Pengaruh Redenominasi dan Faktor Lainnya terhadap Perubahan Harga dan Transaksi pada Pertumbuhan Ekonomi Rendah

PENGARUH REDENOMINASI DAN FAKTOR LAINNYA
TERHADAP PERUBAHAN HARGA DAN TRANSAKSI PADA
PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH

RIA RIZKIANI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh
Redenominasidan Faktor Lainnya terhadap Perubahan Harga dan Transaksi pada
Pertumbuhan Ekonomi Rendah adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Ria Rizkiani
NIM H14090085

2

ABSTRAK
RIA RIZKIANI. Pengaruh Redenominasi dan Faktor Lainnya terhadap Perubahan
Harga dan Transaksi pada Pertumbuhan Ekonomi Rendah. Dibimbing oleh
BAMBANG JUANDA
Redenominasi adalah penyederhanaan nominal dalam mata uang tanpa
mengurangi nilai mata uang tersebut. Pro dan kontra kebijakan redenominasi rupiah
nantinya dapat mempengaruhi harga dan transaksi sejumlah barang. Tujuan penelitian
ini adalah membandingkan dan mengkaji pengaruh perubahan (saat redenominasi
dan tanpa redenominasi) pada barang elastis dan inelastis dengan inflasi rendah
serta inflasi tinggi terhadap harga, jumlah transaksi, dan nilai transaksi dengan
menggunakan metode percobaan ekonomi. Data dikumpulkan menggunakan
metode eksperimen pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah. Pada kondisi

pertumbuhan ekonomi rendah, untuk barang elastis pada kondisi inflasi rendah
menyebabkan harga cenderung naik, sedangkan kondisi inflasi tinggi cenderung
mengalami penurunan harga ketika ada redenominasi. Hal tersebut menyebabkan
nilai transaksi lebih tinggi pada inflasi rendah pada barang elastis. Kebijakan
redenominasi, pada barang inelastis dalam kondisi inflasi rendah cenderung
menurunkan harga, sedangkan harga pada kondisi inflasi tinggi cenderung naik.
Hal tersebut menyebabkan nilai transaksi cenderung naik lebih tinggi pada inflasi
tinggi.

Kata kunci: elastisitas, inflasi, percobaan ekonomi, redenominasi

ABSTRACT
RIA RIZKIANI. Influence Redenomination and Other Factors Against Price
Changes and Transactionson Economic Low Growth. Supervised by BAMBANG
JUANDA
Redenomination is simplification nominal in currency without reducing the
value of the money. Support and critique policy redenominationrupiah will
influence prices and transaction some of items. Research purposes this is
comparing and examining influence change (when redenominasi and without
redenominasi) on goods elastic and inelastic with low inflation and high inflation

on the price, the quantity and transaction value by using experiment economy.
The data used are the primary data the results of simulation experiments. Elastic
goods, low inflation conditions tend to cause prices to rise, while the conditions of
high inflation rates tend to decrease. This causes the value of the transaction is
higher in the low inflation in elastic goods. On inelastic goods, conditions of low
inflation tends to reduce prices, while prices in conditions of high inflation tends
to rise. This causes the value of the transaction at the high inflation tends to rise
higher.
Keywords: elasticity, experimental economics, inflation, redenomination

3

PENGARUH REDENOMINASI DAN FAKTOR LAINNYA
TERHADAP PERUBAHAN HARGA DAN TRANSAKSI PADA
PERTUMBUHAN EKONOMI RENDAH

RIA RIZKIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

4

Judul Skripsi:Pengaruh Redenominasi dan Faktor Lainnya terhadap Perubahan
h。ヲAセ@
dan Transaksi pada Pertumbuhan Ekonomi Rendah
: Ria Rizkiani
Nama
: H14090085
NIM


Disetujui oleh

Prof Dr Ir Bc;mbang luanda, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

0 1 AU G2013;

5

Judul Skripsi : Pengaruh Redenominasi dan Faktor Lainnya terhadap Perubahan
Harga dan Transaksi pada Pertumbuhan Ekonomi Rendah
Nama
: Ria Rizkiani
NIM
: H14090085


Disetujui oleh

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

6

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segalakaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah redenominasi,
dengan judul Pengaruh Kebijakan Redenominasi dan Faktor Lainnya terhadap
Perubahan Harga dan Transaksi pada Pertumbuhan Ekonomi Rendah. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah Iwan Sofwan dan
Ibu Marini serta adik penulis yaitu Erni Sofiani atas segala doa, kasih sayang, dan
dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan motivasi dengan sabar
dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof.Noer Azam A, Ph.D selaku dosen penguji, serta Ibu Ranti
Wiliasih, M.Si selaku komisi pendidikan yang telah banyak memberikan
kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
3. Para dosen, staff, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
4. Teman-teman satu bimbingan, Mellida Rahmat G, M. Kunto Adi, Rheza
Prasetya A dan tim redenominasi S2 Ilmu Ekonomi yaitu kak Andika
Pambudi dan kak Danti Astrini yang telah banyak memberikan bantuan,
saran, kritik, dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Sahabat penulis Marsela Dwi T, Dwi Retno N, Nidaa Nazaahah K, Rina
Rosalina, Amelia Rosita A, Nila Sari, Dea Rizki K, Dwi Nur Vitasari S, Niki

N, Adini F, Nanie Kurniadi, Rezka F.
6. Adik-adik FEM yang telah membantu simulasi percobaan ekonomi Maryah
Ulfa, Vina, Remy, Imam, Zara, Ica, Acis, Melani, dan kawan-kawan serta
mahasiswa Ilmu Ekonomi 47 dan 48.
7. Adik-adik TPB angkatan 49 R01.2 dan P05.1 atas dukungan, semangat,
motivasi, dan doa.
8. Seluruh Keluarga Ilmu Ekonomi 46 yang selama ini telah bersama-sama
menuntut ilmu dan memberikan semangat.
9. Bank Indonesia yang telah memberikan dana penelitian skripsi ini.
10. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Ria Rizkiani

7

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

4

Perubahan Nilai Rupiah


4

Konsep Inflasi

5

Aplikasi Konsep Elastisitas

5

Money Illusion

5

Penelitian Terdahulu

6

Pengalaman Negara-negara yang Telah Melakukan Redenominasi

6

Percobaan Ekonomi

7

Hipotesis

9

METODE ..

