)


(15)

4

Menurut data statistik kemendikbud jumlah Sekolah Menengah Pertama di Indonesia pada tahun 2015/2016 mencapai 14.548 dan jumlah sekolah menengah pertama di Jawa Timur mencapai 2.886. Di Kabupaten Sidoarjo terdapat 45 sekolah SMP Negeri. Dari beberapa sekolah tersebut, terdapat 2 sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi yaitu SMP Negeri 1 Sidoarjo dan SMP Negeri 1 Sedati (dispendik.sidoarjokab.go.id). Pada pertengahan Juli 2010 Dinas pendidikan (Dispendik) Sidoarjo membuka penyaringan penerimaan siswa baru (PSB) jalur percepatan (akselerasi). PSB akselerasi tetap dibuka di 3 sekolah, yaitu SMAN 1 Sidoarjo, SMAN 3 Sidoarjo dan SMPN 1 Sidoarjo (Koran radar Surabaya, 12 Juni 2010).

SMP Negeri 1 Sidoarjo adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri yang terletak di Sidoarjo. Sekolah ini didirikan pada tahun 1952 dan berlokasi di Jalan Gelora Delta, Sidoarjo. Pada tahun 2007, sekolah ini mendapatkan label Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan telah menetapkan program belajar pengembangan diri setiap siswa, atau yang sering disebut Building Learning Power (BLP). Sekolah ini merupakan sekolah terfavorit di Sidoarjo, banyak siswa lulusan SD yang berlomba-lomba untuk mendaftarkan diri di sekolah tersebut dan juga ingin menempati kelas akselerasi. Selain itu, sekolah SMP Negeri 1 Sidoarjo juga memperoleh keberhasilan untuk menangani kasus siswa akselerasi seperti penyesuaian sosial.

Menurut ungkapan kepala sekolah SMP Negeri 1 Sidoarjo Drs. Margono siswa yang akan masuk kelas akselerasi harus mengikuti tes potensi


(16)

5

akademik dan tes IQ untuk menentukan apakah siswa bisa masuk dalam kelas akselerasi atau tidak, setelah hasil tes keluar apabila siswa yang bersangkutan masuk kelas akselerasi, pihak sekolah akan memberi tahu kepada orang tua apakah dimasuki atau tidak karena kelas aksel pelajarannya full karena hanya dua tahun. (surabaya.tribunnews.com)

Sebagaimana ungkapan koordinator kelas akselerasi bu Sujianti, M.Pd mengemukakan bahwa:

Sekolah ini menyelenggarakan program akselerasi sejak 2010. Untuk seleksi yang harus dilalui calon siswa adalah proses penyaringan dan penjaringan. Proses penyaringan adalah tes IQ dengan kriteria IQ minimal 130 dan proses penjaringan berupa tes komitmen terhadap tugas, kreativitas, kemandirian serta wawancara dengan psikolog. Setelah hasil diumumkan, siswa yang bersangkutan diharuskan menandatangi surat pernyataan bahwa bersedia mengikuti program akselerasi dan apabila nilai dari siswa tersebut menurun maka akan diturunkan ke kelas regular. Menurut asumsi masyarakat siswa akselerasi tidak memiliki banyak waktu untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman yang lain serta cenderung belajar secara terus-menerus padahal kenyataannya tidak, siswa akselerasi mempunyai banyak kelebihan diantaranya dapat membagi waktu belajar dan bermain sehingga keduanya menjadi seimbang. (26/07/2016)

Beberapa fakta mengatakan bahwa belakangan ini keberadaan kelas akselerasi kembali menjadi perbincangan. Ada yang mengatakan bahwa kelas akselerasi bisa menampung siswa yang memang punya kecerdasan jauh di atas rata-rata anak-anak seusianya. Namun, tak sedikit pula yang berpendapat bahwa kelas akselerasi justru membuat siswanya tidak mengalami berbagai pengalaman sosial karena diakibatkan pembelajaran yang lebih banyak dibandingkan dengan kelas reguler. Bahkan ada pula beberapa siswa yang masuk kelas akselerasi bukan karena keinginannya tetapi orangtualah yang


(17)

6

mendorong agar anaknya masuk ke kelas tersebut sehingga tidak dapat memaksimalkan proses belajar siswa akselrasi (antarnews.com, 5 Juli 2010).

Siswa yang mengikuti program pembelajaran akselerasi dapat disebut sebagai anak berbakat. Anak berbakat memiliki kepribadian yang unik dan berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap setiap individu, sehingga situasi atau tugas yang sama akan dipersepsi dan disikapi berbeda-beda oleh setiap individu meskipun berada dalam jenjang pendidikan yang sama. Siswa satu dan yang lainnya akan membuat tugas dari guru dengan cara yang berbeda-beda, dan hasil yang berbeda-beda pula. Sebagian siswa menganggap tugas dari guru sebagai sebuah beban yang sangat berat, sebagian merasa tidak mempermasalahkan tugas tersebut, sebagian lagi mengerjakan tugas dengan seadanya, bahkan ada yang dengan sengaja tidak mengerjakan tugas.

Proses yang terjadi di kelas akselerasi akan memungkinkan siswa untuk memelihara semangat dan gairah belajarnya. Selain itu, terdapat beberapa tuntutan akademik pada siswa akselerasi yaitu menguasai banyak isi pelajaran dalam waktu yang sedikit dan menguasai bahan ajar secara cepat serta banyaknya tugas yang harus dikerjakan (Hawadi, 2004). Beberapa dari siswa berbakat terkadang mengeluh, menjadi kurang fokus, serta mengerjakan tugas secara terpaksa. Namun, dari beberapa siswa berbakat di kelas akselerasi masih terdapat siswa berbakat lainnya yang mampu melewati tuntutan akademik tersebut. Mereka juga mampu menikmati kegiatan belajar mengajar dikelas akselerasi dan tugas-tugas sekolah dengan perasaan yang nyaman,


(18)

7

menyenangkan, meskipun banyak tantangan. Sesuai dengan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada dua siswa yang menempuh program akselerasi di SMP Negeri 1 Sidoarjo yang menyatakan bahwa:

Kelas akselerasi adalah kelas yang seru, menantang, nyaman serta mengasyikkan. Pada dasarnya saya suka sekali belajar sehingga meskipun ada tuntutan untuk rajin belajar dan proses pembelajaran berlangsung cepat saya tetap menikmatinya. Kelas akselerasi juga banyak enaknya salah satunya bisa lulus cepat, tidak enaknya paling ya banyak jam kosong karena mungkin menurut guru-guru anak akselerasi sudah pintar jadi bisa belajar sendiri. Terkadang ketika mengerjakan tugas pun saya bisa sampai lupa waktu. (Arini, Juanda, 26/07/2016). Saya senang berada di kelas akselerasi karena saya dapat lulus dengan cepat. Saya masuk kelas akselerasi atas dasar keinginan saya sendiri. Saya sangat menikmati pembelajaran di kelas akselerasi meskipun harus belajar ekstra. Di rumah pun saya juga belajar dengan dibantu tentor bimbingan belajar. Orangtua juga memotivasi saya agar saya bisa lulus cepat dan menggapai cita-cita menjadi dokter muda. (Hanin, Sidoarjo, 26/07/2016)

Perasaan bahwa tuntutan yang diterima sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta kenyamanan yang dirasakan dalam teori psikologi positif dapat dapat disebut sebagai flow (Csikszentmihalyi, 1990). Flow akademik adalah kondisi yang dirasakan ketika individu mampu berkonsentrasi ,dan menikmati aktivitas akademik yang dilakukan (Yuwanto, 2012 dalam Arif 2013). Individu yang mengalami flow akan menganggap aktivitas yang dikerjakan sangat berharga dan penting untuk dilakukan hingga merasa bahwa waktu cepat berlalu, hal ini disebabkan karena adanya perasaan nyaman, dan konsentrasi penuh terhadap tugas yang sedang dikerjakan.

Tidak semua orang dapat mengalami flow. Csikszentmihalyi (1997) melakukan penelitian untuk mengukur seberapa sering penduduk Amerika diberi sebuah pertanyaan yaitu “pernahkah kamu


(19)

8

terlibat dengan suatu kegiatan sampai kamu tidak memperdulikan hal lain dan kamu sampai lupa waktu?” dan hasilnya 20% subjek menjawab mengalaminya beberapa kali dalam sehari, dan hanya 15% yang menjawab tidak pernah mengalaminya. Hal ini serupa dengan penelitian terhadap 6469 penduduk Jerman yang menggunakan pertanyaan yang sama, menunjukkan 23% sering mengalaminya, 40% kadang-kadang, jarang 25%, dan tidak pernah 12%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan tidak semua orang terbiasa mengalami flow.