11

Jenis dan Sumber Data

11

Metode Pengambilan Sampel

11

Rancangan Simulasi Percobaan

11

Prosedur Percobaan Ekonomi

12

Metode Analisis

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga

15

Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Jumlah Transaksi

18

Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Nilai Transaksi

20

Perkembangan Perubahan Harga (%) tiap Ulangan dalam Kondisi Inflasi
Rendah dan Tinggi pada Barang Elastis dan Inelastis
22
SIMPULAN DAN SARAN

23

8

Simpulan

23

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

26

RIWAYAT HIDUP

51

9

DAFTAR TABEL
1 Hasil t-test perubahan harga (%) pada barang elastis dan inelastis
2 Hasil t-test perubahan harga (%) pada kondisi inflasi rendah dan tinggi
3 Hasil t-test perubahan harga (%) dalam kondisi inflasi rendah dan tinggi
pada barang elastis dan inelastis
4 Hasil t-test perubahan jumlah transaksi (%) pada barang elastis dan
inelastis
5 Hasil t-test perubahan jumlah transaksi (%) pada kondisi inflasi rendah
dan tinggi
6 Hasil t-test perubahan jumlah transaksi (%) dalam kondisi inflasi
rendah dan tinggi pada barang elastis dan inelastis
7 Hasil t-test perubahan nilai transaksi (%) pada barang elastis dan
inelastis
8 Hasil t-test perubahan nilai transaksi (%) pada kondisi inflasi rendah
dan tinggi
9 Hasil t-test perubahan nilai transaksi (%) dalam kondisi inflasi rendah
dan tinggi pada barang elastis dan inelastis

15
16
17
18
18
19
20
21
22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1999 - 2012 (persen)
Tingkat inflasi di Indonesia tahun 1990- 2012 (persen)
Tingkat inflasi di Turki tahun 2003-2011 (persen)
Kerangka pemikiran penelitian
Perbandingan perubahan harga (%) pada barang elastis dan inelastis
Perbandingan perubahan harga (%) pada kondisi inflasi rendah dan
tinggi
Perbandingan perubahan harga (%) dalam kondisi inflasi rendah dan
tinggi pada barang elastis dan inelastis
Perbandingan jumlah transaksi(%) pada barang elastis dan inelastis
Perbandingan perubahan jumlah transaksi (%) pada inflasi rendah dan
tinggi
Perbandingan perubahan jumlah transaksi (%) dalam kondisi inflasi
rendah dan tinggi pada barang elastis dan inelastis
Perbandingan nilai transaksi (%) pada barang elastis dan inelastis
Perbandingan perubahan nilai transaksi (%) pada kondisi inflasi rendah
dan tinggi
Perbandingan perubahan nilai transaksi (%) dalam kondisi inflasi
rendah dan inflasi tinggi pada barang elastis dan inelastis
Perkembangan perubahan harga (%) dalam kondisi inflasi rendah dan
tinggi pada barang elastis
Perkembangan perubahan harga (%) dalam kondisi inflasi rendah dan
tinggi pada barang inelastis

2
2
7
10
15
16
17
18
19
20
20
21
22
23
23

10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil simulasi percobaan ekonomi dengan faktor kebijakan
redenominasi, elastisitas, dan inflasi terhadap harga, jumlah transaksi,
dan nilai transaksi
2 Hasil simulasi percobaan ekonomi dengan faktor kebijakan
redenominasi, elastisitas dan inflasi terhadap perubahan (%) dalam
harga, jumlah transaksi, dan nilai transaksi
3 Olahan data statistik perubahan dalam harga, jumlah transaksi, dan
nilai transaksi denganminitab
4 Gambar plot data untuk kombinasi perlakuan
5 Instruksi simulasi percobaan ekonomi
6 Lembar keputusan percobaan ekonomi
7 Daftar unit cost dan unit value percobaan ekonomi
8 Perkembangan harga tiap ulangan

26

27
27
37
43
47
48
50

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan redenominasi adalah kebijakan penyederhanaan nominal mata
uang tanpa mengurangi nilai dari mata uang tersebut. Saat ini rupiah memiliki
pecahan tertinggi sebesar Rp 100 000. Pecahan ini merupakan pecahan tertinggi
kedua setelah mata uang Vietnam dengan pecahan tertinggi sebesar 500 000
Dong. Hal tersebut menyebabkan pencatatan transaksi menjadi kurang efisien.
Ide kebijakan redenominasi rupiah muncul untuk menyederhanakan mata
uang karena Bank Indonesia merasa rupiah sudah terlalu banyak menyertakan
jumlah digit angka nol. Wacana redenominasi telah digulirkan oleh Bank
Indonesia sejak tahun 2010. Hampir setiap tahun, Indonesia mengalami inflasi
sehingga membuat harga barang menjadi lebih tinggi. Hal ini menyebabkan pada
tahun-tahun mendatang akan membutuhkan nilai mata uang yang lebih besar,
berpotensi menimbulkan risiko, dan ketidaknyamanan karena membawa uang
dalam jumlah yang lebih banyak serta mempersulit transaksi.
Redenominasi dapat dijadikan strategi untuk meningkatkan kredibilitas
mata uang nasional, mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan
kawasan ASEAN dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun
2015, serta menghilangkan kesan bahwa nilai nominal uang yang terlalu besar
seolah-olah mencerminkan Indonesia pernah mengalami kondisi fundamental
ekonomi yang kurang baik atau pernah mengalami inflasi yang tinggi dimasa lalu
(Kesumajaya, 2011).
Kebijakan tersebut rencananya akan menghilangkan tiga angka nol pada
rupiah. Rancangan Undang-Undang tersebut sudah diselesaikan pemerintah
bersama Bank Indonesia.Rancangan tersebut sudah diajukan kepada DPR dan
telah masuk Program Legislasi Nasional 2013. Jika disetujui, mulai tahun 2014
akan dimunculkan mata uang baru hasil redenominasi sehingga ada dua mata uang
yang akan beredar di masyarakat.
Salah satu indikator keberhasilan penerapan redenominasi suatu negara
adalah tingkat inflasi setelah kebijakan tersebut diterapkan. Pemilihan waktu yang
tepat menjadi salah satu kunci suksesnya pelaksanaan redenominasi. Pemilihan
waktu yang tidak tepat terbukti menjadi sumber kegagalan redenominasi di
beberapa negara seperti Brazil, Rusia, Korea Utara, dan Zimbabwe. Mereka
melakukan redenominasi di waktu yang salah yaitu ketika perekonomian negara
tersebut sedang tidak stabil, inflasi tinggi, serta kurangnya kepercayaan publik
terhadap pemerintah.
Keadaan inflasi dan kondisi ekonomi yang stabil serta adanya jaminan
stabilitas harga menjadi syarat untuk melakukan kebijakan redenominasi. Syarat
lainnya yang juga penting yaitu persepsi dan pemahaman masyarakat yang
mendukung mengenai kebijakan redenominasi. Dampak yang akan dirasakan
nanti, tergantung sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat untuk memberikan
pemahaman mengenai redenominasi sehingga masyarakat tidak mengartikan sama
seperti sanering. Pemahaman mengenai redenominasi yang salah pada masyarakat
dapat menimbulkan kepanikan yangmembuat situasi ekonomi mengalami gejolak.