Menurut Bakker (2005) flow memiliki tiga aspek yaitu absorption, mengacu pada keadaan konsentrasi total, dimana semua perhatian, kewaspadaan, dan konsentrasi berfokus pada kegiatan yang dilakukannya saja, sehingga tidak menyadari kejadian di sekitarnya. Enjoyment muncul dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga individu dalam waktu lama mampu melakukan kegiatan tersebut. Intrinsic motivation mengacu pada kebutuhan untuk melakukan kegiatan dengan tujuan memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam aktivitas yang dijalani.

Kondisi flow diperlukan dalam bidang akademik agar siswa mampu berkonsentrasi, menikmati tugas yang diberikan serta dapat mengurangi stres. Saat belajar, siswa tentu pernah mengalami suatu kondisi di mana siswa merasa terlibat secara penuh dengan apa yang dipelajari atau dikerjakan (Csikszentmihalyi, 1990).

Csikszentmihalyi (dalam Bauman dan Scheffer, 2010) menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan seseorang mengalami flow, yaitu: faktor


(20)

9

dari individu dan faktor dari lingkungan. Faktor dari individu (person factor), yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu aktivitas. Faktor dari lingkungan (environtment factor), yaitu terkait seberapa besar tantangan tugas yang diberikan kepada individu. Faktor-faktor lain yang ditemukan memiliki korelasi dengan flow akademik adalah student engagement, motivasi berprestasi, dukungan sosial, stress akademik, self esteem, self efficacy. Salah satu hal yang menyebabkan seorang individu mengalami kondisi flow adalah self efficacy.

Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Melisa Santoso (2014) tentang self efficacy dan flow akademik ditinjau dari Temporal Motivation Theory (TMT) pada mahasiswa fakultas psikologi memberikan hasil bahwa penilaian terhadap kemampuan diri akan membuat mahasiswa makin menikmati dalam melakukan suatu kegiatan, dan semakin tinggi penilaian terhadap kemampuan diri akan meningkatkan motivasi internal dalam melakukan suatu kegiatan. Meningkatnya penilaian terhadap kemampuan diri juga membuat mahasiswa makin berkonsentrasi pada kegiatan yang sedang dilakukannya.

Self efficacy adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Self efficacy berhubungan dengan keyakinan diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Self efficacy adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan (Alwilsol, 2009). Bandura (1997 dalam Ghufron


(21)

10

& Rini, 2011) membagi dimensi self efficacy menjadi tiga aspek yaitu level, strength, dan generality.

Dapat dilihat apabila seorang siswa sudah mempunyai minat terhadap tugas yang diberikan, serta mampu mengontrol perilaku untuk mempertahankan usaha dalam mengerjakan tugas maka dia akan mudah berkonsentrasi dan merasa tenggelam dalam mengerjakan tugas yang sedang dijalaninya. Oleh karena itu self efficacy diakui sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang hingga mengalami kondisi flow.

Sebagai harapan bangsa siswa diharapkan dapat mempertahankan eksistensi bangsa di era yang akan datang. Siswa menjadi fokus utama guna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas agar mereka dapat bersaing pada masa sekarang dan mendatang. Apabila seorang siswa sering mengalami kondisi flow akademik maka siswa akan dapat diharapkan menjadi sumber daya manusia yang unggul. Demikian itu, flow akademik yang mereka alami dapat dijadikan sebagai suatu potensi untuk dikembangkan.

Flow dapat memberikan manfaat positif bagi siswa antara lain dapat membuat siswa lebih fokus, kreatif, lebih mudah menyerap materi pembelajaran, serta dapat mengurangi stress akademik sehingga berdampak pada hasil belajar yang optimal. Apabila kondisi tersebut dapat dimaksimalkan dengan self efficacy yang baik maka siswa sebagai penerus bangsa mampu mendapatkan banyak kesempatan dan peluang di masa yang akan datang.


(22)

11

Dari fenomena tersebut di atas penulis tergerak untuk meneliti hubungan antara self efficacy dengan flow akademik pada siswa akselerasi SMP Negeri 1 Sidoarjo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara self efficacy dengan flow akademik pada siswa akselerasi SMP Negeri 1 Sidoarjo?”

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan flow akademik pada siswa akselerasi SMP Negeri 1 Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini penulis berharap agar hasil penelitian yang ada dapat membawa banyak manfaat, baik itu dipandang dari secara teoritis maupun praktis bagi pengembangan ilmu masyarakat.

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru, wawasan dan pengetahuan yang dapat memperkaya khasanah keilmuan khususnya dalam bidang psikologi pendidikan mengenai pentingnya self efficacy terhadap flow akademik pada siswa akselerasi.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat, terutama:


(23)

12

a. Diharapkan siswa dapat meningkatkan self efficacy supaya flow akademiknya meningkat dan guru dapat membuat siswa lebih tertarik dan menguasai mata pelajaran yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan self efficacy siswa yang akhirnya akan meningkatkan kecenderungan mengalami flow akademik.

b. Bagi sekolah SMP Negeri 1 Sidoarjo, sebagai bahan pertimbangkan untuk menciptakan lingkungan akademis yang kondusif dan mendorong siswa untuk berperilaku akademis yang positif.

c. Dapat membantu mengetahui sekaligus sebagai bahan pertimbangan antisipatif sebab-sebab terjadinya flow akademik yang mampu mewujudkan dan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas untuk kemajuan bangsa dan negara bagi para pendidik, siswa maupun masyarakat umum.

E. Keaslian Penelitian

Pada penelitian ini, penulis akan menguraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan agar tidak terjadi kesamaan dengan penelitian yang hemdak dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Melisa Santoso (2014) tentang self efficacy dan flow akademik ditinjau dari Temporal Motivation Theory pada mahasiswa fakultas psikologi. Penelitian ini menggunakan keseluruhan populasi (total population study) yang berjumlah 166 mahasiswa Universitas Surabaya Fakultas Psikologi baik laki-laki maupun perempuan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis product moment. Penelitian tersebut


(24)

13

memberikan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara self efficacy dan flow akademik pada mahasiswa fakultas psikologi, penilaian terhadap kemampuan diri akan membuat mahasiswa makin menikmati dalam melakukan suatu kegiatan, dan semakin tinggi penilaian terhadap kemampuan diri akan meningkatkan motivasi internal dalam melakukan suatu kegiatan. Meningkatnya penilaian terhadap kemampuan diri juga membuat mahasiswa makin berkonsentrasi pada kegiatan yang sedang dilakukannya.

2. Penelitian Karolina Arif (2013) tentang hubungan antara motivasi berprestasi dan flow akademik. Subjek yang digunakan merupakan mahasiswa mengambil mata kuliah Penyusunan Alat Ukur sebanyak 128 dengan menggunakan teknik incidentil sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson dengan satu arah (one-tailed).Hasil penelitian telah menjawab hipotesis bahwa motivasi berprestasi dan flow akademik terbukti secara empiris memiliki korelasi signifikan yang bersifat positif, individu yang memiliiki motivasi intrinsik, nyaman atau menikmati proses pengerjaan tugas dan semakin fokus dalam mengerjakan tugas kuliah semakin tinggi pula dorongan untuk mencapai prestasi akademik tanpa menghiraukan tugas kuliah yang mungkin sulit. 3. Penelitian Robin Ignatius (2013) tentang go with the flow: dukungan

social dan flow akademik pada mahasiswa. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik non-random sampling, yaitu teknik purposive non-random sampling. Sampelnya adalah mahasiswa fakultas


(25)

14

psikologi UBAYA yang sedang mengambil mata kuliah Penyusunan Alat Ukur (PAU). Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis uji uji korelasi Pearson satu arah (one-tailed). Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan flow akademik, jadi ketika seseorang mahasiswa mendapatkan dukungan sosial maka mahasiswa tersebut dapat merasa nyaman dan senang ketika mengikuti kegiatan akademik ataupun mengerjakan tugas-tugas akademiknya.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Barbara Smolej Fritz dan Andreja Avsec (2007) tentang “The Experience of Flow and Subjective Well Being of Music Students”. Subjek yang digunakan berjumlah 84 mahasiswa akademi musik (28 laki-laki dan 56 perempuan) Sebagian besar dari mereka 46 mahasiswa bermain piano, 10 dari mereka memainkan biola dan lain-lain memainkan alat musik tiup, kuningan, perkusi, atau bernyanyi sebagai artis solo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pengalaman flow dengan kesejahteraan subjektif pada mahasiswa akademi musik.

5. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Li-Fen Liao (2006) tentang “A Flow Theory Perspective on Learner Motivation and Behavior in Distance Education”. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 23 mahasiswa di departemen Ilmu Komputer dan Teknik Informatika di National Central University. Hasil penelitian menunjukkan bahwa flow memiliki hubungan positif dengan lingkungan pembelajaran jarak jauh


(26)

15

maupun jarak dekat, sedangkan interaksi pelajar belum menunjukkan hubungan yang signifikan dengan flow.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Arnold B. Baker (2005) tentang “Flow among Music Teachers and Their Students: The Crossover of Peak Experience”. Subjek penelitian ini adalah 178 guru musik dan 605 siswa dari 16 sekolah musik yang berbeda. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara flow pada guru dan flow pada siswa. Semakin tinggi flow yang dialami guru, semakin tinggi pula flow yang dialami oleh siswa.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Eunju Lee (2005) tentang “The Relationship of Motivation and Flow Experience to Academic Procrastination in University Students”. Subjek penelitian ini adalah 262 mahasiswa Korea yang menyelesaikan kuesioner tentang prokrastinasi, flow, dan motivasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik tertinggi disebabkan karena kurangnya motivasi diri rendahnya pengalaman flow.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Shernoff, dkk (2003) tentang “Student Engagement in High School Classrooms from the Perspective of Flow Theory”. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 526 siswa SMA di seluruh US. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa menghabiskan sekitar sepertiga dari waktu mereka pasif. Lebih dari setengah dari waktu mereka dihabiskan untuk pekerjaan independen yang agak aktif, terstruktur, atau menantang intelektual. Sekitar 14% dari waktu siswa


(27)

16

kelas dihabiskan dalam kegiatan yang lebih interaktif, seperti diskusi kelas dan kegiatan kelompok.

9. Penelitian yang dilakukan oleh Arnold B. Baker, dkk (2011) tentang “Flow and performance: A study among talented Dutch soccer players

. Desain penelitian ini menggunakan non-eksperimen dengan jumlah subjek 398 pemain sepak bola dan 45 pelatih tim sepak bola yang berbakat. Penelitian tersebut memberikan hasil analisis multilevel yang menunjukkan bahwa flow berhubungan positif dengan pemain sepak bola dan pelatih. Flow akan lebih tinggi apabila hasil pertandingan seimbang atau menang daripada ketika kalah dalam pertandingan. Selain itu, sumber daya lingkungan dan terutama umpan balik kinerja dan dukungan dari pelatih juga mempengaruhi flow selama pertandingan sepak bola.

10.Penelitian yang dilakukan oleh Jackson, dkk (2001) tentang “Relationships between Flow, Self-Concept, Psychological Skills, and Performance”. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor psikologis relevansi flow experience pada atletik. Tujuan kedua adalah untuk menguji secara empiris hubungan antara flow dan kinerja yang optimal. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 236 atlet, yang mewakili tiga olahraga. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara flow dan konsep diri, dan terdapat hubungan antara flow dan keterampilan psikologis.

Menyikapi hasil-hasil penelitian sebelumnya dan untuk memperkaya hasil penelitian tentang flow akademik sebagai sumber informasi dan bahan


(28)

17

kajian disamping sebagai bahan pertimbangan untuk menghadapi segala tuntutan akademik. Penelusuran hasil penelitian terdahulu, terdapat penelitian yang meneliti tentang hubungan antara self efficacy dengan flow akademik ditinjau dari Temporal Motivation Theory pada mahasiswa fakultas psikologi. Persamaan penelitian ini adalah variabel self efficacy dan variabel flow akademik, perbedaannya terletak pada moderator dan subjek penelitian. Penulis tanpa menggunakan moderator Temporal Motivation Theory dan subjek penelitiannya adalah siswa akselerasi di SMP Negeri 1 Sidoarjo. Dengan demikian penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya sehingga keaslian penelitian dapat dipertanggung jawabkan.


(29)

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Flow Akademik

1. Pengertian Flow Akademik

Menurut Csikszentmihalyi (1975b: 36, dalam Smolej, 2007), flow adalah keadaan psikologis yang menyenangkan yang mengacu pada sensasi perasaan menyeluruh terhadap aktivitas yang dijalani. Individu yang mengalami flow sangat terlibat dalam aktivitasnya, dan tidak ada yang begitu penting saat melakukannya melainkan hanya kesenangan yang besar dan motivasi yang kuat dari dalam dirinya.

Flow adalah suatu momen sukacita yang besar, suatu kenikmatan luar biasa, saat seseorang bergumul dengan persoalan yang sulit dalam bidangnya masing-masing, yang menuntutnya mengerahkan segala keterampilan, daya upaya dan sumber daya yang mereka miliki sampai ke batas-batasnya atau bahkan melampauinya (Setiadi, 2016).

Daniel Goleman (2015) berpendapat bahwa flow adalah keadaan ketika seorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan yang dilakukan. Mampu mencapai keadaan flow merupakan puncak kecerdasan emosional yang dapat menumbuhkan perasaan senang dan bahagia. Dalam keadaan flow, emosi tidak hanya ditampung dan disalurkan, tetapi juga bersifat mendukung, memberi tenaga, selaras dengan tugas yang dihadapi.


(30)

19

Flow adalah keadaan psikologis yang optimal ketika individu menjadi sangat ‘tenggelam’ dan terjadi keseimbangan antara tantangan dan keterampilan yang dirasakan dalam suatu kegiatan (Csikszentmihalyi, 1990). Keseimbangan yang terjadi antara tantangan tugas dan keterampilan individu sering dilihat sebagai prasyarat suatu keadaan flow. Keadaan flow meliputi gairah, konsentrasi dan minat yang cukup intens untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah pada pengalaman yang menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut.

Modal penting seorang siswa dalam proses pembelajaran adalah memiliki konsentrasi, merasa nyaman, dan memiliki motivasi pada saat menjalani kegiatan belajar mengajar. Kondisi seperti ini disebut sebagai flow akademik (Yuwanto, 2011a, dalam Santoso, 2014). Pengertian flow akademik (Ignatius, 2013) adalah kondisi saat individu dapat berkonsentrasi, fokus, munculnya rasa nyaman, motivasi yang berasal dari dirinya sendiri serta menikmati ketika melakukan kegiatan akademik (belajar dan mengerjakan tugas). Individu yang mengalami flow biasanya terlibat secara intens dalam kegiatan yang ia lakukan sehingga mereka cenderung tidak sadar dengan waktu atau tempat (Schunk, dkk, 2008, dalam Husna & Dewi, 2014).

Teori flow didasarkan pada hubungan simbiosis antara tantangan dan keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi tantangan tersebut. Pengalaman flow diyakini terjadi ketika keterampilan seseorang yang


(31)

20

tidak sesuai atau kurang dimanfaatkan untuk memenuhi tantangan yang diberikan. Ketika keseimbangan antara tantangan dan keterampilan rapuh atau terganggu, maka kemungkinan individu akan apatis, merasa cemas (Csikszentmihalyi, 1990 dalam Shernoff, 2003). Ketika dalam kondisi cemas, pengajar dapat mengubah tingkat tantangan, dan juga meminta siswa untuk meningkatkan tingkat keterampilannya untuk mencapai kondisi flow. Mendapatkan tantangan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dapat menjadi salah satu cara yang paling ideal untuk siwa terlibat dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas, maka dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan flow akademik dalam konteks penelitian ini adalah kondisi dimana individu merasa nyaman, dapat berkonsentrasi, memiliki motivasi dalam diri, serta mampu menikmati aktivitas akademik yang sedang dijalani.

2. Dimensi-Dimensi Flow

Terdapat sembilan dimensi flow antara lain (Csikszentmihalyi, 1990):

1. Tujuan yang jelas

Meliputi kejelasan mengenai apa yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan. Selain itu, mengidentifikasi hambatan dan kesulitan apa yang mungkin terjadi. Kejelasan tujuan akan membuat hasil dari aktivitas yang dilakukan menjadi lebih


(32)

21

memuaskan. Tujuan dengan kemampuan yang dimiliki dapat berjalan selaras.

2. Feedbacks yang segera

Komponen yang kedua meliputi ketersediaan informasi konstan yang terkait dengan kinerja. Umpan balik (feedback) diberikan secara langsung dan segera. Feedback meliputi kejelasan keberhasilan dan kegagalan dalam perjalanan aktivitas. Fungsinya untuk meningkatkan kinerja dan tahu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja.