2

Adanya pro dan kontra mengenai pengaruh redenominasi rupiah terjadi
dibeberapa kalangan. Perekonomian Indonesia dalam kondisi sehat dan stabil,
sehingga dikatakan waktu yang tepat untuk melakukan redenominasi. Beberapa
tahun terakhir ini memang tingkat inflasi di Indonesia menunjukkan relatif stabil
dengan kisaran 4% sampai 7%. Pertumbuhan ekonomi juga dapat dikatakan stabil
dan relatif mengalami peningkatan.

Pertumbuhan
Ekonomi (%)

6.1 6.46 6.23
5.69 5.5 6.35 6.01
7
4.92
4.58
4.5 4.78 5.03
6
3.64
5
4
3 0.79
2
1
0

Tahun
Sumber: World Development Indicators (2012).

Gambar 1 Pertumbuhanekonomi di Indonesia tahun 1999 - 2012 (persen)

1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

77.63
100
80
60
9.35 10.03 17.11 11.06 6.96
40 9.53
9.24 6.47
6.4 6.6
4.3
2.78
2.01
Inflasi (%) 20
4.94
0

Tahun
Sumber: Badan Pusat Statistik.

Gambar 2 Tingkat inflasi di Indonesia tahun 1990- 2012 (persen)
Kondisi ekonomi Indonesia memang sedang baik namun belum tentu
diimbangi oleh persepsi publik yang benar mengenai redenominasi. Jika publik
belum siap maka yang terjadi justru efek buruk seperti melemahnya nilai rupiah
terhadap mata uang asing dan beralihnya masyarakat keaset riil. Hal tersebut
disebabkan banyak orang yang akhirnya enggan menyimpan rupiah jika nilainya
dianggap mengalami penurunan. Redenominasi mata uang rupiah belum
mendesak dan tidak harus segera dilakukan. Kebijakan tersebut bersifat sangat
teknis dan membutuhkan kematangan dari seluruh lapisan masyarakat sehingga
nantinya tidak menimbulkan gejolak ekonomi. Kebijakan redenominasi ini tentu
memerlukan persiapan matang dan biaya tinggi untuk mencetak uang baru.
Kebijakan redenominasi ini seharusnya memang tidak menimbulkan
perubahan daya beli. Namun, secara psikologis kebijakan tersebut dapat
mengakibatkan daya beli uang berbeda antara sebelum dan sesudah kebijakan
redenominasi diterapkan. Dampak psikologis merupakan salah satu reaksi pelaku
ekonomi terhadap redenominasi rupiah seperti money illusion. Ketika konsumen
merasa harga baru lebih murah, membuat konsumen menjadi semakin konsumtif
sehingga produsen cenderung menaikkan harga dalam kondisi tersebut. Dampak
lain kebijakan redenominasi yang perlu diperhatikanadalah adanya potensi
pembulatan harga ke atas dengan alasan untuk mempermudah transaksi.

3

Kajian data sekunder atau metode survei sulit untuk memecahkan pro dan
kontra tersebut karena data belum tersedia di lapang. Kajian mengenai pengaruh
pelaksanaan redenominasi perlu dikaji secara ilmiah melalui metode percobaan.
Dalam metode percobaan, keputusan para pelaku ekonomi dapat memberikan
gambaran mengenai pengaruh redenominasi. Data hasil percobaan akan lebih
mudah diinterpretasi dalam menyimpulkan hubungan sebab akibat dibandingkan
data hasil survei atau data sekunder (Juanda, 2010).

Perumusan Masalah
Berbagai macam kombinasi perbedaan faktor yang mempengaruhi
redenominasi dengan metode percobaan ekonomi membuat konsep kebijakan ini
menghasilkan respon yang tentu berbeda pula. Kebijakan redenominasi akan
mempunyai pengaruh yang berbeda ketika diberlakukan pada kondisi inflasi
rendah dan inflasi tinggi. Begitupun dengan jenis barang dalam transaksi yang
akan mempengaruhi harga dibulatkan ke atas (harga dinaikkan) atau harga
dibulatkan ke bawah (harga diturunkan). Berdasarkan latar belakang tersebut
maka perumusan masalah yang dapat diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga,
perubahanjumlah transaksi, dan perubahan nilai transaksi dalam kondisi
inflasi rendah ?
2. Bagaimana pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga,
perubahan jumlah transaksi, dan perubahan nilai transaksi dalam kondisi
inflasi tinggi ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya,
maka tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan dan mengkaji pengaruh
perubahan (saat redenominasi dan tanpa redenominasi) kondisi pertumbuhan
ekonomi rendah, pada barang elastis dan inelastis dalam inflasi rendah serta
inflasi tinggi. Respon yang diamati adalah perubahan harga, perubahan jumlah
transaksi, dan perubahan nilai transaksi dengan menggunakan metode percobaan
ekonomi.

Manfaat Penelitian
1.

2.
3.

Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menerapkan ilmu ekonomi
terutama metode percobaan ekonomi yang dapat memberikan pembelajaran
terkait pengaruh redenominasi dalam perekonomian.
Bagi masyarakat akademik, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi
penelitian lebih lanjut mengenai kebijakan redenominasi.
Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan terkait redenominasi.

4

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan mempunyai batasan-batasan yaitu penelitian
yang dilakukan mengkaji pengaruh perubahan kebijakan (redenominasi dan tanpa
redenominasi) pada barang elastis dan inelastis dalam kondisi inflasi rendah dan
inflasi tinggi terhadap respon yang diamati dengan mengamati keputusan pelaku
ekonomi. Respon yang diamati dan dikaji adalah perubahan harga, perubahan
jumlah transaksi, dan perubahan nilai transaksi. Data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari data primer hasil metode percobaan (eksperimen)
ekonomi. Peserta percobaan ekonomi berasal dari kalangan mahasiswa Fakultas
Ekonomi Manajemen IPB. Pola transaksi yang diamati yaitu sistem transaksi
Posted-Offer (PO). Sistem transaksi posted-offer merupakan sistem transaksi yang
biasa ditemui dalam bidang usaha retail dan industri yaitu harga yang telah
dipasang oleh penjual kemudian ditawarkan kepada pembeli (posted-offer price),
dan pembeli tinggal memilih barang yang diinginkan sesuai dengan anggaran
yang dimilikinya. Penelitian menggunakan asumsi-asumsi tertentu agar
memudahkan perhitungan.Asumsi-asumsi tersebut yaitu kondisi ekonomi ketika
pertumbuhan rendah. Kondisi pertumbuhan ekonomi rendah digambarkan dengan
penjual diwakili oleh lima orang dan pembeli juga diwakili oleh lima orang.
Masing-masing penjual dan pembeli tersebut mewakili dua unit cost dan dua unit
value. Barang elastis menggunakan mobil dan barang inelastis menggunakan
beras sebagai barang yang ditransaksikan.
Percobaan ekonomi terkait redenominasi dapat dilakukan dengan berbagai
macam kombinasi faktor dan berbagai macam respon yang dapat diamati. Kajian
redenominasi ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti nilai tukar, sosialisasi,
masa transisi dan lain sebagainya. Sistem transaksi pasar yang digunakanpun
dapat bermacam-macam seperti sistem tawar menawar. Adanya keterbatasan
waktu, biaya, jumlah responden, dan lain sebagainya membuat peneliti perlu
membatasi sejumlah hal-hal tertentu.

TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan Nilai Rupiah
Redenominasi
Pengertian redenominasi itu sendiri pada dasarnya adalah penyederhanaan
nominal dalam mata uang tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Misalkan
Rp 1000 akan berubah menjadi Rp 1, hal ini berlaku pada mata uang maupun
harga barang dan jasa sehingga tidak akan mengurangi daya beli masyarakat.
Penyederhanaan nilai mata uang menjadi pecahan yang lebih kecil tersebut,sangat
bermanfaat dalam hal akuntansi atau pencatatan keuangan. Misalnya, dalam dunia
bisnis ataupun penyusunan anggaran negara yang nilainya mencapai 12 digit
angka (triliun). Redenominasi membuat penulisan menjadi lebih sederhana karena
menghilangkan tiga (angka) nol. Kebijakan redenominasi memerlukan masa
transisi, persiapansecara matang dan terukur sampai masyarakat siap agar tidak

5

menimbulkan gejolak, serta dilakukan saat kondisi ekonomi stabil (pertumbuhan
ekonomi dan inflasi terkendali).
Sanering
Redenominasi berbeda dengan sanering. Mata uang yang mengalami
sanering akan berkurang nilainya namun harga-harga barang tidak dijamin untuk
ikut turun, sehingga daya beli masyarakat menurun. Sanering merupakan upaya
memotong rupiah karena meningkatnya angka inflasi yang tak kunjung turun atau
inflasi tidak terkendali. Sanering dilakukan saat kondisi ekonomi tidak sehat,
inflasi sangat tinggi dan dilakukan secara tiba-tiba.Indonesia memiliki
pengalaman tiga kali melakukan sanering. Pertama, sanering dilakukan pada 19
Maret 1950 dengan memotong Rp 5 menjadi Rp 2. Sanering kedua dilakukan
pada 25 Agustus 1959 dengan memotong Rp 1000 menjadi Rp 100.Sanering
terakhir terjadi pada 13 Desember 1965 dengan memotong Rp 1000 menjadi Rp1.
Konsep Inflasi
Inflasi merupakan suatu kondisi kenaikan harga barang-barang secara
umum pada jangka waktu tertentu. Beberapa teori mengenai konsep inflasi seperti
teori kuantitas uang yang menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan uang
menentukan tingkat inflasi. Selanjutnya, inflasi dan keseimbangan ekonomi
menghasilkan tiga kondisi berbeda yaitu: (a) Inflasi disertai penurunan output; (b)
Inflasi disertai kemandekan output (stagflasi); (c) Inflasi disertai pertumbuhan
ekonomi. Tiga gejala diatas menunjukkan gejala inflasi berdasarkan faktor
penyebabnya, yaitu tekanan permintaan (demand-pull inflation), inflasi dorongan
biaya (cost-push inflation), dan kombinasi keduanya (stagflasi).
Aplikasi Konsep Elastisitas
Elastisitas adalah besar perubahan relatif jumlah unit barang yang dibeli
karena adanya perubahan suatu faktor yang mempengaruhinya. Jika harga jual
naik, dua kemungkinan reaksi para produsen. Kemungkinan pertama, mereka
mengira kenaikan harga menurunkan permintaan sehingga penerimaan turun.
Kemungkinan kedua, mereka mengira kenaikan harga akan menyebabkan
penerimaan meningkat. Untuk barang yang permintaannya elastis, menurunkan
harga dapat meningkatkan permintaan lebih besar sehingga penerimaan total
meningkat. Selanjutnya untuk barang yang permintaannya inelastis, kenaikan
harga akan menyebabkan penurunan permintaan yang lebih kecil sehingga total
penerimaan meningkat.
Money Illusion
Salah satu dampak yang sering muncul dalam penerapan redenominasi
adalah money illusion yang membuat nilai tukarnya menjadi tampak kecil padahal
sebenarnya sama saja. Money illusion dapat mempengaruhi perilaku seseorang
dalam berbagai keadaan.Hal tersebut muncul karena perubahan nominal harga
barang akibat redenominasi mengakibatkan masyarakat mempersepsikan harga

6

barang menjadi lebih murah karena dihilangkannya angka nol dari mata uang
terdahulu. Redenominasi mampu mendorong perilaku konsumsi menjadi lebih
besar kerena konsumen merasa harga menjadi lebih murah. Melihat perubahan
dari perilaku masyarakat tersebut, tindakan rasional produsen cenderung
melakukan pembulatan harga barang ke atas.
Di sisi lain, redenominasi juga dapat mengurangi konsumsi karena
ketakutan adanya inflasi sehingga menyebabkan orang mengalihkan untuk
memegang barang terutama yang nilainya tahan terhadap inflasi. Tentu saja hal ini
dapat mengakibatkan terganggunya kestabilan laju pertumbuhan ekonomi karena
berpotensi mengurangi konsumsi. Selain itu, hal tersebut juga menyebabkan
meningkatnya penukaran rupiah dengan mata uang yang lebih kuat sehingga nilai
rupiah menurun terhadap mata uang lain karena menurunnya kepercayaan
masyarakat.
Penelitian Terdahulu
Mehdi dan Reza (2012) juga mengungkapkan bahwa pengurangan nilai
nominal mata uang akan mempunyai pengaruh secara psikologi dan sosial. Ketika
mata uang memiliki nilai nominal yang rendah, maka masyarakat akan merasa
mata uang tersebut bernilai kuat. Nilai mata uang nasional tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti posisi mata uang di ekonomi global, efisiensi biaya
pemerintah dan politik stabil.
Lianto dan Suryaputra (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui
dampak dari implementasi redenominasi di Indonesia berdasarkan perspektif
masyarakat Indonesia. Dari data yang diperoleh dengan metode survei sebanyak
100 orang yang paham akan redenominasi dan dianalisis menggunakan Structural
Equation Modelling, terlihat bahwa dampak terbesar dari redenominasi adalah
dapat meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata negara lain. Temuan lainnya
adalah masyarakat Indonesia menganggap redenominasi akan dapat
menguntungkan mereka. Jika redenominasi sukses diimplementasikan, mata uang
rupiah akan menjadi semakin kuat dan menambah kepercayaan diri masyarakat
terhadap mata uangnya.
Negara yang melakukan redenominasi salah satunya adalah
Rumania.Rumania melakukan redenominasi dengan mengganti mata uangnya
menjadi Euro. Redenominasi merupakan bagian dari reformasi ekonomi yang
dapat menimbulkan dampak psikologis. Dalam rangka memfasilitasi pengakuan
uang kertas dan mencegah kebingungan dalam transisi mata uang baru dengan
daya beli sama maka mata uang dicetak dengan warna dan desain serupa
(Iona,2005).
Pengalaman Negara-negara yang Telah Melakukan Redenominasi
Sejarah panjang redenominasi dimulai sejak abad 19 di Eropa, ketika
negara kekurangan pasokan emas atau perak, pemerintah sering menyesuaikan
nilai mata uang mereka.Itu merupakan bagian dari konsep redenominasi. Namun,
redenominasi dalam bentuk pengurangan atau penyederhanaan angka nol mulai
banyak dilakukan berbagai negara sejak tahun 1923. Beberapa negara yang telah