3. Adanya keseimbangan antara kemampuan dan tantangan yang dihadapi

Meliputi keseimbangan antara tingkat kemampuan yang dimiliki diri sendiri dan tantangan dari aktivitas yang kita lakukan. Dengan adanya keseimbangan antara tantangan yang masuk dan kemampuan kita akan menciptakan suasana yang aktif dan menyenangkan. Di satu sisi diri kita dimotivasi oleh tantangan, di sisi lain tantangan yang ada memungkinkan untuk kita taklukkan.

4. Kesatuan antara kewaspadaan dan tindakan

Meliputi keterlibatan yang dalam membuat tindakan tampaknya terjadi secara otomatis. Komponen ini menimbulkan adanya penyerapan ke dalam aktivitas dan penyempitan fokus kesadaran ke kegiatan itu sendiri. Aksi dengan kesadaran memudar ke dalam tindakan saja.


(33)

22

5. Konsentrasi yang fokus

Komponen ini meliputi feeling focused dan tak ada satu ruangpun yang dapat mengganggu. Feeling focused adalah keadaan dimana perasaan kita terfokus pada suatu hal saja. Selain itu juga meliputi konsentrasi tingkat tinggi pada bidang batas perhatian. Bagi orang yang terlibat dalam kegiatan ini akan memiliki kesempatan untuk fokus dan menggali suatu hal tersebut secara mendalam.

6. Rasa Kontrol

Meliputi rasa kontrol pribadi atas situasi atau kegiatan. Apa yang dinikmati oleh orang-orang bukanlah perasaan yang sedang dikontrol, tetapi berupa perasaan pelatihan kontrol atas situasi yang sulit.

7. Hilangnya self consciousness

Komponen yang ketujuh meliputi hilangnya kesadaran diri, penggabungan aksi dan kesadaran. Perhatian terhadap diri sendiri menghilang karena seseorang menyatu dengan aktivitasnya.

8. Terjadi distorsi waktu

Terdapat ketidaksadaran akan waktu. Saat seseorang telah larut dalam aktivitas yang sedang ia lakukan, membuat ia tidak sadar berapa banyak waktu yang telah ia lewati.

9. Adanya penghargaan diri atau pengalaman autothelic

Seseorang akan melakukan sesuatu karena kepentingannya sendiri dan bukan karena ekspektasi atas penghargaan dimasa datang.


(34)

23

3. Aspek-Aspek Flow

Menurut Bakker (2005) flow memiliki tiga aspek yaitu absorption, enjoyment, intrinsic motivation. Ketiga aspek tersebut merupakan komponen penting dari teori flow dan akan ditinjau secara singkat sebagai berikut:

a. Absorption

Absorption mengacu pada keadaan konsentrasi total, dimana semua perhatian, kewaspadaan, dan konsentrasi berfokus pada kegiatan yang dilakukannya saja, sehingga tidak menyadari kejadian di sekitarnya. Individu yang menikmati pekerjaan mereka akan merasa senang dan membuat penilaian positif tentang kualitas aktivitas mereka.

b. Enjoyment

Enjoyment adalah hasil dari evaluasi kognitif dan afektif dari

pengalaman flow. Perasaan nyaman muncul dalam melakukan

kegiatan tersebut sehingga individu dalam waktu lama mampu melakukan kegiatan tersebut.

c. Intrinsic Motivation

Intrinsic motivation mengacu pada kebutuhan untuk melakukan kegiatan dengan tujuan memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam aktivitas yang dijalani. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan tanpa adanya penghargaan dari orang lain.


(35)

24

4. Prasyarat mencapai kondisi Flow

Beberapa prasyarat untuk mengalami flow adalah sebagai berikut (Setiadi, 2016):

a. Goal

Tujuan akan memberikan daya gerak sehingga seseorang mengerahkan segala keterampilan dan daya upaya yang dimilikinya menuju ke arah tujuan tersebut. Suatu tujuan yang bermakna akan senantiasa jadi penggerak yang efektif, bahkan ketika seseorang menemui banyak kesulitan dalam perjalanannya.

b. Feedback

Feedback bisa berasal dari diri sendiri ataupun orang lain. Feedback yang terbaik adalah feedback yang seketika dan langsung ditangkap oleh si pribadi, maka seketika itupun ia mempertahankan atau mengubah aktivitasnya untuk menyesuaikan diri dengan feedback yang diterimanya.

Ketika seseorang beraktivitas dengan tujuan yang bermakna serta senantiasa memeperoleh feedback yang membuatnya memperoleh kejelasan tentang tugasnya dari berbagai sumber, maka ia akan semakin siap untuk mencapai flow.

c. High skill

Semakin tinggi keterampilan seseorang dalam suatu bidang, berbagai kemungkinan baru semakin terbuka dan kreativitas semakin meningkat. Keterampilan yang semakin tinggi akan membuat


(36)

25

aktivitas yang dikerjakan senantiasa terasa segar, karena berbagai kemungkinan baru yang menarik senantiasa muncul.

Semakin tinggi keterampilan orang yang melakukannya, semakin menarik dan semakin mudah untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya, selain itu juga dapat membuat seseorang kehilangan kesadaran diri.

d. Optimal Challenge

Tantangan dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit yaitu tantangan yang mengharuskan seseorang mengeluarkan seluruh kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Saat menghadapi tantangan semacam itu seseorang baru akan dapat merealisasi dan menyadari seluruh keterampilan yang dimilikinya sehingga memunculkan emerging skills. Emerging skills adalah momen seseorang menyentuh dan melewati batasan-batasan dirinya atau disebut momen bertumbuh (growth moment).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Flow

Menurut Csikszentmihalyi (dalam Bauman dan Scheffer, 2010) terdapat dua faktor yang mempengaruhi flow yaitu faktor dari individu dan faktor dari lingkungan.

a. Faktor dari individu (person factor), yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu aktivitas.


(37)

26

b. Faktor dari lingkungan (environtment factor), yaitu terkait seberapa besar tantangan tugas yang diberikan kepada individu.

Untuk lebih jelasnya, gambaran terkait flow dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Kualitas pengalaman sebagai fungsi hubungan antara tantangan dan keterampilan

6. Flow Akademik dalam Perspektif Islam

Flow akademik adalah kondisi dimana individu merasa nyaman, dapat berkonsentrasi, memiliki motivasi dalam diri, serta mampu menikmati aktivitas akademik yang sedang dijalani. Individu yang menjalani aktivitas secara menyeluruh akan mampu mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup. Dalam al-Qur’an kata yang paling tepat untuk menggambarkan flow adalah keberhasilan, kebahagiaan, kenikmatan, kenyamanan, atau keadaan hidup yang senantiasa dalam kebaikan dan


(38)

27

keberkahan. Sebagian orang akan memperoleh keberhasilan setelah mereka berbuat sesuai dengan kemampuannya. Sebagaimana dalam QS. al-An’am ayat 135 yang berbunyi:

ۡ ݔُق

ۡۡ ي

ۡ ݠ ݐ

ۡقم

ۡٱ

ۡ ع

ۡ اݠُݖ ݙ

ۡ

ۡ

َ

ۡ

ۡ ݗُكقت ن َ م

ۡ

ۡقكنقإ

ۡ

ۡ ݔق َ

ۡ

ۡ ݠ س ف

ۡ ف

ۡ

ۡ ݇ ت

ۡ نݠُݙ ݖ

ۡ

ۡ ݚ م

ۡ

ُۡنݠُك ت

ۡ

ُۡ

ل

ۥۡ

ۡ ع

ُۡܟ ܞقݐ

ۡٱ

ۡ قرا܅د

ۡ

ُۡݝ܅نقإ

ۥۡ

ۡ

ل

ۡ

ۡ فُي

ُۡحقݖ

ۡٱ

ۡ ܅ظل

ُۡݙقݖ

ۡ نݠ

ۡ

٥

ۡ

ۡ

Artinya: “Katakanlah: Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.”

Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa Allah akan memberikan sebuah keberhasilan setelah seseorang berusaha. Umat Islam dianjurkan untuk senantiasa berusaha mengatasi tantangan atau permasalahan yang menimpa seseorang dengan segala kemampuan yang dimiliki. Apabila seseorang telah mampu mengatasi tantangan atau masalah tersebut maka Allah akan memberikan sebuah hasil yang baik serta memperoleh kenikmatan. Seluruh umat Islam di muka bumi baik laki-laki dan perempuan akan memperoleh kenikmatan atas apa yang telah mereka usahakan. Sebagaimana tercantum dalam QS. an-Nisa’ ayat 32:

ۡ

ل غ

ۡ

ۡ ݠ܅ݜ ݙ ت ت

ۡ اۡ

ܛ م

ۡ

ۡ ݔ ܅ض ف

ۡٱ

ُۡ ܅ّ

ۡ

ۡقݝقب

ۦۡ

ۡ ݇ ب

ۡ ݗُك ض

ۡ

ۡ

َ

ۡ

ۡ ݇ ب

ۡ لܼ

ۡ

ۡقلܛ جقكܱݖق

كل

ۡ

ۡ ܜي قܻ ن

ۡ

ܛ܅ݙقك

ۡٱ

ۡ

ۡ اݠُܞ س ت

ۡ

ۡكܛ سقكنݖق غ

ۡقء

ۡ

ۡ ܜي قܻ ن

ۡ

ܛ܅ݙقك

ۡٱ

ۡ

ۡن ب س ت

ۡ

ا ݠُݖ ܚ س غ

ۡٱ

ۡ ܅ّ

ۡ

ۡ ݚقم

ۡ

ۡ ض ف

ۡقݝقݖ

ۡنكۦۡ

ۡ܅نقإ

ۡٱ

ۡ ܅ّ

ۡ

ۡ ن َ

ۡ

ۡق

كݔُكقب

ۡ

ۡ ش

ۡ ءۡ

ۡمݙيقݖ ع

ܛۡ

٢

ۡ

ۡ

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian


(39)

28

apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Kenikmatan yang diperoleh tidak selamanya kita rasakan, sewaktu-waktu kenikmatan tersebut akan hilang dalam sewaktu-waktu tertentu. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Ash-Shaffat ayat 148:

ܛ ܚ

ۡ اݠُݜ م

ۡ

ۡ ݇܅ت ݙ

ۡ ن

ۡ ݗُݟ

ۡ

ۡ

لقإ

ۡ

ۡل يقح

ۡ

٨

ۡۡ

ۡ

Artinya: “Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu”. Allah memberikan banyak kebahagiaan untuk umat manusia di muka bumi ini. Dalam hidup Allah memerintahkan untuk mencari kebahagiaan yakni kebahagiaan duniawi dan akhirat. Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan akhirat, tak lupa pula menganjurkan untuk mencari kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan yang dicari tidak akan mudah didapatkan jika tanpa sebuah usaha. Sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Qashash ayat 77:

ۡ غٱ

ۡ ب

ۡق݈ ت

ۡ

ۡكܛ ݙيق

ۡ

ۡ ى تا ء

ۡ ݑ

ۡٱ

ُۡ ܅ّ

ۡٱ

ۡ را܅د

ۡٱ

ٓ

ۡ ة ܱقخ

ۡ

ۡ

ل غ

ۡ

ۡ ن ت

ۡ ܳ

ۡ

ۡ ي قܻ ن

ۡ ݑ ܞ

ۡ

ۡ ݚقم

ۡٱ

ۡ ن܆د

ۡ ܛ ي

ۡ

ۡ ح

أ غ

ݚقس

ۡ

ۡكܛ ݙ ك

ۡ

ۡ ح

أ

ۡ ݚ س

ۡٱ

ُۡ ܅ّ

ۡ

ۡ لقإ

ۡ ݑ

ۡ

ۡ

ل غ

ۡ

ۡ ܞ ت

ۡق݈ۡ

ٱۡ ل

ۡ لܛ س ف

ۡ

ۡقف

ۡٱ

ۡ

ل

ۡ

ۡ قض

ۡ

ۡ܅نقإ

ۡٱ

ۡ ܅ّ

ۡ

ۡ

ل

ۡ

ۡ܆ܜق ُُ

ۡٱۡ

ۡ فُݙ

ۡ يقܯقس

ۡ ݚ

ۡ

ۡ

ۡ

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”


(40)

29

Dari kajian ayat di atas, maka dapat dipahami bahwa Islam memerintahkan manusia agar mencari kebahagiaan hidup baik kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, untuk memperoleh kebahagiaan dibutuhkan usaha dan kerja keras. Karena berdasarkan ayat diatas bahwa kebahagiaan akan dapat diperoleh setelah mendapatkan cobaan.

Seperti halnya peserta didik, setiap individu dari mereka memiliki kemampuan dan permasalahan yang berbeda-beda, maka dari itu mereka harus berusaha mengatasi cobaan atau mengerjakan tugas yang diberikan dengan penuh kenyamanan, konsentrasi, serta motivasi yang kuat agar peserta didik mampu memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan hidup.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap individu yang telah melakukan usaha yang sesuai dengan kemampuannya akan merasakan sebuah kenyamanan, perasaan lega, memperoleh kenikmatan atas apa yang telah dilakukan sehingga di masa mendatang individu tersebut akan menjadi selalu semangat, optimis, siap menghadapi tantangan apapun, mempunyai harapan di masa depan serta siap menjadi pribadi yang lebih baik.

B. Self Efficacy

1. Pengertian Self Efficacy

Tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu tergantung kepada timbal balik antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau


(41)

30

tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan (Alwisol, 2009). Efikasi menurut Alwisol (2009) adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, benar atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Istilah self efficacy pertama kali diciptakan oleh Albert Bandura pada tahun 1977. Menurut Betz, N.E & Hackett, G (1988, dalam Hery, 2010) self efficacy mengacu pada keyakinan akan kemampuan dari individu untuk berhasil melaksanakan tugas-tugas atau perilaku yang diharapkan. Senada Dengan Betsz, menurut Elliot, N.S, Kratochwill, T.R, & Travers, J.F (2000) self efficacy adalah keyakinan dari diri individu pada kemampuannya untuk mengontrol kehidupannya atau perasaan untuk merasa mampu.

Secara umum, self efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Ormrod, 2008). Seseorang akan lebih terlibat dalam perilaku tertentu ketika mereka yakin bahwa mereka mampu melakukan perilaku tersebut dengan sukses, mereka adalah orang yang memiliki self efficacy yang tinggi.

Menurut Bandura (1977, dalam Baron & Byrne, 2003) self efficacy adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan. Self efficacy fokus pada mengorganisir dan melengkapi tugas


(42)

31

lebih spesifik dan dalam situasi yang termotivasi (Bong & Clark, 1999 dalam Hery, 2010).

Bandura (1997, dalam Ghufron & Rini, 2011) mengatakan bahwa self efficacy pada dasarnya dalah proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentuyang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Self efficacy tidak berkaitan dengan seberapa besar kecakapan yang dimiliki individu. Self efficacy menekankan pada komponen keyakinan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang akan datang yang penuh dengan tantangan.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas, maka dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan self efficacy dalam konteks penelitian ini adalah keyakinan yang ada dalam diri seseorang bahwa individu tersebut mempunyai kemampuan untuk menentukan perilaku yang tepat sehingga dapat mencapai keberhasilan seperti yang diharapkan.

2. Dimensi-Dimensi Self Efficacy

Menurut Bandura (1997, dalam Ghufron & Rini, 2011) dimensi self efficacy ada tiga yaitu level, strenght, generality.

a. Level (dimensi tingkat)

Level yaitu persepsi individu mengenai kemampuannya yang menghasilkan tingkah laku yang akan diukur melalui tingkat tugas


(43)

32

yang menunjukkan variasi kesulitan tugas. Tingkatan kesulitan tugas tersebut mengungkapkan dimensi kecerdikan, tenaga, akurasi, produktivitas, atau regulasi diri yang diperlukan untuk menyebutkan beberapa dimensi perilaku kinerja.

Individu yang memiliki tingkat keyakinan yang tinggi bahwa ia mampu mengerjakan tugas-tugas yang sukar juga memiliki self efficacy yang tinggi sedangkan individu dengan tingkat yang rendah memiliki keyakinan bahwa dirinya hanya mampu mengerjakan tugas-tugas yang mudah serta memiliki self efficacy yang rendah. b. Strength (dimensi kekuatan)

Strength artinya kekuatan, keyakinan diri yang lemah disebabkan tidak terhubung oleh pengalaman, sedangkan orang-orang yang memiliki keyakinan yang kuat, mereka akan bertahan dengan usaha mereka meskipun ada banyak kesulitan dan hambatan. Individu tersebut tidak akan kalah oleh kesulitan, karena kekuatan pada self efficacy tidak selalu berhubungan terhadap pilihan tingkah laku.

Individu dengan tingkat kekuatan tinggi akan memiliki keyakinan yang kuat akan kompetensi diri sehingga tidak mudah menyerah atau frustrasi dalam menghadapi rintangan dan memiliki kecenderungan untuk berhasil lebih besar dari pada individu dengan kekuatan yang rendah.