7

melakukan redenominasi, diantaranya ada negara yang dianggap sukses dan gagal.
Negara-negara yang dianggap berhasil menerapkan redenominasi adalah Turki,
Rumania, Polandia, dan Ukraina. Beberapa negara yang gagal meredenominasi
mata uangnya diantaranya adalah Brazil, Rusia, Zimbabwe, Israel, dan Korea
Utara.
Salah satu negara yang sukses dalam pelaksanaan redenominasi adalah
Turki. Pemerintah Turki mulai mencanangkan program redenominasi dengan
melakukan persiapan berupa konsultasi publik maupun sosialisasi. Turki
memutuskan memberlakukan kebijakan redenominasi pada tahun 1998. Setelah
persiapan tujuh tahun, mulai 1 Januari 2005. Ketika itu, Turki menghilangkan
enam angka nol sehingga 1 000 000 lira = 1 new lira.Turki melakukan kebijakan
redenominasi tersebut secara bertahap dan membutuhkan waktu sepuluh tahun
hingga berakhir pada tahun 2008. Kunci sukses redenominasi Turki adalah
pengawasan ketat pemerintah dalam melakukan stabilisasi harga sehingga
ancaman lonjakan inflasi bisa diredam.
Turki
30.00
20.00
Inflasi (%)
10.00
0.00
2003

2004

2005

2006

2007
Tahun

2008

2009

2010

2011

Sumber: World Development Indicators (2012).

Gambar 3 Tingkat inflasi di Turki tahun 2003 - 2011 (persen)
Ada pula negara yang gagal dalam pelaksanaan kebijakan redenominasi,
seperti Argentina dan Brazil yang menerapkan kebijakan redenominasi dengan
jangka waktu tertentu. Gagalnya redenominasi tersebut karena diterapkan pada
kondisi ekonomi yang lemah dan tidak siap. Ketidakmampuan pemerintah
maupun bank sentral untuk meyakinkan masyarakat bahwa redenominasi tidak
akan mendorong inflasi menjadi penyebab gagalnya redenominasi di Rusia.
Banyak masyarakat menganggap bahwa redenominasi merupakan cara pemerintah
membodohi rakyat karena kebijakan tersebut dianggap sebagai cara pemerintah
merampok uang rakyat. Selain itu, lemahnya mekanisme kontrol atau pengawasan
harga di masyarakat mengakibatkan harga barang melesat dan inflasi melonjak.
Percobaan Ekonomi
Ilmu ekonomi mendasarkan banyak teorinya pada asumsi-asumsi spesifik
mengenai pelaku ekonomi yang rasional dalamproses pengoptimalan alokasi
sumberdaya yang langka dan diinginkan untuk memaksimumkan kepuasannya
dengan kendala yang dihadapinya. Para ahli ekonomi mengkritik asumsi-asumsi
tersebut dan berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi pilihan pelaku
ekonomi.Dalam realitanya perilaku manusia lebih kompleks.Untuk menanggapi
kritik tersebut, metode eksperimen semakin berkembang untuk menguji dan

8

memperbaiki teori ekonomi.Ekonomi eksperimental adalah ilmu ekonomi yang
menerapkan berbagai metode percobaan (experimental methods) dalam mengkaji
berbagai permasalahan ekonomi.
Metode percobaan dalam ilmu ekonomi adalah suatu cara yang sangat baik
untuk membangkitkan data yang kualitasnya dapat lebih baik (dibandingkan
metode survei) dan kemungkinan biayanya lebih kecil daripada data yang tersedia
dipublikasi. Kelebihan metode percobaan dibandingkan dengan metode survei
(Juanda, 2009), antara lain:
1. Peneliti memiliki keleluasaan untuk melakukan pengawasan terhadap sumbersumber keragaman data.
2. Dapat menciptakan jenis perlakuan yang diinginkan dan kemudian mengamati
perubahan-perubahan yang terjadi pada responnya.
3. Telaahnya bersifat analitik, yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan
sebab akibat antar berbagai faktor.
Dalam Juanda (2009) disebutkan data dari hasil suatu perancangan
percobaan dikatakan valid apabila memenuhi tiga prinsip dasar, yaitu:
1. Ulangan, fungsinya untuk menghasilkan nilai dugaan ragam bagi galat
(kekeliruan) percobaan, meningkatkan ketepatan percobaan dengan
memperkecil simpangan baku nilai tengah perlakuan, dan mengendalikan
galat percobaan.
2. Pengacakan, tujuannya untu mendapatkan dugaan tak bias bagi galat
percobaan dan nilai tengah perlakuan.
3. Pengelompokkan, tujuannya untuk mengurangi galat percobaan sehingga
dapat menyimpulkan bahwa perbedaan respon diakibatkan karena perbedaan
perlakuan.
Dalam perkembangan metode percobaan ekonomi, muncul suatu teori
yang disebut induced-value theory yang dikembangkan oleh Ekonom V.L. Smith
pada tahun 1976 (Juanda, 2009).Ide dasar dari teori ini adalah bahwa penggunaan
media imbalan yang tepat memungkinkan peneliti untuk memunculkan
karakteristik pelaku ekonomi tertentu dan karakteristik bawaannya menjadi tidak
berpengaruh lagi (irrelevant). Apabila karakteristik dasar pelaku ekonomi
(experimental unit) sama atau homogen maka peneliti dapat melakukan percobaan
karena prinsip dasar ”pengendalian lingkungan” sudah dilakukan.
Tiga syarat cukup untuk memunculkan karakteristik diatas adalah sebagai
berikut :
1. Monotonicity adalah pelaku percobaan harus selalu menyukai imbalan yang
lebih besar.
2. Salience adalah imbalan yang diterima pelaku tergantung dari tindakan
mereka dalam percobaan sesuai aturan yang mereka fahami.
3. Dominance : adanya dominansi kepentingan pelaku di dalam percobaan,yaitu
mereka lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan hal-hal lain.
Friedman dan Sunder (1994) dalam Juanda (2009) mengemukakan bahwa
percobaan ekonomi dilakukan di dalam lingkungan yang terkontrol.Lingkungan
ekonomi terdiri dari pelaku ekonomi bersama aturan yang berlaku atau institusi
sebagai tempat berinteraksi antar pelaku ekonomi.Pelaku ekonomi mungkin
sebagai pembeli dan penjual, dan institusi mungkin merupakan tipe pasar tertentu.
Dalam penelitian dibidang ekonomi dengan metode percobaan, kelompok
masyarakat yang sering kali menjadi subjek penelitian berasal dari kelompok