(44)

33

c. Generality (dimensi generalisasi)

Self efficacy juga berbeda pada generalisasi artinya individu menilai keyakinan mereka berfungsi di berbagai kegiatan tertentu. Generalisasi memiliki perbedaan dimensi yang bervariasi yaitu:

1. Derajat kesamaan aktivitas.

2. Modal kemampuan ditunjukan (tingkah laku, kognitif, afektif). 3. Menggambarkan secara nyata mengenai situasi.

4. Karakteristik perilaku individu yang ditujukan.

Penilaian ini terkait pada aktivitas dan konteks situasi yang mengungkapkan pola dan tingkatan umum dari keyakinan orang terhadap keberhasilan mereka. Keyakinan diri yang paling mendasar adalah orang yang berada disekitarnya dan mengatur hidup mereka. 3. Sumber Self Efficacy

Bandura (dalam Alwisol, 2009) mengatakan bahwa efikasi diri bisa diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber, yaitu:

a. Pengalaman Performansi

Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah diperoleh di masa lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi masa lalu yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya:


(45)

34

1. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.

2. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok, dibantu orang lain.

3. Kegagalan menurunkan efikasi, apabila orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin.

4. Kegagalan dalam suasana emosional/stres, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.

5. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.

6. Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.

b. Pengalaman Vikarius

Didapat melalui model sosial. Self efficacy akan meningkat ketika individu mengamati keberhasilan orang lain. Sebaliknya, self efficacy akan menurun apabila individu mengamati orang yang kemampuannya sama dengan dirinya ternyata gagal. Apabila figur yang diamati berbeda dengan dirinya, pengaruh vikarius tidak besar. Ketika individu mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa saja individu tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.


(46)

35

c. Persuasi Sosial

Dampak dari persuasi sosial ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistis dari apa yang dipersuasikan.

d. Keadaan Emosi

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat dapat mengurangi self efficacy. Tetapi self efficacy dapat meningkat apabila terjadi peningkatan emosi.

Kesimpulan yang bisa diambil dari uraian diatas adalah bahwa self efficacy dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber yang diungkapkan oleh Bandura, yaitu pengalaman performansi, pengalaman vikarius, persuasi sosial, dan keadaan emosi.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

Ormrod (2008) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan self efficacy diantaranya:

a. Keberhasilan dan kegagalan pembelajar sebelumnya

Pembelajar akan lebih mungkin yakin bahwa mereka dapat berhasil pada suatu tugas ketika mereka telah berhasil pada tugas tersebut atau tugas lain yang mirip dimasa lalu. Strategi yang penting untuk meningkatkan self efficacy adalah dengan berhasil dalam beragam


(47)

36

tugas dengan bidang yang berbeda. Namun pada akhirnya individu akan mengembangkan self efficacy yang lebih tinggi ketika mereka dapat menyelesaikan tugas-tugas yang menantang dengan sukses. Inidividu yang telah mengembangkan perasaan self efficacy yang tinggi tidak mungkin menurunkan optimismenya begitu besar jika sekali terjadi kegagalan.

b. Pesan dari orang lain

Meningkatkan self efficacy dapat dilalui dengan cara menunjukkan secara eksplisit hal-hal yang telah mereka lakukan dengan baik sebelumnya atau hal-hal yang sekarang telah dilakukan dengan mahir. Cara lainnya adalah alasan yang dipaparkan orang lain bahwa individu tersebut harus percaya akan kesuksesannya dimasa depan. c. Kesuksesan dan kegagalan orang lain

Dalam menilai kesuksesan diri sendiri, seringkali seseorang mempertimbangkan kesuksesan dan kegagalan orang lain yang berada dilingkungannya, terutama yang kemampuannya setara. Ketika menyaksikan orang yang memiliki kemampuan setara dengannya sukses, maka munculah alasan untuk optimis akan kesuksesan diri sendiri. Dengan kata lain, jika seseorang mengamati orang lain dengan usia dan kemampuan yang setara mencapai tujuan secara sukses, maka akan ada keyakinan bahwa dirinya juga dapat mencapai tujuan tersebut.


(48)

37

d. Kesuksesan dan kegagalan dalam kelompok yang lebih besar

Konsep self efficacy kolektif muncul ketika kebanyakan orang memiliki self efficacy yang lebih tinggi ketika mereka berkolaborasi dengan orang lain, asalkan kelompok tersebut berfungsi secara lancar dan efektif.

5. Self Efficacy dalam Perspektif Islam

Self efficacy adalah keyakinan tentang sejauhmana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan suatu tugas atau tindakan tertentu sehingga dapat mencapai keberhasilan. Umat Islam dianjurkan untuk selalu optimis dan yakin bahwa ia mampu mengatasi berbagai permasalahan yang sedang dialami. Segala permasalahan yang dialami oleh individu berasal dari Allah. Sebagai manusia yang beriman hendaknya mempunyai keyakinan bahwasanya Allah SWT tidak akan memberikan ujian atau cobaan kepada hamba-Nya diluar kemampuan para hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 286:

ۡ

ل

ۡ

ۡ ُفقكݖ كُي

ۡٱ

ُۡ ܅ّ

ۡ

ۡ ف ن

ܛ ًس

ۡ

ۡ

܅

لقإ

ۡ

ۡ سُغ

ۡنܛ ݟ ݇

ۡ

ܛ ݟ

ۡ

ܛ م

ۡ

ۡ ܠ ܞ س ك

ۡ

ۡ ي ݖ ع غ

ܛ ݟ

ۡ

ܛ م

ۡ

ٱ

ۡ

ۡ ܠ ܞ س ت

ۡ

ܛ ݜ܅ب ر

ۡ

ۡ

ل

ۡ

ۡ ܰقخا ܖُت

ۡكܛ ن

ۡ

ۡ نقإ

ۡ

ۡقس܅ن

ۡكܛ ݜي

ۡ

ۡ غ

أ

ۡ

ۡ خ

أ

ۡ

أ ط

ۡنܛ ن

ۡ

ܛ ݜ܅ب ر

ۡ

ۡ

ل غ

ۡ

ۡ

ت

ۡ ݔقݙ

ۡ

ۡ ي ݖ ع

ۡكܛ ݜ

ۡ

ۡم صقإ

اۡ

ܛ ݙ ك

ۡ

ۡ ݖ َ

ُۡݝ ت

ۥۡ

ۡ

َ

ۡٱ

ۡ ݚيق

َ

܅

ۡ

ݚقم

ۡ

ۡ ܞ

ۡنܛ ݜقݖ

ۡ

ܛ ݜ܅ب ر

ۡ

ۡ

ل غ

ۡ

ۡ ݖقكݙ

ت

ُ

ܛ ݜ

ۡ

ܛ م

ۡ

ۡ

ل

ۡ

ۡ ܟ قܛ ط

ۡ

ܛ َ

ۡ

ۡقݝقب

ۡ ۦۡ

ۡ غٱ

ۡ ع

ۡ ُف

ۡ

ܛ܅ݜ ع

ۡۡ غ

ٱ

ۡ غ

ۡ ܱقف

ۡ

ܛ َ

ۡۡ غ

ٱۡ ر

ۡ َ

ۡنكܛ ݜ

ۡۡ

ن أ

ۡ ܠ

ۡ

ۡ ݠ

ۡ ى ل

ܛ ݜ

ۡۡ ف

ٱۡ ن

ۡ ُص

ܛ نۡ

ۡ

َ

ۡ

ٱۡ ل

ۡ ݠ ݐ

ۡقمۡ

ٱۡ ل

ۡ ك

ۡ يقܱقف

ۡ ݚ

ۡ

٦

ۡ

ۡ


(49)

38

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

Dalam menyikapi berbagai hal yang terjadi diluar dugaan atau diluar rencana yang diinginkan hendaknya setiap individu tetap tenang, berpikiran positif dan harus mempunyai keyakinan yang kuat pada dirinya agar mampu mengatasi berbagai kesulitan yang ada. Dengan memahami ayat diatas umat Islam akan selalu yakin bahwa dirinya mampu menghadapi tugas dan permasalahan yang ada karena setiap permasalahan yang dihadapi pasti masih berada dalam batas kemampuan manusia. Dengan konsep berpikir seperti ini individu akan selalu berpikir dan mengambil tindakan untuk langkah penyelesaian, karena yakin bahwa individu tersebut mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan tugas yang ada.

Manusia harus mempunyai keyakinan akan kemampuannya karena Allah telah memberikan berbagai potensi pada manusia. Seperti yang telah dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 78:

ۡ غٱ

ُۡ ܅ّ

ۡ

ۡ خ

أ

ۡ ݗُك ج ܱ

ۡ

ۡ ݚقكم

ۡ

ۡ ݠ ُطُب

ۡقنۡ

ۡ ه܅م

ُ

أ

ۡ ݗُكقت

ۡ

ۡ

ل

ۡ

ۡ ݇ ت

ۡ ݠُݙ ݖ

ۡ ن

ۡ

ۡ ܘ ي

ش

ۡ

ۡ ݔ ݇ ج غ

ۡ

ُۡݗُك ل

ۡ

ٱ

ۡ ݙ ܅س

ۡ عۡ

ۡ غٱ

ۡ

ل

ۡ ب

ۡ ص

ۡ ܱۡ

ۡ غٱ

ۡ

ل

ۡ فۡقئ

ۡ ة ܯ

ۡ

ۡ ݗُك܅ݖ ݇ ل

ۡ

ۡ ش ت

ۡ نغُُܱݓ

ۡ

ۡ

ۡ


(50)

39

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Manusia yang mempunyai keyakinan atas kemampuan dirinya akan berusaha mengatasi permasalah yang menimpanya. Apabila manusia mempunyai keyakinan serta berprasangka baik pada Allah niscaya Allah akan membantu mengatasi permasalahan yang sedang dialami. Berbaik sangka kepada Allah adalah anggapan manusia kepadaNya, bahwa segala sesuatu yang telah manusia terima adalah anugerah terbaik dariNya. Berprasangka baik terhadap Allah adalah jalan lurus menuju kedamaian hidup, ketenangan jiwa, ketentraman batin. Karena dengan berbaik sangka, manusia akan terbebas dari gangguan pikiran yang telah membebani jiwanya, mengotori nuraninya, membuat lelah fisiknya.

Prasangka manusia adalah cermin dari realita yang akan terjadi di kemudian hari, jika manusia baik sangka maka baik pula realita yang akan kita jumpai. Tetapi jika buruk sangka, maka buruk pula realita yang akan kita jumpai. Karena Allah akan selalu mengikuti prasangka hamba terhadap- Nya.

ۡ

أ

ۡ قب

ۡ

ۡ ة ܱ ي ُܱه

ۡ

ۡ قض ر

ۡ

ُۡ ܅ّا

ۡ

ُۡݝ ݜ ع

ۡ

ۡ لܛ ق

ۡ

:

ۡ لܛ ق

ۡ

ۡ܆ قب܅َا

ۡ

ۡ܅ّ ص

ۡ

ُۡ ܅ّا

ۡ

ۡقݝ ي ݖ ع

ۡ

ۡ س غ

ۡ ݗ܅ݖ

ۡ

ۡ ݠُݐ ي

ُۡلۡ

ُۡ ܅ّا

ۡ

ۡ

لܛ ݇ ت

ۡ

ܛ ن

أ

ۡ

ۡ ܯ ݜقع

ۡ

ۡقكݚ ظ

ۡ

يقܯ ܞ ع

ۡ

ۡ قب

ۡ

ܛ ن

أ غ

ۡ

ُۡݝ ݇ م

ۡ

ا مقإ

ۡ

ۡقن ܱ

ك م

ۡ

ۡ نقܗ ف

ۡ

ۡ ك م

ۡقن ܱ

ۡ

ۡقف

ۡ

ۡقݝقس ف ن

ۡ

ُۡݝُت ܱ ك م

ۡ

ۡقف

ۡ

ۡ قޥ ف ن

ۡ

ۡ نِ

ۡ

ۡقن ܱ

ك م

ۡ

ۡقف

ۡ

ۡ

ل ۡ

ُۡݝُت ܱ ك م

ۡ

ۡقف

ۡ

ۡ

ل ۡ

ۡ ي خ

ۡ

ۡ ݗُݟ ݜقم

ۡ

ۡ نِ

ۡ

ۡ ب܅ܱ ݐ ت

ۡ

ۡ܅

لقإ

ۡ

ۡ بقشقب

ۡ

ُۡܠ ب܅ܱ ݐ ت

ۡ

ۡقݝ لقإ

ۡ

ًَۡا رقم

ۡ

ۡ نِ

ۡ

ۡ ب܅ܱ ݐ ت

ۡ

ۡ܅

لقإ

ۡ

ًَۡا رقم

ۡ

ُۡܠ ب܅ܱ ݐ ت

ۡ

ۡقݝ لقإ

ۡ

ًَۡܛ ب

ۡ

ۡ نِ

ۡ

ۡقنܛ ت

أ

ۡ

ۡ قަ ݙ ي

ۡ

ُۡݝُت ي ت

أ

ۡ

ًۡܟ ل غ ܱ ه


(51)

40

Artinya: “Hadits abu hurairah r.a. ia berkata rasulullah saw.bersabda: "Allah berfirman: 'Aku berada pada sangkaan hamba-Ku, Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku pada dirinya maka Aku mengingatnya pada diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam suatu kaum, maka Aku mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik darinya, dan jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkalmaka Aku mendekat padanya satu hasta, jika ia mendekat pada-Ku satu hasta maka Aku mendekat padanya satu depa, jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari."

Maksudnya ialah apa yang menjadi sangkaan hamba-Nya, Allah akan bersama dengan hamba-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa berprasangka baik itu dapat terjadi karena disertai dengan kebaikan. Dengan berbaik sangka kepada Allah, akan melahirkan energi positif yang besar, sehingga beban yang berat akan berubah menjadi ringan, permasalahan yang sulit akan mudah teratasi. Dengan berbaik sangka kepada Allah, akan melahirkan iman yang kuat, sehingga kegamangan hidup akan berubah menjadi sebuah kedamaian yang tiada batas, keyakinan yang tidak tercampur keraguan di dalamnya.

Individu yang memiliki self efficacy tinggi akan selalu berusaha agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada, serta tidak mudah berputus asa ketika menghadapi sebuah kesulitan. Umat Islam diperintahkan oleh Allah agar jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit serta selalu yakin bahwa rahmat Allah selalu ada. Sebagaimana tercantum dalam QS. Ali Imran ayat 139 dan QS. Yusuf ayat 87:

ۡ

ل غ

ۡ

ۡ اݠُݜقݟ ت

ۡ

ۡ

ل غ

ۡ

ۡ

ت

ۡ اݠُن ܲ

ۡ

ُۡݗُتن

أ غ

ۡٱ

ۡ

ل

ۡ ع

ۡ ݠ ݖ

ۡ ن

ۡ

ۡ نقإ

ۡ

ۡ ݜُك

ۡ ݗُت

ۡ

ۡ ܖ܆م

ۡ يقݜقم

ۡ

٩

ۡ

ۡ


(52)

41

Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

ۡ ي

ۡ܅ قن ܞ

ۡٱ

ۡ م

ۡ اݠُܞ ه

ۡ

ۡ اݠ ُس ܅س ح ت

ۡ

ۡ ݚقم

ۡ

ۡ فُسݠُي

ۡ

ۡ يقخ

أ غ

ۡقݝۡ

ۡ

ل غ

ۡ

ۡ ئ يܛ ت

ۡ اݠ ُس

ۡ

ۡ ݚقم

ۡ

ۡ غ܅ر

ۡقح

ۡٱ

ۡ ق܅ّ

ۡ

ُۡݝ܅نقإ

ۥۡ

ۡ

ل

ۡ

ۡ ُܳ ئ يܛ ي

ۡ

ۡ ݚقم

ۡ

ۡ غ܅ر

ۡقح

ۡٱ

ۡق ܅ّ

ۡ

ۡ

܅

لقإ

ۡٱۡ ل

ۡ ݠ ݐ

ُۡمۡ

ٱۡ ل

ۡ ك

ۡ نغُܱقف

ۡ

٧

ۡ

ۡ

Artinya: “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”

Dari kajian ayat di atas, maka dapat dipahami bahwa Islam memerintahkan manusia agar mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk malakukan berbagai tindakan dalam menghadapi tugas dan permasalahan hidup. Karena berdasarkan ayat diatas bahwa cobaan yang diberikan oleh Allah tidak akan melebihi kadar kemampuan manusia dan Allah telah memberkan potensi pada dirinya, rahmat dan pertolongan Allah selalu ada selama manusia mau berusaha.

Setiap individu harus yakin bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi permasalahan yang mereka alami. Yakinlah pada kemampuan yang dimiliki agar semua masalah yang terjadi dapat dihadapi dengan baik, sehingga bisa menjadi orang yang lebih baik lagi kedepannya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa diperlukan adanya sebuah usaha untuk mengatasi adanya permasalahan dalam hidup. Diantara bentuk-bentuk usaha yang dapat dilakukan adalah sebagai


(53)

42

1. Menata niat serta menentukan tujuan yang jelas yang disandarkan pada Allah, segala sesuatu yang disandarkan kepada Allah niscaya akan memperoleh keberkahan.