9

mahasiswa (Friedman dan Sunder, 1994) dalam Juanda (2009). Alasan
penggunaan mahasiswa sebagai sumber penelitian yaitu :
1. Kelompok ini dinilai paling siap untuk masuk ke dalam kelompok
eksperimen.
2. Latar belakang kelompok ini berasal dari kampus, dimana dari kampus inilah
sebagian besar peneliti muncul.
3. Biaya imbangan (opportunity cost) yang rendah.
4. Merupakan salah satu cara untuk mengurangi pengaruh eksternal yang dapat
menjadi variabel pengganggu dalam penelitian.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah untuk penelitian
dapat dikembangkan hipotesis penelitian, yaitu:
1. Respon perubahan harga, pada barang elastis mengalami penurunan dan
sebaliknya pada barang inelastis. Selanjutnya, pada kondisi inflasi rendah
mengalami penurunan dan sebaliknya pada kondisi inflasi tinggi.
2. Responjumlah transaksi, pada barang elastis mengalami kenaikan dan
sebaliknya pada barang inelastis. Selanjutnya, pada kondisi inflasi rendah
mengalami kenaikan dan sebaliknya pada kondisi inflasi tinggi.
3. Respon nilai transaksi, pada barang elastis mengalami kenaikan dan
sebaliknya pada barang inelastis. Selanjutnya, pada kondisi inflasi rendah
mengalami kenaikan dan sebaliknya pada kondisi inflasi tinggi.

10

Kerangka Pemikiran

Redenominasi
mata uang
Perubahan (%) :
 Harga
 Jumlah transaksi
 Nilai transaksi

Respons yang diamati

Analisis Deskriptif

Uji
Keragaman
(Uji F)
Uji Beda
Nilai Tengah
(Uji T)

Percobaan Ekonomi

Dengan Redenominasi

Tanpa Redenominasi
Inflasi
Rendah
Barang Elastis

Penghilangan tiga angka nol
Rupiah

Money
Illusion

Perubahan Perilaku Pelaku
Ekonomi
(Produsen dan Konsumen)

Rekomendasi / Kebijakan

Gambar 4 Kerangka Pemikiran Penelitian

Inflasi
Tinggi
Barang Inelastis

11

METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer
dan sekunder. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
simulasi percobaan (eksperimen) ekonomi. Data primer yang dikumpulkan
merupakan gambaran respon dari para peserta percobaan ekonomi yang dapat
dilihat dari pengambilan keputusan. Data sekunder diperoleh dari literatur dan
instansi-instansi seperti Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, World
Development Indicators yang dipublikasi oleh World Bank yang berkaitan dengan
penelitian ini.

Metode Pengambilan Sampel
Penelitian dengan percobaan ekonomi ini menggunakan responden yang
digunakan sebagai sampel sebanyak 40 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi
Manajemen IPB yang dipilih dengan metode snowball sampling. Metode
snowball sampling dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi
penelitiannya. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengetahui satu atau dua
orang dalam beberapa kelompok mahasiswa. Untuk itu peneliti meminta kepada
perwakilan masing-masing kelompok untuk menunjuk orang lain yang kira-kira
bisa dijadikan sampel (kelompok mahasiswa FEM-IPB). Responden tersebut
dibagi menjadi empat kelompok secara acak yaitu barang elastis sebanyak 10
orang dimana lima orang menjadi penjual dan lima orang pembeli pada kondisi
inflasi rendah dan 10 orang berikutnya dengan inflasi tinggi. Selanjutnya, untuk
kelompok yang lain yaitu baranginelastis sebanyak 10 orang dimana lima orang
menjadi penjual dan lima orang pembeli pada kondisi tingkat inflasi rendah dan
10 orang berikutnya dengan tingkat inflasi tinggi yang juga dipilih secara acak.
Rancangan Simulasi Percobaan
Percobaan ekonomi pada penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
dari ada atau tidaknya kebijakan redenominasi rupiah terhadap respon yang
diamati berdasarkan karakteristik barang (elatis atau inelastis) dalam kondisi
inflasi rendah dan inflasi tinggi.Simulasi percobaan pada penelitian ini mengambil
kondisi ekonomi pertumbuhan rendah. Kondisi pertumbuhan ekonomi rendah
dicerminkan dengan jumlah penjual dan pembeli (pelaku ekonomi percobaan)
yang lebih sedikit dibandingkan kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi. Hasil
pengaruh redenominasi terhadap perubahan dalam harga, jumlah transaksi, dan
nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi menunjukkan adanya
perbedaan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi rendah (Gustini, 2013). Adapun
respon yang diamati dapat dilihat dari perubahan dalam harga, jumlah transaksi,
dan nilai transaksi. Faktor-faktor yang akan dilihat pengaruhnya terhadap respon
yang diamati, adalah:

12

1.

Kondisi kebijakan, terdiri dari dua taraf yaitu: 1) tanpa kebijakan
redenominasi; dan 2) adanya kebijakan redenominasi.
2. Elastisitas, terdiri dari dua taraf yaitu: 1) barang elastis; dan 2) barang
inelastis.
3. Inflasi, terdiri dari dua taraf yaitu: 1) inflasi rendah; dan 2) inflasi tinggi.
Percobaan ekonomi dalam penelitian ini melibatkan 40 orang mahasiswa
FEM IPB sebagai responden pelaku percobaan ekonomi yang dibagi ke dalam
delapan kombinasi perlakuan yang berbeda yang didasarkan pada ketiga faktor
yang telah disebutkan. Setiap perlakuan diamati sebanyak tiga periode percobaan,
Perlakuan tersebut adalah :
1. Responden dengan barang elastis tanpa kebijakan redenominasi pada inflasi
rendah.
2. Responden dengan barang elastis dengan kebijakan redenominasi pada inflasi
rendah.
3. Responden dengan barang inelastis tanpa kebijakan redenominasi pada inflasi
rendah.
4. Responden dengan barang inelastis dengan kebijakan redenominasi pada
inflasi rendah.
5. Responden dengan barang elastis tanpa kebijakan redenominasi pada inflasi
tinggi.
6. Responden dengan barang elastis dengan kebijakan redenominasi pada inflasi
tinggi.
7. Responden dengan barang inelastis tanpa kebijakan redenominasi pada inflasi
tinggi.
8. Responden dengan barang inelastis dengan kebijakan redenominasi pada
inflasi tinggi.
Untuk perlakuan tanpa kebijakan redenominasi menggunakan orang yang
sama pada perlakuan dengan adanya kebijakan redenominasi.

Prosedur Percobaan Ekonomi
1.

2.
3.

4.

5.

Peserta terdiri dari 40 orang yang dikelompokkan pada barang elastis dengan
inflasi rendah, pada barang elastis dengan inflasi tinggi, pada barang inelastis
dengan inflasi rendah, dan pada barang inelastis dengan inflasi tinggi,
masing-masing faktor tersebut terdiri dari 10 orang.
Percobaan terdiri dari delapan perlakuan dengan tiga kali ulangan setiap
perlakuannya.
Setiap perlakuan pada percobaan ini, lima orang peserta berperan sebagai
seorang penjual yang mewakili dua unit cost dan lima orang peserta lain
berperan sebagai seorang pembeli yang mewakili dua unit value.
Menggunakan peserta yangsama pada kondisi tanpa kebijakan redenominasi
danadanya kebijakan redenominasi.
Peserta diberikan instruksi percobaan dan lembar keputusan.
Peserta terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan yang
diberikan oleh peneliti. Peneliti juga menjelaskan intruksi secara rinci untuk
membantu peserta yang masih kurang jelas.
Setiap peserta telah ditentukan kondisi awalnya secara acak.

13

6.
7.

8.

9.
10.
11.

12.
13.
14.
15.
16.
17.

Setiap peserta diberikan unit cost untuk penjual dan unit value untuk pembeli
yang berbeda setiap periode ulangannya.
Untuk penjual, setiap peserta kemudian diminta untuk menuliskan berapa
harga jual yang ingin ditawarkan kepada pembeli, dengan harga diatas
unitcost yang diberikan sesuai dengan jenis barang (elastis atau inelastis)
pada kondisi tanpa kebijakan redenominasi dan juga pada kondisi dengan
adanya kebijakan redenominasi sesuai kondisi inflasi rendah atau inflasi
tinggi. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh kombinasi faktor sesuai dengan
perlakuan yang didapat.
Pada saat kondisi ada kebijakan redenominasi, masing masing penjual dan
pembeli menggunakan unit cost dan unit value yang sama namun telah
dihilangan tiga digit angka nol.
Kondisi inflasi tinggi digambarkan dengan memberi unit cost yang lebih
tinggi dibandingkan pada kondisi inflasi rendah.
Barang elastis digambarkan dengan barang mobil dan barang inelastis
digambarkan dengan barang beras.
Dengan sistem transaksi posted-offer, harga dipasang oleh penjual dan
pembeli tinggal memilih barang yang diinginkan sesuai dengan unit value
yang dimilikinya sehingga tidak ada tawar menawar dalam sistem transaksi
tersebut.
Untuk pembeli, bebas memilih barang yang ditawarkan oleh penjual dengan
harga beli yang tidak melebihi unit value pembeli.
Untuk pembeli, diharuskan membeli barang yang pertama sebelum membeli
barang kedua.
Peserta kemudian menghitung jumlah transaksi serta total keuntungan bersih
yang diperoleh setiap transaksi.
Setelah semua terisi, selanjutnya peserta masuk pada ulangan berikutnya.
Pada akhir percobaan, lembar keputusan diberikan kepada peneliti.
Kompensasi yang didapat masing-masing peserta akan dihitung peneliti
sesuai hasil konversi keuntungan yang diperoleh.

Metode Analisis
1.

Analisis Deskriptif

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dijelaskan secara deskriptif.
Penjelasan deskriptif melihat grafik histogram perubahan dalam rata-rata
responharga, jumlah transaksi, dan nilai transaksi pada faktor-faktor tertentu.
Analisis deskriptifini akan disajikan dalam bentuk grafik histogram.
2.

Uji Kesamaan Ragam

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah suatu contoh (sample)
memiliki ragam yang sama atau tidak.Hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : S12(x2-x1)=S22(x2-x1), ragam sama.
H1 : S12(x2-x1)≠S22(x2-x1), ragam tidak sama.

14

Kriteria Pengujian :
Jika: p-value< 0.10 (alpha 10%), maka hipotesis nol ditolak.
Jika: p-value> 0.10 (alpha 10%), maka hipotesis nol tidak dapat ditolak.

3.

Uji Nilai Tengah Beda Dua Populasi

Pengujian ini dilakukan untuk melihat bedadua nilai tengah rata-rata
masing-masing respon perubahan dari masing-masing faktor.
Bila terbukti ragam sama maka statistik ujinya adalah :
T=




.........................................................3.1

Sedangkan bila ragamnya tidak sama maka statistik ujinya adalah :
T=
√(

)



........................................................ 3.2

Hipotesis adalah
H0:µ 1 = µ 2,rata-rata masing-masing respon sama.
H1:µ 1 ≠ µ 2, rata-rata masing-masing respon tidak sama.
Kriteria Pengujian :
Jika: p-value≤ 0.10 (alpha 10%), maka hipotesis nol ditolak.
Jika: p-value> 0.10 (alpha 10%), maka hipotesis nol tidak dapat ditolak.
Adapun hipotesis yang akan diuji dari percobaan di atas adalah sebagai
berikut :
1. Kebijakan redenominasi membuat harga turun pada barang elastis dan harga
naik pada barang inelastis.
2. Kebijakan redenominasi membuat jumlah transaksi naik pada barang elastis
dan jumlah transaksi turun pada barang inelastis.
3. Kebijakan redenominasi membuat nilai transaksi naik pada barang elastis
dannilai transaksi pada barang inelastis mengalami penurunan.
4. Kebijakan redenominasi pada inflasi rendah membuat harga lebih murah
dibandingkan harga pada inflasi tinggi yang mengalami kenaikan.
5. Kebijakan redenominasi pada inflasi rendah membuat kenaikan jumlah
transaksi sedangkan jumlah transaksi pada inflasi tinggi menurun.
6. Kebijakan redenominasi membuat nilai transaksi lebih tinggi pada kondisi
inflasi rendah dibandingkan nilai transaksi pada inflasi tinggi.
7. Pada barang elastis, kondisi inflasi rendah membuat harga naik, sedangkan
harga mengalami penurunan pada kondisi inflasi tinggi.

15

8.