2. Mewujudkan tujuan tersebut dengan perencanaan perilaku. Perencanaan perilaku dibutuhkan agar perilaku yang akan kita perbuat menjadi terarah.

3. Melaksanakan perilaku yang jelas dengan usaha maksimal dan penuh keyakinan. Dengan usaha maksimal dan keyakinan yang kuat akan membawa hasil yang positif atas apa yang diharapkan.

4. Setelah berusaha secara maksimal, kita pasrahkan segala sesuatunya kepada Allah (tawakkal). Apabila kita bertawakkal kepada Allah, maka kita akan tetap teguh (istiqamah) dalam keimanan.

Dengan melaksanakan bentuk-bentuk usaha tersebut maka disitulah akan terlihat kemampuan seseorang untuk mengatasi sebuah tantangan atau permasalahan dan terhindar dari perasaan pesimis.

C. Akselerasi

1. Pengertian Akselerasi

Secara konseptual, pengertian acceleration diberikan oleh Pressey (1949, dalam Hawadi, 2004) sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konvensional. Definisi ini menunjukkan bahwa


(1)

98

semakin berkonsentrasi pada kegiatan yang sedang dilakukannya. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi self efficacy pada siswa akselerasi maka

semakin tinggi pula kemampuan untuk mencapai kondisi flow akademik. Dan

sebaliknya semakin rendah self efficacy pada siswa akselerasi maka semakin

rendah pula kemampuan untuk mencapai kondisi flow akademik. Mencermati

paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa self efficacy berhubungan dengan


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Penelitian ini telah menjawab hipotesis bahwa self efficacy dan flow

akademik terbukti secara empiris memiliki korelasi signifikan yang bersifat

positif sebesar 0.886. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelum yang telah

dilakukan oleh Melisa Santoso (2014). Individu yang memiliki self efficacy

yang tinggi maka mudah untuk mencapai kondisi flow ketika mengerjakan

aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan akademik. Flow akademik

mencakup kenyamanan individu dalam melakukan aktivitas akademik,

konsentrasi dan adanya motivasi yang bersumber dari dalam diri untuk

melakukan bahkan menyelesaikan aktivitas akademiknya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari

bahwa masih banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, ada beberapa saran

yang dapat dijadikan bahan pertimbangan terkait dengan penelitian yang

serupa, yaitu:

1. Bagi guru (pendidik) dan pihak sekolah

Diharapkan lebih memahami anak didiknya dalam kegiatan belajar

mengajar dengan tujuan tercapainya keinginan guru maupun anak

didiknya yaitu siswa memberi motivasi untuk membangun self efficacy


(3)

100

2. Bagi orangtua dan keluarga

Diharapkan dapat lebih menumbuhkan self efficacy anak pada usia sedini

mungkin agar anak mampu mencapai kondisi flow akademik yang tinggi,

salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menceritakan kisah

kesuksesan orang lain guna meningkatkan self efficacy yang dimiliki

anak.

3. Bagi siswa

Diharapkan untuk dapat memiliki self efficacy yang kuat sehingga siswa

akan mampu mencapai kondisi flow akademik dengan mudah, hal

tersebut dapat ditingkatkan melalui pengalaman keberhasilan, dengan

terjadinya serangkaian keberhasilan nyata, maka self efficacy akan kuat

dan berkembang.

4. Bagi peneliti selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya yang menaruh perhatian yang sama pada

program pendidikan anak berbakat (akselerasi) untuk

mengembangkan penelitian yang mengungkap aspek-aspek

psikologis lain.

b. Peneliti selanjutnya disarankan agar mencermati faktor-faktor lain

yang berpengaruh terhadap flow akademik seperti kemampuan atau

keterampilan yang dimiliki oleh individu serta besar tantangan tugas


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alwilsol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Anastasi & Urbina. (1997). Tes Psikologi. Jakarta: Prenhalindo.

Arif, Karolina. (2013). Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Flow

Akademik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 2 No. 1,

1-12.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (1996). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Bakker, A. B., dkk. (2011). Flow and Performance: A Study Among Talented

Dutch Soccer Players. Psychology of Sport and Exercise, 12, 442-450.

Bakkker, Arnold. (2005). Flow Among Music Teachers and Their Students: The

Crossover of Peak Experience. Journal of Vocational Behavior 66, 26-44.

Baron & Byrne. (2003). Psikologi Sosial Jilid I. Jakarta: Erlangga

Bauman dan Scheffer. (2010). Seeking Flow in The Achievement Domain: The

Achievement Flow Motive Behind Flow Experience. Springer Science + Business Media.

Chudhori, Ahmad. (2012). Layanan Pendidikan Khusus Untuk Siswa Cerdas

Istimewa dan Bakat Istimewa di Kelas Akselerasi. Kediri: IAIT Press.

Csikszentmihalyi, M. (1990). Flow: The Psychology of Optimal Experience. New

York: Harper & Row.

Csikszentmihalyi, M. (1997). Finding Flow. New York: Basic Books.

Dahlan, Sopiyudin. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.


(5)

102

Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goleman, Daniel. (2015). Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Hawadi, Reni Akbar. (2004). AKSELERASI A-Z Informasi Program Percepatan

Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT. Grasindo.

Hery, Nono. (2010). Hubungan antara Self Regulated Learning dengan Self

Efficacy pada Siswa Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur. Jurnal Insan, Vol. 12 No.02, 88-94.

http://dispendik.sidoarjokab.go.id, diakses tanggal 28 Mei 2016.

http://surabaya.tribunnews.com, diakses tanggal 9 Mei 2016.

Husna & Dewi. (2014). Hubungan Social Suppport dengan Flow pada Mahasiswa

Fakultas Psikologi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Islam Bandung,

574-579.

Ignatissus, Robin. (2013). Go With the Flow: Dukungan Sosial dan Flow

Akademik Pada Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,

Vol. 2 No. 1, 1-19.

Jackson, dkk. (2001). Relationship between Flow, Self-Concept, Psychological

Skills, and Performance. Journal of Applied Sport Psychology, 13: 129-153.

Lee, Eunju. (2005). The Relationship of Motivation and Flow Experience to

Academic Procrastination in University Students. Journal of Genetic

Psychology, 166 (1), 5-14.

Liao, Li-Fen. (2006). A Flow Theory Perspective on Learner Motivation and

Behavior in Distance Education. Distance Education, Vol. 27 No. 1, 45-62.

Muhid, Abdul. (2012). Analisis Statistik. Sidoarjo: Zifatama Publishing.

Ormrod, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan Jilid I. Jakarta: Erlangga

Restian, Arina. (2015). Psikologi Pendidikan Teori & Aplikasi. Malang: UMM

Press.

Rupayana, D.D. (2008). Flow and Engangement: Different degrees of the same?.

Retrieved Mei 25, 2016, from


(6)

103

Santoso, Melisa. (2014). Self Efficacy dan Flow Akademik Ditinjau dari Temporal

Motivation Theory pada Mahasiswa Fakultas Psikologi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 3 No. 1, 1-12.

Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT.

Elex Media Komputindo.

Setiadi, Iman. (2016). Psikologi Positif: Pendekatan Saintifik Menuju

Kebahagiaan.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Shernoff, dkk. (2003). Student Engagement in High School Classroom from the

Perspective of Flow Theory. School Psychology Quarterly, Vol. 18 No. 2, pp.

158-176.

Smolej, B & Avsec, A. (2007). The Experience of Flow and Subjective

Well-Being of Music Students. Horizons of psychology, 16, 2, 5-17.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana. (2013). MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Suryabrata, Sumadi. (1998). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Subjective Wellbeing Siswa SMA Negeri 1 Belitang.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Subjective Wellbeing Siswa SMA Negeri 1 Belitang.

4 11 18

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Stress Kerja Pada Karyawan.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI.

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI.

2 11 132

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY PADA PELAJARAN FISIKA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SIDOARJO.

0 0 89

Hubungan antara Optimisme dan Self-Efficacy dengan Flow akademik Siswa SMA - Ubaya Repository

0 0 1

Hubungan Antara Self-Efficacy dan Flow Akademik dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP - Ubaya Repository

0 0 2

Hubungan Antara Self Efficacy dengan Prestasi Belajar Siswa Akselerasi HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA AKSELERASI Febrin a Handayani Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya e-mail : handayani.febrinagmail.com

0 0 5

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI SMP DOMENICO SAVIO SEMARANG - Unika Repository

0 0 13