Pada barang elastis, kondisi inflasi rendah membuat jumlah transaksi turun,
sedangkan jumlah transaksi mengalami kenaikan pada kondisi inflasi tinggi.
9. Pada barang elastis, kondisi inflasi rendah membuat nilai transaksi naik,
sedangkan nilai transaksi mengalami penurunan pada kondisi inflasi tinggi.
10. Pada barang inelastis, kondisi inflasi rendah membuat harga turun, sedangkan
harga mengalami kenaikan pada kondisi inflasi tinggi.
11. Pada barang inelastis, kondisi inflasi rendah membuat jumlah transaksi naik,
sedangkan jumlah transaksi mengalami penurunan pada kondisi inflasi tinggi.
12. Pada barang inelastis, kondisi inflasi rendah membuat nilai transaksi turun,
sedangkan nilai transaksi mengalami kenaikan pada kondisi inflasi tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga
a)

Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga (%) pada
Barang Elastis dan Inelastis

Tabel 1 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap perubahan harga untuk barang elastis dan inelastis. Hal
tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0.66, nilai tersebut lebih besar
dibandingkan alpha sebesar 0.10.
Tabel 1 Hasilt-test perubahan harga (%) pada barang elastis dan inelastis
Ragam
t-hitung
p-value
Sama
0.41
0.66
Sumber: Data hasil percobaan, diolah menggunakan Minitab.

Gambar 5 menunjukkan bahwa perubahan hargapada barang elastis
cenderung turun, sedangkan pada barang inelastis perubahan harga cenderung
mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dan juga teori.
Dengan adanya redenominasi, barang elastis cenderung menurunkan
hargasehingga banyak pembeli yang tertarik untuk membeli. Pada barang
inelastis, harga cenderung dinaikkan.Penjual merasa lebih banyak mendapat
keuntungan dengan menaikkan harga.

Elastis, inelastis
H0 : µ 1 = µ 2
H1 : µ 1 < µ 2

Gambar 5 Perbandingan perubahan harga (%) pada barang elastis dan inelastis

16

b)

Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga (%) pada
Kondisi Inflasi Rendah dan Tinggi

Tabel 2 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap perubahan harga pada kondisi inflasi rendah dan inflasi tinggi.
Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0.56, nilai tersebut lebih besar
dibandingkan alpha sebesar 0.10.
Tabel 2 Hasilt-test perubahan harga (%) pada kondisi inflasi rendah dan tinggi
Ragam
t-hitung
p-value
Sama
-0.15
0.56
Sumber: Data hasil percobaan, diolah menggunakan Minitab.

Gambar 6 menunjukkan bahwa kebijakan redenominasi menyebabkan
perubahan harga pada kondisi inflasi rendah dan inflasi tinggi yang cenderung
mengalami penurunan, namun penurunan harga lebih besar pada saat kondisi
inflasi tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis.
Redenominasi pada inflasi tinggi, membuat penurunan harga lebih besar.
Hal tersebut terjadi karena penjual merasa daya beli pembeli turun sehingga lebih
baik menurunkan harga. Pada kondisi inflasi rendah, penjual merasa daya beli
pembeli masih cukup baik sehingga membuat penurunan harga lebih sedikit
dibandingkan pada kondisi inflasi tinggi .

Inflasi rendah,
tinggi
H0 : µ 1 = µ 2
H1 : µ 1 < µ 2

Gambar 6 Perbandingan perubahan harga (%) pada kondisi inflasi rendah dan
tinggi
c)

Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga (%) dalam
Kondisi Inflasi Rendah dan Tinggi pada Barang Elastis dan Inelastis

Tabel 3 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan harga dalamkondisi inflasi rendah dan inflasi tinggi
pada barang elastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0.06, nilai
tersebut lebih kecil dibandingkan alpha sebesar 0.10. Pada barang inelastis,
kebijakan redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
perubahan harga dalam kondisi inflasi rendah dan inflasi tinggi. Hal tersebut
ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0.26, nilai tersebut lebih besar
dibandingkan alpha sebesar 0.10.

17

Tabel 3 Hasil t-test perubahan harga (%) dalamkondisi inflasi rendah dan tinggi
Pada barang elastis dan inelastis
Barang
Ragam
t-hitung
p-value
Elastis
Sama
1.93
0.06
Inelastis
Sama
-0.69
0.26
Sumber: Data hasil percobaan, diolah menggunakan Minitab.

Gambar 7 menunjukkan bahwa pada barang elastis, kebijakan
redenominasi pada kondisi inflasi rendah menyebabkan harga cenderung
mengalami kenaikan, sedangkan harga cenderung mengalami penurunan pada
inflasi tinggi. Pada barang inelastis, kebijakan redenominasi pada kondisi inflasi
rendah menyebabkan harga cenderung mengalami penurunan, sedangkan pada
inflasi tinggi cenderung mengalami kenaikan harga. Hal ini sesuai dengan
hipotesis.
Dengan adanya redenominasi, barang elastis pada kondisi inflasi rendah,
menyebabkan harga cenderung naik. Penjual merasa pada kondisi inflasi rendah,
daya beli pembeli cukup baik. Kebijakan redenominasi membuat jumlah uang
beredar lebih banyak. Hal ini dimanfaatkan oleh penjual untuk menaikkan harga
pada barang elastis karena bisa mendapatkan keuntungan lebih banyak. Pada
inflasi tinggi, kebijakan redenominasi mampu menurunkan harga. Penjual
cenderung menurunkan harga karena merasa daya beli pembeli menurun.
Pada barang inelastis, kebijakan redenominasi pada kondisi inflasi rendah
menyebabkan harga mengalami penurunan karena penjual ingin barangnya laku
terjual semua, walaupun keuntungan yang didapat tidak besar dengan cara
menurunkan harga. Kondisi inflasi tinggi menyebabkan harga cenderung naik
karena pada kondisi tersebut biaya produksi mengalami kenaikan, sehingga
memaksa produsen menaikkan harga.
Elastis
Inflasi
rendah,
tinggi
H0 : µ 1 = µ 2
H1 : µ 1 > µ 2

Inelastis
Inflasi
rendah,
tinggi
H0 : µ 1 = µ 2
H1 : µ 1< µ 2

Gambar 7 Perbandingan perubahan harga (%) dalamkondisi inflasi rendah dan
tinggi pada barang elastis dan inelastis

18

Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Jumlah Transaksi
a)

Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Jumlah Transaksi
(%) pada Barang Elastis dan Inelastis

Tabel 4 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap perubahan jumlah transaksi untuk barang elastis dan inelastis.
Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0.26, nilai tersebut lebih besar
dibandingkan alpha sebesar 0.10.
Tabel 4 Hasil t-test perubahan jumlah transaksi (%) pada barang elastis dan
inelastis
Ragam
t-hitung
p-value
Beda
0.68
0.26
Sumber: Data hasil percobaan, diolah menggunakan Minitab.

Gambar 8 menunjukkan bahwa perubahan jumlah transaksi pada barang
elastis cenderung naik, sedangkan pada barang inelastis perubahan